MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Masyarakat Islam Fakultas Program Studi Fakultas? Program Studi TatapMuka 09 Abstract - Masyarakat Islam ialah masyarakat yang meramaikan bumi dengan prinsip-prinsip kekhalifahan dan menjadi hamba Allah yang betul-betul disadari mewujud dalam perilaku yang menguntungkan bukan saling menzhalimi dan tidak kufur nikmat Kode MK DisusunOleh Kode MK? Dra. Eva Maulina. M.M Kompetensi - Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplisikasikan hakekat masyarakat Islam, serta kerukunan umat beragama dan pembinaah masyarakat Islam 2 MODUL 9 MASYARAKAT ISLAM Artinya: “Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebundi sebelah kanan dan sebelah kiri, ( kepada mereka dikatakan ): ‘makanlah olehmu dari rizki yang (dianugrahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. QS. Saba’ (34): 151 A. PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP MASYARAKAT ISLAM 1. Pengertian Masyarakat Islam Masyarakat Islam adalah masyarakat terbuka yang menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kehidupan secara universal, tanpa memandang asal usul suku bangsa dan perbedaan agama.2 2. Prinsip-Prinsip Umum Masyarakat Islam a. Berketuhanan Yang Maha Esa, Q.S. Al-Ikhlas (112) : 1 Artinya : “Katakanlah bahwa Allah itu Maha Esa”. 3 b. Umat yang satu (satu kesatuan umat), Q.S. Al-Baqarah (2) : 213 Artinya : “Manusia itu adalah umat yang satu” .4 c. Menjungjung tinggi keadilan, Q.S. An-Nisa (4) : 135 Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan”. 5 d. Menegakan amar-ma’ruf nahi-munkar, Q.S. Ali Imran (3) : 104 2016 2 Pendidikan Agama Islam Dra. Eva Maulina, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3 Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu,segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh berbuat kebajikan dan mencegah berbuat merekalah orang-orang yang beruntung”. kejahatan, 6 e. Musyawarah, Q.S. Asyura (42) : 38 Artinya : “Sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka”. 7 f. Tolong menolong dalam kebaikan, Q.S. Al-Maidah (5) : 2 Artinya : “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa, jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”. 8 g. Toleransi, Q.S. Al-Kafirun (109) : 6 Artinya : “Untukmu agamamu dan untukku agamaku”.9 h. Persamaan Harkat, Q.S. Hujarat (49) : 13 Artinya : “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertqwa diantara kamu”. 10 i. Harmonis dan damai, Q.S. Al-Baqarah (2) : 143 Artinya : “Dan demikianlah Allah telah menjadikan kamu umat yang tengah-tengah”.11 j. Berakhlak mulia, Q.S. Al-Ahzab (33) : 21 Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu”. 12 B. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Islam adalah agama damai dan mengajarkan ketentraman hidup dikalangan umat manusia, baik sesama umat Islam maupun dengan umat beragama lainnya. Seorang muslim ditekankan untuk memiliki keyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang benar, sebagaimana firman Allah Q.S. An-Nisa’ (3) : 19 Artinya : “Sesungguhnya agama disisi Allah adalah Islam”. 13 Keyakinan akan kebenaran agama Islam itu mengharuskan umatnya untuk tunduk dan patuh kepada perintah-perintah Allah dan menjauhkan diri dari larangan-Nya. 4 Dalam kaitan dengan hubungan sosial, Al-qur’an memberikan petunjuk agar umatnya kasih sayang kepada seluruh makhluk dan menjadikan rahmat dan kasih sayang ini sebagai ciri khas umat Islam dalam menjadikan peran sosialnya dalam lingkup kehidupan masyarakat. Islam menganjurkan kepada umatnya toleransi, karena keyakinan merupakan persoalan yang tidak bisa dipaksakan kepada orang lain. Toleransi dan penghargaan kepada pihak lain diluar Islam, justru menjadikan hiasan yang dapat menarik pihak lain untuk mengenal dan mendalami ajaran Islam secara objektif dan sungguh-sungguh yang secara tidak langsung merupakan jalan kearah pengenalan Islam kepada pihak luar. Sikap menyayangi, menghargai dan toleransi pernah ditampilkan secara mengikat oleh panglima perang Shalahuddin Al Ayyubi kepada lawannya Richard Lion Heart pada perang salib. Ketika itu Richard luka dan terbaring ditendanya. Salahuddin berhasil masuk ketendanya