ruang lingkup psikologi komunikasi

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PSIKOLOGI
KOMUNIKASI
Ruang Lingkup Psikologi
Komunikasi
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Hubungan
Masyarakat
Tatap Muka
01
Kode MK
Disusun Oleh
MK85006
Ety Sujanti, M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Modul ini akan menjelaskan dan
membahas
pengertian
komunikasi
dilihat dari perspektif ilmu komunikasi
dan
psikologi.
Juga
membahas
karakteristik manusia komunikan dan
faktor-faktor
yang
memengaruhi
perilaku
manusia
dan
manfaat
penggunaan
psikologi
komunikasi
sebagai upaya dalam mewujudkan
komunikasi yang efektif.
Diharapkan
mahasiswa
dapat
memahami dan memiliki pengeta
mampu memahami dan menjelaskan :



Pengertian
dan
psikologi komunikasi
Karakteristik
komunikan
Faktor-faktor
mempengaruhi
komunikasi.
manfaat
manusia
yang
perilaku
RUANG LINGKUP PSIKOLOGI
KOMUNIKASI
I. Definisi dan Manfaat Psikologi Komunikasi
Bermacam-macam definisi komunikasi, bergantung pada perspektifnya.
Kata atau
istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal dari Bahasa Latin
“communicatus” atau communicatio atau communicare yang berarti “berbagi” atau “menjadi
milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada
suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan.
Menurut Webster New Collegiate Dictionary, komunikasi adalah “suatu proses
pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda
atau tingkah laku”.
Berikut ini adalah bebarapa definsi tentang komunikasi yang dikemukakan oleh para
ahli sebagai berikut :
1. Carl Hovland, Janis & Kelley
Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan
mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak)
2. Bernard Berelson & Gary A.Steiner
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian,
dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angkaangka, dan lain-lain.
3. Harold Lasswell
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”
“mengatakan “apa” “dengan saluran apa”, “kepada siapa” , dan “dengan akibat apa”
atau “hasil apa”(who says what in which channel to whom and with what effect).
4. Barnlund
Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa
ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.
2016
2
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
5. Weaver
Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat
mempengaruhi pikiran orang lainnya.
6. Gode
Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang dimiliki
oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
Dari berbagai definsi tentang ilmu komunikasi tersebut di atas, terlihat bahwa para
ahli memberikan definisinya sesuai dengan sudut pandangnya dalam melihat komunikasi.
Masing-masing memberikan penekanan arti, ruang lingkup, dan konteks yang berbeda. Hal
ini menunjukkan bahwa, ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial adalah suatu ilmu
yang bersifat multi-disipliner.
Definisi Hovland, Janis dan Kelly, memberikan penekanan bahwa tujuan komunikasi
adalah mengubah atau membentuk perilaku.
Definisi Berelson dan Steiner, menekankan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian, yaitu penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain.
Definisi Lasswell, secara eksplisit dan kronologis menjelaskan tentang lima
komponen yang terlibat dalam komunikasi, yaitu :
-
siapa (pelaku komunikasi pertama yang mempunyai inisiatif atau sumber)
-
mengatakan apa ( isi informasi yang disampaikan)
-
kepada siapa (pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran penerima)
-
melalui saluran apa (alat/saluran penyampaian informasi)
-
dengan akibat/hasil apa (hasil yang terjadi –pada diri penerima)
Definisi Lasswell ini juga menunjukkan bahwa komunikasi itu adalah suatu upaya
yang disengaja serta mempunyai tujuan. Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkan
5 unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu Pertama; sumber (source),
sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoding), komunikator, pembicara
(speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan
untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi,
perusahaan, atau negara. Kedua; Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber
kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang
mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tersebut. Pesan mempunyai 3
komponen, yaitu makna, digunakan untuk menyampaikan pesan, dan bentuk atau
2016
3
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
organisasi pesan. Ketiga; saluran atau media, yaitu alat atau wahana yang digunakan
sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Pada dasarnya saluran
komunikasi manusia adalah 2 saluran, yaitu cahaya dan suara. Saluran juga merujuk pada
cara penyampaian pesan, apakah langsung (tatap muka) atau lewat media (cetak dan
elektronik). Keempat; penerima (receiver) sering juga disebut sasaran/tujuan (destination),
komunikate, penyandi balik (decoder) atau khalayak, pendengar (listener), penafsir
(interpreter), yaitu orang yang menerima dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu,
rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan, penerima pesan menafsirkan
seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang ia terima.
Kelima; efek, yaitu apa
yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya terhibur,
menambah pengatahuan, perubahan sikap, atau bahkan peruahan perilaku.
Kelima unsur tersebut di atas sebenarnya belum lengkap, bila dibandingkan dengan
unsur-unsur komunikasi yang terdapat dalam model-model yang lebih baru. Unsur-unsur
yang sering ditambahkan adalah umpan balik (feed back), gangguan komunikasi (noise),
dan konteks atau situasi komunikasi.
Selanjutnya definisi Gode, memberi penekanan pada proses penularan pemilikan,
yaitu dari yang semula (sebelum komunikasi) hanya dimiliki oleh satu orang kemudian
setelah komunikasi menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
Definisi Barnlund, menekankan pada tujuan komunikasi, yaitu untuk mengurangi
ketidakpastian, sebagai dasar bertindak efektif, dan untuk mempertahankan atau
memperkuat ego.
A. Definisi Komunikasi dari Perspektif Psikologi
Dari perspektif psikologi, Hovland, Janis dan Kelly (psikolog) yang mendefinisikan
komunikasi sebagai “the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli
(usually verbal) to modify the behaviour of other individuals (the audience)”(1953:12). Dalam
konteks ini psikologi mencoba menganalisis komunikasi antar individu; bagaimana pesan
yang disampaikan menjadi stimulus yang menimbulkan respons bagi individu yang lain,
bagaimana lambang-lambang dapat bermakna dan bisa mengubah perilaku orang lain.
