Modul Psikologi Komunikasi [TM9]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PSIKOLOGI
KOMUNIKASI
Komunikasi Massa (1)
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Hubungan
Masyarakat
Tatap Muka
09
Kode MK
Disusun Oleh
MK85006
Ety Sujanti, M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Modul ini akan menjelaskan dan
membahas
pengertian
komunikasi
massa, perubahan sikap dan perilaku
yang dipengaruhi oleh komunikasi
massa
Diharapkan setelah mempelajari modul
ini diaharapkan mahasiswa mampu
memahami dan menjelaskan :




Pengertian komunikasi massa
Perbedaan sistem komunikasi
massa dan komunikasi
interpersonal
Faktor-faktor yang
memengaruhi khalayak pada
komunikasi massa
Efek komunikasi massa
Proses Komunikasi Massa (1)
“Apakah seekor ikan tahu kalau dia basah?”, kritikus budaya dan media yang berpengaruh,
Marshall McLuhan, dulu sering menanyakan hal ini. Jawaban yang akan dia katakana
adalah, “Tidak”. Keberadaan ikan tersebut sudah begitu didominasi oleh air sehingga hanya
dalam kondisi tidak ada airlah ikan akan menyadari keadaannya.
Begitu juga dengan manusia dan media massa. Media sudah begitu memenuhi kehidupan
kita sehari-hari sehingga kita sering tidak lagi sadar dengan kehadirannya, apalgi dengan
pengaruhnya. Media memberi informasi, menghibur, menyenangkan, tetapi sekaligus
mengganngu kita. Media menggerakkan emosi, menantang intelektualitas, dan menghina
inteligensi kita, media seringkali menganggap kita sebagai komoditas semata untuk dijual
kepada penawar tertinggi. Media menolong dalam mendefinisikan diri kita; membentuk
realitas kita.
A.
Pengertian Komunikasi
Sebelum menuju kepada pengertian komunikasi massa, sepintas mengingatkan
kembali mengenai pengertian komunikasi dan proses komunikasi. Dalam bentuk paling
sederhana, komunikasi adalah transmisi pesan dari suatu sumber kepada penerima.
Selama 60 tahun, pandangan tentang komunikasi ini telah diidentifikasikan melalui
tulisan ilmuan politik Harold Laswell (1948). Beliau mengatakan bahwa cara yang paling
nyaman untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaanpertanyaan di bawah ini:
 Siapa?
 Berkata apa?
 Melalui saluran apa?
 Kepada siapa?
 Dengan efek apa?
Jika ditunjukkan dalam istilah elemen dasar proses komunikasi, komunikasi terjadi
ketika:
‘14
2
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
--------
!
--------
X
Sebuah sumber
melalui sebuah media
dan menghasilkan
mengirimkan pesan
beberapa efek
Cukup sederhana, namun bagaimana kalau sumbernya adalah seorang professor
yang bersikeras untuk berbicara dalam bahasa teknis yang jauh dari tingkat
kemampuan penerimaan mahasiswa? Sangat jelas, komunikasi tidak terjadi. Tidak
seperti sekadar pengiriman pesan, komunikasi membutuhkan respons dari orang lain.
Oleh karena itu, harus ada keadaan berbagi makna (atau korespondensi) agar
komunikasi dapat terjadi.
Masalah kedua pada model sederhana ini adalah model ini menunjukkan bahwa
penerima secara pasif menerima pesan dari sumber. Akan tetapi, jika mahasiswa
khayalan kita tidak mengerti kata-kata si professor, mereka memberi respons dengan
“Huh?” atau kelihatan bingung atau menguap. Respons ini, atau umpan balik juga
merupakan pesan. Penerima pesan (para mahasiswa) kali ini menjadi sumber,
mengirimkan pesan mereka sendiri kepada sumber (professor), yang sekarang adalah
penerima pesan. Dengan demikian komunikasi adalah proses yang resiprokal dan
berkelanjutan dengan semua pihak yang yang terlibat saling berkaitan dan menciptakan
makna bersama. Dengan demikian, komunikasi lebih tepatnya didefinisikan sebagai
proses menciptakan makna bersama.
