BAB I - Nawasis

advertisement
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN SUMENEP
BAB III
PROFIL SANITASI WILAYAH
3.
Tabel 3.1 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Sumenep Tahun 2009-2013
No
Belanja Sanitasi (Rp)
Uraian
1
Belanja Sanitasi (1a+1b+1c+1d)
1.a Air Limbah Domestik
1.b Sampah Rumah Tangga
1.c Drainase Lingkungan
1.d Promosi Higiene dan Sanitasi
2
Dana Alokasi Khusus (2a+2b+2c)
2.a DAK Sanitasi
2.b DAK Lingkungan Hidup
2.c DAK Perumahan Pemukiman
3
Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi
4
Bantuan Keuangan Provinsi untuk sanitasi
Belanja APBD murni untuk sanitasi (1-2-3)
Total Belanja Langsung
% APBD murni terhadap belanja Langsung
Sumber : APBD tahun 2009-2013, diolah
2009
2010
2011
2012
2013
15,018,337,015
5,998,660,700
2,189,179,900
6,184,162,315
646,334,100
15,018,337,015
282,591,760,847
5.31
10,080,019,700
853,115,050
2,704,717,500
6,053,127,650
469,059,500
10,080,019,700
211,316,002,416
4.77
11,542,476,100
1,589,650,950
3,492,846,300
6,008,974,100
451,004,750
11,542,476,100
307,262,402,680
3.76
21,479,592,692
3,650,801,779
6,181,959,713
10,599,389,200
1,047,442,000
1,388,131,500
1,388,131,500
22,867,724,192
412,730,902,883
5.54
19,659,126,881
2,728,437,889
7,063,727,204
8,350,282,488
1,516,679,300
1,217,319,000
1,217,319,000
20,876,445,881
515,743,016,069
4.05
Rata-rata
pertumbuhan
(%)
14.81
26.24
35.99
13.08
36.44
-0.12
-0.12
17.76
19.87
-2.74
Tabel 3.2 Realisasi dan potensi Retribusi Sanitasi per Komponen Tahun 2009-2013
No
Retribusi Sanitasi Tahun (Rp)
SKPD
2009
1
1.a
1.b
2
1.a
1.b
3
1.a
1.b
4
5
6
Sumber
3.1.
Retribusi Air Limbah
Realisasi retribusi
Potensi Retribusi
Retribusi Sampah
Realisasi retribusi
Potensi Retribusi
Retribusi drainase
Realisasi retribusi
Potensi Retribusi
Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a)
Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b)
Proporsi Total Realisasi-Potensi Retribusi sanitasi (4/5)
: Realisasi APBD tahun 2009-2013, diolah
2010
2011
2012
2013
Rata-rata
pertumbuhan
(%)
2,465,000
2,588,250
2,550,000
2,677,500
2,550,000
2,677,500
7,570,000
7,948,500
66.77
66.77
94,952,000
99,699,600
105,359,000
110,626,950
104,448,000
109,670,400
105,755,000
111,042,750
3.78
3.78
97,417,000
102,287,850
0.95
107,909,000
113,304,450
0.95
106,998,000
112,347,900
0.95
113,325,000
118,991,250
0.95
0.00
0.00
5.28
5.28
PROMOSI HIGIENE DAN SANITASI
Kampanye PHBS dilaksanakan oleh Bapemas dan Pemdes, Dinas Kesehatan, BPPKB, Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten sumenep baik secara langsung maupun berkoordinasi dengan organisasi
lain, melalui SKPD terkait. Pelaksanaan Kampanye PHBS dilaksanakan secara integral dengan
program-program lain dari Bapemas dan Pemdes serta Dinas Kesehatan Kabupaten sumenep yang lain.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Bapemas dan Pemdes berkaitan dengan Kampanye PHBS (tabel
terlampir).
3.1.1. Tatanan Rumah Tangga
Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tatanan rumah tangga meliputi cuci tangan pakai sabun,
buang air besar, pembuangan kotoran anak dan pembuangan sampah. Untuk mengetahui kodisi PHBS di
tatanan rumah tangga dilakukan studi EHRA dengan melakukan survey pada 3 kecamatan yang dianggap
POKJA SANITASI KABUPATEN SUMENEP
1
dapat mewakili 13 (tiga belas) kecamatan yang meliputi 189 desa/kelurahan
dengan melibatkan
masyarakat, sanitarian kelurahan dan stakeholder lainnya yang terlibat dalam pembangunan dan
pengembangan kondisi sanitasi dan pola hidup sehat masyarakat Kabupaten sumenep.
Praktek cuci tangan pakai sabun dalam tatanan rumah tangga termasuk tinggi di Kabupaten
sumenep. Sebagian besar masyarakat telah melakukan cuci tangan pakai sabun terutama pada 5 waktu
penting yaitu sesudah buang air besar, membersihkan tangan setelah BAB anak, sebelum menyantap
makanan, sebelum menyuapi anak, dan sebelum menyiapkan makanan. Hal ini menunjukkan masyarakat
Kabupaten sumenep telah sadar untuk berpola hidup bersih dan sehat dengan melakukan cuci tangan
pakai sabun.
3.1.2. Tatanan Sekolah
PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara
mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS
di sekolah yaitu :
1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun.
2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah.
3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
4. Olahraga yang teratur dan terukur.
5. Memberantas jentik nyamuk.
6. Tidak merokok di sekolah.
7. Memilah sampah basah dan kering.
Sekolah yang sehat merupakan suatu keharusan, hal ini dikarenakan karena akan mempengaruhi
keberlangsungan proses pendidikan. Sama halnya dengan rumah sehat, sekolah sehat yang ada di
Kabupaten sumenep mempunyai empat kriteria sanitasi dasar yang sehat.
Beberapa permasalahan sanitasi yang muncul di tatanan sekolah diantaranya :
1. Sebagian besar sekolah SD yang ada di Kabupaten sumenep
belum terpisah antara toilet untuk
guru (laki-laki & perempuan) dan murid (laki-laki & perempuan). Tetapi
ada beberapa sekolah
yang sudah mempunyai tempat kencing yang terpisah untuk guru dan murid laki-laki.
2. Sebagian besar sekolah SMP, SMA, SMK yang ada di Kabupaten sumenep sudah terpisah antara
toilet untuk guru (laki-laki & perempuan) dan murid (laki-laki & perempuan).
3. Ketersediaan air cukup baik yang bersumber dari PDAM maupun dari sumur gali.
4. Sarana cuci tangan di sebagian besar sekolah sudah tersedia tetapi tidak dibarengi dengan
tersedianya sabun.
5. Yang membersihkan jamban di sekolah umumnya adalah pesuruh sekolah, tapi ada juga di beberapa
sekolah yang melakukannya adalah murid sekolah tersebut.
6. Sampah hanya dikumpulkan di tempat sampah dan belum ada pemilahan dan pengolahan lanjut.
7. Air limbah/kotor dari toilet dibuang ke dalam tangki septic dan air dari kamar mandi dibuang ke
saluran drainase dan ada juga sebagian Sekolah yang mengalirkan ke serapan.