Dance (1967) mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviourisme sebagai
“usaha menimbulkan respons melalui lambang-lambang verbal.” Raymond S. Ross
(1974:b7) mendefinisikan komunikasi sebagai “proses transaksional yang meliputi
pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga
2016
4
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respons
yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber”. Selanjutnya Kamus Psikologi, Dictionary
of Behavioral Science menyebutkan 6 definisi komunikasi sebagai berikut :
1. Komunikasi adalah penyampaian perubahan energi dari suatu tempat ke tempat
yang lain seperti dalam system syaraf atau penyampaian gelombang-gelombang
suara.
2. Komunikasi adalah penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh
organisme.
3. Komunikasi adalah pesan yang disampaikan
4. Komunikasi adalah proses yang dilakukan satu system untuk mempengaruhi system
yang lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan.
5. Komunikasi adalah pengaruh satu wilayah pribadi pada wilayah persona yang lain
sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan
pada wilayah yang lain.
6. Komunikasi adalah pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psiko- terapi.
Dari definisi tentang komunikasi dari perspektif psikologi tersebut di atas, terlihat
bahwa makna komunikasi sangat luas, meliputi penyampaian energi, gelombang suara,
tanda di antara tempat, dan system atau organisme. Istilah komunikasi dipergunakan
sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh, atau secara khusus sebagai pesan
pasien dalam psikoterapi. Psikologi mencoba menganalisis seluruh komponen yang terlibat
dalam proses komunikasi.
Jadi psikologi menyebut komunikasi pada penyampaian energi dari alat-alat indera
ke otak, peristiwa penerimaan dan pengoalhan informasi, pada proses saling pengaruh di
antara berbagai system dalam diri organisme dan di antara organisme. Psikologi mencoba
menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri
komunikator, psikologi memeriksa karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor
internal dan eksternal yang memengaruhi perilaku komunikasinya. Pada komunikator,
psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya, apa sebab satu sumber komuniksi berhasil
dalam memengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak.
Psikologi juga tertarik pada komunikasi di antara individu; bagaimana pesan dari
satu individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu lain. Psikologi
bahkan
meneliti
lambang-lambang
yang
disampaikan.
Psikologi
meneliti
proses
mengungkapkan pikiran menjadi lambang, bentuk-bentuk lambang, dan pengaruh lambang
terhadap perilaku manusia.
2016
5
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pada saat pesan sampai pada diri komunikator, psikologi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
melihat ke dalam proses penerimaan pesan, menganalisa faktor-faktor personal dan
situasional yang memengaruhinya, dan menjelaskan berbagai corak komunikan ketika
sendirian atau dalam kelompok.
Perkembangan terbaru dari dunia psikologi komunikasi adalah komunikasi
terapeutik. melalui metode ini, seorang terapis mengarahkan komunikasi begitu rupa
sehingga pasien dihadapkan pada situasi dan pertukaran pesan yang dapat menimbulkan
hubungan social yang bermanfaat. Komunikasi teerapeutik memandang gangguan jiwa
besumber
pada
gangguan
komunikasi,
pada
ketidakmampuan
pasien
untuk
mengungkapkan dirinya. Singkatnya, meluruskan jiwa orang dengan meluruskan caranya
berkomunikasi.
Komunikasi
boleh
ditujukan
untuk
memberikan
informasi,
menghibur,
atau
mempengaruhi. Komunikasi untuk tujuan yang ketiga ini lazim disebut komunikasi persuasif,
yang berkaitan erat dengan psikologi. Persuasif dapat didefinisikan sebagai proses
mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan psikologi.
Ketika komunikasi dikenal sebagai proses memengaruhi orang lain, disiplin-disiplin
yang lain menambah perhatian yang sama besarnya. Menurut George A. Miller, komunikasi
telah menjadi salah satu kesibukan utama pada masa sekarang ini. Komunikasi begitu
esensial dalam masyarakat manusia, sehingga setiap orang yang belajar tentang manusia
harus melihat pada komunikasi. Komunikasi telah dikaji dari berbagai segi, sosiologi,
antropologi, ekonomi, psikologi, linguistik, biologi, filsafat, politik, teknik, dan sebagainya.
Psikologi juga meneliti kesadaran dan pengalaman manusia. Psikologi terutama
mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses
kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut. Bila sosiologi melihat
komunikasi pada interaksi sosial, filsafat pada hubungan manusia dengan realitas lainnya,
maka psikologi melihat pada perilaku individu komunikan. Yang agak permanen mempelajari
komunikasi adalah sosiologi, filsafat, dan psikologi. Sosiologi mempelajari interaksi sosial,
interaksi sosial harus melalui kontak dan komunikasi. Oleh karena itu, setiap buku sosiologi
harus menyinggung komunikasi. Dalam dunia yang serba modern sekarang ini, komunikasi
bukan saja mendasari interaksi sosial. Teknologi komunikasi telah berkembang sedemikian
rupa sehingga tidak ada satu masyarakat modern yang mampu bertahan tanpa komunikasi.
2016
6
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
B. Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi
Komunikasi begitu pentingnya dalam kehidupan manusia sehingga setiap orang
yang ingin berinteraksi dengan manusia pasti ingin mempelajari komunikasi secara
menyeluruh. Oleh karena itu dibutuhkan telaah ilmu yang akan dapat memberikan manfaat
sehingga bisa memanfaatkan komunikasi yang efektif dan efisien. Komunikasi telah banyak
dipelajari dari berbagai disiplin ilmu: antropologi, biologi, ekonomi, sosiologi, neurofisiologi,
filsafat dan sebagainya. Sosiologi mempelajari komunikasi dalam konteks interaksi sosial,
dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok. Colon Cherry (1964) mendefinisikan komunikasi
sebagai ”usaha untuk membuat suatu satuan sosial dari individu dengan menggunakan
bahasa atau tanda. Memiliki bersama serangkaian peraturan untuk berbagai kegiatan
mencapai tujuan.”