Peneliti komunikasi Wilbur Schramm menggunakan ide yang pada awalnya
dikembangkan oleh psikolog, Charles E. Osgood, yang mengembangkan suatu cara
untuk menggambarakan sifat resiprokal komunikasi secara grafis (Gambar 9.1)
Penggambaran komunikasi interpersonal ini – komunikasi antara dua orang atau
lebih – menunjukkan tidak adanya sumber atau penerima pesan yang dapat
diidentifikasikan
secara
jelas.
Karena
komunikasi
merupakan
proses
yang
berkelanjutan dan resiprokal semua partisipan atau “interpreter” berusaha menciptakan
makna
dengan
melakukan
encoding
dan
decoding
pesan.
Suatu
pesan
terlebihbdahulu di-encode, yaitu ditransformasikan ke dalam sistem tanda dan simbol
yang dapat dipahami. Berbicara merupakan encoding, seperti halnya menulis,
mencetak, membuat program televisi. Sesudah pesan diterima, pesan di-decode, yaitu
‘14
3
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tanda dan simbol diinterpretasikan. Decoding terjadi melalui mendengarkan, membaca,
atau menonton acara telivisi.
Pesan
Encoder
Encoder
Interpreter
Interpreter
Decoder
Decoder
Pesan
Gambar 9.1. Model Komunikasi Osgood dan Schramm.
Model Osgood-Schramm menunjukkan sifat proses komunikasi yang berkelanjutan
dan resiprokal. Oleh karena itu, tidak ada sumber penerima, dan umpan balik.
Alasannya adalah ketika komunikasi terjadi, kedua interpreter secara serentak menjadi
sumber dan penerima pesan. Tidak ada umpan balik karena semua pesan dianggap
merupakan balasan atas pesan yang lain.
Tidak semua model dapat memperlihatkan semua aspek dalam proses sekompleks
komunikasi. Elemen yang hilang dari penggambaran ini adalah suara yang
mengganggu (noise), segala hal yang mengganggu keberhasilan komunikasi. Noise
lebih dari sekedar suara yang melengking atau suara musik yang kencang ketika anda
sedang berusaha untuk membaca. Bias yang menyebabkan decode yang tidak tepat.
Pesan-pesan yang di-encode dibawa melalui suatu medium, yaitu alat untuk
mengirimkan informasi. Gelombang suara adalah media yang membawa suara kita
kepada teman di seberang meja; telepon adalah media yang membawa suara kita
kepada teman melewati kota. Ketika media ini adalah teknologi yang membawa pesan
kepada sejumlah besar orang – seperti surat kabar membwa kata-kata yang tercetak
serta radio membawa suara music dan berita – kita menyebutnya dengan media
massa. Kita menggunakan media massa secara teratur termasuk radio, televisi, buku,
majalah, surat kabar, film, rekaman, dan jaringan komputer.
‘14
4
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
B.
Pengertian Komunikasi Massa
Kita akan membahas komunikasi massa. Komunikasi massa adalah proses penciptaan
makna bersama antara media massa dan khalayaknya (Stanley J. Baran, 2008:7)
Menurut Bittner (1980:10):”Mass communication is messages communicated through a
mass medium to a large number of people” (Komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).
Gerbner (1967): “Mass communication is the technogically and institutionally based
production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in
industrial societies” (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang
berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas
dimiliki orang dalam masyarakat industri)
Meletzke (1963) menghimpun banyak definisi, diantaranya:
 Komunikasi massa kita artikan setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan
pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung
dan satu arah pada publik yang tersebar.
 Komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu
kenyataan bahwa komunikasi massadialamatkan kepada sejumlah populasi dari
berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian
populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alatalat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai
pada saat yang sama semua orang mewakili berbagai lapisan masyarakat.
 Bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena
memiliki karakteristik utama sebagai berikut: diarahkan pada khalayak yang relatif
besar, heterogen, dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali
dapat
mencapai kebanyakan khalayak
secara
serentak,
bersifat sekilas;
komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks
yang melibatkan biaya besar.
‘14
5
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
C.
Sistem Komunikasi Massa VS Sistem Komunikasi Interpersonal
VS
Secara sederhana, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni
surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film.