dengan menyamar sebagai tabib yang hendak mengobati sang panglima. Dengan kemampuan seorang tabib ia mengobati lawannya dengan sungguh-sungguh sampai Richard sadar dari pingsannya. Ketika ia sadar didapatinya orang yang menolongnya seraya berkata: siapa nama tuan ? sang penolong menjawab:Aku Shalahuddin. Richard tercengang dan setelah mengetahui yang menolong adalah lawannya sendiri, kemudian ia berkata : Mengapa tuan tidak membunuhku pada saat aku pingsan tadi ?. Dengan ringan Shalahuddin menjawab : “Allah melarangku untuk berbuat curang seperti itu, dan aku menyesal jika tuan mati diatas tempat tidur, aku ingin menghadapi tuan diatas pelana kuda dengan pedang terhunus ditengah pertempuran. Richard tertegun mendengar ucapan Shalahuddin dan memerintahkan tentaranya untuk mengawal Shalahuddin sampai perbatasan. Demikianlah sikap dan prilaku seorang muslim sejati yang tetap mengembangkan kasih sayang kendatipun kepada musuhnya. 14 Dalam hubungannya dengan pihak lain, umat Islam dituntut untuk menunjukkan pribadi yang memberi keteladanan dalam seluruh perilaku hidupnya, sehingga dapat memberi perasaan akrab dan aman bagi umat lainnya, karena hakekat ajaran Islam adalah memberikan rahmat bagi seluruh alam, termasuk umat agama lain.Q.S. Anbia (21) :107yang artinya:“Dan tiadalah Allah mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat abagi semesta alam”. 15 Dalam interaksi sosial, tidak ada batasan bagi umat Islam untuk bergaul menjalin kerukunan dan kerja sama dalam berbagai segi kehidupan. Hubungan 2016 4 Pendidikan Agama Islam Dra. Eva Maulina, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 5 seorang muslim selalu dituntut untuk berbuat baik kepada tetangganya walaupun mereka bukan muslim. Ia dianjurkan untuk menjenguknya apabila tetangganya sakit, membantunya apabila perlu pertolongan serta begaul dengan ramah dan sopan, karena keramahan dan kesopanan merupakan sifat-sifat yang senantiasa ditampilkan seorang muslim dihadapan siapapun dimuka bumi ini.Q.S. Ali Imran (3) : 159: Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap meraka”. 16 Dua hal yang dilarang oleh Allah untuk bertoleransi dan bekerja sama, yaitu dalam bidang aqidah dan ibadah. Karena dua hal tersebut menyangkut persoalan yang esensial yang tidak boleh dikompromikan. Q.S. AlKafirun (109) : 4 – 6: Artinya : “Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah (4); dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah (5); untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku” (6) 17 Sikap umat Islam dalam segi aqidah dan ibadah adalah jelasdan tegas. Jelas artinya tampak secara nyata, tidak disembunyikan atau berpurapura. Sedangkan tegas artinya berdiri tegak diatas keyakinan tanpa kompromi dengan keyakinan agama lain dalam berbagai bentuk. C. PEMBINAAN MASYARAKAT ISLAM Masyarakat yang dicita-citakan Islam adalah masyarakat yang damai, sejahtera adil dan saling menyayangi sesama manusia. Perwujudan masyarakat yang ideal ini telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW waktu beliau memimpin masyarakat madinah. Sesuai fakta sejarah bahwa Nabi Muhammad SAW telah mengganti kota yatrib menjadi Madinah. Setelah beliau hijrah di tempat ini suara kebenaran AlQur’an dan As-Sunnah, Nabi telah memainkan peran ganda dsalam membangun masyarakat kota itu. Sebagai pemimpin Nabi secara intensif dan kontinyu menyampaikan dakwah Islam. Getaran dakwah Islam tersebut menyentuh dan menggetarkan nurani masyarakat Yatrib. Pengaruh dakwah itu lantas bergerak perlahan tetapi pasti dan akhirnya meluas dan menyeluruh ketengah masyarakat Madinah. Sebagai kepala negara Nabi mulai menata sistem pemerintahan masyarkat ditempat barunya itu. 6 Ajakan ini direspon oleh kepala-kepala suku yang tadinya berseteru untuk kemudian duduk bersama merundingkan berbagai strategi. Inti perundinganperundingan adalah bagaimana mendukung Nabi agar Masyarakat Madinah mersakan kemakmuran. Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah secara tegas menyuarakan hak-hak asasi manusia, yaitu: tidak boleh ada penindasan oleh manusia atas manusia. Sebagaimana H.R. Bukhori Muslim Rasulullah bersabda : Artinya : “Tidak sempurna iman salah seorang diantara kamu sebelum kasih sayang kepada saudaranya sebagaimana menyayangi dirinya sendiri”. 