PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA (Quasi Eksperimen di SMA Darul Muttaqin Bekasi) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Oleh: IRMA IDRISAH NIM : 108016200002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 LEMBAR PENGESAHAN PENGARUH MODEL INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA Skripsi Diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Oleh: IRMA IDRISAH NIM: 108016200002 Di bawah bimbingan: Pembimbing I Pembimbing II Dedi Irwandi, M.Si NIP: 19710528 200003 1 002 Burhanudin Milama, M.Pd NIP: 19770201 200801 1 011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK No. Dokumen Tgl. Terbit No. Revisi: Hal FORM (FR) Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia : : : : FITK-FR-AKD-098 1 Maret 2010 01 1/1 SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : IRMA IDRISAH Tempat/Tgl Lahir : Bekasi, 07 September 1989 NIM : 108016200002 Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Kimia Judul Skripsi : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA Dosen Pembimbing : 1. Dedi Irwandi, M.Si 2. Burhanudin Milama, M.Pd dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat Wisuda. Jakarta, 9 September 2014 Mahasiswa Ybs Irma Idrisah NIM. 108016200002 ABSTRAK Irma Idrisah, NIM. 108016200002, “Pengaruh Model Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa”. Kuasi Eksperimen di SMA Darul Muttaqin Bekasi. S1-Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Darul Muttaqin Bekasi pada bulan Mei 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian non-equivalent control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Sampel penelitian terdiri dari 26 murid (kelas eksperimen) dan 26 murid (kelas kontrol). Instrumen penelitian berupa tes kemampuan berpikir kreatif dan nontes berupa observasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen sebesar 73,35 dan kelompok kontrol sebesar 58,15. Hasil uji-t menunjukkan bahwa thitung sebesar 4,64 lebih besar dari ttabel yaitu 1,68 dengan taraf signifikansi 5%, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model inkuri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Kata Kunci : Model Inkuiri, Kemampuan Berpikir Kreatif i ABSTRACT Irma Idrisah, NIM. 108016200002, "Effect of Inquiry Model on Students Creative Thinking". A Quasi-Experiment Research at Darul Muttaqin Bekasi High School. S1-Thesis, Chemistry Education Program, Department of Natural Science, Faculty of Tarbiyah and Teaching , Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. The purpose of this study was to determine the effect of the inquiry model on creative thinking ability of students. This research was conducted at Darul Muttaqin Bekasi High School in May 2013. The method used in the study was quasi-experimental research design with non-equivalent control group design. Samples were taken by purposive sampling technique. Samples were consisted of 26 students ( experimental class ) and 26 students ( control class ). The research instruments were test of abilities to creative thinking and non-test form of observation. The results of the data analysis showed that the average value of posttest experimental group was 73,35 and control group was 58,15. T-test results for 4,64 show that t is greater than t table is 1,68 with a significance level of 5%, then the alternative hypothesis (Ha) is accepted. The results showed that there is a significant effect of inquiry model for the creative thinking ability of students. Keywords : Inquiry Model , Creative Thinking Ability ii KATA PENGANTAR Bismillahirramanirrahim Alhamdulillah wasyukurillah, puji dan syukur kepada-Mu ya Allah atas segala nikmat dan kasih sayang-Mu. Salawat teriring salam senantiasa tercurah untuk kekasih-Mu, Muhammad SAW. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan studi S1 program studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa” ini merupakan wujud tertulis dari penelitian yang penulis lakukan di SMA Darul Muttaqin Bekasi. Adalah termasuk orang yang tidak pandai bersyukur kepada Allah SWT. manakala kita tidak bisa berterimakasih kepada orang lain. Penulis sadar, dalam rangka menuntaskan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu, kupersembahkan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Ibu Nurlena Rifa’I, M.A., Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia sekaligus dosen pembimbing I yang selalu membimbing dan mengarahkan selama penelitian dan penulisan. 4. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd, selaku pembimbing II yang selalu membimbing dan mengarahkan selama penelitian dan penulisan. 5. Bapak Tonih Feronika, M.Pd, selaku dosen penasehat akademik sekaligus dosen penguji I dan Ibu Salamah Agung, S.Si, A.Pt, M.A, selaku dosen penguji II. 6. Bapak Asep Romli, S.Ag, kepala sekolah SMA Darul Muttaqin Cibarusah Bekasi yang telah memberikan izin penelitian. Bapak Slamet Utomo, S.Pd dan iii Bapak Adi Abdul Hadi, S.Pd.I, guru mata pelajaran kimia yang telah membantu dan menjadi konsultan terbaik selama eksperimen. Bapak Toni Sahroni, S.Pd.I dan seluruh sivitas akademika SMA Darul muttaqin Bekasi yang telah membantu selama eksperimen. 7. Miftahudin, M.Si, suami tercinta yang selalu setia mendampingi dan mendukung, menjadi tempat berkeluh kesah dan sumber inspirasi serta semangat, bagian kehidupan tak tergantikan. 8. Ayahanda tercinta H. Idris Marzuki dan Ibunda tersayang Hj. Komariah, teriring doa, “Ya Allah limpahkanlah selalu kasih sayang-Mu kepada orang yang telah mebimbing dan membesarkan kami dengan segala jerih payahnya. Bahagiakanlah mereka, karena kebahagiaan terbesar kami adalah melihatnya bahagia”. 9. Abi dan Umi mertua KH. Ahmid dan Hj. Dedeh Muti’ah yang kasih sayang serta doanya kepada peneliti tak terhingga, semoga Allah SWT. selalu memberi kesehatan kepada keduanya. 10. Kakanda tercinta: Pelda Aa Setiawan dan Ella, Ida Hasanah, S.Si dan H. Nasa, Kurniawan, S.Pd. serta keponakan tersayang Satria Tarezza Pahlawan dan Almirah Khanza Akoba yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat. 11. Rekan-rekan sahabat mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Angkatan 2008, lebih khusus kepada Eka, Fitri, Tsem, Vivi, Okta, Lena dan member bunga yang telah menjadi konsultan dan teman terbaik. Kami berharap skripsi ini menjadi kontribusi serta menambah pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan. Ciputat, April 2014 Irma Idrisah iv DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ............................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................... iii DAFTAR ISI .......................................................................................... v DAFTAR TABEL ................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ......................................................... 4 C. Pembatasan Masalah......................................................... 4 D. Perumusan Masalah .......................................................... 5 E. Tujuan Penelitian .............................................................. 5 F. Manfaat Penelitian ............................................................ 5 BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS ................................................................. 6 A. Deskripsi Teoretis ............................................................. 6 1. Model Inkuiri .............................................................. 6 2. Kemampuan Berpikir Kreatif ..................................... 16 3. Konsep Hidrolisis Garam ........................................... 24 B. Hasil Penelitian Yang Relevan ......................................... 27 C. Kerangka Berpikir ............................................................ 29 D. Perumusan Hipotesis Penelitian ....................................... 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................... 30 A. Waktu dan Tempat Penelitian........................................... 30 B. Metode dan DesainPenelitian ........................................... 30 1. Metode Penelitian ....................................................... 30 2. Desain Penelitian ........................................................ 30 v C. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 31 1. Populasi ...................................................................... 31 2. Sampel ........................................................................ 31 D. Variabel Penelitian ........................................................... 32 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 32 F. Instrumen Penelitian ......................................................... 33 1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif .............................. 33 2. Observasi .................................................................... 34 G. Kalibrasi Instrumen .......................................................... 35 1. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ............. 35 2. Lembar Observasi ....................................................... 39 H. Teknik Analisis Data ........................................................ 39 1. Data Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ...................... 39 2. Data Observasi ............................................................ 43 I. Hipotesis Statistik ............................................................. 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................... 45 A. Hasil Penelitian ................................................................. 45 1. Hasil Pretest Berpikir Kreatif Siswa .......................... 45 2. Hasil Posttest Berpikir Kreatif Siswa ......................... 47 3. Hasil Lembar Observasi ............................................. 49 B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Pretest .............. 50 1. Uji Normalitas ............................................................ 50 2. Uji Homogenitas ........................................................ 51 3. Uji Hipotesis .............................................................. 52 C. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Posttest............. 52 1. Uji Normalitas ............................................................ 52 2. Uji Homogenitas ........................................................ 53 3. Uji Hipotesis .............................................................. 54 D. Pembahasan ...................................................................... 55 vi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 62 A. Kesimpulan ....................................................................... 62 B. Saran ................................................................................. 62 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 63 LAMPIRAN ........................................................................................... 66 vii DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kation dan Anion yang Terhidrasi dalam Air ...................... 25 Tabel 3.1 Desain Penelitian .................................................................. 31 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ........................ 33 Tabel 3.3 Kriteria Taraf Kesukaran ...................................................... 37 Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda ........................................................ 38 Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa ............ 40 Tabel 3.6 Bobot Nilai Item Observasi Berdasarkan Skala Likert ........ 43 Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Lembar Observasi ................................... 44 Tabel 4.1 Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol............. 45 Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Pretest Indikator Berpikir Kreatif Siswa .... 46 Tabel 4.3 Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........... 47 Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Posttest Indikator Berpikir Kreatif Siswa .. 48 Tabel 4.5 Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahapan Model Inkuiri Terbimbing .......................................................................... 49 Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretest ................................................ 50 Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretest ............................................. 51 Tabel 4.8 Uji Hipotesis Hasil Pretest ................................................... 52 Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Posttest ............................................... 53 Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Posttest ........................................... 54 Tabel 4.11 Uji Hipotesis Hasil Posttest.................................................. 55 viii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A1 : RPP Kelas Kontrol ..................................................... 66 Lampiran A2 : RPP Kelas Eksperimen .............................................. 85 Lampiran A3 : Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ......... 106 Lampiran B1 : Soal Tes Berpikir Kreatif (Sebelum Uji Validitas) .... 112 Lampiran B2 : Kunci Jawaban Tes Berpikir Kreatif (Sebelum Uji Validitas) .................................................................... Lampiran B3 117 : Rubrik Penilaian Tes Berpikir Kreatif (Sebelum Uji Validitas) .................................................................... 129 Lampiran B4 : Soal Tes Berpikir Kreatif (Setelah Uji Validitas) ...... 134 Lampiran B5 : Kunci Jawaban Tes Berpikir Kreatif (Setelah Uji Validitas) .................................................................... Lampiran B6 138 : Rubrik Penilaian Tes Berpikir Kreatif (Setelah Uji Validitas) .................................................................... 146 Lampiran B7 : Lembar Observasi Siswa Kelas Eksperimen ............. 149 Lampiran B8 : Rubrik Penilaian Observasi........................................ 151 Lampiran C1 : Hasil Uji Validitas Tes Berpikir Kreatif (Anates) ..... 155 Lampiran C2 : Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol (Pretest dan Posttest) ................... Lampiran C3 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen (Pretest) ...................................................................... Lampiran C4 Lampiran C7 165 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Kontrol (Pretest) ...................................................................... Lampiran C6 163 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen (Posttest) .................................................................... Lampiran C5 162 167 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Kontrol (Posttest) .................................................................... 169 : Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen ................. 171 ix Lampiran D1 : Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Pretest) ...... 174 Lampiran D2 : Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Posttest)..... 176 Lampiran D3 : Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol (Pretest)............. 178 Lampiran D4 : Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol (Posttest) ........... 180 Lampiran D5 : Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Pretest)............... 182 Lampiran D6 : Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Posttest) ............. 184 Lampiran D7 : Uji Normalitas Kelas Kontrol (Pretest) ..................... 186 Lampiran D8 : Uji Normalitas Kelas Kontrol (Posttest) .................... 188 Lampiran D9 : Uji Homogenitas Pretest ............................................ 190 Lampiran D10 : Uji Homogenitas Posttest........................................... 191 Lampiran D11 : Uji Hipotesis Pretest .................................................. 192 Lampiran D12 : Uji Hipotesis Posttest ................................................. 194 Lampiran E 196 : Foto-Foto Dokumentasi Kegiatan Penelitian ............. x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Proses pembelajaran yang hanya berorientasi pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka, menuntut siswa untuk menguasai materi pelajaran. Penekanannya lebih pada hapalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Proses-proses pemikiran tinggi termasuk berpikir kreatif jarang dilatih. Padahal, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut sumber daya manusia yang tidak hanya memiliki pengetahuan saja tetapi juga harus memiliki keterampilan (life skill) dalam menciptakan sesuatu yang kreatif. Untuk dapat mengetahui sesuatu, siswa haruslah aktif sendiri mengkonstruksi. Dengan kata lain, dalam belajar siswa harus aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan, menganalisis, dan akhirnya yang terpenting merangkumnya sebagai suatu pengertian yang utuh. Tanpa keaktifan siswa dalam membangun pengetahuan mereka sendiri, mereka tidak akan mengerti apa-apa.1 Menjadi kreatif adalah ciri manusia yang berharga, lebih-lebih dalam era pembangunan ini sangat dituntut manusia-manusia kreatif, manusia pembangunan.2 Dengan demikian, kemampuan berpikir kreatif siswa dalam hal menciptakan sesuatu yang kreatif sangat penting untuk dilatih. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan siswa dalam memahami masalah dan menemukan penyelesaian dengan strategi atau 1 Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika, (Cet. 1; Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2007), h. 9 2 Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”, (Jakarta: P2LPTK, 1987), h. 175 1 2 metode yang bervariasi (divergen).3 Dalam berpikir kreatif, proses dasar berpikir digunakan untuk penemuan hal-hal baru, karya seni, gagasan-gagasan yang konstruktif yang berkaitan dengan persepsi atau konsep, yang menekankan aspek intuisi ataupun rasional dalam berpikir.4 Pemikir kreatif dengan sengaja melatih imajinasi mereka, sebagian dengan memandang sesuatu dari sudut pandang yang tidak biasa.5 Menurut Guilford Kreativitas atau berpikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal.6 Hasil studi yang dilakukan oleh Getzels dan Jackson, dan Torrance mengungkapkan bahwa guru cenderung lebih suka terhadap siswa yang lebih penurut, jinak, pendiam, dan yang dapat diramalkan dari pada terhadap siswa yang bersikap bebas aktif dan kreatif.7 Padahal, proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.8 Hasil penelitian Sarjono menyatakan bahwa pembelajaran sains selama ini dilakukan tidak melalui inkuiri ilmiah melainkan didominasi oleh kegiatan transfer informasi dan bersifat hafalan, sehingga hasil belajar sains menjadi rendah dan tidak bermakna panjang.9 Melihat kenyataan di atas jelaslah bahwa pentingnya kemampuan berpikir kreatif dilatih pada siswa. Untuk itu sangat perlu sekali dalam 3 Tatag Yuli E. S, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun X, No. 1; Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Pengajuan Masalah, (Yogyakara : FMIPA Unesa, 2005), h. 6 4 Wiwik Haryani & Purwandhi, Jurnal BORNEO, Vol.1 No. 1; Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Berpikir, (Bandung : FKIP Unmul, 2007), h. 12 5 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung : MCC, 2006), h. 218 6 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua (Cet. 3; Jakarta: PT Grasindo, 1999), h. 45 7 Moh. Amien, op.cit., h. 170 8 Zulfiani dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Cet. 1; Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 46 9 Ramadhan Witarsa, 38 ISSN 1412-565X Edisi Khusus No. 2; Analisis Kemampuan Inkuiri Guru Yang Sudah Tersertifikasi dan Belum Tersertifikasi Dalam Pembelajaran Sains SD, (Agustus 2011), h. 38 3 pembelajaran di sekolah dikembangkan suatu model pembelajaran yang mendukung peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Suatu model pembelajaran yang tidak hanya mengembangkan kemampuan konsep siswa tetapi juga dapat melatih kemampuan berpikir kreatif sehingga menghasilkan suatu pembelajaran yang lebih bermakna. Proses pembelajaran yang mendorong siswa belajar atas prakarsa sendiri dapat mengembangkan kemampuan kreatif karena guru menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani mengemukakan gagasan baru. Hasil penelitian menunjukan bahwa potensi kreatif tidak akan muncul sendiri secara baik bila individu tidak menjumpai lingkungannya yang memacu sejak awal.10 National Science Education Standards, menekankan pemahaman konsep sains dilakukan dalam standard inkuiri.11 Model inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang dipandang sesuai untuk digunakan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, karena model inkuiri memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap sesuatu sendiri secara langsung. Selain itu, model inkuiri dapat mempermudah siswa untuk mampu memperoleh pengetahuan secara mendalam karena siswa mengkonstruk sendiri suatu konsep. Dengan model inkuiri siswa sungguh dilibatkan untuk aktif berpikir dan menemukan pengertian yang ingin diketahuinya.12 Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan pada penemuan sesuatu melalui proses mencari dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah.13 Model inkuiri pada dasarnya merupakan salah satu usaha dari guru untuk dapat merangsang siswa berpikir melalui berbagai bentuk pertanyaan, serta adanya suatu proses pemecahan masalah.14 10 Moh. Amien, op. cit., h. 173 Zulfiani dkk, op. cit., h. 47 12 Paul Suparno, op. cit., h. 65 13 Yuli Nurul Fauziah, Analisis Kemampuan Guru Dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Kelas V Pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, (Bandung: UPI, 2011), h. 98 14 Kardius Richi Yosada, VOX Edukasi vol.1 No.1; Model Pembelajaran Inkuiri Sosial Dalam Mengembangkan Berpikir kreatif Siswa pada Bidang Studi IPS Ekonomi Melalui Isu-isu Ekonomi Kontemporer, (Maret 2010), h. 52 11 4 Karakteristik model inkuiri sesuai jika diterapkan pada konsep yang memungkinkan keaktifan siswa menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik suatu konsep yang sedang dipelajari. Konsep yang sesuai dengan karakteristik model inkuiri salah satunya adalah konsep hidrolisis garam. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penelitian mengenai penerapan model inkuiri perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model inkuiri dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, dapat diamati beberapa masalah yang teridentifikasi sebagai berikut: 1. Masih rendahnya daya serap peserta didik. 2. Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah masih bertumpu pada hapalan terhadap suatu teori. 3. Proses-proses pemikiran tinggi termasuk berpikir kreatif jarang dilatih. 4. Peserta didik hanya mampu mengingat fakta/teori tanpa memahami pengetahuan yang dimiliki untuk dihubungkan dengan persoalan dalam kehidupan sehari-hari. C. Pembatasan Masalah Agar masalah dalam penelitian dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka penulis membatasi masalah penelitian sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif adalah model inkuiri terbimbing. 2. Kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif menurut Guilford yang meliputi: keterampilan berpikir lancar (fluency), keterampilan berpikir luwes (fleksibel), keterampilan berpikir orisinal (originality), dan keterampilan merinci (elaboration). 3. Materi kimia yang menjadi objek penelitian ini dibatasi pada konsep hidrolisis garam. 5 D. Perumusan Masalah Peneliti merumuskan masalah yang menjadi dasar penelitian ini dilakukan melalui pertanyaan penelitian berikut. “Apakah terdapat pengaruh model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa?”. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penggunaan model pembelajaran inkuiri serta dapat dijadikan sebagai studi banding dan dasar pemikiran bagi timbulnya gagasan-gagasan baru dalam dunia pendidikan khususnya dalam mengembangkan model pembelajaran yang mampu melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. 2. Bagi siswa dapat meningkatkan aktivitas selama proses pembelajaran dengan mengkondisikan siswa sebagai petualang dan penemu baru serta melatih siswa untuk berpikir kreatif dengan merangsang siswa berpikir melalui berbagai bentuk pertanyaan serta adanya suatu proses pemecahan masalah. 3. Bagi lingkungan pendidikan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa sehingga dapat dikembangkan dengan materi-materi yang beragam. BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis 1. Model Inkuiri a. Pengertian Model Inkuiri Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan.1 Carin dan Sund mengemukakan bahwa inquiry adalah the process of investigating a problem. Adapun Piaget mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaanpertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.2 Dalam proses belajar mengajar, inkuiri digunakan sebagai metode pengajaran yang memungkinkan ide siswa berperan dalam suatu penyelidikan (investigasi) yang akan dilakukan oleh pembelajar/siswa (Henrichsen dan Jarrett).3 Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya. (Depdikbud, 1997).4 1 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas, (Cet. 1; Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2010), h. 85 2 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Cet. 8; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 108 3 Zulfiani dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Cet. 1; Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 119 4 Retno Dwi Suyanti, Strategi Pembelajaran Kimia, (Cet. 1; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 43 6 7 Salah satu prinsip utama inkuiri yaitu siswa dapat mengkonstruk sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya.5 Welch mendefinisikan inkuiri sebagai proses dimana manusia mencari informasi atau pengertian, maka sering disebut a way of thought. Kindsvatter, Wilen, dan Ishler (1996) lebih menjelaskan inkuiri sebagai model pengajaran dimana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik.6 Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis dari Schmidt.7 Dari berbagai pengertian model inkuiri yang telah dikemukakan oleh para pakar, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model inkuiri menitikberatkan pada aktivitas siswa. Dalam model inkuiri siswa mengkonstruk sendiri pemahamannya dengan berproses memecahkan masalah dari persoalan yang diajukan guru menggunakan prinsip metode ilmiah atau saintifik. Secara umum metode ilmiah itu seperti mengidentifikasi persoalan, membuat hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. b. Tingkatan Model Inkuiri Dalam Standard for Science Teacher Preparation terdapat 3 tingkatan inkuiri, yakni:8 1) Discovery/Structured Inquiri 5 Zulfiani dkk, loc. cit. Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika, (Cet. 1; Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2007), h. 65 7 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, loc. cit. 8 Zulfiani dkk, op.cit., h. 121-122 6 8 Dalam tingkatan ini tindakan utama guru ialah mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil. 2) Guided Inquiry Tahap guided inquiry mengacu pada tindakan utama guru ialah mengajukan permasalahan, siswa menentukan proses dan penyelesaian masalah. 3) Open Inquiry Tindakan utama pada Open Inquiry ialah guru memaparkan konteks penyelesaian masalah kemudian siswa mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah. c. Inkuiri Terbimbing Pada penelitian ini, tingkatan model inkuiri yang digunakan terbatas pada inkuiri terbimbing (guided inquiry). Inkuiri terbimbing adalah inkuiri yang banyak dicampuri oleh guru. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri.9 Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan tersebut dibawah bimbingan intensif guru.10 Model pembelajaran guided inquiry digunakan apabila dalam kegiatan pembelajaran guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru.11 Dalam inkuiri terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan 9 Paul Suparno, op. cit., h. 68 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, op.cit., h. 89 11 Suherli Kusmana, Model Pembelajaran Siswa Aktif, (Jakarta: Sketsa Aksara Lalitya, 2010), h. 49 10 9 baik oleh guru dan output pembelajaran sudah dapat diprediksi sejak awal.12 Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry), guru banyak terlibat dalam hal membuat perencanaan dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri sehingga siswa tidak begitu bebas dalam hal mengembangkan gagasan dan idenya. Melalui penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa yang berperan sebagai subjek pembelajaran dilatih bekerja seperti ilmuan. Dengan begitu, penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. d. Karakteristik Inkuiri Terbimbing Orlich menyatakan ada beberapa karakteristik inkuiri terbimbing yang harus diperhatikan, yaitu:13 1) Mengembangkan kemampuan berpikir siswa melalui observasi spesifik hingga mampu membuat inferensi atau generalisasi. 2) Sasarannya adalah mempelajari proses pengamatan kejadian atau objek dan menyusun generalisasi yang sesuai. 3) Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran, misalnya kejadian, data,materi dan berperan sebagai pemimpin kelas. 4) Setiap siswa berusaha membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas. 5) Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran. 6) Biasanya sejumlah generalisasi akan diperoleh dari siswa. 7) Guru memotivasi seluruh siswa untuk mengkomunikasikan hasil dari generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam kelas. 12 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, loc.cit. Ibid., h. 89-90 13 10 e. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran inkuiri Secara umum proses pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:14 1) Orientasi Langkah orientasi merupakan langkah membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. 2) Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatuy persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang untuk berpikir. 3) Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. 4) Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring infiormasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. 5) Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data sehingga guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir rasional siswa. Artinya, kebenaran jawaban bukan hanya berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dipertanggung jawabkan. 6) Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Kindsvatter, Wilen, dan Ishler mengemukakan bahwa model inkuiri secara sederhana dapat dijelaskan sebagai model pengajaran yang menggunakan proses seperti: (1) identifikasi persoalan, (2) membuat 14 Retno Dwi Suyanti, op. cit., h. 46-48 11 hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4) menganalisis data, dan (5) mengambil kesimpulan. Dari langkah-langkah tersebut nampak jelas bahwa model inkuiri ini menggunakan prinsip metode ilmiah atau saintifik dalam menemukan suatu prinsip, hukum ataupun teori. Secara umum metode ilmiah itu punya langkah seperti: (1) merumuskan persoalan, (2) membuat hipotesis, (3) melakukan percobaan untuk mengumpulkan data, (4) menganalisis data yang diperoleh, dan (5) mengambil kesimpulan apakah hipotesis diterima atau ditolak.15 Secara umum, Gulo menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut.16 1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis. 2) Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. 3) Mengumpulkan data Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa table, matrik, atau grafik. 4) Analisis data Siswa bertanggung jawab menguji menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Factor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran „benar‟ atau „salah‟. 15 Paul Suparno, op. cit., h. 65-66 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Cet. 1; Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h. 137-138 16 12 Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya. 5) Membuat kesimpulan Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa. Hampir sama dengan langkah-langkah yang ditempuh dalam proses belajar mengajar dengan model inkuiri yang telah diungkapkan oleh para pakar diatas, Massialas mengemukakan langkah-langkah pembelajaran dengan model inkuiri sebagai berikut: (1) guru memilih tingkah laku (tujuan), (2) guru mengajukan pertanyaan yang dapat menumbuhkan siswa menumbuhkan pendapatnya, (3) siswa menetapkan hipotesis/praduga jawaban untuk dikaji lebih lanjut (alternatif jawaban), (4) secara spontan siswa menjelajahi informasi/data untuk menguji praduga, baik secara individu maupun secara kelompok, atau siswa tidak banyak berusaha mencari informasi untuk membuktikan praduga. Dalam hal siswa tidak banyak berusaha mencari informasi, peran guru sebagai pembimbing/fasilitator sangat dibutuhkan, (5) siswa mengidentifikasi beberapa kemungkinan jawaban/siswa menarik kesimpulan.17 f. Prinsip Pembelajaran Inkuiri Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri memiliki beberapa prinsip, antara lain:18 1) Berorientasi pada pengembangan intelektual Tujuan utama dari strategi pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir dan berorientasi pada proses belajar. Keberhasilan pembelajaran ini terlihat pada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sesuatu yang merupakan gagasan yang pasti. 17 18 Suherli Kusmana, op. cit., h. 56-57 Retno Dwi Suyanti, op. cit., h. 45 13 2) Prinsip interaksi Proses pembelajaran merupakan interaksi antara siswa dengan guru dimana guru berperan sebagai pengatur lingkungan dan pengatur interaksi belajar, guru mengarahkan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. 3) Prinsip bertanya Guru juga berperan sebagai penanya karena kemampuan siswa untuk bertanya pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir. 4) Prinsip belajar untuk berpikir Belajar merupakan proses berpikir yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak secara maksimal. 5) Prinsip keterbukaan Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Untuk itu siswa hendaknya diberikan kebebasan untuk mencoba sesuatu sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. g. Syarat Inkuiri Dapat Berjalan Baik Model inkuiri akan efektif apabila: (1) guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan sehingga penguasaan materi bukan tujuan utama karena ynag terpenting adalah proses belajar, (2) bahan pelajaran yang akan diajarkan adalah berupa kesimpulan yang perlu pembuktian, (3) proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu, (4) siswa adalah anak yang memiliki kemauan dan kemapuan berpikir, (5) jumlah siswa tidak terlalu banyak agar mudah dikendalikan, dan (6) guru memiliki banyak waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.19 19 Ibid., h. 44 14 Untuk meningkatkan teknik inkuiri dapat ditimbulkan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:20 1) Membimbing kegiatan laboratorium. Guru menyediakan petunjuk yang cukup luas kepada siswa dan sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru. 2) Modifikasi inquiry. Dalam hal ini guru hanya menyediakan masalahmasalah dan menyediakan bahan/alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara perseorangan maupun kelompok. 3) Kebebasan inquiry. Guru mengundang siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan “kebebasan inquiry”, dari siswa dapat mengidentifikasi masalah dan merumuskan macam-macam masalah yang akan dipelajari. 4) Inquiry pendekatan peranan. Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah, yang cara-caranya serupa dengan cara-cara yang biasanya diikuti oleh para ilmiawan. 5) Mengundang ke dalam inquiry. Merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim untuk memecahkan masalah yang masing-masing anggota diberi tugas suatu peranan yang berbedabeda seperti: koordinator tim, penasihat teknis, merekam data, proses penilaian. 6) Teka teki bergambar. Salah satu teknik untuyk mengembangkan motivasi dan perhatian siswa didalam diskusi kelompok. Gambar, peragaan atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa. 7) Synectics lesson. Pendekatan ini untuk menstimulir bakat-bakat kreatif siswa. Pada dasarnya “synectics” memusatkan pada keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan agar supaya dapat membuka inteligensinya dan mengembangkan daya kreativitasnya. Hal itu dapat dilaksanakan karena kiasan dapat membantu dalam 20 77-79 Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Cet. 7; Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 15 melepaskan ikatan struktur mental yang melekat kuat dalam memandang suatu masalah sehingga dapat menunjang timbulnya ideide kreatif. 8) Kejelasan nilai-nilai. Perlu diadakan evaluasi lebih lanjut tentang keuntungan-keuntungan pendekatan ini, terutama yang menyangkut sikap, nilai-nilai dan pembentukan self-concept siswa. Agar teknik inkuiri dapat dilaksanakan dengan baik memerlukan kondisi-kondisi sebagai berikut:21 1) Kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi. 2) Kondisi lingkungan yang responsif. 3) Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian. 4) Kondisi yang bebas dari tekanan. h. Kelebihan Model inkuiri Teknik inkuiri memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:22 1) Dapat membentuk dan mengembangkan “self-consept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. 3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka. 4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. 5) Memberti kepuasan yang bersifat intrinsik. 6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. 7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. 21 22 Ibid., h. 79 Ibid., h. 76-77 16 9) Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional. 10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. 2. Kemampuan Berpikir Kreatif a. Pengertian Berpikir Kreatif Edward de Bono mendefinisikan berpikir sebagai: “Proses kreatif yang berkaitan dengan pemecahan masalah”.23 Berpikir merupakan keterampilan operasional yang memungkinkan inteligensi bekerja atas dasar pengalaman.24 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kreatif didefinisikan sebagai memiliki daya cipta; mempunyai kemampuan untuk mencipta; bersifat mencipta; misal suatu pekerjaan yang menghendaki selain kecerdasan juga imaginasi.25 Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.26 Pemikiran kreatif adalah pemikiran yang berusaha melahirkan sesuatu yang baru, dan disandarkan kepada prinsip-prinsip kemungkinan.27 Pemikir kreatif dengan sengaja melatih imajinasi mereka, sebagian dengan memandang sesuatu dari sudut pandang yang tidak biasa.28 Mereka yang menanamkan kebiasaan berpikir kreatif melihat kemungkinan- kemungkinan baru, bukan batasan, dan mereka berani bereksperimen tanpa takut berbuat salah.29 23 Edward De Bono, Mengajar Berpikir, (Cet 2; Jakarta: Erlangga, 1992), h. 34 Ibid., h. 36 25 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Cet 5; Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976), h. 526 26 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung : MCC, 2006), h. 214-215 27 Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas Anak, (Cet. 1; Jakarta: Pusaka Al-Kautsar, 2005), h. 37 28 Elaine B. Johnson, op. cit., h. 218 29 Ibid., h. 222 24 17 Beberapa ahli psikologi percaya bahwa kreativitas atau berpikir kreatif harus terbatas pada penemuan atau penciptaan suatu ide atau konsep baru yang sebelumnya tidak pernah diketahui oleh manusia. Para ahli lainnya mendefinisikan kraetivitas secara inklusif, yaitu meliputi semua usaha produktif yang unik dari individu. Pandangan ini lebih bermaksud bagi guru/dosen yang berusaha untuk mengembangkan kemampuan kreatif siswa/mahasiswa dan membantu mereka dalam menggali dan mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Dengan kata lain bahwa kreativitas atau berpikir kreatif dapat diartikan sebagai pola berpikir atau ide yang timbul secara sepontan dan imaginatif, yang mencirikan hasil-hasil artistik, penemuan-penemuan ilmiah, dan penciptaan-penciptaan secara mekanik.30 Utami munandar menyimpulkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut: 1) Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada.31 Biasanya, orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru. Sesungguhnya apa yang diciptakan itu tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.32 2) Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.33 Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang. Tentu saja jawabanjawaban itu harus sesuai dengan masalahnya. Jadi, tidak semata-mata 30 Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”, (Jakarta: P2LPTK, 1987), h. 166 31 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua (Cet. 3; Jakarta: PT Grasindo, 1999), h. 47 32 Ibid., h. 47 33 Ibid., h. 48 18 banyaknya jawaban yang dapat diberikan yang menentukan kreativitas seseorang, tetapi juga kualitas atau mutu dari jawabannya.34 3) Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. (Munandar, S. C. U., 1997).35 Dari beberapa pengertian di atas jelaslah bahwa berpikir kretif adalah suatu cara berpikir divergen, keterampilan mental yang senantiasa memperluas pemikiran, memupuk ide-ide asli untuk menghasilkan suatu pemikiran yang berbeda dan merupakan hal yang baru. b. Ciri-Ciri Siswa Kreatif Sund (1975) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal secara mudah sekali melalui pengamatan ciri-ciri berikut:36 1) Hasrat ingin mengetahui, 2) Bersikap terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, 3) Panjang akal, 4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti, 5) Cenderung lebih suka untuk melakukan tugas-tugas yang berat dan sulit, 6) Mencari jawaban-jawaban yang memuaskan dan komprehensip, 7) Bergairah, aktif dan dedikasi dalam melakukan tugas-tugasnya, 8) Berfikir fleksibel, 9) Menanggapi npertanyaan-pertanyaan dan kebiasaan untuk memberikan jawaban yang lebih banyak, 10) Kemampuan membuat analisis dan sintesis, 11) Kemampuan membuat abstraksi, 12) Memiliki semangat “inqury”, dan 34 Ibid., h. 48 Ibid., h. 50 36 Moh. Amien, op. cit., h. 170 35 19 13) Keluasan dalam latar belakang kemampuan membaca. Tes luar negeri yang mengukur kreativitas ialah tes dari Guilford yang mengukur kemampuan berpikir divergen, dengan membedakan aspek kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan kerincian berpikir.37 Dalam studistudi faktor analisis seputar ciri-ciri utama dari kreativitas, Guilford (1959) membedakan antara aptitude dan non-aptitude traits yang berhubungan dengan kreativitas. Ciri-ciri aptitude dari kreativitas (berpikir kretif) meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, dan ciri-ciri ini dioperasionalisasikan dalam tes berpikir divergen.38 Ciri-ciri aptitude ialah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognisi, dengan proses berpikir, sedangkan ciri-ciri nonaptitude ialah ciriciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan.39 Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (aptitude) meliputi : 1) Keterampilan berpikir lancar Keterampilan berpikir lancar adalah kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan banyak hal dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.40 Sebagaimana definisi Guilford, kelancaran diartikan dengan mengeluarkan pemikiran yang dengan mudah mengalir, baik dalam bentuk kebebasan intelektual, verbal, atau yang lainnya. Sedangkan peneliti Helmi Al-Moligi berpendapat bahwa kelancaran yaitu pemikiran yang mengalir secara luar biasa, sehingga akal kreatif seakan-akan merupakan ledakan pemikiran baru yang bebas.41 Keterampilan berpikir lancar yang dimiliki siswa tercermin dalam perilaku siswa sebagai berikut:42 a) Mengajukan banyak pertanyaan. 37 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h. 73 38 Ibid., h. 10 39 Utami Munandar, op.cit., h. 88 40 Ibid., h. 88 41 Amal Abdussalam Al-Khalili, op.cit., h. 176 42 Utami Munandar, loc.cit. 20 b) Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan. c) Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah. d) Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya. e) Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari pada anak-anak lain. f) Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu obyek atau situasi. 2) Keterampilan berpikir luwes (fleksibel) Keterampilan berpikir luwes (fleksibel) adalah kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.43 Maksud dari fleksibilitas adalah memunculkan berbagai pengetahuan dengan amat mudah. 44 Guilford juga berpendapat bahwa fleksibilitas mencerminkan kemampuan untuk cepat menghasilkan berbagai pemikiran yang berkembang menjadi berbagai macam pemikiran yang berbeda dan berkaitan dengan suatu sikap tertentu.45 Keterampilan berpikir luwes yang dimiliki siswa tercermin dalam perilaku siswa bsebagai berikut:46 a) Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu obyek. b) Memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita atau masalah. c) Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda. d) Memberi pertimbangan terhadap situasi, yang berbeda dari yang diberikan orang lain. 43 Ibid., h. 88-89 Amal Abdussalam Al-Khalili, op.cit., h. 177 45 Ibid., h. 177 46 Utami Munandar, op.cit., h. 89 44 21 e) Dalam membahas/mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas kelompok. f) Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya. g) Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang berbedabeda. h) Mampu mengubah arah berpikir secara spontan. 3) Keterampilan berpikir orisinal Keterampilan berpikir orisinal adalah kemampuan melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.47 Maksud dari orisinalitas sesuai dengan interpretasi yang diberikan oleh peneliti Sayyid Khairullah adalah kemampuan untuk menghasilkan beberapa reaksi yang orisinil. Atau diartikan dengan sedikit melakukan pengulangan secara statistikal dalam suatu masyarakat dimana seseorang itu memiliki loyalitas kepadanya.48 Keterampilan berpikir orisinal yang dimiliki siswa tercermin dalam perilaku siswa bsebagai berikut:49 a) Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain. b) Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan caracara yang baru. c) Memilih a-simetri dalam menggambar atau membuat disain. d) Memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain. e) Mencari pendekatan yang baru dari yang stereotip. f) Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru. 47 Ibid., h. 89 Amal Abdussalam Al-Khalili, op.cit., h. 178 49 Utami Munandar, op.cit., h. 89-90 48 22 g) Lebih senang mensintesis daripada menganalisa situasi. 4) Keterampilan merinci (mengelaborasi) Keterampilan merinci (mengelaborasi) adalah kemampuan untuk memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.50 Elaborasi diartikan dengan memodifikasi reaksi yang dilakukan dengan cara menambahkan beberapa reaksi lainnya. Seperti mengambil suatu pemikiran yang sederhana, kemudian dimodifikasi dan menjadikannya lebih menarik. Atau, menambah perincian atas suatu pemikiran tertentu, dengan syarat perincian-perincian ini sesuai dengan pemikiran utamanya.51 Keterampilan berpikir merinci (mengelaborasi) yang dimiliki siswa tercermin dalam perilaku siswa bsebagai berikut:52 a) Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci. b) Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain. c) Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh. d) Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana. e) Menambahkan garis-garis, warna-warna, dan detil-detil (bagianbagian) terhadap gambarnya sendiri atau orang lain. Berpikir kreatif, yang membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputi aktivitas mental seperti:53 a) Mengajukan pertanyaan. b) Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka. 50 Ibid., h. 90 Amal Abdussalam Al-Khalili, op.cit., h. 179 52 Utami Munandar, loc.cit. 53 Elaine B. Johnson, op. cit., h. 215 51 23 c) Membangun keterkaitan, khususnya di antara hal-hal yang berbeda. d) Menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas. e) Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda. f) Mendengarkan intuisi. c. Kendala Penghambat Kreativitas Di antara banyak kendala yang membungkam kretivitas, yang berikut ini khususnya merusak:54 1) Sensor internal dari seseorang. 2) Orang-orang yang mencari kesalahan. 3) Peraturan dan persyaratan yang membatasi dan melarang. 4) Perilaku menerima dengan pasif, tanpa bertanya. 5) Pengotakngotakan. 6) Memusuhi intuisi. 7) Takut membuat kesalahan. 8) Tidak menyempatkan diri untuk merenung. Mengembangkan kebiasaan menghubungkan berbagai hal dengan bebas merupakan unsur penting dari berpikir kreatif.55 Dalam upaya membantu anak merealisasikan potensinya, sering digunakan cara paksaan agar mereka belajar. Amabile mengemukakan empat cara yang mematikan kreativitas, yaitu:56 1) Evaluasi Rogers (dalam Vernon,1982) menekankan salah satu syarat untuk memupuk kreativitas konstruktif ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi, atau paling tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berkreasi. 2) Hadiah 3) Persaingan (kompetisi) 54 Ibid., h. 221 Ibid., h. 217 56 Utami Munandar, op.cit., h. 223 55 24 4) Lingkungan yang membatasi Albert Einstein yakin bahwa belajar dan kreativitas tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan. 3. Konsep Hidrolisis Garam a. Pengertian Hidrolisis Garam Hidrolisis berasal dari kata “hidro” yang artinya air dan “lisis” berarti penguraian. Jadi hidrolisis adalah reaksi penguraian molekul dalam air membentuk ion-ionnya.57 Hidrolisis garam adalah reaksi kation atau anion dari suatu garam dengan air.58 Ion-ion garam dalam air bereaksi sedemikian rupa dengan air sehingga menyebabkan air terurai menjadi ion hidroksida (OH−) dan ion hydronium (H3O+).59 b. Sifat Larutan Garam Garam yang dihasilkan suatu reaksi antara asam dan basa dapat bersifat asam, basa, atau netral. Sifat tersebut bergantung pada jumlah serta jenis senyawa asam basa yang direaksikan.60 1) Garam yang Tersusun dari Asam Kuat dan Basa Kuat Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat tidak memberikan perubahan warna lakmus, baik lakmus merah maupun lakmus biru. Hal ini menunjukkan bahwa larutan garam bersifat netral.61 Kebanyakan garam yang bersifat netral terbentuk oleh kation dan anion yang dalam air hanya terhidrasi. Kation dan anion tersebut disajikan dalam tabel 2.1 berikut:62 57 Maria Suharsini dan Dyah Saptarini, Kimia dan Kecakapan Hidup Pelajaran Kimia untuk SMA/MA, (Cet 1; Jakarta: Ganeca Exact, 2007) h. 244 58 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2, (Cet 2; Yudhistira, 2009), h. 195 59 Omay Sumarna dkk, Kimia untuk SMA/MA Kelas XI, (Cet 1; Bogor: Regina, 2006), h. 251 60 Sandri Justiana dan Muchtaridi, loc. cit. 61 Ibid., h. 195 62 Omay Sumarna dkk, op. cit., h. 253 25 Tabel 2.1 Kation dan Anion yang Terhidrasi dalam Air Kation Anion K+ Na+ Rb+ Cs+ Mg+2 Ca2+ Sr2+ Ba2+ Cl− Br− I− ClO3− ClO4− BrO3− SO42− NO3− 2) Garam yang Tersusun dari Asam Kuat dan Basa Lemah Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah mengubah lakmus biru menjadi merah dan tidak mengubah warna lakmus merah. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan garam bersifat asam.63 3) Garam yang Tersusun dari Asam Lemah dan Basa Kuat Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat mengubah lakmus merah menjadi biru dan tidak mengubah warna lakmus biru. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan garam bersifat basa.64 4) Garam yang Tersusun dari Asam Lemah dan Basa Lemah Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah dapat bersifat asam, basa, atau netral.65 Garam dari asam lemah dan basa lemah sifatnya bergantung pada harga tetapan ionisasi asam dan basanya. Ka < Kb: bersifat basa, Kb < Ka: bersifat asam, Ka = Kb: bersifat netral.66 c. pH Larutan Garam Untuk menghitung pH simak uraian berikut ini:67 1) pH Garam yang Tersusun dari Asam Kuat dan Basa Kuat Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral dan mempunyai pH = 7. 2) pH Garam yang Tersusun dari Asam Kuat dan Basa Lemah 63 Sandri Justiana dan Muchtaridi, loc. cit. Ibid., h. 196 65 Ibid., h. 196 66 Omay Sumarna, op. cit., h. 252 67 Sandri Justiana dan Muchtaridi, op. cit., h. 197-199 64 26 Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah mempunyai pH <7. Rumus untuk menghitung pH larutan garam sebagai berikut: 3) pH Garam yang Tersusun dari Asam Lemah dan Basa Kuat 4) pH Garam yang Tersusun dari Asam Lemah dan Basa Lemah d. Aplikasi Hidrolisis Garam Berikut beberapa contoh aplikasi hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:68 1) Pelarutan Sabun Salah satu peristiwa hidrolisis yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dapat kita perhatikan pada sabun cuci. Perhatikan pada garam natrium stearat, C17H35COONa (sabun cuci). Garam tersebut akan mengalami hidrolisis jika dilarutkan dalam air, menghasilkan asam stearat dan basanya, yaitu natrium hidroksida. Reaksinya: C17H35COONa + H2O ↔ C17H35COOH + NaOH 68 Omay Sumarna, op. cit., h. 267 27 Oleh karena itu, jika garam tersebut digunakan untuk mencuci, airnya harus bersih dan tidak mengandung garam Ca2+ atau Mg2+. Garam Ca2+ dan Mg2+ banyak terdapat dalam air sadah. Jika air yang digunakan mengandung garam Ca2+, terjadi reaksi dengan asam stearat. Reaksinya: 2(C17H35COOH) + Ca2+ → (C17H35COO)2Ca + 2H+ Sehingga buih yang dihasilkan sangat sedikit. Akibatnya, cucian tidak bersih karena fungsi buih untuk memperluas permukaan kotoran agar mudah larut dalam air. 2) Penjernihan Air Penjernihan air minum oleh PAM berdasarkan prinsip hidrolisis, yaitu senyawa aluminium fosfat (Al2(PO4)3) yang mengalami hidrolisis total. B. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berikut ini beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ida Bagus Putu Arnyana yang berjudul “pengaruh penerapan strategi pembelajarn inovatif pada pembelajaran biologi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMA”, menunjukan bahwa kelompok siswa yang belajar dedngan strategi kooperatif GI, PBL dan Inkuiri memiliki kemampuan berpikir kreatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan model DI.69 2. Penelitian yang dilakukan oleh Hartanto yang berjudul “mengembangkan kreaivitas siswa melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan inkuiri” menunjukan bahwa melalui inkuiri siswa dapat memperaktekkan dan menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari untuk memecahkan 69 Ida Bagus Putu Arnyana, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP No. 3 Th, XXXIX, ISSN 0215-8250; Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajarn Inovatif Pada Pembelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA, (Singaraja: fakultas pendidikan MIPA, 2006) 28 masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan cara berpikir sistematis, kritis, logis, dan kreatif.70 3. Penelitian yang dilakukan oleh Tatag Yuli Eko Siswono yang berjudul “upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pengajuan masalah”, menunjukkan bahwa tidak semua aspek kemampuan berpikir meningkat terutama fleksibilitas dalam memecahkan masalah. Tetapi untuk aspek pemahaman terhadap informasi masalah, kebaruan dan kefasihan dalam menjawabsoal mengalami peningkatan. Hasil lain menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan mengajukan masalah mengalami kemajuan/peningkatan.71 4. Penelitian yang dilakukan oleh Awaludin yang berjudul “Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa dengan kemampuan matematis rendah melalui pembelajaran open ended dengan pemberian tugas tambahan”, menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan kemampuan matematis rendah yang mendapat pembelajaran open ended dengan perlakuan pemberian tugas tambahan labih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapat pembelajaran open ended tanpa perlakuan pemberian tugas tambahan.72 70 Hartanto, Jurnal Kependidikan Triadik vol. 14, no. 1; Mengembangkan Kreaivitas Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Inkuiri, (Bengkulu: FKIP Universitas Bengkulu, 2011) 71 Tatag Yuli E. S, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun X, No. 1; Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Pengajuan Masalah, (Yogyakara : FMIPA Unesa, 2005) 72 Awaludin, Dosen tetap di FKIP Unhalu. Ringkasan Penelitian. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Siswa dengan Kemampuan Matematis Rendah Melalui Pembelajaran Open-Ended dengan Pemberian Tugas Tambahan, dapat diakses di http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=10330, 24/04/2014. 17:19 WIB. 29 C. Kerangka Berpikir Model Inkuiri Mengajukan pertanyaan atau permasalahan Keterampilan Berpikir Lancar Merumuskan hipotesis Mengumpulkan data Keterampilan Berpikir Luwes Analisis data Keterampilan Berpikir Merinci Membuat kesimpulan Keterampilan Berpikir Orisinal Kemampuan Berpikir Kreatif Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir D. Perumusan Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konseptual yang didukung oleh landasan teori, maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif dan signifikan penggunaan model inkuiri dengan alat peraga sederhana terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Hipotesis yang dibuat dalam perbandingan adalah : H0 : Tidak terdapat pengaruh penggunaan model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Ha : Terdapat pengaruh penggunaan model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei 2013 pada semester 2 tahun ajaran 2012/2013 dikelas XI-A dan XI-B yang bertempat di SMA Darul Muttaqin yang berlokasi di Desa Wibawa Mulya Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi. B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen (eksperimen semu). Metode kuasi eksperimen berbeda dengan penelitian eksperimen karena tidak memenuhi karakteristik atau syarat dari suatu penelitian eksperimen, yaitu manipulasi, kontrol, dan randominasi. Dalam penelitian kuasi eksperimen tidak dilakukan randominasi untuk memasukan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melainkan menggunakan kelompok subjek yang sudah ada sebelumnya. Dalam metode kuasi eksperimen kontrol atau pengendalian variabel tidak bisa dilakukan secara ketat, atau secara penuh.1 2. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa nonequivalent control group design (desain pretest-posttest kelompok kontrol tanpa acak).2 Dalam desain ini subjek kelompok tidak dilakukan secara acak, misalnya kelas eksperimen di suatu kelas tertentu dengan 1 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan (Cet. 5; Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), h. 44 2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Cet ke-15; Bandung: Alfabeta, 2012), h. 116 30 31 siswa yang telah ada atau sebagaimana adanya.3 Di mana dalam desain ini dilakukan tes sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen/tes awal (Y1), disebut pretest, dan sesudah eksperimen/tes akhir (Y2), disebut posttest. Perbedaan antara Y1 dan Y2 diasumsikan merupakan dari treatment (eksperimen). Desain penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.4 Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Eksperimen (R) Y1 X Y2 Kontrol (R) Y1 - Y2 Keterangan: R : kelas eksperimen dan kelas kontrol Y1 : sebelum dilakukan treatment (eksperimen)/pretest Y2 : sesudah dilakukan treatment (eksperimen)/posttest X : tindakan untuk kelas eksperimen yaitu model inkuiri C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.5 Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa SMA Darul Muttaqin, sedangkan populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas XI SMA Darul Muttaqin. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki sifat yang sama dengan populasi.6 Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas 3 Nana Sudjana dan Ibrahim, loc. cit. Ibid., h. 44 5 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan danPeneliti Pemula (Cet. VI; Bandung: ALFABETA,2009), h. 54 6 Nana Sudjana dan Ibrahim, op.cit., h. 85 4 32 dari kelas XI SMA Darul Muttaqin yaitu kelas XI-A sebagai kelas kontrol dan kelas XI-B sebagai kelas eksperimen. Dalam penelitian ini, sampel penelitian diambil menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.7 Sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 orang siswa kelas XI-A dan 26 orang siswa kelas XI-B. D. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. 1. Variabel bebas atau variabel prediktor (independent variable) sering diberi notasi X adalah variabel penyebab atau yang diduga memberikan suatu pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain.8 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model inkuiri. 2. Variabel terikat atau variabel respons (dependent variable) sering diberi notasi Y adalah variabel yang ditimbulkan atau efek dari variabel bebas. 9 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif siswa. E. Teknik Pengumpulan Data Dalam melakukan penelitian, suatu data dibutuhkan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan, karena data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan.10 Data dikumpulkan oleh peneliti menggunakan cara atau teknik, sehingga dikenal dengan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang peneliti 7 Riduwan, op.cit., h. 63 Nana Sudjana dan Ibrahim, op.cit., h. 12 9 Ibid., h. 12 10 Riduwan, op.cit., h. 70 8 33 gunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes berupa tes kemampuan berpikir kreatif siswa dan teknik nontes berupa observasi. F. Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.11 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan berpikir kreatif dan lembar observasi keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing. 1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.12 Bentuk instrumen tes kemampuan berpikir kreatif berupa soal uraian (essay) yang memenuhi seluruh indikator tes yaitu: (1) kemampuan berpikir lancar (fluency), (2) kemampuan berpikir luwes (flexibility), (3) kemampuan berpikir merinci (elaboration), (4) kemampuan berpikir orisinal (originality). Adapun tes yang dibuat berupa 17 soal uraian sebelum diuji coba (soal terlampir pada halaman 111), setelah dilakukan uji coba (uji validitas) dihasilkan 10 soal uraian yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai instrumen dalam penelitian (soal terlampir pada halaman 133). Materi tes yang diberikan kepada siswa mencakup konsep hidrolisis garam. Berikut kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini: Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif No. Indikator Sub indikator 1 Fluency Menghasilkan banyak gagasan, 11 12 Ibid., h. 69 Ibid., h. 76 Nomor Butir Soal 1, 4 34 (Berpikir jawaban lancar) masalah. dan Memikirkan penyelesaian lebih dari satu 2, 3* jawaban. Menghasilkan gagasan, jawaban dan Flexibility 2 (berpikir luwes) penafsiran (interpretasi) 5*, 6*, 7* yang bervariasi terhadap suatu masalah. Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) 8*, 9, 10 yang berbeda-beda. Mencari arti yang lebih 11, 12*, 13* mendalam terhadap jawaban atau 3 Elaboration pemecahan masalah (Berpikir melakukan merinci) yang terperinci. dengan langkah-langkah Mengembangkan, menambah, 14*, 15* memperkaya suatu gagasan. Originality 4 (Berpikir orisinal) Memiliki cara berpikir yang lain 16 dari yang lain. Mampu melahirkan ungkapan 17* yang baru. Keterangan : * = Butir soal yang valid 2. Observasi Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. 13 Observasi adalah mengamati situasi yang ada, situasi yang terjadi secara spontan, tidak dibuat-buat, yang disebut juga dengan situasi yang sesuai dengan 13 Ibid., h. 76 35 kehendak alam (alamiah). Dan hasil pengamatan dicatat dengan teliti untuk diambil kesimpulan-kesimpulan umum dan khusus.14 Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing. Adapun lembar observasi keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing terlampir pada halaman 148. G. Kalibrasi Instrumen 1. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Suatu instrumen dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatannya atau validitasnya dan ketepatan atau keajegannya atau reliabilitasnya.15 Sebelum diberikan kepada sampel, instrumen tes terlebih dahulu diuji cobakan di kelas yang telah mendapatkan materi hidrolisis garam untuk mengukur validitas dan reliabilitas soal. Langkah selanjutnya dilakukan analisis butir soal untuk mengetahui tingkat kesukaran (difficulty level) dan daya pembeda sehingga didapatkan soal yang memenuhi syarat. a. Validitas Instrumen Didalam buku Encyclopedia of Educational Evaluation yang ditulis oleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan disebutkan: a test is valid if it measures what it purpose to measure. Jika diartikan lebih kurang demikian: sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.16 Validitas soal di uji dengan rumus korelasi product moment.17 3-1 14 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Cet.2; Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), h. 36 15 Nana sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Cet 14; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 12 16 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Cet 10; Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 64-65 17 Ibid, h. 72 36 Di mana: rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan. Dalam penelitian ini, untuk perhitungan validitas instrumen peneliti menggunakan program Anates uraian versi 4.0.4. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program Anates terdapat 10 butir soal yang valid dari 17 butir soal uraian. Adapun hasil perhitungan selengkapnya terlampir pada halaman 154. b. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapan pun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.18 Pengujian reliabilitas soal dalam bentuk uraian (essay) di uji dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut:19 3-2 Keterangan: r11 : Reliabilitas yang dicari : Jumlah varians skor tiap-tiap item : Varians total Dalam penelitian ini, untuk perhitungan reliabilitas instrumen peneliti menggunakan program Anates uraian versi 4.0.4. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program Anates menghasilkan nilai reliabilitas tes sebesar 0,81. Adapun hasil perhitungan selengkapnya terlampir pada halaman 154. c. Uji Tingkat Kesukaran (Difficulty Index) Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai 18 19 Nana sudjana, op. cit., h. 16 Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 109 37 semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. 20 Dengan kata lain, soal yang baik berada pada tingkat kesukaran sedang. Persamaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran/proportion correct (p) adalah:21 3-3 Keterangan: p : tingkat kesukaran : jumlah peserta didik yang menjawab benar N : jumlah peserta didik Untuk menafsirkan tingkat kesukaran tersebut, dapat digunakan kriteria dalam tabel 3.3 sebagai berikut:22 Tabel 3.3 Kriteria Taraf Kesukaran Nilai (P) Kategori p > 0,70 Mudah 0,30 ≤ p ≤ 0,70 Sedang p < 0,30 Sukar Dalam penelitian ini, untuk perhitungan taraf kesukaran instrumen peneliti menggunakan program Anates uraian versi 4.0.4. Hasil perhitungan dengan menggunakan program Anates dari 10 butir soal yang valid diperoleh 6 soal berkategori sedang dan 4 soal berkategori sukar. Adapun hasil perhitungan selengkapnya terlampir pada halaman 154. d. Daya Pembeda (Discriminating Power) Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).23 20 Ibid., h. 207 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Cet 3; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 272 22 Ibid., h. 272 21 38 Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal dapat digunakan rumus sebagai berikut:24 3-4 Di mana: DP = daya pembeda WL = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah WH = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas n = 27% x N (jumlah peserta didik) Untuk menginterpretasikan koefisien daya pembeda tersebut dapat digunakan kriteria yang dikembangkan oleh Ebel pada tabel 3.4 sebagai berikut:25 Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Nilai (DP) Kategori 0,40 and up Very good items 0,30 – 0,39 Reasonably good 0,20 – 0,29 Marginal items Below – 0,19 Poor item Dalam penelitian ini, untuk perhitungan daya pembeda instrumen peneliti menggunakan program Anates uraian versi 4.0.4. Hasil perhitungan dengan menggunakan program Anates dari 10 butir soal yang valid diperoleh 4 soal berkategori jelek, 4 soal berkategori cukup, 1 soal berkategori baik dan 1 soal berkategori baik sekali. Adapun hasil perhitungan selengkapnya terlampir pada halaman 154. 23 Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 211 Zainal Arifin, op.cit., h. 273 25 Ibid., h. 274 24 39 2. Lembar Observasi Untuk mengetahui validitas instrumen observasi dalam penelitian ini digunakan validitas logis. Validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada.26 Dari pengkajian konstruksi teoritik pengaruh model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa, tersusunlah lembar observasi untuk mengukur keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing. Adapun lembar observasi keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing terlampir pada halaman 148. H. Teknik Analisis Data 1. Data Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Data yang didapat kemudian dihitung dan dinilai dengan memberikan skor. Setelah seluruh butir soal jawaban siswa diberi skor, maka langkah selanjutnya adalah menghitung persentase skor jawaban dari tiap item atau butir soal dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 3-5 Setelah menghitung persentase skor jawaban dari tiap butir soal, selanjutnya menghitung persentase skor jawaban berdasarkan indikator masing-masing soal tes berpikir kreatif yaitu kemampuan berpikir lancar (fluency), kemampuan berpikir luwes (flexibility), kemampuan berpikir merinci (elaboration), dan kemampuan berpikir orisinal (originality). Masing-masing skor ideal dalam persentase diberi bobot 100 dan skor minimal diberi bobot 0, yang selanjutnya berdasarkan selisih (range) persentase maksimal (ideal) dan minimal dengan jumlah kelas sebanyak 5, 26 Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 65 40 maka kriteria masing-masing variabel dikelompokkan seperti pada tabel 3.6 berikut: Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Persentase Jawaban Kriteria Penilaian 81 – 100 Sangat Kreatif 61 – 80 Kreatif 41 – 60 Cukup Kreatif 21 – 40 Kurang Kreatif 00 – 20 Tidak Kreatif Data tes berpikir kreatif selanjutnya dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dapat dilakukan jika prasyarat analisis telah terpenuhi. a. Pengujian Persyaratan Analisis Data Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t, terlebih dahulu diadakan pengujian persyaratan analisis, yaitu : 1) Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan secara nonparametrik yaitu menggunakan Uji Liliefors, dengan rumus:27 Lo = │F (Zi) – S (Zi) │ Keterangan : Lo = Harga mutlak terbesar F (Zi) = Peluang angka baku S (Zi) = Proporsi angka baku Adapun langkah-lagkah pengujiannya sebagai berikut: a) Kolom X Data diurutkan dari yang terkecil sampai terbesar b) Kolom Zi 27 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466-467 3-6 41 3-7 Ketetangan: = Skor baku = Skor ke i = Nilai rata-rata SD = Standar Deviasi c) Kolom F(Zi) Nilai Zi dikonsultasikan pada daftar tabel (tabel Z) d) Kolom S(Zi) Kolom ini dicantumkan nilai yang diperoleh dari perhitungan sebagai berikut: S (Zi) = 3-8 e) Kolom │F (Zi) – S (Zi) │ Merupakan harga mutlak dari selisih F (Zi) dan S (Zi) f) Tentukan nilai L0 dengan harga terbesar dari harga mutlak selisih dan dibandingkan dengan Ltabel dari tabel Liliefors. Dengan kriteria: Terima H0 jika L0(hitung) < Ltabel artinya data berdistribusi normal Tolak Ho jika L0(hitung) > Ltabel artinya data berdistribusi tidak normal Ltabel atau nilai kritis untuk uji liliefors dengan n > 30 dan taraf nyata (α) 0,05 adalah Ltabel = g) Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka nilai L0 dikonsultasikan kendalam tabel nilai kritis L dengan taraf signifikan α = 0,05. Kriteria pengujian populasi ini dianggap berdistribusi normal jika L0 lebih kecil dari Ltabel (angka kritis). 2) Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan 42 ke homogenan populasi. Uji homogenitas yang dilakukan adalah uji Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut:28 a) Mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil dengan rumus S2 = 3-9 b) Menentukan Fhitung dengan rumus 3-10 c) Menentukan nilai Ftabel dengan rumus: dk pembilang = n-1 (untuk varians terbesar) dk penyebut = n-1 (untuk varians terkecil) dengan taraf signifikan (α) = 0,05, maka dicari pada tabel F. d) Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel, dengan kriteria pengujian berikut: (1) Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua populasi tidak homogen. (2) Jika Fhitung Ftabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi homogen b. Pengujian Hipotesis Setelah uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t pada taraf signifikasi (α) = 0,05, berikut ini adalah langkah-langkah perhitungannya:29 1) Mencari deviasi standar gabungan (dsg) 3-11 Keterangan: 28 29 173. n1 : banyaknya data kelas eksperimen n2 : banyaknya data kelas kontrol V1 : varians data kelas eksperimen V2 : varians data kelas kontrol Riduwan, op.cit., h. 120 Subana, dkk., Statistik Pendidikan (Cet. 10; Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), h. 171- 43 2) Menentukan t hitung 3-12 Keterangan: : Rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen : Rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol dsg : Nilai deviasi standar gabungan 3) Menentukan derajat kebebasan (db) Rumusnya: db = n1 + n2 – 2 3-13 4) Menentukan ttabel 5) Pengujian hipotesis, dengan kriteria sebagai berikut: H0 diterima jika thitung < ttabel. H0 ditolak jika thitung > ttabel. 2. Data Observasi Untuk mengukur sejauh mana keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing melalui observasi, maka kriteria yang digunakan pada lembar observasi tersebut adalah skala likert dengan lima pilihan, yaitu: sangat baik – baik – sedang – buruk – buruk sekali. Dengan menggunakan skala likert, maka bobot nilai pada tiap item observasi yang diberikan dapat dilihat pada tabel 3.5 sebagai berikut:30 Tabel 3.6 Bobot Nilai Item Observasi Berdasarkan Skala Likert 30 Pilihan Jawaban Skor Item Sangat Baik 5 Baik 4 Sedang 3 Riduwan, op. cit., h. 88 44 Buruk 2 Buruk Sekali 1 Setelah seluruh butir soal jawaban siswa diberi skor, maka langkah selanjutnya adalah menghitung persentase skor jawaban dari tiap item atau butir soal dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 3-14 Selanjutnya persentase skor yang didapat dibandingkan pada kriteria interpretasi skor pada tabel 3.6 berikut:31 Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Lembar Observasi Persentase Jawaban I. Kriteria Penilaian 81% – 100% Sangat Baik 61% – 80% Baik 41% – 60% Sedang 21% – 40% Buruk 0% – 20% Buruk Sekali Hipotesis Statistik Hipotesis statistiknya yaitu : H0 : μ1 = μ2 Ha : μ1 > μ2 H0 dan Ha dalam bentuk kalimat: H0 : Terdapat perbedaan rata-rata skor yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Ha : Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor yang sigifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 31 Ibid., h. 89 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa tes kemampuan berpikir kreatif siswa diperoleh dari hasil pretest dan posttest yang dilakukan di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes berpikir kreatif siswa berupa 10 butir soal uraian (essay) yang telah diuji validitasnya di kelas XII IPA yang bertempat di SMAI Yaspia Kabupaten Bekasi sehingga instrumen ini layak digunakan dalam penelitian ini. Sementara itu, data kualitatif diperoleh dari hasil observasi siswa yang dilakukan di kelas eksperimen. 1. Hasil Pretest Berpikir Kreatif Siswa Data pretest yang terkumpul dari hasil tes berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol selanjutnya dianalisis dan dilakukan perhitungan. Hasil perhitungan data pretest tersebut disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4.1 Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Jumlah Sampel 26 26 Nilai Minimum 22 25 Nilai Maksimum 41 42 Mean 30,54 32,50 Modus 27,50 26,40 Median 29,50 31,70 Varians 30,98 31,38 Standar Deviasi 5,57 5,60 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dengan jumlah sampel yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 26 menghasilkan 45 46 nilai rata-rata kelas kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen dalam hasil pretest berpikir kreatif siswa. Hal ini dapat diamati dari nilai rata-rata kelas kontrol sebesar (32,50) dengan varians (30,98) lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar (30,54) dengan varians (31,38). Hasil pretest kedua kelas penelitian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 162. Selanjutnya data pretest dari kedua kelas tersebut dihitung berdasarkan indikator masing-masing soal tes berpikir kreatif yang diberikan. Penyajian data berdasarkan indikator berpikir kreatif dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini : Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Pretest Indikator Berpikir Kreatif Siswa Nilai Rata-Rata No. 1 2 3 4 Indikator Kelas Kriteria Eksperimen Fluency Kurang 27,90 (Berpikir Lancar) Kreatif Flexibility Cukup 44,13 (Berpikir Luwes) Kreatif Elaboration Tidak 14,93 (Berpikir Merinci) Kreatif Originality Cukup 42,10 (berpikir orisinal) Kreatif Kelas Kontrol 32,70 43,20 15,80 46,60 Kriteria Kurang Kreatif Cukup Kreatif Tidak Kreatif Cukup Kreatif Dari tabel indikator hasil tes berpikir kreatif di atas, dapat diamati bahwa nilai rata-rata indikator berpikir kreatif kelas eksperimen tertinggi ada pada indikator flexibility (berpikir luwes) yaitu sebesar 44,13 dengan kriteria cukup kreatif dan terendah ada pada indikator elaboration (berpikir merinci) yaitu sebesar 14,93 dengan kriteria tidak kreatif. Sedangkan nilai rata-rata indikator berpikir kreatif kelas kontrol tertinggi ada pada indikator originality (berpikir orisinal) yaitu sebesar 46,60 dengan kriteria cukup kreatif dan terendah ada pada indikator elaboration (berpikir merinci) yaitu sebesar 15,80 dengan kriteria tidak kreatif. Secara 47 keseluruhan hasil pretest berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu dibawah kriteria kreatif. 2. Hasil Posttest Berpikir Kreatif Siswa Setelah dilakukan perlakuan yeng berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model inkuiri sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran konvensional, selanjutnya dilakukan pengumpulan data posttest. Data posttest yang terkumpul dari hasil tes berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol selanjutnya dianalisis dan dilakukan perhitungan. Hasil perhitungan data posttest tersebut disajikan dalam tabel 4.3 berikut ini: Tabel 4.3 Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Jumlah Sampel 26 26 Nilai Minimum 55 40 Nilai Maksimum 90 81 Mean 73,35 58,15 Modus 75,50 50,00 Median 74,00 56,30 Varians 111,60 167,42 Standar Deviasi 10,56 12,94 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dengan jumlah sampel yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 26 menghasilkan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dalam hasil posttest berpikir kreatif siswa. Hal ini dapat diamati dari nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar (73,35) dengan varians (111,60) lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelas kontrol sebesar (58,15) dengan varians (167,42). 48 Hasil posttest kedua kelas penelitian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 162. Selanjutnya data posttest dari kedua kelas tersebut dihitung berdasarkan indikator masing-masing soal tes berpikir kreatif yang diberikan. Penyajian data berdasarkan indikator berpikir kreatif dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini : Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Posttest Indikator Berpikir Kreatif Siswa Nilai Rata-Rata No. Indikator Kelas Eksperimen Kriteria Kelas Kontrol Kriteria 1 Fluency (Berpikir Lancar) 97,10 Sangat Kreatif 59,60 Cukup Kreatif 2 Flexibility (Berpikir Luwes) 72,85 Kreatif 46,18 Cukup Kreatif 3 Elaboration (Berpikir Merinci) 74,80 Kreatif 66,15 Kreatif 4 Originality (Berpikir Orisinal) 88,50 Sangat Kreatif 66,60 Kreatif Dari tabel indikator hasil tes berpikir kreatif di atas, dapat diamati bahwa nilai rata-rata indikator berpikir kreatif kelas eksperimen tertinggi ada pada indikator fluency (berpikir lancar) yaitu sebesar 97,10 dengan kriteria sangat kreatif dan terendah ada pada indikator flexibility (berpikir luwes) yaitu sebesar 72,85 dengan kriteria kreatif. Sedangkan nilai ratarata indikator berpikir kreatif kelas kontrol tertinggi ada pada indikator originality (berpikir orisinal) yaitu sebesar 66,60 dengan kriteria kreatif dan terendah ada pada indikator flexibility (berpikir luwes) yaitu sebesar 46,18 dengan kriteria cukup kreatif. Menunjukkan hasil posttest yang cukup jauh berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol terhadap kemampuan berpikir kreatif. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan 49 model inkuri dalam proses pembelajaran menghasilkan pengaruh yang positif terhadap perkembangan kemampuan berpikir kreatif siswa. 3. Hasil Lembar Observasi Pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada konsep hidrolisis garam menggunakan lembar observasi. Lembar observasi dibuat berdasarkan tahapan model inkuiri terbimbing yang ada, yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data dan membuat kesimpulan. Hasil lembar observasi diperoleh dengan melakukan pengamatan terhadap siswa kelas eksperimen yang dilakukan oleh 2 orang pengamat (observer) pada setiap pertemuannya. 2 orang pengamat (observer) terkait dalam penelitian ini adalah seseorang yang ahli/tahu dibidang kimia yaitu guru kimia di SMA Darul Muttaqin Kabupaten Bekasi. Dari hasil pengamatan aktivitas siswa terhadap keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing yang dilakukan oleh observer, maka didapat hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 4.5 dibawah ini. (perhitungan selengkapnya pada lampiran halaman 171). Tabel 4.5 Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahapan Model Inkuiri Terbimbing 1 Tahapan Model Inkuiri Terbimbing Merumuskan Masalah 79 Kriteria Penilaian Baik 2 Merumuskan Hipotesis 75 Baik 3 Mengumpulkan Data 86 Sangat Baik 4 Analisis Data 79 Baik 5 Membuat Kesimpulan 87 Sangat Baik 81,2 Sangat Baik No. Rata-Rata Keseluruhan Persentase (%) 50 Dari tabel di atas terlihat bahwa persentase keseluruhan hasil observasi keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing adalah sebesar 81,2 dengan kriteria penilaian sangat baik. Hal itu menunjukkan bahwa penerapan model inkuiri terbimbing yang dilakukan pada kelas eksperimen terlaksana dengan sangat baik. B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Pretest 1. Uji Normalitas Dalam penelitian ini, uji normalitas didapat dengan menggunakan uji Liliefors. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel sedangkan jika Lhitung > Ltabel maka data tidak berdistribusi normal diukur pada taraf signifikasi (α) tertentu. Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan taraf signifikan (α) = 0,05, maka untuk n = 26 didapatkan harga Ltabel = 0,173. Hasil uji normalitas pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat seperti pada tabel 4.6 di bawah ini, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman 182 dan 186. Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretest Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Lhitung 0,121 0,157 Ltabel 0,173 0,173 Kesimpulan Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Dari tabel di atas teramati bahwa hasil uji normalitas pretest pada kelas eksperimen didapatkan Lhitung (0,121) < Ltabel (0,173) menunjukkan data berdistribusi normal. Sedangkan pada kelas kontrol didapatkan Lhitung (0,157) < Ltabel (0,173) menunjukkan data berdistribusi normal. 51 Maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas sampel penelitian pada data pretest berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel. 2. Uji Homogenitas Setelah kedua kelas sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya untuk mengetahui kesamaan antara dua populasi. Dalam penelitian ini, nilai homogenitas didapat dengan menggunakan uji homogenitas dua varians atau uji Fisher dimana varians terbesar dibanding varians terkecil. Kriteria pengujian yang digunakan yaitu jika Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima, yang berarti varians dua populasi homogen. Sedangkan jika Fhitung ≥ Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti varians dua populasi tidak homogen. Hasil uji homogenitas pretest kedua kelas sampel penelitian dapat dilihat seperti pada tabel 4.7 di bawah ini, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman 190. Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretest Statistik Hasil Varians Terbesar 31,38 Varians Terkecil 30,98 Fhitung 1,01 Ftabel 1,94 Kesimpulan Homogen Pengujian dilakukan pada taraf signifikan (α) = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) penyebut 25 dan derajat kebebasan (dk) pembilang 25, maka didapat harga Ftabel = 1,96. Dari tabel di atas, teramati bahwa pada hasil uji homogenitas pretest Fhitung (1,01) < Ftabel (1,94), maka dapat disimpulkan bahwa hasil uji homogenitas pretest kelas sampel penelitian menunjukkan varians dua populasi homogen karena memenuhi kriteria pengujian Fhitung ≤ Ftabel. 52 3. Uji Hipotesis Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest kelas kontrol. Hasil perhitungan uji hipotesis hasil pretest disajikan pada tabel 4.8 di bawah ini. Adapun penghitungan uji hipotesis hasil pretest selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 192. Tabel 4.8 Uji Hipotesis Hasil Pretest Keterangan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Jumlah Sampel 26 26 Nilai Rata-Rata 30,54 32,50 Sg 5,58 thitung −1,27 ttabel 1,68 Kesimpulan Tidak Berbeda Dari tabel di atas diperoleh nilai thitung sebesar −1,27 dan ttabel 1,68 pada taraf signifikan (α) = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 50. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung (−1,27) < ttabel (1,68), maka H0 diterima dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ratarata skor pretest kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest kelas kontrol. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda ketika kedua kelas sampel penelitian belum diberikan perlakuan dalam proses pembelajaran. C. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Posttest 1. Uji Normalitas Dalam penelitian ini, uji normalitas didapat dengan menggunakan uji Liliefors. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data 53 berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel sedangkan jika Lhitung > Ltabel maka data tidak berdistribusi normal diukur pada taraf signifikasi (α) tertentu. Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan taraf signifikan (α) = 0,05, maka untuk n = 26 didapatkan harga Ltabel = 0,173. Hasil uji normalitas posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat seperti pada tabel 4.9 di bawah ini, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman 184 dan 188. Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Posttest Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Lhitung 0,110 0,151 Ltabel 0,173 0,173 Kesimpulan Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Dari tabel di atas teramati bahwa hasil uji normalitas posttest pada kelas eksperimen didapatkan Lhitung (0,110) < Ltabel (0,173) menunjukkan data berdistribusi normal. Sedangkan pada kelas kontrol didapatkan Lhitung (0,151) < Ltabel (0,173) menunjukkan data berdistribusi normal. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas sampel penelitian pada data posttest berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel. 2. Uji Homogenitas Setelah kedua kelas sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya untuk mengetahui kesamaan antara dua populasi. Dalam penelitian ini, nilai homogenitas didapat dengan menggunakan uji homogenitas dua varians atau uji Fisher dimana varians terbesar dibanding varians terkecil. Kriteria pengujian yang digunakan yaitu jika Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima, yang berarti varians dua populasi homogen. Sedangkan jika Fhitung ≥ Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti varians dua populasi tidak homogen. 54 Hasil uji homogenitas posttest kedua kelas sampel penelitian dapat dilihat seperti pada tabel 4.10 di bawah ini, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman 191. Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Posttest Statistik Hasil Varians Terbesar 167,42 Varians Terkecil 111,60 Fhitung 1,50 Ftabel 1,94 Kesimpulan Homogen Pengujian dilakukan pada taraf signifikan (α) = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) penyebut 25 dan derajat kebebasan (dk) pembilang 25, maka didapat harga Ftabel = 1,96. Dari tabel di atas, teramati bahwa pada hasil uji homogenitas posttest Fhitung (1,50) < Ftabel (1,94). Maka dapat disimpulkan bahwa hasil uji homogenitas posttest kelas sampel penelitian menunjukkan varians dua populasi homogen karena memenuhi kriteria pengujian Fhitung ≤ Ftabel. 3. Uji Hipotesis Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelas eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelas kontrol. Hasil perhitungan uji hipotesis hasil posttest disajikan pada tabel 4.11 di bawah ini. Adapun penghitungan uji hipotesis hasil posttest selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 194. 55 Tabel 4.11 Uji Hipotesis Hasil Posttest Keterangan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Jumlah Sampel 26 26 Nilai Rata-Rata 73,35 58,15 Sg 11,81 thitung 4,64 ttabel 1,68 Kesimpulan Berbeda Dari tabel di atas diperoleh nilai thitung sebesar 4,64 dan ttabel 1,68 pada taraf signifikan (α) = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 50. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung (4,64) > ttabel (1,68), maka H0 ditolak dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelas eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. D. Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan pretest, nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih rendah dari pada nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas kontrol. Namun, setelah kedua kelas tersebut diberi perlakuan dengan model pembelajaran yang berbeda, hasil ratarata posttest berpikir kreatif siswa kelas eksperimen menjadi lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini karena model inkuiri yang diterapkan pada kelas eksperimen membantu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal tersebut semakin jelas adanya setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t pada data pretest dan posttest. Uji perbedaan dua ratarata hasil pretest dengan rata-rata kelas eksperimen sebesar 30,54 dan rata-rata kelas kontrol sebesar 32,50 menghasilkan thitung sebesar −1,27. Sedangkan ttabel 56 yang dihasilkan dari 26 sampel kelas eksperimen dan 26 sampel kelas kontrol dengan taraf signifikan (α) = 0,05 sebesar 1,68. Nilai rata-rata yang tidak jauh berbeda sehingga menghasilkan uji perbedaan dua rata-rata (uji-t) hasil pretest yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung (−1,27) < ttabel (1,68), sehingga memenuhi kriteria dimana H0 diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak dengan kata lain tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest kelas kontrol. Sedangkan pada uji perbedaan dua rata-rata hasil posttest dengan rata-rata kelas eksperimen sebesar 73,35 dan rata-rata kelas kontrol sebesar 58,15 menghasilkan thitung sebesar 4,64. Dari 26 sampel kelas eksperimen dan 26 sampel kelas kontrol dengan taraf signifikan (α) = 0,05 dihasilkan ttabel sebesar 1,68. Menunjukkan hasil yang berbeda dengan hasil uji perbedaan dua ratarata pada hasil pretest, hasil uji perbedaan dua rata-rata (uji-t) hasil posttest yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung (4,64) > ttabel (1,68), sehingga memenuhi kriteria dimana H0 ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelas eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelas kontrol dimana model inkuiri yang diterapkan menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen. Dengan kata lain, terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model inkuiri terhadap perkembangan kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep hidrolisis garam. Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri siswa terlibat langsung dalam setiap tahap pembelajarannya. Menurut Eggen dan Kauchack tahapan model inkuiri adalah merumuskan pertanyaan atau permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis/analisis data dan membuat kesimpulan.1 Melalui keterlibatan siswa secara langsung dalam setiap tahap pembelajaran membantu melatih kemampuan berpikir kreatif siswa karena siswa belajar mandiri dalam menemukan pembuktian kebenaran 1 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas, (Cet. 1; Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2010), h. 95 57 suatu konsep. Jadi siswa tidak hanya sekedar mendengarkan dan menerima informasi begitu saja tapi mentelaah dan mengembangkan informasi yang didapatnya sehingga kemampuan berpikir kreatifnya dapat dikembangkan secara lebih maksimal. Keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran teramati dari hasil observasi sebesar 81,2 dengan kriteria penilaian sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model inkuiri terbimbing yang dilakukan pada kelas eksperimen terlaksana dengan sangat baik. Selanjutnya dapat kita amati kemampuan berpikir kreatif yang berkembang dari hasil pretest dan posttest kedua sampel kelas penelitian dengan lebih terperinci pada tiap indikator berpikir kreatif. Perhitungan tiap indikator berpikir kreatif hasil pretest kedua sampel kelas penelitian menunjukkan hasil yang sama. Indikator terendah berada pada kriteria tidak kreatif sedangkan indikator tertinggi berada pada kriteria cukup kreatif. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa sangat minim yaitu dibawah kriteria kreatif. Sedangkan pada hasil posttest, kelas eksperimen mengalami peningkatan yang maksimal disetiap indikator berpikir kreatif dari pada kelas kontrol. Indikator berpikir lancar (fluency) kelas eksperimen berada pada kriteria sangat kreatif sedangkan kelas kontrol hanya berada pada kriteria cukup kreatif. Hal ini berarti bahwa pada kelas eksperimen siswa lebih mampu mencetuskan banyak gagasan yang relevan. Indikator berpikir luwes (flexibility) kelas eksperimen berada pada kriteria kreatif sedangkan kelas kontrol hanya berada pada kriteria cukup kreatif. Hal ini berarti bahwa pada kelas eksperimen siswa lebih mampu menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi sehingga siswa dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda serta mencari banyak alternatif atau arah yang berbedabeda. Indikator berpikir merinci (elaboration) kelas eksperimen dan kelas kontrol berada pada kriteria yang sama yaitu kreatif. Hal ini berarti bahwa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol siswa mampu mengembangkan dan memperkaya atau memperluas suatu gagasan atau ide sehingga menjadi lebih 58 menarik. Indikator berpikir orisinal (originality) kelas eksperimen berada pada kriteria sangat kreatif sedangkan kelas kontrol hanya berada pada kriteria kreatif. Hal ini berarti bahwa pada kelas eksperimen siswa lebih mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik. Ketercapaian yang maksimal kelas eksperimen pada setiap indikator berpikir kreatif disebabkan karena penggunaan model inkuiri dalam proses pembelajaran. Melalui model inkuiri siswa dilatih menggunakan segala potensinya (kognitif, afektif dan psikomotor), terutama proses mentalnya untuk menemukan sendiri konsep-konsep atau prinsip-prinsip IPA layaknya seorang ilmuan sehingga siswa dapat menemukan “konsep diri”, kritis dan kreatif.2 Sedangkan penggunaan model pembelajaran konvensional dapat dijadikan salah satu penyebab rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa. Karena proses pembelajarannya hanya berorientasi pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka, penekanannya lebih pada hapalan tanpa dikembangkan dan ditelaah secara terperinci oleh siswa tersebut sehingga kemampuan kreatif siswa tidak dilatih karena siswa sekedar menerima instruksi tanpa diberi kesempatan menemukan sendiri suatu konsep. Akibatnya potensi kreatif siswa tak dapat dikembangkan. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Parnes, bahwa siswa menerima begitu banyak instruksi bagaimana melakukan sesuatu di sekolah, di rumah, dan di dalam pekerjaan sehingga kebanyakan dari siswa kehilangan hampir setiap kesempatan untuk kreatif.3 Pada kelas eksperimen, perhitungan tiap indikator berpikir kreatif hasil posttest menunjukkan peningkatan. Pada hasil pretest indikator nilai terendah berada pada kriteria tidak kreatif meningkat hingga kriteria kreatif pada hasil posttest. Sedangkan, hasil pretest indikator nilai tertinggi berada pada kriteria cukup kreatif meningkat hingga kriteria sangat kreatif dengan presentase 97,10% pada hasil posttest, peningkatan yang sangat signifikan/maksimal 2 Moh. Amin, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”, (Jakarta:P2LPTK, 1987), h. vii 3 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h. 11 59 dengan presentase hampir mencapai 100%. Peningkatan yang maksimal tersebut disebabkan karena penerapan model inkuri terbimbing dalam proses pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa terlibat langsung dalam setiap tahap pembelajarannya. Akibatnya, potensi kreatif siswa dapat dikembangkan tanpa terbatasi oleh peraturan dan persyaratan yang membatasi. Pada hasil posttest indikator nilai tertinggi berada pada indikator berpikir lancar dengan kriteria sangat kreatif. Hal ini berarti bahwa melalui penerapan model inkuiri terbimbing siswa lebih mampu menghasilkan banyak gagasan, jawaban dan penyelesaian masalah serta memikirkan lebih dari satu jawaban dengan sangat kreatif. Sedangkan pada kelas kontrol, perhitungan hasil pretest indikator nilai terendah berada pada kriteria tidak kreatif meningkat hanya pada kriteria cukup kreatif pada hasil posttest dengan presentase jawaban kurang dari 50%. Sedangkan, hasil pretest indikator nilai tertinggi berada pada kriteria cukup kreatif meningkat hingga kriteria kreatif pada hasil posttest dengan presentase jawaban kurang dari 70%. Hal ini berarti bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang terjadi pada kelas kontrol belum secara maksimal. Peningkatan yang tidak maksimal tersebut disebabkan karena proses pembelajaran yang dilakukan hanya sebatas pada pemberian informasi/konsep belaka dari seorang guru sehingga tidak memberikan kesempatan pada siswa terlibat langsung dalam setiap tahap pembelajarannya. Akibatnya, potensi kreatif siswa tidak dapat dikembangkan. Dari uraian diatas, jelaslah bahwa model inkuiri terbimbing mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa secara lebih maksimal karena model inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan artinya siswa bertindak sebagai subjek belajar.4 Jadi, model inkuiri terbimbing tidak hanya sebatas pada kegiatan mendengarkan tapi juga terlibat langsung dalam kegiatan mengatakan dan melakukan. Sedangkan model pembelajaran tidak secara inkuiri atau secara 4 Retno Dwi Suyanti, Strategi Pembelajaran Kimia, (Cet. 1; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 44 60 konvensional, siswa bertindak sebagai objek belajar artinya aktivitas siswa hanya sebatas kegiatan mendengarkan dan menerima informasi yang diberikan oleh guru tanpa dikembangkan dan ditelaah secara terperinci oleh siswa tersebut. Jika siswa hanya melakukan kegiatan mendengar, maka siswa ingat 20% dari yang mereka dengar. Sedangkan, jika siswa melakukan kegiatan mengatakan dan melakukan, maka siswa ingat 90% dari yang mereka katakan dan lakukan.5 Peneliti mengamati beberapa perbedaan dan perubahan sikap pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan penggunan model pembelajaran yang berbeda di kedua kelas tersebut. Pada kelas eksperimen yang menggunakan model inkuiri ketika mempelajari konsep hidrolisis garam siswa lebih antusias mengikuti setiap langkah pembelajaran yang dilakukan dari pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Salah satu ciri antusiasme siswa pada kelas eksperimen adalah dimana siswa lebih aktif bertanya dan antusias melakukan eksperimen dari pada siswa kelas kontrol yang cenderung pasif. Inkuiri menyediakan siswa beraneka ragam pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembang keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian sehingga memungkinkan mereka pebelajar sepanjang hayat. 6 Pada proses pembelajaran secara konvensional tampak keterlibatan siswa sangat minimal. Guru banyak berperan aktif menjelaskan materi, sedangkan siswa cenderung pasif dan lebih banyak menunggu penjelasan materi dari guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan serta sikap yang mereka butuhkan. Hal ini menyebabkan kemampuan berpikir kreatif siswa tidak terlatih dengan baik. Dalam proses penelitian, terungkap beberapa faktor yang menjadi dasar sebab efektifnya penggunaan model inkuiri terbimbing dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pertama, pada kelas 5 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual (Cet 6;Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009), h. 75 6 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, op. cit., h. 94 61 eksperimen yang menggunakan model inkuiri terbimbing pembelajaran diarahkan pada suatu proses belajar dalam hal mencari dan menemukan pembuktian terhadap kesimpulan dari konsep hidrolisis garam. Kedua, pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan serangkaian tahapan pembelajaran secara mandiri melalui LKS yang telah disusun agar mampu mengungkap kemampuan berpikir kreatif siswa. Ketiga, pembelajaran memberikan kepercayaan kapada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri. Kepercayaan terhadap gagasan sendiri ini membuat banyak variasi gagasan yang dihasilkan siswa serta meningkatkan orisinalitas dalam tiap gagasan siswa tersebut. Retno menjelaskan bahwasanya model inkuiri akan efektif apabila: (1) guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan sehingga penguasaan materi bukan tujuan utama karena ynag terpenting adalah proses belajar, (2) bahan pelajaran yang akan diajarkan adalah berupa kesimpulan yang perlu pembuktian, (3) proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu, (4) siswa adalah anak yang memiliki kemauan dan kemapuan berpikir, (5) jumlah siswa tidak terlalu banyak agar mudah dikendalikan, dan (6) guru memiliki banyak waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.7 7 Retno Dwi Suyanti, loc. cit. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, menghasilkan rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 73,35 dan rata-rata posttest kelas kontrol sebesar 58,15 sehingga diperoleh thitung (4,64) > ttabel (1,68). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. B. Saran Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi guru, model inkuiri perlu mendapat perhatian dan tanggapan, dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran dikelas, karena terbukti dalam penelitian ini model inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. 2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dilanjutkan pada tingkatan model inkuiri berikutnya seperti inkuiri bebas (open inquiry). Karena pada tingkat open inqury, siswa dituntut labih mandiri selama proses inkuiri, artinya siswa lebih diberi kebebasan dalam hal mengembangkan gagasan dan idenya sehingga dapat lebih menggali kemampuan berpikir kreatif siswa. 3. Model inkuiri dapat diterapkan pada konsep lain selain konsep hidrolisis garam, salah satu konsepnya adalah konsep laju reaksi. Karena pada konsep laju reaksi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya yang kebenarannya perlu dibuktikan. Pengujian kebenaran suatu teori tersebut yang mengharuskan model inkuri diterapkan pada konsep tersebut, dimana siswa melakukan eksperimen sendiri untuk menguji kebenaran sebuah teori. Dalam konsep laju reaksi, kemampuan berpikir kreatif siswa dapat terlatih melalui model inkuiri. 62 63 DAFTAR PUSTAKA Al-Khalili, Amal Abdussalam. 2005. Mengembangkan Kreativitas Anak. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Amien, Moh. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode Discovery atau Inquiry. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Amri, Sofan & IIF Khoiru Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya. Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Awaludin, Dosen tetap di FKIP Unhalu. Ringkasan Penelitian. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Siswa dengan Kemampuan Matematis Rendah Melalui Pembelajaran Open-Ended dengan Pemberian Tugas Tambahan, diakses 24/04/2014. 17:19 WIB dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=10330. Bono, Edward De. 2007. Revolusi Berpikir. Bandung: Kaifa. Hartanto, Jurnal Kependidikan Triadik vol. 14, no. 1. 2011. Mengembangkan Kreaivitas Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Inkuiri. Bengkulu: FKIP Universitas Bengkulu. Ida Bagus Putu Arnyana, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP No. 3 Th, XXXIX, ISSN 0215-8250. 2006. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajarn Inovatif Pada Pembelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA. Singaraja: fakultas pendidikan MIPA. Iska, Zikri Neni. 2008. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan. Jakarta: Kizi Brother’s. Johnson, Elaine B. 2006. Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: MCC. Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2009. Kimia 2. Yudhistira. Kardius Richi Yosada, VOX Edukasi vol.1 No.1. 2010. Model Pembelajaran Inkuiri Sosial Dalam Mengembangkan Berpikir kreatif Siswa pada Bidang Studi IPS Ekonomi Melalui Isu-isu Ekonomi Kontemporer. 64 Kusmana, Suherli. 2010. Model Pembelajaran Siswa Aktif. Jakarta: Sketsa Aksara Lalitya. Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Munandar, Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Penuntun Bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta: PT Grasindo. Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Muslich, Masnur. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. N. K., Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Ramadhan Witarsa, 38 ISSN 1412-565X Edisi Khusus No. 2. 2011. Analisis Kemampuan Inkuiri Guru Yang Sudah Tersertifikasi dan Belum Tersertifikasi Dalam Pembelajaran Sains SD. Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Subana. Dkk. 2000. Statisik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsini, Maria dan Dyah Saptarini. 2007. Kimia dan Kecakapan Hidup Pelajaran Kimia untuk SMA/MA. Jakarta: Ganeca Exact. Sumarna, Omay. Dkk. 2006. Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Bogor: Regina. Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktif Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. & 65 Suyanti, Retno Dwi. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Tatag Yuli E. S., Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Tahun X, No. 1, juni 2005. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Pengajuan Masalah. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Wiwik Hardani, Jurnal BORNEO,Vol.1 No. 1 Juli 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Berpikir. Yuli Nurul Fauziah. 2011. Analisis Kemampuan Guru Dalam Mengembangkan Keterampilan Merpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Kelas V Pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: UPI. Zulfiani. Dkk. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. LAMPIRAN 66 Lampiran A1 : RPP Kelas Kontrol RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SMA Darul Muttaqin Mata pelajaran : Kimia Kelas / Semester : XI / 2 Alokasi waktu : 2 x 2 jam pelajaran Pertemuan : ke-1 dan ke-2 Standar kompetensi: 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya. Kompetensi dasar: 4.4. Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut. Indikator: Pertemuan ke-1 4.4.1. Menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air. 4.4.2. Menentukan sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi. Pertemuan ke-2 4.4.3. Menghitung pH larutan garam yang terhidrolisis. A. Tujuan Pembelajaran Pertemuan ke-1 Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat : 1. Menjelaskan pengertian konsep hidrolisis. 2. Mengidentifikasi sifat garam yang dapat terhidrolisis dalam air berdasarkan kekuatan asam dan basa pembentuknya. 3. Menjelaskan sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi. 67 Pertemuan ke-2 Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat : 1. Menghitung pH larutan garam menurut jenis garam yang terhidrolisis. Karakter siswa yang diharapkan : ~ Rasa Ingin Tahu, Berani, Komunikatif, Tanggung Jawab, Berpikir Kritis. B. Materi Ajar Pertemuan ke-1 1. Pengertian Hidrolisis Garam Hidrolisis berasal dari kata hydro yang berarti air dan lysis yang berarti penguraian. Jadi hidrolisis adalah reaksi penguraian molekul dalam air membentuk ion-ionnya. Ion-ion garam dalam air bereaksi sedemikian rupa dengan air sehingga menyebabkan air terurai menjadi ion hidroksida (OH−) dan ion hydronium (H3O+). 2. Sifat Larutan Garam a) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat tidak memberikan perubahan warna lakmus, baik lakmus merah maupun lakmus biru. Hal ini menunjukkan bahwa larutan garam bersifat netral. b) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah mengubah lakmus biru menjadi merah dan tidak mengubah warna lakmus merah. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan garam bersifat asam. c) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat mengubah lakmus merah menjadi biru dan tidak mengubah warna lakmus biru. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan garam bersifat basa. d) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah 68 Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis total (sempurna) mengubah lakmus merah menjadi biru dan mengubah lakmus biru menjadi merah. Sifat larutan tergantung pada kekuatan relatif asam dan basanya (tergantung pada nilai Ka dan Kb). Jika Ka < Kb larutan akan bersifat basa. Jika Kb < Ka larutan akan bersifat asam. Jika Ka = Kb larutan akan bersifat netral. 3. Reaksi Ionisasi a) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat Contohnya, garam natrium klorida tersusun atas HCl (asam kuat) dan NaOH (basa kuat). NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl−(aq) Na+(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi) Cl−(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi) Ion Na+ berasal dari basa kuat dan ion Cl− berasal dari asam kuat, sehingga tidak akan terhidrolisis akan tetapi mengalami hidrasi (dikelilingi oleh molekul-molekul H2O). oleh karena itu, larutan NaCl bersifat netral karena [H+] = [OH−]. b) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah Contohnya garam ammonium klorida yang tersusun dari HCl (asam kuat) dan NH4OH (basa lemah). NH4Cl(aq) → NH4+(aq) + Cl−(aq) NH4+(aq) + H2O(l) NH3(aq) +H3O+(aq) Cl−(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi) NH4+ akan terhidrolisis, sedangkan Cl− tidak terhidrolisis sehingga garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial) dan larutannya bersifat asam. c) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat Contohnya adalah garam natrium asetat yang tersusun dari CH3COOH (asam lemah) dan NaOH (basa kuat). CH3COONa(aq) → CH3COO−(aq) + Na+(aq) 69 CH3COO−(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH−(aq) Na+(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi) CH3COO− akan terhidrolisis, sedangkan Na+ tidak terhidrolisis sehingga garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial) dan larutannya bersifat basa. d) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah Contoh garam ammonium asetat yang tersusun dari CH3COOH (asam lemah) dan NH4OH (basa lemah). CH3COONH4 akan terionisasi menjadi CH3COO− dan NH4+, kedua ion tersebut dapat terhidrolisis dengan reaksi sebagai berikut: CH3COONH4(aq) → CH3COO−(aq) + NH4+(aq) CH3COO−(aq) + H2O(l) NH4+(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH−(aq) NH3(aq) + H3O+(aq) CH3COO− dan NH4+ akan terhidrolisis sehingga garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah akan mengalami hidrolisis total (sempurna). Kebanyakan garam yang bersifat netral terbentuk oleh kation dan anion yang dalam air hanya terhidrasi. Berikut merupakan kation dan anion yang terhidrasi dalam air. Kation : Na+, K+, Rb+, Cs+, Mg+2, Ca2+, Sr2+, Ba2+ Anion : Cl−, Br−, I−, SO42−, ClO3−, ClO4−, BrO3−, NO3− Pertemuan ke-2 1. PH Larutan Garam a) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat (pH = 7) Garam yang terbentuk tidak mengalami hidrolisis sehingga bersifat netral dengan nilai pH = 7. b) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah (pH < 7) 70 c) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat (pH > 7) d) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lema (pH tergantung Ka atau Kb) C. Metode Pembelajaran Pendekatan : problem solving Metode : ceramah D. Alat dan Sumber Belajar Buku Kimia untuk SMA Kelas XI E. Penilaian Nilai diperoleh dari hasil uji kemampuan (pretest) dan hasil evaluasi (posttest) masing-masing siswa setelah pembelajaran. Mengetahui, Guru Mata Pelajaran Kimia Slamet Utomo, S.Pd NIP. Jakarta, 17 Mei 2013 Peneliti Irma Idrisah NIM. 108016200002 D. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan ke-1 Kegiatan Kegiatan Guru Pembelajaran Kegiatan Awal Kegiatan Siswa Karakter Yang Alokasi Diharapkan Waktu Guru memberikan apersepsi dengan Siswa memberikan respon sesuai Membangkitmemberikan beberapa aplikasi hidrolisis garam. pengetahuan awal. 10 menit kan rasa ingin tahu Kalau kita makan, karbohidrat akan terhidrolisis dengan bantuan berbagai enzim menjadi glukosa. Banyak obat yang dibuat dalam bentuk garamnya agar mudah larut. Obat batuk dibuat dengan melarutkan garam asam lemah kedalam larutannya. Oleh karena itu kita sering menemukan aturan “kocok dahulu” pada label botol obat. Bagaimana dengan garam dapur, apakah mengalami hidrolisis? Untuk mengetahui hal ini, sekarang kita 71 akan mempelajari tentang hidrolisis garam. Kegiatan Inti Guru secara menjelaskan aktif hidrolisis dengan garam Siswa menjawab pertanyaan yang Berpikir kritis memberikan 75 menit diberikan guru sesuai pengetahuan pertanyaan. awal dengan 1. Apa yang dimaksud dengan hidrolisis referensi yang ada. memperhatikan garam? 2. Apa saja sifat berdasarkan larutan garam dan basa persamaan reaksi asam pembentuknya? 