Menurut Fisher, ada 4 ciri pendekatan psikologi pada komunikasi, yaitu :
1. Penerimaan stimuli secara indrawi; Psikologi melihat komunikasi dimulai dengan
dikenainya masukan kepada organ-organ penginderaan kita yang berupa data.
Stimuli bisa berbentuk
orang, pesan, suara, warna, dan sebagainya; pokoknya
segala hal yang mempengaruhi kita.
2. Proses yang mengantarai stimuli dan respons; Stimuli itu kemudian diolah dalam jiwa
kita, yaitu dalam ‘kotak hitam” yang tidak pernah kita ketahui. Kita hanya mengambil
kesimpulan tentang proses yang terjadi pada “kotak hitam” dari respons yang
tampak.
Misalnya kita mengetahui bahwa bila ia tersenyum, tepuk tangan, dan
meloncat-loncat, pasti ia dalam keadaan gembira.
3. Prediksi respons; Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respons yang terjadi
pada masa lalu dapat meramalkan respons yang akan datang. Kita harus
mengetahui sejarah respons sebelum meramalkan respons individu masa sekarang.
4. Peneguhan respons; Peneguhan adalah respons lingkungan (atau orang lain pada
respons organisme yang asli). Ahli lain menyebutnya feedback atau umpan balik.
Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respons yang terjadi pada masa lalu
dapat meramalkan respons yang terjadi pada masa yang akan datang. George A. Miller
membuat definisi psikologi yang mencakup semua “Psychology is the science that attempts
to describe, predict, control mental and behaviorial events (Miller, 1974:4). Dengan
demikian, psikologi komunikasi adalah ilmu yang menguraikan, meramalkan, dan
mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah
2016
7
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
– apa yang disebut Fisher – “internal mediation of stimuli”, sebagai akibat berlangsungnya
komunikasi. Peristiwa behavioral adalah apa yang nampak ketika orang berkomunikasi.
Komunikasi adalah peristiwa sosial, peristiwa yang terjadi ketika manusia
berinteraksi dengan manusia yang lain. Peristiwa sosial secara psikologis membawa kita
pada psikologi sosial. Karena itu, psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi
komunikasi. Bila individu-individu berinteraksi dan saling mempengaruhi, maka terjadilah :
1. Proses belajar yang meliputi aspek koginitif dan aspek afektif
2. Proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (komuniksi)
3. Mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi, identifikasi, permainan peran,
proyeksi, agresi, dan sebagainya.
C. Penggunaan Psikologi Komunikasi
Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, komunikasi yang efektif menimbulkan 5
hal, yaitu :
1. Pengertian: Penerimaan yang cermat dari isi stimulus seperti yang dimaksudkan
oleh komunikator.
2.Kesenangan: Komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan menimbulkan
kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan hangat, akrab dan
menyenangkan.
3. Memengaruhi sikap: komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang
faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada
komunikate. Persuasi didefinisikan sebagai “proses memengaruhi pendapat,
sikap, dan tindakan dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang
tersebut bertindak atas kehendaknya sendiri.
4. Hubungan sosial yang baik: manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan
hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham
Maslow menyebutnya dengan “kebutuhan akan cinta”atau belongingness. William
Schutz memerinci kebutuhan dalam tiga hal: kebutuhan untuk menumbuhkan dan
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal
interaksi dan asosiasi (inclusion); pengendalian dan kekuasaan (control); cinta
serta rasa kasih saying (affection). Secara singkat, kita ingin bergabung dan
berhubungan dengan orang lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, kita
ingin mencintai dan dicintai. Kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi dengan
komunikasi interpersonal yang efektif. Bila orang gagal dalam menumbuhkan
2016
8
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
hubungan interpersonal, maka ia menjadi agresif, senang berkhayal,dan sakit fisik
dan mental, dan ingin melarikan diri dari lingkungannya.
5. Tindakan: persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki.
Menimbulkan tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling penting.
Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. Ia bukan saja
memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat
dalam proses komunikasi, tetapi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
manusia. Keberhasilan atau efektivitas komunikasi selain ditentukan oleh hal-hal
tersebut di atas, juga ditentukan oleh faktor-faktor sumber/komunikator, pesan,
saluran komunikasi, dan orang/khalayak yang menerima pesan tersebut. Untuk
menimbulkan tindakan, kita harus berhasil dulu menanamkan pengertian,
membentuk dan meneguhkan sikap, atau menumbuhkan hubungan yang baik.
Konsep tersebut menunjukkan bahwa psikologi komunikasi sangat berperan dalam
perubahan perilaku manusia, terutama saat manusia berkomunikasi dengan manusia lain,
baik yang sifatnya interpersonal, kelompok, maupun massa. Dengan orang memahami dan
mengerti psikologi komunikasi, saat kamunikasi berlangsung antara komunikator dan
komunikan, orang mampu melihat dan menganalisis gerak dan tingkah kedua komponen
tersebut, yang berbicara dan yang mendengar.
Dengan menganalisis pandangan ini, maka peran ilmu psikologi komunikasi
dalam
perkembangan
masyarakat
dan
pengetahuan
cukup
besar.
Dalam
perkembangannya, psikologi komunikasi tidak terlepas dari ilmu psikologi dan komunikasi itu
sendiri, karena keterkaitan keduanya sangatlah besar.
II. Karakteristik Manusia Komunikan
A. Konsepsi Psikologi tentang Manusia
Banyak teori dalam ilmu komunikasi dilatarbelakangi konsepsi-konsepsi psikologi
tentang manusia. Teori-teori persuasi sudah lama menggunakan konsepsi psikoanalisis
yang melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh oleh keinginan-keinginan
terpendam (Homo Volens). Teori pengolahan informasi jelas dibentuk oleh konsepsi
psikologi kognitif yang melihat manusia sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan
mengolah stimuli yang diterimanya (Homo Sapiens).
