MODUL PERKULIAHAN Corporate Brand & Communication Plan Stakeholder Relations Communication Plan for Organization Reputation Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Public Relations Tatap Muka 08 Kode MK Disusun Oleh 420300 Fitrie Handayani ST., MSi Abstract Kompetensi Pengelolaan hubungan dengan para Mhs mampu mengaplkasikan communication plan untuk Consumer Relations dalam mencapai reputasi positif stakeholder memegang peranan yang sangat penting bagi perusahaan. Kesalahan dalam mengelola hubungan dengan mereka pada saat krisis akan berakibat buruk pada perusahaan/organisasi Pembahasan DEFINISI STAKEHOLDER Tugas public relation tentunya untuk menjalin hubungan yang baik terhadap pihak – pihak yang berhubungan dengan perusahaan melalui proses komunikasi. Siapa yang di maksud dengan pihak – pihak tersebut? Yang dimaksud di sini adalah khalayak yang menjadi sasaran kegiatan PR dan disebut stakeholders. Rhenald Kasali: dalam bukunya Manajemen Public Relations menyatakan "Stakeholders adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan perusahaan. Stakeholders bisa berarti pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan. Penulis manajemen yang lain menyebutkan bahwa stakeholders terdiri atas berbagai kelompok penekan (pressure group) yang mesti di pertimbangkan perusahaan" Istilah publik dalam PR merupakan khalayak sasaran dari kegiatan PR tersebut. Publik ini merupakan kumpulan dari orang-orang atau pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pengertian dari wiki sebagai berikut " a person, group, organization, or system who affects or can be affected by an organization’s actions. Frank Jefkins: Khalayak (public) adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal. Kegiatan-kegiatan PR tidak diarahkan kepada khalayak dalam pengertian yang seluasluasnya (masyarakat umum). Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan PR diarahkan kepada khalayak terbatas atau pihak-pihak tertentu yang berbeda-beda, dan masing-masing dengan cara yang berlainan pula Khalayak/publik perlu ditetapkan dalam suatu program PR agar seluruh kegiatan yang dikerjakan praktisi PR lebih terarah, terutama pesan-pesan yang akan disampaikannya agar menjadi lebih efektif. Penyebaran suatu pesan PR tidak dilakukan secara merata ke semua orang seperti halnya pesan-pesan iklan melalui media massa. PR bersifat diskriminatif dalam memilih khalayak. 2014 2 Corporate Brand & Communication Plan Fitrie Handayani ST., Msi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id KATEGORI PUBLIK/STAKEHOLDER Stakeholders yang secara harfiah diartikan sebagai pemangku kepentingan dibagi berdasarkan lingkup aktifitasnya sebagai berikut: 1. Publik internal dan eksternal Publik internal adalah publik yang berada di dalam lembaga, seperti para karyawan dan keluarganya, satpam, penerima telepon, supervisior, manajer, pemegang saham, dan sebagainya. Sedangkan publik eksternal adalah mereka yang berkepentingan terhadap lembaga yang berada diluar lembaga, seperti penyalur, pemasok, bank, pemerintah, komunitas, pers, dan sebagainya. Publik Internal terdiri dari: Perusahaan Induk/Prinsipal (bila ada) Anak Perusahaan/Perusahaan Cabang/Sister Company Para Investor Para Pemegang Saham Dewan Direksi/Komisaris Para Karyawan Perusahaan yang sudah ada Serikat Pekerja/SPSI (terutama perwakilan yang ada dalam perusahaan/organisasi) Keluarga dari para karyawan/anggota organisasi Calon Karyawan perusahaan/anggota organisasi Publik Eksternal adalah: 2014 Pelanggan/Konsumen/Pengguna produk & jasa perusahaan/organisasi 3 Corporate Brand & Communication Plan Fitrie Handayani ST., Msi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Media Massa (pers cetak, radio, televisi, internet) Mitra Usaha/Pemasok jasa dan berbagai macam barang (supplier) Para Distributor Pemerintah Masyarakat sekitar perusahaan/organisasi (Komunitas) Masyarakat Keuangan/Perbankan Retailer Kelompok Penekan (Pressure Groups) Para Pembentuk Opini (Opinion Leaders) Calon Pelanggan/Konsumen Potensial Pesaing/Kompetitor/Asosiasi perusahaan-perusahaan sejenis Organisasi Perburuhan (di luar Serikat Pekerja yang berada di dalam perusahaan/organisasi) Masyarakat Umum 2. Publik primer, sekunder, dan marjinal Tidak semua stakeholders perlu diperhatikan lembaga. Sehingga perlu disusun suatu kerangka prioritas. Yang paling penting, disebut publik primer, yang kurang penting disebut publik sekunder, dan yang dapat diabaikan adalah publik marginal. 3. Publik tradisional dan masa depan Bagi sebuah lembaga, karyawan dan konsumen (masyarakat pengguna langsung jasa/layanan lembaga) adalah publik tradisional, sedangkan mahasiswa, peneliti, konsumen potensial, atau pejabat pemerintah adalah publik masa depan. 