Perbedaan antara elemen-elemen dalam komunikasi interpersonal dan komunikasi
massa mengubah sifat alami proses komunikasi massa. Bagaimana perubahan
tersebut dapat memengaruhi pesan itu sendiri dan bagaimana kemungkinan
keberhasilan pembentukan makna bersama yang beragam ditunjukkan dalam Gambar
9.2. sebagai contoh, umpan balik yang segera dan langsung dalam komunikasi
interpersonal membebaskan komunikator untuk menebak-nebak, bereksperimen
dengan berbagai pendekatan. Pengetahuan mereka akan satu hal dengan lainnya
membuat mereka dapat membentuk pesan mereka sekhusus mungkin seperti yang
mereka inginkan. Sebagai hasilnya, komunikasi interpersonal seringkali menjadi relevan
secara personal dan bahkan sangat mungkin penuh resiko dan menantang. Hal ini
berbeda dengan komunikasi massa. Jarak antara partisipan dalam proses komunikasi
massa sebagai akibat teknologi telah menciptakan semacam “konservatisme
komunikasi”. Umpan balik untuk memungkinkan dilakukannya koreksi atau pengubahan
dalam komunikasi yang gagal datang terlambat. Jumlah khalayak yang banyak dalam
komunikasi massa membuat personalisasi dan spesifikasi sulit dilakukan. Oleh karena
itu, komunikasi massa cenderung lebih terkendala dan kurang bebas. Akan tetapi, ini
bukan berarti bahwa komunikasi massa lebih tidak ampuh daripada komunikasi
interpersonal dalam membentuk pengertian kita tentang diri sendiri dan dunia kita
(Stanley J. Baran, 2008:9)
‘14
6
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Massa
(Anda mengundang teman Anda makan
siang)
(Imagine Entertainment memproduksi 24)
Sifat
Sangat fleksibel dan dapat
berubah
Pesan
Satu orang – dalam kasus
ini, Anda
Interpreter A
Konsekuensi
Sifat
Anda dapat mengubahnya
ditengah-tengah. Jika
umpan baliknya adalah
negative, anda dapat
menawarkanalternatif,
apakah umpan baliknya
masih negatif? Ambil
pendekatan baru secara
keseluruhan
Identik, diproduksi secara
mekanis, dikirim berulang
kali
Anda tahu hal yang ada
dalam pikiran anda. Anda
dapat meng-encode pesan
anda sendiri yang sesuai
dengan diri dan nilai yang
anda anut, serta hal yang
anda suka dan tidak suka.
Organisasi besar yang
terstruktur secara
hierarkis – dalam kasus ini,
rumah produksi Imagine
Entertainment dan stasiun
TV
Tidak fleksibel, tidak dapat
diubah
Seluruh episode 24 yang
ditayangkan
Konsekuensi
Ketika produksi selesai, 24
tidak dapat diubah. Jika
alur cerita atau alat
komunikasi lainnya tidak
dapat diterima khalayak,
tidak ada yang bisa
dilakukan.
Siapa sebenarnya
Interpreter A? Produser
Imagine Entertainment?
Penulis? Sutradara? Aktor?
Stasiun TV dan standarnya
dan para praktisi? Pihak
sponsor?
Semuanya harus setuju,
memberikan sedikit
tempat bagi visi individu
atau eksperimen
Interpreter B
Satu atau beberapa
orang, biasanya dalam
kontak langsung, dalam
tingkatan yang lebih
besar atau kecil yang
anda ketahui – teman
anda
Anda dapat menyesuaikan
pesan anda secara spesifik
kepada interpreter B.
Anda dapat membuat
pertimbangan yang
relative akurat tentang B
karena informasi ada
dalam tempat kejadian.
Khalayak yang luas,
heterogen, umumnya
hanya diketahui secara
mendasar oleh interpreter
A, kurang lebih dari
demografis dasar – dalam
kasus ini, beberapa juta
pemirsa 24
Beberapa standar yang
diterima secara umum
ditentukan
Teman anda adalah
seorang vegetarian; anda
tidak akan
merekomendasikan
restoran steak.
Respons ya atau tidak
secara cepat
Umpan
Balik
Anda segera tahu seberapa
berhasilnya pesan anda.
Tertunda dan dapat
disimpulkan
Anda dapat menyesuaikan
komunikasi anda langsung
di tempat untuk
memaksimalkan
efektivitasnya.
Bahkan rating episode 24
yang tayan semalam
terlalu lambat untuk
diketahui
Terlebih lagi, rating
terbatas pada jumlah
pemirsa yang menonton.
