Khutbah `Idul Fitr1 1420 H

advertisement
‫‪Merindukan Masyarakat yang Damai‬‬
‫‪Oleh Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag.1‬‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونكبره ونقول هللا ككبور هللا‬
‫ككبر و لله الحمد هللا ككبر كبيورا والحمود للوه كايورا ونوبحان هللا بكور‬
‫وكصيال‪ .‬الحمد لله الذي شرع للناس عيدا مباركا ونعيما مشوكلرا وولموا‬
‫مسرورا ‪ .‬والصال والسالم على من كرنله هللا رحمة للعوالمين بشويرا‬
‫ونذورا وعلى آله وصحبه ومن تبعهم باءحسان الوى وولم الودون مامنوا‬
‫ومخلصا ‪ .‬كشهد كن ال اله اال هللا وحده ال شورو‬
‫لوه وكشوهد كن محمودا‬
‫عبده ورنلله ال نبي بعده ‪ .‬كما بعد فيا عباد هللا كوصيكم واواي بتقولي‬
‫هللا فقد فاز المتقلن وَاكَوُّهَا الَّذِونَ ءَامَنُلا اتَّقُلا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ و ََال تَمُولتُنَّ‬
‫إِالَّ وَكَنْتُمْ مُسْلِمُلنَ‬
‫‪1‬‬
‫‪Staf Pengajar Magister Studi Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Direktur‬‬
‫‪Pondok Pesantren Budi Mulia Yogakarta dan Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan‬‬
‫‪Pusat Muhammadiyah 2000-2005.‬‬
2
Bapak-bapak, Ibu-ibu, Saudara-saudari kaum Muslimin dan Muslimat sidang ‘Idul
Fitri yang berbahagia.
Pertama-tama marilah kita senantiasa bersyukur ke hadhirat Allah SWT yang
telah memberikan kesempatan kepada kita untuk melaksanakan ibadah ‘Idul Fitri
1423 H pada pagi yang berbahagia ini. Semoga semua amal ibadah kita dapat
diterima oleh Allah Yang Maha Kuasa dan dibalasi-Nya dengan pahala yang berlipat
ganda.
Kemudian shalawat dan salam semoga dilimpahkan Allah kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, yang telah berjuang menyampaikan risalah Islamiyah sebagai
petunjuk dan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Begitu juga untuk keluarga
dan sahabat-sahabat beliau serta siapa saja yang mengikuti sunnahnya dengan penuh
keimanan dan keikhlasan sampai Hari Akhir nanti.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa Lillahilhamd
Pagi ini umat Islam, di mana-mana, di seantero bumi Allah ini sama-sama
bergembira menyambut kedatangan ‘Idul Fitri. Tua muda, besar kecil, laki-laki
perempuan, sama-sama mengumandangkan kalimat-kalimat suci dengan penuh
semangat dan kegembiraan.
Allahu Akbar, Allah Maha Besar, besar dari segala-galanya. Semua kekuatan,
semua kekuasaan jadi kecil tak berarti dibandingkan dengan kekuasaan Allah Yang
Maha Agung. Islam telah mengajarkan takbir kepada kita. Saat adzan kita
mengucapkan takbir, membesarkan nama Alah. Saat iqamah kita mengucapkan
2
3
takbir. Saat hendak memulai shalat kita mengucapkan takbir. Saat bayi dilahirkan
kita mengucapkan takbir di telinganya. Saat menyembelih hewan kita mengucapkan
takbir. Saat terjun di medan laga kita mengucapkan takbir. Pada hari ‘Id seperti saat
ini kita mengucapkan takbir keras-keras, membesarkan asma Allah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah , Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa
Lillahil Hamd.
La Ilaha Illallah, tiada Tuhan Yang disembah melainkan Engkau ya Allah,
seluruh hidup kami, lahir batin, hanyalah dalam rangka beribadah kepada-Mu
semata. Seluruh yang kami rasakan, yang kami pikirkan, yang kami ucapkan dan
yang kami lakukan, hanyalah semata-mata untuk mencari ridha-Mu ya Allah.
Alhamdulillah, segala puja puji hanya dipersembahkan kepda-Mu ya Allah.
Tidak ada yang berhak dipuji selain Engkau, Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, Yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya.
Sidang ‘Id yang berbahagia!
