pendekatan terpadu dalam mengelola inovasi

advertisement
PENDEKATAN TERPADU DALAM MENGELOLA INOVASI
Inovasi adalah inti kompetensi bisnis di abad 21. Bukan hanya untuk mampu
bersaing dan tumbuh, terlebih lagi adalah untuk bertahan hidup dalam situasi
ekonomi global, itulah sehingga bisnis perlu berinovasi. Dengan meningkatnya
persaingan di pasar global, inovasi mulai memainkan peran utama untuk menembus
pasar baru, mempertahankan
pangsa pasar yang sudah
ada dan untuk
meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan. Dalam konteks ini, inovasi telah
diterima sebagai elemen penting dari strategi bisnis perusahaan, dimana inovasi
telah menjadi kontributor penting bagi pemenangan persaingan. Dengan demikian
wajar jika manajemen inovasi telah menjadi fokus utama dari penelitian akademik
dan industri secara intensif dalam rangka mengatasi berbagai problematika bisnis
yang tengah dihadapi oleh perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan dalam persaingan global (Drucker, 1985; Hitt et al, 2001;. Kuratko et
al. , 2005). Dewasa ini, tujuan dari inovasi tidak hanya untuk mengurangi biaya
semata, akan tetapi merupakan alasan untuk peningkatan kualitas produk dan
pelayanan, merancang produk yang lebih baik, daur hidup produk yang lebih
panjang, dan merespon kebutuhan dan tuntutan pelanggan. Disamping itu, inovasi
dilakukan untuk mengembangkan produk dan pelayanan baru , model organisasi
yang baru dan teknik pemasaran baru. Dari berbagai literatur, beberapa hasil
penelitian menganjurkan bahwa perusahaan modern perlu untuk lebih inovatif agar
dapat bersaing lebih baik di pasar mereka (Evangelista et al. 1998). Dalam hal ini,
biasanya daya saing perusahaan diukur dengan kinerja keuangan. Persaingan global
memaksa perusahaan untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan
kemampuan teknologi. Mengingat tujuan tersebut, perusahaan perlu merekayasa
struktur organisasi dan pekerjaan mereka,
meningkatkan kompetensi inti,
mengembangkan struktur baru untuk merespon kondisi pasar baru dan permintaan
pelanggan, serta menetapkan pasar yang berbeda, meningkatkan jalinan kolaborasi
dengan perusahaan lain, dan menanamkan investasi untuk inovasi (Ulusoy et al.,
1999). Dalam menghadapi kompetisi ini, beberapa perusahaan mencoba untuk
menerapkan berbagai strategi yang berbeda dengan para pesaing mereka, terutama
dalam memantapkan posisi mereka sebagai yang paling inovatif, sebagai produsen
yang paling hemat biaya, dan sebagai perusahaan yang paling responsif terhadap
perubahan pasar. Perusahaan yang memposisikan diri sebagai salah satu yang paling
inovatif di pasar, akan berjuang untuk mengetahui kebutuhan pelanggan yang belum
terpenuhi dengan mengembangkan produk dan pelayanan baru guna memenuhi
kebutuhan ini. Beberapa perusahaan ternyata lebih unggul dari yang lain dalam
mencapai tujuan ini karena berbagai faktor internal dan eksternal yang mereka
hadapi. Diantara faktor terpenting tersebut
adalah kemampuannya untuk
melakukan inovasi, yang dalam konteks ini telah dikembangkan suatu model
inovasi yang komprehensif dan terpadu sebagaimana terlihat pada gambar dibawah
ini.
Sumber: Project Leaders International Innovation (2010)
Selama ini inovasi lebih sering dikaitkan dengan proses pengembangan
produk baru semata. Karenanya kita perlu
mengembangkan pendekatan
komprehensif baru untuk mengelola inovasi dalam bisnis dan memperkenalkan
inovasi kerangka terpadu – suatu pendekatan menyeluruh yang mencakup inovasi
manajemen - yang melampaui inovasi produk. Konsep tersebut merupakan kerangka
relevan untuk semua jenis bisnis terlepas dari sektor dan skala bisnisnya.
