1 KHUTBAH IDUL FITRI 1438 H السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته هللا أكبر ..هللا أكبر ..هللا أكبر ..هللا أكبر ..هللا أكبر ..هللا أكبر ..هللا أكبر هللا أكبر ..هللا أكبر ..هللا أكبر كبيرا ..والحمد هلل كثيرا .. وسبحان هللا بكرة وأصيالً . هللا أكبر ما َ أ َ ْش َرقَ ْ ت صا ِئ ِميْنَ َبشَرا ً ..هللا أكبر ما َ تَعاَلَ ِ ت ُو ُج ْوهُ ال َّ ع ْمرا ً صواَتُ ت َ ْكبِيْرا ً َو ِذ ْكرا ً ...هللا أكبر ما َ تَ َوالَ ِ ت اْألَعْياَد ُ ُ اْأل َ ْ َودَ ْهرا ً ..لَ َك اْل َح ْمد ُ ربَّنا ِسرا ً َو َج ْهرا ً ..لَ َك اْل َح ْمد ُ َربَّنا دَ ْوما ً َو َك َّرا ..لَ َك اْل َح ْمد ُ ربَّنا ِش ْعرا ً َونَثْرا ً ..لك ْال َح ْمد ُ َي ْو َم أ َ ْن َكفَ َر َك ِثي ٌْر ِمنَ ض َّل َك ِثي ٌْر ِمنَ المسلمين النا َّ ِس َوأ َ ْسلَ ْمناَ ،لَ َك ْال َح ْمد ُ َي ْو َم أ َ ْن َ اس َوأ َ َم ْنـتَنا ،لَ َك ع ْوا َو ِلل ُّ َوابْـتَدَ ُ سـنَّ ِة أَقَ ْمناَ ،لَ َك ْال َح ْمد ُ يَ ْو َم أ َ ْن فَزَ َ ع النَّ ُ ع َكثِي ٌْر ِمنَ النا َّ ِس َوأ َ ْ ط َع ْمـتَناَ ،لَ َك ْال َح ْمد ُ َي ْو َم أ َ ْن َبيْنَ ْال َح ْمد ُ َي ْو َم جا َ َ الصيا َ ِم ِكلَّ ِه صاَئِ ِميْنَ لَ َك يَدَي َْك أَقَ ْمـتَناََ ،ولَ َك ْال َح ْمد ُ يَ ْو َم أ َ ْن ِل َ ش ْه ِر ِ أ َ ْش َه ْدتَنا َ ..لَ َك ْال َح ْمد ُ أ َ َح َّق َم ْح ُم ْود َم ْحب ُْوب َوأ َ ْع َ ظ َم َم ْر ُ غ ْوب َم ْ طلُ ْوب .وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له ،وأشهد أن ض ب ْال َح ْو ِ نبينا وحبيبنا وشفيعنا محمدَ ب ِْن َع ْب ِد هللا ،صا َ ِح َ الصرا َ ِط ْال َم ْمد ُْود ،يا ربنا ويا موالنا ْال َم ْو ُر ْود َ ،و ِ اللوا َ ِء ْال َم ْعقُ ْودَ ،و ِ بلغه صالتنا وسالمنا في هذه الساعة ،يا ربنا ال تحرمنا رؤياه في الجنة ،اللهم صل وسلم وبارك وأنعم عليه وعلى آله األطهار ص ْي ُك ْم وصحبه األخيار وأتباعه األبرار ..أما بعدَ :فيا َ ِعباَدَ هللاِ ،أ ُ ْو ِ 2 ُ صبِ ُروا َوصاَبِ ُرواْ َورا َ ِب ط ْوا لَعَلَّ ُك ْم ْ َوا،ي نَ ْف ِسي بِت َ ْق َوى هللا َ َ َوإِيا . َت ُ ْف ِل ُح ْون . “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada Tuhan Selain Allah yang Maha Besar. Allah Maha Besar dan segala puji hanya milik Allah. Allah Maha Besar. Segala puji bagi Allah, Maha Suci Allah dari pagi hingga petang hari. Tiada tuhan selain Allah, Yang benar janji-Nya, yang memberi kemenangan kepada hambaNya, yang memuliakan hamba-Nya yang bertaqwa. Tiada tuhan selain Allah, dan kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah, mengikhlaskan agama hanya kepada-Nya, Tiada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar, bagi Allah-lah segala puji.” Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar… Pada pagi hari ini kita menyaksikan ratusan juta manusia mengumandangkan takbir, tahlil, tasbih, dan tahmid. Semilyar mulut menggumamkan kebesaran, kesucian, dan pujian untuk Allah Subahanhu wa Ta’ala, sekian banyak pasang mata tertunduk di hadapan kemaha-besaran Allah Azza wa Jalla, sekian banyak hati diharu-biru oleh kecamuk rasa bangga, haru, bahagia dalam merayakan hari kemenangan besar ini. Sebuah kemenangan dalam pertempuran panjang dan melelahkan, bukan melawan musuh di medan laga, bukan melawan pasukan dalam pertempuran bersenjata. Namun, pertempuran melawan musuh-musuh yang ada di dalam diri kita, nafsu dan syahwat serta syetan yang cenderung ingin menjerumuskan kita. Kemenangan melawan hawa nafsu ini adalah inti kemenangan, inilah kemenangan terbesar, kemenangan 3 utama yang akan melahirkan kemenangan-kemenangan lain dalam semua kancah kehidupan dunia yang kita arungi. Kita membutuhkan kemenangan seperti ini untuk memenangkan semua pertarungan yang kita hadapi dalam hidup ini. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu… Selama sebulan penuh kita berada dalam bulan suci, bulan penuh keberkahan dan nilai. Bulan yang mengantarkan kita kepada suasana batin yang sangat indah. Bulan yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan bagi kita kaum Muslimin. Bulan Ramadhan melatih kita untuk memberi perhatian kepada waktu, di mana banyak manusia yang tidak bisa menghargai dan memanfaatkan waktunya. Ramadhan melatih kita untuk selalu rindu kepada waktuwaktu shalat, yang barangkali di luar Ramadhan kita sering mengabaikan waktu-waktu shalat. Adzan berkumandang di samping kanan kiri telinga kita, namun kita tetap dengan segala kesibukan kita, tak tergerak bibir kita untuk menjawabnya apa lagi untuk memenuhi panggilan itu… Dan kita membiarkan suara Muadzin itu memantul di tembok rumah dan kantor kita, lalu pergi bersama angin lalu. Sedangkan pada bulan Ramadhan ini kita selalu menunggu suara adzan, minimal adzan Maghrib, kita tempel di rumah kita bahkan kita hapal jadwal Imsakiyyah. Semoga selepas Ramadhan ini rasa rindu kepada waktu shalat selalu kita pelihara. Waktu adalah kehidupan. Barangsiapa menyianyiakan waktunya berarti ia menyiakan-nyiakan hidupnya. Bahkan pada banyak ayat Allah bersumpah dengan waktu. Maka jika kita ingin menjadi manusia yang terhormat di antara manusia lain dan bermartabat di sisi Allah, hendaknya kita isi waktu kita dengan hal-hal yang produktif, baik untuk kepentingan dunia atau akhirat kita. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamd… 4 Ramadhan juga melatih kita untuk memakmurkan tempattempat ibadah; masjid, mushalla, dan surau. Gegap gempita kita mendatangi rumah-rumah Allah ini, kita kerahkan anak istri kita untuk meramaikan tempat suci ini. Hingga ketika menyaksikan pemandangan indah ini seseorang sempat berkhayal, “Andai Ramadhan datang dua belas kali setahun.” Begitu indah pemandangan ini, suara pujian dan doa bersahut-sahutan dari pengeras suara di antara masjidmasjid. Alam serasa hanyut dalam tasbih dan istighfar. Suasana ini perlu kita pertahankan selepas Ramadhan, kita perlu mengerahkan keluarga kita untuk memakmurkan masjid-masjid Allah. Sehingga kita layak mendapatkan janji Allah, bahwa mendapat naungan Allah di hari dimana tidak ada nauangan selain nauangan Allah yaitu seseorang yang hatinya terikat dengan masjid. Ramadhan juga melatih kita untuk lebih mementingkan ketaatan kepada Allah dengan mengorbankan tenaga dan kepentingan kita, saat-saat kita masih lelah bekerja seharian, setelah sepanjang siang kita bertahan dengan rasa lapar dan dahaga, saat kita mestinya beristirahat dari kepenatan, namun, justru