Pada hari ‘Idul Fitri ini kita bergembira, seperti gembiranya orang yang
sedang berbuka puasa, dan kita sedang menunggu kegembiraan yang lebih besar lagi,
yaitu saat bersua dengan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
3
4
َ‫ََلِلصَّائِمِ َفرْحَتَانِ وَفْ َرحُهُمَا إِذَا ك َ ْفطَرَ فَ ِرحَ ِبفِطْرِهِ َوإِذَا لَقِيَ رَ َّبهُ فَرِح‬
‫بِصَلْمِ ِه‬
“Orang yang berpuasa itu memiliki dua kegembiraan, yaitu saat berbuka puasa dia
bergembira dengan makanannya, dan jika bersua Rabbnya dia bergembira dengan
puasanya” (H.R. Bukhari Muslim)
Kegembiraan orang yang berpuasa saat berbuka merupakan kegembiraan
yang alami, karena dia mendapatkan kebebasannya kembali dari apa yang tadinya
dilarang. Kegembiraan berbuka puasa juga merupakan kegembiraan yang relijius,
karena dia berhasil menyelesaikan ibadah puasanya.
Sebulan lamanya kita berjuang melawan hawa nafsu kita sendiri. Sekarang
apakah kita termasuk orang-orang yang kembali dari medan juang dengan
kemenangan, sehingga pantas menerima ucapan “minal ‘aidin wal faizin”? Tentu
tidak mudah menjawabnya. Kita perlu meninjau dan mengoreksi diri kita masingmasing, apakah ibadah puasa sudah betul-betul kita kerjakan dengan iman dan
ihtisaban atau kita hanya termasuk orang-orang yang hanya berpayah-payah
menahan lapar dan haus tanpa arti yang bermakna.
Rasulullah SAW sudah menjanjikan, siapa yang puasa bulan Ramadhan
dengan iman dan ihtisaban akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. Dalam
hadits lain dikatakan oleh beliau, siapa yang mendirikan malam Ramadhan dengan
iman dan ihtisaban diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. Dengan arti kata, kalau
kita berhasil mencapai seperti yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW tersebut, tentu
pada hari ini kita bebas dari segala macam dosa. Kembali seperti seorang bayi yang
4
5
baru dilahirkan ke dunia. Bersih. Suci. Fitrah. Itulah sebabnya Hari Raya ini dinamai
‘Idul Fithri, artinya kembali ke fitrah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa Lillahilhamd
Setelah kembali ke fithrah, kembali suci seperti hari pertama dilahirkan oleh
ibu, maka marilah mencoba mengamati dan merenungkan dengan hati yang suci
dan pikiran yang jernih, keadaan bangsa Indonesia, khususnya umat Islam setelah
dilanda oleh berbagai macam krisis empat tahun belakangan ini. Bermacam-macam
krisis mendera kita berkepanjangan. Mulai dari krisis moneter, krisis ekonomi, krisis
politik, krisis hukum, krisis kepercaaan sampai kepada krisis moral. Semua krisis itu
membuat bangsa kita terpuruk, tidak dapat menegakkan kepala sebagai khaira
ummah, sekalipun mayoritas bangsa Indonesia adalah kaum Muslimin.
Sekarang ini bangsa kita tidak lagi hidup dengan
tenang, rukun, aman,
makmur. Beberapa fenomena suram dan kelam dapat kita saksikan di tengah-tengah
masyarakat. Mari kita daftar beberapa fenomena suram berikut ini: Sesama anggota
masyarakat tidak lagi saling menolong. Yang pintar tidak mengajari yang bodoh.
Yang kaya tidak membantu yang miskin. Yang kuat tidak menolong yang lemah.
Yang miskin, lemah dan bodoh tidak lagi mendo’akan yang kaya, kuat dan pintar.
Kesalahfahaman sudah sulit dijernihkan. Konflik tidak segera dapat datasi. Yang
bengkok tidak gampang diluruskan, yang kusut tidak mudah diselesaikan. Marah
lebih didahulukan daripada maaf. Kebencian mengalahkan rasa sayang.. Rasa aman
berubah menjadi ketakutan, kemakmuran berganti dengan kemelaratan. Kecurigaan,
5
6
kesalahfahaman, kebencian berkembang menjadi konflik berkepanjangan dan
permusuhan.