Ada banyak kesalahpahaman tentang apa yang dimaksud dengan inovasi
dalam konteks bisnis, dimana suatu inovasi tidak selalu harus dibatasi pada:
•Adanya ide terobosan spektakuler atau lompatan teknologi maju;
• Adanya lompatan imajinasi kreatif yang tiba-tiba dan tidak direncanakan atau
disiapkan;
• Didorong oleh departemen R & D atau "terobosan kreatif" dalam pemasaran;
•Memerlukan 'workshop' kreativitas; dan
• Hanya bisa dilakukan pada perusahaan berbasis produk.
Suatu inovasi bisa tentang suatu hal yang kecil, berupa perubahan tambahan untuk
suatu produk, pelayanan dan proses bisnis. Mengimplementasikan konsep ini perlu
melibatkan semua manajer yang ada di setiap departemen, mulai dari manajer
keuangan sampai ke manajer pemasaran. Upaya ini perlu direncanakan dan dikelola
sebagai proses bisnis inti yang mencakup semua bagian dari proses bisnis.
Kesemuanya perlu diintegrasikan kedalam bisnis di tingkat strategik dan operasional,
sehingga hal ini akan menjadi keterampilan dan proses bisnis inti untuk abad ke 21.
Dengan kata lain, inovasi dan proses bisnis inti perlu dikaitkan dengan strategi dan
proses perencanaan bisnis. Suatu inovasi parsial dalam menjalankan strategi bisnis
berisiko menghamburkan sumber daya kunci dan merusak fokus organisasi. Suatu
kegiatan inovasi harus didorong oleh strategi dan imperatif bisnis saat ini. Tingkat
dan jenis inovasi harus ditentukan oleh kinerja bisnis saat ini dan ekspektasi di masa
depan serta sejauhmana tingkat toleransi organisasi terhadap risiko. Diagram di
bawah ini merangkum gagasan bahwa pada dasarnya terdapat 3 jenis strategi
inovasi.
Sumber: Project Leaders International Innovation Model (2008)
Bagi organisasi yang beroperasi di area hijau ( lihat kolom hijau diatas) mereka
mungkin dapat berinovasi untuk tingkat yang lebih besar dengan dimilikinya sumber
daya dan keterampilan yang tersedia. Pengembangan produk baru cenderung
berfokus pada memperluas jangkauan produk yang sudah ada, dan bukannya benarbenar melakukan suatu pengembangan produk inovatif. Sebagai contoh, produsen
vacuum cleaner yang menghasilkan 28 varian desain dan teknologi dengan
melakukan strategi modifikasi produk, dalam hal ini tidak lagi membutuhkan
teknologi dan keterampilan baru untuk melaksanakan hal tersebut. Sementara
organisasi yang ingin mengejar strategi konsolidasi (produk saat ini di pasar saat ini)
inovasi dapat difokuskan pada perbaikan proses kerja. Strategi bisnis di area hijau
dapat beroperasi dengan berhasil, namun pengembangan tidak bisa terus dilakukan
jika sudah sampai pada periode krisis. Agar berhasil mengatasi suatu 'krisis',
kemampuan (kapabilitas) dan sumber daya baru mulai diperlukan, dengan
menambahkan area biru diagonal di tengah matrik. Suatu perusahaan yang mencoba
menerobos pasar baru – sebagaimana yang dilakukan berbagai perusahaan di Jepang
- dengan berbagai produk mutakhir mungkin perlu menambah manufaktur baru dan
meningkatkan kemampuan dalam penjualan. Untuk menempuh strategi yang benarbenar inovatif seperti tergambar dalam area merah pada matrik diatas, area
tersebut merupakan wilayah dengan risiko tinggi - karena diperlukan strategi yang
benar-benar baru untuk bisnis. Organisasi akan membutuhkan akuisisi sumber daya,
kemampuan dan ide baru bahkan membutuhkan suatu kepemimpinan baru. Strategi
tersebut biasa disebut sebagai strategi diversifikasi. Suatu perubahan strategik dalam
bisnis bahkan memerlukan model operasi bisnis baru dan terbaik, yaitu bisa dengan
melakukan pilihan strategik berupa merger, akuisisi atau lisensi. Sejauh mana
inovasi terintegrasi dan strategi bisnis dapat diberlakukan bergantung pada risiko
bisnis yang akan dihadapi. Artinya, adanya perbedaan jenis strategi dan berbagai
proyek inovasi akan memiliki risiko yang berbeda pula. Suatu portofolio
keseimbangan proyek inovasi bisa diadopsi jika terlebih dahulu dilakukan penilaian
terhadap faktor risiko yang bakal dihadapi ketika sejumlah ide atau inovasi akan
dilakukan pada suatu waktu.