2016
9
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Teori “jarum hipodermik” (yang menerangkan mengenai efek media massa) dilandasi
konsepsi behaviourisme yang memandang manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh
lingkungan (Homo Mechanicus). Teori-teori komunikasi interpersonal banyak dipengaruhi
konsepsi psikologi humanistis yang menggambarkan manusia sebagai pelaku aktif dalam
merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya (Homo Ludens).
Walupun psikologi telah banyak melahirkan teori-teori tentang manusia, tetapi empat
pendekatan yang dicontohkan diatas adalah yang paling dominan: psikoanalisis,
behaviourisme, psikologi kognitif, dan psikologi humanistis. Setiap pendekatan ini
memandang manusia dengan cara berlainan.
Tabel 1
Empat Teori Psikologi
Sumber: McDavid&Harari (1974:31)
Teori
Konsepsi
tentang
Manusia
Tokoh-tokohnya
Kontribusi pada psikologi
Sosial
Psikoanalisis
Homo Volens
(Manusia
berkeinginan)
Freud, Jung, adler,
Abraham, Horney, Bion
Perkembangan kepribadian
Sosialisasi Identifikasi
Agresi Kebudayaan & perilaku
Kognitif
Homo sapiens
(Manusia
Berpikir)
Lewin, Heider,
Festinger, Piaget,
Kohlberg
Sikap bahasa dan berpikir
Dinamika Kelompok
Propaganda
Behaviourisme
Homo
Mechanicus
(Manusia Mesin)
Hull, Miller&Dollard,
Rotter, Sklinner,
Bandura
Persepsi Interpersonal
Konsep diri
Eksperimen
Sosialisasi
Kontrol sosial
Ganjaran&hukuman
Humanisme
Homo Ludens
(Manusia
Bermain)
Rogers,
Combs&Snygg,
Maslow, May Satir,
Perls
Konsep diri
Transaksi interpersonal
Masyarakat & Individu
2016
10
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
A) Konsepsi manusia dalam Psikoanalisis
Orang yang pertama kali berusaha merumuskan psikologi manusia dengan
memperhatikan struktur jiwa manusia adalah Sigmund Freud.
Menurut Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam
kepribadian manusia yang disebutnya Id, Ego, dan Superego.
1. Id
Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis
manusia, atau disebut juga pusat instink ( hawa nafsu).
Ada dua instink dominan, yaitu :
a) libido; yaitu instink reproduktif untuk tujuan-tujuan konstruktif.
Instink ini disebut juga instink kehidupan/eros, misalnya dorongan seksual, segala hal
yang mendatangkan kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan pada Tuhan, dan cinta
diri/narcisme.
b) Thanatos; yaitu instink destruktif dan agresif.
Instink ini disebut juga instink kematian.
Semua motif manusia adalah gabungan antara eros dan thanatos. Id bergerak
berdasarkan prinsip kesenangan, ingin segera memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis,
tidak bermotral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani manusia.
Walaupun Id mampu melahirkan keinginan, tetapi ia tidak mampu memuaskan
keinginannya.
2. Ego
Ego berfungsi menjembatani tuntutan-tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego
adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dan tuntutan rasional dan realistic. Ego-lah
yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai
wujud yang rasional.
mendesak
supaya
Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas. Misalnya, Ketika Id
Anda
membalas
ejekan
dengan
ejekan
lagi,
Ego
segera
memperingatkan Anda bahwa lawan Anda adalah “Bos” yang dapat memecat Anda. Kalau
Anda mengikuti desakan Id, maka Anda akan konyol. Setelah itu Anda baru ingat, bahwa
bahaya jika sampai berani melawan Bos/pimpinan dalam budaya Indonesia.
2016
11
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Superego
Superego adalah polisi kepribadian yang mewakili dunia ideal. Superego adalah hati
nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma social dan cultural
masyarakatnya. Superego akan memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak
berlainan ke alam bawah sadar. Baik Id maupun superego berada dalam bawah sadar
manusia, sedangkan ego berada di tengah, antara memenuhi desakan Id dan peraturan
superego. Untuk mengatasi ketegangan, ia dapat menyerah pada tuntutan Id, tetapi berarti
dihukum superego dengan perasan bersalah. Untuk menghindari ketegangan, konflik, atau
frustrasi, ego secara sadar lalu menggunakan mekanisme pertahanan ego, yaitu dengan
mendistorsi realitas. Secara singkat, dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan
interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (ego), dan komponen social
(superego), atau unsure animal, rasional, dan moral (hewani, akal, dan nilai).
B. Konsepsi manusia dalam Behaviouralisme
Behavioralisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis
jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subyektif) dan juga psikoanalisis yang berbicara
tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Behavioralisme ingin menganalisis hanya
perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan, Belakangan,
teori kaum behavioralisme lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka
seluruh perilaku manusia, kecuali instink, adalah hasil belajar. Behavioralisme tidak
mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; kaum
behavioralis hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh factor-faktor
lingkungan. Dari sinilah timbul konsep “manusia mesin” (Homo Mechanicus”). Behaviorisme
sangat banyak menentukan perkembangan psikologi, teutama dalam hal ekspeerimeneksperimen. Kajian-kajian psikologi seringkali hanya mencerminkan pendekatan ini.
Pemikiran behaviorisme
sebenarnya
sudah dikenal
sejak
Aristoteles
yang
berpendapat bahwa, pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa sma seperti meja
lilin (tabula rasa) yang siap dilukis oleh pengalaman. Kemudian John Locke meminjam
konsep ini, yang dikenal sebagai kaum empirisme. Menurut mereka, pada waktu lahir,
manusia tidak mempunyai warna mental. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman
adalah jalan satu-satunya ke arah penguasaan pengetahuan. Secara psikologis, ini berarti
bahwa seluruh perilaku manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan oleh pengalaman
indrawi. Pikiran dan perasaan bukan penyebab perilaku manusia, tetapi disebabkan oleh
perilaku masa lalu.