4. Proponents, opponents dan uncommitted Diantara publik terdapat kelompok yang menentang lembaga (opponents), dan memihak (proponents) dan ada yang tidak peduli (uncommited). 5. Silent majority dan vocal minority. Dilihat dari aktifitas publik dalam mengajukan complaint atau mendukung lembaga, dapat dibedakan antara yang vokal (aktif) dan yang silent (pasif). Publik penulis di surat kabar umumnya adalah the vocal minority, yaitu aktif menyuarakan pendapatnya, namun jumlahnya tak banyak. Sedangkan mayoritas pembaca adalah pasif sehingga tak kelihatan suara atau pendapatnya. 2014 4 Corporate Brand & Communication Plan Fitrie Handayani ST., Msi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Hubungan yang terjaga baik dengan publik/stakeholders akan sangat berguna dalam melakukan tindakan apa saja. Sebut saja dalam hal menyampaikan ide atau pemikiran. Dengan hubungan yang baik, kita dapat menyampaikan ide tanpa banyak memakan waktu dan tanpa harus melibatkan dana yang besar. Perkembangan dan perubahan sistem pemerintahan seperti program desentralisasi telah melahirkan permasalahan-permasalahan baru. Namun hal ini merupakan tantangan bagi PR lembaga untuk menjaga hubungan antara pemerintah dan publik/stakeholders yang terasa semakin semakin sulit ini. Tantangan ini khususnya dirasakan bagi PR lembaga pemerintah lokal dimana hubungan pemerintah dan publik/stakeholders dirasa sangat dekat. Pemahaman tentang cakupan publik akan lebih mengarahkan Anda untuk membuat kegiatan yang lebih terukur (measurable) karena target kegiatan menjadi sangat fokus. Segmentasi khalayak yang jelas, tentu saja, memudahkan Anda untuk menentukan posisi yang tepat ketika suatu program humas ingin dijalankan. Mengenali Khalayak Sasaran Dalam menjalankan program komunikasi krisis, pertama-tama perusahaan/organisasi perlu mempertimbangkan publik atau khalayak sasaran, karena itu perusahaan/organisasi perlu mengenal siapa yang menjadi publik atau stakeholder-nya. Fearn-Banks membagi publik ke dalam empat kategori: Enabling public, yakni publik yang punya kekuasaan untuk memutuskan suatu persoalan. Termasuk di dalamnya antara lain Dewan Direktur, pemegang saham, komisaris perusahaan dan pemerintah. Functional public, yakni kelompok orang yang menjadikan sebuah organisasi dapat berputar. Termasuk di dalamnya antara lain para karyawan, konsumen, dan lain-lain. Normative public, yakni kelompok orang yang mempunyai kepentingan yang sama dengan organisasi/perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah para anggota asosiasi atau perkumpulan perusahaan-perusahaan sejenis. Diffused public, yakni kelompok orang yang secara tidak langsung berhubungan dengan organisasi/perusahaan dalam suatu krisis. Yang tergolong dalam kategori ini antara lain media dan kelompok-kelompok komunitas. 2014 5 Corporate Brand & Communication Plan Fitrie Handayani ST., Msi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Di samping kategori-kategori yang bersifat umum, dalam mengenali publik, Laurence Barton menekankan pentingnya pengenalan publik secara lebih mendetil berkaitan misalnya dengan lokasi tempat tinggal publik, bagaimana perusahaan dapat mencapai mereka, cara berkomunikasi mana yang paling efektif untuk berkomunikasi dengan publik dan bagaimana komposisi demografi dari publik. PUBLIK SAAT KRISIS Pada saat krisis menyerang perusahaan/organisasi, pengelolaan hubungan dengan para stakeholder memegang peranan yang sangat penting. Kesalahan dalam mengelola hubungan dengan mereka pada saat krisis akan berakibat buruk pada perusahaan/organisasi. Parahnya suatu krisis yang menyerang perusahaan/organisasi tidak ditentukan oleh masalah itu sendiri tetapi oleh para stakeholder yang terkena dampak serta bagaimana mereka bereaksi sebagai hasil dari apa yang terjadi. Tidak ada cara menilai seberapa baik sebuah organisasi berhasil mengatasi krisis. Pada akhirnya, penilaian tersebut hanyalah persepsi dan opini saja yang didasarkan pada seberapa efektif perusahaan/organisasi berkomunikasi dengan para stakeholder-nya pertama kali hingga masalah yang menimpa perusahaan/organisasi benar-benar terpecahkan. Walaupun publik secara garis besar sudah dikenali, penting untuk disadari bahwa akan ada kelompok-kelompok yang tidak dengan mudah dapat diidentifikasi sebagai publik. Sturges dkk. berpendapat, dalam situasi krisis penekanan komunikasi sering ditujukan kepada kelompok-kelompok yang terkena akibat suatu krisis yang memang sudah teridentifikasi sebelumnya. Di samping itu, ada kelompok yang sering tidak teridentifikasi sebagai publik langsung, tetapi ketika krisis terjadi