BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SUMENEP BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 3. Tabel 3.1 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Sumenep Tahun 2009-2013 No Belanja Sanitasi (Rp) Uraian 1 Belanja Sanitasi (1a+1b+1c+1d) 1.a Air Limbah Domestik 1.b Sampah Rumah Tangga 1.c Drainase Lingkungan 1.d Promosi Higiene dan Sanitasi 2 Dana Alokasi Khusus (2a+2b+2c) 2.a DAK Sanitasi 2.b DAK Lingkungan Hidup 2.c DAK Perumahan Pemukiman 3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi 4 Bantuan Keuangan Provinsi untuk sanitasi Belanja APBD murni untuk sanitasi (1-2-3) Total Belanja Langsung % APBD murni terhadap belanja Langsung Sumber : APBD tahun 2009-2013, diolah 2009 2010 2011 2012 2013 15,018,337,015 5,998,660,700 2,189,179,900 6,184,162,315 646,334,100 15,018,337,015 282,591,760,847 5.31 10,080,019,700 853,115,050 2,704,717,500 6,053,127,650 469,059,500 10,080,019,700 211,316,002,416 4.77 11,542,476,100 1,589,650,950 3,492,846,300 6,008,974,100 451,004,750 11,542,476,100 307,262,402,680 3.76 21,479,592,692 3,650,801,779 6,181,959,713 10,599,389,200 1,047,442,000 1,388,131,500 1,388,131,500 22,867,724,192 412,730,902,883 5.54 19,659,126,881 2,728,437,889 7,063,727,204 8,350,282,488 1,516,679,300 1,217,319,000 1,217,319,000 20,876,445,881 515,743,016,069 4.05 Rata-rata pertumbuhan (%) 14.81 26.24 35.99 13.08 36.44 -0.12 -0.12 17.76 19.87 -2.74 Tabel 3.2 Realisasi dan potensi Retribusi Sanitasi per Komponen Tahun 2009-2013 No Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) SKPD 2009 1 1.a 1.b 2 1.a 1.b 3 1.a 1.b 4 5 6 Sumber 3.1. Retribusi Air Limbah Realisasi retribusi Potensi Retribusi Retribusi Sampah Realisasi retribusi Potensi Retribusi Retribusi drainase Realisasi retribusi Potensi Retribusi Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a) Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b) Proporsi Total Realisasi-Potensi Retribusi sanitasi (4/5) : Realisasi APBD tahun 2009-2013, diolah 2010 2011 2012 2013 Rata-rata pertumbuhan (%) 2,465,000 2,588,250 2,550,000 2,677,500 2,550,000 2,677,500 7,570,000 7,948,500 66.77 66.77 94,952,000 99,699,600 105,359,000 110,626,950 104,448,000 109,670,400 105,755,000 111,042,750 3.78 3.78 97,417,000 102,287,850 0.95 107,909,000 113,304,450 0.95 106,998,000 112,347,900 0.95 113,325,000 118,991,250 0.95 0.00 0.00 5.28 5.28 PROMOSI HIGIENE DAN SANITASI Kampanye PHBS dilaksanakan oleh Bapemas dan Pemdes, Dinas Kesehatan, BPPKB, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten sumenep baik secara langsung maupun berkoordinasi dengan organisasi lain, melalui SKPD terkait. Pelaksanaan Kampanye PHBS dilaksanakan secara integral dengan program-program lain dari Bapemas dan Pemdes serta Dinas Kesehatan Kabupaten sumenep yang lain. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Bapemas dan Pemdes berkaitan dengan Kampanye PHBS (tabel terlampir). 3.1.1. Tatanan Rumah Tangga Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tatanan rumah tangga meliputi cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak dan pembuangan sampah. Untuk mengetahui kodisi PHBS di tatanan rumah tangga dilakukan studi EHRA dengan melakukan survey pada 3 kecamatan yang dianggap POKJA SANITASI KABUPATEN SUMENEP 1 dapat mewakili 13 (tiga belas) kecamatan yang meliputi 189 desa/kelurahan dengan melibatkan masyarakat, sanitarian kelurahan dan stakeholder lainnya yang terlibat dalam pembangunan dan pengembangan kondisi sanitasi dan pola hidup sehat masyarakat Kabupaten sumenep. Praktek cuci tangan pakai sabun dalam tatanan rumah tangga termasuk tinggi di Kabupaten sumenep. Sebagian besar masyarakat telah melakukan cuci tangan pakai sabun terutama pada 5 waktu penting yaitu sesudah buang air besar, membersihkan tangan setelah BAB anak, sebelum menyantap makanan, sebelum menyuapi anak, dan sebelum menyiapkan makanan. Hal ini menunjukkan masyarakat Kabupaten sumenep telah sadar untuk berpola hidup bersih dan sehat dengan melakukan cuci tangan pakai sabun. 3.1.2. Tatanan Sekolah PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu : 1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun. 2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah. 3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat. 4. Olahraga yang teratur dan terukur. 5. Memberantas jentik nyamuk. 6. Tidak merokok di sekolah. 7. Memilah sampah basah dan kering. Sekolah yang sehat merupakan suatu keharusan, hal ini dikarenakan karena akan mempengaruhi keberlangsungan proses pendidikan. Sama halnya dengan rumah sehat, sekolah sehat yang ada di Kabupaten sumenep mempunyai empat kriteria sanitasi dasar yang sehat. Beberapa permasalahan sanitasi yang muncul di tatanan sekolah diantaranya : 1. Sebagian besar sekolah SD yang ada di Kabupaten sumenep belum terpisah antara toilet untuk guru (laki-laki & perempuan) dan murid (laki-laki & perempuan). Tetapi ada beberapa sekolah yang sudah mempunyai tempat kencing yang terpisah untuk guru dan murid laki-laki. 2. Sebagian besar sekolah SMP, SMA, SMK yang ada di Kabupaten sumenep sudah terpisah antara toilet untuk guru (laki-laki & perempuan) dan murid (laki-laki & perempuan). 3. Ketersediaan air cukup baik yang bersumber dari PDAM maupun dari sumur gali. 4. Sarana cuci tangan di sebagian besar sekolah sudah tersedia tetapi tidak dibarengi dengan tersedianya sabun. 5. Yang membersihkan jamban di sekolah umumnya adalah pesuruh sekolah, tapi ada juga di beberapa sekolah yang melakukannya adalah murid sekolah tersebut. 6. Sampah hanya dikumpulkan di tempat sampah dan belum ada pemilahan dan pengolahan lanjut. 7. Air limbah/kotor dari toilet dibuang ke dalam tangki septic dan air dari kamar mandi dibuang ke saluran drainase dan ada juga sebagian Sekolah yang mengalirkan ke serapan. 