3. Bagaimanakah ionisasinya? Guru melengkapi jawaban siswa dengan Siswa memperhatikan penjelasan Rasa ingin tahu menjelaskan jawaban dari pertanyaan guru tersebut dengan disertai contoh. Hidrolisis berasal dari kata hydro yang berarti air dan lysis yang berarti penguraian. Jadi hidrolisis adalah reaksi penguraian molekul dalam air 72 membentuk ion-ionnya. Ion-ion garam dalam air bereaksi sedemikian rupa dengan air sehingga menyebabkan air terurai menjadi ion hidroksida (OH−) dan ion hydronium (H3O+). a) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat Contohnya, garam natrium klorida tersusun atas HCl (asam kuat) dan NaOH (basa kuat). Reaksi ionisasinya: NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl−(aq) Na+(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi) Cl−(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi) Ion Na+ berasal dari basa kuat dan ion Cl− berasal dari asam kuat, sehingga tidak akan terhidrolisis akan tetapi mengalami hidrasi (dikelilingi oleh molekul-molekul H2O). oleh karena itu, larutan NaCl bersifat netral karena [H+] 73 = [OH−]. b) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah Contohnya garam ammonium klorida yang tersusun dari HCl (asam kuat) dan NH4OH (basa lemah). Reaksi ionisasinya: NH4Cl(aq) → NH4+(aq) + Cl−(aq) NH4+(aq) +H2O(l) NH3(aq) + H3O+(aq) Cl−(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi) NH4+ akan terhidrolisis, sedangkan Cl− tidak terhidrolisis sehingga garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial) dan larutannya bersifat asam. c) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat Contohnya adalah garam natrium asetat yang tersusun dari CH3COOH (asam 74 lemah) dan NaOH (basa kuat). CH3COONa(aq) →CH3COO−(aq) + Na+(aq) CH3COO−(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH−(aq) Na+(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi) CH3COO− akan terhidrolisis, sedangkan Na+ tidak terhidrolisis sehingga garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial) dan larutannya bersifat basa. d) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah Contoh garam ammonium asetat yang tersusun dari CH3COOH (asam lemah) dan NH4OH (basa lemah). CH3COONH4 akan terionisasi menjadi CH3COO− dan NH4+, kedua terhidrolisis ion dengan tersebut reaksi dapat sebagai berikut: 75 → CH3COO−(aq) + CH3COONH4(aq) NH4+(aq) CH3COO−(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH−(aq) NH4+(aq) + H2O(l) NH3(aq) + H3O+(aq) CH3COO− dan NH4+ akan terhidrolisis sehingga garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah akan mengalami hidrolisis total (sempurna). Siswa diberikan kesempatan bertanya Siswa bertanya apabila ada yang bila ada yang tidak dimengerti. Guru memberikan soal belum dimengerti. untuk Siswa mengerjakan soal yang Berani, mengetahui tingkat pemahaman siswa. diberikan oleh guru. komunikatif Ramalkan sifat (asam, basa atau netral) Jawaban yang diharapkan: Tanggung larutan a. K2SO4 (garam netral) jawab garam berikut ini dengan menuliskan reaksi ionisasinya! K2SO4 → K+ + SO42− a. K2SO4 K+ + H2O → (Tidak ada reaksi) b. NH4Cl SO42− + H2O → (Tidak ada 76 c. NaHCO3 d. Ca(CH3COO)2 e. NH4NO3 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal didepan. reaksi) b. NH4Cl (garam asam) NH4Cl → NH4+ + Cl− NH4+ + H2O NH3 +H3O+ (terhidrolisis) Cl− + H2O → (Tidak ada reaksi) c. NaHCO3 (garam basa) NaHCO3 → Na+ + HCO3− Na+ + H2O → (Tidak ada reaksi) HCO3− + H2O H2CO3 + OH− (terhidrolisis) d. Ca(CH3COO)2 (garam basa) Ca(CH3COO)2 → Ca2+ + CH3COO− Ca2+ + H2O → (Tidak ada reaksi) CH3COO− CH3COOH + H2O + OH− 77 (terhidrolisis) e. NH4NO3 (garam asam) NH4NO3 → NH4+ + NO3− NH4+ + H2O NH3 +H3O+ (terhidrolisis) NO3− + H2O → (Tidak ada reaksi) Guru bersama-sama dengan siswa Siswa memperhatikan penjelasan mengkoreksi jawaban dari soal tersebut. guru. Siswa diberikan kesempatan bertanya Siswa bertanya apabila ada yang bila ada yang tidak dimengerti. Kegiatan Penutup belum dimengerti. Guru membuat kesimpulan bersama- Siswa sama dengan siswa. membuat kesimpulan Komunikatif 5 menit bersama-sama dengan guru. Pertemuan ke-2 Kegiatan Kegiatan Guru Pembelajaran Kegiatan Guru mereview materi Karakter Yang Alokasi Diharapkan Waktu sebelumnya Siswa menjawab pertanyaan yang Membangkit- 5 menit Kegiatan Siswa 78 Awal tentang sifat larutan garam dengan pertanyaan: Bagaimana diberikan oleh guru. kan rasa ingin a. Garam yang tersusun dari asam sifat berdasarkan asam larutan dan garam tahu kuat dan basa kuat bersifat netral basa b. Garam yang tersusun dari asam pembentuknya? kuat dan basa lemah bersifat asam c. Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa d. Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah sifat larutan tergantung pada kekuatan relatif asam dan basanya (tergantung pada nilai Ka dan Kb). Jika Ka < Kb larutan akan bersifat basa. Jika Kb < Ka larutan akan bersifat asam. Jika Ka = Kb larutan bersifat netral. Dari sifat larutan tersebut berapakah 79 nilai pH nya? Untuk mengetahui hal ini, sekarang kita akan mempelajari tentang pH garam. Kegiatan Inti Guru menjelaskan pH garam secara aktif Siswa memperhatikan penjelasan Berpikir kritis dengan disertai contoh soal. 75 menit guru. a. Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat (pH = 7) Garam yang mengalami terbentuk hidrolisis tidak sehingga bersifat netral dengan nilai pH = 7. b. Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah (pH < 7) c. Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat (pH > 7) d. Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lema (pH tergantung 80 Ka atau Kb) Contoh soal: Tentukan pH dan sifat larutan yang terbentuk dari garam CH3COONa 0,1 M jika Ka = 10-5 ! Penyelesaian: CH3COONa → CH3COO− + Na+ CH3COO− + H2O CH3COOH + − OH (terhidrolisis) Na+ + H2O → (tidak terhidrolisis) 81 Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa dengan nilai pH = 9. Siswa diberikan kesempatan bertanya Siswa bertanya apabila ada yang Berani, bila ada yang tidak dimengerti. Guru memberikan soal belum dimengerti untuk Siswa mengerjakan komunikatif soal mengetahui tingkat pemahaman siswa. diberikan guru. Garam NH4Cl mempunyai nilai pH = 8. Jawaban yang diharapkan: Hitunglah molaritasnya jika Kh=10−5! NH4Cl → NH4+ + Cl− Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal didepan. NH4+ + H2O yang NH3 + H3O+ (terhidrolisis) Cl− + H2O → (tidak terhidrolisis) 82 pH = 8 [H+] = 10−8 Guru bersama-sama dengan siswa mengkoreksi jawaban dari soal tersebut. Siswa diberikan kesempatan bertanya Siswa bertanya apabila ada yang bila ada yang tidak dimengerti Kegiatan Penutup Guru bersama-sama membuat kesimpulan. dengan belum dimengerti siswa Siswa bersama-sama dengan guru Komunikatif 10 menit membuat kesimpulan. 83 100 Lampiran A2 : RPP Kelas Eksperimen RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SMA Darul Muttaqin Mata pelajaran : Kimia Kelas / Semester : XI / 2 Alokasi waktu : 2 x 2 jam pelajaran Pertemuan : ke-1 dan ke-2 Standar kompetensi: 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya. Kompetensi dasar: 4.4. Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut. Indikator: Pertemuan ke-1 4.4.1. Menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui percobaan. Pertemuan ke-2 4.4.2. Menentukan sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi. 4.4.3. Menghitung pH larutan garam yang terhidrolisis. A. Tujuan Pembelajaran Pertemuan ke-1 Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat : 1. Menjelaskan pengertian konsep hidrolisis. 2. Mengidentifikasi sifat garam yang dapat terhidrolisis dalam air berdasarkan kekuatan asam dan basa pembentuknya. 101 Pertemuan ke-2 Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat : 1. Menjelaskan sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi. 2. Menghitung pH larutan garam menurut jenis garam yang terhidrolisis. Karakter siswa yang diharapkan : ~ Jujur, Kerja Keras, Teliti, Rasa Ingin Tahu, Berani, Komunikatif, Menghargai Orang Lain, Tanggung Jawab, Berpikir Kritis dan Kreatif. B. Materi Ajar Pertemuan ke-1 1. Pengertian Hidrolisis Garam Hidrolisis berasal dari kata hydro yang berarti air dan lysis yang berarti penguraian. Jadi hidrolisis adalah reaksi penguraian molekul dalam air membentuk ion-ionnya. Ion-ion garam dalam air bereaksi sedemikian rupa dengan air sehingga menyebabkan air terurai menjadi ion hidroksida (OH−) dan ion hydronium (H3O+). 2. Sifat Larutan Garam a) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat tidak memberikan perubahan warna lakmus, baik lakmus merah maupun lakmus biru. Hal ini menunjukkan bahwa larutan garam bersifat netral. b) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah mengubah lakmus biru menjadi merah dan tidak mengubah warna lakmus merah. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan garam bersifat asam. c) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat mengubah lakmus merah menjadi biru dan tidak mengubah warna lakmus biru. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan garam bersifat basa. 102 d) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis total (sempurna) mengubah lakmus merah menjadi biru dan mengubah lakmus biru menjadi merah. Sifat larutan tergantung pada kekuatan relatif asam dan basanya (tergantung pada nilai Ka dan Kb). Jika Ka < Kb larutan akan bersifat basa. Jika Kb < Ka larutan akan bersifat asam. Jika Ka = Kb larutan akan bersifat netral. Pertemuan ke-2 1. Reaksi Ionisasi a) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat Contohnya, garam natrium klorida tersusun atas HCl (asam kuat) dan NaOH (basa kuat). NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl−(aq) Na+(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi) Cl−(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi) Ion Na+ berasal dari basa kuat dan ion Cl− berasal dari asam kuat, sehingga tidak akan terhidrolisis akan tetapi mengalami hidrasi (dikelilingi oleh molekul-molekul H2O). oleh karena itu, larutan NaCl bersifat netral karena [H+] = [OH−]. b) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah Contohnya garam ammonium klorida yang tersusun dari HCl (asam kuat) dan NH4OH (basa lemah). NH4Cl(aq) → NH4+(aq) + Cl−(aq) NH4+(aq) + H2O(l) NH3(aq) +H3O+(aq) Cl−(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi) NH4+ akan terhidrolisis, sedangkan Cl− tidak terhidrolisis sehingga garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial) dan larutannya bersifat asam. c) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat 103 Contohnya adalah garam natrium asetat yang tersusun dari CH3COOH (asam lemah) dan NaOH (basa kuat). CH3COONa(aq) → CH3COO−(aq) + Na+(aq) CH3COO−(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH−(aq) Na+(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi) CH3COO− akan terhidrolisis, sedangkan Na+ tidak terhidrolisis sehingga garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial) dan larutannya bersifat basa. d) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah Contoh garam ammonium asetat yang tersusun dari CH3COOH (asam lemah) dan NH4OH (basa lemah). CH3COONH4 akan terionisasi menjadi CH3COO− dan NH4+, kedua ion tersebut dapat terhidrolisis dengan reaksi sebagai berikut: CH3COONH4(aq) → CH3COO−(aq) + NH4+(aq) CH3COO−(aq) + H2O(l) NH4+(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH−(aq) NH3(aq) + H3O+(aq) CH3COO− dan NH4+ akan terhidrolisis sehingga garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah akan mengalami hidrolisis total (sempurna). Kebanyakan garam yang bersifat netral terbentuk oleh kation dan anion yang dalam air hanya terhidrasi. Berikut merupakan kation dan anion yang terhidrasi dalam air. Kation : Na+, K+, Rb+, Cs+, Mg+2, Ca2+, Sr2+, Ba2+ Anion : Cl−, Br−, I−, SO42−, ClO3−, ClO4−, BrO3−, NO3− 2. PH Larutan Garam a) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat (pH = 7) Garam yang terbentuk tidak mengalami hidrolisis sehingga bersifat netral dengan nilai pH = 7. b) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah (pH < 7) 104 c) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat (pH > 7) d) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lema (pH tergantung Ka atau Kb) C. Model, Pendekatan dan Metode Pembelajaran D. Model : Inkuiri terbimbing Pendekatan : Kontekstual Metode : Eksperimen 105 E. Alat dan Sumber Belajar Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Lembar Kerja Siswa (LKS) Alat dan Bahan yang dibutuhkan dalam percobaan F. Penilaian Nilai diperoleh dari hasil uji kemampuan (pre test), mengerjakan LKS, dan hasil evaluasi (post test) masing-masing siswa setelah pembelajaran. Mengetahui, Jakarta,17 Mei 2013 Guru Mata Pelajaran Kimia Peneliti Slamet Utomo, S. Pd Irma Idrisah NIP. NIM. 108016200002 D. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan ke-1 Kegiatan Tahap Model Kegiatan Guru Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Kegiatan Awal Kegiatan Siswa Karakter Yang Alokasi Diharapkan Waktu Guru memberikan apersepsi dengan Siswa memberikan respon sesuai Membangkit- 5 menit memberikan beberapa aplikasi hidrolisis garam. pengetahuan awal. kan rasa ingin tahu Kalau kita makan, karbohidrat akan terhidrolisis dengan bantuan berbagai enzim menjadi glukosa. Banyak obat yang dibuat dalam bentuk garamnya agar mudah larut. Obat batuk melarutkan dibuat garam dengan asam lemah kedalam larutannya. Oleh karena itu kita sering menemukan aturan “kocok dahulu” pada label obat. Bagaimana dengan garam dapur, apakah mengalami hidrolisis? 90 Untuk mengetahui hal ini, sekarang kita akan mempelajari tentang sifat garam yang terhidrolisis. Kegiatan Inti Guru meminta siswa untuk duduk Siswa sesuai dengan kelompok yang ada. berdasarkan Kerjasama kelompoknya Guru membagikan LKS kepada Siswa setiap siswa duduk menerima dan LKS yang dibagikan guru Guru menjelaskan ketentuan dalam Siswa pembelajaran 75 menit menghargai orang lain memperhatikan penjelasan guru 1. Bekerjasama dengan kelompok dalam memahami LKS 2. Bekerjasama dalam melakukan percobaan 3. Menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS 4. Laporan eksperimen dikumpulkan secara individu setelah kegiatan eksperimen selesai. 91 Siswa diberikan kesempatan Siswa bertanya apabila ada yang bila yang bertanya ada tidak belum dimengerti dimengerti. Siswa diberikan fenomena untuk Siswa merumuskan permasalahan yang Eksplorasi Merumuskan Masalah membaca LKS sambil memperhatikan penjelasan guru. terkait dengan materi yang akan dipelajari Guru meminta memahami LKS fenomena sambil siswa untuk pada bagian menjelaskan kepada siswa. ”pada LKS terdapat bagian fenomena, perhatikan dan pahami fenomena tersebut” Fenomena: Seorang siswa akan mengidentifikasi jenis garam yang terdapat pada beberapa bahan-bahan hasil industri. Beberapa bahan-bahan hasil industri 92 yang akan diuji adalah sabun cuci, tawas, garam, pemutih pakaian, urea, detergen, dan soda kue. Pada tahap pertama siswa tersebut melarutkan bahan-bahan yang akan diuji dengan air didalam gelas kimia (kecuali yang sudah dalam wujud cair), aduk homogen. Selanjutnya larutan tersebut diuji jenis garamnya dengan kertas lakmus merah dan lakmus biru, ternyata kedua lakmus tersebut mengalami perubahan warna. Berdasarkan diberikan ditugaskan fenomena oleh untuk guru, yang Siswa membuat rumusan masalah Berpikir siswa berdasarkan fenomena yang telah merumuskan dijelaskan oleh guru dalam bentuk masalah dalam bentuk pertanyaan kritis pertanyaan. dengan dibimbing oleh guru. Rumusan masalah yang diharapkan: 93 1. Bagaimana perubahan warna kertas lakmus merah dan lakmus biru pada masing-masing larutan garam? 2. Apa ciri-ciri dari larutan asam dan basa berdasarkan perubahan warna pada kertas lakmus merah dan lakmus biru Untuk membuat hipotesis, siswa Berani, diberikan pertanyaan oleh guru Membuat terkait Hipotesis masalah jawaban dengan dari komunikatif rumusan memperhatikan LKS bagian terminologi. - Ada berapa jenis larutan garam - Ada 7 jenis larutan garam. yang akan di uji? - Bagaimana cara mengidentifikasi - Dengan sifat garam dari larutan tersebut? - Bagaimana perubahan menggunakan kertas lakmus merah dan lakmus biru. warna - Lakmus merah berubah warna kertas lakmus merah dan lakmus menjadi biru dalam larutan basa 94 biru dalam larutan garam asam, sedangkan dalam larutan asam dan basa dan netral? netral warna. tidak terjadi Lakmus perubahan biru berubah warna menjadi warna merah dalam larutan asam sedangkan dalam larutan basa dan netral tidak terjadi perubahan warna. Guru meminta siswa membuat Siswa hipotesis Berpikir membuat hipotesis berdasarkan jawaban dari berdasarkan jawaban dari pertanyaan yang telah dijelaskan. pertanyaan yang diberikan oleh kritis dan kreatif guru. Guru membimbing siswa dalam Masing-masing merancang kegiatan percobaan. Mengumpulkan Data merancang membuktikan kelompok Berpikir percobaan untuk hipotesis mereka Kreatif sesuai dengan arahan percobaan yang terdapat dalam LKS. Siswa melakukan percobaan sesuai Tanggung dengan rancangan percobaan yang jawab telah dibuat. 95 Siswa mencatat percobaan data berdasarkan hasil Teliti, tabel pengamatan pada LKS. Guru meminta siswa LKS. Analisis Data Penutup Membuat Kesimpulan kritis Siswa Elaborasi Konfirmasi keras, Jujur. untuk Siswa menjawab pertanyaan dalam Berpikir mengerjakan soal pada LKS. Kegiatan Bekerja menyimpulkan dan hasil kreatif. percobaan. Guru membuat kesimpulan dengan Siswa menjawab: memberikan pertanyaan kepada siswa. 1. Bagaimana Larutan perubahan kertas Berani, Perubahan warna Lakmus Lakmus merah biru biru biru merah merah merah biru biru biru merah merah biru biru biru biru sabun cuci lakmus dari masing-masing tawas garam larutan garam? pemutih pakaian 2. Jelaskan sifat dari masing- urea detergen masing larutan garam tersebut! Soda kue 2. Garam bersifat netral karena tidak komunikatif, 10 menit berpikir kritis dan kreatif mengubah warna lakmus merah dan lakmus biru. Tawas dan urea bersifat asam karena mengubah 96 warna lakmus biru menjadi merah sedangkan lakmus merah tidak berubah. Sabun cuci, pemutih pakaian, detergen dan soda kue bersifat basa karena mengubah warna lakmus merah menjadi biru sedangkan lakmus biru tidak berubah warna. Guru memberikan kesempatan Siswa bertanya bila ada yang belum kepada siswa untuk bertanya bila dimengerti. ada yang belum dimengerti. Pertemuan ke-2 Kegiatan Tahap Model Kegiatan Guru Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Kegiatan Awal Kegiatan Siswa Karakter Yang Alokasi Diharapkan Waktu Guru memberikan apersepsi dengan Siswa menjawab pertanyaan yang Membangkit- 5 menit memberikan pertanyaan kepada diberikan oleh guru. siswa. “Pada kan rasa ingin tahu percobaan yang kalian Diuji dengan menggunakan kertas 97 lakukan pada sebelumnya, mengidentifikasi pertemuan lakmus merah dan lakmus biru. bagaimana larutan cara Lakmus merah berubah warna garam menjadi biru dalam larutan basa asam, larutan garam basa dan sedangkan dalam larutan asam dan larutan garam netral? Bagaimana netral tidak terjadi perubahan warna. perubahan kertas lakmus merah dan Lakmus biru berubah warna menjadi lakmus biru pada larutan garam warna merah dalam larutan asam asam, larutan garam basa dan sedangkan dalam larutan basa dan larutan garam netral?” netral tidak terjadi perubahan warna. Tidak hanya melalui uji kertas lakmus, sifat larutan garam juga dapat diidentifikasi melalui nilai pH. “Bagaimana cara menentukan nilai pH dari larutan garam asam, garam basa dan garam netral?” Untuk mengetahui hal ini, sekarang kita akan mempelajari tentang pH larutan garam yang terhidrolisis. 98 Kegiatan Inti Guru meminta siswa untuk duduk Siswa sesuai dengan kelompok pada duduk berdasarkan Kerjasama kelompoknya dan praktikum sebelumnya. 75 menit menghargai Guru membagikan LKS kepada Siswa setiap siswa menerima LKS yang orang lain dibagikan guru Guru menjelaskan ketentuan dalam Siswa pembelajaran memperhatikan penjelasan guru 1. Bekerjasama dengan kelompok dalam memahami LKS 2. Bekerjasama dalam melakukan percobaan 3. Menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS 4. Laporan dikumpulkan eksperimen setelah eksperimen kegiatan selesai dan dikumpulkan secara individu. Siswa diberikan kesempatan Siswa bertanya apabila ada yang 99 bertanya bila ada yang tidak belum dimengerti dimengerti. Eksplorasi Siswa diberikan fenomena untuk Merumuskan merumuskan permasalahan yang Masalah terkait dengan materi yang akan dipelajari Guru meminta siswa memahami LKS fenomena sambil pada untuk Siswa bagian membaca LKS sambil memperhatikan penjelasan guru. menjelaskan kepada siswa. ”pada LKS terdapat bagian fenomena, perhatikan dan pahami fenomena tersebut” Fenomena: Seorang siswa mengidentifikasi sifat garam yang terdapat pada beberapa bahan-bahan hasil industri melalui nilai pH dan persamaan reaksi ionisasi. Beberapa bahan-bahan hasil 100 industri yang akan diuji adalah sabun cuci, tawas, garam, pemutih pakaian, urea, detergen, dan soda kue. Untuk uji nilai pH dari larutan garam tersebut dapat menggunakan indikator universal. Indicator universal yang digunakan siswa tersebut adalah indicator kertas. Pada tahap pertama sehelai kertas indikator dicelupkan kedalam larutan garam yang akan diukur pH nya kemudian dibandingkan dengan peta warna yang tersedia. masing-masing tersebut Ternyata larutan mengalami garam perubahan warna yang menghasilkan nilai pH yang relatif berbeda. Berdasarkan diberikan fenomena oleh guru, yang Siswa membuat rumusan masalah Berpikir siswa berdasarkan fenomena yang telah kritis 101 ditugaskan untuk merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan dijelaskan oleh guru dalam bentuk pertanyaan. dengan dibimbing oleh guru. Rumusan masalah yang diharapkan: 1. Apa ciri-ciri dari larutan garam asam dan basa berdasarkan nilai pH? 2. Berapa nilai pH pada larutan garam tesebut? Membuat Untuk membuat hipotesis, siswa Hipotesis diberikan pertanyaan oleh guru terkait masalah jawaban dengan dari Berani, komunikatif rumusan memperhatikan LKS bagian terminologi. - Ada berapa jenis larutan yang akan - Ada 7 jenis larutan di uji? - Bagaimana cara mengukur pH dari - Dengan menggunakan indikator suatu larutan? universal. - Bagaimana ciri-ciri dari larutan - Larutan garam asam mempunyai 102 garam asam, basa dan netral nilai pH <7. Larutan garam basa berdasarkan nilai pH? mempunyai nilai pH >7. Sedangkan larutan garam netral mempunyai nilai pH = 7. Guru meminta siswa membuat Siswa membuat hipotesis hipotesis berdasarkan jawaban dari berdasarkan jawaban dari pertanyaan yang telah dijelaskan. pertanyaan yang diberikan oleh guru. kelompok Kreatif Mengumpulkan Guru membimbing siswa dalam Masing-masing Data merancang kegiatan percobaan. merancang membuktikan percobaan untuk hipotesis mereka sesuai dengan arahan percobaan yang terdapat dalam LKS. Siswa melakukan percobaan sesuai Tanggung dengan rancangan percobaan yang jawab, telah dibuat. bekerja keras Siswa mencatat percobaan data berdasarkan hasil Teliti, jujur tabel 103 Elaborasi Analisis Data Guru meminta siswa untuk Berpikir pengamatan pada LKS. Siswa menjawab pertanyaan dalam mengerjakan soal pada LKS. LKS dan menyimpulkan hasil kritis dan kreatif percobaan. Kegiatan Konfirmasi Penutup Membuat Kesimpulan Guru membuat kesimpulan dengan Siswa menjawab: memberikan pertanyaan Berani, kepada 1. Berapa harga pH masing-masing sabun cuci lemah 2. Jelaskan sifat dari asam, basa lemah garam pemutih pakaian urea kuat kuat 7 netral lemah kuat >7 basa kuat lemah detergen lemah kuat >7 basa basa) Soda kue lemah kuat >7 basa masing- 3. Adakah hubungan antara sifat (netral, >7 kuat masing larutan garam tersebut! garam kuat tawas larutan garam? menit komunikatif, Asam Basa Sifat Larutan pH pembentuk pembentuk larutan siswa. 10 berpikir kritis dan kreatif <7 asam <7 asam dengan sifat komponen asam dan basa pembentuknya? kesempatan Siswa bertanya bila ada yang belum kepada siswa untuk bertanya bila dimengerti. Guru memberikan ada yang belum dimengerti. 104 106 Lampiran A3 : Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen Nama : Kelas : Kelompok : Pertemuan : ke-1 A. TERMINOLOGI Hidrolisis garam adalah penguraian suatu senyawa dalam air menjadi garamnya. Konsep hidrolisis garam begitu aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terbukti dengan banyak ditemukan bahan-bahan hasil industri yang digunakan dalam kebutuhan sehari-hari dibuat dalam bentuk garamnya. Larutan garam ada yang bersifat asam, basa dan netral. Untuk mengidentifikasi sifat larutan garam dapat menggunakan kertas lakmus. Lakmus merah berubah warna menjadi biru dalam larutan basa sedangkan dalam larutan asam dan netral tidak terjadi perubahan warna. Lakmus biru berubah warna menjadi warna merah dalam larutan asam sedangkan dalam larutan basa dan netral tidak terjadi perubahan warna. B. FENOMENA Seorang siswa akan mengidentifikasi jenis garam yang terdapat pada beberapa bahan-bahan hasil industri dan menentukan pH dari larutan tersebut menggunakan indikator universal. Beberapa bahan hasil industri yang akan diuji adalah sabun cuci, tawas, garam, pemutih pakaian, urea, detergen, dan soda kue. Pada tahap pertama siswa tersebut melarutkan bahan-bahan yang akan diuji dengan air didalam gelas kimia (kecuali yang sudah dalam wujud cair), aduk homogen. Selanjutnya larutan tersebut diuji jenis garamnya dengan kertas lakmus merah dan lakmus biru, ternyata kedua lakmus tersebut mengalami perubahan warna. 107 C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan fenomena diatas, rumuskan masalah apa saja yang dihadapi oleh siswa tersebut? Nyatakan dalam bentuk pertanyaan. D. HIPOTESIS Buatlah hipotesis (jawaban sementara) berdasarkan permasalahan diatas! E. ARAHAN PERCOBAAN Untuk menguji kebenaran hipotesis yang kamu buat, lakukan percobaan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan berikut. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut! 1. Bahan yang akan digunakan adalah larutan garam dari bahan-bahan hasil industri. Bagaimana penampilan fisik dari bahan-bahan tersebut? 2. Jika ingin mengetahui sifat dari masing-masing larutan garam tersebut, apa yang harus dilakukan? 108 3. Alat apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan tersebut? 4. Berdasarkan bahan dan alat yang tersedia, rancang langkah kerja untuk mengidentifikasi sifat larutan garam! 5. Tuliskan data hasil pengamatan kedalam tabel yang telah disediakan! Larutan Perubahan Warna Lakmus Lakmus Merah Biru Sifat Larutan sabun cuci tawas garam pemutih pakaian urea detergen soda kue F. ANALISIS DATA 1. Bagaimana perubahan kertas lakmus merah dan lakmus biru pada masingmasing larutan garam? 2. Larutan mana saja yang termasuk dalam larutan garam asam, basa dan netral? 3. Mengapa suatu larutan garam ada yang bersifat asam, basa atau netral? 4. Kesimpulan apa yang kalian dapat ambil tentang sifat hidrolisis garam dari percobaan tersebut? 109 Nama : Kelas : Kelompok : Pertemuan : ke-2 B. TERMINOLOGI Indikator universal adalah indikator yang terdiri atas berbagai macam indikator yang memiliki warna berbeda untuk setiap nilai pH 1-14. Indikator universal ada yang berupa larutan ada juga yang berupa kertas. Paket indikator universal tersebut selalu dilengkapi dengan warna standar untuk pH 1-14. Dengan mengetahui nilai pH maka dapat ditentukan apakah larutan tersebut bersifat asam, basa atau netral. Larutan garam asam mempunyai nilai pH <7. Larutan garam basa mempunyai nilai pH >7. Sedangkan larutan garam netral mempunyai nilai pH = 7. B. FENOMENA Seorang siswa mengidentifikasi sifat garam yang terdapat pada beberapa bahan-bahan hasil industri melalui nilai pH dan persamaan reaksi ionisasi. Beberapa bahan-bahan hasil industri yang akan diuji adalah sabun cuci, tawas, garam, pemutih pakaian, urea, detergen, dan soda kue. Untuk uji nilai pH dari larutan garam tersebut dapat menggunakan indikator universal. Indikator universal yang digunakan siswa tersebut adalah indikator kertas. Pada tahap pertama sehelai kertas indikator dicelupkan kedalam larutan garam yang akan diukur pH nya kemudian dibandingkan dengan warna standar yang tersedia. Ternyata masing-masing larutan garam tersebut mengalami perubahan warna yang menghasilkan nilai pH yang relatif berbeda. 110 C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan fenomena diatas, rumuskan masalah apa saja yang dihadapi oleh siswa tersebut? Nyatakan dalam bentuk pertanyaan. D. HIPOTESIS Buatlah hipotesis (jawaban sementara) berdasarkan permasalahan diatas! E. ARAHAN PERCOBAAN Untuk menguji kebenaran hipotesis yang kamu buat, lakukan percobaan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan berikut. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut! 1. Bahan yang akan digunakan adalah larutan garam dari bahan-bahan hasil industri. Bagaimana reaksi ionisasi dari larutan garam tersebut? 2. Jika ingin mengetahui nilai pH dari larutan garam, apa yang harus dilakukan? 3. Alat apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan percobaan tersebut? 111 4. Berdasarkan bahan dan alat yang tersedia, rancang langkah kerja untuk mengidentifikasi sifat larutan garam! 5. Tuliskan data hasil pengamatan kedalam tabel yang telah disediakan! Larutan Asam Pembentuk Basa Pembentuk pH Sifat Larutan sabun cuci tawas garam pemutih pakaian urea detergen Soda kue F. ANALISIS DATA 1. Berapa perkiraan harga pH dari masing-masing larutan garam? 2. Adakah hubungan antara sifat garam (netral, asam, basa) dengan sifat komponen asam dan basa pembentuknya? 3. Tuliskan persamaan reaksi ionisasi dari masing-masing larutan garam! 4. Hitung pH jika diketahui konsentrasi dari masing-masing larutan garam adalah 0,1 M, (Ka = 10-5; Kb = 10-5)! 5. Kesimpulan apa yang kalian dapat ambil tentang hidrolisis garam dari percobaan tersebut? Lampiran B1 : Soal Tes Berpikir Kreatif (Sebelum Uji Validitas) SOAL TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF Indikator Indikator keterampilanSub indikator keterampilan konsep berpikir kreatif berpikir kreatif fluency Menjelaskan Menghasilkan banyak (Berpikir lancar) pengertian gagasan, jawaban dan hidrolisis penyelesaian garam (soal no.1 dan 4) Menjelaskan Memikirkan Butir soal masalah. lebih Pernahkah kamu merasakan nyeri seperti sakit kepala dan sakit gigi? dari Untuk mengatasi rasa nyeri biasanya dokter memberikan obat yang aplikasi satu jawaban. (soal no.2 mengandung asam asetil salisilat yang dikenal dengan nama aspirin. hidrolisis dan 3) garam Aspirin sebenarnya merupakan garam dari asam lemah asetil salisilat. Aspirin akan larut dalam darah dan menekan rasa sakit yang sedang kamu rasakan. Proses melarutnya aspirin tersebut merupakan salah satu contoh aplikasi dari konsep hidrolisis. 1. Apa yang kamu ketahui tentang pengertian hidrolisis garam? 2. Mengapa aspirin dikatakan sebagai contoh aplikasi dari konsep hidrolisis garam? 3. Selain aspirin, sebutkan aplikasi hidrolisis garam yang lain dalam kehidupan sehari-hari! 4. Jika suatu tanah diberi pupuk NH4NO3, apakah tanah tersebut cenderung bersifat asam atau basa? Jelaskan! 112 Mengidentifikasi sifat Flexibility (berpikir luwes) Menghasilkan gagasan, Amati tabel hasil pengamatan berikut! jawaban dan penafsiran larutan (interpretasi) garam bervariasi terhadap suatu Menuliskan persamaan yang masalah. (soal no. 5, 6, 7) Menggolongkan hal-hal Perubahan Warna Basa Asam Sifat pH Lakmus Lakmus Pembentuk Pembentuk Larutan Merah Biru NaCl Kuat Kuat Merah Biru Netral 7 Al2(SO4)3 Lemah Kuat Merah Merah Asam <7 NaOCl Kuat Lemah Biru Biru Basa >7 reaksi menurut ionisasi Lemah Merah Biru Basa >7 (kategori) yang berbeda- CH3COONH4 Lemah beda. (soal no. 8, 9 dan 5. Mengapa suatu larutan garam ada yang bersifat asam, basa atau 10) pembagian Larutan netral? 