Pembelajaran yang menyenangkan pada PJOK

advertisement
PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA
DAN KESEHATAN
Oleh
( Muh. Anwar)
ABSTRAK
Pendidikan bukan sebagai paksaan, melainkan kegiatan yang menyenangkan. Pernyataan diatas
maka jelas anak “peserta didik” akan sulit menerima materi apabila dalam tekanan, disinilah seorang
pendidik “guru” di tuntut untuk mendapatkan model yang tepat dalam mengelola proses pembelajaran
sehingga dapat berjalan dengan baik, sempurna, efektif, efisien dan menyenangkan bagi peserta didik
yang mengikutinya. Belajar dapat menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan bagi peserta didik
apabila prosesnya di laksanakan dengan cara-cara yang baik, efektif, efisien dan menyenangkan. Belajar
adalah suatu proses perubahan perilaku yang bersifat menetap melalui serangkaian pengalaman. Mereka
lebih tertarik untuk bermain atau menonton televisi atau mengikuti berbagai kegiatan lain daripada harus
belajar. Bukan hanya ini saja kesulitan yang dihadapi orangtua. Begitupun siswa di sekolah, mereka
cenderung lebih suka bermain daripada belajar Selain pengamatan umum tentang ketidaksukaan anak
terhadap kegiatan belajar itu sendiri. Waktu ditanyakan kepada responden kesan apa yang muncul dalam
pikiran mereka saat mendengar kata "pendidikan" atau "belajar", jawabannya adalah "membosankan ".
Mengingat kenyataan yang demikian bagaimana seorang pendidik “guru” dapat menghilagkan paradigma
yang demikian sehingga peserta didik tidak lagi memandang belajar tidak sekadar berhubungan dengan
buku-buku yang merupakan salah satu sarana belajar, melainkan berkaitan pula dengan interaksi anak
dengan lingkungannya, yaitu pengalaman. Hal yang penting dalam belajar adalah perubahan perilaku, dan
itu menjadi target dari belajar. Ketika di rumah biasanya anak tidak langsung menurut bila disuruh
belajar, tapi berusaha menghindar dengan berbagai alasan. Langkah yang harus dilakukan oleh seorang
Guru dalam menghadapi tantangan dalam era globalisasi ini, adalah menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan bagi peserta didik.
Kata Kunci: Pembelajaran yang Menyenangkan, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
A. Pendahuluan
Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan
secara keseluruhaan bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani,
ketrampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, ketrampilan sosial, penalaran dan tindakan
moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Sebagai sebuah profesi, guru dituntut memiliki
empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional (UU No
14 tahun 2005; Permendiknas No 16 tahun 2007). Yang dimaksud dengan kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Yang dimaksud
dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Yang dimaksud dengan
kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Jadi adalah suatu hal yang ideal apabila
keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja seorang guru.Terkait dengan
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik (kompetensi pedagogik) inilah guru
berkepentingan untuk melakukan manajemen pembelajaran. Istilah manajemen secara luas
dipahami sama dengan istilah pengelolaan, atau pengaturan. Jadi dengan melakukan
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=314:pembelajaran-pjok&catid=42:ebuletin&Itemid=215
E-Buletin LPMP SulSel Bulan Januari 2015
manajemen pembelajaran pada dasarnya guru melakukan proses pengelolaan atau pengaturan
kegiatan pembelajaran untuk para siswa.. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani,
guru diharapkan mengajarkan berbagai ketrampilan gerak dasar, teknik dan strategi
permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain)
serta pembiasaan hidup sehat. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru dapat memberikan
berbagai pendekatan agar siswa termotivasi dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran
Untuk memiliki kemampuan mengelola pembelajaran (kompetensi pedagogik) dengan baik,
tentu saja guru perlu memahami unsur-unsur penting yang berkaitan dengan manajemen
pembelajaran
B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui Unsur-unsur penting
yang berkaitan dengan manajemen pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga
dan
Kesehatan
(PJOK),
sehingga
proses
pembelajaran
lebih
menyenangkanSedangkan sebahgai tujuan khusus gdari penyusunan makalah ini adalah
sebagai bentuk penyelesaian tugas pada mata kuliah Manajemen Penjas
C. Manfaat
Karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Guru Pendidikan Jasmani, agar dalam
proses pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan jasmani Olahraga dan Kesehatan
(PJOK), guru memiliki keterampilan mengelola pembelajaran dengan baik, sehingga
prosesnya dapat berjalan dengan efektif, efisien sekaligus menyenangkan bagi peserta didik
yang mengikutinya, Sehingga memperoleh situasi dan pengalaman pembelajaran yang lebih
konkret, bermakna serta menyenangkan..Disamping itu untuk menambah wawasan dan
pengetahuan serta pengalaman dalam penulisan karya tulis.
