Modul Dasar-dasar Logika [TM1]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
DASAR-DASAR
LOGIKA
Modul ini berisi langkahlangkah awal untuk
memahami prinsip-prinsip
logis dalam bernalar.
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Hubungan
Masyarakat
Tatap Muka
01
Kode MK
Disusun Oleh
MK42002
Ety Sujanti, M.Ikom.
Abstract
Kompetensi
Modul ini ditulis untuk membantu
mahasiswa mengenal dasar dari
segala ilmu dan pengetahuan yaitu
logika.
Diharapakan dengan adanya modul ini,
mahasiswa dapat lebih mengetahui dan
memahami alur berpikir dan bernalar
menggunakan logika.
Ruang Lingkup Logika
1. Pengantar
Kata Logika atau logis sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Kata logis
dipakai dalam arti yang sama dengan masuk akal, dapat dimengerti. Untuk memahami
logika, kita harus mempelajarinya seacara teratur dan sistematis. Mempelajari logika berarti
mempelajari metode-metode dan prinsip-prinsip yang dipakai untuk membedakan penalaran
yang tepat (valid/sahih) dari penalaran yang tidak tepat (tidak valid/tidak sahih).
Seseorang yang telah mempelajari logika lebih mungkin bernalar secara tepat
daripada kalau dia tidak pernah mempelajari logika, alasannya:
1. Studi yang tepat atas logika akan mendekatinya sebagai suatu seni dan sebagai
suatu ilmu, dan dia akan mengerjakan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan
teori-teori yang dipalajari. Dalam hal ini, praktik akan membuat dia mampu
bernalar secara tepat.
2. Dalam studi logika, kita membuat kajian dan analisis atas kesesatan-kesesatan
atau kesalahan-kesalahan dalam penalaran.
3. Studi logika akan memberikan teknik tertentu, metode-metode yang dengan
mudah diterapkan untuk menguji kebenaran dari bermacam-macam penalaran
yang berbeda, termasuk penalaan kita sendiri. Pengetahuan ini bernilai karena
kesalahan-kesalahan dengan mudah dideteksi. Dengan demikian, kesalahankesalahan itu dapat dihindari.
4. Keinsyafan akan adanya kesulitan-kesulitan mendorong orang untuk memikirkan
caranya ia berpikir, serta meneliti asas-asas hukum yang mengatur pemikiran
manusia agar dapat mencapai kebenaran.
Logika tidak memberikan jaminan bahwa kita akan selalu sampai pada kebenaran
karena terkadang kepercayaan-kepercayaan yang menjadi titik tolak kita kadang-kadang
salah. Namun, dengan mengikuti prinsip-prinsip penalaran yang tepat, kita tidak perlu
mengulang kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan.
2. Pengertian Logika
Logika berasal dari bahasa Yunani dari kata “Logos” yang berarti kata, ucapan atau
alasan. Secara etimologis, logika merupakan ilmu yang mempelajari pikiran yang dinyatakan
dalam bahasa atau disebut juga ilmu bernalar.
Berikut beberapa pengertian logika :
1. William Alston mendefinisikan logika sebagai berikut: Logic is the study of
inference, more precisely the attempt to device criteria for separating valid from
invalid inference (Logika adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih cermat
‘14
2
Dasar-Dasar Logika
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
usaha untuk menetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan penyimpulan yang
sah dan yang tidak sah).
2. Alfred Cryril Ewing mengatakan: Study of the different kinds of proposition and the
relations between them which justify inference (studi tentang jenis-jenis
keterangan yang berbeda dan hubungan di antara mereka yang membenarkan
penyimpulan).
3. Menurut Hasbullah Bakry, logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur
penelitian hukum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat
mencapai kebenaran. Logika juga mempelajari aturan-aturan dan cara berpikir
yang dapat menyampaikan manusia kepada kebenaran dan logika mempelajari
pekerjaan akal dipandang dari aspek benar atau salah.
4. Fudyartanta mengartikan logika sebagai ilmu yang mempelajari secara mendalam
tentang kebenaran berpikir. Dengan kata lain, logika adalah ilmu radikal tentang
berpikir yang benar, supaya hasilnya benar.