Inovasi dan ide bisa datang dari setiap bagian dari suatu organisasi, dan tidak
selalu harus muncul dari departemen R & D atau pemasaran. Pada area hijau matrik
diatas suatu inovasi dapat dilakukan dari sumber internal organisasi, sementara pada
area biru dan merah inovasi dapat bersumber dari faktor eksternal dan pihak ketiga
organisasi. Tentunya sumber inovasi akan banyak dan bervariasi akan tetapi ide-ide
tersebut perlu dikumpulkan, dikoordinasikan dan dikelola sebagai sumber informasi
yang berharga dan pijakan masa depan bagi bisnis yang inovatif. Suatu budaya
inovasi yang sukses perlu melibatkan semua aspek bisnis dan harus dikelola secara
efektif dan efisien sebagaimana mengelola proses bisnis inti. Oleh karena itu, suatu
perusahaan inovatif yang sukses perlu mengoperasikan suatu jalinan hubungan
inovasi , sehingga semua ide dan inovasi dapat disusun dan dikoordinasikan.
Proses kreatif dan analisis dapat digunakan untuk memicu ide-ide baru dalam empat
bidang dasar:
1. Inovasi Bisnis – misalnya: bisnis baru atau model rantai suplai;
2. Produk atau Jasa Inovasi - produk baru dan cara untuk menyediakan
pelayanan;
3. Inovasi Pasar - membuka pasar baru dan menciptakan basis pelanggan baru;
dan
4. Proses Inovasi - meningkatkan atau mengubah ide internal yang harus disaring
secara efektif.
Jumlah dan jenis ide akan ditentukan oleh kinerja dan sumber daya yang
tersedia. Sejumlah organisasi menyadari bahwa seleksi yang efektif atau proses
penyaringan dapat mencegah suatu 'inovasi berlebihan'. Terdapat lima kriteria
dasar untuk melakukan seleksi atau penyaringan yang efektif:
1. Nilai – Dalam hal ini, apakah suatu ide benar-benar memberikan manfaat yang
nyata bagi organisasi? Pertanyaan ini akan membantu mendapatkan ide-ide
dan inovasi yang baik, serta para pencetus dan pendukung ide atau inovasi
harus memperkirakan atau menghitung manfaat spesifik yang akan timbul;
2. Cocok – Dalam hal ini, apakah suatu ide konsisten dengan strategi dan situasi
saat ini? Pertanyaan ini akan membantu menghilangkan ide-ide yang secara
potensial menjadi suatu gangguan potensial, sehingga bisnis tidak menjadi siasia yang mengalihkan bisnis dari fokus bisnis intinya. Seandaipun suatu ide
atau inovasi tidak 'cocok' masih dimungkinkan memiliki suatu nilai, misalnya
dengan melakukan outsourcing di bawah lisensi kepada pihak ketiga atau
menciptakan produk dalam entitas bisnis yang terpisah;
3. Diterima – Dalam hal ini, apakah semua stakeholder mendukungnya?
Seringkali inovasi gagal di perusahaan berskala besar karena kurang didukung
oleh stakeholders. Adalah penting bahwa para pendukung suatu ide atau
inovasi meyakinkan ide internal mereka dan mengukur tingkat dukungan
untuk itu. Hal ini sering diabaikan dan menjadi penyebab kegagalan, dan oleh
karenanya perlu dilakukan negosiasi dengan stakeholders agar tidak terjadi
halangan internal;
4. Kelayakan – Dalam hal ini, apakah tersedia waktu dan sumber daya yang
cukup? Dengan kata lain, apakah suatu inovasi cukup dikelola dengan
anggaran yang ada atau diperlukan dana tambahan? Apakah keterampilan
baru perlu ditambah untuk mewujudkan gagasan inovasi secara efektif?
Jawaban atas pertanyaan ini akan mempengaruhi waktu pelaksanaan dan
perhitungan potensi pengembalian investasi (ROI), sehingga hal ini perlu
dilihat sebagai realitas; dan
5. Kelanggengan – Dalam hal ini, apakah suatu ide akan menghasilkan suatu
nilai, baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang? Artinya,
suatu ide baru atau inovasi benar-benar dikatakan memiliki nilai strategik jika
mampu bertahan dalam tempaan waktu? Apakah keuntungan jangka panjang
senilai dengan pengorbanan jangka pendek pada saat ide baru diperkenalkan
ke pasar? Sekali lagi, hal ini berkaitan dengan pengembalian investasi yang
harus dicapai.
