MODUL PERKULIAHAN Corporate Brand & Communication Plan Pengukuran Reputasi Organisasi Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Public Relations Tatap Muka 10 Kode MK Disusun Oleh 420300 Fitrie Handayani ST., MSi Abstract Kompetensi Reputasi perusahaan merupakan aset strategis, karena reputasi dapat meningkatkan value dari perusahaan yang bersangkutan. Untuk dapat mengelola reputasi secara baik diperlukan pengukuran reputasi. Proses ini jika dilakukan secara baik akan dapat menunjukkan sektor dan stakeholder mana saja yang perlu diprioritaskan Pemahaman tentang teknik mengukur reputasi organisasi dan menginterpretasikannya Pembahasan PENGELOLAAN REPUTASI Van Riel mengungkapkan “The Three M’s of Reputations Management”: Reputations Matters (reputasi itu penting) Reputation can be measured (reputasi itu bisa diukur) Reputations has to be managed (reputasi itu harus dikelola) Reputasi penting karena akan diikaitkan dengan kompetensi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Adam Joly menyatakan bahwa secara makro kunci dari pengelolaan reputasi adalah: behave well. Pada prakteknya tidaklah sesederhana itu. Mengingat reputasi perusahaan merupakan resultan dari pemenuhan terhadap ekspektasi rasional dan ekspektasi emosional masing-masing stakeholder terhadap perusahaan dalam setiap touch points dan momen interaksinya. Ekspektasi rasional didasarkan atas kinerja atau kualitas dari produk yang dikonsumsi sedangkan ekspektasi emosional lebih didasarkan atas perilaku dan persepsi stakeholder. Stakeholder di sini mencakup karyawan, pelanggan, pemasok, pemegang saham, LSM, ataupun pemerintah. Padahal, masing-masing stakeholder memiliki derajat kepentingan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Luasnya cakupan khalayak ini mengakibatkan upaya membangun reputasi membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan membangun citra perusahaan. “You can’t manage what you can’t measure”. Dengan demikian, untuk dapat mengelola reputasi secara baik diperlukan pengukuran reputasi. Proses ini jika dilakukan secara baik akan dapat menunjukkan bagaimana reputasi perusahaan jika dibandingkan dengan reputasi pesaing. Selain itu pengukuran reputasi perusahaan juga dapat menunjukkan sektor dan stakeholder mana saja yang perlu diprioritaskan Reputasi harus dikelola. Ada semacam paradoks yang berkembang dalam pengelolaan reputasi, bahwa semakin dibutuhkan, reputasi cenderung semakin sulit untuk dikelola. Yang jelas, kehilangan reputasi yang baik jauh lebih gampang dibanding usaha untuk membangunnya. Dibutuhkan sepuluh tahun untuk membangun reputasi yang baik, tetapi cukup satu menit saja untuk meruntuhkannya. Sad but true. 2014 2 Corporate Brand & Communication Plan Fitrie Handayani ST., Msi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Reputasi perusahaan merupakan aset strategis, karena reputasi dapat meningkatkan value dari perusahaan yang bersangkutan. Reputasi adalah tujuan seorang PRO, dan mendapatkan reputasi yang baik merupakan kesuksesan dan prestasi bagi PR. Boleh dikatakan public relations memiliki tugas untuk ‘memanajemeni persepsi’ publik agar mengarah kepada citra yang diinginkan atau diharapkan (wished image) melalui strategi yang tepat dan aktivitas komunikasi yang efektif. Inilah yang kadang-kadang menyesatkan. Seolah-olah tugas PR adalah memoles wajah perusahaan agar cantik, membedaki tebal-tebal wajah yang bopeng agar tidak kentara, dan tugas memelihara citra perusahaan adalah semata-mata tugas PR belaka. Reputasi yang kuat dibangun dari tindakan operasional sehari-hari yang konsisten dengan tata nilai perusahaan. Tidak cukup hanya tindakan kosmetis. Pengelolaan reputasi merupakan tanggung jawab bersama, tidak cukup hanya dibebankan pada bagian PR atau bahkan pimpinan perusahaan semata. Sebaliknya, tanpa dukungan dari manajemen puncak, pengelolaan reputasi juga sulit untuk tercapai. Setiap bagian di perusahaan harus berkomitmen untuk secara konsisten mewujudkannya. Untuk itu harus ada konsensus antara manajemen dan karyawan dalam tata nilai utama (core values) dan tujuan perusahaan. PENGUKURAN REPUTASI John Dalton dalam bukunya “Managing Corporate Reputation” menyatakan: Reputation is the sum values that stakeholders attribute to a company, based on their perception and interpretation of the image that the company communicates over time (Reputasi adalah total penilaian dari atribut-atribut stakeholder pada perusahaan, berdasarkan pada persepsi-persepsi mereka dan interpretasi-interpretasi pada image/citra perusahaan yang dikomunikasikan secara terus menerus) Ada ungkapan yang menyatakan bahwa “You can’t manage what you can’t measure”. Dengan demikian, untuk dapat mengelola reputasi secara baik diperlukan pengukuran reputasi. Bagaimana cara untuk mengetahui seberapa kuat reputasi perusahaan?. Pada banyak kasus, perusahaan melakukan pengukuran reputasi dengan pendekatan media coverage untuk kemudian menterjemahkan isinya ke dalam reputation score cards. 