Para pakar logika menaruh perhatian pada ketepatan jalan pikiran dalam suatu
proses penalaran yang lengkap. Pertanyaan utamanya adalah : Apakah kesimpulan yang
dicapai didasarkan pada premis-premis yang ada? Suatu penalaran disebut tepat atau valid
(sahih) jika kesimpulan yang ditarik berdasar pada premis-premis yang ada. Suatu
penalaran disebut tidak tepat atau tidak valid (tidak sahih) jika kesimpulan yang ditarik
berdasar pada premis-premis yang ada. Perbedaan antara penalaran yang valid dan
penalaran yang tidak valid merupakan masalah utama para ahli logika. Mereka
mengembangkan teknik-teknik dan metode-metode untuk membuat perbedaan ini jelas.
Para ahli logika tertarik dengan semua penalaran, terlepas dari masalah pokoknya, tetapi
hanya dari titik pandang khusus ini.
Berdasarkan uraian dari atas, logika dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang
metode-metode dan prinsip-prinsip yang diapakai untuk membedakan penalaran yang tepat
dari penalaran yang tidak tepat. Konsep kunci dalam definisi adalah penalaran yang tepat
atau penalaran yang valid. Ketepatan atau validitas tidak identik dengan kebenaran. Logika
hanya menaruh perhatian pada kepentingan logis (relasi konsekuansial) yang ada, antara
konklusi (kesimpulan) dan premis-premis yang ada.
Logika juga didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir
lurus (tepat). Definsi ini menekankan dua hal, pertama: logika sebagai ilmu pengetahuan;
‘14
3
Dasar-Dasar Logika
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kedua: logika sebagai kecakapan. Sebagai ilmu pengetahuan, logika merupakan kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis sehingga membentuk suatu kesatuan serta
memberikan penjelasan tentang metode-metode dan prinsip-prinsip yang tepat.
Logika bukan hanya sebagai teori, tapi juga sebagai suatu kecakapan. Sebagai
kecakapan, logika merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum
pemikiran yang tepat itu dalam praktik. Kecakapan itu tampak secara nyata, terutama dalam
kemampuan untuk membangun argument-argumen sendiri secara tepat dan mengevaluasi
argument-argumen orang lain.
3. Objek Logika
Suatu ilmu pengetahuan hanya dapat disebut ilmu pengetahuan apabila ia
memenuhi persyaratan yang dituntu oleh ilmu pengetahuan secara umum. Persyaratan
yang dituntut itu ialah setiap ilmu pengetahuan harus memiliki objek material dan objek
formal. Sesungguhnya, objek material logika ialah manusia itu sendiri, sedangkan objek
formalnya ialah kegiatan akal budi untuk melakukan penalaran yang lurus, tepat dan teratur
yang terlihat lewat ungkapan pikirannya yang diwujudkan dalam bahasa.
1. Objek Material Logika ( Arti Berpikir)
Sebagai suatu disiplin ilmiah, logika adalah cabang filsafat yang mempelajari
kegiatan berpikir manusia. Jadi objek material logika ialah manusia itu
sendiri
dalam kegiatan berpikir, bukan proses berpikir. Pada dasarnya manusia setiap saat
akan berpikir jika dihadapkan pada faktor atau sesuatu hal yang membuat ia
berpikir. Faktor-faktor yang membuat manusia untuk berpikir, yaitu antara
lain:
a. Jika pernyataan atau pendiriannya dibantah oleh orang lain (atau dirinya
sendiri).
b.Jika dalam lingkungannya terjadi perubahan secara medadak, atau terjadi
peristiwa yang tidak diaharapkan.