D. Pembelajaran Yang Menyenangkan
Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno “ménagement”, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia “maneggiare”
yang berarti “mengendalikan,” terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa
latin “manus” yang berati “tangan”. Kata ini lalu terpengaruh dari bahasa Perancis manège yang
berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan
kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi
kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan
mengatur.
Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary
Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa
tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Fungsi
manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=314:pembelajaran-pjok&catid=42:ebuletin&Itemid=215
E-Buletin LPMP SulSel Bulan Januari 2015
manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk
mencapai tujuan.
Fungsi manajemen dapat dikatakan sebagai tugas-tugas yang harus dilakukan oleh
seorang manajer. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis
Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi
manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan.
Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengevaluasian.
Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki.
Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik
untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum
mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat
digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari
semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
Fungsi kedua adalah pengorganisasian atau organizing.
Pengarahan atau directing adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan
usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau
bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan
yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan
(leadership).
Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi
kegiatankegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan
pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah
dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang
harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut
dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana
keputusan harus diambil.
Pengevaluasian atau evaluating dalah proses pengawasan dan pengendalian
performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam
operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar.
Belajar menurut Gagne dalam Dahar (1989) dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
suatu oganisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Belajar pada hakekatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah
laku pada diri individu yang sedang belajar (Diknas, 2004) Dari konsep belajar muncul istilah
pembelajaran. Degeng dalam Wena (2009) mengartikan pembelajaran sebagai upaya
membelajarkan siswa. Gagne dan Briggs mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian
events (kondisi, peristiwa, kejadian, dsb ) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi
pembelajar, sehingga proses belajarnya dapat berlangsung mudah (Diknas, 2004) Pembelajaran
bukan hanya terbatas pada kegiatan yang dilakukan guru, seperti halnya dengan konsep
mengajar. Pembelajaran mencakup semua kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=314:pembelajaran-pjok&catid=42:ebuletin&Itemid=215
E-Buletin LPMP SulSel Bulan Januari 2015
langsung pada proses belejar manusia. Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang
diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide maupun
kombinasi dari bahan –bahan itu. Bahkan saat ini berkembang pembelajaran dengan
pemanfaatan berbagai program komputer untuk pembelajaran.
Berpijak dari konsep manajemen dan pembelajaran, maka konsep manajemen
pembelajaran dapat diartikan proses mengelola yang meliputi kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian (pengarahan) dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan
dengan proses membelajarkan si pebelajar dengan mengikutsertakan berbagai faktor di dalamnya
guna mencapai tujuan. Dalam “memanaje” atau mengelola pembelajaran, manajer dalam hal ini
guru melaksanakan berbagai langkah kegiatan mulai dari merencanakan pembelajaran,
mengorganisasikan pembelajaran, mengarahkandan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
Pengertian manajemen pembelajaran demikian dapat diartikan secara luas dalam arti mencakup
keseluruhan kegiatan bagaimana membelajarkan siswa mulai dari perencanaan pembelajaran
sampai pada penilaian pembelajaran.
Pendapat lain menyatakan bahwa manajemen pembelajaran merupakan bagian dari
strategi pembelajaran yaitu strategi pengelolaan pembelajaran (Made Wena, 2009). Manajemen
pembelajaran termasuk salah satu dari manajemen implementasi kurikulum berbasis kompetensi
(Diknas, 2004) Manajemen yang lain adalah manajemen sumber daya manusia, manajemen
fasilitas, dan manajemen penilaian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hal menajemen
pembelajaran sebagai berikut; jadwal kegiatan guru-siswa; strategi pembelajaran; pengelolaan
bahan praktik; pengelolaan alat bantu; pembelajaran ber-tim; program remidi dan pengayaan;
dan peningkatan kualitas pembelajaran. Pengertian manajemen di atas hanya berkaitan dengan
kegiatan yang terjadi selama proses interaksi guru dengan siswa baik di luar kelas maupun di
dalam kelas.