8. Kondisi hygiene sekolah SD & MI kurang sehat dan kotor 9. Kondisi hygiene sekolah SMP, SMA, SMK umumnya sehat dan bersih. Tabel 3.4 Kondisi Sarana Sanitasi di sekolah (sumber air, toilet,SPAL dan tempat cuci tangan) Sumber Air Bersih Jumlah Siswa Jumlah Guru Nama/Tingkatan No PDAM SPT Sekolah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 SDN MIN MI Swasta SD Swasta SMPN MTSN MTS Swasta SMP Swasta SMAN MAN SMKN SMA Swasta MA Swasta SMK Swasta L P 33,405 30,631 270 282 22,601 22,036 1,713 1,610 8,029 6,385 708 752 11,997 13,139 3,242 3,304 3,995 3,358 674 731 1,499 526 3,712 2,771 8,566 8,149 1,045 882 L 4,757 34 5,365 333 740 50 3,087 946 297 47 73 601 1,976 362 P 2,766 18 1,851 184 591 42 807 311 187 34 59 242 452 130 S √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ K T S K √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ T Jumlah Jumlah Toilet/ WC Toilet/ WC Siswa Guru SGL S K √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ T √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ L 245 3 293 23 103 6 256 85 34 3 6 75 184 34 P 245 4 294 24 94 8 232 73 26 4 6 62 190 20 L 217 3 229 17 52 4 247 80 13 3 1 40 126 16 P 218 3 230 18 35 3 178 52 14 1 1 30 108 17 Tempat Pembuangan Air Kotor Toilet √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Tabel 3.5: Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah (tingkat sekolah/setara: SD/MI) (pengelolaan sampah dan hygiene dan sanitasi) Apakah pengetahuan tentang higiene dan Apakah ada dana untuk air sanitasi diberikan bersih/sanitasi/pendidikan higiene ya , saat ya ,Saat No Nama Sekolah mata pertemuan/ Tidak ya tidak penyuluhan pelajaran pernah penjas di tertentu kelas KECAMATAN KOTA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 SDN KEPANJIN SDN KARANGDUAK I SDN KOLOR II SDN PANGARANGAN I SDN. PANGARANGAN V SDN. PANGARANGAN VII SDN PANDIAN I SDN PAMOLOKAN II SDN KEBUNAGUNG II SDN PABIAN I SDN KACONGAN SDN Parsanga 1 SDN PARSANGA II SDN PABERASAN I SDN PABERASAN II SDN MARENGAN DAYA I SDN KEBUNAN I SDN BANGKAL II SDN BANGSELOK I SDN KARANGDUAK II SDN MARENGAN DAYA III SDN. PABIAN III SDN PABIAN IV SDN PAJAGALAN I SDN PAJAGALAN II SDN PAMOLOKAN III SDN PANDIAN V SDN PANGARANGAN III SDN PARSANGA IV SDN KEBUNAN II SDN PAMOLOKAN I SD KATOLIK SANG TIMUR SDIT AL HIDAYAH SUMENEP SD INTEGRAL LUQMAN AL HAKIM MIN TERATE PANDIAN SUMENEP MIN KOLOR SUMENEP 3.2. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Talang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Kamar mandi Air hujan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Fasilitas Persediaan cuci tangan sabun Y T √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Y T Siapa yang membersihkan Toilet Siswa L P Guru L Pesuruh P L √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Cara pengelolaan sampah dikumpulkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ dipisahkan Kapan tangki septik dibuat kompos dikosongkan 2009 2009 belum pernah 2011 2009 belum pernah 2009 2010 2009 belum pernah 2009 2010 2009 2009 belum pernah 2009 2010 2009 2009 belum pernah 2010 2009 2009 2010 belum pernah 2009 2009 2009 belum pernah 2009 belum pernah 2010 2009 2009 belum pernah 2009 Keterangan P hanya10% jumlah sekolah di daerah terpencil mendapatkan akses air bersih fasilitas cuci tangan hanya pada sekolah yang ada dikota dengan akses air bersih PDAM Kondisi higiene sekolah Rencana perbaikan sanitasi sekolah kurang kurang baik kurang kurang kurang baik kurang kurang kurang kurang baik kurang kurang kurang kurang baik kurang baik kurang baik kurang kurang kurang baik kurang kurang baik kurang kurang kurang kurang baik kurang baik kurang ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK Prasarana pengolahan air limbah domestik di Kabupaten sumenep perlu perhatian yang serius. Hal ini karena berkaitan dengan derajat kesehatan masyarakat. Sistem pengelolaan air limbah domestik yang terdapat di Kabupaten sumenep dapat dibedakan menjadi dua yaitu; sistem buangan rumah tangga biasanya langsung dibuang atau dialirkan ke sungai atau saluran pematusan. Sedangkan untuk pemukiman yang terdapat di pusat kota sebagian sudah menggunakan sistem septick tank. Kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran di Kabupaten sumenep adalah kegiatan yang berasal dari rumah tangga yang berkonstribusi membuang limbah paling banyak yaitu berkisar + 70 % jika dibanding kegiatan-kegiatan lain yang hanya sekitar 15-20 % saja. Untuk mengolah limbah cair rumah tangga, Pemerintah Kabupaten sumenep telah mengupayakan bantuan dan fasilitas berupa pembangunan IPAL komunal bagi Pondok Pessantren. 3.2.1. Kelembagaan Kegiatan pengelolaan dan pengendalian air limbah domestik yang ditimbulkan oleh kegiatan industri maupun rumah tangga di Kabupaten sumenep merupakan tanggung jawab dari Pemerintah kabupaten sumenep yang dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup , Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum, namun kerjasama tetap diperlukan dengan instansi lain seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), dibawah pengawasan dari Badan Pengawas Dampak Lingkungan Hidup Daerah (Bapedalda) Propinsi Jawa Timur. Bappeda : Berperan sebagai leading sector dalam pembentukan Pokja sanitasi dan merupakan instansi penanggung jawab program PPSP Pemerintah Kabupaten sumenep. Dalam Struktur kelembagaan pokja sanitasi Kabupaten sumenep, Bappeda berperan sebagai koordinator kelompok kerja bidang perencanaan dalam organizing commite, coordinator kelompok kerja bidang Sosialisasi dan Monitoring - Evaluasi serta koordinator sekretariat pokja. Dalam perencanaan pembangunan sanitasi, yang memiliki peranan secara langsung adalah Bidang Fisik dan Prasarana dan Bidang Sosial Budaya pada Bappeda. Badan Lingkungan Hidup : Peran BLH dalam pengelolaan air limbah domestik Kabupaten sumenep adalah sebagai operator dalam pengelolaan air limbah domestik. Dinas Pekerjaan Umum : Peran Dinas Pekerjaan Umum dalam pengelolaan air limbah domestik Kabupaten sumenep adalah sebagai fasilitator dalam pengelolaan air limbah domestik yakni memfasilitasi penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah domestik. Dinas Kesehatan : Peran Dinas Kesehatan dalam pengelolaan air limbah domestik Kabupaten sumenep adalah sebagai regulator dan operator dalam pengelolaan air limbah domestik yang berkaitan dengan air limbah medis. RSUD Dr Slamet Martodirdjo : Dalam pokja sanitasi, RSUD Dr Slamet Martodirdjo berperan dalam anggota kelompok kerja bidang Sosialisasi dan Monitoring – Evaluasi yang ditangani oleh Bidang Penunjang Non Medis pada RSUD Dr Slamet Martodirdjo. Dalam pengelolaan aspek sanitasi, RSUD berperan dalam penanganan limbah medis Rumah Sakit. Tabel 3.6: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik FUNGSI PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Swasta Masyarakat Kabupaten/Kota PERENCANAAN 1. Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota 2. Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target 3. Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA √ 1. Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik 2. Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik) 3. Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) 4. Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) 5. Membangun sarana IPLT dan atau IPAL √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ PENGELOLAAN 1. Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja √ 2. Mengelola IPLT dan atau IPAL √ 3. Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja 4. Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik 5. Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN 1. Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) 2. Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik 3. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik MONITORING DAN EVALUASI 1. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota 2. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik 3. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestic, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik 4. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Tabel 3.7: Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Sumenep Ketersediaan Peraturan Ada (Sebutkan) AIR LIMBAH DOMESTIK 1. Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten 2. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik 3. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestik 4. Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah 5. Kewajiban dan sanksi bagi industry rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha 6. Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha 7. Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik 8. Retribusi penyedotan air limbah domestik Efektif Dilaksanakan Tidak Ada Keterangan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan √ √ √ √ √ perijinan IMB √ √ perijinan IMB √ √ √ 9. Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran √ 3.2.2. Sistem Dan Cakupan Pelayanan Peranan pemerintah daerah masih sangat diperlukan untuk meningkatkan pelayanan umum sanitasi dalam rangka peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengalihkan secara bertahap sistem sanitasi individu ke sistem terpusat. Sementara tingkat pelayanan umum di setiap kota dan kabupaten akan tergantung pada kemampuan setiap pemerintah daerah untuk mendanainya, pada sumber air yang digunakan untuk air minum, kepadatan penataan, kondisi tanah, kemampuan masyarakat untuk membayar sistem yang dipilih. Sistem pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten sumenep dilakukan dengan menggunakan sistem onsite (setempat) dan offsite (terpusat). Sistem on site pada umumnya banyak digunakan masyarakat di Kabupaten sumenep dalam skala rumah tangga. Sedangkan sistem Offsite banyak digunakan di lingkungan pondok pesantren dengan menggunakan sistem pembuangan air limbah domestik secara komunal yang dilaksanakan dengan program SANIMAS. Jumlah pondok pesantren yang menggunakan sistem tersebut sebanyak 17 pondok pesantren. Tabel 3.8: Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik Input User Interface Pengumpulan dan Penampungan/Pengolahan Awal Pengaliran Pengolahan Akhir Tangki Septik indivudu/komunal pipa truk tangki truk tangki Sumur resapan IPLT Pembuangan/ Daur Ulang Kode/Nama Aliran BlackWater WC Sentor cubluk Tinja, urine, air pembersih,air penggelontor tanah sungai sungai tanah WC helikopter WC helikopter sungai sungai sungai kolam tanah Aliran Limbah AL1 Aliran Limbah AL2 Aliran Limbah AL3 Aliran Limbah AL4 Aliran Limbah AL5 Aliran Limbah AL6 Aliran Limbah AL7 Aliran Limbah AL8 Grey Water Air bekas cucian dapur, kamar mandi, cuci pakaian pipa Sewer Sewer tempat buangan air kamar mandi,tempat cucian dapur,tempat cucian pakaian sumur resapan sungai tanah tanah Aliran Limbah AL9 Aliran Limbah AL10 Aliran Limbah AL11 Tabel 3.9: Sistem pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Sumenep Kelompok Fungsi A User Interface Penampungan Awal Pengaliran Pengolahan akhir Pembuangan/Daur ulang Teknologi yang digunakan Jenis Data Sekunder B WC Sentor C Tangki Septik Jumlah (kuantitas) KK Tersambung Jumlah (kuantitas) Truk tangki limbah Jumlah (kuantitas) IPAL Sungai Nama IPLT Nama Sungai (Perkiraan) Data D Nilai Sumber Data E 72,922 Dinas Kesehatan 72,922 Dinas Kesehatan 72,922 Dinas Kesehatan Kantor Kebersihan 1 dan pertamanan IPLT Kota BLH Kali Marengan BLH 3.2.3. Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK Berdasarkan hasil Analisis PMJK Kabupaten sumenep tahun 2012 diketahui bahwa secara umum penanganan air limbah domestik di Kabupaten sumenep kurang baik. Tingkat kesadaran masyarakat mengenai penanganan dan kepedulian terhadap air limbah domestik masih rendah. Dalam hal pasrtisipasi tidak mempermasalahkan mengenai perbedaan gender, hanya saja untuk laki-laki dan perempuan menempati porsi masing-masing yang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Penanganan limbah cair di masing-masing rumah melibatkan laki-laki dan perempuan, biasanya laki-laki lebih banyak pada penangan saluran air di luar rumah dan septic tank sedangkan perempuan lebih banyak pada sumber dari limbah cair (grey water) terutama untuk air limbah yang berasal dari cucian, mandi dan memasak. Peran yang tidak kalah pentingnya bagi kedua belah pihak baik laki-laki dan perempuan