8. Kondisi hygiene sekolah SD & MI kurang sehat dan kotor
9. Kondisi hygiene sekolah SMP, SMA, SMK umumnya sehat dan bersih.
Tabel 3.4 Kondisi Sarana Sanitasi di sekolah (sumber air, toilet,SPAL dan tempat cuci tangan)
Sumber Air Bersih
Jumlah Siswa
Jumlah Guru
Nama/Tingkatan
No
PDAM
SPT
Sekolah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
SDN
MIN
MI Swasta
SD Swasta
SMPN
MTSN
MTS Swasta
SMP Swasta
SMAN
MAN
SMKN
SMA Swasta
MA Swasta
SMK Swasta
L
P
33,405 30,631
270
282
22,601 22,036
1,713
1,610
8,029
6,385
708
752
11,997 13,139
3,242
3,304
3,995
3,358
674
731
1,499
526
3,712
2,771
8,566
8,149
1,045
882
L
4,757
34
5,365
333
740
50
3,087
946
297
47
73
601
1,976
362
P
2,766
18
1,851
184
591
42
807
311
187
34
59
242
452
130
S
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
K
T
S
K
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
T
Jumlah
Jumlah
Toilet/ WC Toilet/ WC
Siswa
Guru
SGL
S
K
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
T
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
L
245
3
293
23
103
6
256
85
34
3
6
75
184
34
P
245
4
294
24
94
8
232
73
26
4
6
62
190
20
L
217
3
229
17
52
4
247
80
13
3
1
40
126
16
P
218
3
230
18
35
3
178
52
14
1
1
30
108
17
Tempat Pembuangan Air Kotor
Toilet
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Tabel 3.5: Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah (tingkat sekolah/setara: SD/MI) (pengelolaan sampah dan hygiene dan sanitasi)
Apakah pengetahuan tentang higiene dan
Apakah ada dana untuk air
sanitasi diberikan
bersih/sanitasi/pendidikan higiene
ya , saat
ya
,Saat
No
Nama Sekolah
mata
pertemuan/
Tidak
ya
tidak
penyuluhan pelajaran
pernah
penjas di
tertentu
kelas
KECAMATAN KOTA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
SDN KEPANJIN
SDN KARANGDUAK I
SDN KOLOR II
SDN PANGARANGAN I
SDN. PANGARANGAN V
SDN. PANGARANGAN VII
SDN PANDIAN I
SDN PAMOLOKAN II
SDN KEBUNAGUNG II
SDN PABIAN I
SDN KACONGAN
SDN Parsanga 1
SDN PARSANGA II
SDN PABERASAN I
SDN PABERASAN II
SDN MARENGAN DAYA I
SDN KEBUNAN I
SDN BANGKAL II
SDN BANGSELOK I
SDN KARANGDUAK II
SDN MARENGAN DAYA III
SDN. PABIAN III
SDN PABIAN IV
SDN PAJAGALAN I
SDN PAJAGALAN II
SDN PAMOLOKAN III
SDN PANDIAN V
SDN PANGARANGAN III
SDN PARSANGA IV
SDN KEBUNAN II
SDN PAMOLOKAN I
SD KATOLIK SANG TIMUR
SDIT AL HIDAYAH SUMENEP
SD INTEGRAL LUQMAN AL HAKIM
MIN TERATE PANDIAN SUMENEP
MIN KOLOR SUMENEP
3.2.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Talang
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Kamar
mandi
Air
hujan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Fasilitas
Persediaan
cuci tangan
sabun
Y
T
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Y
T
Siapa yang membersihkan Toilet
Siswa
L
P
Guru
L
Pesuruh
P
L
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Cara pengelolaan sampah
dikumpulkan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
dipisahkan
Kapan tangki
septik
dibuat kompos dikosongkan
2009
2009
belum pernah
2011
2009
belum pernah
2009
2010
2009
belum pernah
2009
2010
2009
2009
belum pernah
2009
2010
2009
2009
belum pernah
2010
2009
2009
2010
belum pernah
2009
2009
2009
belum pernah
2009
belum pernah
2010
2009
2009
belum pernah
2009
Keterangan
P
hanya10% jumlah
sekolah di daerah
terpencil
mendapatkan
akses air bersih
fasilitas cuci
tangan hanya pada
sekolah yang ada
dikota dengan
akses air bersih
PDAM
Kondisi
higiene
sekolah
Rencana
perbaikan
sanitasi
sekolah
kurang
kurang
baik
kurang
kurang
kurang
baik
kurang
kurang
kurang
kurang
baik
kurang
kurang
kurang
kurang
baik
kurang
baik
kurang
baik
kurang
kurang
kurang
baik
kurang
kurang
baik
kurang
kurang
kurang
kurang
baik
kurang
baik
kurang
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Prasarana pengolahan air limbah domestik di Kabupaten sumenep perlu perhatian yang serius.
Hal ini karena berkaitan dengan derajat kesehatan masyarakat. Sistem pengelolaan air limbah
domestik yang terdapat di Kabupaten sumenep dapat dibedakan menjadi dua yaitu; sistem
buangan rumah tangga biasanya langsung dibuang atau dialirkan ke sungai atau saluran
pematusan. Sedangkan untuk pemukiman yang terdapat di pusat kota sebagian sudah
menggunakan sistem septick tank.
Kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran di Kabupaten sumenep adalah kegiatan
yang berasal dari rumah tangga yang berkonstribusi membuang limbah paling banyak yaitu
berkisar + 70 % jika dibanding kegiatan-kegiatan lain yang hanya sekitar 15-20 % saja. Untuk
mengolah limbah cair rumah tangga, Pemerintah Kabupaten sumenep telah mengupayakan
bantuan dan fasilitas berupa pembangunan IPAL komunal bagi Pondok Pessantren.
3.2.1. Kelembagaan
Kegiatan pengelolaan dan pengendalian air limbah domestik yang ditimbulkan oleh kegiatan
industri maupun rumah tangga di Kabupaten sumenep merupakan tanggung jawab dari
Pemerintah kabupaten sumenep yang dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup , Dinas
Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum, namun kerjasama tetap diperlukan dengan instansi lain
seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), dibawah pengawasan dari Badan
Pengawas Dampak Lingkungan Hidup Daerah (Bapedalda) Propinsi Jawa Timur.
Bappeda :
Berperan sebagai leading sector dalam pembentukan Pokja sanitasi dan merupakan instansi
penanggung jawab program PPSP Pemerintah Kabupaten sumenep. Dalam Struktur
kelembagaan pokja sanitasi Kabupaten sumenep, Bappeda berperan sebagai koordinator
kelompok kerja bidang perencanaan dalam organizing commite, coordinator kelompok kerja
bidang Sosialisasi dan Monitoring - Evaluasi serta koordinator sekretariat pokja. Dalam
perencanaan pembangunan sanitasi, yang memiliki peranan secara langsung adalah Bidang
Fisik dan Prasarana dan Bidang Sosial Budaya pada Bappeda.
