TECHNICAL PROPOSAL MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015: PELUANG DAN TANTANGAN BAGI INDUSTRI KAYU DAN PRODUKNYA 1. LATAR BELAKANG Perkembangan ekonomi dan globalisasi membuat suatu negara saling ketergantungan dan membutuhkan satu sama lain dalam memenuhi kebutuhan dan memasarkan produk unggul negaranya, dalam hal ini negara-negara dunia melaksanakan pertukaran barang dan jasa dalam konteks perdagangan internasional. Pada umumnya negara-negara sedang berkembang mengandalkan kelancaran arus pendapatan devisa dan kegiatan ekonominya yang berasal dari ekspor. Dalam zaman modern seperti sekarang ini hampir semua negara mengikuti proses pembangunan yang menggantungkan diri pada ekspor sebagai penggerak pertumbuhan ekonominya. Keberhasilan dalam meningkatkan ekspor juga mencerminkan peningkatan daya saing dan sekaligus merupakan jalan satu indikasi dari tumbuhnya dinamika positif dalam kewirausahaan suatu negara. Berdasarkan dari hal ini, peningkatan ekspor bukan lagi sekedar pilihan melainkan merupakan suatu keharusan. Memasarkan produk di luar negeri berbeda dengan memasarkannya di dalam negeri, pasar luar negeri yang sangat kompetitif sehingga hanya pengusaha yang mempunyai daya saing yang tinggi yang akan menang dalam persaingan dan berhasil mendapatkan pangsa pasar. Dalam usaha untuk menciptakan daya saing maka perbaikan mutu produk ekspor perlu ditingkatkan, sehingga dapat menghindari adaya penolakan dari negara tujuan ekspor. Keberhasilan dalam perdagangan internasional suatu negara dapat dilihat dari daya saingnya, daya saing ini merupakan suatu konsep umum yang digunakan dalam ekonomi, yang merujuk kepada komitmen terhadap persaingan pasar terhadap keberhasilanya dalam persaingan internasional. Daya saing telah menjadi kunci bagi perusahaan, negara maupun wilayah untuk bisa berhasil dalam partisipasinya dalam globalisasi dan perdagangan bebas dunia. Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berpartisipasi dalam melakukan perdagangan internasional, terutama dalam melakukan ekspor. Berdasarkan publikasi BPS tentang kinerja perdagangan luar negeri tahun 2010, neraca perdagangan luar negeri Provinsi Sumatera Utara mencapai 5,57 miliar US$ dengan dukungan kegiatan ekspor mencapai 9,15 miliar dan dukungan kegiatan impor sebesar 3,57 miliar US$. Nilai ekspor barang dan jasa atas dasar harga berlaku naik dari Rp. 108,50 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp. 136,71 triliun pada tahun 2011, atau naik 26,00 persen. 1 Ekspor Provinsi Sumatera Utara jika berdasarkan sektor, volume ekspor Sumatera Utara didominasi 83% oleh sektor industri, kemudian pada sektor pertanian sebesar 14% dan sektor pertambangan dan pengalian sebesar 3%. Volume ekspor yang didominasi oleh sektor industri menjadi hal yang mengembirakan mengingat sektor industri merupakan sektor yang rentan dalam menghadapi krisis. Tetapi juga menjadi perhatian lebih lanjut untuk melihat jenis barang yang diekspor dan keterkaitan dengan sumber bahan baku yang ada, sehingga mendukung dalam pembangunan Provinsi Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara memiliki produk ekspor unggulan dengan perkembangan dan perubahan baik dari volume ekspor maupun nilai ekspor setiap tahunnya. Adanya peningkatan maupun penurunan ekspor di Provinsi Sumatera Utara disebabkan adanya daya saing terhadap produk tersebut. Dengan adanya daya saing ini peran aparatur pemerintah dan pelaku ekspor Provinsi Sumatera Utara dituntut untuk menjaga agar produk ekspor tetap memiliki kemampuan dalam berdaya saing di pasar internasional. 2. PERMASALAHAN Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dimunculkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana perkembangan industri kayu dan produknya di Indonesia, khususnya di Sumatera utara? 2) Apa kendala dan tantangan industri kayu dan produknya di Sumatera Utara? 3) Bagaimana daya saing industri kayu dan produknya di pasar ASEAN? 4) Kebijakan apa yang harus diambil Pemerintah dalam meningkatkan daya saing dan kinerja industri kayu dan produknya dalam mengantisipasi Masyarakat Ekonomi Asean tahun 2015? 