c. Jika ia ditanya
d. dorongan rasa ingin tahu
2. Objek Formal Logika
Sebagai objek formal dari logika ialah kegiatan akal budi untuk melakukan
“penalaran” yang lurus, tepat dan teratur yang terlihat lewat ungkapan pikirannya
‘14
4
Dasar-Dasar Logika
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang diwujudkan dalam bahasa. Penalaran adalah kegiatan berpikir yang tidak
mungkin dapat berlangsung tanpa bahasa, baik bahasa yang digunakan dalam
pikiran, bahasa yang diucapkan dengan mulut, maupun bahasa tertulis. Objek
formal logika membahas isi pikiran sebagaimana diungkapkan lewat bahasa demi
kebenaran isi pikiran itu sendiri. Dalam kegiatan berpikir, pikiran-pikiran diarahkan
untuk memunculkan sebuah kesimpulan. Proses dalam akal budi yang berupa
kegiatan menghubungkan satu pikiran dengan pikiran-pikiran lain untuk menarik
sebuah kesimpulan disebut penalaran. Tampak bahwa kegiatan berpikir
memperlihatkan bentuk atau pola tertentu berupa rangkaian pernyataan yang
memperlihatkan struktur tertentu. pola rangkaian pernyataan yang mewujudkan
jalan pikiran itulah yang akan menentukan tepat atau tidak tepatnya jalan pikiran
yang bersangkutan, dalam hal itulah yang dipelajari dalam logika. Dengan
demikian, objek formal dari logika adalah bentuk-bentuk atau pola-pola kegiatan
berpikir manusia dan struktur kombinasi pernyataan-pernyataan secara formal.
Bentuk atau pola berpikir dan struktur kombinasi
pernyataan-pernyataan itu
menunjukkan adanya aturan-aturan tertentu. kegiatan berpikir yang lurus atau
tepat adalah kegiatan berpikir yang berlangsug sesuai dengan aturan-aturan itu.
Aturan-aturan itulah yang dipelajari dalam logika. Jadi objek formal dari logika
adalah bentuk atau pola berpikir berupa struktur fomal kombinasi pernyataanpernyataan sesuai aturan logika.
4. Sumber-Sumber Logika
Secara hakiki logika dapat dibagi menjadi dua macam yaitu Logika Alamiah
(Kodratiah) dan Logika Ilmiah (Saintifika). Logika alamiah adalah kinerja akal budi
manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan
dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia
ada sejak lahir. Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika
ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap
pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih
tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk
menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.
Logika ilmiah memiliki dua cabang kajian, yakni logika sebagai ilmu pengetahuan
dan logika sebagai cabang filsafat. Logika sebagai ilmu pengetahuan merupakan sebuah
ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses
penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi
‘14
5
Dasar-Dasar Logika
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ketepatannya. Logika sebagai cabang filsafat adalah sebuah cabang filsafat yang praktis.
Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Sejarah Logika
Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk
memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf- filsuf Yunani kuno tidak
jarang
mencoba
membantah
pikiran
yang
lain
dengan
menunjukkan
kesesatan
penalarannya.
Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk
inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang
filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.
A. Masa Yunani kuno
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling
kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air
adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales
telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut
logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air
adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles
disimpulkan dari:
Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
Air jugalah uap
Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai
dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan
memberikan saran-saran dalam bidang ini. Pada masa Aristoteles logika masih disebut
‘14
6
Dasar-Dasar Logika
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dengan analitica, yang secara khusus meneliti berbagai argumen yang berangkat dari
proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang
berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles
adalah silogisme. Buku Aristoteles to Organon (alat) berjumlah enam, yaitu:
1. Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
2. De interpretatione tentang keputusan-keputusan
3. Analytica Posteriora tentang pembuktian.
4. Analytica Priora tentang Silogisme.
5. Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
6. De sophisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin
Lyceum, melanjutkan pengembangn logika. Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan
oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi
pada masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis
yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.Porohyus (232 - 305)
membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku Aristoteles.Boethius
(480-524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin dan menambahkan
komentar- komentarnya.Johanes Damascenus (674 - 749) menerbitkan Fons Scienteae.
B. Masa Abad pertengahan dan logika modern
Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione,
Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.Thomas Aquinas 1224-1274
dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika. Lahirlah logika modern
dengan tokoh-tokoh seperti:Petrus Hispanus 1210 - 1278). Roger Bacon 1214-1292.
Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars
Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian. William Ocham (1295 - 1349)
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh
Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704)
dalam An Essay Concerning Human Understanding. Francis Bacon (1561 - 1626)
mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum
Scientiarum. J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran
induksi dalam bukunya System of Logic. Lalu logika diperkaya dengan hadirnya peloporpelopor logika simbolik seperti: Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika
aljabar
‘14
7
berdasarkan
Dasar-Dasar Logika
Ety Sujanti, M.Ikom
Ars
Magna
dari
Raymundus
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Lullus.