2016
12
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Salah satu kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika
orang membicarakan apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme, salah
satu paham filsafat etika memandang manusia sebagai mahluk yang bergerak untuk
memenuhi kepentingan dirinya, mencri kesenangan dan menghindari penderitaan.
Utilitarianisme mencoba mengkaji seluruh perilaku manusia pada prinsip ganjaran dan
hukuman. Bila empirisme digabung dengan utilitarianisme dan hedonisme, maka akan kita
temukan behaviorisme.
Kaum behaviorisme berpendapat bahwa organisme dilahirkan
tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis, perilaku adalah hasil pengalaman, dan perilaku
digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan
mengurangi penderitaan.
Pelaziman klasik akan menjelaskan bahwa setiap kali anak membaca, orang tuanya
mengambil bukunya degnan paksa, maka anak akan benci pada buku. Bila kedatangan
Anda selalu bersamaan dengan datangnya malapetaka, maka kehadiran Anda akan
membuat orang berdebar-debar.
Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Seorang ahli,
Bandura, menambahkan konsep belajar sosial. Ia mengemukakan permasalahan peranan
ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Dia mengatakan bahwa, banyak perilaku
manusia yang tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme pelaziman atau peneguhan.
Misalnya, mengapa anak yang berusia dua tahun dapat berbicara dalam bahasa ibunya.
Kaum behavioris tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada
maknanya, dipasangkan dengan lambang atau objek yang mempunyai makna. Menurut
Bandura, belajar terjadi karena peniruan. Kemampuan meniru respon orang lain, misalnya
meniru bunyi yang sering didengar, merupakan penyebab utama belajar. Ganjaran dan
hukuman bukan faktor yang utama dalam belajar, tetapi merupakan faktor penting dalam
melakukan suatu tindakan. Misalnya bila anak selalu diganjar/dihargai karena melakukan
sesuatu hal atau dalam mengungkapkan perasaannya, maka ia akan sering melakukannya.
Tetapi jika ia dihukum, maka ia akan menahan diri untuk melakukan sesuatu, meskipun ia
mampu untuk melakukannya. Jadi, melakukan sesuatu perilaku ditentukan oleh peneguhan,
sedangkan kemampuan potensial untuk berbuat ditentukan oleh peniruan.
Sumbangan
Bandura
tidak
menyebabkan
behaviorisme
dapat
menjelaskan
semuanya. Behaviorisme tidak bisa menjawab ketika melihat perilaku manusia yang tidak
bisa dipengaruhi oleh ganjaran, hukuman, atau peniruan. Contohnya, orang-orang yagn
menjelajah Kutub Utara yang dingin; pemuda Jepang yang menempuh Samudra Pasifik di
2016
13
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
atas rakit, atau anak-anak muda Agama Syiah yang meledakkan dirinya dengan bom atau
dinamit di Irak, semuanya adalah perilaku yang bermuatan “self-motivated”.
Memang behaviorisme tidak bisa menjelaskan tentang motivasi. Motivasi memang
terjadi dalam diri individu, sedangkan kaum behaviorisme hanya melihat pada peristiwaperistiwa yang “kasat mata” dalam arti yang dapat diamati atau bersifat eksternal. Perasaan
dan pikiran tidak menarik perhatian kaum behaviorisme. Beberapa ratus tahun kemudian
baru-lah psikologi kembali memasuki proses kejiwaan internal. Paradigma baru ini kemudian
terkenal sebagai psikologi kognitif.
Konsep behavioralisme dipengaruhi oleh :
1. Paham empirisme (John Locke, 1632-1704); pemikirannya adalah
bahwa pada waktu lahir manusia tidak mempunyai “warna mental”,
warnanya diperoleh dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh
perilaku manusia, kepribadian dan temparamen ditentukan oleh
pengalaman indrawi (sensory experience).
2. Paham hedonisme, yang memandang manusia sebagai mahluk yang bergerak
untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri, mencari kesenangan dan mengurangi
penderitaan.
3. Paham utilitarianisme, yang memandang seluruh perilaku manusia tunduk pada
prinsip ganjaran dan hukuman.
C. Konsepsi manusia menurut Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif didasari oleh rasionalisme Immanuel Kant, Rene Descartes, dan
Plato. Kaum rasionalis mempertanyakan apakah betul penginderaan kita, melalui
pengalaman langsung, sanggup memberikan kebenaran. Kemampuan alat indera kita
dipertanyakan karena seringkali gagal menyajikan informasi yang akurat. Misalnya mata kita
kita melihat bahwa kedua rel kereta api yang sejajar bertemu di ujung sana.
Descartes dan Kant menyimpulkan bahwa, jiwa-lah/mind yang menjadi alat utama
ilmu pengetahuan, bukan alat indera. Jiwa menafsirkan pengalaman indrawi secara aktif,
mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi, dan memberikan makna. Menurut
Lewin, perilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Perilaku manusia bukan sekedar
respon pada stimuli, tetapi produk berbagai gaya yang memengaruhinya secara spontan.
Lewin menyebut seluruh gaya psikologis yang memengaruhi manusia sebagai ruang hayat.
2016
14
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ruang hayat terdiri dari tujuan dan kebutuhan individu, semua faktor yang disadarinya, dan
kesadaran diri.
Secara singkat, perkembangan psikologi kognitif dapat dilihat dari psikologi social,
antara lain dikembangkan oleh Heider dan Festinger. Festinger terkenal dengan teori
disonansi
kognitifnya.
Disonansi
artinya
ketidakcocokan
antara
dua
kognisi/pengetahuan.Dalam keadaan disonan orang berusaha mengurangi disonansi
dengan berbagai cara. Disonansi membuat orang resah.