Badan Lingkungan Hidup :
Peran BLH dalam pengelolaan air limbah domestik Kabupaten sumenep adalah sebagai operator
dalam pengelolaan air limbah domestik.
Dinas Pekerjaan Umum :
Peran Dinas Pekerjaan Umum dalam pengelolaan air limbah domestik Kabupaten sumenep
adalah sebagai fasilitator dalam pengelolaan air limbah domestik yakni memfasilitasi penyediaan
sarana dan prasarana pengelolaan air limbah domestik.
Dinas Kesehatan :
Peran Dinas Kesehatan dalam pengelolaan air limbah domestik Kabupaten sumenep adalah
sebagai regulator dan operator dalam pengelolaan air limbah domestik yang berkaitan dengan air
limbah medis.
RSUD Dr Slamet Martodirdjo :
Dalam pokja sanitasi, RSUD Dr Slamet Martodirdjo berperan dalam anggota kelompok kerja
bidang Sosialisasi dan Monitoring – Evaluasi yang ditangani oleh Bidang Penunjang Non Medis
pada RSUD Dr Slamet Martodirdjo. Dalam pengelolaan aspek sanitasi, RSUD berperan dalam
penanganan limbah medis Rumah Sakit.
Tabel 3.6: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik
FUNGSI
PEMANGKU KEPENTINGAN
Pemerintah
Swasta
Masyarakat
Kabupaten/Kota
PERENCANAAN
1. Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota
2. Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka
pencapaian target
3. Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam
rangka pencapaian target
PENGADAAN SARANA
√
1. Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik
2. Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki
Septik)
3. Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk
tinja)
4. Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke
IPAL (pipa kolektor)
5. Membangun sarana IPLT dan atau IPAL
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
PENGELOLAAN
1. Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja
√
2. Mengelola IPLT dan atau IPAL
√
3. Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja
4. Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau
penyedotan air limbah domestik
5. Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan
(tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan
IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
1. Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik
(pengangkutan, personil, peralatan, dll)
2. Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal
pengelolaan air limbah domestik
3. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah
domestik
MONITORING DAN EVALUASI
1. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target
pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota
2. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur
sarana pengelolaan air limbah domestik
3. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air
limbah domestic, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas
layanan air limbah domestik
4. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah
domestik
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Tabel 3.7: Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Sumenep
Ketersediaan
Peraturan
Ada (Sebutkan)
AIR LIMBAH DOMESTIK
1. Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di
Kabupaten
2. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan
layanan pengelolaan air limbah domestik
3. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam
memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air
limbah domestik
4. Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang
untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian
rumah
5. Kewajiban dan sanksi bagi industry rumah tangga untuk
menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha
6. Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana
pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha
7. Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat,
industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik
8. Retribusi penyedotan air limbah domestik
Efektif
Dilaksanakan
Tidak Ada
Keterangan
Belum Efektif
Dilaksanakan
Tidak Efektif
Dilaksanakan
Keterangan
√
√
√
√
√
perijinan IMB
√
√
perijinan IMB
√
√
√
9. Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestik
bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran
√
3.2.2. Sistem Dan Cakupan Pelayanan
Peranan pemerintah daerah masih sangat diperlukan untuk meningkatkan pelayanan umum
sanitasi dalam rangka peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah mengalihkan secara bertahap sistem sanitasi individu ke sistem terpusat.
Sementara tingkat pelayanan umum di setiap kota dan kabupaten akan tergantung pada
kemampuan setiap pemerintah daerah untuk mendanainya, pada sumber air yang digunakan
untuk air minum, kepadatan penataan, kondisi tanah, kemampuan masyarakat untuk membayar
sistem yang dipilih.
Sistem pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten sumenep dilakukan dengan menggunakan
sistem onsite (setempat) dan offsite (terpusat). Sistem on site pada umumnya banyak digunakan
masyarakat di Kabupaten sumenep dalam skala rumah tangga. Sedangkan sistem Offsite
banyak digunakan di lingkungan pondok pesantren dengan menggunakan sistem pembuangan
air limbah domestik secara komunal yang dilaksanakan dengan program SANIMAS. Jumlah
pondok pesantren yang menggunakan sistem tersebut sebanyak 17 pondok pesantren.
Tabel 3.8: Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik
Input
User Interface
Pengumpulan dan
Penampungan/Pengolahan
Awal
Pengaliran
Pengolahan Akhir
Tangki Septik indivudu/komunal
pipa
truk tangki
truk tangki
Sumur resapan
IPLT
Pembuangan/
Daur Ulang
Kode/Nama Aliran
BlackWater
WC Sentor
cubluk
Tinja, urine, air pembersih,air
penggelontor
tanah
sungai
sungai
tanah
WC helikopter
WC helikopter
sungai
sungai
sungai
kolam
tanah
Aliran Limbah AL1
Aliran Limbah AL2
Aliran Limbah AL3
Aliran Limbah AL4
Aliran Limbah AL5
Aliran Limbah AL6
Aliran Limbah AL7
Aliran Limbah AL8
Grey Water
Air bekas cucian dapur,
kamar mandi, cuci pakaian
pipa
Sewer
Sewer
tempat buangan air kamar
mandi,tempat cucian dapur,tempat
cucian pakaian
sumur resapan
sungai
tanah
tanah
Aliran Limbah AL9
Aliran Limbah AL10
Aliran Limbah AL11
Tabel 3.9: Sistem pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Sumenep
Kelompok Fungsi
A
User Interface
Penampungan Awal
Pengaliran
Pengolahan akhir
Pembuangan/Daur ulang
Teknologi yang digunakan
Jenis Data Sekunder
B
WC Sentor
C
Tangki Septik
Jumlah (kuantitas)
KK Tersambung
Jumlah (kuantitas)
Truk tangki limbah
Jumlah (kuantitas)
IPAL
Sungai
Nama IPLT
Nama Sungai
(Perkiraan)
Data
D
Nilai
Sumber Data
E
72,922 Dinas Kesehatan
72,922 Dinas Kesehatan
72,922 Dinas Kesehatan
Kantor Kebersihan
1
dan pertamanan
IPLT Kota
BLH
Kali Marengan
BLH
3.2.3. Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK
Berdasarkan hasil Analisis PMJK Kabupaten sumenep tahun 2012 diketahui bahwa secara
umum penanganan air limbah domestik di Kabupaten sumenep kurang baik. Tingkat kesadaran
masyarakat mengenai penanganan dan kepedulian terhadap air limbah domestik masih rendah.
Dalam hal pasrtisipasi tidak mempermasalahkan mengenai perbedaan gender, hanya saja
untuk laki-laki dan perempuan menempati porsi masing-masing yang sesuai dengan kemampuan
masing-masing.