6. Bagaimana cara mengetahui suatu larutan garam ada yang bersifat asam, basa atau netral? 7. Adakah hubungan antara sifat garam (netral, asam, basa) dengan sifat komponen asam dan basa pembentuknya? 8. Mana sajakah larutan garam yang mengalami hidrolisis parsial dan hidrolisis total? Tuliskan persamaan reaksi ionisasinya! 9. Didalam laboratorium terdapat banyak sekali zat kimia. Zat yang tersedia adalah NH4Cl, NaOH, Al2(SO4)3, HOCl, HCl, H2SO4, NaOCl, Al(OH)3, NH4OH. Bantulah laboran tersebut dengan 113 membuat tabel hidrolisis garam yang berisi asam pembentuk, basa pembentuk dengan garamnya! 10. Na+, CN−, CO32−, Al3+, S2−, SO42−. Dari ion-ion tersebut, manakah yang mengalami hidrolisis dengan air? Jelaskan! Menghitung (Berpikir merinci) pH Menentukan sifat Elaboration garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi Mencari arti yang lebih 11. Jika diketahui: a. 50 mL HCl 0,1 M mendalam terhadap b. 50 mL CH3COOH 0,1 M jawaban atau pemecahan c. 50 mL NaOH 0,1 M masalah dengan d. 50 mL NH4OH 0,1 M melakukan langkahTentukan pH dan sifat larutan yang terbentuk jika Ka = 5x10-6 dan langkah yang terperinci. Kb = 5x10-6! (soal no. 11, 12, dan 13) a) HCl + NaOH b) HCl + NH4OH Mengembangkan, c) CH3COOH + NaOH menambah, memperkaya d) CH3COOH + NH4OH suatu gagasan. (soal no. 12. Manakah campuran larutan berikut yang menghasilkan garam 14 dan 15) terhidrolisis? Jelaskan! a. 100 mL HCl 0,1 M + 100 mL NaOH 0,1 M b. 100 mL CH3COOH 0,1 M+ 50 mL NaOH 0,1 M c. 50 mL HCl 0,1 M + 50 mL NH4OH 0,1 M 114 13. Ramalkan sifat (asam, basa atau netral) larutan garam berikut ini. Jelaskan! a. K2SO4 b. NH4Cl c. NaHCO3 d. Ca(CH3COO)2 e. NH4NO3 14. Anita adalah seorang siswi yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Ia selalu ingin mencoba eksperimen baru, saat ini ia ingin membuat larutan garam yang mempunyai pH = 9. Anita menyediakan 2 liter larutan natrium asetat (Ka = 10-5). Tetapi Anita bingung, berapa massa natrium asetat yang terdapat dalam larutan tersebut? (Ar H = 1, C = 12, O = 16, Na = 23) 15. Misalkan anda ingin membuat larutan dengan pH = 8 dengan cara melarutkan suatu garam dalam air. Diantara garam berikut, manakah yang akan anda gunakan jika Kh=10−5? Tentukan pula molaritasnya! a. NH4Cl b. KNO2 c. NaNO3 115 Menentukan sifat larutan garam Originality (Berpikir orisinal) Memiliki cara berpikir 16. Sarah ingin melakukan percobaan pada sejumlah larutan garam yang lain dari yang lain. yang belum diketahui sifatnya. Biasanya dia menguji sifat larutan (soal no. 16) garam dengan menggunakan kertas lakmus. Tetapi Sarah merasa Menjelaskan bingung karena kertas lakmus yang biasa digunakan untuk menguji kurva titrasi sifat larutan garam tidak tersedia dilaboratorium. Menurut kalian, tindakan apakah yang seharusnya diambil oleh Sarah? Jelaskan! Mampu melahirkan 17. ungkapan yang baru. (soal a. c. no.17) b. d. Informasi apakah yang dapat kamu peroleh dari kurva titrasi diatas? 116 117 Lampiran B2 : Kunci Jawaban Tes Berpikir Kreatif (Sebelum Uji Validitas) KUNCI JAWABAN 1. Pengertian hidrolisis garam adalah: - Hidrolisis berasal dari kata hydro yang berarti air dan lysis yang berarti penguraian. - Hidrolisis adalah reaksi penguraian molekul dalam air membentuk ionionnya. - Hidrolisis garam adalah reaksi kation atau anion suatu garam dengan air. - Ion-ion garam dalam air bereaksi sedemikian rupa dengan air sehingga air terurai menjadi ion hidroksida (OH−) dan ion hidronium (H3O+). Skor Maksimal: 4 2. - Karena aspirin merupakan garam dari asam lemah asetil salisilat. - Karena aspirin mudah larut dalam darah. Skor Maksimal: 2 3. Aplikasi hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari adalah: - Sabun Cuci Garam natrium stearat (C17H35COONa) akan mengalami hidrolisis dalam air menghasilkan asam asam stearat dan basanya yaitu natrium hidroksida. - Urea Agar mudah larut pupuk dibuat dalam bentuk pellet (garamnya) untuk menurunkan pH tanah. Misalnya pupuk (NH4)2SO4. garam (NH4)2SO4 bersifat asam, inon NH4+ akan terhidrolisis dalam tanah membentuk NH3 dan H+ yang bersifat asam. - Pemutih Pakaian Pemutih pakaian mengandung garam NaClO yang sangat reaktif sehingga mampu menghilangkan noda pakaian. Garam NaClO terbentuk dari asam lemah HOCl dengan basa kuat NaOH. Ion OCl− terhidrolisis menjadi HOCl dan OH−sehingga garam NaClO bersifat basa. - Pengawet Makanan 118 Natrium benzoat salah satu jenis pengawet makanan yang dibuat dari asam benzoat (asam lemah) kemudian dijadikan garam natrium benzoat (bentuk garamnya) karena kelarutannya lebih besar. - Pembersih Porselen Pembersih Porselen biasanya ditambahkan garam NaHSO4 agar daya bersihnya lebih maksimal. - Detergen Tripoli Sodium Fosfat (TSP) merupakan salah satu contoh polifosfat yang sering digunakan sebagai zat pembangun dalam pembuatan deterjen. Polifosfat bersifat basa, berfungsi melunakkan air sadah. - Tawas Al2(SO4)3 digunakan pada penjernihan air PAM. Tingginya muatan kation Al3+ akan membentuk sistem koloid Al(OH)3 yang mampu mengadsorpsi dan mengendapkan kotoran air. Skor Maksimal: 4 4. - Tanah akan cenderung bersifat asam. - Garam NH4NO3 dapat menurunkan pH. - Garam NH4NO3 akan terionisasi menjadi ion NH4+ dan NO3−. - Ion NH4+ akan terhidrolisis dalam tanah membentuk NO3 dan H+ yang bersifat asam. Skor Maksimal: 5 5. Suatu larutan garam ada yang bersifat asam, basa atau netral karena: - Pada uji kertas lakmus menghasilkan perubahan warna yang berbeda. Lakmus merah berubah warna menjadi biru dalam larutan basa sedangkan dalam larutan asam dan netral tidak terjadi perubahan warna. Lakmus biru berubah warna menjadi warna merah dalam larutan asam sedangkan dalam larutan basa dan netral tidak terjadi perubahan warna. - Pada uji nilai pH dengan indikator universal menghasilkan nilai pH yang beragam. 119 - Hasil perhitungan nilai pH. Jika nilai pH <7 larutan bersifat asam. Jika nilai pH >7 laruan bersifat basa. Sedangkan jika nilai pH = 7 larutan bersifat netral. - Berasal dari asam dan basa pembentuk yang berbeda sehingga dalam persamaan reaksi ionisasi terdapat ion yang terhidrolisis dan atau ion yang terhidrasi. Skor Maksimal: 4 6. Cara mengetahui sifat larutan garam yaitu: - Uji kertas lakmus - Uji nilai pH dengan indikator universal - Mengetahui komponen asam dan basa pembentuknya melalui persamaan reaksi ionisasi - Menghitung nilai pH Skor Maksimal: 4 7. Ada hubungan antara sifat garam dengan komponen asam dan basa pembentuknya, yaitu: Garam dari asam kuat dan basa kuat larutannya bersifat netral. Garam dari asam kuat dan basa lemah larutannya bersifat asam. Garam dari asam lemah dan basa kuat larutannya bersifat basa. Garam dari asam lemah dan basa lemah sifat larutan bergantung pada Ka dan Kb. - Jika Ka = Kb larutan bersifat netral - Jika Ka > Kb larutan bersifat asam - Jika Ka < Kb larutan bersifat basa Skor Maksimal: 5 8. - NaCl (tidak mengalami hidrolisis) NaCl + H2O → NaOH + HCl NaCl → Na+ + Cl− 120 Na+ + H2O → (tidak ada reaksi) Cl− + H2O → (tidak ada reaksi) Ion Na+ berasal dari basa kuat dan ion Cl− berasal dari asam kuat, sehingga tidak akan terhidrolisis akan tetapi mengalami hidrasi. - Al2(SO4)3 (mengalami hidrolisis parsial) Al2(SO4)3 + 6 H2O → 2Al(OH)3 +H2SO4 Al2(SO4)3 → Al3+ + SO42− Al3+ + H2O Al(OH)3 + H+ (terhidrolisis) SO42− + H2O → (tidak ada reaksi) Ion Al3+ berasal dari basa lemah sehingga akan terhidrolisis, sedangkan ion SO42− berasal dari asam kuat sehingga tidak akan terhidrolisis. Maka dari itu, garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial). - NaOCl (mengalami hidrolisis parsial) NaOCl + H2O → HOCl + NaOH NaOCl → Na+ + OCl− Na+ + H2O → (tidak ada reaksi) OCl− + H2O Ion Na+ HOCl + OH− (terhidrolisis) berasal dari basa kuat sehingga tidak akan terhidrolisis, sedangkan ion OCl−berasal dari asam lemah sehingga akan terhidrolisis. Maka dari itu, garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat mengalami hidrolisis sebagian (parsial). - CH3COONH4 (mengalami hidrolisis total) CH3COONH4+ H2O → CH3COOH + NH4OH CH3COONH4 → CH3COO− + NH4+ CH3COO− + H2O NH4+ + H2O CH3COOH + OH− NH3 + H3O+ Ion CH3COO− berasal dari asam lemah dan ion NH4+ berasal dari basa lemah sehingga akan terhidrolisis. Maka, garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah akan mengalami hidrolisis total (sempurna). Skor Maksimal: 6 121 9. Tabel hidrolisis garam. Asam pembentuk Basa pembentuk Garam HCl NH4OH NH4Cl H2SO4 Al(OH)3 Al2(SO4)3 HOCl NaOH NaOCl Skor Maksimal: 3 10. - Na+ + H2O → (tidak terhidrolisis) karena ion Na+ berasal dari basa kuat. - CN− + H2O HCN + OH− (terhidrolisis) karena ion CN− berasal dari asam lemah. - H2CO3 + OH− (terhidrolisis) karena ion CO32− CO32− + H2O berasal dari asam lemah. - Al3+ + H2O Al(OH)3 + H+ (terhidrolisis) karena ion Al3+ berasal dari basa lemah. - S2− + H2O H2S + OH− (terhidrolisis) karena ion S2− berasal dari asam lemah. - SO42− + H2O → (tidak terhidrolisis) karena ion SO42− berasal dari asam kuat. Skor Maksimal: 6 11. a) HCl + NaOH HCl + NaOH → NaCl Awal : 5 mmol 5 mmol Bereaksi : −5 mmol −5 mmol +5 mmol Setimbang : − 5 mmol − + H2O Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral dengan nilai pH = 7. b) HCl + NH4OH HCl + NH4OH → NH4Cl Awal : 5 mmol 5 mmol Bereaksi : −5 mmol −5 mmol +5 mmol + H2O 122 Setimbang : − − 5 mmol − + NH4Cl → NH4 + Cl NH4+ + H2O NH3 + H3O+ (terhidrolisis) Cl− + H2O → (tidak ada reaksi) Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam dengan nilai pH = 5. c) CH3COOH + NaOH CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O Awal : 5 mmol 5 mmol Bereaksi : −5 mmol −5 mmol +5 mmol Setimbang : − 5 mmol − CH3COONa → CH3COO− + Na+ CH3COO− + H2O CH3COOH + OH− (terhidrolisis) Na+ + H2O → (tidak ada reaksi) 123 Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa dengan nilai pH = 9. d) CH3COOH + NH4OH CH3COOH + NH4OH → CH3COONH4 + H2O Awal : 5 mmol 5 mmol Bereaksi : −5 mmol −5 mmol Setimbang : − − +5 mmol 5 mmol CH3COONH4 → CH3COO− + NH4+ CH3COO− + H2O NH4+ + H2O CH3COOH + OH− (terhidrolisis) NH3 + H3O+ (terhidrolisis) 124 Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis total (sempurna). Sifat larutan tergantung pada kekuatan relatif asam dan basanya (tergantung pada nilai Ka dan Kb). Nilai Ka = Kb maka garam bersifat netral dengan nilai pH = 7. Skor Maksimal: 22 12. Campuran larutan yang menghasilkan garam terhidrolisis adalah: a. 100 mL HCl 0,1 M + 100 mL NaOH 0,1 M NaOH + HCl → NaCl + H2O Awal : 10 mmol 10 mmol Bereaksi : −10 mmol −10 mmol +10 mmol Setimbang : − 10 mmol − Tidak menghasilkan garam terhidrolisis karena terbentuk dari asam kuat dan basa kuat. b. 100 mL CH3COOH 0,1 M+ 50 mL NaOH 0,1 M CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O Awal : 10 mmol 5 mmol Bereaksi : −5 mmol −5 mmol +5 mmol Setimbang : 5 mmol − 5 mmol Bukan merupakan hidrolisis garam karena menyisakan asam dan garamnya yang merupakan larutan penyangga (buffer). c. 50 mL NH4OH 0,1 M + 50 mL HCl 0,1 M NH4OH + HCl → NH4Cl Awal : 5 mmol 5 mmol Bereaksi : −5 mmol −5 mmol +5 mmol Setimbang : − 5 mmol − + H2O Menghasilkan garam terhidrolisis karena terbentuk dari asam kuat dan basa lemah. Dalam reaksi merupakan hidrolisis garam karena menyisakan garamnya. Skor Maksimal: 12 125 13. a. K2SO4 (garam netral) K2SO4 → K+ + SO42− K+ + H2O → (Tidak ada reaksi) SO42− + H2O → (Tidak ada reaksi) b. NH4Cl (garam asam) NH4Cl → NH4+ + Cl− NH4+ + H2O NH3 +H3O+ (terhidrolisis) Cl− + H2O → (Tidak ada reaksi) c. NaHCO3 (garam basa) NaHCO3 → Na+ + HCO3− Na+ + H2O → (Tidak ada reaksi) HCO3− + H2O H2CO3 + OH− (terhidrolisis) d. Ca(CH3COO)2 (garam basa) Ca(CH3COO)2 → Ca2+ + CH3COO− Ca2+ + H2O → (Tidak ada reaksi) CH3COO− + H2O CH3COOH + OH− (terhidrolisis) e. NH4NO3 (garam asam) NH4NO3 → NH4+ + NO3− NH4+ + H2O NH3 +H3O+ (terhidrolisis) NO3− + H2O → (Tidak ada reaksi) Skor Maksimal: 20 14. CH3COONa → Na+ + CH3COO− Na+ + H2O → (Tidak ada reaksi) CH3COO− + H2O pH = 9 POH = 14 – 9 =5 [OH−] = 10−5 CH3COOH + OH− (garam basa) 126 Skor Maksimal: 8 15. a. NH4Cl (garam asam) NH4Cl → NH4+ + Cl− NH4+ + H2O NH3 +H3O+ (terhidrolisis) Cl− + H2O → (Tidak ada reaksi) pH = 8 [H+] = 10−8 127 b. KNO2 (garam basa) KNO2 → K+ + NO2− K+ + H2O → (Tidak ada reaksi) NO2− + H2O HNO2 +OH− (terhidrolisis) pH = 8 POH = 14 – 8 = 6 [OH−] = 10−6 c. NaNO3 NaNO3 → Na+ + NO3− Na+ + H2O → (Tidak ada reaksi) NO3− + H2O → (Tidak ada reaksi) Garam NaNO3 tidak bisa digunakan untuk membuat pH = 8 karena bersifat netral dengan pH = 7. Skor Maksimal: 4 16. Sarah mencari alternatif lain untuk mengidentifikasi sifat larutan garam. Misalnya: - Jika tersedia, uji nilai pH dengan indikator universal. - Menghitung nilai pH jika diketahui tetapan ionisasi asam (Ka) atau tetapan ionisasi basa (Kb) dan konsentrasi (M) garam. 128 - Mengetahui komponen asam dan basa pembentuknya melalui persamaan reaksi ionisasi. Skor Maksimal: 3 17. Informasi yang dapat diperoleh dari kurva titrasi tersebut adalah: a. - Merupakan kurva titrasi asam kuat dan basa kuat. - Basa kuat yang ditambahkan ke asam kuat. - Kurva dimulai pada pH rendah (±1) yang menunjukan asam kuat dan berakhir pada pH tinggi (±13) yang menunjukan basa kuat. - Titik ekuivalen ditunjukan dengan pH=7. - Merupakan garam netral. b. - Merupakan kurva titrasi asam kuat dan basa lemah - Basa lemah yang ditambahkan ke asam kuat. - Kurva dimulai pada pH rendah (±1) yang menunjukan asam kuat dan berakhir pada pH ±10 yang menunjukan basa lemah. - Titik ekuivalen ditunjukan dengan pH<7 - Merupakan garam asam. c. - Merupakan kurva titrasi asam lemah dan basa kuat - Basa kuat yang ditambahkan ke asam lemah. - Kurva dimulai pada pH ±3 yang menunjukan asam lemah dan berakhir pada pH ±13 yang menunjukan basa kuat. - Titik ekuivalen ditunjukan dengan pH>7. - Merupakan garam basa. d. - Merupakan kurva titrasi basa lemah dan asam lemah - Asam lemah yang ditambahkan ke basa lemah. - Kurva dimulai pada pH ±10 yang menunjukan basa lemah dan berakhir pada pH ±3 yang menunjukan asam lemah. - Titik ekuivalen ditunjukan dengan pH~7 karena sulit diamati, akibat tidak terdapat kenaikan pH yang tajam. Skor Maksimal: 16 129 Lampiran B3 : Rubrik Penilain Tes Berpikir Kreatif (Sebelum Uji Validitas) RUBRIK PENILAIN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF 1. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menjawab sebanyak ≥ 4 gagasan tepat - Skor 3 jika menjawab sebanyak 3 gagasan tepat - Skor 2 jika menjawab sebanyak 2 gagasan tepat - Skor 1 jika menjawab sebanyak 1 gagasan tepat - Skor 0 jika tidak menjawab sama sekali/jawaban salah 2. Skor Maksimal = 2 - Skor 2 jika menjawab sebanyak ≥ 2 gagasan - Skor 1 jika menjawab sebanyak 1 gagasan - Skor 0 jika tidak menjawab sama sekali/jawaban salah 3. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menjawab sebanyak ≥ 7 aplikasi - Skor 3 jika menjawab sebanyak 5 – 6 aplikasi - Skor 2 jika menjawab sebanyak 3 – 4 aplikasi - Skor 1 jika menjawab sebanyak 1 – 2 aplikasi - Skor 0 jika tidak menjawab sama sekali/jawaban salah 4. Skor Maksimal = 5 - Skor 5 jika penjelasan benar dengan persamaan reaksi yang tepat - Skor 4 jika penjelasan benar tetapi persamaan reaksi kurang tepat - Skor 3 jika penjelasan kurang benar tetapi persamaan reaksi tepat - Skor 2 jika penjelasan kurang benar dan persamaan reaksi kurang tepat - Skor 1 jika penjelasan benar tetapi tidak dituliskan dengan persamaan reaksi - Skor 0 jika penjelasan salah dan tidak ada persamaan reaksinya 5. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menjawab sebanyak ≥ 4 alasan tepat - Skor 3 jika menjawab sebanyak 3 alasan tepat - Skor 2 jika menjawab sebanyak 2 alasan tepat - Skor 1 jika menjawab sebanyak 1 alasan tepat - Skor 0 jika tidak menjawab sama sekali/jawaban salah 6. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menjawab sebanyak 3 – 4 gagasan - Skor 2 jika menjawab sebanyak 1 – 2 gagasan - Skor 0 jika tidak menjawab sama sekali/jawaban salah 7. Skor Maksimal = 5 - Skor 5 jika terdapat hubungan serta penjelasan tepat - Skor 3 jika terdapat hubungan tetapi penjelasan kurang tepat - Skor 1 jika terdapat hubungan tetapi tidak ada penjelasan 8. Skor Maksimal = 6 - Skor 6 jika pengelompokkan benar dengan persamaan reaksi tepat 130 - Skor 5 jika pengelompokkan kurang benar tetapi persamaan reaksi tepat Skor 4 jika pengelompokkan benar tetapi persamaan reaksi kurang tepat Skor 3 jika pengelompokkankurang benar dan persamaan reaksi kurang tepat Skor 2 jika pengelompokkan benar tetapi tidak ada persamaan reaksi Skor 1 jika pengelompokkankurang benar tetapi tidak ada persamaan reaksi Skor 0 jika penjelasan salah dan tidak ada persamaan reaksinya 9. Skor Maksimal = 3 - Skor 3 jika menjawab 3 pasangan asam, basa dan garamnya dengan tepat - Skor 2 jika menjawab 2 pasangan asam, basa dan garamnya dengan tepat - Skor 1 jika menjawab 1 pasangan asam, basa dan garamnya dengan tepat 10. Skor Maksimal = 6 - Skor 6 jika semua ion penjelasan benar dan persamaan reaksi tepat - Skor 5 jika 5 ion penjelasan benar dan persamaan reaksi tepat - Skor 4 jika 4 ion penjelasan benar dan persamaan reaksi tepat - Skor 3 jika 3 ion penjelasan benar dan persamaan reaksi tepat - Skor 2 jika 2 ion penjelasan benar dan persamaan reaksi tepat - Skor 1 jika 1 ion penjelasan benar dan persamaan reaksi tepat - Skor 0 jika tidak memberikan jawaban/jawaban salah 11. Skor Maksimal =22 a. Skor Maksimal = 4 - Skor 1 untuk menuliskan reaksi kesetimbangan - Skor 1 untuk menuliskan persamaan reaksi ionisasi - Skor 1 untuk nilai pH tepat - Skor 1 untuk sifat larutan tepat b. Skor Maksimal =6 - Skor 1 untuk menuliskan reaksi kesetimbangan - Skor 1 untuk menuliskan persamaan reaksi ionisasi - Skor 2 untuk perhitungan pH dengan teratur - Skor 1 untuk hasil akhir tepat Skor 1 untuk sifat larutan tepat c. Skor Maksimal = 6 - Skor 1 untuk menuliskan reaksi kesetimbangan - Skor 1 untuk menuliskan persamaan reaksi ionisasi - Skor 2 untuk perhitungan pH dengan teratur - Skor 1 untuk hasil akhir tepat Skor 1 untuk sifat larutan tepat d. Skor Maksimal = 6 - Skor 1 untuk menuliskan reaksi kesetimbangan - Skor 1 untuk menuliskan persamaan reaksi ionisasi - Skor 2 untuk perhitungan pH dengan teratur - Skor 1 untuk hasil akhir tepat Skor 1 untuk sifat larutan tepat 12. Skor Maksimal = 12 a. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan benar 131 - Skor 3 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan kurang benar - Skor 2 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan benar - Skor 1 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan kurang benar b. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan benar - Skor 3jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan kurang benar - Skor 2 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan benar - Skor 1 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan kurang benar c. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan benar - Skor 3 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan kurang benar - Skor 2 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan benar - Skor 1 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan kurang benar 13. Skor Maksimal = 20 a. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar - Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah - Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan benar - Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan salah - Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar - Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah b. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar - Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah - Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan benar - Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan salah - Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar - Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah c. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar - Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah - Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan benar 132 - Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan salah - Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar - Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah d. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar - Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah - Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan benar - Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan salah - Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar - Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah e. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar - Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah - Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan benar - Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan salah - Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar - Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah 14. Skor Maksimal = 8 - Skor 1 untuk menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat - Skor 2 untuk perhitungan pH dengan teratur - Skor 1 untuk nilai konsentrasi benar - Skor 1 untuk perhitungan mencari mol - Skor 1 untuk nilai mol benar - Skor 1 untuk perhitungan mencari massa - Skor 1 untuk nilai massa benar 15. Skor Maksimal = 4 - Skor 1 untuk penjelasan benar - Skor 1 untuk menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat - Skor 2 untuk perhitungan pH dengan teratur - Skor 1 untuk nilai konsentrasi benar 16. Skor Maksimal = 3 - Skor 3 jika memberikan ≥3 alternatif lain untuk mengidentifikasi sifat larutan garam - Skor 2 jika memberikan 2 alternatif lain untuk mengidentifikasi sifat larutan garam - Skor 1 jika memberikan 1 alternatif lain untuk mengidentifikasi sifat larutan garam - Skor 0 jika tidak memberikan alternatif lain untuk mengidentifikasi sifat larutan garam 133 17. Skor Maksimal = 16 a. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika memberikan ≥3 informasi dan tepat - Skor 3 jika memberikan ≥3 informasi dan kurang tepat - Skor 2 jika memberikan <3 informasi dan tepat - Skor 1 jika memberikan <3 informasi dan kurang tepat - Skor 0 jika memberikan informasi salah b. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika memberikan ≥3 informasi dan tepat - Skor 3 jika memberikan ≥3 informasi dan kurang tepat - Skor 2 jika memberikan <3 informasi dan tepat - Skor 1 jika memberikan <3 informasi dan kurang tepat - Skor 0 jika memberikan informasi salah c. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika memberikan ≥3 informasi dan tepat - Skor 3 jika memberikan ≥3 informasi dan kurang tepat - Skor 2 jika memberikan <3 informasi dan tepat - Skor 1 jika memberikan <3 informasi dan kurang tepat - Skor 0 jika memberikan informasi salah d. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika memberikan ≥3 informasi dan tepat - Skor 3 jika memberikan ≥3 informasi dan kurang tepat - Skor 2 jika memberikan <3informasi dan tepat - Skor 1 jika memberikan <3 informasi dan kurang tepat - Skor 0 jika memberikan informasi salah Lampiran B4 : Soal Tes Berpikir Kreatif (Setelah Uji Validitas) SOAL TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF Indikator Indikator keterampilan Sub indikator keterampilan konsep berpikir kreatif berpikir kreatif Menjelaskan Fluency Memikirkan lebih dari satu aplikasi (Berpikir lancar) Butir soal jawaban. (soal no.1) hidrolisis garam Pernahkah kamu merasakan nyeri seperti sakit kepala dan sakit gigi? Untuk mengatasi rasa nyeri biasanya dokter memberikan obat yang mengandung asam asetil salisilat yang dikenal dengan nama aspirin. Aspirin sebenarnya merupakan garam dari asam lemah asetil salisilat. Aspirin akan larut dalam darah dan menekan rasa sakit yang sedang kamu rasakan. Proses melarutnya aspirin tersebut merupakan salah satu contoh aplikasi dari konsep hidrolisis. 1. Selain aspirin, sebutkan aplikasi hidrolisis garam yang lain dalam kehidupan sehari-hari! 134 Mengidentifikasi sifat Flexibility (berpikir luwes) larutan garam Menghasilkan jawaban dan gagasan, Amati tabel hasil pengamatan berikut! penafsiran (interpretasi) Menuliskan yang Larutan bervariasi terhadap suatu masalah. (soal no. 2, 3, 4) persamaan Menggolongkan reaksi ionisasi menurut hal-hal pembagian (kategori) yang berbedabeda. (soal no. 5) NaCl Perubahan Warna Basa Asam Sifat pH Lakmus Lakmus Pembentuk Pembentuk Larutan Merah Biru Kuat Kuat Merah Biru Netral 7 Al2(SO4)3 Lemah Kuat Merah Merah Asam <7 NaOCl Kuat Lemah Biru Biru Basa >7 CH3COONH4 Lemah Lemah Merah Biru Basa >7 2. Mengapa suatu larutan garam ada yang bersifat asam, basa atau netral? 3. Bagaimana cara mengetahui suatu larutan garam ada yang bersifat asam, basa atau netral? 4. Adakah hubungan antara sifat garam (netral, asam, basa) dengan sifat komponen asam dan basa pembentuknya? 5. Mana sajakah larutan garam yang mengalami hidrolisis parsial dan hidrolisis total? Tuliskan persamaan reaksi ionisasinya! Menghitung pH Menentukan Elaboration (Berpikir merinci) Mencari arti yang lebih 6. Manakah campuran larutan berikut yang menghasilkan garam mendalam terhadap jawaban atau pemecahan terhidrolisis? Jelaskan! a. 100 mL HCl 0,1 M + 100 mL NaOH 0,1 M 135 sifat garam masalah dengan melakukan b. 100 mL CH3COOH 0,1 M+ 50 mL NaOH 0,1 M yang langkah-langkah c. 50 mL HCl 0,1 M + 50 mL NH4OH 0,1 M terhidrolisis terperinci. (soal no. 6 dan 7. Ramalkan sifat (asam, basa atau netral) larutan garam berikut ini. dari 7) persamaan yang Jelaskan! Mengembangkan, a. K2SO4 reaksi menambah, ionisasi suatu gagasan. (soal no. 8 c. NaHCO3 dan 9) d. Ca(CH3COO)2 memperkaya b. NH4Cl e. NH4NO3 8. Anita adalah seorang siswi yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Ia selalu ingin mencoba eksperimen baru, saat ini ia ingin membuat larutan garam yang mempunyai pH = 9. Anita menyediakan 2 liter larutan natrium asetat (Ka = 10-5). Tetapi Anita bingung, berapa massa natrium asetat yang terdapat dalam larutan tersebut? (Ar H = 1, C = 12, O = 16, Na = 23) 9. Misalkan anda ingin membuat larutan dengan pH = 8 dengan cara melarutkan suatu garam dalam air. Diantara garam berikut, manakah yang akan anda gunakan jika Kh=10−5? Tentukan pula molaritasnya! 136 a. NH4Cl b. KNO2 c. NaNO3 Menentukan sifat larutan garam Originality (Berpikir orisinal) Mampu melahirkan 10. ungkapan yang baru. (soal a. c. no.17) Menjelaskan kurva titrasi b. d. Informasi apakah yang dapat kamu peroleh dari kurva titrasi diatas? 137 138 Lampiran B5 : Kunci Jawaban Tes Berpikir Kreatif (Setelah Uji Validitas) KUNCI JAWABAN 1. Aplikasi hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari adalah: - Sabun Cuci Garam natrium stearat (C17H35COONa) akan mengalami hidrolisis dalam air menghasilkan asam asam stearat dan basanya yaitu natrium hidroksida. - Urea Agar mudah larut pupuk dibuat dalam bentuk pellet (garamnya) untuk menurunkan pH tanah. Misalnya pupuk (NH4)2SO4. garam (NH4)2SO4 bersifat asam, inon NH4+ akan terhidrolisis dalam tanah membentuk NH3 dan H+ yang bersifat asam. - Pemutih Pakaian Pemutih pakaian mengandung garam NaClO yang sangat reaktif sehingga mampu menghilangkan noda pakaian. Garam NaClO terbentuk dari asam lemah HOCl dengan basa kuat NaOH. Ion OCl− terhidrolisis menjadi HOCl dan OH−sehingga garam NaClO bersifat basa. - Pengawet Makanan Natrium benzoat salah satu jenis pengawet makanan yang dibuat dari asam benzoat (asam lemah) kemudian dijadikan garam natrium benzoat (bentuk garamnya) karena kelarutannya lebih besar. - Pembersih Porselen Pembersih Porselen biasanya ditambahkan garam NaHSO4 agar daya bersihnya lebih maksimal. - Detergen Tripoli Sodium Fosfat (TSP) merupakan salah satu contoh polifosfat yang sering digunakan sebagai zat pembangun dalam pembuatan deterjen. Polifosfat bersifat basa, berfungsi melunakkan air sadah. - Tawas Al2(SO4)3 digunakan pada penjernihan air PAM. Tingginya muatan kation Al3+ akan membentuk sistem koloid Al(OH)3 yang mampu mengadsorpsi dan mengendapkan kotoran air. 139 Skor Maksimal: 4 2. Suatu larutan garam ada yang bersifat asam, basa atau netral karena: - Pada uji kertas lakmus menghasilkan perubahan warna yang berbeda. Lakmus merah berubah warna menjadi biru dalam larutan basa sedangkan dalam larutan asam dan netral tidak terjadi perubahan warna. Lakmus biru berubah warna menjadi warna merah dalam larutan asam sedangkan dalam larutan basa dan netral tidak terjadi perubahan warna. - Pada uji nilai pH dengan indikator universal menghasilkan nilai pH yang beragam. - Hasil perhitungan nilai pH. Jika nilai pH <7 larutan bersifat asam. Jika nilai pH >7 laruan bersifat basa. Sedangkan jika nilai pH = 7 larutan bersifat netral. - Berasal dari asam dan basa pembentuk yang berbeda sehingga dalam persamaan reaksi ionisasi terdapat ion yang terhidrolisis dan atau ion yang terhidrasi. Skor Maksimal: 4 3. Cara mengetahui sifat larutan garam yaitu: - Uji kertas lakmus - Uji nilai pH dengan indikator universal - Mengetahui komponen asam dan basa pembentuknya melalui persamaan reaksi ionisasi - Menghitung nilai pH Skor Maksimal: 4 4. Ada hubungan antara sifat garam dengan komponen asam dan basa pembentuknya, yaitu: Garam dari asam kuat dan basa kuat larutannya bersifat netral. Garam dari asam kuat dan basa lemah larutannya bersifat asam. Garam dari asam lemah dan basa kuat larutannya bersifat basa. 140 Garam dari asam lemah dan basa lemah sifat larutan bergantung pada Ka dan Kb. - Jika Ka = Kb larutan bersifat netral - Jika Ka > Kb larutan bersifat asam - Jika Ka < Kb larutan bersifat basa Skor Maksimal: 5 5. - NaCl (tidak mengalami hidrolisis) NaCl + H2O → NaOH + HCl NaCl → Na+ + Cl− Na+ + H2O → (tidak ada reaksi) Cl− + H2O → (tidak ada reaksi) Ion Na+ berasal dari basa kuat dan ion Cl− berasal dari asam kuat, sehingga tidak akan terhidrolisis akan tetapi mengalami hidrasi (dikelilingi oleh molekul-molekul H2O). - Al2(SO4)3 (mengalami hidrolisis parsial) Al2(SO4)3 + 6 H2O → 2Al(OH)3 +H2SO4 Al2(SO4)3 → Al3+ + SO42− Al3+ + H2O Al(OH)3 + H+ (terhidrolisis) SO42− + H2O → (tidak ada reaksi) Ion Al3+ berasal dari basa lemah sehingga akan terhidrolisis, sedangkan ion SO42− berasal dari asam kuat sehingga tidak akan terhidrolisis. Maka dari itu, garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial). - NaOCl (mengalami hidrolisis parsial) NaOCl + H2O → HOCl + NaOH NaOCl → Na+ + OCl− Na+ + H2O → (tidak ada reaksi) OCl− + H2O Ion Na+ HOCl + OH− (terhidrolisis) berasal dari basa kuat sehingga tidak akan terhidrolisis, sedangkan ion OCl−berasal dari asam lemah sehingga akan terhidrolisis. 