Apalagi belakangan ini, setelah peristiwa WTC New York 11 September
2001, lebih-lebih lagi setelah teror bom Bali 12 November 2002, stigma teroris
dialamatkan kepada sebagian umat Islam, bahkan oleh pihak-pihak tertentu
dialamatkan juga kepada Islam itu sendiri. Sekalipun umat Islam di mana-mana di
seluruh dunia sudah mengutuk teror yang biadab yang tidak mengenal belas kasih
itu, dan sekalipun keterlibatan umat Islam dalam peristiswa itu tidak pernah
dibuktikan dengan jelas, tetapi stigma teroris dan suka kekerasan tetap dialamatkan
kepada umat Islam. Kalau pada bulan-bulan yang lalu, akibat stigma tersebut tidak
begitu dirasakan oleh bangsa Indonesia, lain halnya sekarang, setelah teror bom Bali,
kita sebagai bangsa dan umat, dapat merasakan dampak negatif langsung dari stigma
tersebut. Lima orang warna negara Indonesia dideportasi secara kasar dari Meksiko
bagitu mereka akan memasuki negara itu di pintu imigrasi air port setempat.
Sekalipun mereka memiliki visa dan undangan untuk menghadir Seminar, mereka
tetap dideprtasi secara tidak manusiawi pada saat itu juga, tanpa memberikan mereka
kesempatan istirahat setelah melakukan perjalanan 26 jam dari Jakarta. Begitu juga
tindakan kasar dan tidak bersahabat yang dilakukan oleh Australia terhadap beberapa
warga negara Indonesia yang dicurigai mengetahui atau terlibat jaringan Jama’ah
Islamiyah. Sebelumnya kita sudah dipermalukan dan sama sekali tidak dihormati
oleh tetangga kita dalam kasus pemulangan hampir setengah juta orang tenaga kerja
Indonesia dari Malaysia dengan alasan keberadaan mereka di sana ilegal. Belum lagi
tindak kekerasan yang terjadi di tengah-tengah dan oleh anggota masyarakat sendiri.
6
7
Tawuran, amukan massa, pembunuhan, pembakaran manusia, penjarahan dan lain
sebagainya telah menjadi peristiwa biasa karena sangat seringnya terjadi. Alhasil,
sekarang ini kita paling merasakan telah hilangnya rasa aman dan kedamaian di
negara kita, padahal mayoritas kita adalah kaum Muslimin yang sudah tentu
memahami dengan baik bahwa Islam adalah agama yang paling di depan
mengajarkan kedamaian..
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillahilhamd!
Sidang ‘Id yang berbahagia!
Damai, perdamaian atau kedamaian dalam bahasa Al-Qur’an disebut dengan
as-salâm. Kata ini terulang dalam Kitab Suci Al-Qur’an sebagai 42 kali. Islam
sebagai nama agama Allah pun berasal dari akar kata yang sama dengan as-salâm.
Islam di samping berarti tunduk, patuh, menyerah dan pasrah, juga berarti mencari
salam, berdamai dan mencari kedamaian, baik kedamaian di dunia maupun di
akhirat. Islam mengajarkan sikap bgerdamai dan mencari kedamaian melalui sikap
menyerah, pasrah dan tunduk pada Allah secara tulus.