Penanganan limbah cair di masing-masing rumah melibatkan laki-laki dan perempuan, biasanya
laki-laki lebih banyak pada penangan saluran air di luar rumah dan septic tank sedangkan
perempuan lebih banyak pada sumber dari limbah cair (grey water) terutama untuk air limbah
yang berasal dari cucian, mandi dan memasak. Peran yang tidak kalah pentingnya bagi kedua
belah pihak baik laki-laki dan perempuan adalah kedua-duanya harus dilibatkan dalam
penentuan beberapa hal yang terkait dalam pengolahan limbah cair baik itu black water maupun
grey water utamanya untuk urusan pendanaan, penentuan teknologi, lokasi dan lain-lain.
Akses dan penanganan air limbah domestik dalam lingkungan rumah tangga miskin di
Kabupaten sumenep relatif belum dapat terpenuhi secara keseluruhan dan optimal. Secara
umum, pengelolaan air limbah domestik di lingkungan keluarga miskin masih menggunakan pola
sederhana yang cenderung tidak menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satu
contoh nyata adalah membuang air limbah domestik langsung ke badan sungai atau halaman
rumah
3.2.4. Pemetaan Media
Sanitasi dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komuniksi dimana dalam komunikasi
terdapat pengirim pesan (komunikator), media / saluran komunikasi, pesan yang ingin
disampaikan, alat / tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi (komunikan).
Untuk itu dilakukan studi komunikasi dan pemetaan media yang merupakan salah satu studi yang
dilakukan oleh pokja Sanitasi Kabupaten sumenep dalam rangka melengkapi data untuk buku
putih. Buku putih merupakan rangkuman kondisi eksisting yang diharapakan dapat menyediakan
semua informasi, termasuk mengenai media yang ada dan referensi media masyarakat.
Studi komunikasi dan pemetaan media bertujuan :
1.
Mengetahui pengalaman-pengalaman dan kapasitas pemerintah kota dalam
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial termasuk disini adalah media yang
digunakan, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak sasaran dan catatan pembelajaran.
2.
Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu yang diangkat oleh pemkab dan
PPSP serta peluangpeluang kerjasama dengan media massa.
3.
Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan
isu sosial lainnya.
4.
Mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan preferensi media dan kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi isu-isu sanitasi.
Adapun hasil dari studi ini adalah :
1.
Digunakan sebagai dasar perencanaan media untuk kampanye kepedulian sanitasi.
2.
Media belajar bersama, khususnya bagi pokja sanitasi untuk kegiatan sejenis dimasa
mendatang.
3.
Terinformasinya program pembangunan sanitasi kab/kota, PPSP dan pokja sanitasi
kab/kota kepada nara sumber yang diwawancarai.
Media komunikasi di kabupaten sumenep berupa media elektronik, yaitu Radio RALITA FM dan
TV Madura Channel (MACAN), juga ada media cetak Jawa Pos (Radar Madura). Untuk kegiatan
komunikasi secara umum maupun untuk pengolahan air limbah domestik.
Tabel 3.13 Kegiatan Komunikasi terkait komponen air limbah
No
Kegiatan
Tahun
1
Kopi Pagi
(RRI Stasiun
Sumenep)
2011
2
Kopi Pagi
(RRI Stasiun
Sumenep)
2012
Dinas Pelaksana
Tujuan Kegiatan
Khalayak Sasaran
Pesan Kunci
Pembelajaran
BLH dan Dinkes
Edukasi masyarakat tentang
bahaya pencemaran limbah Masyarakat umun
domestik
Kuras tangki septik secara berkala
Dinkes
Edukasi masyarakat tentang
bahaya pencemaran limbah Masyarakat umun
domestik
Stop BABS
Pentingnya menjaga
kebersihan dan
kesehatan lingkungan
sekitar
Menumbuhkan rasa
tanggung jawab terhadap
lingkungan
Tabel 3.14 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait komponen air limbah
No
1
2
3
4
5
Jenis Media
Media massa cetak
Sumenep (artikel Hidup sehat)
Khalayak
Pendanaan
Radar Masyarakat umum, pendidikan
menengah keatas
Isu yang Diangkat
Masih banyaknya masyarakat yang
BABS
APBD
Media elektronik audio
RRI
Masyarakat umum
APBD dan CSR Bank BRI
Kabupaten Sumenep
Radio
Gema sumekar
Media elektronik audio visual Televisi
lokal / nasional
Masyarakat umum, pendidikan
Media elektronik berbasis web
menengah keatas dengan kemampuan APBD
www.sumenep.go.id
aplikasi computer cukup
Brosur/famplet/spanduk
program Sanimas
Spanduk
Masyarakat umum
APBD/APBN
Pesan Kunci
BABS mencemari air tanah dan
sungai menimbulkan diare bakteri
coli
Efektivitas
hanya efektif untuk kalangan terbatas
dengan kebiasaan membaca dan atau
berlangganan koran
Masih banyaknya masyarakat yang
BABS
Kebersihan lingkungan tanggung
jawab bersama
Revitalisasi instalasi pengolahan air
limbah
Kuras tangki septiksecara berkala
terbatas sosialisasi kebijakan pembangunan
daerah
Masih banyaknya masyarakat yang
BABS
Biasakan BAB pada tempatnya
lebih efektik karena di ikuti dengan advokasi
program sebagai stimulan masyarakat untuk
dapat hidup bersih dan sehat penjelasan
lebih rinci
3.2.5. Partisipasi Dunia Usaha
Partisipasi dunia usaha dalam pengelolaan limbah domestik sudah mulai berjalan di wilayah
perkotaan dan dunia pendidikan adalah dengan penyedotan tinja oleh pihak swasta dan bantuan
produk terkait sanitasi. Di tahun selanjutnya perlu adanya mitra antara masyarakat, swasta,
pemerintah dan lembaga donor sehingga masyarakat mampu untuk mengolah limbah domestik
secara mandiri.
Untuk mengetahui ada tidaknya partisipasi dunia usaha dalam pengelolaan limbah cair domestik
di Kabupaten sumenep, perlu dilakukan studi data primer SSA (Sanitation Supply Assessment)
dengan data sekunder dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.15: Penyedia layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Sumenep
No
Nama Provider/Mitra
Potensial
A
B
Komponen : Air Limbah
1
Kantor Kebersihan dan
pertamanan
Tahun mulai operasi/
Berkontribusi
C
2009
Jenis kegiatan/
Kontribusi Terhadap
Sanitasi
D
Potensi Kerjasama
E
Pengurasan tangki septik Operasional & pemeliharaan perangkat pengurasan
tangki septik milik Pemda untuk meningkatkan area
pelayanan (service coverage) penggunaan jamban
dengan tanki septik yang memenuhi standar teknis.