‘14
7
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Komunikasi tidak dapat
disesuaikan dengan
keinginan, kebutuhan, dan
selera seluruh khalayak
atau bahkan seluruh
anggota beberapa
kelompok.
Walaupun jika umpan
baliknya berguna, sudah
terlambat untuk member
nilai pada episode itu.
Selain itu, umpan balik
tidak member masukan
mengenai cara untuk
mengembangkan usaha
komunikasi.
Fleksibel, relevan secara personal, ada kemungkinan
terdapat unsure petualangan, menantang, atau
eksperimental.
Terbatas pada setiap aspek situasi komunikasi secara virtual
Terdapat tingkat komunikasi yang umumnya memenuhi
kebutuhan sejumlah besar pemirsa
Hasil
Terdapat keyakinan bahwa eksperiman merupakan upaya
yang berbahaya
Terdapat keyakinan bahwa menantang khalayak dapat
mengundang resiko kegagalan
Gambar 9.2. Perbandingan elemen-elemen Komunikasi Interpersonal dan
Komunikasi Massa
Bila dibandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal, menurut Elizabeth – Noelle
Neumann, (1973:92), secara teknis ada empat tanda pokok dari komunikasi massa :
(1)Bersifat tidak langsung, harus melewati media
(2)Bersifat satu arah, tidak ada interaksi antara peserta komunikasi
(3)Bersifat terbuka, ditujukan pada pada publik yang tidak terbatas dan anonim
(4)Mempunyai publik yang secara geografis tersebar
Karena perbedaan teknis, maka sitem komunikasi massa juga mempunyai karakteristik
psikologis yang khas dibandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal. Ini tampak
pada pengendalian arus informasi, umpan balik, stimulasi alat indera, dan proporsi
unsur isi dengan hubungan.
D.
Sejarah Penelitian Efek Komunikasi Massa
Menurut Noelle-Neumann, penelitian efek media massa selama empat puluh tahun
mengungkapkan kenyataan bahwa efek media massa tidak perlu diperhatikan; efeknya
tidak begitu berarti. Ini diperkokoh oleh psikolog sosial William McGuire yang menulis,
Dampak media massa hasil pengukuran dalam hubungannya dengan daya
persuasive
tampaknya kecil saja. Sejumlah besar penelitian telah dilaksanakan
untuk menguji efektivitas
media massa…Hasilnya
pendukung media massa, karena ternyata
8
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
memalukan
bagi
sedikit sekali adanya bukti perubahan
sikap, apalagi perubahan perilaku nyata.
‘14
sangat
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Agak mengherankan, memang. Pada satu sisi, kita melihat kejadian-kejadian yang
menunjukkan pengaruh media massa. Pada sisi lain, peneliti sosial menunjukkan tidak
ada pengaruh yang cukup berarti.
Sampai pada tahun 1940, pada pasca Perang Dunia I, ketakutan terhadap
propaganda telah mendramatisasikan efek media massa. Harold Laswell membuat
disertasinya tentang teknik-teknik propaganda pada Perang Dunia I. Pada saat yang
sama, behaviourisme dan psikologi instink sedang popular di kalangan ilmuwan. Dalam
hubungannya dengan media massa, keduanya melahirkan apa yang disebut Melvin
DeFleur (1975) sebagai “instinctive S-R theory”. Menurut teori ini, media menyajikan
stimuli perkasa yang secara seragam diperhatikan oleh massa. Karen ateorin ini
mengasumsikan massa yang tidak berdaya ditembaki oleh stimuli media masa, teori ini
disebut juga “teori peluru” (bullet theory) atau “model jarum hypodermis” (Rakhmat,
1984), yang menganalogikan pesan komunikasi seperti obat yang disuntikkan dengan
jarum ke bawah kulit pasien. Elisabeth Noelle-Neumann (1973) menyebut teori ini “the
concept of powerful mass media”.