Disamping itu, suatu inovasi harus dibangun dalam rutinitas bisnis pada tiga
tingkatan yang berbeda – yaitu pertama, pada perencanaan bisnis tahunan , dengan
dilakukannya lokakarya inovasi triwulanan yang terstruktur, dan membentuk
kepanitiaan untuk kegiatan ini. Suatu rutinitas terstruktur yang 'proaktif' akan
menghantarkan ide-ide kedalam proses penciptaan konsep inovasi - seperti
dilakukan pada pertemuan triwulanan dan tahunan. Dengan demikian, perlu tercipta
budaya inovasi dalam kegiatan sehari hari yang memungkinkan manajemen
menciptakan iklim inovasi untuk terus berkembang.
Kedua, dalam semua kasus, munculnya suatu ide dan inovasi harus didorong oleh
pasar, pelanggan dan pesaing serta
kemajuan bisnis terakhir perbulan.
Terselenggaranya manajemen yang efektif adalah faktor penentu keberhasilan dalam
menjalankan proses inovasi dalam organisasi, yakni:
1. Fokus pada peluang bernilai tinggi – dalam hal ini, ide-ide yang bernilai
rendah harus segera dikesampingkan dengan cepat. Hal ini dilakukan melalui
proses penyaringan yang teliti dan selektif dengan menggunakan berbagai
model yang tepat ;
2. Adanya komitmen dari manajemen puncak (CEO) – suatu dukungan harus
ditunjukkan oleh kepemimpinan eksekutif dan
begitu pula dalam
mengimplentasikan proses inovasi. Suatu budaya inovasi yang paling sukses
adalah inovasi inti yang berjalan secara alami, sebagaimana proses bisnis
lainnya seperti penyusunan anggaran dan perencanaan;
3. Mengembangkan inovasi sebagai keterampilan inti – hal ini berlaku bagi
semua staf dan terutama bagi para manajer. Para manajer dan staf dapat
didorong untuk mengemukakan gagasan dan berpikir inovatif sehingga
diperoleh keterampilan untuk itu;
4. Tersedianya perangkat untuk mendukung penerapan konsep inovasi – yaitu
dengan menggunakan internet dan perangkat lunak lainnya untuk menunjang
rencana inovasi. Tentunya tidak terpikir oleh kita untuk menjalankan setiap
proses bisnis inti tanpa bantuan peralatan dan sistem semacam itu;
5. Memberikan reward bagi mereka yang berbagi ide dan pengetahuan – dalam
hal ini, suatu reward tidak berarti berbentuk bonus uang tunai! Suatu
kinerja dapat ditingkatkan melalui manajemen yang baik, dan
terselenggaranya suatu sistem penghargaan yang mengakui upaya individu
dan tim kerja dalam berbagi gagasan; dan
6. Mengkomunikasikan keberhasilan - meskipun terdapat segala cara yang
mungkin untuk dilakukan, namun setiap orang perlu mengetahui berbagai
cara dan temuan inovatif dari rekan kerja sendiri. Dalam hal ini, komunikasi
adalah aliran darah dari proses yang sangat penting untuk memberi
penguatan positif tentang suatu praktik inovatif yang baik.
Sebagaimana proses bisnis inti lainnya, suatu inovasi terbaik perlu dikelola
melalui beberapa jenis platform atau aplikasi. Sebuah alat berbasis web harus
tersedia di mana saja, kapan saja dan harus cepat dan mudah digunakan. Suatu
perangkat inovasi dapat dikategorikan kedalam dua jenis perangkat yang berbeda,
yaitu tersedianya skema penyampaian saran elektronik dan tersedianya sistem
manajemen pengendalian proses inovasi secara keseluruhan
untuk
mengimplementasikan suatu ide. Setiap sistem manajemen inovasi harus
menggambarkan visibilitas manajemen eksekutif dan terselenggaranya kontrol atas
proses inovasi dan tumbuhnya keyakinan bahwa praktik dan alat yang tersedia
adalah yang terbaik dan teknik yang digunakan adalah yang paling tepat dan
diterapkan secara konsisten di seluruh lapisan organisasi. Sutu platform harus
memfasilitasi pembelajaran lintas fungsional yang efektif sebagai fitur inti.