Pengertian ini bisa dikatakan sebagai konsep manajemen pembelajaran dalam pengertian
sempit. Dengan berpijak dari beberapa pernyataan di atas, kita dapat membedakan konsep
manajemen pembelajaran dalam arti luas dan dalam arti sempit. Manajemen pembelajaran dalam
arti luas berisi proses kegiatan mengelola bagaimana membelajarkan si pembelajar dengan
kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan atau pengendalian dan
penilaian. Sedang manajemen pembelajaran dalam arti sempit diartikansebagai kegiatan yang
perlu dikelola oleh guru selama terjadinya proses interaksinya dengan siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran. Selanjutnya dalam makalah ini yang dimaksudkan manajemen pembelajaran
adalah manajemen pembelajaran dalam arti luas.
Kegiatan mengelola pembelajaran mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
atau pengendalian dan penilaian perlu dilakukan oleh manajer (guru) dengan maksud agar
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Seorang guru PJOK penting sekali untuk
memahami dan berikutnya mampu melaksanakan manajemen pembelajaran secara benar pada
mata pelajaran PJOK di sekolah. Manajemen pembelajaran dapat diartikan secara luas dan secara
sempit. pengelolaan dan pembelajaran dapat dibedakan tetapi memiliki fungsi yang sama.
Pengelolaan penekanannya pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran.
Sementara pembelajaraan (instruction) penekanannya pada aspek mengelola atau memproses
materi pembelajaran. Dan keduanya men capai tujuan yang sama yaitu tujuan pembelajaran.
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=314:pembelajaran-pjok&catid=42:ebuletin&Itemid=215
E-Buletin LPMP SulSel Bulan Januari 2015
Sebelun membahas lebih jauh, mungkin bagi seorang guru sudah tidak asing lagi ketika
mendengar tentang pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang lebih populer
dengan sebutan PAKEM. Setiap guru, dalam melaksanakan pembelajaran diharapkan selalu
menerapkan pendekatan PAKEM. Pengertiannya bahwa setiap pembelajaran harus berjalan lebih
menunjukkan aktivitas siswa (baik fisik maupun mental), sehingga memberikan kesempatan
lebih besar berkembangnya daya kreativitas, berhasil guna dan tentu saja berlangsung dalam
suasana yang menyenangkan. Pendapat lain mejelaskan bahwa seorang tenaga pendidik “guru”
harus dapat menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa merasa enjoy
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan harapannya bisa mencapai prestasi belajar yang
optimal (Walberg & Greenberg, 1977
Menurut pendapat para ahli keberhasilan PAKEM terletak pada kata ‘menyenangkan’.
Menyenangkan hendaknya dijadikan kunci utama dalam menerapkan PAKEM. Artinya, suasana
menyenangkan itu seharusnya sudah dibangkitkan sejak awal pembelajaran. Dave Meier, dalam
bukunya yang berjudul The Accelerated Learning Handbook menuliskan; “Menyenangkan atau
membuat suasana belajar dalam keadaan gembira bukan berarti membuat suasana ribut atau
hura-hura. Ini tidak ada hubungan dengan kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang
dangkal. Kegembiraan disini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta
terciptanya makna, pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajari), dan nilai yang
membahagiakan dalam diri siswa.” Bahkan pada kalimat berikutnya Meier menegaskan bahwa
penciptaan kegembiraan jauh lebih penting daripada segala teknik metode maupun media yang
digunakan.
E. Manajemen Pembelajaran Penjas
Manajemen pembelajaran dalam pengertian luas adalah keseluruhan kegiatan mengelola proses
membelajarkan siswa sebagai pebelajar oleh guru melalui tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan,
penilaian dan pengendalian denganmaksud mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
Manajemen pembelajaran dalam pengertian sempit adalah kegiatan mengelola interaksi guru
dengan siswa yang terjadi pada saat pelaksanaan pembelajaran. Manajemen pembelajaran yang
efektif dapat terwujud dengan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Menetapkan aturan kelas (class routine) Siswa yang memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu
yang diperoleh dari pengalaman hidup sebelumnya yang memungkinkan adanya kebiasaan
tidak baik, jadi sebagai guru saya perlu mengarahkan dan membimbing murid saya untuk
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik yaitu diantaranya menetapkan aturan kelas saat
pertemuan awal kali masuk pada proses pembelajaran yang dilakukan. Yaitu seperti waktu
awal pertama masuk saya melakukan perjanjian kepada murid-murid saya yang sekiranya
semua setuju dan senang sesuai dengan kesepakatan bersama dan perjanjian tersebut tidak
boleh di langgar. Perjanjian tersebut seperti jam di mulainya pelajaran, harus tepat waktu,
jika telat akan di hukum. Dan aturan-aturan ini diberikan pada awal pertemuan.