2014 3 Corporate Brand & Communication Plan Fitrie Handayani ST., Msi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kelemahan cara ini adalah pendekatannya lebih fokus kepada merekam outcome dari aktivitas humas di media, sedangkan pengaruhnya terhadap khalayak sasaran luput dari pengukuran. Namun cara ini masih lebih baik daripada tidak ada action evaluasi sama sekali. Secara sepintas, ada empat indikator yang dapat dipakai untuk menaksir seberapa kuat reputasi suatu perusahaan. Daya saing perusahaan dalam menjual produknya dengan harga premium pada kurun waktu yang tidak sebentar. Kesanggupan perusahaan dalam merekrut dan mempertahankan staf kunci yang berkualitas. Konsistensi perusahaan dalam mendapatkan dukungan words of mouth berupa rekomendasi positif baik dari sisi pasokan maupun pemasaran. Keempat, keberpihakan publik ketika terjadi masalah, tidak saja dalam kemampuan perusahaan untuk berkelit dari media ataupun kritikan publik. Terdapat beberapa macam penelitian yang menunjukkan bagaimana cara mengetahui reputasi sebuah organisasi. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Karakose (2008) yang menggunakan dimensi kualitas produk, kualitas manajemen, performa finansial, lingkungan kerja, tanggung jawab sosial perusahaan, daya tarik emosi dan etika perusahaan untuk mengukur reputasi. 1. Kualitas Jasa Karakose (2008) menyatakan bahwa kualitas jasa merupakan salah satu elemen dalam mengukur reputasi. Konstruk kualitas jasa dapat dikonseptualisasikan dari kesan kualitas yang diterima konsumen dengan membandingkan harapan konsumen terhadap pelayanan yang akan diterima dengan pelayanan aktual yang diterima konsumen pasca pembelian (Hasan, 2008). Sebuah perusahaan dapat dinilai memiliki produk yang berkualitas baik ketika perusahaan tersebut mampu memenuhi harapan atau bahkan melampaui harapan konsumen. Sebaliknya jika perusahaan gagal dalam memenuhi harapan konsumen, maka perusahaan tersebut akan dinilai memiliki kualitas produk yang buruk. 2. Kualitas Manajemen Perusahaan adalah suatu sistem yang dibangun agar berbagai pihak dapat memberikan kontribusi berupa modal, keahlian dan tenaga demi manfaat bersama. 2014 4 Corporate Brand & Communication Plan Fitrie Handayani ST., Msi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Prinsip dasar bagi keberhasilan sebuah perusahaan adalah dengan manajemen berdasarkan tujuan, yaitu setiap anggota dari perusahaan memiliki pemahaman yang jelas terhadap tujuan dari kebersamaan mereka. Dolphin (2004) menyebutkan bahwa untuk memperoleh keunggulan bersaing yang nampak dari reputasi yang baik, tergantung pada bagaimana perusahaan tersebut mengelola manajemennya. Oleh karena itu agar tujuan dari perusahaan dapat tercapai maka perusahaan memerlukan sistem manajemen yang baik. 3. Kinerja Keuangan Pengukuran kinerja secara pada umumnya adalah pengukuran kinerja yang berorientasi kepada bidang keuangan dan kemampuan untuk mendapatkan laba. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai kinerja yang baik kalau dalam laporan keuangannya mendapat keuntungan, sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja keuangan sebuah perusahaan adalah pengukuran guna mengetahui sejauh mana sebuah perusahaan mendapatkan keuntungan dengan menggunakan aset yang dimiliki. Kinerja keuangan merupakan analisis data serta pengendalian bagi perusahaan. Selain itu makna kinerja keuangan juga digunakan untuk membandingkan neraca keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain pada jenis usaha yang sama. Pengamatan terhadap kinerja keuangan perusahaan digunakan untuk melakukan perbaikan atas kegiatan operasional perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Sedang bagi investor, informasi mengenai performa finansial perusahaan dapat digunakan untuk menilai apakah investor tersebut perlu untuk mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu pengamatan terhadap kinerja keuangan bermanfaat untuk memperlihatkan kepada investor, konsumen atau masyarakat umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas yang baik. 4. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi tersebut. Lingkungan kerja yang memusatkan bagi karyawannya dapat meningkatkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja dan akhirnya menurunkan motivasi kerja karyawan. 2014 5 Corporate Brand & Communication Plan Fitrie Handayani ST., Msi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksnakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. 5. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Menurut Bank Dunia, tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility / CSR) adalah komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi dalam pengembangan ekonomi di kalangan pekerja, komunitas lokal, dan masyarakat pada umumnya guna meningkatkan kualitas hidup dimana komitmen tersebut menguntungkan baik bagi perusahaan maupun bagi masyarakat. Sementara itu World Council for Sustainable Development menyebut CSR sebagai mendeskripsikan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai komitmen yang berkesinambungan dalam dunia bisnis untuk bertindak etis dan berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi sementara meningkatkan kualitas hidup di tempat kerja dan keluarganya pada khususnya, dan komunitas lokal dan sosial pada umum (Ardana, 2008). Menurut Unerman (2008) motivasi perusahaan dalam melaksanakan CSR seharusnya adalah untuk meminimalkan resiko reputasi perusahaan. Reputasi positif yang dimiliki oleh perusahaan merupakan intangible asset penting yang harus dilindungi dan dikembangkan dimana reputasi sendiri tidak hanya dinilai dari aspek finansial, namun termasuk seberapa baik penilaian stakeholders terhadap komitmen perusahaan dalam memenuhi harapan stakeholders tersebut. Untuk itu menjadikan CSR sebagai strategi bisnis yang inheren merupakan sebuah keharusan bagi perusahaan karena akan berimplikasi pada peningkatan reputasi perusahaan yang akan menjadi keunggulan kompetitif yang sulit ditiru oleh pesaing. 6. Daya Tarik Emosional Tjiptono (2007) menyatakan bahwa pertimbangan konsumen dalam memilih sebuah produk tidak hanya dilandasi oleh aspek fungsional dari suatu produk, namun aspek emosional berupa resiko sosial yaitu persepsi orang lain ketika konsumen menggunakan produk tertentu juga akan menjadi pertimbangan lain. Daya tarik emosional berhubungan dengan kebutuhan psikologis konsumen untuk membeli suatu produk. Banyak konsumen termotivasi untuk mengambil keputusan dan membeli suatu produk karena emosional dan perasaaan terhadap sebuah brand (merek) dapat menjadi lebih penting daripada pengetahuan terhadap produk tersebut. 2014 6 Corporate Brand & Communication Plan Fitrie Handayani ST., Msi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kertajaya (2004) menyatakan bahwa beberapa produk dengan kualitas, model, serta features yang relatif sama, dapat memiliki kinerja yang berbeda di pasar. Persepsi yang berbeda muncul sebagai dampak dari merek yang berbeda yang dikomunikasikan kepada konsumen. Menurut Kertajaya (2004) merek merupakan nilai utama pemasaran. Jika situasi persaingan meningkat, peran pemasaran akan makin meningkat pula dan pada saat yang sama peran merek akan semakin penting. Dengan demikian, merek saat ini tak hanya sekedar identitas suatu produk saja dan hanya sebagai pembeda dari produk pesaing, melainkan lebih dari itu, merek memiliki ikatan emosional istimewa yang tercipta antara konsumen dengan produsen. Pesaing dapat menawarkan produk yang serupa, namun tidak mungkin menawarkan janji emosional yang sama kepada konsumen. 7. Etika Perusahaan Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan kebaikan (rightness) atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku manusia. Dalam pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku yang diterima masyarakat sebagai baik atau buruk. Sedangkan penentuan baik dan buruk adalah suatu masalah selalu berubah. Etika dalam dunia bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan mengoperasikan bisnis yang etik. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dirumuskan sebuah pengertian mengenai etika perusahaan yaitu nilai-nilai yang menuntun perilaku setiap anggota organisasi perusahaan dalam mengambil keputusan atau dalam menghadapi masalah selama menjalankan bisnis perusahaan. Etika perusahaan sangat penting untuk mempertahankan loyalitas stakeholders dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan persoalan perusahaan. Stakeholders adalah semua individu atau kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh pada keputusan-keputusan perusahaan. Dengan demikian etika bisnis merupakan landasan penting dan harus diperhatikan, terutama dalam menciptakan dan melindungi reputasi perusahaan. 2014 7 Corporate Brand & Communication Plan Fitrie Handayani ST., Msi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka - - Allison Theaker. The Public Relations Handbook. Routledge UK. 2004 Clarke L. Caywood, The Handbook of Strategic PR and Integrated Communication, McGrawHill, 1997. Kasali, Rhenald. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT. Pusaka Utama Grafiti, 2003. The Jakarta Consulting Group, AB Susanto, www.jakartaconsulting.com http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2011/02/reputasi-dalam-publicrelations.html Diakses sabtu 8 nov 2014 10:25 2014 8 Corporate Brand & Communication Plan Fitrie Handayani ST., Msi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id