3. TUJUAN Berdasarkan latar belakang di atas tersebut, tujuan dari studi ini adalah sebagai berikut: 1) Menganalisis kondisi dan perkembangan dari industri kayu dan produknya di Sumatera Utarandonesia dalam beberapa tahun belakangan ini, dengan penekanan pada pertumbuhan volume produksi, pangsa pasar/PDB, dan ekspor; 2) Mengidentifikasi kendala-kendala utama yang dihadapi pelaku-pelaku usaha di industri kayu dan produknya; 3) Menganalisis daya saing industri kayu (dan produknya), khususnya di pasar ASEAN; dan 2 4) Mengidentifikasi kebijakan apa yang dapat dilakukan oleh Pemerintah untuk meningkatkan kinerja dan daya saing industri kayu (dan produknya). 4. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Michael Porter (1985, 1986, 1990), dan beberapa pakar lainnya seperti Daniels dan Radebaugh (1989), Grossman dan Helpman (1993), dan Krugman (1988), halhal yang harus dimiliki atau dikuasai oleh setiap perusahaan atau sektor, misalnya industri, untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya adalah terutama teknologi, kewirausahaan, dan efisiensi atau produktivitas yang tinggi, kualitas produk yang baik, promosi yang luas dan agresif, pelayanan purna jual (service after sale) yang baik, tenaga kerja dengan tingkat keterampilan/pendidikan, etos kerja, disiplin, komitmen, kreativitas dan motivasi yang tinggi, proses produksi dengan skala ekonomis, diferensiasi produk, modal dan prasarana serta sarana lainnya yang cukup, jaringan distribusi di dalam dan terutama di luar negeri yang luas serta diorganisasikan dan dikelola secara profesional, proses produksi dilakukan dengan sistem just-in-time (JIT). Semua faktor keunggulan kompetitif yang disebut ini dalam era globalisasi dan perdagangan bebas dunia saat ini menjadi sangat penting. Camagni (2002) mengungkapkan bahwa daya saing suatu wilayah kini merupakan salah satu isu sentral, yang meliputi stabilitas ketenagakerjaan, kecenderungan global, keberlanjutan pertumbuhan yang termasuk kesejahteraan dan kemakmuran. Hal serupa juga dikatakan Meyer-Stamer (2003), bahwa “LED (Local Economic Development) is about competitiveness – it is about companies thriving in competitive markets and locations thriving in a competitive, globalised world.” Berikut adalah beberapa definisi tentang daya saing daerah: ο· Merupakan kemampuan ekonomi dan masyarakat setempat untuk memberikan peningkatan standar hidup bagi warga/penduduknya (Malecki, 1999). ο· Merupakan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi pengujian internasional, dan dalam saat bersamaan juga dapat memelihara tingkat pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan, atau kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal (European Commission, 1999). ο· Kemampuan para anggota konstituen dari suatu daerah untuk melakukan tindakan dalam memastikan bahwa bisnis yang berbasis di daerah tersebut menjual tingkat nilai tambah yang lebih tinggi dalam persaingan internasional, dapat dipertahankan oleh aset dan institusi di daerah tersebut, dan karenanya menyumbang pada peningkatan 3 PDB dan distribusi kesejahteraan lebih luas dalam masyarakat, menghasilkan standar hidup yang tinggi, serta virtuous cycle dampak pembelajaran (Charles dan Benneworth, 2000). ο· Kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional (Abdullah, et al., 2002). Perhitungan daya saing dapat dilakukan dengan menggunakan Reveal Competitive Advantage (RCA). Indeks RCA merupakan metode yang dikenalkan oleh Bela Balassa, dasar pemikiran yang melandasi metode ini adalah bahwa kinerja ekspor suatu negara sangat ditentukan tingkat daya saing relatifnya terhadap produk serupa buatan negara lain, tentu dengan asumsi (cateris paribus) bahwa faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekspor tetap tidak berubah. Tulus Tambunan (2004:110) memberikan definisi RCA yaitu jika ekspor dari suatu negara dari suatu jenis barang, sebagai suatu presentase dari jumlah ekspor dari negara tersebut lebih tinggi daripada pangsa dari barang yang sama di dalam jumlah ekspor dunia, berarti negara tersebut memiliki keunggulan komparatif atas produksi dan ekspor dari barang tersebut. Rumus RCA sebagai berikut : RCA = [πΏππ⁄πΏππ] / [πΏππ⁄πΏππ]/ Dimana : Xik = nilai ekspor produk I negara K Xim = total nilai ekspor negara K Xwk = nilai ekspor produk I dunia Xwm = total nilai ekspor dunia Ketentuan dari RCA adalah nilai 1 merupakan garis pemisah antara keunggulan dan ketidakunggulan komperatif. Jadi jika nilai indeks RCA lebih besar dari 1, memperlihatkan bahwasanya daya saing produk tertentu di suatu negara memiliki daya saing yang cukup kuat terhadap produk yang diukur secara rata-rata. Sedangkan indeks RCA lebih kecil dari 1 memperlihatkan tidak adanya daya saing produk tertentu disuatu negara tersebut. Indeks lain yang umum digunakan dalam melihat daya saing atau keunggulan komparatif dan kompetitif produk ekspor di suatu negara adalah RCTA. RCTA berbeda dengan RCA, perbedaanya adalah RCA melihat pada kinerja ekspor suatu produk dari suatu negara dibandingkan negara lain atau dunia, Sedangkan RCTA selain melihat perkembangan ekspor juga melihat perkembangan impor untuk produk yang sama. Dalam kata lain RCTA melihat kinerja ekspor secara relatif dibandingkan impornya. 