Logika
ini
bertujuan
menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian. Menyusul
kemudian tokoh-tokoh pengembang logika seperti George Boole (1815-1864), John Venn
(1834-1923) dan Gottlob Frege (1848 - 1925). Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914),
seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di John Hopkins University,melengkapi
logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's Law)
yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs)
Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya
Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead
(1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970). Logika simbolik lalu
diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel
(1906-1978), dan lain-lain.
6. Proses Berpikir
Pada ilmu psikologi, menurut Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah
sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi
dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika,
imajinasi, dan pemecahan masalah.
Disinilah sesungguhnya logika mulai, maksud utama dari ilmu logika selain
mengungkapkan hakikat berpikir dengan segala bentuk turunannya, juga menjamin
ketepatan, keseksamaan dalam proses pemikiran. Logika menunjukkan, meletakkan,
menguraikan, dan juga membuktikan hukum-hukum dan aturan-aturan yang akan menjaga
kita agar tidak terjerumus dalam kekeliruan (kesesatan).
Pemikiran adalah aksi (act) yang menyebabkan pikiran mendapatkan pengertian
baru dengan perantaraan hal yang sudah diketahui. Sebenarnya yang beraksi disini bukan
hanya pikiran atau akal budi, yang beraksi sesungguhnya adalah seluruh manusia
(manusianya). Selanjutnya proses pemikiran adalah suatu pengesahan mental dari satu hal
menuju hal lain, dari apa yang mudah diketahui ke hal yang belum diketahui.
Logika menyelidiki hukum-hukum pemikiran dengan menguraikan unsur-unsur
pemikiran manusia, yaitu: pertama adalah pengertian-pengertian; kedua adalah pengertianpengertian itu disusun sedemikian rupa sehingga menjadi keputusan-keputusan; keetiga
adalah keputusan-keputusan itu disusun sedemikian rupa sehingga menjadi penyimpulanpenyimpulan.
Pemikiran manusia (kegiatan akal budi) terdapat tiga unsur yaitu:
1. Menangkap sesuatu sebagaimana adanya. Artinya, menangkap sesuatu tanpa
mengakui atau memungkirinya.
‘14
8
Dasar-Dasar Logika
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Memberikan keputusan. Artinya, menghubungkan pengertian yang satu dengan
pengertian lainnya atau memungkiri hubungan itu.
3. Merundingkannya. Artinya, menghubungkan keputusan-keputusan sedemikian
rupa, sehingga dari satu keputusan atau lebih, dan akhirnya sampai pada suatu
kesimpulan.
7. Bentuk dan Isi Argumen
Argumen adalah sekadar kata lain untuk pemikiran, penalaran. Sedangkan
argumentasi lebih menunjukkan metode pemikiran, lebih-lebih apabila mencakup banyak
langkah. Dalam menyusun pemikiran membutuhkan prinsip-prinsip tertentu, yaitu hal-hal
yang harus diketahui dan diakui sebelumnya.
Menyusun pemikiran, mencakup beberapa langkah atau banyak langkah, adalah
suatu proses mental yang di dalamnya kita bergerak dari apa yang diketahui dan hal yang
tidak diketahui. Oleh karena itu, kita dapat membedakan tiga hal dalam penyusunan
pemikiran, yaitu:
1. Hal yang diketahui
2. Hal yang tidak diketahui
3. Proses mental dari yang pertama ke yang kedua
Dalam menyusun pemikiran membutuhkan prinsip-prinsip tertentu, yaitu hal-hal yang
harus diketahui dan diakui sebelumnya. Tanpa prinsip-prinsip ini, pemikiran sama sekali
tidak mungkin dapat dilaksanakan. Disebut prinsip-prinsip karena proses pemikiran berrtolak
dengan mereka dan kesimpulan terbit dari mereka. Seperti halnya dalam memberi definisi,
kadang-kadang menyentuh pengertian-pengertian yang dengan tegas tidak dapat
didefinisikan, demikian juga dalam argumentasi kita harus menumpukan diri pada prinsipprinsip dasar dan pertama yang tidak dapat dibuktikan oleh proses pemikiran manapun juga.