Kognisi/pengetahuan
bahwa
“Saya tahu saya senang merokok” disonan dengan “saya tahu rokok merusak kesehatan”.
Dihadapkan dalam situasi disonan seperti itu, maka saya akan :
1. mengubah perilaku, berhenti merokok, atau memutuskan “saya merokok sedikit saja”
2. mengubah kognisi tentang lingkungan, misalnya dengan mengatakan bahwa hanya
perokok berat yang berbahaya.
3. memperkuat salah satu kognisi yang disonan, misalnya dengan “”Ah, kawan-kawan
saya juga banyak yang merokok”
4. mengurangi disonansi dengan memutuskan bahwa salah satu kognisi tidak penting,
misalnya “Tidak jadi soal merokok merusak kesehatan, Toh saya ingin hidup cepat
dan mati muda”
Menurut Lewin, perilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Perilaku manusia
bukan sekedar respon pada stimuli, tetapi produk berbagai gaya yang memengaruhinya
secara spontan. Lewin menyebut seluruh gaya psikologis yang memengaruhi manusia
sebagai ruang hayat. Ruang hayat terdiri dari tujuan dan kebutuhan individu, semua faktor
yang disadarinya, dan kesadaran diri.
Dalam teori komunikasi, teori disonansi menyatakan bahwa orang akan mencari
informasi yang mengurangi disonansi, dan menghindari informasi yang menambah
disonansi. Bila kita terpaksa juga dikenai informasi yang disonan dengan keyakinan kita,
maka kita akan menolak informasi itu, meragukan sumbernya, mencari informasi yang
konsonan, atau mengubah sikap sama sekali.
Walaupun psikologi kognitif sering dikritik karena konsep-konsepnya sukar diuji,
psikologi kognitif telah memasukkan kembali “jiwa” manusia yang pada menurut paham
behaviorisme tidak diakui keberadaannya. Manusia kini hidup dan mulai berpikir. Tetapi
manusia bukan sekedar mahluk yang berpikir, ia juga berusaha menemukan identitas
dirinya dan mencapai apa yang menjadi harapannya.
Kritik terhadap teori psikologi kognitif datang dari pemahaman bahwa manusia adalah
pengolah informasi. Dalam konsepsi ini, manusia bergeseer dari orang yang suka mencari
2016
15
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
justifikasi atau membela diri menjadi orang yang secara sadar memecahkan persoalan.
Perilaku manusia dipandang seabgai produk strategi pengolah informasi yang rasional, yang
mengarahkan penyandian, penyimpnan, dan pemanggilan informasi.
D. Manusia menurut perspektif Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi. Revolusi
pertama dan kedua adalah psikoanalisis dan behavioralisme. Dalam pandangan
behaviorisme manusia menjadi robot tanpa jiwa, dan tanpa nilai. Psikologi humanistic
mengambil banyak dari psikoanalisis Neo-Freudian seperti Adler, dan Jung, serta banyak
mengambil pemikiran dari fenomenologi dan eksistensialisme.
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi
dan diinterpretasi secara subjektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya sendiri.
Alam pengalaman setiap orang berbeda dari alam pengalaman orang lain. Menurut Alfred
Schultz, tokoh fenomenologi, pengalaman subjektif ini dikomunikasikan oleh factor social
dalam proses intersubjektivitas.
Intersubjektivitas diungkapkan pada eksistensialisme
dalam
tema
dialog,
pertemuan, hubungan diri dengan orang lain. Eksistensialisme menekankan pentingnya
kewajiban individu pada sesama manusia. Yang paling penting bukan apa yang didapat dari
kehidupan, tetapi apa yang dapat kita berikan untuk kehidupan. Hidup kita baru bermakna
hanya apabila melibatkan nilai-nilai dan pilihan yang konstruktif secara sosial. Jadi intisari
dari psikologi humanisme adalah bahwa pada keunikan manusia, pentingnya nilai dan
makna, serta kemampuan manusia untuk mengembangkan dirinya.
Pandangan Psikologi Humanisme itu adalah :
1. Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di mana dia
(Sang Aku, Ku, atau Diriku / I. Me, atau Myself ) menjadi pusat.
Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang
identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan brubah-ubah, yang muncul dari suatu
medan fenomenal
2. Manusia
berperilaku
untuk
mempertahankan,
meningkatkan,
dan
mengaktualisasikan diri.
3. Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya.
Dengan perkataan lain, ia bereaksi pada “realitas’ seperti yang dipersepsikan
olehnya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
2016
16
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri, berupa
penyempitan dan pengkakuan persepsi dan perilaku penyesuaian serta penggunaan
mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi.
5. Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam
kondisi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan
menuju pengembangan dan aktualisasi diri.
III. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Manusia
A. Faktor-faktor Personal yang Memengaruhi Perilaku Manusia
Secara garis besar ada dua faktor personal yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu
faktor biologis dan faktor sosiopsikologis.
1. Faktor Biologis
Manusia adalah mahluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan. Misalnya, ia
lapar kalau tidak makan selama 20 jam, kucing pun demikian. Manusia memerlukan
lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya, sapi pun juga begitu. Faktor biologis
terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, dan bersatu dengan faktor sosiopsikologis.
Bahwa warisan biologis menusia menentukan perilakunya, dapat dilacak sampai
struktur DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang diterima dari
kedua orang tuanya. Sedemikian besarnya pengaruh warisan biologis ini sampai
muncul aliran baru, yang memandang segala kegiatan manusia, termasuk agama,
kebudayaan, dan moral bersumber dari struktur biologinya. Aliran dinamakan
sosiobiologi. Menurut Wilson, perilaku sosial manusia dibimbing oleh aturan-aturan
yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Program ini disebut
”epigenetic rules”, yang mengatur perilaku manusia seperti kecenderungan
menghindari ”incest”, kemampuan memahami ekspresi wajah, samapai kepada
persaingan politik. Meskipun pemikiran bahwa sosiobiologis sebagai determinisme
biologis dalam kehidupan sosial, kenyataannya menunjukkan bahwa struktur biologis
manusia
seperti
genetika,
sistem
syaraf,
dan
sistem
hormonal,
sangat
mempengaruhi perilaku manusia. Struktur biologis manusia seperti genetika, system
syaraf dan system hormonal sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia.