3.2.6. Pendanaan dan Pembiayaan
Kemampuan pembiayaan Kabupaten sumenep dalam pengelolaan limbah domestik dana yang
dialokasikan belum optimal dan masih dibawah 4 % dari APBD sumenep. Persebaran dana untuk
kegiatan ini ada di beberapa SKPD yaitu Dinas PU, Dinas Kesehatan dan Badan Lingkungan
Hidup. Di tahun selanjutnya perlu adanya lembaga donor, pusat dan swasta mampu bermitra
terhadap pengolahan limbah domestik.
Tabel 3.16 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi komponen air limbah domestik
Belanja (Rp)
No
Komponen
2009
2010
2011
1
1.a
Air Limbah (1a+1b)
Pendanaan Investasi air limbah
Pendanaan OM yang dialokasikan
1.b
dalam APBD
Perkiraan biaya OM berdasarkan
1.c
infrastruktur terbangun
2
Sampah (2a+2b)
3
Drainase (3a+3b)
Aspek Promosi Higiene dan
4
Sanitasi
Sumber : APBD tahun 2009-2013, diolah
2012
Pertumbuhan
(%)
Rata-rata
2013
5,998,660,700
5,998,660,700
853,115,050
853,115,050
1,589,650,950
1,589,650,950
3,650,801,779
3,650,801,779
2,728,437,889
2,728,437,889
2,964,133,274
2,964,133,274
26.24
26.24
-
-
-
-
-
-
299,933,035
42,655,753
79,482,548
182,540,089
136,421,894
148,206,664
2,189,179,900
6,184,162,315
2,704,717,500
6,053,127,650
3,492,846,300
6,008,974,100
6,181,959,713
10,599,389,200
7,063,727,204
8,350,282,488
4,326,486,123
7,439,187,151
26.24
35.99
13.08
646,334,100
469,059,500
451,004,750
1,047,442,000
1,516,679,300
826,103,930
36.44
#DIV/0!
Tabel 3.17 Realisasi dan Potensi Retribusi Komponen Air Limbah
No
1
SKPD
2009
2010
Retribusi Sanitasi Tahun (Rp)
2011
2012
2013
Pertumbuhan (%)
Retribusi Air Limbah
2,465,000
2,550,000
2,550,000
7,570,000
66.77
1.a
Realisasi retribusi
2,465,000
2,550,000
2,550,000
7,570,000
66.77
1.b
Potensi retribusi
2,588,250
2,717,663
2,853,546
2,996,223
5.00
94,952,000
105,359,000
104,448,000
105,755,000
3.78
-
-
-
-
0.00
2
Retribusi Sampah
3
Retribusi Drainase
Sumber : APBD tahun 2009-2013, diolah
3.2.7. Permasalahan Mendesak dan Isu Strategis
Isu strategis tentang limbah di Kabupaten sumenep adalah sebagai berikut :
1.
Ketersediaan infrastruktur pengelolaan air limbah domestik yang belum memadai.
2.
Kurangnya Keterlibatan Pihak Swasta Dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik.
3.
Belum Tersedianya Dokumen Peraturan Perundang-undangan tentang Air Limbah
Domestik.
4.
Kurangnya Kesadaran Masyarakat dalam membuang Limbah Domestik
Permasalahan yang saat ini timbul dalam usaha menangani masalah limbah domestik di
Kabupaten sumenep adalah sebagai berikut :
Belum adanya data base yang jelas terkait sanitasi.
1.
Kondisi Geografis Wilayah
2.
Belum adanya peraturan mengenai sanitasi
3.
Anggaran sanitasi terbatas
4.
Perilaku masyarakat akan sanitasi dimana sebagian masyarakat masih dijumpai yang BAB
sembarangan, ada yang langsung disungai dan laut.
5.
Sarana dan prasarana kurang
6.
Terbatasnya sumber air bersih di pedesaan
7.
Program sanitasi belum menjadi prioritas pembangunan seperti infrastruktur
8.
Keterbatasan Lahan utamanya di perkotaan.
9.
Belum memiliki IPLT tersendiri.
Tabel 3.18 Permasalahan mendesak dan Issue Strategis (Air limbah domestik)
Permasalahan Mendesak
1
2
3
4
1
2
3
4
3.3.
Isu Strategis
Banyak tangki septik limbah domestik masyarakat yang tidak
memenuhi standar teknis
Pencemaran air baku masyarakat oleh rembesan air limbah
domestik
Kurangnya pengetahuan masyarakat pentingnya pengurasan
tangki septik secara berkala
Tidak berfungsinya Instalasi Pengolahan Limbah dan Tinja
1
Tercemarnya sumber air baku masyarakat oleh bakteri coli
Perlunya standarisasi pengolahan limbah domestik, industri
dan medis
Perlunya peraturan tentang pengolahan limbah dengan sanksi
yang lebih tegas
Perlunya kampanye stop BABS di sungai
Saluran air limbah mengalir/ menjadi satu dengan drainase
lingkungan/sungai
2
Pencemaran air sungai oleh air limbah
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
Pengolahan persampahan diKabupaten sumenep masih memakai Paradigma lama yang
menganut sistem pengelolaan sampah konvensional (Silasko) mengelola sampah dilakukan
melalui 3 tahapan kegiatan, yakni: pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan akhir. Tahapan
kegiatan tersebut merupakan suatu sistem, sehingga masing-masing tahapan dapat disebut
sebagai sub sistem.
Gambar 3.6.Sistem Pengelolaan Sampah Konvensional (Silasko)
Sumber Sampah
Sarana Pengangkut
(Gerobak)
TPS
Transfer Depo
TPA
Sarana Pengangkut
(Truk)
Sumber: Community Base Of Integrated Solid Waste Management, 2011.
Sistem pengelolaan sampah konvensional (Silasko) memiliki permasalahan sebagai berikut:
•
Menurunnya kualitas lingkungan (pencemaran air, tanah dan udara), baik pada saat proses
pengumpulan maupun pengangkutan, sehingga dapat menyebabkan menurunnya tingkat
kesehatan masyarakat
•
Munculnya berbagai permasalahan mengenai Tempat Pengolahan Akhir, karena sampah
setiap saat selalu bertambah sedangkan luas lahan TPA sangat terbatas, kemudian sangat sulit
untuk mendapatkan lahan TPA baru
•
Kesadaran dan keterlibatan masyarakat akan pengelolaan sampah masih belum optimal.
Karena pelayanan persampahan semuanya diserahkan kepada Pemerintah.
TPA masih merupakan tempat pembuangan akhir dari sampah atau tempat pemerosesan
sampah.
TPS hanya berfungssi sebagai tempat pengumpul sementara sebelum sampah diangkut ke
TPA. Tidak ada pemrosesan sampah dalam TPS.
Masyarakat masih belum banyak mengetahui nilai tambah yang dapat dihasilkan dari
sampah
•
Pengelolaan sampah belum menjadi prioritas pembangunan
3.3.1. Kelembagaan
Kegiatan pengelolaan dan pengendalian persampahan yang ditimbulkan oleh kegiatan industri,
rumah tangga, pasar, restoran dan rumah sakit di Kabupaten sumenep merupakan tanggung
jawab dari Pemerintah kabupaten sumenep yang dikelola oleh BAPPEDA, Badan Lingkungan
Hidup , Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum.