Berdasarkan pengalaman dan penelitian, bahwa salah satu faktor terpenting dalam
menumbuhkan budaya inovasi dalam setiap perusahaan adalah dimilikinya
pemimpin dan tim kerja dengan kemampuan dan komitmen. Seorang manajer
puncak harus memahami dan menjaga arah strategik dari suatu platform inovasi,
diantaranya harus mampu memotivasi orang lain. Dengan kata lain, menciptakan
budaya inovasi yang berkelanjutan memerlukan kepemimpinan dan komitmen dari
dewan direksi dan tim kerja manajemen puncak, dan ini adalah prasyarat yang
diperlukan untuk sukses. Hal Ini juga membutuhkan agen dan tim kerja inovasi di
seluruh lapisan organisasi. Para manajer perlu terus-menerus menyadari bahwa
mereka adalah bagian dari bisnis dan senantiasa bertanya pada diri sendiri tentang,
yakni:
• Apa hambatan untuk menjadi diri yang kreatif dan inovatif?
• Apakah ada pihak lain yang bertanya tentang ide-ide kita?
• Apakah para staf mengetahui tentang kebutuhan untuk ide-ide dan inovasi?
• Apakah setiap individu telah dihargai untuk ide-ide dan kontribusi mereka?
Dengan demikian, jika tidak ada batasan dan struktur untuk berlangsungnya
proses inovasi, maka kepercayaan dari para staf dan manajer adalah taruhannya.
Organisasi yang benar-benar memahami tentang ide dan inovasi tentunya akan
berinvestasi untuk organisasi mereka dengan memastikan bahwa fasilitas, peralatan,
waktu dan sumber daya yang terorganisasikan akan disediakan untuk membantu ideide dan inovasi tersebut. Berbagai fasilitator akan diberikan untuk membantu
proses inovasi berkembang dalam setiap pertemuan bisnis, atau menyediakan
'ruangan yang tenang dan nyaman' bagi setiap orang untuk memikirkan ide-ide, atau
menyediakan ruang 'rehat kopi' informal, dimana setiap pekerja dari departemen
yang berbeda dapat bersosialisasi bersama-sama untuk istirahat sejenak dan
melakukan chatting. Tersedia berbagai cara dimana staf dan manajemen dapat
melakukan sesuatu yang berbeda dan didorong untuk menyuarakan ide-ide mereka.
Namun untuk menciptakan iklim demikian sering bertentangan dengan rancangan
pekerjaan dan kebiasaan organisasi yang telah lama dijalankan. Kesemua hal ini
adalah tanggung jawab manajemen kunci, dan sejauh mana para manajer mampu
'mengaudit' organisasi mereka dan menselaraskan manajemen mereka dengan arah
yang inovatif. Suatu kinerja inovatif, seperti disiplin bisnis inti lainnya, harus
mampu menciptakan proses inovasi dan menginstal budaya inovasi yang dikelola dan
diukur secara berkelanjutan. Setiap pertemuan mingguan atau bulanan perlu
berfokus pada kemajuan dan kinerja bisnis, sehingga suatu ide dapat
terimplementasi dengan baik. Dengan demikian, kajian terhadap kinerja inovasi
sekaligus isu kritikal yang diangkat dalam setiap pertemuan harus mendorong dan
menginformasikan proses perencanaan berikutnya dan review terhadap suatu
strategi. Suatu kinerja harus dikaitkan dengan langkah-langkah strategikal dan
indikator kinerja utama. Frekuensi pengukuran kinerja yang dilakukan akan
bergantung pada sejauh mana pentingnya inovasi terhadap kinerja bisnis secara
keseluruhan. Pengukuran kinerja sangat erat terkait dengan platform inovasi yang
digunakan oleh organisasi. Dengan demikian seorang manajer harus memberikan
informasi secara real time tentang bagaimana kemajuan suatu inovasi berlangsung
dan kaitannya dengan indikator kinerja utama yang dipilih. Suatu kerangka inovasi
terpadu adalah proses bisnis inti dan disiplin yang teramat penting bagi keberhasilan
dan pertumbuhan bisnis untuk organisasi di abad ke 21, sebagai upaya terpadu
dalam mengadopsi dan mengelola inovasi. Suatu strategi bisnis yang jelas akan
mengintegrasikan inovasi tepat di jantung organisasi, dan hal tersebut dapat
dikombinasikan dengan operasi bisnis yang produktif yang memungkinkan inovasi
berkembang dan memberi kesempatan yang lebih besar bagi organisasi untuk
berhasil. Pendekatan terpadu juga mengandung arti bahwa setiap individu harus
bertanggung jawab dalam proses inovasi di suatu organisasi. Dalam dua dekade
terakhir ini kita tengah menyaksikan tumbuhnya jumlah manajer ICT atau TIK dalam
organisasi berskala besar untuk mengelola dan mengontrol banyaknya sistem dan
perangkat lunak yang digunakan. Peran mereka dipandang sebagai inti untuk
menjalankan fungsi bisnis dan operasi dalam menggantikan fungsi papan tulis.