Struktur genetis misalnya akan berpengaruh terhadap kecerdasan, kemampuan
sensasi, dan emosi. Sistem syaraf mengatur pekerjaan otak dan pengolahan
informasi dalam jiwa manusia. System hormonal bukan saja mempengaruhi
mekanisme biologis, tetapi juga mempengaruhi proses psikologis.
2016
17
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Beberapa contoh perilaku manusia yang merupakan bawaan manusia, dan bukan
pengaruh lingkungan atau situasi adalah sebagai berikut :
-
bercumbu
-
memberi makan
-
merawat anak
-
-
dan beberapa perilaku agresif
-
kebutuhan makan dan minum
-
istirahat
-
kebutuhan seksual
kebutuhan memelihara kelangsungan hidup dengan menghindari sakit dan bahaya.
Perlu dipahami bahwa manusia bukan semata-mata mahluk biologis, sebab kalau
begitu ia tidak berbeda dengan kambing atau monyet.
2. Faktor-faktor Sosiopsikologis
Karena manusia mahluk social, dari proses social ia memperoleh beberapa
karakteristik yang mempengaruhi perilakunya.
Ada tiga komponen yang berkaitan dengan faktor sosiopsikologis ini, yaitu :
a. komponen kognitif; aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui
oleh manusia.
b. komponen afektif; yang merupakan aspek emosional, dan berkaitan dengan
factor sosiopsikologis.
c. komponen konatif; adalah aspek volisional, yang berhubungan dengan
kebiasaan dan kemauan bertindak.
Yang termasuk komponen afektif adalah :
2016
-
Motif Sosiogenis
-
Sikap
-
Emosi
18
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Motif Sosiogenis
Motif ini sering juga disebut motif sekunder sebagai lawan motif primer (motif biologis). Yang
termasuk motif sosiogenis adalah sebagai berikut :
W.I. Thomas dan Florian Znaniecki :
1. keinginan memperoleh pengalaman baru
2. keinginan untuk mendapat respons
3. keinginan akan pengakuan
4. keinginan akan rasa aman
David McClelland:
a. kebutuhan berprestasi
b. kebutuhan akan kasih sayang
c. kebutuhan berkuasa
Abraham Maslow :
1. kebutuhan fisiologis
2.kebutuhan akan rasa aman
3.kebutuhan akan keterikatan dan cinta
4.kebutuhan akan penghargaan
5.kebutuhan untuk pemenuhan diri
Melvin H. Marx :
1. Kebutuhan Organisme :
-
motif ingin tahu
-
motif kompetensi
-
motif rpestasi
2. Motif-motif sosial
2016
-
motif ksih sayang
-
motif kekuasaan
-
motif kebebasan
19
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penjelasan motif-motif tersebut di atas adalah sebagai berikut :
1) Motif ingin tahu
Setiap orang berusaha memahami dan memproleh arti dari dunianya. Kita memerlukan
kerangka rujukan untuk mengevaluasi situasi baru dan mengarahkan tindakan yang
sesuai. Karena kecenderungan untuk memahami dan memberi arti pada apa yang
dialami, bila informasi yang diperoleh bersifat terbatas, maka orang akan mencari
jawaban sendiri. Orang akan menarik kesimpulan sendiri tanpa menunggu informasi itu
lengkap terlebih dahulu. Misalnya bila hujan tiba-tiba turun dengan lebat siang ini, maka
orang akan menafsirkannya karena tadi pagi Pak Ali yang dermawan meninggal dunia.
2) Motif kompetensi
Setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mempunyai kemampuan untuk mengatasi
masalah
yang
dihadapinya.
Perasaan
mampu
ini
sangat
bergantung
pada
perkembangan intelektual, sosial, dan emosional. Motif kompetensi ini berhubungan erat
dengan kebutuhan akan rasa aman, misalnya kita ingin memproleh jaminan masa
depan, jaminan bahwa anak kita bisa sekaolah dengan baik. Bila orang sudh memenuhi
kebutuhan biologinya, yakin akan masa depannya lebih baik, maka ia dianggap sudah
memenuhi kebutuhannya akan kemampuan diri (kompetensi).
3) Motif cinta
Sanggup mencintai dan dicintai adalah hal yang esensial dari perkembangan
kepribadian manusia. Setiap orang ingin diterima di dalam kelompoknya sebgai anggota
secara sukarela. Berbagai penalitan membuktikan bahwa kebutuhan akan kasih sayang
yang tidak terpenuhi akan menimbulkan perilaku manusia yang kurang baik; orang akan
menjadi agresif; kesepian; pendiam, dan akan bunuh diri.
4) Motif harga diri dan kebutuhan akan identitas
Erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memperlihatkan kekmampuan dan memperoleh
kasih sayang, ialah kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi di dunia. Kita ingin
kehadiran kita di manapun kita berada diperhitungkan oleh orang-orang di sekitar kita.
Hilangnya identitas diri akan menimbulkan perilaku yang patologis seperti gelisah,
impulsif, mudah terpengaruh, dan sebagainya.
5) Kebutuhan akan nilai dan makna hidup
Dalam
kehidupannya,
manusia
memerluakan
nilai-nilai
yang
berguna
untuk
menuntunnya dalam mengambil keputusan atau memberikan makna pada kehidupanya.
Bila manusia tidak mempunyai nilai, atau bahkan kehilangan nilai, maka manusia tidak
tahu tujuan hidupnya dan ia tidak mempunyai kepastian dalam bertindak.