Bappeda :
Berperan sebagai perencana dalam penanganan persampahan di Kabupaten sumenep.
Bappeda berperan sebagai koordinator dalam pengelolaan dan penanganan persampahan.
Dalam perencanaan pembangunan persampahan, yang memiliki peranan secara langsung
adalah Bidang Fisik dan Prasarana.
Badan Lingkungan Hidup :
Badan Lingkungan Hidup ( BLH ) Kabupaten sumenep melakukan penanganan sampah sebagai
berikut:
a.
Menyediakan Tong sampah Organik dan anorganik di trotoar sepanjang jalan
b.
Menyediakan TPS sampah dan container sampah
c.
Melaksanakan pengangkutan sampah tiap hari dari Tong sampah / TPS ke TPA
d.
Menggunakan jasa pemulung untuk melakkan kegiatan pemilahan sampah di TPA
Dinas Kesehatan :
Peran Dinas Kesehatan dalam pengelolaan persampahan Kabupaten sumenep adalah sebagai
regulator dan operator dalam pengelolaan sampah yang berkaitan dengan sampah medis.
RSUD Dr Slamet Martodirdjo :
RSUD Dr Slamet Martodirdjo berperan berperan dalam penanganan sampah medis Rumah
Sakit.
Tabel 3.19: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan
PEMANGKU KEPENTINGAN
Pemerintah
Swasta
Masyarakat
Kabupaten/Kota
FUNGSI
PERENCANAAN
1. Menyusun target pengelolaan persampahan skala kab/kota
√
2. Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target
√
3. Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka
pencapaian target
PENGADAAN SARANA
1. Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah
2. Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke
TPS)
3. Membangun sarana tempat penampungan sementara (TPS)
4. Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS keTempat
Pembuangan Akhir
5. Membangun sarana TPA
6. Menyediakan sarana komposting
PENGELOLAAN
1. Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS
2. Mengelola sampah di TPS
3. Mengangkut sampah dari TPS ke TPA
4. Mengelola TPA
5. Melakukan pemilahan sampah
6. Melakukan penarikan retribusi sampah
7. Memberikan ijin usaha pengelolaan sampah
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
1. Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan,
personil, peralatan, dll)
2. Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan
sampah
3. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah
MONITORING DAN EVALUASI
1. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan
sampah skala kab/kota
2. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana
pengelolaan persampahan
3. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan
persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan
persampahan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Tabel 3.20: Daftar Peraturan Persampahan Kabupaten Sumenep
Ketersediaan
Peraturan
Ada (Sebutkan)
Keterangan
Tidak Ada
Efektif
Dilaksanakan
Belum Efektif
Dilaksanakan
Tidak Efektif
Dilaksanakan
Keterangan
PERSAMPAHAN
1. Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kab/Kota ini
√
2. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan
pengelolaan sampah
√
3. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan
masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah
√
4. Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan
tempat sampah di hunian rumah dan membuang ke TPS
√
5. Kewajiban dan sanksi bagi kantor/unit usaha di kawasan komersial/fasilitas
sosial/fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah dan
membuang ke TPS
√
6. Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA,
pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA
√
7. Kerja sama pemerintah kab/kota dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan
sampah
8. Retribusi sampah atau kebersihan
√
√
√
√
3.3.2. Sistem Dan Cakupan Pelayanan
Pengelolaan persampahan di Kabupaten sumenep saat ini ditangani oleh Badan Lingkungan
Hidup, dan didukung oleh masyarakat melalui Paguyuban Kebersihan Lingkungan yang dikelola
oleh Kelurahan (RT/RW). Dengan jumlah penduduk 800.396 jiwa pada tahun 2011, BLH baru
bisa melayani 1 Kecamatan yaitu Kecamatan sumenep dan Pademawu. Sedangkan jumlah
Kelurahan yang dilayani 10 Kelurahan. Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan di Kabupaten
sumenep sebanyak 11 ton per hari. Kapasitas penanganan sampah atau Service Coverage
sebesar 65 % dari area kabupaten.
Cakupan pelayanan sampah per hari di Kabupaten sumenep dilayani oleh 9 (sembilan ) armada
truk sampah yang terdiri dari 7 (tujuh) truk pengangkut sampah dan 2 (dua) Arm Roll dengan
layanan pengangkutan/pengambilan sampah pukul 06.00 WIB dan pukul 15.00 WIB.
3.3.3. Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK
Berdasarkan hasil Analisis PMJK Kabupaten sumenep tahun 2012 diketahui bahwa secara
umum tentang persampahan di Kabupaten sumenep kurang baik. Tingkat kesadaran masyarakat
mengenai penanganan dan kepedulian dalam pengelolaan sampah masih rendah. Dalam hal
pasrtisipasi tidak mempermasalahkan mengenai perbedaan gender, hanya saja untuk laki-laki
dan perempuan menempati porsi masing-masing yang sesuai dengan kemampuan
masing-masing.
Beberapa peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah saat ini antara lain :
1.
Bertanggung jawab terhadap kebersihan di lingkungan masing-masing dengan tidak
membuang sampah di sembarang tempat.
2.
Menyediakan pengangkutan sampah yang ditimbulkan (dari rumah) ke TPS, transfer depo /
kontainer, bak sampah yang telah disediakan
3.
Pengadaan sarana kebersihan secara swadaya berupa alat kebersihan untuk lingkungan
masing-masing.
4.
Melakukan pemilahan antara sampah organik (basah) dan anorganik (kering).
5.
Berperan serta dalam upaya untuk menjaga kebersihan lingkungan masing-masing dengan
tidak membuang sampah di sembarang tempat.
Uraian di atas menjelaskan perlunya kampanye 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di masyarakat,
sehingga penanganan sampah domestik dapat dimaksimalkan ditingkat rumah tangga sehingga
mengurangi timbulan/volume sampah yang masuk ke TPA dan pencemaran lingkungan hunian
karena pembuangan sampah. Selanjutnya perlu didorong suatu penanganan sanitasi yang
terpadu antar berbagai pihak (pemerintah, swasta, dan masyarakat), sehingga akan dihasilkan
suatu pengelolaan persampahan yang menyeluruh dan terintegrasi dengan melibatkan
masyarakat (sumber sampah) secara langsung dan lembaga-lembaga informal daur ulang yang
terkait, disertai dengan pemilihan teknologi dan fasilitas yang efisien guna meningkatkan
pemberdayaan masyarakat, pada khusunya adalah rumah tangga sebagai fokus utama.
3.3.4. Pemetaan Media
Sanitasi dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komuniksi dimana dalam komunikasi
terdapat pengirim pesan (komunikator), media / saluran komunikasi, pesan yang ingin
disampaikan, alat / tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi (komunikan).