Sikap menyerah, tunduk dan paarah bukan hanya pilihan hidup yang benar
untuk manusia, tetapi juga merupakan pola wujud (mode of existence) seluruh alam
raya beserta isinya. Karena itu jika manusia diseru untuk memilih sikap hidup
tunduk, menyerah dan pasrah kepada Tuhan, yaitu untuk berislam, maka tidak lain
ialah seruan agar manusia mengikuti pola hidup yang sama dengan pola wujud alam
raya. Yang dihasilkan oleh sikap itu tidak saja kedamaian dengan Tuhan sendiri, dan
7
8
sesama manusia, tetapi juga dengan sesama makhluk, sesama isi seluruh alam raya,
dan jagad raya itu sendiri. (Islam Agama Peradaban 1995:261)
Kedamaian sejati dan abadi hanya ada di sorga, oleh sebab itu Allah SWT
menyebut sorga dengan istilah Darussalam, yang secara harfiah berarti negeri
kedamaian. Allah berfirman
ٍ‫وَاللَّهُ وَدْعُل إِلَى دَارِ الس ََّالمِ وَوَهْدِي مَنْ وَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيم‬
“Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (Q.S. Yunus 10:25)
ْ ‫فَمَنْ وُرِدِ اللَّهُ ك َنْ وَهدِوَهُ وَشْرَحْ صَدْرَهُ ل ِْْلِن َْالمِ وَمَنْ وُرِدْ كَنْ وُضِولَّهُ وَْْعَو‬
َ
ْ‫صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا وَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَوذَلِ َ وَْْعَو ُ اللَّوهُ الورِّج‬
ِ ‫اآوَوا‬
ْ ‫)وَهَذَا صِرَاطُ رَبِّ َ مُسْتَقِيمًا قَدْ فَصَّولْنَا‬125(َ‫عَلَى الَّذِونَ َال وُاْمِنُلن‬
‫َّوالمِ عِنْودَ رَبِّهِومْ وَهُولَ وَلِويُّهُمْ بِمَوا كَوانُلا‬
َ ‫)لَهُمْ دَارُ الس‬126(َ‫لِقَلْمٍ وَذَّكَّرُون‬
)127(َ‫وَعْمَلُلن‬
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang
dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit,
seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orangorang yang tidak beriman. Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya
Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran.
Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayatayat (Kami) kepada orang-orang yang bersedia merenungkan. Bagi mereka ini adalah
8
9
Darussalam di sisi Tuhan mereka, dan Dia adalah Pelindung mereka berkenaan dengan
segala sesuatu yang mereka kerjakan. ” (Q.S. Al-An’am 6:125-127)
Digambarkan oleh Al-Qur’an bahwa penghuni sorga nanti memberikan salam
penghormatan dengan kata salam sebagaimana yang dapat kita baca dalam Surat Yunus ayat
9-10:
ْ‫إِنَّ الَّذِونَ ءَامَنُلا وَعَمِلُلا الصَّالِحَا ِ وَهْودِوهِمْ رَبُّهُومْ بِيِومَوانِهِمْ تَْْورِي مِون‬
ْ‫)دَعْلَاهُمْ فِيهَا نُبْحَانَ َ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّوتُهُم‬9(ِ‫اْلَنْهَارُ فِي جَنَّا ِ النَّعِيم‬
ْ ُ‫تَحْتِهِم‬
)10(َ‫فِيهَا ن ََالمٌ وَءَاخِرُ دَعْلَاهُمْ كَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين‬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh,
mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir
sungai-sungai di dalam surga yang penuh keni`matan. Do`a mereka di dalamnya ialah:
"Subhanakallahumma", dan salam penghormatan mereka ialah: "Salam". Dan penutup do`a
mereka ialah: "Alhamdulillaahi Rabbil `aalamin." (Q.S. Yunus 10:9-10)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillahilhamd!
Sidang ‘Id yang berbahagia!
Tapi dunia bukanlah sorga. Sekalipun banyak lembaga-lembaga Islam dinamai
dengan Darussalam, dan sehari-hari umat Islam dianjurkan untuk menebarkan salam dengan
ucapan Assalamu ‘Alaikum warahmatullahi wabarakatuh, bahkan shalat pun diakhiri dengan
salam mulia ini, tetapi kedamaian yang sejati tidak akan didapat di dunia ini. Di samping ada
manusia yang beriman, ada pula yang kufur. Di samping ada yang menginginkan dan
berupaya terus menerus untuk mewujudkan kedamaian dan perdamaian, tetap ada saja yang
berbuat sebaliknya. Oleh sebab itu, untuk menjaga tegaknya kedamaian di dalam kehidupan
9
10
di dunia ini, diperlukan tindakan-tindakan yang selintas sepertinya berlawanan dengan
perdamaian.