kita ruku’ dan sujud dalam shalat tarawih atau qiyamu Ramadhan dengan satu harapan, mudah-mudahan kita mendapatkan keridhaan Allah, itulah satu-satunya yang paling berharga dalam hidup kita selaku Muslim. Semangat ini juga mestinya kita jaga setelah Ramadhan, kita perlu mempersembahkan apa yang kita miliki ini untuk meraih keridhaan Allah. Sejatinya, apa yang kita miliki saat ini hanya amanah dari Allah Ta’ala, apakah kita dapat menunaikannya atau tidak. Hendaknya keridhaan Allah itu menjadi tujuan kita, tidak ada desah nafas, mulut bergerak, tangan berayun, dan kaki melangkah kecuali kita harus mengirinya dengan satu pertanyaan, “Apakah dengan apa 5 yang saya ucapkan dan saya lakukan ini saya akan mendapatkan ridha Allah.” Hingga dengan demikian serasilah apa yang sering kita ikrarkan, ِ َّ ِ اي َو َم َماتِي َب ْال َعالَ ِمين ُ ُص َالتِي َون ِ ّلِل َر َ ِإ َّن َ َس ِكي َو َم ْحي “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam.” Ramadhan juga melatih kita untuk mempunyai rasa solidaritas sesama manusia, dengan rasa lapar dan dahaga kita teringat akan nasib sebagian dari saudara-saudara kita yang kurang beruntung di dalam hidup ini, mereka setiap harinya dirongrong rasa lapar dan dahaga. Apalagi, rasa kemanusiaan semacam ini nyaris mulai sirna dewasa ini. Saat budaya hedonisme mulai menjangkiti manusia modern, dimana mereka hanya disibukkan oleh urusan pribadi, nafsinafsi, urusanku urusanku sendiri, silahkan urus urusanmu sendiri. Hal ini diakibatkan karena orientasi hidup manusia modern yang hanya memandang materi sebagai satusatunya tujuan. Bahkan, terkadang untuk memenuhi ambisi kebendaannya seseorang rela menghalalkan segala cara. Bangsa ini masih terpuruk, rakyat masih menderita. Kemiskinan menjadi pemandangan utama di setiap sudut kota dan pelosok desa. Tidaklah pantas memamerkan kemewahan di hadapan mereka. Apalagi menggunakan fasilitas negara. Zuhud, adalah sikap yang diajarkan Islam kepada kita dalam hidup ini. Zuhud adalah memalingkan diri dari syahwat dunia. Orang mukmin boleh kaya dan berjaya, namun yang ada di hatinya hanyalah Allah semata. “Letakkan harta di tanganmu dan jangan letakkan di hatimu.” Demikian nasihat ulama. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu… 6 Sungguh banyak pelatihan yang diberikan oleh Ramadhan kepada kita, itulah barangkali di antara hikmah disyariatkannya shiyam selama sebulan agar sebelas bulan sisanya kita lalu dengan menerapkan nilai-nilai Ramadhan. Agar suasana spiritual yang dilatih selama sebulan ini menjadi energi kita dalam mengarungi sebelas bulan berikutnya. Agar predikat takwa itu benar-benar terjaga dalam diri kita. Sebab ketakwaan itulah bekal hidup dan modal kita untuk menghadapi pengadilan Allah Azza wa Jalla. َّ َوتَزَ َّودُوا فَإِ َّن َخي َْر ب ِ ون َياأُو ِلي ْاأل َ ْل َبا ِ ُالزا ِد الت َّ ْق َوى َواتَّق “Dan berbekallah kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku hai orangorang yang berakal.” ِ َّ َِإ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْند اّلِل أَتْقَا ُك ْم “Sesungguhnya sebaik-baik kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.” Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu… Demikianlah Ramadhan telah memberikan banyak perubahan dalam diri kita. Mulai dari sikap, perilaku, dan paradigma dalam memandang hidup dan kehidupan ini. Mestinya ini semua menjadi bekal kita untuk melakukan perubahan-perubahan di masa depan, perubahan yang mengantarkan hidup kita ke arah yang lebih baik. Sebagai pribadi maupun khalifah di atas muka bumi ini. Sungguh kehidupan yang kita lalui masih sulit, beban yang kita pikul semakin berat. Demi sesuap nasi, nilai-nilai yang 7 semestinya dijunjung dan dijaga tidak diindahkan lagi. Bahkan, nyawa yang begitu mahal dan berharga oleh semua agama dan ideologi, kini menjadi taruhan yang sangat murah. Dari layar TV dan media cetak kita sering menyaksikan peristiwa pembunuhan yang sungguh mendirikan bulu kuduk kita; seorang anak membantai ayahnya, suami mencincang istrinya, tetangga menghabisi tetangganya, saudara menggorok saudaranya, yang ratarata motifnya sama, ekonomi. Tidak ada bekal terbaik untuk menghadapi kondisi sulit ini selain ketakwaan. Barangkali semua orang sepakat bahwa kita semua harus bangkit untuk mengatasi semua kesulitan yang melanda kita dan bangsa kita dewasa ini. Untuk itu di hari yang fitri ini, di tengah kita merayakan kemenangan besar ini. Di mana kita baru saja selesai melakukan pelatihan selama sebulan penuh, di mana nuansa kesucian tengah kita rasakan saat ini, sehingga pikiran dan hati kita tengah mengalami pencerahan karena nilai-nilai ketakwaan. Marilah kita menatap hari esok dengan semangat berubah ke arah yang lebih baik dan penuh optimisme, dan memang seorang Mukmin, seorang Muttaqin, seorang yang bertakwa pantang kehilangan asa dalam kondisi apapun. Optimisme adalah harga mati jika kita ingin bangkit mengatasi berbagai kesulitan ini. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu… Ada beberapa tips untuk membangun kesucian hati kita. Pertama, Husnudzan kepada Allah. Husnudzan atau berprasangka baik kepada Allah ini harus kita kokohkan dalam diri kita. Kita sepakat bahwa tidak ada satu peristiwa yang terjadi selain dengan izin dan kehendak Allah, termasuk ujian dan kesulitan yang tengah kita hadapi. Dan seorang Mukmin selalu menghadapi semua ketentuan 8 Allah itu dengan prasangka baik. Ia mempunyai prinsip bahwa apa yang menimpanya, itulah yang terbaik baginya menurut Allah. Oleh karena itu ia tidak menggerutu kepada Penciptanya, ia tidak memberontak karena keputusan Tuhannya, dan ia selalu menatap semua ujian itu dengan senyum. Ia yakin akan mendapatkan dua keuntungan dari ujian itu: 1.Diangkat dan dihapuskannya kesalahan dan dosa-dosanya 2.Dan tinggikan derajatnya di sisi Allah Azza wa Jalla صب ُْر َو َم ْن َّ ص َب َر فَلَهُ ال َ اّلِل َ ع َّز َو َج َّل ِإذَا أ َ َحبَّ قَ ْو ًما ا ْبت َ َال ُه ْم َف َم ْن َ َّ ِإ َّن ع ُ َع فَلَهُ ْال َجز َ َج ِز “Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Barangsiapa bersabar ia mendapat (pahala) kesabarannya, dan barangsiapa gundah gulana, ia (tersiksa) karena kegundahannya.” اك ِأل َ َحد ِإ َّال َ َْس ذ َ َع َجبًا ِأل َ ْم ِر ْال ُمؤْ ِم ِن ِإ َّن أ َ ْم َرهُ ُكلَّهُ َخي ٌْر َولَي ُصابَتْه َ س َّرا ُء َ ُصابَتْه َ َ ش َك َر فَ َكانَ َخي ًْرا لَهُ َو ِإ ْن أ َ َ ِل ْل ُمؤْ ِم ِن ِإ ْن أ ُص َب َر فَ َكانَ َخي ًْرا لَه َ َ ض َّرا ُء “Sungguh mengherankan urusan seorang Mukmin, semua urusannya berakibat baik baginya, dan itu tidak terjadi kepada selain orang-orang Mukmin, jika mendapatkan kebaikan ia bersyukur dan itu baik baginya. Dan jika mendapat bencana ia bersabar dan itu baik pula baginya.” (Muslim) Husnudzan harus kita pelihara dalam diri kita. Allah tidak menghendaki dari hamba-Nya selain kebaikan, kalau tidak di dunia, di akhirat. Jangan sampai kita celaka di dunia dan di akhirat akibat prasangka buruk kita kepada Allah. Na’udzu billah, tsumma na’udzu billah. 9 Kedua, Tidak putus berdoa. Doa merupakan senjata orang beriman, berdoa merupakan ibadah dan enggan berdoa merupakan kesombongan kepada Allah Azza wa Jalla. Jangan engkau berputus asa kerana kelambatan pemberian Allah kepadamu, padahal doamu bersungguh-sungguh. Allah telah menjamin menerima semua doa sesuai dengan yang Dia kehendaki untukmu pada waktu yang telah Dia tentukan. Bukan menurut kehendakmu dan bukan pada waktu yang engkau tentukan. “ Oleh karena itu jadikan doa dan usahamu sebagaimana fungsi ruh dengan jasad pada diri manusia. Sebab yang disebut insan kamil ( manusia seutuhnya ) ialah manakala jasad dengan ruh bertemu pada satu wujud manusia. Tidak akan disebut manusia yang sempurna, bila hanya ada ruh. Begitu pula sebaliknya, hanya akan disebut mayat, bila manusia hanya ada jasadnya sahaja tanpa dengan ruh. Ibnu Athaillah as-Sakandari mengingatkan kepada kita semua agar kita tidak berputus-asa dalam berdoa. Mengapa demikian? Kerana nafsu manusia seringkali muncul ketika Allah menunda ijabah atau pengabulan doa-doa kita. Dalam keadaan demikian manusia seringkali berputus-asa, dan merasa bahwa doanya tidak dikabulkan. Sikap putus asa itu disebabkan kerana manusia merasakan bahwa apa yang dijalankan melalui doanya itu, akan benar-benar memunculkan pengabulan dan Allah. Tanpa disedari bahwa ijabah itu adalah Hak Allah bukan hak hamba. Dalam situasi keputusasaan itulah hamba Allah cenderung mengabaikan munajatnya sehingga ia kehilangan hudlur ( hadir ) bersama Allah. Ketiga, meneladani para nabi dan rasul. 10 Untuk dapat meneladani Nabi dan Rasul dalam kehidupan kita sehari-hari, tentunya kita umat Islam harus mengetahui terlebih dahulu apa saja sifat-sifat yang dimiliki oleh beliau dan bagaimana perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, agar kita dapat meneladani Nabi dan Rasulullah akan dikemukakan sifat-sifat dan perilaku tersebut. Perlu ditegaskan bahwa semua rasul adalah manusia yang memiliki sifat-sifat kemanusiaan sebagaimana manusia lainnya. Sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW maupun para rasul adalah : 1. Shiddiq, yang berarti jujur. Selalu jujur dalam perkataan dan perilaku. 2. Amanah, yang berarti dalam dipercaya dalam kata dan perbuatan. 