2.
Memulai kegiatan tepat waktu (getting started) Kegiatan harus mulai tepat waktu sesuai
perjanjian awal yang dah disepakati bersama sebelumya murid-murid harus ada di tempat.
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=314:pembelajaran-pjok&catid=42:ebuletin&Itemid=215
E-Buletin LPMP SulSel Bulan Januari 2015
Setelah berkumpul semua murid harus cepat di bariskan dan melakukan do’a. setelah itu
saya segera memberikan stretching dan melakukan kegiatan secara tepat waktu agar
pembelajaran berlangsung secara efektif.
3. Mengatur pelajaran (managing the lesson) Setelah stretching selesai saya segera memberikan
sedikit penjelasan tentang yang akan di praktekkan. Sedikit saja dalam memberikan
penjelasan karena olahraga butuh praktek dan bergerak. Misal memberikan teori dribble bola
basket. Diberikan pengarahan terlebih dahulu, kemudian murid disuruh mempraktekkan
langsung sambil saya dampingi, yang melakukan dribble terlebih dahulu separo kelas dulu
dan bergantian. Dan masing-masing anak harus melakukan dribble mengelilingi lapangan bola
basket sebanyak 3x.
4. Mengelompokkan siswa (grouping the student) Sebagai guru saya harus mengelompokkan
siswa-siswa sama rata. Setelah itu dari salah satu kelompok harus ada yang menjadi ketuanya,
sehingga ketua harus bertanggung jawab terhadap anggota kelompoknya. Setelah dibagi
kelompok alat dibagikan kepada masing-masing kelompok, sebelumnya harus melihat alatalat apa saja yang tersedia dan memilih jenis materi atau permainan juga terlebih dahulu
melihat alat yang tersedia. Dalam satu kelas ada 40 siswa bola ada 20 buah, satu kelas dibagi
10 kelompok, setiap kelompok ada 4 siswa dan masing-masing kelompok terdapat satu ketua
kelompok.
5. Memanfaatkan ruang atau lapangan dan peralatan (utilizing space and equiqment)Dalam
pembelajaran bola basket saya membagi kelompok menjadi 6 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 6 siswa. Setiap kelompok harus berlomba mendribble bola dari daerah
satu ke daerah lain jika yang datang lebih akhir kelompok tersebut akan mendapatkan
hukuman push up 5x.
6. Mengakhiri pelajaran (ending lesson) Setelah jam pelajaran akan berakhir kurang 15 menit
saya memberikan evaluasi tentang apa yang tadi saya berikan. Tidak perlu lama-lama cukup 5
menit saja, 10 menit sisanya memberikan waktu buat siswa untuk ganti baju istirahat.
F. Pengelolaan Pembelajaran
Untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran, maka unsur-unsur pengelolaan
pembelajaran meliputi dua tindakan yaitu:
1.Model tindakan Preventif; yaitu upaya sedini mungkin yang dilakukan oleh guru untuk
mencegah terjadinya gangguan dalam pembelajaraan. Tanggap /peka, yaitu kemampuan
guru merespon terhadap prilaku atau aktifitas yang dianggap akan mengganggu
pembelajaraan.
perhatiaan, selalu mencurahkan perhatian pada berbagai aktivitas, lingkungan maupun
segala sesuatu yang muncul.
2.Refresif,kemampuan guru untuk mengatasi, mencari dan menemukan solusi yang tepat
untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam lingkungan pembelajaraan.
3.Modifikasi tingkah laku.
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=314:pembelajaran-pjok&catid=42:ebuletin&Itemid=215
E-Buletin LPMP SulSel Bulan Januari 2015
Modifikasi tingkah laku,yaitu bahwa tingkah laku dapat diamati Pengelolaan kelompok,
yaitu untuk menangani permasalahan hendaknya dilakukan secara kolaborasi dan
mengikutsertakan berbagai komponen atau unsure yang terkait. Diagnosis, yaitu suatu
keterampilan untuk mencari unsure-unsur yang akan menjadi penyebab gangguan maupun
unsure-unsur yang akan menjadi kekuatan bagi peningkatan proses pembelajaraan.
G. Peran guru
a.
Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap lingkungannya.
b.
Membangun pemahaman siswa agar mengerti dan menyesuaikan tingkah lakunya
dengan tata tertib kelas.