141 Maka dari itu, garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat mengalami hidrolisis sebagian (parsial). - CH3COONH4 (mengalami hidrolisis total) CH3COONH4+ H2O → CH3COOH + NH4OH CH3COONH4 → CH3COO− + NH4+ CH3COO− + H2O NH4+ + H2O CH3COOH + OH− NH3 + H3O+ Ion CH3COO− berasal dari asam lemah dan ion NH4+ berasal dari basa lemah sehingga akan terhidrolisis. Maka dari itu, garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah akan mengalami hidrolisis total (sempurna). Skor Maksimal: 6 6. Campuran larutan yang menghasilkan garam terhidrolisis adalah: a. 100 mL HCl 0,1 M + 100 mL NaOH 0,1 M NaOH + HCl → NaCl + H2O Awal : 10 mmol 10 mmol Bereaksi : −10 mmol −10 mmol +10 mmol Setimbang : − 10 mmol − Tidak menghasilkan garam terhidrolisis karena terbentuk dari asam kuat dan basa kuat. b. 100 mL CH3COOH 0,1 M+ 50 mL NaOH 0,1 M CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O Awal : 10 mmol 5 mmol Bereaksi : −5 mmol −5 mmol +5 mmol Setimbang : 5 mmol − 5 mmol Bukan merupakan hidrolisis garam karena menyisakan asam dan garamnya yang merupakan larutan penyangga (buffer). c. 50 mL NH4OH 0,1 M + 50 mL HCl 0,1 M NH4OH + HCl Awal : 5 mmol 5 mmol → NH4Cl + H2O 142 Bereaksi : −5 mmol Setimbang : −5 mmol +5 mmol − 5 mmol − Menghasilkan garam terhidrolisis karena terbentuk dari asam kuat dan basa lemah. Dalam reaksi merupakan hidrolisis garam karena menyisakan garamnya. Skor Maksimal: 12 7. a. K2SO4 (garam netral) K2SO4 → K+ + SO42− K+ + H2O → (Tidak ada reaksi) SO42− + H2O → (Tidak ada reaksi) b. NH4Cl (garam asam) NH4Cl → NH4+ + Cl− NH4+ + H2O NH3 +H3O+ (terhidrolisis) Cl− + H2O → (Tidak ada reaksi) c. NaHCO3 (garam basa) NaHCO3 → Na+ + HCO3− Na+ + H2O → (Tidak ada reaksi) HCO3− + H2O H2CO3 + OH− (terhidrolisis) d. Ca(CH3COO)2 (garam basa) Ca(CH3COO)2 → Ca2+ + CH3COO− Ca2+ + H2O → (Tidak ada reaksi) CH3COO− + H2O CH3COOH + OH− (terhidrolisis) e. NH4NO3 (garam asam) NH4NO3 → NH4+ + NO3− NH4+ + H2O NH3 +H3O+ (terhidrolisis) NO3− + H2O → (Tidak ada reaksi) Skor Maksimal: 20 8. CH3COONa → Na+ + CH3COO− Na+ + H2O → (Tidak ada reaksi) 143 CH3COO− + H2O CH3COOH + OH− (garam basa) pH = 9 POH = 14 – 9 =5 [OH−] = 10−5 Skor Maksimal: 8 9. a. NH4Cl (garam asam) NH4Cl → NH4+ + Cl− NH4+ + H2O NH3 +H3O+ (terhidrolisis) Cl− + H2O → (Tidak ada reaksi) pH = 8 [H+] = 10−8 144 b. KNO2 (garam basa) KNO2 → K+ + NO2− K+ + H2O → (Tidak ada reaksi) NO2− + H2O HNO2 +OH− (terhidrolisis) pH = 8 POH = 14 – 8 =6 [OH−] = 10−6 c. NaNO3 NaNO3 → Na+ + NO3− Na+ + H2O → (Tidak ada reaksi) 145 NO3− + H2O → (Tidak ada reaksi) Garam NaNO3 tidak bisa digunakan untuk membuat pH = 8 karena bersifat netral dengan pH = 7. Skor Maksimal: 4 10. Informasi yang dapat diperoleh dari kurva titrasi tersebut adalah: a. - Merupakan kurva titrasi asam kuat dan basa kuat. - Basa kuat yang ditambahkan ke asam kuat. - Kurva dimulai pada pH rendah (±1) yang menunjukan asam kuat dan berakhir pada pH tinggi (±13) yang menunjukan basa kuat. - Titik ekuivalen ditunjukan dengan pH=7. - Merupakan garam netral. b. - Merupakan kurva titrasi asam kuat dan basa lemah - Basa lemah yang ditambahkan ke asam kuat. - Kurva dimulai pada pH rendah (±1) yang menunjukan asam kuat dan berakhir pada pH ±10 yang menunjukan basa lemah. - Titik ekuivalen ditunjukan dengan pH<7 - Merupakan garam asam. c. - Merupakan kurva titrasi asam lemah dan basa kuat - Basa kuat yang ditambahkan ke asam lemah. - Kurva dimulai pada pH ±3 yang menunjukan asam lemah dan berakhir pada pH ±13 yang menunjukan basa kuat. - Titik ekuivalen ditunjukan dengan pH>7. - Merupakan garam basa. d. - Merupakan kurva titrasi basa lemah dan asam lemah - Asam lemah yang ditambahkan ke basa lemah. - Kurva dimulai pada pH ±10 yang menunjukan basa lemah dan berakhir pada pH ±3 yang menunjukan asam lemah. - Titik ekuivalen ditunjukan dengan pH~7 karena sulit diamati, akibat tidak terdapat kenaikan pH yang tajam. Skor Maksimal: 16 146 Lampiran B6 : Rubrik Penilaian Tes Berpikir Kreatif (Setelah Uji Validitas) RUBRIK PENILAIAN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF 1. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menjawab sebanyak ≥ 7 aplikasi - Skor 3 jika menjawab sebanyak 5 – 6 aplikasi - Skor 2 jika menjawab sebanyak 3 – 4 aplikasi - Skor 1 jika menjawab sebanyak 1 – 2 aplikasi - Skor 0 jika tidak menjawab sama sekali/jawaban salah 2. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menjawab sebanyak ≥ 4 alasan tepat - Skor 3 jika menjawab sebanyak 3 alasan tepat - Skor 2 jika menjawab sebanyak 2 alasan tepat - Skor 1 jika menjawab sebanyak 1 alasan tepat - Skor 0 jika tidak menjawab sama sekali/jawaban salah 3. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menjawab sebanyak 3 – 4 gagasan - Skor 2 jika menjawab sebanyak 1 – 2 gagasan - Skor 0 jika tidak menjawab sama sekali/jawaban salah 4. Skor Maksimal = 5 - Skor 5 jika terdapat hubungan serta penjelasan tepat - Skor 3 jika terdapat hubungan tetapi penjelasan kurang tepat - Skor 1 jika terdapat hubungan tetapi tidak ada penjelasan 5. Skor Maksimal = 6 - Skor 6 jika pengelompokkan benar dengan persamaan reaksi tepat - Skor 5 jika pengelompokkan kurang benar tetapi persamaan reaksi tepat - Skor 4 jika pengelompokkan benar tetapi persamaan reaksi kurang tepat - Skor 3 jika pengelompokkan kurang benar dan persamaan reaksi kurang tepat - Skor 2 jika pengelompokkan benar tetapi tidak ada persamaan reaksi - Skor 1 jika pengelompokkan kurang benar tetapi tidak ada persamaan reaksi - Skor 0 jika penjelasan salah dan tidak ada persamaan reaksinya 6. Skor Maksimal = 12 a. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan benar - Skor 3 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan kurang benar - Skor 2 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan benar - Skor 1 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan kurang benar b. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan benar - Skor 3 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan kurang benar - Skor 2 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan benar - Skor 1 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan kurang benar c. Skor Maksimal = 4 147 - Skor 4 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan benar Skor 3 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan kurang benar Skor 2 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan benar Skor 1 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan kurang benar 7. Skor Maksimal = 20 a. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar - Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah - Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan benar - Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan salah - Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar - Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah b. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar - Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah - Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan benar - Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan salah - Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar - Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah c. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar - Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah - Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan benar - Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan salah - Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar - Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah d. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar - Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah - Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan benar - Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan salah - Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar - Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah e. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar - Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah - Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan benar 148 - Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan salah Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah 8. Skor Maksimal = 8 - Skor 1 untuk menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat - Skor 2 untuk perhitungan pH dengan teratur - Skor 1 untuk nilai konsentrasi benar - Skor 1 untuk perhitungan mencari mol - Skor 1 untuk nilai mol benar - Skor 1 untuk perhitungan mencari massa - Skor 1 untuk nilai massa benar 9. Skor Maksimal = 4 - Skor 1 untuk penjelasan benar - Skor 1 untuk menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat - Skor 2 untuk perhitungan pH dengan teratur - Skor 1 untuk nilai konsentrasi benar 10. Skor Maksimal = 16 a. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika memberikan ≥3 informasi dan tepat - Skor 3 jika memberikan ≥3 informasi dan kurang tepat - Skor 2 jika memberikan <3 informasi dan tepat - Skor 1 jika memberikan <3 informasi dan kurang tepat - Skor 0 jika memberikan informasi salah b. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika memberikan ≥3 informasi dan tepat - Skor 3 jika memberikan ≥3 informasi dan kurang tepat - Skor 2 jika memberikan <3 informasi dan tepat - Skor 1 jika memberikan <3 informasi dan kurang tepat - Skor 0 jika memberikan informasi salah c. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika memberikan ≥3 informasi dan tepat - Skor 3 jika memberikan ≥3 informasi dan kurang tepat - Skor 2 jika memberikan <3 informasi dan tepat - Skor 1 jika memberikan <3 informasi dan kurang tepat - Skor 0 jika memberikan informasi salah d. Skor Maksimal = 4 - Skor 4 jika memberikan ≥3 informasi dan tepat - Skor 3 jika memberikan ≥3 informasi dan kurang tepat - Skor 2 jika memberikan <3 informasi dan tepat - Skor 1 jika memberikan <3 informasi dan kurang tepat - Skor 0 jika memberikan informasi salah 149 Lampiran B7: Lembar Observasi Siswa Kelas Eksperimen LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN TAHAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING TAHAP 1 Sub Materi : Sifat Larutan Garam Anggota Kelompok : 1. 2. 3. 4. 5. Petunjuk pengisian: Berilah nilai pada kolom kode siswa sesuai dengan hasil observasi anda terhadap keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing yang dilakukan oleh siswa. Tahapan Model Inkuiri Terbimbing Membuat rumusan masalah berdasarkan fenomena yang dijelaskan oleh guru Membuat hipotesis dengan memperhatikan terminologi Mengumpulkan data meliputi: - Merancang percobaan melalui arahan percobaan pada LKS - Mencatat hasil percobaan dalam sebuah tabel hasil pengamatan Menganalisis data dengan menjawab pertanyaan dalam LKS Membuat kesimpulan 1 Kode Siswa 2 3 4 5 Keterangan Keterangan skor: 5 = Sangat baik 3 = Sedang 4 = Baik 2 = Buruk 1 = Buruk Sekali Observer 150 LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN TAHAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING TAHAP 2 Sub Materi : pH Larutan Garam Anggota Kelompok : 6. 7. 8. 9. 10. Petunjuk pengisian: Berilah nilai pada kolom kode siswa sesuai dengan hasil observasi anda terhadap keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing yang dilakukan oleh siswa. Tahapan Model Inkuiri Terbimbing Membuat rumusan masalah berdasarkan fenomena yang dijelaskan oleh guru Membuat hipotesis dengan memperhatikan terminologi Mengumpulkan data meliputi: - Merancang percobaan melalui arahan percobaan pada LKS - Mencatat hasil percobaan dalam sebuah tabel hasil pengamatan Menganalisis data dengan menjawab pertanyaan dalam LKS Membuat kesimpulan 1 Kode Siswa 2 3 4 5 Keterangan Keterangan skor: 5 = Sangat baik 3 = Sedang 4 = Baik 2 = Buruk 1 = Buruk Sekali Observer 151 Lampiran B8 : Rubrik Penilaian Observasi RUBRIK PENILAIAN OBSERVASI TAHAP 1 1. Merumuskan masalah - Skor 5 jika siswa membuat 2 rumusan masalah dengan benar - Skor 4 jika siswa membuat 2 rumusan masalah dan keduanya kurang benar - Skor 3 jika siswa membuat 1 rumusan masalah dengan benar - Skor 2 jika siswa membuat 1 rumusan masalah kurang benar - Skor 1 jika siswa membuat rumusan masalah salah Skor Maksimal = 5 2. Membuat Hipotesis - Skor 5 jika siswa membuat 2 hipotesis dengan benar - Skor 4 jika siswa membuat 2 hipotesis dan keduanya kurang benar - Skor 3 jika siswa membuat 1 hipotesis dengan benar - Skor 2 jika siswa membuat 1 hipotesis kurang benar - Skor 1 jika siswa membuat hipotesis salah Skor Maksimal = 5 3. Mengumpulkan Data Merancang Percobaan - Skor 5 jika membuat rancangan percobaan tepat dengan menjawab pertanyaan arahan percobaan benar - Skor 4 jika membuat rancangan percobaan tepat dengan menjawab pertanyaan arahan percobaan kurang benar - Skor 3 jika membuat rancangan percobaan kurang tepat dengan menjawab pertanyaan arahan percobaan benar - Skor 2 jika membuat rancangan percobaan kurang tepat dan menjawab pertanyaan arahan percobaan kurang benar - Skor 1 jika membuat rancangan percobaan dan menjawab pertanyaan arahan percobaan salah Skor Maksimal = 5 152 Mencatat Hasil Percobaan - Skor 5 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat larutan benar sebanyak ≥ 6 larutan - Skor 4 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat larutan benar sebanyak 4−5 larutan - Skor 3 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat larutan benar sebanyak 2−3 larutan - Skor 2 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat larutan benar sebanyak 1 larutan - Skor 1 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat larutan salah Skor Maksimal = 5 4. Analisis Data - Skor 5 jika siswa menjawab 3 pertanyaan dengan benar - Skor 4 jika siswa menjawab 2 pertanyaan dengan benar - Skor 3 jika siswa menjawab 1 pertanyaan dengan benar - Skor 2 jika siswa menjawab pertanyaan kurang benar - Skor 1 jika siswa menjawab pertanyaan salah Skor Maksimal = 5 5. Membuat Kesimpulan - Skor 5 jika siswa membuat kesimpulan dengan penjelasan tepat - Skor 3 jika siswa membuat kesimpulan dengan penjelasan kurang tepat - Skor 1 jika siswa membuat kesimpulan dengan penjelasan salah Skor Maksimal = 5 153 RUBRIK PENILAIAN OBSERVASI TAHAP 2 1. Merumuskan masalah - Skor 5 jika siswa membuat 2 rumusan masalah dengan benar - Skor 4 jika siswa membuat 2 rumusan masalah dan keduanya kurang benar - Skor 3 jika siswa membuat 1 rumusan masalah dengan benar - Skor 2 jika siswa membuat 1 rumusan masalah kurang benar - Skor 1 jika siswa membuat rumusan masalah salah Skor Maksimal = 5 2. Membuat Hipotesis - Skor 5 jika siswa membuat 2 hipotesis dengan benar - Skor 4 jika siswa membuat 2 hipotesis dan keduanya kurang benar - Skor 3 jika siswa membuat 1 hipotesis dengan benar - Skor 2 jika siswa membuat 1 hipotesis kurang benar - Skor 1 jika siswa membuat hipotesis salah Skor Maksimal = 5 3. Mengumpulkan Data Merancang Percobaan - Skor 5 jika membuat rancangan percobaan tepat dengan menjawab pertanyaan arahan percobaan benar - Skor 4 jika membuat rancangan percobaan tepat dengan menjawab pertanyaan arahan percobaan kurang benar - Skor 3 jika membuat rancangan percobaan kurang tepat dengan menjawab pertanyaan arahan percobaan benar - Skor 2 jika membuat rancangan percobaan kurang tepat dan menjawab pertanyaan arahan percobaan kurang benar - Skor 1 jika membuat rancangan percobaan dan menjawab pertanyaan arahan percobaan salah Skor Maksimal = 5 154 Mencatat Hasil Percobaan - Skor 5 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat larutan benar sebanyak ≥ 6 larutan - Skor 4 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat larutan benar sebanyak 4−5 larutan - Skor 3 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat larutan benar sebanyak 2−3 larutan - Skor 2 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat larutan benar sebanyak 1 larutan - Skor 1 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat larutan salah Skor Maksimal = 5 4. Analisis Data - Skor 5 jika siswa menjawab 4 pertanyaan dengan benar - Skor 4 jika siswa menjawab 3 pertanyaan dengan benar - Skor 3 jika siswa menjawab 2 pertanyaan dengan benar - Skor 2 jika siswa menjawab 1 pertanyaan dengan benar - Skor 1 jika siswa menjawab pertanyaan kurang benar Skor Maksimal = 5 5. Membuat Kesimpulan - Skor 5 jika siswa membuat kesimpulan dengan penjelasan tepat - Skor 3 jika siswa membuat kesimpulan dengan penjelasan kurang tepat - Skor 1 jika siswa membuat kesimpulan dengan penjelasan salah Skor Maksimal = 5 161 Lampiran. Hasil Pretest dan Posttest Siswa Kelas Eksperimen DATA NILAI KELAS EKSPERIMEN (PRETEST DAN POSTTEST ) No. Nama Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Aas Nurasiah Abdul Manan Adzkia Fahruz Zulmi Andri Suyanto Eneng Solihat Fuad Hasan Hermansyah Indriani Inta Irwana Isam Ismaya Jamilatusyadiah Kamaludin Lika Sauqiah Miftahul Hayat Munir Niman Ganim Nurul Komarudin Onya Nuryana Rafi Mulki Sifa Nurohmah Siti Halimah Siti Rohmat Siti Sawiyah Taufik Hidayat Yayan Nuriah Yayang Kurniawan Jumlah Kelas Eksperimen Pretest Posttest 30 88 35 73 28 88 27 70 28 70 30 75 41 84 23 61 41 84 28 78 33 61 36 84 29 55 29 69 22 55 31 73 37 84 28 67 33 90 23 58 41 78 25 61 25 69 31 84 25 73 35 75 794 1907 Mean 30,54 73,35 Median 29,5 74 Modus 27,5 75,5 Standar Deviasi 5,57 10,56 Varians 30,98 111,60 162 Lampiran. Nilai Pretest dan Posttest Siswa Kelas Kontrol DATA NILAI KELAS KONTROL (PRETEST DAN POSTTEST ) No. Nama Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Abdul Kholik Andri Maulana Animan Mulyana Devi Ratna Sari Farida Hendra Ardiansyah Hoerudin Intan Nur'aeni Jaelani Lindawati Liri Saifullah M. Ismail Sholeh Miftah Maulana Neng Sari Nurmia Omid Sahmidi Ratu Iqrimah Seri Mulyati Siti Aisah Siti Suci Nurjanah Siti Suhaebah Tiyas Wahyuni Wahyudin Wawan Yulia Ningsih Zulfi Hamid Fauzi Jumlah Kelas Kontrol Pretest Posttest 27 40 39 55 27 42 28 81 33 52 28 52 41 73 37 52 36 45 29 66 33 51 42 76 27 55 28 47 39 57 33 57 40 81 27 57 27 63 31 47 27 40 40 77 27 63 39 43 25 77 35 63 845 1512 Mean 32,50 58,15 Median 31,25 56,3 Modus 26,5 50 Standar Deviasi 5,60 12,94 Varians 31,38 167,42 Lampiran C3 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen (Pretest) Nomor Soal No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Responden AE BE CE DE EE FE GE HE IE JE KE LE ME NE OE PE QE RE SE TE UE Fluency 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 3 2 1 2 1 3 1 2 2 1 2 Flexibility 3 4 1 3 2 1 3 3 2 3 1 3 2 1 3 3 2 3 3 3 2 1 2 3 3 4 2 3 2 2 2 2 3 3 3 1 1 2 2 3 1 1 2 3 5 2 2 2 2 3 2 3 2 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 1 3 6 4 4 2 4 2 4 6 4 6 4 4 4 4 3 2 6 6 4 4 4 4 Elaboration 7 8 4 0 8 0 4 0 4 0 4 0 6 0 8 0 2 0 8 0 4 0 4 0 6 0 4 0 4 0 4 0 4 0 8 0 4 0 4 0 6 0 10 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Originality 10 8 8 7 4 8 7 8 4 7 8 8 8 7 8 4 4 7 7 7 4 8 Jumlah Skor Nilai 25 29 23 22 23 25 34 19 34 23 27 30 24 24 18 26 31 23 27 19 34 30 35 28 27 28 30 41 23 41 28 33 36 29 29 22 31 37 28 33 23 41 163 PE WE XE YE ZE Jumlah Skor Maksimal Presentase (%) 22 23 24 25 26 0 0 1 0 1 29 104 27,9 1 2 2 2 1 44 104 42,3 2 1 2 2 1 52 104 50 3 3 1 1 3 62 130 47,7 2 2 2 2 3 57 156 36,5 4 2 6 4 6 107 312 34,3 2 4 4 6 6 132 520 25,4 0 0 0 0 0 0 208 0 0 0 0 0 0 0 104 0 7 7 8 4 8 175 416 42,1 21 25 21 25 26 31 21 25 29 35 658 793 2158 2600 30,54 Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Indikator Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen (Pretest) No. Indikator 1 Fluency (Berpikir Lancar) 2 Flexibility (Berpikir Luwes) 3 Elaboration (Berpikir Merinci) 4 Originality (Berpikir Orisinal) Nomor Soal Total Skor (%) Rata-rata (%) 1 27,9 2 42,3 3 4 5 50,0 47,7 36,5 6 34,3 7 8 9 10 Kriteria 27,90 Kurang Kreatif 44,13 Cukup Kreatif 25,4 0 0 14,93 Tidak Kreatif 42,1 42,10 Cukup Kreatif 164 Lampiran C4 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen (Posttest) Nomor Soal No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Responden AE BE CE DE EE FE GE HE IE JE KE LE ME NE OE PE QE RE SE TE UE Fluency 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 Flexibility 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 5 4 3 3 3 4 4 3 5 3 3 4 5 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 5 5 5 3 5 3 3 2 6 2 5 3 4 6 1 1 2 4 5 4 6 2 4 6 11 11 11 9 6 11 11 4 11 10 4 12 4 11 4 11 12 6 12 7 11 Elaboration 7 8 18 6 10 8 18 6 10 3 8 6 10 3 17 6 6 8 15 6 10 6 4 6 19 3 5 4 6 7 6 6 10 6 15 8 8 6 18 8 6 3 10 6 9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Originality 10 14 12 14 15 16 16 12 14 14 16 16 11 16 16 14 13 12 15 12 12 14 Jumlah Skor Nilai 73 61 73 58 58 62 70 51 70 65 51 70 46 57 46 61 70 56 75 48 65 88 73 88 70 70 75 84 61 84 78 61 84 55 69 55 73 84 67 90 58 78 165 22 23 24 25 26 PE WE XE YE ZE Jumlah Skor Maksimal Presentase (%) 4 4 4 4 3 101 104 97,1 4 3 2 2 2 75 104 72,1 3 3 4 3 4 91 104 87,5 3 3 5 3 3 93 130 71,5 1 4 5 4 4 94 156 60,3 8 6 11 11 9 234 312 75 4 10 18 8 10 279 520 53,7 5 6 3 6 8 149 208 71,6 4 4 4 4 4 103 104 99 15 14 14 16 15 368 416 88,5 51 61 57 69 70 84 61 73 62 75 1587 1907 2158 2600 73,35 Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen (Posttest) No. Indikator 1 Fluency (Berpikir Lancar) 2 Flexibility (Berpikir Luwes) 3 Elaboration (Berpikir Merinci) 4 Originality (Berpikir Orisinal) Nomor Soal Total Skor (%) Rata-rata (%) 1 97,1 2 3 4 5 6 7 8 9 72,1 87,5 71,5 60,3 75,0 53,7 71,6 99,0 10 88,5 Kriteria 97,10 Sangat Kreatif 72,85 Kreatif 74,80 Kreatif 88,50 Sangat Kreatif 166 Lampiran C5 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Kontrol (Pretest) Nomor Soal No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Responden AC BC CC DC EC FC GC HC IC JC KC LC MC NC OC PC QC RC SC TC UC Fluency 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 0 2 1 2 1 1 0 2 2 1 2 1 1 3 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 Flexibility 3 4 2 3 2 3 2 3 1 3 2 3 2 1 3 3 3 1 3 4 2 3 2 3 3 3 1 1 2 3 2 3 1 1 1 3 2 1 2 1 2 2 1 3 5 2 3 2 3 2 1 3 3 2 2 3 3 1 2 3 3 3 2 2 2 3 6 4 4 4 2 4 4 6 6 4 4 4 6 4 4 4 6 4 4 6 3 4 Elaboration 7 8 2 0 8 0 2 0 4 0 4 0 4 0 8 0 8 0 6 0 4 0 4 0 8 0 6 0 4 0 8 0 6 0 10 0 6 0 4 0 4 0 10 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Originality 10 7 8 7 8 8 8 7 7 8 7 7 8 7 7 8 8 8 4 8 8 8 Jumlah Skor Nilai 22 32 22 23 27 23 34 31 30 24 27 35 22 23 32 27 33 22 26 22 33 27 28 33 27 28 41 37 36 29 33 42 27 28 39 33 40 27 39 31 27 40 167 22 23 24 25 26 PC WC XC YC ZC Jumlah Skor Maksimal Presentase (%) 1 2 1 1 2 34 104 32,7 1 1 2 2 2 42 104 40,4 2 3 2 2 2 52 104 50 2 1 1 1 1 57 130 43,9 2 3 1 2 2 60 156 38,5 2 6 2 2 4 107 312 34,3 4 8 6 4 8 150 520 28,9 0 0 0 0 0 0 208 0 0 0 0 0 0 0 104 0 8 8 7 7 8 194 416 46,6 22 32 22 21 29 696 2158 27 39 27 25 35 845 2600 32,50 Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Indikator Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol (Pretest) No. Indikator 1 Fluency (Berpikir Lancar) 2 Flexibility (Berpikir Luwes) 3 Elaboration (Berpikir Merinci) 4 Originality (Berpikir Orisinal) Nomor Soal Total Skor (%) Rata-rata (%) 1 32,7 2 3 4 5 6 7 8 9 40,4 50 43,9 38,5 34,3 28,9 0 0 10 46,6 Kriteria 32,70 Kurang Kreatif 43,20 Cukup Kreatif 15,80 Tidak Kreatif 46,60 Cukup Kreatif 168 Lampiran C6 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Kontrol (Posttest) No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 AC BC CC DC EC FC GC HC IC JC KC LC MC NC OC PC QC RC SC TC UC Fluency 1 1 2 1 3 3 3 2 3 2 2 1 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 1 3 1 2 1 2 3 2 2 1 3 2 1 1 2 2 2 2 2 1 3 Flexibility 3 4 2 3 1 1 2 2 1 3 2 1 2 1 2 3 3 3 2 2 1 3 2 3 2 4 2 3 2 1 1 3 3 2 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 Nomor Soal Elaboration 5 6 7 8 2 4 4 3 3 10 8 6 2 4 6 3 6 9 16 8 3 6 10 6 2 9 6 6 4 11 15 6 3 9 6 3 2 9 6 3 4 9 15 6 3 9 6 3 5 11 10 8 3 11 8 4 3 6 10 3 2 10 6 6 3 6 8 6 6 11 15 8 2 11 8 6 1 9 4 6 2 4 8 4 4 11 15 8 9 4 3 2 4 4 4 4 2 2 2 4 4 2 2 3 4 4 4 2 2 4 Originality 10 9 9 12 15 7 8 11 9 7 12 8 14 9 8 12 11 14 15 9 8 12 Jumlah Skor Nilai 33 46 35 67 43 43 61 43 37 55 42 63 46 39 47 47 67 52 39 33 64 42 81 52 40 52 73 52 45 66 51 76 55 47 57 57 81 63 55 47 40 77 169 22 23 24 25 26 PC WC XC YC ZC Jumlah Skor Maksimal Presentase (%) 3 3 3 3 2 62 104 59,6 1 2 1 5 9 15 6 4 2 2 2 2 4 4 3 2 2 2 1 1 9 8 6 3 2 2 3 5 12 15 6 4 2 2 1 2 9 6 8 4 48 45 57 80 222 238 141 83 104 104 130 156 312 520 208 104 46,2 43,3 43,9 51,3 71,2 45,8 67,8 79,8 6 12 12 12 16 277 416 66,6 52 36 47 64 52 1253 2158 63 43 57 77 63 1512 2600 58,15 Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Indikator Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol (Posttest) No. Indikator 1 Fluency (Berpikir Lancar) 2 Flexibility (Berpikir Luwes) 3 Elaboration (Berpikir Merinci) 4 Originality (Berpikir Orisinal) Nomor Soal Total Skor (%) Rata-rata (%) 1 59,6 2 3 4 5 6 7 8 9 46,2 43,3 43,9 51,3 71,2 45,8 67,8 79,8 10 66,6 Kriteria 59,60 Cukup Kreatif 46,18 Cukup Kreatif 66,15 Kreatif 66,60 Kreatif 170 171 Lampiran C7 : Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen HASIL PERHITUNGAN LEMBAR OBSERVASI SISWA TAHAP 1 Kelompok 1 2 3 4 5 6 Tahapan Model Inkuiri Terbimbing Merumuskan Masalah Merumuskan Hipotesis Mengumpulkan Data Analisis Data Membuat Kesimpulan Merumuskan Masalah Merumuskan Hipotesis Mengumpulkan Data Analisis Data Membuat Kesimpulan Merumuskan Masalah Merumuskan Hipotesis Mengumpulkan Data Analisis Data Membuat Kesimpulan Merumuskan Masalah Merumuskan Hipotesis Mengumpulkan Data Analisis Data Membuat Kesimpulan Merumuskan Masalah Merumuskan Hipotesis Mengumpulkan Data Analisis Data Membuat Kesimpulan Merumuskan Masalah Merumuskan Hipotesis Mengumpulkan Data Analisis Data Membuat Kesimpulan 1 5 4 4,5 4 5 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4,5 4 5 4 4 4,5 4 5 4 3 3,5 4 5 Kode Siswa 2 3 4 4 3 3 5 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 3 3 3 3,5 3,5 3,5 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 5 4 4 4 3 3 5 4 4 5 4 4 5 3 4 4,5 4 5 5 3 4 5 4 5 3 3 3 3 3 3 3,5 3,5 4 3 3 3 3 4 3 4 4 5 3 4 4 3,5 4 5 3 4 4 4 4 5 RataRata 5 4 3,8 4 3,8 5 4,25 4 4 5 4,6 4 3,6 4 3,2 4 4 4 3,4 4 3,6 4 3,6 3 3,4 4 4,4 3 3,4 4 4,4 4 4,4 3 3,8 4,5 4,5 4 4 4 4,6 4 3,4 3 3,2 3 3,5 3 3,2 3 3,6 4 4,2 5 3,8 5 4,67 5 4 5 4,6 (%) 76 76 85 80 92 72 64 80 68 72 72 68 88 68 88 88 76 90 80 92 68 64 70 64 72 84 76 93 80 92 172 HASIL PERHITUNGAN LEMBAR OBSERVASI SISWA TAHAP 2 Kelompok 1 2 3 4 5 6 Tahapan Model Inkuiri Terbimbing Merumuskan Masalah Merumuskan Hipotesis Mengumpulkan Data Analisis Data Membuat Kesimpulan Merumuskan Masalah Merumuskan Hipotesis Mengumpulkan Data Analisis Data Membuat Kesimpulan Merumuskan Masalah Merumuskan Hipotesis Mengumpulkan Data Analisis Data Membuat Kesimpulan Merumuskan Masalah Merumuskan Hipotesis Mengumpulkan Data Analisis Data Membuat Kesimpulan Merumuskan Masalah Merumuskan Hipotesis Mengumpulkan Data Analisis Data Membuat Kesimpulan Merumuskan Masalah Merumuskan Hipotesis Mengumpulkan Data Analisis Data Membuat Kesimpulan Kode Siswa 1 2 3 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4,5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4,5 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 5 5 5 4,5 4 4 4,5 5 5 4 3 4 3 4 3 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4,5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4,5 5 5 4 4 4 4 4,5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 RataRata (%) 4,2 4,2 4,5 4,6 4,6 3,8 3,8 4 3,8 4,2 3,6 3,6 4,4 4,4 4,6 4,4 4,2 4,5 4 4 3,8 3,6 4,3 3,8 4,4 4,4 4,2 4,5 4,6 4,6 84 84 90 92 92 76 76 80 76 84 72 72 88 88 92 88 84 90 80 80 76 72 85 76 88 88 84 90 92 92 173 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Lembar Observasi Siswa Keterlaksanaan Tahapan Model Inkuiri Terbimbing No. Tahapan Model Persentase (%) Rata- Kategori Inkuiri Terbimbing Tahap 1 Tahap 2 Rata 1 Merumuskan Masalah 76 81 79 Baik 2 Merumuskan Hipotesis 71 79 75 Baik 3 Mengumpulkan Data 84 87 86 Sangat Baik 4 Analisis Data 73 84 79 Baik 5 Membuat Kesimpulan 85 88 87 Sangat Baik 81,2 Sangat Baik Rata-Rata Keseluruhan 174 Lampiran D1 : Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Pretest) DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN (PRETEST) 1. Urutan nilai dari yang terkecil hingga terbesar 22 23 23 25 25 25 27 28 28 28 28 29 29 30 30 31 31 33 33 35 35 36 37 41 41 41 2. Banyak Kelas Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 26 = 5,67 ≈ 5 (dibulatkan ke bawah) 3. Rentang Kelas Rentang Kelas (R) = Data terbesar – Data terkecil = 41 – 22 = 19 4. Panjang Kelas Interval Panjang Kelas (P) = = = 3,8 ≈ 4 (dibulatkan ke atas) 5. Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Pretest) Interval Batas Batas Bawah Atas fi xi xi2 fi . xi fi . xi2 fka fkb Frek Frek Absolut Relatif 22 – 25 21,5 25,5 6 23,5 552 141 3313.5 6 26 6 23,1 26 – 29 25,5 29,5 7 27,5 756 193 5293.8 13 20 7 26,9 30 – 33 29,5 33,5 6 31,5 992 189 5953.5 19 13 6 23,1 34 – 37 33,5 37,5 4 35,5 1260 142 5041 23 7 4 15,4 38 – 41 37,5 41,5 3 39,5 1560 119 4680.8 26 3 3 11,5 6. Median Median (Me) = Tb + P│ │ 175 n = jumlah siswa f = frekuensi kelas median F = jumlah semua frekuensi diatas kelas median = 13 letak Me = Kelas median = 26 – 29 Tb (tepi bawah) = 25,5 f =7 F =6 Me = Tb + P│ │ = 25,5 + 4 │ │ = 29,5 7. Modus Modus (Mo) = Tb + p │ │ Mo = nilai yang sering muncul b1 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat diatasnya b2 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat dibawahnya kelas modus = 26 – 29 Tb (tepi bawah) = 25,5 P (panjang kelas) = 4 b1 =7–6=1 b2 =7–6=1 Mo = Tb + P │ = 25,5 + 4 │ = 25,5 + 2 = 27,5 │ │ 176 Lampiran D2 : Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Posttest) DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN (POSTTEST) 1. Urutan nilai dari yang terkecil hingga terbesar 55 55 58 61 61 61 67 69 69 70 70 73 73 73 75 75 78 78 84 84 84 84 84 88 88 90 2. Banyak Kelas Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 26 = 5,67 ≈ 6 (dibulatkan ke atas) 3. Rentang Kelas Rentang Kelas (R) = Data terbesar – Data terkecil = 90 – 55 = 35 4. Panjang Kelas Interval Panjang Kelas (P) = = = 5,83 ≈ 6 (dibulatkan ke bawah) 5. Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Pretest) Batas Batas Bawah Atas 55 – 60 54,5 60,5 3 57,5 3306 173 9918 3 26 3 11,54 61 – 66 60,5 66,5 3 63,5 4032 191 12097 6 23 3 11,54 67 – 72 66,5 72,5 5 69,5 4830 348 24151 11 20 5 19,23 73 – 78 72,5 78,5 7 75,5 5700 529 39902 18 15 7 26,92 79 – 84 79,5 84,5 5 81,5 6642 408 33211 23 8 5 19,23 85 – 90 84,5 90,5 3 87,5 7656 263 22969 26 3 3 11,54 Interval fi xi xi2 fi . xi fi . xi2 fka fkb Frek Frek Absolut Relatif 177 6. Median Median (Me) = Tb + P│ │ n = jumlah siswa f = frekuensi kelas median F = jumlah semua frekuensi diatas kelas median letak Me = = 13 Kelas median = 73 – 78 Tb (tepi bawah) = 72,5 f =7 F = 11 Me = Tb + P│ │ = 72,5 + 6 │ │ = 74 7. Modus Modus (Mo) = Tb + p │ │ Mo = nilai yang sering muncul b1 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat diatasnya b2 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat dibawahnya kelas modus = 73 – 78 Tb (tepi bawah) = 72,5 P (Panjang Kelas) = 6 b1 =7–5=2 b2 =7–5=2 Mo = Tb + P │ = 72,5 + 6 │ = 72,5 + 3 = 75,5 │ │ 178 Lampiran D3 : Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol (Pretest) DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS KONTROL (PRETEST) 1. Urutan nilai dari yang terkecil hingga terbesar 25 27 27 27 27 27 27 27 28 28 28 29 31 33 33 33 35 36 37 39 39 39 40 40 41 42 2. Banyak Kelas Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 26 = 5,67 ≈ 6 (dibulatkan ke atas) 3. Rentang Kelas Rentang Kelas (R) = Data terbesar – Data terkecil = 42 – 25 = 17 4. Panjang Kelas Interval Panjang Kelas (P) = = = 2,83 ≈ 3 (dibulatkan ke atas) 5. Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Pretest) Batas Batas Bawah Atas 25 – 27 24,5 28 – 30 Frek xi2 27,5 8 26 676 208 5408 8 26 8 30,8 27,5 30,5 4 29 841 116 3364 12 18 4 15,4 31 – 33 30,5 33,5 4 32 1024 128 4096 16 14 4 15,4 34 – 36 33,5 36,5 2 35 1225 70 2450 18 10 2 7,7 37 – 39 36,5 37,5 4 38 1444 152 5776 22 8 4 15,4 40 – 42 39,5 42,5 4 41 1681 164 6724 26 4 4 15,4 fi fi . xi fi . xi2 fka fkb Frek xi Interval Absolut Relatif 179 6. Median Median (Me) = Tb + P│ n = jumlah siswa f = frekuensi kelas median │ F = jumlah semua frekuensi diatas kelas median letak Me = = 13 Kelas median = 31 – 33 Tb (tepi bawah) = 30,5 f =4 F = 12 Me = Tb + P│ │ = 30,5 + 3 │ │ = 31,25 7. Modus Modus (Mo) = Tb + p │ │ b1 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat diatasnya b2 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat dibawahnya kelas modus = 25 – 27 Tb (tepi bawah) = 24,5 P (panjang kelas) = 3 b1 =8–0=8 b2 =8–4=4 Mo = Tb + P │ = 24,5 + 3│ = 24,5 + 2 = 26,5 │ │ 180 Lampiran D4 : Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol (Posttest) DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS KONTROL (POSTTEST) 1. Urutan nilai dari yang terkecil hingga terbesar 40 40 42 43 45 47 47 51 52 52 52 55 55 57 57 57 63 63 63 66 73 76 77 77 81 81 2. Banyak Kelas Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 26 = 5,67 ≈ 6 (dibulatkan ke atas) 3. Rentang Kelas Rentang Kelas (R) = Data terbesar – Data terkecil = 81 – 40 = 41 4. Panjang Kelas Interval Panjang Kelas (P) = = = 6,83 ≈ 7 (dibulatkan ke atas) 5. Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Pretest) Batas Batas Bawah Atas 40 – 46 39,5 47 – 53 fi . xi fi . xi2 fka fkb Frek Frek fi xi xi2 46,5 5 43 1849 215 9245 5 26 5 19,2 46,5 53,5 6 50 2500 300 15000 11 21 6 23,1 54 – 60 53,5 60,5 5 57 3249 285 16245 16 15 5 19,2 61 – 67 60,5 67,5 4 64 4096 256 16384 20 10 4 15,4 68 – 74 67,5 74,5 1 71 5041 71 5041 21 6 1 3,9 75 – 81 74,5 81,5 5 78 6084 390 30420 26 5 5 19,2 Interval Absolut Relatif 181 6. Median Median (Me) = Tb + P│ │ n = jumlah siswa f = frekuensi kelas median F = jumlah semua frekuensi diatas kelas median letak Me = = 13 Kelas median = 54 – 60 Tb (tepi bawah) = 53,5 f =5 F = 11 Me = Tb + P│ │ = 53,5+ 7 │ │ = 56,3 7. Modus Modus (Mo) = Tb + p │ │ b1 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat diatasnya b2 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat dibawahnya kelas modus = 47 – 53 Tb (tepi bawah) = 46,5 P (panjang kelas) = 7 b1 =6–5=1 b2 =6–5=1 Mo = Tb + P │ = 46,5 + 7 │ = 46,5 + 3,5 = 50 │ │ 182 Lampiran D5 : Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Pretest) Tabel Persiapan Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Pretest) 2 22 23 25 27 28 29 30 31 33 35 36 37 41 Jumlah 1 2 3 1 4 2 2 2 2 2 1 1 3 26 484 529 625 729 784 841 900 961 1089 1225 1296 1369 1681 12513 2 22 46 75 27 112 58 60 62 66 70 36 37 123 794 1. Menentukan Mean Mean ( = = 30,54 2. Menentukan Varians Si2 = = = = 30,98 3. Menentukan Standar Deviasi (Simpangan Baku) S= 484 1058 1875 729 3136 1682 1800 1922 2178 2450 1296 1369 5043 25022 183 = = 5,57 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Pretest) Perhitungan uji normalitas menggunakan uji liliefors dengan (α) 5% (0,05). xi 22 23 25 27 28 29 30 31 33 35 36 37 41 fi 1 2 3 1 4 2 2 2 2 2 1 1 3 zi -1,533 -1,354 -0,995 -0,636 -0,456 -0,277 -0,097 0,083 0,442 0,801 0,98 1,16 1,878 L0(hitung) L(tabel) f(zi) 0,063 0,088 0,16 0,263 0,324 0,391 0,461 0,533 0,671 0,788 0,837 0,877 0,97 s(zi) 0,039 0,115 0,231 0,269 0,423 0,5 0,577 0,654 0,731 0,808 0,846 0,885 1 │f(z)-s(z)| 0,024 0,028 0,071 0,007 0,099 0,109 0,116 0,121 0,06 0,019 0,01 0,008 0,03 0,121 0,173 o Menentukan o Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga L0(hitung) = 0,121 o Menentukan Ltabel: Dari harga kritis Uji Liliefors untuk n = 26 dan α = 0,05 di dapat harga Ltabel = 0,886 = 0,173 26 o Kriteria pengujian: Diterima H0 jika L0(hitung) < Ltabel (0,121 < 0,173). Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima. Dengan demikian data pretest kelas eksperimen berdistribusi normal. 184 Lampiran D6 : Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Posttest) Tabel Persiapan Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Posttest) 2 2 55 2 3025 110 6050 58 1 3364 58 3364 61 3 3721 183 11163 67 1 4489 67 4489 69 2 4761 138 9522 70 2 4900 140 9800 73 3 5329 219 15987 75 2 5625 150 11250 78 2 6084 156 12168 84 5 7056 420 35280 88 2 7744 176 15488 90 1 8100 90 8100 Jumlah 26 64198 1907 142661 1. Menentukan Mean Mean ( = = 73,35 2. Menentukan Varians Si2 = = = = 111,60 3. Menentukan Standar Deviasi (Simpangan Baku) S= 185 = = 10,56 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Posttest) Perhitungan uji normalitas menggunakan uji liliefors dengan (α) 5% (0,05). xi 55 58 61 67 69 70 73 75 78 84 88 90 fi 2 1 3 1 2 2 3 2 2 5 2 1 zi -1,738 -1,454 -1,16 -0,601 -0,412 -0,317 -0,033 0,156 0,44 1,009 1,387 1,577 L0(hitung) L(tabel) f(zi) 0,041 0,073 0,121 0,274 0,34 0,376 0,487 0,562 0,67 0,843 0,917 0,943 s(zi) 0,077 0,115 0,231 0,269 0,346 0,423 0,538 0,615 0,692 0,885 0,962 1 │f(z)-s(z)| 0,036 0,042 0,110 0,005 0,006 0,048 0,052 0,053 0,022 0,041 0,044 0,057 0,110 0,173 o Menentukan Zi o Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga L0(hitung) = 0,110 o Menentukan Ltabel: Dari harga kritis Uji Liliefors untuk n = 26 dan α = 0,05 di dapat harga Ltabel = 0,886 = 0,173 26 o Kriteria pengujian: Diterima H0 jika L0(hitung) < Ltabel (0,110 < 0,173). Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima. Dengan demikian data posttest kelas eksperimen berdistribusi normal. 186 Lampiran D7 : Uji Normalitas Kelas Kontrol (Pretest) Tabel Persiapan Uji Normalitas Kelas Kontrol (Pretest) 2 25 27 28 29 31 33 35 36 37 39 40 41 42 Jumlah 1 7 3 1 1 3 1 1 1 3 2 1 1 26 625 729 784 841 961 1089 1225 1296 1369 1521 1600 1681 1764 15485 2 25 189 84 29 31 99 35 36 37 117 80 41 42 845 1. Menentukan Mean Mean ( = = 32,5 2. Menentukan Varians Si2 = = = = 31,38 3. Menentukan Standar Deviasi (Simpangan Baku) S= 625 5103 2352 841 961 3267 1225 1296 1369 4563 3200 1681 1764 28247 187 = = 5,60 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol (Pretest) Perhitungan uji normalitas menggunakan uji liliefors dengan (α) 5% (0,05). xi 25 27 28 29 31 33 35 36 37 39 40 41 42 fi 1 7 1 2 2 3 1 1 1 3 2 1 1 zi -1.339 -0.982 -0.804 -0.625 -0.268 0.089 0.446 0.625 0.804 1.161 1.339 1.518 1.696 L0(hitung) L(tabel) f(zi) 0.09 0.163 0.211 0.266 0.394 0.536 0.672 0.734 0.789 0.877 0.91 0.935 0.955 s(zi) 0.038 0.308 0.346 0.423 0.5 0.615 0.654 0.692 0.731 0.846 0.923 0.962 1 │f(z)-s(z)| 0.052 0.145 0.135 0.157 0.106 0.08 0.019 0.042 0.058 0.031 0.013 0.026 0.045 0,157 0,173 o Menentukan Zi Zi = Xi X S o Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga L0(hitung) = 0,157 o Menentukan Ltabel: Dari harga kritis Uji Liliefors untuk n = 26 dan α = 0,05 di dapat harga Ltabel = 0,886 = 0,173 26 o Kriteria pengujian: Diterima H0 jika L0(hitung) < Ltabel (0,157 < 0,173). Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima. Dengan demikian data pretest kelas kontrol berdistribusi normal. 188 Lampiran D8 : Uji Normalitas Kelas Kontrol (Posttest) Tabel Persiapan Uji Normalitas Kelas Kontrol (Posttest) 2 40 42 43 45 47 51 52 55 57 63 66 73 76 77 81 Jumlah 2 1 1 1 2 1 3 2 3 3 1 1 1 2 2 26 1600 1764 1849 2025 2209 2601 2704 3025 3249 3969 4356 5329 5776 5929 6561 52946 2 80 42 43 45 94 51 156 110 171 189 66 73 76 154 162 1512 1. Menentukan Mean Mean ( = = 58,15 2. Menentukan Varians S2 = = = = 167,42 3. Menentukan Standar Deviasi (Simpangan Baku) S= 3200 1764 1849 2025 4418 2601 8112 6050 9747 11907 4356 5329 5776 11858 13122 92114 189 = = 12,94 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol (Posttest) Perhitungan uji normalitas menggunakan uji liliefors dengan (α) 5% (0,05). xi 40 42 43 45 47 51 52 55 57 63 66 73 76 77 81 fi 2 1 1 1 2 1 3 2 3 3 1 1 1 2 2 zi -1.403 -1.248 -1.171 -1.016 -0.862 -0.553 -0.475 -0.243 -0.089 0.375 0.607 1.148 1.379 1.457 1.766 L0(hitung) L(tabel) f(zi) 0.08 0.106 0.121 0.155 0.194 0.29 0.317 0.404 0.465 0.646 0.728 0.874 0.916 0.927 0.961 s(zi) 0.077 0.115 0.154 0.192 0.269 0.308 0.423 0.5 0.615 0.731 0.769 0.808 0.846 0.923 1 │f(z)-s(z)| 0.003 0.009 0.033 0.038 0.075 0.017 0.106 0.096 0.151 0.085 0.041 0.067 0.07 0.004 0.039 0,151 0,173 o Menentukan Zi Zi = Xi X S o Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga L0(hitung) = 0,151 o Menentukan Ltabel: Dari harga kritis Uji Liliefors untuk n = 26 dan α = 0,05 di dapat harga Ltabel = 0,886 = 0,173 26 o Kriteria pengujian: Diterima H0 jika L0(hitung) < Ltabel (0,151< 0,173). Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima. Dengan demikian data pretest kelas kontrol berdistribusi normal. 190 Lampiran D9 : Uji Homogenitas Pretest UJI HOMOGENITAS PRETEST Perhitungan uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas dengan varians terbesar disbanding varians terkecil atau uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: dimana S2 = Langkah–langkah pengujian : 1. H0 = sampel homogen Ha = sampel tidak homogen 2. Kriteria Pengujian - Jika Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima, yang berarti varians dua populasi homogen - Jika Fhitung ≥ Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti varians dua populasi tidak homogen 3. Mencari varians masing-masing - Kelas eksperimen diperoleh varians S2 = 30,98 - Kelas kontrol diperoleh varians S2 = 31,38 4. Tentukan F hitung = = 1,01 5. Tentukan dk pembilang ( varians terbesar) dan dk penyebut ( varians terkecil) db1 = n-1 = 26 – 1 = 25 db2 = n-1 = 26 – 1 = 25 6. Harga selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel dengan = 0.05. Ftabel dengan dk pembilang 25 dan dk penyebut 25 pada taraf signifikansi 5% adalah 1,96. 7. Kesimpulan Harga Fhitung (1,01) < Ftabel (1,96) maka H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varians kedua populasi homogen. 191 Lampiran D10 : Uji Homogenitas Posttest UJI HOMOGENITAS POSTTEST Perhitungan uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas dengan varians terbesar disbanding varians terkecil atau uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: dimana S2 = Langkah–langkah pengujian : 1. H0 = sampel homogen Ha = sampel tidak homogen 2. Kriteria Pengujian - Jika Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima, yang berarti varians dua populasi homogen - Jika Fhitung ≥ Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti varians dua populasi tidak homogen 3. Mencari varians masing-masing - Kelas eksperimen diperoleh varians S2 = 111,6 - Kelas kontrol diperoleh varians S2 = 167,42 4. Tentukan F hitung = = 1,50 5. Tentukan dk pembilang ( varians terbesar) dan dk penyebut ( varians terkecil) dk1 = n – 1 = 26 – 1 = 25 dk2 = n – 1 = 26 – 1 = 25 6. Harga selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel dengan = 0.05. Ftabel dengan dk pembilang 25 dan dk penyebut 25 pada taraf signifikansi 5% adalah 1,96. 7. Kesimpulan Harga Fhitung (1,50) < Ftabel (1,96) maka H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varians kedua populasi homogen. 192 Lampiran D11 : Uji Hipotesis Pretest UJI HIPOTESIS PRETEST Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t, berikut ini adalah langkah-langkah perhitungannya: 1. Hipotesis penelitian H0 = Tidak terdapat perbedaan hasil pretest antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. Ha = Terdapat perbedaan hasil pretest antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. 2. 3. Mean dan varians (S2) - Kelas eksperimen diperoleh mean = 30,54 dan varians (S2) = 30,98 - Kelas kontrol diperoleh mean = 32,50 dan varians (S2) = 31,38 Menentukan harga thitung Untuk pengujian hipotesis penelitian digunakan rumus : thitung = Dimana : Sg= Sg= Sg= Sg= Sg= 5,58 Maka didapat thitung : thitung = 193 thitung = thitung = thitung = −1,27 4. Menentukan harga ttabel Derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2 = 26 + 26 – 2 = 50 Untuk hipotesis satu ekor, pada taraf signifikan (α) = 0,05 maka diperoleh ttabel = 1,68 5. Kriteria pengujian Jika thitung < ttabel maka H0 diterima Jika thitung > ttabel maka Ha diterima 6. Kesimpulan Dari hasil perhitungan di atas, ternyata thitung (−1,27) ≤ ttabel (1,68) maka H0 diterima, dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Dengan kata lain tidak terdapat perbedaan terhadap hasil pretest antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. 194 Lampiran D12 : Uji Hipotesis Posttest UJI HIPOTESIS POSTTEST Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t, berikut ini adalah langkah-langkah perhitungannya: 1. Hipotesis penelitian H0 = Tidak terdapat perbedaan hasil pretest antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. Ha = Terdapat perbedaan hasil pretest antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. 2. 3. Mean dan varians (S2) - Kelas eksperimen diperoleh mean = 73,35 dan varians (S2) = 111,60 - Kelas kontrol diperoleh mean = 58,15 dan varians (S2) = 167,42 Menentukan harga thitung Untuk pengujian hipotesis penelitian digunakan rumus : thitung = Dimana : Sg= Sg= Sg= Sg= Sg= 11,81 Maka didapat thitung : thitung = 195 thitung = thitung = thitung = 4,64 4. Menentukan harga ttabel Derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2 = 26 + 26 – 2 = 50 Pada taraf signifikan (α) = 0,05 maka diperoleh ttabel = 1,68 5. Kriteria pengujian Jika thitung < ttabel maka H0 diterima Jika thitung > ttabel maka Ha diterima 6. Kesimpulan Dari hasil perhitungan di atas, ternyata thitung (4,64 ) > ttabel (1,68) maka H0 ditolak, dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan kata lain terdapat perbedaan terhadap hasil posttest antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. 196 Lampiran E : Foto-Foto Dokumentasi Kegiatan Penelitian Guru menjelaskan ketentuan dalam pembelajaran Siswa mengerjakan LKS dibawah bimbingan guru Observer melakukan pengamatan aktivitas siswa terhadap keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing selama proses pembelajaran Siswa bersama kelompoknya mempersiapkan percobaan Siswa bekerjasama melakukan percobaan uji sifat larutan garam 197 Siswa bekerjasama melakukan percobaan uji pH larutan garam Siswa mencatat hasil percobaan selanjutnya melakukan analisis data Percobaan uji sifat larutan garam dengan kertas lakmus Percobaan uji pH larutan garam dengan indikator universal Siswa kelas eksperimen mengisi tes kemampuan berpikir kreatif Siswa kelas kontrol mengisi tes kemampuan berpikir kreatif UJI REFERENSI Nama : Irma Idrisah NIM : 108016200002 Prodi/Semester : Pendidikan Kimia/XII Judul Skripsi : Pengaruh Model Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa No. Paraf Pembimbing Referensi I BAB I 1 Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika, (Cet. 1; Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2007), h. 9 2 Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”, (Jakarta: P2LPTK, 1987), h. 175 3 Tatag Yuli E. S, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun X, No. 1; Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah, (Yogyakara: FMIPA Unesa, 2005), h. 6 4 Wiwik Haryani & Purwandhi, Jurnal BORNEO, Vol. 1 No. 1; Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Berpikir, (Bandung: FKIP Unmul, 2007), h. 12 5 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: MCC, 2006), h. 218 6 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua (Cet. 3; Jakarta: PT Grasindo, 1999), h. 45 7 Moh. Amien, Mengajarkan ............... h. 170 II 8 Zulfiani dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Cet. 1; Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 46 9 Ramadhan Witarsa, 38 ISSN 1412-565X Edisi Khusus No. 2; Analisis Kemampuan Inkuiri Guru Yang Sudah Tersertifikasi dan Belum Tersertifikasi Dalam Pembelajaran Sains SD, (Agustus 2011), h. 38 10 Moh. Amien, Mengajarkan ............... h. 173 11 Zulfiani dkk, Strategi ............... h. 47 12 Paul Suparno, Metodologi ............... h. 65 13 Yuli Nurul Fauziah, Analisis Kemampuan Guru dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Kelas V Pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, (Bandung: UPI, 2011), h. 98 14 Kardius Richi Yosada, VOX Edukasi vol.1 No.1; Model Pembelajaran Inkuiri Sosial dalam Mengembangkan Berpikir Kreatif Siswa pada Bidang Studi IPS Ekonomi Melalui Isu-isu Ekonomi Kontemporer, (Maret 2010), h. 52 BAB II 1 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas, (Cet. 1; Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2010), h. 85 2 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Cet. 8; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 108 3 Zulfiani dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Cet. 1; Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 119 4 Retno Dwi Suyanti, Strategi Pembelajaran Kimia, (Cet. 1; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 43 5 Zulfiani dkk, Strategi ............... h. 119 6 Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika, (Cet. 1; Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2007), h. 65 7 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses.......... h. 85 8 Zulfiani dkk, Strategi ............... h. 121-122 9 Paul Suparno, Metodologi ............... h.68 10 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses.......... h. 89 11 Suherli Kusmana, Model ................ h. 49 12 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses .......... h. 89 13 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses ..... h. 89-90 14 Retno Dwi Suyanti, Strategi ............... h. 46-48 15 Paul Suparno, Metodologi............... h. 65-66 16 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Cet. 1; Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h. 137-138 17 Suherli Kusmana, Model ................ h. 56-57 18 Retno Dwi Suyanti, Strategi ............... h. 45 19 Retno Dwi Suyanti, Strategi ............... h. 44 20 Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Cet. 7; Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 77-79 21 Roestiyah N.K., Strategi Belajar…………… h. 79 22 Roestiyah N.K., Strategi Belajar…………… h. 76-77 23 Edward De Bono, Mengajar Berpikir, (Cet 2; Jakarta: Erlangga, 1992), h. 34 24 Edward De Bono, Mengajar Berpikir ............... h. 36 25 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Cet 5; Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976), h. 526 26 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: MCC, 2006), h. 214-215 27 Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas Anak, (Cet. 1; Jakarta: Pusaka Al-Kautsar, 2005), h. 37 28 Elaine B. Johnson, Contextual ............... h. 218 29 Elaine B. Johnson, Contextual ............... h. 222 30 Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”, (Jakarta: P2LPTK, 1987), h. 166 31 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua (Cet. 3; Jakarta: PT Grasindo, 1999), h. 47 32 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 47 33 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 48 34 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 48 35 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 50 36 Moh. Amien, Mengajarkan ............... h. 170 37 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 73 38 Utami Munandar, Pengembangan ............... h. 10 39 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 88 40 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 88 41 Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas ............... h. 176 42 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 88 43 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 88-89 44 Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas............... h. 177 45 Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas ............... h. 177 46 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 89 47 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 89 48 Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas ............... h. 178 49 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 89-90 50 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 90 51 Amal abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas ............... h. 179 52 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 90 53 Elaine B. Johnson, Contextual ............... h. 215 54 Elaine B. Johnson, Contextual ............... h. 221 55 Elaine B. Johnson, Contextual ............... h. 217 56 Utami Munandar, Pengembangan ...............h. 223 57 Maria Suharsini dan Dyah Saptarini, Kimia dan Kecakapan Hidup Pelajaran Kimia untuk SMA/MA, (Cet 1; Jakarta: Ganeca Exact, 2007) h. 244 58 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2, (Cet 2; Yudhistira, 2009), h. 195 59 Omay Sumarna dkk, Kimia untuk SMA/MA Kelas XI, (Cet 1; Bogor: Regina, 2006), h. 251 60 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2 ………. h. 195 61 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2 ………. h. 195 62 Omay Sumarna dkk, Kimia untuk…………… h. 253 63 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2 ………. h. 195 64 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2 ………. h. 196 65 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2 ………. h. 196 66 Omay Sumarna dkk, Kimia untuk …………… h. 252 67 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2 ….. h. 197-199 68 Omay Sumarna dkk, Kimia untuk …………… h. 267 69 Ida Bagus Putu Arnyana, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP No. 3 Th, XXXIX, ISSN 0215-8250; Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajarn Inovatif Pada Pembelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA, (Singaraja: Fakultas Pendidikan MIPA, 2006) 70 Hartanto, Jurnal Kependidikan Triadik vol. 14, no. 1; Mengembangkan Kreaivitas Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Inkuiri, (Bengkulu: FKIP Universitas Bengkulu, 2011) 71 Tatag Yuli E. S, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun X, No. 1; Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Pengajuan Masalah, (Yogyakara: FMIPA Unesa, 2005) 72 Awaludin, Dosen tetap di FKIP Unhalu. Ringkasan Penelitian. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Siswa dengan Kemampuan Matematis Rendah Melalui Pembelajaran Open-Ended dengan Pemberian Tugas Tambahan, dapat diakses di http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tam pil&id=10330, 24/04/2014. 17:19 WIB. BAB III 1 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan (Cet. 5; Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), h. 44 2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Cet ke-15; Bandung: Alfabeta, 2012), h. 116 3 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian ............... h. 44 4 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian ............... h. 44 5 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk GuruKaryawan dan Peneliti Pemula (Cet. VI; Bandung: ALFABETA, 2009), h. 54 6 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian ............... h. 85 7 Riduwan, Belajar ............... h. 63 8 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian ...............h. 12 9 Nana Sudjanadan Ibrahim, Penelitian ...............h. 12 10 Riduwan, Belajar............... h. 70 11 Riduwan, Belajar............... h. 69 12 Riduwan, Belajar............... h. 76 13 Riduwan, Belajar............... h. 76 14 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan (Cet. 2; Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), h. 36 15 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Cet. 14; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 12 16 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Cet. 10; Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 64-65 17 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar............... h. 72 18 Nana Sudjana, Penilaian............... h. 16 19 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar............... h.109 20 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar............... h. 207 21 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Cet. 3; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 272 22 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran …………. h. 272 23 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar............... h. 211 24 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran …………. h. 273 25 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran …………. h. 274 26 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar ............... h. 65 27 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466-467 28 Riduwan, Belajar ............... h. 120 29 Subana, dkk., Statistik Pendidikan (Cet. 10; Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), h. 171-173 30 Riduwan, Belajar ............... h. 88 31 Riduwan, Belajar ............... h. 89 BAB IV 1 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas, (Cet. 1; Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2010), h. 95 2 Moh. Amin, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”, (Jakarta: P2LPTK, 1987), h. vii 3 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 11 4 Retno Dwi Suyanti, Strategi Pembelajaran Kimia, (Cet. 1; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 44 5 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual (Cet. 6; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 75 6 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses .......... h. 94 7 Retno Dwi Suyanti, Strategi ............... h. 44 Jakarta, April 2014 Yang Mengesahkan, Pembimbing I Pembimbing II Dedi Irwandi, M.Si NIP: 19710528 200003 1 002 Burhanudin Milama, M.Pd NIP: 19770201 200801 1 011