Untuk itu dilakukan studi komunikasi dan pemetaan media yang merupakan salah satu studi yang
dilakukan oleh pokja Sanitasi Kabupaten sumenep dalam rangka melengkapi data untuk buku
putih. Buku putih merupakan rangkuman kondisi eksisting yang diharapakan dapat menyediakan
semua informasi, termasuk mengenai media yang ada dan referensi media masyarakat.
Studi komunikasi dan pemetaan media bertujuan :
1.
Mengetahui pengalaman-pengalaman dan kapasitas pemerintah kota dalam
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial termasuk disini adalah media yang
digunakan, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak sasaran dan catatan pembelajaran.
2.
Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu yang diangkat oleh pemkab dan
PPSP serta peluang-peluang kerjasama dengan media massa.
3.
Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan
isu sosial lainnya.
4.
Mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan preferensi media dan kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi isu-isu sanitasi.
Adapun hasil dari studi ini adalah :
1.
Digunakan sebagai dasar perencanaan media untuk kampanye kepedulian sanitasi.
2.
Media belajar bersama, khususnya bagi pokja sanitasi untuk kegiatan sejenis dimasa
mendatang.
3.
Terinformasinya program pembangunan sanitasi Kab/Kota, PPSP dan pokja sanitasi
kab/kota kepada nara sumber yang diwawancarai.
Media komunikasi di kabupaten sumenep berupa media elektronik, yaitu radio dan TV, juga ada
media cetak Jawa Pos (Radar Madura).
3.3.5. Partisipasi Dunia Usaha
Partisipasi dunia usaha dalam penyedia layanan pengelolaan persampahan yang ada di
Kabupaten sumenep ada beberapa pengelola sampah yang dapat dilihat pada tabel 3.27.
3.3.6. Pendanaan dan Pembiayaan
Secara umum sumber pembiayaan pengelolaan persampah didanai dari APBD. Selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 3.28.
3.3.7. Permasalahan Mendesak dan Isu Strategis
Isu strategis tentang sampah di Kabupaten sumenep adalah sebagai berikut :
1.
Rendahnya kualitas dan pengelolaan persampahan
2.
Keterbatasan lahan TPA
3.
Kemampuan pembiayaan
4.
Potensi masyarakat belum optimal
5.
Belum ada sektor usaha/swasta yang berkecimpung penuh dalam dunia pengelolaan
persampahan.
Permasalahan mendesak yang perlu ditangani segera adalah sebagai berikut :
1.
Ketersediaan sarana dan prasarana persampahan yang belum memadai
2.
Kebijakan Pengelolaan Sampah masih Parsial
3.
Perilaku masyarakat membuang sampah sembarangan
4.
Kurangnya Keterlibatan Pihak Swasta Dalam Pengelolaan Persampahan
3.4.
PENGELOLAAN DRAINASE LINGKUNGAN
Pengelolaan jaringan drainase perkotaan perlu perhatian yang serius, sebab secara umum
topografi wilayah perkotaan cukup datar sehingga laju aliran permukaan air cukup rendah.
Disamping itu kecenderungan perkembangan kota lebih cepat, seperti pertambahan jumlah
penduduk yang menimbulkan dampak semakin besar lagi dalam penyediaan perumahan yang
berimplikasi pada produksi sampah. Jika volume sampah semakin besar dan tidak ditangani
dengan baik maka akan menggangu kinerja sebuah jaringan drainase.
Secara umum kondisi drainase di Kabupaten sumenep masih banyak yang terbuka dan
sebagian kecil yang tertutup. Kondisinya banyak mengalami penurunan kualitas seperti terjadinya
penyumpatan dan tidak berfungsinya manhole. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan bagi
penduduk dan pengguna jalan apabila terjadi genangan air akibat peningkatan intensitas curah
hujan.
3.4.1. Kelembagaan
Dalam rangka pencapaian target pelayanan pengelolaan drainase di Kabupaten sumenep telah
diatur dalam Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2010 irigasi. Selain hal tersebut diatas bahwa
untuk kewenangan dalam pengelolaan drainase melibatkan seluruh pemangku kepentingan baik
itu pemerintah, swasta maupun masyarakat. Dimana pemerintah memfasilitasi mulai
perencanaan, pengadaan sarana, pengelolaan, pembinaan dan monitoring. Sedangkan swasta
bisa berperan dalam pengadaan sarana dan pengelolaannya. Selengkapnya dapat dilihat pada
tabel 3.29.
3.4.2. Sistem Dan Cakupan Pelayanan
Sistem drainase makro Kabupaten sumenep pada umumnya memanfaatkan sungai sebagai
saluran pembuang akhir. Di Kota sumenep dilalui beberapa Sungai. Cakupan pelayanan sistem
drainase di Kabupatensumenep meliputi saluran drainase primer, saluran sekunder dan saluran
tersier.
Saluran sekunder berfungsi untuk menampung beberapa saluran pembuang tersier serta
daerah sekitarnya dimana air hujan dialirkan ke sal. Primer /sungai. Saluran pada system
jaringan existing, saluran buatan atau sekunder yang berupa , trotoar terletak di kanan kiri jalan,
dimana saluran drainase tertutup maupun terbuka konstruksinya bersifat permanen pada
umumnya kondisinya baik, saluran ini menerima limpasan air hujan lokal dan limbah perkotaan.
3.4.3. Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK
Secara umum penanganan drainase di Kabupaten sumenep belum optimal. Untuk
keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam pembersihan saluran drainase lingkungan pada
Kabupaten sumenep dikelola oleh masyarakat (RT & RW) melalui media kegiatan kerja bakti
lingkungan. Namun peran serta masyarakat dalam pengelolaan/ menjaga drainase lingkungan di
Kabupaten sumenep masih perlu ditingkatkan. Hal ini terlihat dari perilaku masyarakat terhadap
pemeliharaan sarana drainase lingkungan, khususnya terkait kebiasaan dari masyarakat
membuang sampah pada saluran drainase yang dapat menyumbat aliran air dan berdampak
pada pengurangan kapasitas saluran. Selain itu, juga masih banyaknya saluran drainase yang
digunakan sebagai sarana jamban untuk BAB, khususnya oleh kawasan bantaran sungai dan
laut.
3.4.4. Pemetaan Media
Pemberitaan masalah drainase selama ini belum optimal baik itu media cetak atau media
elektronik,Sanitasi dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komuniksi dimana dalam
komunikasi terdapat pengirim pesan (komunikator), media/saluran komunikasi, pesan yang ingin
disampaikan, alat/tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi (komunikan).
Untuk itu dilakukan studi komunikasi dan pemetaan media yang merupakan salah satu studi yang
dilakukan oleh pokja Sanitasi Kabupaten sumenep dalam rangka melengkapi data untuk buku
putih. Buku putih merupakan rangkuman kondisi eksisting yang diharapakan dapat menyediakan
semua informasi, termasuk mengenai media yang ada dan referensi media masyarakat.