Terdapat dua prinsip argumentasi, yaitu material dan formal (W.Poepoprodjo,
1999:151). Prinsip-prinsip material adalah term-term atau proposisi-proposisi (premispremis),
sedangkan
prinsip
formal
adalah
kebenaran-kebenaran
yang
menjamin
terlaksananya proses pemikiran yang benar. Misalnya: prinsip formal yang mendasari
silogisme kategoris adalah prinsip identitas, sedangkan prinsip formal yang melandasi
‘14
9
Dasar-Dasar Logika
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
silogisme konditional, induksi dan argument prinsip formal adalah prinsip alasan yang
mencukupi.
Jadi, argument atau argumentasi adalah sekelompok pernyataan yang di dalamnya
terdapat satu pernyataan yang dinamakan kesimpulan yang diterima sebagai kesimpulan
berdasarkan pernyataan atau pernyataan-pernyataan lainnya, dari kelompok pernyataan itu
yang dinamakan premis-premis
8. Proses Bernalar
Bernalar adalah sebuah aktivitas mental khusus yang disebut penyimpulan, yang
bisa disebut juga membuat (atau menunjukkan) kesimpulan-kesimpulan. Menurut Glass dan
Holyoak bahwa penalaran meliputi berbagai simpulan pengetahuan mutakhir dan keyakinan.
Penalaran, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan proses kognitif
yang saling berhubungan. Pengambilan keputusan meliputi usaha untuk mencapai setiap
variasi dari berbagai tipe tujuan. Dengan demikian, penalaran jelas meliputi pengambilan
keputusan,
sedangkan
penalaran
dan
pengambilan
keputusan
diperlukan
untuk
menyelesaikan masalah. Sehingga, pengambilan keputusan berarti menaksir dan memilih di
antara beberapa alternatif yang tersedia. Penalaran adalah bentuk khusus dari berpikir
dalam upaya pengambilan kesimpulan yang digambarkan oleh premis. Setiap penalaran
adalah berpikir, tetapi tidak semua berpikir adalah penalaran
Semua bentuk penalaran selalu bertolak dari sesuatu yang sudah ada atau sudah
kita ketahui. Kita tidak mungkin menalar dengan bertolak dari ketikatahuan. Selalu ada
sesuatu yang terseedia yang kita pergunakan sebagai titik tolak untuk menalar. Titik tolak
tersebut kita namakan “yang telah diketahui”, yaitu sesuatu yang dapat dijadikan sebagai
premis, evidensi, bukti, dasar bahkan alasan dari mana hal “yang belum diketahui” dapat
disimpulkan. Hal yang disimpulkan itulah yang disebut konklusi (kesimpulan). Sehingga bisa
dikatakan bahwa penalaran dapat juga disebut 'berfikir konklusif', yaitu berfikir untuk menarik
kesimpulan.
Ada dua macam penyimpulan, yaitu:
1. Deduksi. Dalam penyimpulan deduktif, proses penalaran kita bertolak dari pengetahuan
yang bersifat universal menuju pengetahuan yang sifatnya partikular kongkrit.
Contoh:
- Semua manusia akan mati
- Si Ety adalah manusia
- Jadi, Ety akan mati.
‘14
10
Dasar-Dasar Logika
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Induktif. Yaitu proses penyimpulan yang berasal dari dua premis atau lebih menuju
kesimpulan yang lebih bersifat umum, bila dibandingkan dengan salah satu atau kedua
premisnya.
Contoh:
- Pohon-pohon mati
- Binatang-binatang mati
- Manusia mati
- Semua mereka adalah makhluk hidup
- Jadi, semua makhluk hidup mati
‘14
11
Dasar-Dasar Logika
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Jacobus Ranjabar, Dasar-Dasar Logika, Sebuah Langkah Awal untuk Masuk ke Berbagai
Disiplin Ilmu dan Pengetahuan (Bandung: Alfabeta, 2014)
2. Djoni Dwijono dan F. Soesianto, Seri Logika Matematika: Logika Proposisional,
(Yogyakarta: Andi Offset, 2003).
3. Glass, A. L., & Holyoak, K. J, Cognition (2nd ed.). Auckland: McGraw-Hill
International
4. Matlin, M. W. (1994). Cognition (3rd ed.). Fort Worth: Harcourt Brace Publishers.
(1986).
5. Patrick J. Hurley, A Concise Introduction to Logic, Eleventh edition, 2012, Wadsworth,
Cengage Learning
5. Surajiyo, dkk.,Dasar-Dasar Logika, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006).
‘14
12
Dasar-Dasar Logika
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download