Keberhasilan suatu pendidikan salah satunya ditentukan oleh bagaimana proses belajar
mengajar itu berlangsung. Selain itu proses interaksi belajar pada prinsipnya tergantung pada
guru dan siswa. Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif.
Sedangkan siswa dituntut adanya semangat dan dorongan untuk aktif dalam proses balajar
mengajar. Sehingga keberhasialan belajar dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotorik dapat
tercapai
Sebagaimana pendapat Meier yang mengatakan bahwa “penciptaan kegembiraan jauh
lebih penting daripada segala teknik metode maupun media yang digunakan” kita temukan
beberapa komponen pembangun suasana yang menyenangkan. Komponen-komponen tersebut
adalah (1) bangkitnya minat, (2) adanya keterlibatan penuh, (3) terciptanya makna, (4) adanya
pemahaman atau penguasaan materi. (5) adanya nilai yang membahagiakan. Untuk lebih
memahami hal-hal penting berkaitan dengan pembelajaran yang menyenangkan berikut
komponen-komponen pembangun suasana menyenangkan tersebut.
1.Bangkitnya minat. Seperti kita ketahui, minat adalah sesuatu yang berhubungan dengan
kehendak atau keinginan hati. Minat juga sering dipadankan dengan gairah atau keinginan
yang kuat. Sekarang cobalah Anda hubungkan antara ‘bangkitnya minat’ ini dengan
‘kegembiraan’. Jika sejak awal dalam diri siswa telah bangkit minat atau gairah untuk
mempelajari sesuatu, niscaya kegiatan belajar tersebut akan menyenangkan bagi siswa
tersebut. Jadi hubungan antara minat atau gairah dengan menyenangkan sangat erat dan saling
mempengaruhi. Jika minat belajar telah tumbuh, maka pembelajaran akan menjadi
menimbulkan gairah dan suasananya akan semakin menyenangkan. Suasana menyenangkan
yang terpelihara sepanjang proses pembelajaran akan berpengaruh terhadap gairah belajar
selama pembelajaran berlangsung.
2. Adanya keterlibatan penuh. Komponen ini dependen terhadap komponen pertama. Maksud
saya, seorang siswa tidak mungkin akan terlibat secara sepenuh hati dalam pembelajaran jika
didalam diri siswa tidak ada gairah atau minat yang kuat untuk mengikuti pelajaran. Dengan
demikian harus ditumbuhkan hubungan yang kuat antara yang akan belajar dengan apa yang
akan dipelajari. Agar siswa bergairah dan terlibat secara penuh dalam pembelajaran, guru
sangat perlu menyampaikan tujuan pembelajaran dengan rinci dan jelas pada awal
pembelajaran. Sampaikan pada para siswa bahwa apa yang akan dipelajari adalah sesuatu yang
sangat penting, mudah dan akan dipelajari dengan cara yang menyenangkan. Penyampaian
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=314:pembelajaran-pjok&catid=42:ebuletin&Itemid=215
E-Buletin LPMP SulSel Bulan Januari 2015
tujuan, penjelasan apa-apa yang akan dilakukan dalam mempelajari materi sangat perlu
disampaikan pada para siswa agar secara psikologis siswa mempersiapkan mentalnya.
3.Terciptanya makna. Pengertian makna disini bukan dalam konteks umum yang sering
dipadankan dengan kata ‘arti’. Makna tidak mudah untuk didefinisikan karena berkaitan erat
dengan masing-masing pribadi dan kadang-kadang muncul sangat kuat dalam konteks yang
personal. Dalam konteks pembelajaran PAKEM, kata ‘makna’ lebih dekat dengan pengertian
‘kesan’. Maksudnya, bahwa pembelajaran yang bermakna itu adalah pembelajaran yang dapat
menghadirkan sesuatu yang mengesankan. Dengan kata lain kita dapat mengatakan bahwa
pembelajaran yang tidak mampu meberikan kesan yang mendalam tidak mungkin akan
bermakna. Untuk menhadirkan makna, pembelajaran harus mengesankan. Selanjutnya, agar
pembelajaran dapat mengesankan maka pembelajaran itu harus dalam suasana yang
menyenangkan. Karena ‘makna’ sering kali muncul dalam konteks yang sangat personal,
maka guru harus benar-benar mengerti dan menghargai perbedaan individu setiap siswasiswanya.