4 Landasan pemikiran indeks ini adalah bahwa nilai ekspor suatu negara bisa saja besar, tetapi impornya (terhadap produk yang sama) juga besar atau bahkan lebih besar. Dalam hal ini negara itu tidak hanya ekspor, tetapi juga impor terhadap produk yang sama. Ini yang dimaksud dengan perdagangan antarnegara dalam suatu industri atau sektor yang sama (Tambunan, 2004:121). Rumus RCTA adalah sebagai berikut RCTA = RXAia – RMPia Dimana indeks penting dari RCTA adalah revealed export competitiveness yang mengukur daya saing ekspor dan revealed import penetration yang mengukur besarnya penetrasi impor. Ketentuan dari RCTA adalah nilai indeks RCTA bisa lebih kecil atau lebih besar dari 0. jika nilai indeks RCTA positif, artinya negara bersangkutan memiliki daya saing yang tinggi (advantage), sebaliknya jika nilai indeks RCTA negatif, negara tersebut tidak memiliki daya saing (disadvantage) terhadap produknya. 5. METODE PENELITIAN 5.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menitikberatkan kajian pada pelauang dan tantangan industri kayu dan turunannya dalam menghadapi MEA 2015. 5.2 Jenis dan Sumber Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer bersumber dari publikasi Badan Psat Statistik dan publikasi resmi lainnya. Sedangkan data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Untuk mendapatkan data primer dipergunakan alat pengumpul data melalui daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. 5.3 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan primer data dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD). FGD terdiri dari instansi terkait yang terdiri dari : 1. Pengusaha Kayu 2. Dinas Perkebunan Prop. Sumatera Utara 3. Dinas Perindustrian Prop. Sumatera Utara 4. Akademisi 5. Kamar Dagang dan Industri 5 5.4 Teknik Analisis Data Data yang dikumpulkan diolah dengan metode statistik deskriptif melalui analisis kualitatif dengan pendekatan analisis isi (content analysis). 5.5 Proses dan Tahapan Pekerjaan Pekerjaan survai kepuasan pelanggan ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan dilakukan pendalaman metodologi, dan desain pertanyaan. 2. Tahap FGD Pada tahapan ini dilakukan hal sebagai berikut : 1. Pengumpulan data dan informasi melalui Focus Group Discussion (FGD). 2. Pengawasan (Quality Control) terhadap jalannya pengumpulan data/informasi yang bertujuan untuk menjaga kualitas dan kesahihan (validitas) data yang diperoleh. 3. Tahap Pengolahan Data dan Kompilasi Pada tahap ini, data yang dikumpulkan selanjutnya diedit dan ditabulasikan kedalam kategori yang disesuaikan dengan tujuan studi. Kompilasi data disusun dalam laporan data dan fakta. 4. Tahap Analisis dan Penyusunan Laporan Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis dengan pendekatan deskriptif (descriptive analysis) melalui pendekatan statistik deskriptif. 6. JADUAL PELAKSANAAN Kegiatan surva ini diperkirakan akan dilaksanakan selama 3 (tiga)bulan dengan jadual kegiatan sebagai berkut. Tabel-1 Jadual Kegiatan No I Uraian Kegiatan 1 1 2 3 4 5 6 7 8 Perumusan Metodologi /Pertanyaan Pengumpulan Data /FGD Inception Report Pengolahan dan Tabulasi Data Penulisan Laporan Konsultasi Draft Laporan Akhir dan Pemaparan Laporan Akhir 6 2 3 4 1 Bulan II 2 3 III 4 1 2 3 4 7. BIAYA Kegiatan ini diperkirakan memerlukan biaya sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah). 8. PERSONALIA PENELITIAN Susunan personalia dalam melakukan penelitian ini terdiri dari: Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFS, MBA, Ak Anggota : Dr. Murni Daulay, SE, M.Si Kasyful Mahalli, SE, Msi 9. PENUTUP Demikian technical proposal ini dibuat sebagai bahan dalam menjalankan penelitian “Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Peluang dan Tantangannya bagi Industri Kayu dan Produknya”. Medan, 7 Juli 2013 7