Dalam ekonomi global di abad ke-21, harus ada inovasi dalam kepemimpinan
puncak berupa jabatan direktur Ide yang memimpin dan mengelola proses inovasi
dalam bisnis. Untuk organisasi berskala besar hal tersebut akan menjadi indikator
apakah suatu bisnis benar-benar memiliki komitmen terhadap inovasi dan telah
mengadopsikannya kedalam budaya inovasi. Untuk memetik manfaat dari proses
inovasi, kita harus menggunakan teknik dan alat praktik terbaik serta memantau
terus menerus, baik dari sisi input maupun output proses inovasi manajemen
sehingga dapat memahami manfaat dari inovasi yang kita jalankan. Dengan
menggunakan kerangka inovasi yang terintegrasi, sedikit demi sedikit setiap individu
akan mulai memahami bahwa suatu inovasi akan membentang melampaui
pengembangan produk baru. Hanya dengan menggunakan kerangka inovasi yang
terintegrasi, suatu organisasi akan mampu bersaing di panggung dunia dan benarbenar akan menjadi sukses dalam persaingan ekonomi global.
Last but not least, suatu inovasi dapat dihasilkan dengan cara yang berbeda.
Inovasi bisa tercipta melalui ide-ide para pengusaha atau investor, serta didasarkan
pada penemuan atau ilmu pengetahuan baru. Inovasi juga bisa merupakan hasil dari
pekerjaan perbaikan. Proses inovasi berkelanjutan sering berbeda dari inovasi
konvensional terutama dalam tujuan dan arahnya. Sedangkan inovasi yang
dimaksudkan dalam konteks ini adalah untuk meningkatkan kinerja bisnis,
merangsang pertumbuhan industri dan pertumbuhan perusahaan, sekaligus
teintegrasi dengan pertumbuhan ekonomi, lingkungan dan kepedulian sosial (CSR).
Dalam kerangka kerja saat ini, sulit bagi kita untuk menyesuaikan inovasi
berkelanjutan dan hasil-hasil yang dicapainya sebagai suatu kesatuan. Beberapa
faktor penting untuk meningkatkan integrasi berkelanjutan dalam proses inovasi
adalah meningkatkan pemahaman, motivasi, dan komitmen dari pihak manajemen
dan para pekerja yang terlibat. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan menambah
pengetahuan yang lebih baik tentang kebutuhan untuk inovasi berkelanjutan dan
manfaat yang dapat diperolehnya. Dalam kasus bisnis misalnya, manfaat tersebut
seyogyanya dirasakan pada peningkatan penjualan atau peningkatan efisiensi
menuju daya saing yang lebih tinggi. Kurangnya waktu yang tersedia adalah salah
satu faktor utama yang mempengaruhi keseluruhan upaya ini. Dengan demikian,
diperlukan solusi atau resolusi untuk memfasilitasi proses inovasi terpadu
berkelanjutan dalam organisasi saat ini. Bagaimanapun, perusahaan yang sukses
perlu menjaga dan mengembangkan kompetensi mereka. Semua aktor yang terlibat
dalam proses inovasi harus memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang kebutuhan
akan inovasi terpadu, dan terciptanya solusi atau resolusi inovatif yang lebih
berkelanjutan, yang perlu didukung oleh visi, para pelaku bisnis, dan anggaran yang
memadai.
Jakarta, 23 Juli 2013
Faisal Afiff
Download