2016
20
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6) Kebutuhan akan pemenuhan diri
Manusia bukan saja ingin mempertahankan kehidupan, akan tetapi ia juga butuh
peningkatan kualitas kehidupan. Kebutuhan akan pemenuhan diri ini dilakukan melalui
berbagai bentuk sebagai berikut :
a) menggunakan dan mengembangkan segenap potensi kita dengan cara
kreatif konstruktif, misalnya dengan seni, musik, lukis, dan lain-lain.
b) memperkaya kualitas kehidupan dengan memperluas rentangan
dan kualitas pengalaman serta pemuasan, misalnya dengan piknik, jalanjalan ke tempat wisata.
c) Membentuk hubungan yang hangat dan berarti dengan orang-orang lain di
sekitar kita.
d) Berusaha ”memanusiakan” diri, dalam arti menjadi pribadi/person yang
didambakan orang.
Sikap
Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi social dan yang paling banyak
didefinsikan. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh
melalui proses belajar. Ada pula yang melihat sikap sebagai kesiapan syaraf sebelum
memberikan respon.
Beberapa kesimpulan tentang sikap:
a. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan
kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap.
Objek sikap bisa berupa benda, orang, tempat, gagasan, atau situasi, atau
kelompok. Sikap haruslah diikuti oleh kata “terhadap”, atau “pada” objek sikap.
b. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi.
Sikap bukan merupakan rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang
harus pro atau kontra terhadap sesuatu.
c. Sikap relatif lebih menetap
d. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau
tidak menyenangkan.
e. Sikap timbul dari pengalaman, artinya tidak dibawa dari lahir, tetapi merupakan hasil
belajar, oleh akrena itu sikap bisa berubah atau diperteguh.
2016
21
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Emosi
Emosi menunjukkan keguncangan organisme yang disertai oleh gejala gejala kesadaran,
perilaku, dan proses fisiologis. Misalnya, bila orang yang kita cintai mencemooh kita, kita
akan bereaksi secara emosional, kemudian jantung akan berdetak cepat dan napas
terengah-engah, kemudian kita akan balas mencemooh atau memukulnya. Emosi tidak
selalu jelek. Emosi merupakan bumbu dalam kehidupan; tanpa emosi hidup manusia kering
dan gersang.
Ada 4 fungsi emosi sebagai berikut :
1) Emosi adalah pembangkit energi/energizer.
Tanpa emosi kita tidak sadar atau mati. Hidup berarti merasakan, mengalami,
bereaksi, dan bertindak. Emosi membangkitkan dan memobilisasi energi kita;
misalnya marah menggerakkan kita untuk menyerang, takut menggerakkan
kita untuk lari, cinta menggerakkan kita untuk berdekatan dan bermesraan.
2) Emosi adalah pembawa informasi/messenger
Bagaimana keadaan diri kita dapat kita ketahui dari emosi kita. Jika kita
marah, kita mengetahui bahwa kita diserang oleh orang lain; sedih berarti kita
kehilangan sesuatu atau seseorang, jika kita bahagia berarti kita memperoleh
sesuatu yang kita senangi.
3) Emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, akan
tetapi juga pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal. Berbagai
penelitian membuktikan bahwa ungkapan emosi dapat dipahami secara
universal. Dalam retorika diketahui bahwa pembicara yang menyertakan
seluruh emosinya dalam pidato dipandang lebih hidup dan menarik, dan
dinamis serta lebih meyakinkan.
4) Emosi juga merupakan sumber informasi mengenai keberhasilan kita. Kita
mendambakan kesehatan, dan mengetahuinya ketika kita merasa sehat wal
afiat.
Kita
menginginkan
keindahan,
dan
mengetahui
bahwa
kita
memperolehnya ketika kita merasakan kenikmatan estetika dalam diri kita.
Dari segi lamanya, ada emosi yang berlangsung singkat dan ada yang berlangsung
lama. Mood adalah emosi yang menetap selama berjama-jam atau beberapa hari. Mood
2016
22
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mempengaruhi persepsi kita atau penafisran kita pada stimuli yang merangsang alat indera
kita. Bila mood atau suasana emosional ini menjadi kronis dan menjadi bagian dari struktur
kepribadian orang, kita menyebutnya temperamen, misalnya pemarah, penyedih, dan ceria.
Komponen Kognitif
Yang termasuk komponen kognitif adalah :
1) Kepercayaan
Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis. Kepercayaan
adalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar, atau salah, atas dasar bukti, sugesti
otoritas, pengalaman,atau intuisi.
Komponen Konatif
Yang termasuk komponen konatif adalah :
1) kebiasaan
2) kemauan
B. Faktor-faktor Situasional yang Memengaruhi Perilaku Manusia
Menurut Edward G. Sampson (1976:13-14):
1) Faktor Ekologis : - Faktor Geografis
- Faktor Iklim dan Meteorologis
2) Faktor Desain dan Arsitektural
3) Faktor Temporal
4) Analisis Suasana Perilaku
5) Faktor Teknologis
6) Faktor-faktor Sosial: - Struktur Organisasi
- Sistem Peranan
- Struktur Kelompok
- Karakteristik Populasi
7) Lingkungan Psikososial: - Iklim Organisasi dan Kelompok
- Ethos dan Iklim institusional dan kultural
8) Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku: - Orang Lain
- Situasi Pendorong Perilaku
2016
23
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Psikologi Komunikasi, Jalaluddin Rakhmat, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2001
2. Sosiologi Suatu Pengantar, Soerjono Soekanto, PT. Rajawali Pers, Jakarta, 2012
3. Sosiologi Komunikasi, Sutaryo, Arti Bumi Intaran, Jakarta, 2005
4. Interpersonal Communication Everyday Encounters, Julia T. Wood, Wadswprth Group,
USA, 2002
5. Social Psychology, James W. Vander Zanden, Random House Inc., USA, 1984
6. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Dennis McQuail, Erlangga, Jakarta, 1987
2016
24
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download