18 Dalam waktu yang relatif singkat Nabi dan kaum muslimin telah berhasil membangun kota Madinah dengan masyarakat yang beradab. Sebuah telaah cendekiawan pemerhati masyarakat muslim menyebutkan beberapa unsur yang menentukan dalam pembinaan masyarakat madani adalah sebagai berikut: 1. Penguasa formal : yakni orang yang secara formal atau legal mendapat kedudukan sebagai penguasa. Karena mereka secara memperoleh legitimasi massa untuk kedudukan tersebut. formal Mereka mempunyai garis komando untuk mengemban misi membangun dan membimbing masyarakat Islam sesuai forsi kedudukan masing-masing. 2. Kaum intelektual : Ziaudin Sardar dalam bukunya “ Merombak Pola Pikir Intelektual Muslim” mengatakan bahwa peradaban Muslim sangat membutuhkan kehadiran kaum intelektual sejati. Jika tidak maka kaum muslimin hanya akan terus berkecimpung dengan tanah tandus yang vakum intelektual dan keadaan umat yang sudah termarginalkan. Suatu masyarkat yang tidak memiliki kaum intelektual tidak dapat bekerja secara efektif. Melalui kaum intelektual proses pencerahan dapat dilakukan untuk mendidik dan membimbing masyarkat Islam menetukan pilihan hidup yang lebih baik.19 Dengan demikian mereka akan hidup secara benar sesuai dengan ajaran Islam baik untuk diri dan keluarga, ataupun bermasyarakat dan bernegara. Disini kaum intelektual juga harus berperan sebagai agen perubahan sosial. Peran itu ditujukan kepada : Pertama: menata kehidupan sosial terutama nilai yang berlaku dalam masyarakat agar dengan ajaran dan norma Islam. 2016 6 Pendidikan Agama Islam Dra. Eva Maulina, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 7 Kedua : membimbing masyarakat melalui aktivitas intelektual mereka untuk mendapatkan pemahaman yang benar. Ketiga : keteladanan perilaku yang benar sebagai tugas dakwah untuk masyarakat. Keempat: menjadi pembela utama dan penolong masyarakat dalam melepaskan beban penderitaan mereka, terutama dari ketidakadilan dan kedzaliman. Kelima : menyediakan diri sebagai tempat konsultasi atau komunikasi untuk menggalang keikutsertaan umat dalam menyelesaikan proyek-proyek kemanusiaan. Kelima peran intelektual tersebut merupakan kunci penentu bagi upaya untuk membangun masyarakat yang Islami. 3. Kaum Aghniya yang dermawan : dalam harta kaum aghniya ada hak sosial untuk kepentingan kemanusiaan dan keagamaan. Sejarah telah membuktikan bahwa keteladanan para sahabat pada zamannya telah membuahkan hasil dalam membangun masyarakat Islam. 4. Para Muballigh : mereka saling mempunyai misi amar ma’ruf nahi munkar, juga merupakan ujung tombak dalam mempengaruhi publik untuk mengimplementasi-kan nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat. Pesan-pesan moral yang disampaikan mereka diharapkan dapat mempercepat pembangunan masyarakat Islam. 5. Kaum Dhu’afa : mereka dapat berjuang dijalan Allah untuk masyarakat Islam melalui do’a-do’a mereka yang diperhatikan Allah. Beberapa peran dan cara-cara tersebut adalah modal dasar untuk mewujudkan meningkatkan dan memelihara masyarakat Islam. 8 DAFTAR KUTIPAN Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia, Al-Qur’an wa 1 Tarjamatu ma’aniyatu ila Lughati al-Indunisiya, ( Medinah Munawwarah: khadim al-Haramain asy-Syarifain, Tahun 1411 H ), h. 415. 2 Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam, ( Bandung: Mizan, 1986), h. 72 3 Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia Ibid, h. 1118 4 Ibid, h. 51 5 Ibid, h. 144 6 Ibid, h. 93 7 Ibid, h. 789 8 Ibid, h. 156 9 Ibid, h. 1112 10 Ibid, h. 847 11 Ibid, h. 143 12 Ibid, h. 670 13 Ibid, h. 119 14 Drs. K.H. Muslim nurdin dkk., Moral dan Kognisi Islam, ( Jakarta: Alfabeta 1993 ), h. 202 15 Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia Ibid, h. 508 16 Ibid, h. 103 17 Ibid, h. 1112 18 Luth Thahir, Masyarakat Madani, Solusi damai dalam perbedaan, ( Jakarta: Gema Insani Press, 2002 ), h. 77 19 Hasanah Uswatun dkk., Modul Acuan Proses Pembelajaran Mata Kuliah, ( Jakarta: 2002), h. 20 1 2016 8 Pendidikan Agama Islam Dra. Eva Maulina, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id