3. Tabligh, yang artinya menyampaikan, selalu menyampaikan apa saja yang diterimanya dari Allah kepada umat manusia. 4. Fathanah, yang berarti cerdas. Semua nabi dan rasul cerdas dan selalu mampu berfikir jernih sehingga dapat mengatasi semua permasalahan yang dihadapi. Para nabi dan Rasul adalah kekasih-kekasih Allah dan itu kita sepakat. Namun ujian Allah timpakan kepada mereka begitu dahsyat dan tak terperikan. Bahkan di antara mereka ada yang mendapatkan gelar Uluz Azmi karena keberhasilan mereka dalam mengarungi ujian berat. Dan mereka tidak pernah berputus asa kepada rahmat dan pertolongan Allah Ta’ala. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu… Keempat, beramal dan bertawakkal. Allah tidak menurunkan emas dari langit. Kita gunakan seluruh potensi yang Allah karuniakan kepada kita 11 Sebab tidak ada yang mengubah kita selain kita sendiri. Allah berfirman dalam surat Ar-Ra’du ayat 11 : ُ َلَهُ ُمعَ ِقبَاتٌ ِم ْن بَي ِْن يَدَ ْي ِه َو ِم ْن خ َْل ِف ِه يَحْ ف ِ َّ ظونَهُ ِم ْن أ َ ْم ِر اّلِلَ َال يُغَيِ ُر َما َّ اّلِل إِ َّن سو ًءا فَ َال َم َردَّ لَهُ َو َما لَ ُه ْم َّ َبِقَ ْوم َحتَّى يُغَيِ ُروا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم َوإِذَا أ َ َراد ُ اّلِلُ بِقَ ْوم ِم ْن دُونِ ِه ِم ْن َوال Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (ArRadu: 11) Dan Allah SWT juga telah berfirman dalam Surat At-Talaq ayat 2-3 : ُ َو َي ْر ُز ْقهُ ِم ْن َح ْي. هللا َي ْج َعل لَّهُ َم ْخ َر ًجا ث َال َي ْحت َ ِسبْ َو َم ْن ِ َّ َو َم ْن يَت َ ق ٍ ْشي َ قَ ْد َج َع َل هللاُ ِل ُك ِل.ِهللا بَ ِل ُغ أ َ ْم ِره َ يَتَ َو َّك ْل َ إِ َّن.ُعلَي هللاِ فَ ُه َو َح ْسبُه قَ ْد ًرا Artinya: Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (At-Talaq:2-3) 12 Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu… Akhirnya, dengan jiwa yang suci bersih bak seorang bayi yang baru lahir. Marilah kita tundukkan hati kita kepada kebesaran Allah, mengharap akan karunia dan rahmat-Nya, untuk kita keluarga kita, kaum muslimin, dan bangsa kita, semoga pada hari yang fitri ini hati kita akan kembali suci kembali. Sebagai penutup khutbah kita hari ini, kami mengajak hadirin untuk senantiasa taat kepada Allah. Janganlah kita sampai lalai, sehingga diri yang sudah bersih dan hati yang telah suci ini menjadi kotor kembali. Semoga kita termasuk golongan orang yang bertaqwa. Amin.. Amin.. Ya Rabbal ‘Alami.. َونَفَ َعنِ ْي َو ِإيَّا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه،آن ْال َع ِظي ِْم َ َب ِ ار َك هللاُ ِل ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُ ْر ُ ِإنَّه،ُ َوتَقَبَ َّل هللاُ ِمنِ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوت َه،ت َوال ِذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم ِ ِمنَ اْآليَا س ِم ْي ُع ْال َع ِل ْي ُم َّ ُه َو ال 13 KHUTBAH IDUL FITRI 1438 H / 2017 M MENCAPAI KESUCIAN HATI DISUSUN OLEH : H. HERMAN, S.Ag, M.Pd.I (Kepala Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat dan Wakaf ) BIDANG PENAIS, ZAKAT DAN WAKAF KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI PROVINSI JAMBI TAHUN 2017