adalah kedua-duanya harus dilibatkan dalam penentuan beberapa hal yang terkait dalam pengolahan limbah cair baik itu black water maupun grey water utamanya untuk urusan pendanaan, penentuan teknologi, lokasi dan lain-lain. Akses dan penanganan air limbah domestik dalam lingkungan rumah tangga miskin di Kabupaten sumenep relatif belum dapat terpenuhi secara keseluruhan dan optimal. Secara umum, pengelolaan air limbah domestik di lingkungan keluarga miskin masih menggunakan pola sederhana yang cenderung tidak menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satu contoh nyata adalah membuang air limbah domestik langsung ke badan sungai atau halaman rumah 3.2.4. Pemetaan Media Sanitasi dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komuniksi dimana dalam komunikasi terdapat pengirim pesan (komunikator), media / saluran komunikasi, pesan yang ingin disampaikan, alat / tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi (komunikan). Untuk itu dilakukan studi komunikasi dan pemetaan media yang merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh pokja Sanitasi Kabupaten sumenep dalam rangka melengkapi data untuk buku putih. Buku putih merupakan rangkuman kondisi eksisting yang diharapakan dapat menyediakan semua informasi, termasuk mengenai media yang ada dan referensi media masyarakat. Studi komunikasi dan pemetaan media bertujuan : 1. Mengetahui pengalaman-pengalaman dan kapasitas pemerintah kota dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial termasuk disini adalah media yang digunakan, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak sasaran dan catatan pembelajaran. 2. Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu yang diangkat oleh pemkab dan PPSP serta peluangpeluang kerjasama dengan media massa. 3. Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan isu sosial lainnya. 4. Mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan preferensi media dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi isu-isu sanitasi. Adapun hasil dari studi ini adalah : 1. Digunakan sebagai dasar perencanaan media untuk kampanye kepedulian sanitasi. 2. Media belajar bersama, khususnya bagi pokja sanitasi untuk kegiatan sejenis dimasa mendatang. 3. Terinformasinya program pembangunan sanitasi kab/kota, PPSP dan pokja sanitasi kab/kota kepada nara sumber yang diwawancarai. Media komunikasi di kabupaten sumenep berupa media elektronik, yaitu Radio RALITA FM dan TV Madura Channel (MACAN), juga ada media cetak Jawa Pos (Radar Madura). Untuk kegiatan komunikasi secara umum maupun untuk pengolahan air limbah domestik. Tabel 3.13 Kegiatan Komunikasi terkait komponen air limbah No Kegiatan Tahun 1 Kopi Pagi (RRI Stasiun Sumenep) 2011 2 Kopi Pagi (RRI Stasiun Sumenep) 2012 Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran BLH dan Dinkes Edukasi masyarakat tentang bahaya pencemaran limbah Masyarakat umun domestik Kuras tangki septik secara berkala Dinkes Edukasi masyarakat tentang bahaya pencemaran limbah Masyarakat umun domestik Stop BABS Pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar Menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan Tabel 3.14 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait komponen air limbah No 1 2 3 4 5 Jenis Media Media massa cetak Sumenep (artikel Hidup sehat) Khalayak Pendanaan Radar Masyarakat umum, pendidikan menengah keatas Isu yang Diangkat Masih banyaknya masyarakat yang BABS APBD Media elektronik audio RRI Masyarakat umum APBD dan CSR Bank BRI Kabupaten Sumenep Radio Gema sumekar Media elektronik audio visual Televisi lokal / nasional Masyarakat umum, pendidikan Media elektronik berbasis web menengah keatas dengan kemampuan APBD www.sumenep.go.id aplikasi computer cukup Brosur/famplet/spanduk program Sanimas Spanduk Masyarakat umum APBD/APBN Pesan Kunci BABS mencemari air tanah dan sungai menimbulkan diare bakteri coli Efektivitas hanya efektif untuk kalangan terbatas dengan kebiasaan membaca dan atau berlangganan koran Masih banyaknya masyarakat yang BABS Kebersihan lingkungan tanggung jawab bersama Revitalisasi instalasi pengolahan air limbah Kuras tangki septiksecara berkala terbatas sosialisasi kebijakan pembangunan daerah Masih banyaknya masyarakat yang BABS Biasakan BAB pada tempatnya lebih efektik karena di ikuti dengan advokasi program sebagai stimulan masyarakat untuk dapat hidup bersih dan sehat penjelasan lebih rinci 3.2.5. Partisipasi Dunia Usaha Partisipasi dunia usaha dalam pengelolaan limbah domestik sudah mulai berjalan di wilayah perkotaan dan dunia pendidikan adalah dengan penyedotan tinja oleh pihak swasta dan bantuan produk terkait sanitasi. Di tahun selanjutnya perlu adanya mitra antara masyarakat, swasta, pemerintah dan lembaga donor sehingga masyarakat mampu untuk mengolah limbah domestik secara mandiri. Untuk mengetahui ada tidaknya partisipasi dunia usaha dalam pengelolaan limbah cair domestik di Kabupaten sumenep, perlu dilakukan studi data primer SSA (Sanitation Supply Assessment) dengan data sekunder dalam tabel berikut ini : Tabel 3.15: Penyedia layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Sumenep No Nama Provider/Mitra Potensial A B Komponen : Air Limbah 1 Kantor Kebersihan dan pertamanan Tahun mulai operasi/ Berkontribusi C 2009 Jenis kegiatan/ Kontribusi Terhadap Sanitasi D Potensi Kerjasama E Pengurasan tangki septik Operasional & pemeliharaan perangkat pengurasan tangki septik milik Pemda untuk meningkatkan area pelayanan (service coverage) penggunaan jamban dengan tanki septik yang memenuhi standar teknis. 