Kedamaian harus ditegakkan dengan aturan hukum yang mengikat, lengkap dengan
sanksi-sanksinya, tidak cukup hanya dengan himbauan moral semata. Untuk tindak
kejahatan yang bertentangan dan merusak kedamaian hidup bermasyarakat, baik yang
menyangkut harta, nyawa, kesucian ketuturunan, kebebasan berpikir dan lebih-lebih lagi
kehormatan agama, ditetapkanlah sanksi-sanksi yang dilaksanakan di dunia, di samping dosa
di Akhirat nanti (jika tidak bertobat). Dalam perspektif inilah kita melihat hukum Islam
terhadap pencurian, penipuan, perampokan, penganiayaan, pembunuhan, perzinaan,
peminum khamar dan sejenisnya, dan lebih-lebih lagi hukuman bagi orang yang
mempermainkan agama (murtad) atau menghalangi orang lain menjalankan ajaran
agamanya.
Sekalipun dibenarkan ada sanksi-sanksi untuk tindak pidana yang merusak
kedamaian hidup bermasarakat, tetapi Islam tidak membenarkan tindakan anarkis. Otoritas
pelaksanaan hukum, termasuk eksekusi tidak pernah diberikan kepada perorangan, kelompok
atau pihak-pihak lain di luar penguasa yang sah. Tindakan sebagian anggota masyarakat,
sekali pun atas nama agama, yang melakukan perusakan tempat-tempat maksiat, merajam
pezina, membunuh pencopet dan maling yang ketangkap, adalah tindakan anarkis yang tidak
dibenarkan oleh Islam. Sekalipun misalnya, perbuatan tersebut hanya sebagai reaksi, atau
akibat kekecewaan dan ketidakpercaaan terhadap aparat penegak hukum, tetap saja tidak
dibenarkan, karena kesalahan pihak lain tidak membenarkan kesalahan yang kita lakukan.
Pemaksaan kehendak, intimmidasi, teror, walaupun dengant ujuan yang baik atau
atas nama agama dan kemanusiaan, tetap tidak dibenarkan, karena dalam Islam tujuan tidak
menghalkan cara. Al-ghâyah lâ tubarriru al-wasîlah. Di samping niat (tujuan), proses yang
sesuai dengan ajaran Islam adalah hal yang sangat penting. Penilaian tidak diberikan oleh
10
11
Allah berdasarkan hasil, tetapi berdasarkan proses. Selama seorang Muslim tetap konsisten
dengan proses yang benar, tidak bertentangan dengan syari’ah Islam sekalipun secara
lahiriah, materi, tidak berhasil, dia akan tetap mendapatkan ganjaran di sisi Allah SWT.
Tidak demikian sebaliknya, sekalipun secara lahiriah duniawiyah mendapatkan hasil yang
gemilang, tetapi dicapai dengan cara yang salah, amalnya tidak ada artinya di sisi Allah,
bahkan dia akan mendaptkan dosa dari penyimpangan yang telah dia lakukan.
Terorsme, misalnya, jika dilakukan untuk dan atas nama agama sekalipun, tidak
pernah dibenarkan oleh Islam.Tetapi terorisme juga tidak boleh dihentikan dengan teroisme,
sekalipun atas nama negara. Terosis harus dihukum setelah dibuktikan di pengadilan yang
jujur dan terbuka bahwa dia memang teroris. Jangan sampai menghukum orang yang tidak
bersalah sebagai kambing hitam karena ketidakmampuan kita mencari teroris yang
sebenarnya, atau karena ada agenda yang tersembunyi yang ingin dicapai. Menghentikan
terorisme tidak dapat hanya secara parsial dan sporadis, tetapi harus secara menyeluruh
dengan menghentikan segala penyebabnya. Terorisme muncul antara lain karena
ketidakadilan, ketidakberadayaan menghadapi kesewenangan dan kezaliman sebuah
kekuasaan. Terorisme bisa muncul sebagai reaksi terhadap teror negara terhadap
kemanusiaan. Oleh sebab itu, untuk mengakhiri terorisme, akhirilah terorisme negara. To end
terorism, end state terorism, kata para ahli.
Sidang ‘Id yang berbahagia!