mereka berubah menjadi korban yang paling layak mendapat perhatian. Kasus melelehnya pabrik kimia Union Carbide di Bhopal, India menjadi sebuah contoh munculnya kelompok yang tak teridentifikasi sebagai publik, yang kemudian menjadi penuntut gigih terhadap Union Carbide. Mereka adalah penduduk miskin yang bermigrasi ke dekat lokasi perusahaan dan kemudian menjadi korban yang paling merasakan lelehan gas kimia Union Carbide. Seperti yang dikatakan oleh Shrivastava, dalam suatu krisis para korban merupakan stakeholder baru bagi perusahaan yang sering dilupakan, walaupun mereka mungkin paling merasakan akibat suatu krisis. Dalam kasus 2014 6 Corporate Brand & Communication Plan Fitrie Handayani ST., Msi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id likuidasi bank, para karyawan dan nasabah, tampaknya kurang mendapat perhatian yang memadai. Pada dasarnya, masing-masing publik punya kepentingan yang berbeda-beda. Inilah yang menyebabkan sebuah krisis ditandai oleh adanya konflik kepentingan di antara stakeholder perusahaan. Namun demikian, penting juga disadari bahwa dalam beberapa hal orang sebagai anggota publik dapat menjadi anggota berbagai publik. Sebuah perusahaan/organisasi memang harus dapat melayani kepentingan berbagai pihak, seperti para pemegang saham (apalagi perusahaan yang sudah go public), para karyawan, konsumen, dll. Harus diingat, sejumlah orang mungkin menjadi pemegang saham, karyawan dan konsumen sekaligus. Sehingga perlu disadari bahwa pesan yang disampaikan kepada publik yang berbeda-beda tidak mengandung pertentangan yang dapat memperkeruh suasana. Dalam suatu krisis, pengumuman yang akan dibuat perusahaan bisa jadi secara tidak disadari menguntungkan publik tertentu, seperti pemegang saham, sementara merugikan publik lain, misalnya para korban. Jika pengumuman yang dibuat sebuah perusahaan tentang kebijakannya lebih mementingkan korban dengan memberikan santunan kepada korban dan tentunya bagi pemegang saham kebijakan seperti ini dapat dianggap mengorbankan kepentingannya, sehingga mungkin kemudian para pemegang saham akan menjual saham mereka. Pada dasarnya, seluruh unsur yang terdapat dalam stakeholder internal dan eksternal perusahaan merupakan publik atau khalayak sasaran yang penting dari program komunikasi krisis perusahaan. Stakeholder kunci suatu organisasi/perusahaan bervariasi tergantung dari karakter/jenis organisasi/perusahaan tersebut serta krisis itu sendiri. Dengan kata lain, krisis yang berbeda akan menghasilkan stakeholder kunci yang berbeda pula. Para praktisi PR di Amerika Serikat dan Kanada cenderung berpikir bahwa krisis adalah pemberitaan negatif di media massa, sehingga menghasilkan pertimbangan bahwa organisasi pemberitaan (media) merupakan kelompok stakeholder utama. Hal ini salah besar. Kelompok stakeholder yang terkena dampak krisis butuh diprioritaskan karena pentingnya mereka terhadap masa depan organisasi/perusahaan. Kecuali jika bencana tersebut mengakibatkan kerusakan properti dan atau menimbulkan korban jiwa, media pemberitaan seharusnya menjadi pertimbangan sekunder. 2014 7 Corporate Brand & Communication Plan Fitrie Handayani ST., Msi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pertanyaan yang perlu muncul pada situasi krisis yang menyerang tiba-tiba atau situasi krisis yang telah diprediksi sebelumnya adalah: 1. Kelompok stakeholder mana selain media massa yang akan tertarik atau terkena dampak oleh masalah yang sedang terjadi, serta yang paling penting terhadap kelangsungan bisnis dan pertumbuhan masa depan perusahaan/organisasi? 2. Siapa saja stakeholder kunci dalam tiap kelompok merupakan 20% yang bertanggungjawab untuk menghasilkan 80% yang dibutuhkan bisnis untuk tetap berjalan? Rencana kelangsungan bisnis perusahaan/organisasi membutuhkan strategi untuk mencapai orang-orang kunci ini dengan informasi tentang situasi krisis sebelum mereka mendengarnya melalui media ataupun orang lain. Dengan demikian, organisasi/perusahaan akan mendapatkan kesempatan untuk menjelaskan cerita dari sisinya pertama kali. 2014 8 Corporate Brand & Communication Plan Fitrie Handayani ST., Msi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka - - 2014 Allison Theaker. The Public Relations Handbook. Routledge UK. 2004 Clarke L. Caywood, The Handbook of Strategic PR and Integrated Communication, McGrawHill, 1997. Kasali, Rhenald. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT. Pusaka Utama Grafiti, 2003. www.belajarkomunikasilagi.blogspot.com diakses pada tanggal 15 November 2014 pukul 03.35 9 Corporate Brand & Communication Plan Fitrie Handayani ST., Msi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id