3.2.6. Pendanaan dan Pembiayaan Kemampuan pembiayaan Kabupaten sumenep dalam pengelolaan limbah domestik dana yang dialokasikan belum optimal dan masih dibawah 4 % dari APBD sumenep. Persebaran dana untuk kegiatan ini ada di beberapa SKPD yaitu Dinas PU, Dinas Kesehatan dan Badan Lingkungan Hidup. Di tahun selanjutnya perlu adanya lembaga donor, pusat dan swasta mampu bermitra terhadap pengolahan limbah domestik. Tabel 3.16 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi komponen air limbah domestik Belanja (Rp) No Komponen 2009 2010 2011 1 1.a Air Limbah (1a+1b) Pendanaan Investasi air limbah Pendanaan OM yang dialokasikan 1.b dalam APBD Perkiraan biaya OM berdasarkan 1.c infrastruktur terbangun 2 Sampah (2a+2b) 3 Drainase (3a+3b) Aspek Promosi Higiene dan 4 Sanitasi Sumber : APBD tahun 2009-2013, diolah 2012 Pertumbuhan (%) Rata-rata 2013 5,998,660,700 5,998,660,700 853,115,050 853,115,050 1,589,650,950 1,589,650,950 3,650,801,779 3,650,801,779 2,728,437,889 2,728,437,889 2,964,133,274 2,964,133,274 26.24 26.24 - - - - - - 299,933,035 42,655,753 79,482,548 182,540,089 136,421,894 148,206,664 2,189,179,900 6,184,162,315 2,704,717,500 6,053,127,650 3,492,846,300 6,008,974,100 6,181,959,713 10,599,389,200 7,063,727,204 8,350,282,488 4,326,486,123 7,439,187,151 26.24 35.99 13.08 646,334,100 469,059,500 451,004,750 1,047,442,000 1,516,679,300 826,103,930 36.44 #DIV/0! Tabel 3.17 Realisasi dan Potensi Retribusi Komponen Air Limbah No 1 SKPD 2009 2010 Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) 2011 2012 2013 Pertumbuhan (%) Retribusi Air Limbah 2,465,000 2,550,000 2,550,000 7,570,000 66.77 1.a Realisasi retribusi 2,465,000 2,550,000 2,550,000 7,570,000 66.77 1.b Potensi retribusi 2,588,250 2,717,663 2,853,546 2,996,223 5.00 94,952,000 105,359,000 104,448,000 105,755,000 3.78 - - - - 0.00 2 Retribusi Sampah 3 Retribusi Drainase Sumber : APBD tahun 2009-2013, diolah 3.2.7. Permasalahan Mendesak dan Isu Strategis Isu strategis tentang limbah di Kabupaten sumenep adalah sebagai berikut : 1. Ketersediaan infrastruktur pengelolaan air limbah domestik yang belum memadai. 2. Kurangnya Keterlibatan Pihak Swasta Dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik. 3. Belum Tersedianya Dokumen Peraturan Perundang-undangan tentang Air Limbah Domestik. 4. Kurangnya Kesadaran Masyarakat dalam membuang Limbah Domestik Permasalahan yang saat ini timbul dalam usaha menangani masalah limbah domestik di Kabupaten sumenep adalah sebagai berikut : Belum adanya data base yang jelas terkait sanitasi. 1. Kondisi Geografis Wilayah 2. Belum adanya peraturan mengenai sanitasi 3. Anggaran sanitasi terbatas 4. Perilaku masyarakat akan sanitasi dimana sebagian masyarakat masih dijumpai yang BAB sembarangan, ada yang langsung disungai dan laut. 5. Sarana dan prasarana kurang 6. Terbatasnya sumber air bersih di pedesaan 7. Program sanitasi belum menjadi prioritas pembangunan seperti infrastruktur 8. Keterbatasan Lahan utamanya di perkotaan. 9. Belum memiliki IPLT tersendiri. Tabel 3.18 Permasalahan mendesak dan Issue Strategis (Air limbah domestik) Permasalahan Mendesak 1 2 3 4 1 2 3 4 3.3. Isu Strategis Banyak tangki septik limbah domestik masyarakat yang tidak memenuhi standar teknis Pencemaran air baku masyarakat oleh rembesan air limbah domestik Kurangnya pengetahuan masyarakat pentingnya pengurasan tangki septik secara berkala Tidak berfungsinya Instalasi Pengolahan Limbah dan Tinja 1 Tercemarnya sumber air baku masyarakat oleh bakteri coli Perlunya standarisasi pengolahan limbah domestik, industri dan medis Perlunya peraturan tentang pengolahan limbah dengan sanksi yang lebih tegas Perlunya kampanye stop BABS di sungai Saluran air limbah mengalir/ menjadi satu dengan drainase lingkungan/sungai 2 Pencemaran air sungai oleh air limbah PENGELOLAAN PERSAMPAHAN Pengolahan persampahan diKabupaten sumenep masih memakai Paradigma lama yang menganut sistem pengelolaan sampah konvensional (Silasko) mengelola sampah dilakukan melalui 3 tahapan kegiatan, yakni: pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan akhir. Tahapan kegiatan tersebut merupakan suatu sistem, sehingga masing-masing tahapan dapat disebut sebagai sub sistem. Gambar 3.6.Sistem Pengelolaan Sampah Konvensional (Silasko) Sumber Sampah Sarana Pengangkut (Gerobak) TPS Transfer Depo TPA Sarana Pengangkut (Truk) Sumber: Community Base Of Integrated Solid Waste Management, 2011. Sistem pengelolaan sampah konvensional (Silasko) memiliki permasalahan sebagai berikut: • Menurunnya kualitas lingkungan (pencemaran air, tanah dan udara), baik pada saat proses pengumpulan maupun pengangkutan, sehingga dapat menyebabkan menurunnya tingkat kesehatan masyarakat • Munculnya berbagai permasalahan mengenai Tempat Pengolahan Akhir, karena sampah setiap saat selalu bertambah sedangkan luas lahan TPA sangat terbatas, kemudian sangat sulit untuk mendapatkan lahan TPA baru • Kesadaran dan keterlibatan masyarakat akan pengelolaan sampah masih belum optimal. Karena pelayanan persampahan semuanya diserahkan kepada Pemerintah. TPA masih merupakan tempat pembuangan akhir dari sampah atau tempat pemerosesan sampah. TPS hanya berfungssi sebagai tempat pengumpul sementara sebelum sampah diangkut ke TPA. Tidak ada pemrosesan sampah dalam TPS. Masyarakat masih belum banyak mengetahui nilai tambah yang dapat dihasilkan dari sampah • Pengelolaan sampah belum menjadi prioritas pembangunan 3.3.1. Kelembagaan Kegiatan pengelolaan dan pengendalian persampahan yang ditimbulkan oleh kegiatan industri, rumah tangga, pasar, restoran dan rumah sakit di Kabupaten sumenep merupakan tanggung jawab dari Pemerintah kabupaten sumenep yang dikelola oleh BAPPEDA, Badan Lingkungan Hidup , Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum. Bappeda : Berperan sebagai perencana dalam penanganan persampahan di Kabupaten sumenep. Bappeda berperan sebagai koordinator dalam pengelolaan dan penanganan persampahan. Dalam perencanaan pembangunan persampahan, yang memiliki peranan secara langsung adalah Bidang Fisik dan Prasarana. Badan Lingkungan Hidup : Badan Lingkungan Hidup ( BLH ) Kabupaten sumenep melakukan penanganan sampah sebagai berikut: a. Menyediakan Tong sampah Organik dan anorganik di trotoar sepanjang jalan b. Menyediakan TPS sampah dan container sampah c. Melaksanakan pengangkutan sampah tiap hari dari Tong sampah / TPS ke TPA d. Menggunakan jasa pemulung untuk melakkan kegiatan pemilahan sampah di TPA Dinas Kesehatan : Peran Dinas Kesehatan dalam pengelolaan persampahan Kabupaten sumenep adalah sebagai regulator dan operator dalam pengelolaan sampah yang berkaitan dengan sampah medis. RSUD Dr Slamet Martodirdjo : RSUD Dr Slamet Martodirdjo berperan berperan dalam penanganan sampah medis Rumah Sakit. Tabel 3.19: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Swasta Masyarakat Kabupaten/Kota FUNGSI PERENCANAAN 1. Menyusun target pengelolaan persampahan skala kab/kota √ 2. Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target √ 3. Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA 1. Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah 2. Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) 3. Membangun sarana tempat penampungan sementara (TPS) 4. Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS keTempat Pembuangan Akhir 5. Membangun sarana TPA 6. Menyediakan sarana komposting PENGELOLAAN 1. Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS 2. Mengelola sampah di TPS 3. Mengangkut sampah dari TPS ke TPA 4. Mengelola TPA 5. Melakukan pemilahan sampah 6. Melakukan penarikan retribusi sampah 7. Memberikan ijin usaha pengelolaan sampah PENGATURAN DAN PEMBINAAN 1. Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) 2. Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah 3. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah MONITORING DAN EVALUASI 1. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota 2. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan 3. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Tabel 3.20: Daftar Peraturan Persampahan Kabupaten Sumenep Ketersediaan Peraturan Ada (Sebutkan) Keterangan Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan PERSAMPAHAN 1. Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kab/Kota ini √ 2. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan pengelolaan sampah √ 3. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah √ 4. Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah dan membuang ke TPS √ 5. Kewajiban dan sanksi bagi kantor/unit usaha di kawasan komersial/fasilitas sosial/fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah dan membuang ke TPS √ 6. Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA √ 7. Kerja sama pemerintah kab/kota dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah 8. Retribusi sampah atau kebersihan √ √ √ √ 3.3.2. Sistem Dan Cakupan Pelayanan Pengelolaan persampahan di Kabupaten sumenep saat ini ditangani oleh Badan Lingkungan Hidup, dan didukung oleh masyarakat melalui Paguyuban Kebersihan Lingkungan yang dikelola oleh Kelurahan (RT/RW). Dengan jumlah penduduk 800.396 jiwa pada tahun 2011, BLH baru bisa melayani 1 Kecamatan yaitu Kecamatan sumenep dan Pademawu. Sedangkan jumlah Kelurahan yang dilayani 10 Kelurahan. Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan di Kabupaten sumenep sebanyak 11 ton per hari. Kapasitas penanganan sampah atau Service Coverage sebesar 65 % dari area kabupaten. Cakupan pelayanan sampah per hari di Kabupaten sumenep dilayani oleh 9 (sembilan ) armada truk sampah yang terdiri dari 7 (tujuh) truk pengangkut sampah dan 2 (dua) Arm Roll dengan layanan pengangkutan/pengambilan sampah pukul 06.00 WIB dan pukul 15.00 WIB. 3.3.3. Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK Berdasarkan hasil Analisis PMJK Kabupaten sumenep tahun 2012 diketahui bahwa secara umum tentang persampahan di Kabupaten sumenep kurang baik. Tingkat kesadaran masyarakat mengenai penanganan dan kepedulian dalam pengelolaan sampah masih rendah. Dalam hal pasrtisipasi tidak mempermasalahkan mengenai perbedaan gender, hanya saja untuk laki-laki dan perempuan menempati porsi masing-masing yang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Beberapa peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah saat ini antara lain : 1. Bertanggung jawab terhadap kebersihan di lingkungan masing-masing dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat. 2. Menyediakan pengangkutan sampah yang ditimbulkan (dari rumah) ke TPS, transfer depo / kontainer, bak sampah yang telah disediakan 3. Pengadaan sarana kebersihan secara swadaya berupa alat kebersihan untuk lingkungan masing-masing. 4. Melakukan pemilahan antara sampah organik (basah) dan anorganik (kering). 5. Berperan serta dalam upaya untuk menjaga kebersihan lingkungan masing-masing dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat. Uraian di atas menjelaskan perlunya kampanye 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di masyarakat, sehingga penanganan sampah domestik dapat dimaksimalkan ditingkat rumah tangga sehingga mengurangi timbulan/volume sampah yang masuk ke TPA dan pencemaran lingkungan hunian karena pembuangan sampah. Selanjutnya perlu didorong suatu penanganan sanitasi yang terpadu antar berbagai pihak (pemerintah, swasta, dan masyarakat), sehingga akan dihasilkan suatu pengelolaan persampahan yang menyeluruh dan terintegrasi dengan melibatkan masyarakat (sumber sampah) secara langsung dan lembaga-lembaga informal daur ulang yang terkait, disertai dengan pemilihan teknologi dan fasilitas yang efisien guna meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pada khusunya adalah rumah tangga sebagai fokus utama. 3.3.4. Pemetaan Media Sanitasi dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komuniksi dimana dalam komunikasi terdapat pengirim pesan (komunikator), media / saluran komunikasi, pesan yang ingin disampaikan, alat / tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi (komunikan). Untuk itu dilakukan studi komunikasi dan pemetaan media yang merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh pokja Sanitasi Kabupaten sumenep dalam rangka melengkapi data untuk buku putih. Buku putih merupakan rangkuman kondisi eksisting yang diharapakan dapat menyediakan semua informasi, termasuk mengenai media yang ada dan referensi media masyarakat. Studi komunikasi dan pemetaan media bertujuan : 1. Mengetahui pengalaman-pengalaman dan kapasitas pemerintah kota dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial termasuk disini adalah media yang digunakan, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak sasaran dan catatan pembelajaran. 2. Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu yang diangkat oleh pemkab dan PPSP serta peluang-peluang kerjasama dengan media massa. 3. Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan isu sosial lainnya. 4. Mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan preferensi media dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi isu-isu sanitasi. Adapun hasil dari studi ini adalah : 1. Digunakan sebagai dasar perencanaan media untuk kampanye kepedulian sanitasi. 2. Media belajar bersama, khususnya bagi pokja sanitasi untuk kegiatan sejenis dimasa mendatang. 3. Terinformasinya program pembangunan sanitasi Kab/Kota, PPSP dan pokja sanitasi kab/kota kepada nara sumber yang diwawancarai. Media komunikasi di kabupaten sumenep berupa media elektronik, yaitu radio dan TV, juga ada media cetak Jawa Pos (Radar Madura). 3.3.5. Partisipasi Dunia Usaha Partisipasi dunia usaha dalam penyedia layanan pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten sumenep ada beberapa pengelola sampah yang dapat dilihat pada tabel 3.27. 3.3.6. Pendanaan dan Pembiayaan Secara umum sumber pembiayaan pengelolaan persampah didanai dari APBD. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.28. 3.3.7. Permasalahan Mendesak dan Isu Strategis Isu strategis tentang sampah di Kabupaten sumenep adalah sebagai berikut : 1. Rendahnya kualitas dan pengelolaan persampahan 2. Keterbatasan lahan TPA 3. Kemampuan pembiayaan 4. Potensi masyarakat belum optimal 5. Belum ada sektor usaha/swasta yang berkecimpung penuh dalam dunia pengelolaan persampahan. Permasalahan mendesak yang perlu ditangani segera adalah sebagai berikut : 1. Ketersediaan sarana dan prasarana persampahan yang belum memadai 2. Kebijakan Pengelolaan Sampah masih Parsial 3. Perilaku masyarakat membuang sampah sembarangan 4. Kurangnya Keterlibatan Pihak Swasta Dalam Pengelolaan Persampahan 3.4. PENGELOLAAN DRAINASE LINGKUNGAN Pengelolaan jaringan drainase perkotaan perlu perhatian yang serius, sebab secara umum topografi wilayah perkotaan cukup datar sehingga laju aliran permukaan air cukup rendah. Disamping itu kecenderungan perkembangan kota lebih cepat, seperti pertambahan jumlah penduduk yang menimbulkan dampak semakin besar lagi dalam penyediaan perumahan yang berimplikasi pada produksi sampah. Jika volume sampah semakin besar dan tidak ditangani dengan baik maka akan menggangu kinerja sebuah jaringan drainase. Secara umum kondisi drainase di Kabupaten sumenep masih banyak yang terbuka dan sebagian kecil yang tertutup. Kondisinya banyak mengalami penurunan kualitas seperti terjadinya penyumpatan dan tidak berfungsinya manhole. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan bagi penduduk dan pengguna jalan apabila terjadi genangan air akibat peningkatan intensitas curah hujan. 3.4.1. Kelembagaan Dalam rangka pencapaian target pelayanan pengelolaan drainase di Kabupaten sumenep telah diatur dalam Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2010 irigasi. Selain hal tersebut diatas bahwa untuk kewenangan dalam pengelolaan drainase melibatkan seluruh pemangku kepentingan baik itu pemerintah, swasta maupun masyarakat. Dimana pemerintah memfasilitasi mulai perencanaan, pengadaan sarana, pengelolaan, pembinaan dan monitoring. Sedangkan swasta bisa berperan dalam pengadaan sarana dan pengelolaannya. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.29. 3.4.2. Sistem Dan Cakupan Pelayanan Sistem drainase makro Kabupaten sumenep pada umumnya memanfaatkan sungai sebagai saluran pembuang akhir. Di Kota sumenep dilalui beberapa Sungai. Cakupan pelayanan sistem drainase di Kabupatensumenep meliputi saluran drainase primer, saluran sekunder dan saluran tersier. Saluran sekunder berfungsi untuk menampung beberapa saluran pembuang tersier serta daerah sekitarnya dimana air hujan dialirkan ke sal. Primer /sungai. Saluran pada system jaringan existing, saluran buatan atau sekunder yang berupa , trotoar terletak di kanan kiri jalan, dimana saluran drainase tertutup maupun terbuka konstruksinya bersifat permanen pada umumnya kondisinya baik, saluran ini menerima limpasan air hujan lokal dan limbah perkotaan. 3.4.3. Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK Secara umum penanganan drainase di Kabupaten sumenep belum optimal. Untuk keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam pembersihan saluran drainase lingkungan pada Kabupaten sumenep dikelola oleh masyarakat (RT & RW) melalui media kegiatan kerja bakti lingkungan. Namun peran serta masyarakat dalam pengelolaan/ menjaga drainase lingkungan di Kabupaten sumenep masih perlu ditingkatkan. Hal ini terlihat dari perilaku masyarakat terhadap pemeliharaan sarana drainase lingkungan, khususnya terkait kebiasaan dari masyarakat membuang sampah pada saluran drainase yang dapat menyumbat aliran air dan berdampak pada pengurangan kapasitas saluran. Selain itu, juga masih banyaknya saluran drainase yang digunakan sebagai sarana jamban untuk BAB, khususnya oleh kawasan bantaran sungai dan laut. 3.4.4. Pemetaan Media Pemberitaan masalah drainase selama ini belum optimal baik itu media cetak atau media elektronik,Sanitasi dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komuniksi dimana dalam komunikasi terdapat pengirim pesan (komunikator), media/saluran komunikasi, pesan yang ingin disampaikan, alat/tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi (komunikan). Untuk itu dilakukan studi komunikasi dan pemetaan media yang merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh pokja Sanitasi Kabupaten sumenep dalam rangka melengkapi data untuk buku putih. Buku putih merupakan rangkuman kondisi eksisting yang diharapakan dapat menyediakan semua informasi, termasuk mengenai media yang ada dan referensi media masyarakat. Media komunikasi di kabupaten sumenep berupa media elektronik, yaitu radio dan TV, juga ada media cetak Jawa Pos (Radar Madura). 