Serangan terbesar pada Model Peluru adalah penelitian Paul Lazarsfeld dan kawankawannya dari Columbia University pada tahun 1940. Mereka ingin mengetahui
pengaruh media massa dalam kampanye pemilu pada perilaku pemilih. Apa yang
ditemukan Paul Lazarsfeld mengejutkan, media massa hampir tidak berpengaruh sama
sekali. Alih-alih sebagai “agent of conversion” (media untuk mengubah perilaku), media
massa lebih berfungsi untuk memperteguh keyakinan yang ada. Pengaruh media juga
disaring oleh pemuka pendapat. Pengaruh interpersonal ternyata lebih dominan aripada
media massa. Khalayak juga bukan tubuh pasif yang menerima apa saja yang
disuntikkan ke dalamnya. Khalayak menyaring informasi melalui proses yang disebut
terpaan selektif (selective exposure) dan persepsi selektif (selective exposure).
Pada saat yang sama, Leon Festinger dari kubu psikologi kognitif datang dengan
“theory of cognitive dissonance” (teori disonansi kognitif). Teori ini menyatakan bahwa
individu berusaha menghindari perasaan tidak senang dan ketakpastian dengan
memilih informasi yang cenderung memperkokoh keyakinannya, sembari menolak
informasi yang bertentangan dengan kepercayaan yang diyakininya.
‘14
9
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada tahun 1960, Joseph Klapper menerbitkan buku The Effects of Mass
Communication.
Dari
rangkuman
hasil-hasil
penelitian,
Klapper,
antara
lain
menyimpulkan bahwa efek komunikasi massa terjadi lewat serangan faktor-faktor
perantara. Faktor-faktor perantara itu termasuk proses selektif (persepsi selektif,
terpaan selektif, dan ingatan selektif, dan proses kelompok, dan kepemimpinan opini).
McQuail dalam bukunya Rakhmat (1998:198-199) merangkumkan semua penelitian
pada periode ini sebagai berikut:
1) Ada kesepakatan bahwa bila efek terjadi, efek itu sering kali berbentuk peneguhan
dari sikap dan pendapat yang ada.
2) Sudah jelas bahwa efek berbeda-beda tergantung pada prestise atau penilaian
terhadap sumber komunikasi.
3) Makin sempurna monopoli komunikasi massa, makin besar kemungkinan perubahan
pendapat dapat ditimbulkan pada arah yang dihendaki.
4) Sejauh mana suatu persoalan dianggap penting oleh khalayak akan memengaruhi
kemungkinan pengaruh media massa – “komunikasi massa efektif dalam
menimbulkan pergeseran yang berkenaan dengan persoalan yang tidak dikenal,
tidak begitu dirasakan, atau tidak begitu penting.”
5) Pemilihan dan penafsiran isi oleh khalayak dipengaruhi oleh pendapat dan
kepentingan yang ada dan oleh norma-norma kelompok.
6) Sudah jelas juga bahwa struktur hubungan interpersonal pada khalayak mengantarai
arus isi komunikasi, membatasi, dan menentukan efek yang terjadi.
Setelah para peneliti menyadari sulitnya melihat efek komunikasi massa pada orang,
para peneliti bergeser mulai memperhatikan apa yang dilakukan orang terhdap media.
Khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Pendekatan
ini kemudian dikenal dengan pendekatan “uses and gratification” (penggunaan dan
pemuasan) yang pertama kali dinyatakan oleh Elihu Katz (1959).
Model lain yang termasuk model efek moderat adalah pendekatan agenda setting
yang dikembangkan oleh Maxwell E. McComb dan Donald L. Shaw. Model agenda setting
tampaknya memperbaharui kembali penelitian efek, yang diabaikan oleh uses and
gratification. Perbedaan yang utama dari jarum hipodermis adalah fokus penelitian. Bila
model jarum hipodermis memusatkan perhatian pada efek media massa terhadap sikap dan
pendapat, agenda setting memusatkan perhatian pada efek media massa terhadap
pengetahuan. Terlihat bahwa fokus perhatian beralih dari efek afektif ke efek kognitif.
‘14
10
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Psikologi Komunikasi, Jalaluddin Rakhmat, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2001
2. Sosiologi Suatu Pengantar, Soerjono Soekanto, PT. Rajawali Pers, Jakarta, 2012
3. Sosiologi Komunikasi, Sutaryo, Arti Bumi Intaran, Jakarta, 2005
4. Interpersonal Communication Everyday Encounters, Julia T. Wood, Wadswprth Group,
USA, 2002
5. Social Psychology, James W. Vander Zanden, Random House Inc., USA, 1984
6. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Dennis McQuail, Erlangga, Jakarta, 1987
‘14
11
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download