Seperti telah disebutkan sebelumnya, pada dasarnya Islam mengingnkan kedamaian
dan perdamaian, tetapi untuk alasan tertentu perangpun diizinkan. Pertama, perang diizinkan
untuk membela diri. Apabila umat Islam dianiaya, diusir dari negeri mereka sendiri atau
diserang oleh musuh. Allah berfirman:
11
12
َ‫)الَّوذِون‬39(ٌ‫كُذِنَ لِلَّذِونَ وُقَاتَلُلنَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُلا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِور‬
ِ‫كُخْرِجُلا مِنْ دِوَارِهِمْ بِغَيْرِ حَوق إِالَّ كَنْ وَقُللُولا رَبُّنَوا اللَّوهُ وَلَول َْال دَفْوَُّ اللَّوه‬
‫النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَلَامَُِّ وَبِيٌََّ وَصَلَلَا ٌ وَمَسَاجِدُ وُذْكَرُ فِيهَوا‬
)40(ٌ‫انْمُ اللَّهِ كَاِيرًا وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ وَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَلِيٌّ عَزِوز‬
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa
menolong mereka itu. (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka
tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah".
Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang
lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat
orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Q.S. Al-Hajj 22:39-40).
Kedua, untuk menjamin kebebasam beragama. Islam memang tidak membenarkan
pemaksaan untuk masuk agama, tetapi juga tidak membenarkan pemaksanan untuk tidak
beragama.
Semua
kekuatan
yang menghalang-halangi
kebebasan
beragama,
dan
menghalang-halangi umat Islam dalam menjalankan ajaran agamanya boleh diperangi. AlQur’an menyebut tindakan menghalangi kebebasan beragama itu dengan fitnah yang harus
diperangi. Allah berfirman:
12
13
‫وَقَاتِلُلهُمْ حَتَّى َال تَكُلنَ فِتْنَةٌ وَوَكُولنَ الودِّونُ كُلُّوهُ لِلَّوهِ فَويِنِ انْتَهَولْا‬
ٌ‫فَيِنَّ اللَّهَ بِمَا وَعْمَلُلنَ بَصِير‬
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu sematamata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha
Melihat apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Al-Anfal 8:39)
Dalam berperang setiap Muslim harus selalu menunjukkan akhlaq yang tinggi
karena perang dalam Islam mempunyai tujuan mulia untuk menegakkan keadilan, membela
kebenaran dan menjamin kebebasan beragama. Tujuan yang mulia itu harus dilaksanakan
dengan cara yang mulia pula. Oleh sebab itu Islam memberikan rambu-rambu yang harus
dipatuhi oleh setiap pasukan Muslim dalam perang. Dengan memahami Surat Al-Baqarah
ayat 2191-193 para mufassir menjalankan rambu-rambu tersebut: (1) Tidak boleh melakukan
tindakan yang melampau batas seperti bertindak kejam dan sadis; (2) Tidak boleh
membunuh orang-orang yang lemah seperti anak-anak, orang-orang tua, kaum perempuan,
orang-orang yang sedang sakit, orang-orang yang tidak turut berperang, musuh-musuh yang
menyerah dan lain-lain; (3) Tidak boleh merusak tanam-tanaman, hewan ternak, rumahrumah penduduk, bangunan umum dan lain-lain yang tidak ada huhungan langsung dengan
peperangan; (4) Tidak boleh beperang disekitar Masjid Haram, kecuali kalau pihak musuh
memerangi kaum Muslimin di tempat suci tersebut; (5) Tidak boleh menyerang jika pihak
musuh sudah menghentikan peperangan; dan (6) Mengadakan perdamaian yang didasarkan
kepada ketentuan-ketentuan yang wajar dan adil dan menghentikan permusuhan kecuali
terhadap orang-orang yang masih membangkang. Mari kita lihat peperangan modern yang
dilakukan oleh umat manusia sekarang ini, apakah sudah sesuai dengan etika perang menurut
Al-Qur’an. Betapa banyak jatuh korban sipil di Iraq dan Afghanistan misalnya atau di bagian
bumi lainnya yang dilakukan oleh pihak yang mengaku memimpin peradaban dunia.
13
14
Begitulah konsep damai, perdamaian dan kedamaian dalam idelaitasnya seperti yang
dituntunkan
oleh
Al-Qur’an,
tinggal
bagaimana
kita
sebagai
pemeluk
Islam
membuktikannya kepada dunia, bahwa kita umat Islam mencintai kedamaian. Tidak hanya
umat Islam, seluruh warga dunia tentu merindukan kedamaian walaupun tidak secara absolut
di atas permukaan bumi ini.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa Lillahilhamd
(Shalawat, do’a dan penutup khutbah tidak dituliskan dalam naskah ini)
Sumber: SM-06-2002
14
Download