Media komunikasi di kabupaten sumenep berupa media elektronik, yaitu radio dan TV, juga ada
media cetak Jawa Pos (Radar Madura).
3.4.5. Partisipasi Dunia Usaha
Partisipasi dunia usaha
dalam penyedia layanan pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten
sumenep adalah masih belum ada, kecuali industri, rumah sakit yang akan melaksanakan
kegiatan baru wajib membuat drainase yang berpedoman pada eksisting drainase yang ada
sehingga pola aliran jelas.
3.4.6. Pendanaan dan Pembiayaan
Indikator kemampuan pembiayaan Kabupaten sumenep dalam pengelolaan sistem
drainase dana yang dialokasikan kurang berimbang, seyogyanya dalam pembangunan sebuah
infrastruktur yang semestinya semakin banyak infrastruktur yang dibangun semakin bertambah
pula anggaran pembangunan saluran drainase, sebab tutupan lahan semakin berkurang yang
berarti limpasan permukaan akibat hujan semakin bertambah. Hal ini belum ditambah lagi dari
limbah domestik rumah tangga maupun fasilitas sosial yang juga dibuang ke dalam saluran
drainase dan secara umum anggaran pembangunan saluran drainase bersumber pada APBD
yang berkisar dibawah 5 % sehingga perlu adanya inovasi sumber dana untuk pembangunan
saluran drainase kedepan.
3.4.7. Permasalahan Mendesak dan Isu Strategis
Isu strategis pengelolaan drainase adalah sebagai berikut :
1.
Pergeseran Guna Lahan. Pada tahap awal tentunya perencanaan drainase telah
disesuaikan dengan jenis guna lahan yang telah ditetapkan namun pada faktanya terjadi
penyimpangan guna lahan sehingga saluran drainase yang semula, tidak mampu menampung
aliran air akibat perubahan guna lahan yang terjadi.
2.
Terjadinya genangan di perumahan akibat dari pola aliran drainase yang kurang jelas dan
kondisi drainase buruk.
3.
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase yang belum optimal sehingga sistem
drainase yang ada kurang adanya pemeliharaan dari masyarakat setempat.
Permasalahan drainase di Kabupaten sumenep dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Kurangnya infrastruktur drainase
2.
Tidak ada dokumen perencanaan dan peraturan daerah terkait drainase
3.
Kesadaran masyarakat yang rendah untuk memelihara drainase
3.5.
PENGELOLAAN KOMPONEN TERKAIT SANITASI
3.5.1. Pengelolaan Air Bersih
Ketersediaan air bersih di Kabupaten Paqmekasan diperoleh dari PDAM, air bawah tanah
dan sumur. Daerah-daerah yang belum terlayani oleh jaringan PDAM, seperti di air bersihnya
diperoleh dari sumur. Sedangkan untuk kegiatan industri selain menggunakan jaringan air bersih
dari PDAM juga mengadalkan pengeboran air bawah tanah.
3.5.2. Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga
Pengelolaan air limbah industri rumah tangga ini akan mencakup baik industri non-rumah
tangga maupun industri rumah tangga. Limbah industri berdasarkan jenisnya dapat dibedakan
menjadi limbah cair, limbah pencemar udara, polusi suara, dan limbah berat B-3. Di Kabupaten
sumenep terdapat beberapa daerah industri Rumah Tangga untuk lebih jelasnya liat Tabel 3.42
3.5.3. Pengelolaan Limbah Medis
Timbulan sampah di rumahsakit dibedakan atas sampah medis dan sampah non medis. Tak
semua limbah dari rumah sakit bisa dibakar. Rumah sakit juga menghasilkan limbah bahan
berbahaya dan beracun. Limbah medis yang dihasilkan dari fasilitas kesehatan seperti rumah
sakit dan klinik masih belum semuanya tertangani. Rumah sakit yang sudah memiliki IPAL
dengan insinerator (alat pembakar limbah medis) adalah RSUD Dr Slamet Martodirdjo.
.
Penanganan Limbah Medis
Dibakar di incinerator
Untuk sampah medis, langsung diproses dengan menggunakan incenerator. Hal ini sangat
penting mengingat sampah medis sangat berbahaya dan mengandung bahan kimia yang dapat
mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu juga dapat menyebabkan penularan
penyakit melalui kontaminasi dengan sampah medis. Selain itu proses pembakaran dengan
incenerator yang tidak sempurna juga dapat membahayakan lingkungan. Dioxin adalah polutan
yang paling terkenal berbahaya yang dihasilkan dari proses insinerator. Dioxin dapat
menyebabkan gangguan kesehatan secara luas, termasuk kanker, kerusakan sistem kekebalan,
reproduksi, dan permasalahan-permasalahan dalam pertumbuhan. Dioxin terakumulasi dalam
tubuh, melalui rantai makanan dari pemangsa ke predator, terkonsentrasi dalam daging dan
susumentega, dan, pada akhirnya, terakumulasi dalam tubuh manusia. Dioxin memerlukan
perhatian khusus, karena dioxin dapat berada dimana-mana di lingkungan (dalam tubuh manusia)
pada tingkatan yang sudah dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan, yang secara
tidak langsung juga menunjukkan bahwa populasi yang ada sedang menderita akibat efek yang
ditimbulkannya. Secara umum, insinerator merupakan sumber dioxin yang utama.
Dikirim ke negara yang mempunyai fasilitas pengolahan limbah dengan kandungan logam
berat tinggi.
Limbah medis yang berbahaya adalah limbah B3. Pandangan awam biasanya limbah B3 identik
dengan industri. Limbah dengan kandungan logam berat tinggi seperti limbah yang mengandung
merkuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau diinsinerasi karena berisiko mencemari udara
dengan uap beracun. Limbah rumah sakit dengan kandungan merkuri dan kadmium tidak boleh
dibuang langsung ke tanah sebab bisa mencemari air tanah.
Cara yang disarankan adalah dikirim ke negara yang mempunyai fasilitas pengolahan limbah
dengan kandungan logam berat tinggi. Bila tidak memungkinkan untuk dikirim ke negara lain,
limbah dengan kandungan logam berat tinggi ini harus dibuang ke tempat penyimpanan yang
aman sebagai pembuangan akhir.
Kapsulisasi dilanjutkan dengan pembuangan dengan cara landfill atau penimbunan.
Cara lain yang lebih sederhana melalui kapsulisasi dilanjutkan dengan pembuangan dengan cara
landfill atau penimbunan. Namun jika terdapat limbah rumah sakit lainnya yang tidak boleh
dimusnahkan dengan cara penimbunan (landfill) yaitu limbah sitoksis (limbah terapi kanker).
Limbah sitoksis sangat berbahaya. Karena itu, tidak boleh dibuang dengan penimbunan atau
dibuang ke saluran limbah umum. Pembuangan yang dianjurkan adalah dengan dikembalikan ke
distributor, insinerasi (pembakaran) pada suhu tinggi, dan degradasi kimia.
Download