3.4.5. Partisipasi Dunia Usaha Partisipasi dunia usaha dalam penyedia layanan pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten sumenep adalah masih belum ada, kecuali industri, rumah sakit yang akan melaksanakan kegiatan baru wajib membuat drainase yang berpedoman pada eksisting drainase yang ada sehingga pola aliran jelas. 3.4.6. Pendanaan dan Pembiayaan Indikator kemampuan pembiayaan Kabupaten sumenep dalam pengelolaan sistem drainase dana yang dialokasikan kurang berimbang, seyogyanya dalam pembangunan sebuah infrastruktur yang semestinya semakin banyak infrastruktur yang dibangun semakin bertambah pula anggaran pembangunan saluran drainase, sebab tutupan lahan semakin berkurang yang berarti limpasan permukaan akibat hujan semakin bertambah. Hal ini belum ditambah lagi dari limbah domestik rumah tangga maupun fasilitas sosial yang juga dibuang ke dalam saluran drainase dan secara umum anggaran pembangunan saluran drainase bersumber pada APBD yang berkisar dibawah 5 % sehingga perlu adanya inovasi sumber dana untuk pembangunan saluran drainase kedepan. 3.4.7. Permasalahan Mendesak dan Isu Strategis Isu strategis pengelolaan drainase adalah sebagai berikut : 1. Pergeseran Guna Lahan. Pada tahap awal tentunya perencanaan drainase telah disesuaikan dengan jenis guna lahan yang telah ditetapkan namun pada faktanya terjadi penyimpangan guna lahan sehingga saluran drainase yang semula, tidak mampu menampung aliran air akibat perubahan guna lahan yang terjadi. 2. Terjadinya genangan di perumahan akibat dari pola aliran drainase yang kurang jelas dan kondisi drainase buruk. 3. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase yang belum optimal sehingga sistem drainase yang ada kurang adanya pemeliharaan dari masyarakat setempat. Permasalahan drainase di Kabupaten sumenep dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Kurangnya infrastruktur drainase 2. Tidak ada dokumen perencanaan dan peraturan daerah terkait drainase 3. Kesadaran masyarakat yang rendah untuk memelihara drainase 3.5. PENGELOLAAN KOMPONEN TERKAIT SANITASI 3.5.1. Pengelolaan Air Bersih Ketersediaan air bersih di Kabupaten Paqmekasan diperoleh dari PDAM, air bawah tanah dan sumur. Daerah-daerah yang belum terlayani oleh jaringan PDAM, seperti di air bersihnya diperoleh dari sumur. Sedangkan untuk kegiatan industri selain menggunakan jaringan air bersih dari PDAM juga mengadalkan pengeboran air bawah tanah. 3.5.2. Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga Pengelolaan air limbah industri rumah tangga ini akan mencakup baik industri non-rumah tangga maupun industri rumah tangga. Limbah industri berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi limbah cair, limbah pencemar udara, polusi suara, dan limbah berat B-3. Di Kabupaten sumenep terdapat beberapa daerah industri Rumah Tangga untuk lebih jelasnya liat Tabel 3.42 3.5.3. Pengelolaan Limbah Medis Timbulan sampah di rumahsakit dibedakan atas sampah medis dan sampah non medis. Tak semua limbah dari rumah sakit bisa dibakar. Rumah sakit juga menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun. Limbah medis yang dihasilkan dari fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan klinik masih belum semuanya tertangani. Rumah sakit yang sudah memiliki IPAL dengan insinerator (alat pembakar limbah medis) adalah RSUD Dr Slamet Martodirdjo. . Penanganan Limbah Medis Dibakar di incinerator Untuk sampah medis, langsung diproses dengan menggunakan incenerator. Hal ini sangat penting mengingat sampah medis sangat berbahaya dan mengandung bahan kimia yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu juga dapat menyebabkan penularan penyakit melalui kontaminasi dengan sampah medis. Selain itu proses pembakaran dengan incenerator yang tidak sempurna juga dapat membahayakan lingkungan. Dioxin adalah polutan yang paling terkenal berbahaya yang dihasilkan dari proses insinerator. Dioxin dapat menyebabkan gangguan kesehatan secara luas, termasuk kanker, kerusakan sistem kekebalan, reproduksi, dan permasalahan-permasalahan dalam pertumbuhan. Dioxin terakumulasi dalam tubuh, melalui rantai makanan dari pemangsa ke predator, terkonsentrasi dalam daging dan susumentega, dan, pada akhirnya, terakumulasi dalam tubuh manusia. Dioxin memerlukan perhatian khusus, karena dioxin dapat berada dimana-mana di lingkungan (dalam tubuh manusia) pada tingkatan yang sudah dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan, yang secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa populasi yang ada sedang menderita akibat efek yang ditimbulkannya. Secara umum, insinerator merupakan sumber dioxin yang utama. Dikirim ke negara yang mempunyai fasilitas pengolahan limbah dengan kandungan logam berat tinggi. Limbah medis yang berbahaya adalah limbah B3. Pandangan awam biasanya limbah B3 identik dengan industri. Limbah dengan kandungan logam berat tinggi seperti limbah yang mengandung merkuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau diinsinerasi karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun. Limbah rumah sakit dengan kandungan merkuri dan kadmium tidak boleh dibuang langsung ke tanah sebab bisa mencemari air tanah. Cara yang disarankan adalah dikirim ke negara yang mempunyai fasilitas pengolahan limbah dengan kandungan logam berat tinggi. Bila tidak memungkinkan untuk dikirim ke negara lain, limbah dengan kandungan logam berat tinggi ini harus dibuang ke tempat penyimpanan yang aman sebagai pembuangan akhir. Kapsulisasi dilanjutkan dengan pembuangan dengan cara landfill atau penimbunan. Cara lain yang lebih sederhana melalui kapsulisasi dilanjutkan dengan pembuangan dengan cara landfill atau penimbunan. Namun jika terdapat limbah rumah sakit lainnya yang tidak boleh dimusnahkan dengan cara penimbunan (landfill) yaitu limbah sitoksis (limbah terapi kanker). Limbah sitoksis sangat berbahaya. Karena itu, tidak boleh dibuang dengan penimbunan atau dibuang ke saluran limbah umum. Pembuangan yang dianjurkan adalah dengan dikembalikan ke distributor, insinerasi (pembakaran) pada suhu tinggi, dan degradasi kimia.