4. Pemahaman atau penguasaan materi. Ketika minat atau gairah belajar siswa tumbuh,
kemudian ia terlibat secara penuh dalam mempelajari materi-materi pelajaran, dan selanjutnya
ia terkesan dengan apa yang dipelajari, maka pemahaman atas apa yang dipelajari akan
tertanam kuat. Penguasaan materi akan tertanam sangat kuat apabila siswa berminat, terlibat
dan terkesan. Dengan melihat hubungan komponen pertama, kedua dan ketiga yang kemudian
melahirkan komponen keempat, menurut saya sudah mampu menjawab keragu-raguan kita
atas hasil belajar dalam pembelajaran pakem. Hubungan keempat komponen tersebut menjadi
sangat logis dan meyakinkan.
5. Nilai yang membahagiakan. Membahagiakan artinya membuat hati merasa tenteram. Hati
yang tenteram adalah yang bebas dari rasa takut, rasa tertekan dan jauh dari perasaan
terancam. Berkaitan dengan belajar, bahagia adalah keadaan terbebas dari tekanan, ketakutan
dan ancaman. Perasaan takut, tertekan, dan terancam tidak akan muncul dan menghantui
perasaan siswa jika pembelajaran berjalan dalam suasana yang menyenangkan. Ketiga
perasaan tersebut (takut, tertekan, dan terancam) hanya akan menjadi kendala bagi munculnya
minat belajar. Rasa bahagia pada diri siswa antara lain dapat muncul karena ia memperoleh
makna dari mempelajari sesuatu. Dirinya menjadi merasa berharga, mampu tumbuh dan
berkembang dan berbeda dari sebelumnya. Ketika seorang siswa mampu memecahkan
persoalan dalam proses belajarnya dalam dirinya akan tumbuh rasa bangga dan percaya diri.
Perasaan bangga dan percaya diri ini akan menyadarkan siswa tersebut bahwa dirinya
memiliki potensi sebagaimana orang lain. Dengan demikian, dalam rangka membantu siswa
memperoleh nilai yang membahagiakan dalam proses pembelajaran, guru harus berusaha
terus-menerus membantu menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri pada setiap siswanya.
KESIMPULAN
Pembelajaran adalah membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan
proses sehingga mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru. Menyenangkan dimaksudkakn
agar guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan
perhatian secara penuh. Pembelajaran yang menyenangkan merupakan usaha membangun
pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses untuk mendapatkan pengalaman
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=314:pembelajaran-pjok&catid=42:ebuletin&Itemid=215
E-Buletin LPMP SulSel Bulan Januari 2015
dan pengetahuan baru, melalui penciptaan kegiatan belajar yang beragam dan mengkondisikan
suasana belajar sehingga mampu memberikan pelayanan pada berbagai tingkat kemampuan dan
gaya belajar siswa, serta siswa lebih terpusat perhatiannya secara penuh.
Suasana belajar perlu dirancang dengan baik oleh guru agar dalam pembelajaran tumbuh
minat belajar siswa. Penciptaansuasana belajar merupakan langkah awal bagi guru untuk
memfasilitasi siswa-siswanya untuk belajar. Suasana belajar yang kondusif memungkinkan
imajinasi dan kreativitas siswa berkembang. Latar belakang siswa yang beragam dapat
merupakan masukan yang baik dalam kelas bila dikelola secara benar. Pengelolaan siswa
berdasar kelompok keterampilan berfikir, keterampilanbertindak, dan keterampilan lainnya
dirancang oleh guru dalam pengelolaan kelas.
Perencanaan pembelajaran, penilaian, dan pengelolaan pembelajaran sangat menentukan
keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan sebagai unsur-unsur pembangun atas
tercapainya manajemen pembelajaran tersebut adalah model tindakan, peran aktif guru dan
menghindari hal-hal yang di anggap kurang perlu dilakukan dalam mengelola pembelajaran
khususnya pada pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan kesehatan (PJOK).
DAFTAR PUSTAKA
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta :
Depdiknas
Syarifudin. 1998. Pokok-Pokok Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Jakarta : Depdikbud
Suherman, Adang. 2001. Asesmen Balajar dalam Pendidikan Jasmani Evaluasi Alternatif untuk
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta : Depdiknas
Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Sebuah Pendekatan Baru Dalam
Pengelolaan Sekolah untuk Peningkatan Mutu. Jakarta : Depdikbud
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=314:pembelajaran-pjok&catid=42:ebuletin&Itemid=215
E-Buletin LPMP SulSel Bulan Januari 2015
Download