Pribadi Penyebar Salam

advertisement
Pribadi Penyebar Salam
Written by Admin
Selasa, 25 Agustus 2009
PRIBADI PENYEBAR KEDAMAIAN
Di antara nikmat Allah swt. yang dihajatkan oleh manusia baik secara individu maupun kolektif
adalah kedamaian dan keselamatan. Nikmat yang tidak dapat ditangguhkan hingga tibanya hari
akhir. Ia dibutuhkan setiap saat dan di setiap lingkungan sosial dan di mana pun juga. Bukan
suatu kebetulan nama agama yang diridlai Allah swt. adalah Islam, yang identik dengan
‘assilmu’ kedamaian dan ‘assalamu’ keselamatan. Surga yang melambangkan kenikmatan dan
kebahagiaan ukhrawi juga diberi nama ‘Darussalam’ yakni tempat kedamaian dan keselamatan.
Karena itu do’a yang diajarkan rasulullah saw. agar dibaca setiap saat, terutama ba’da shalat
yang artinya; “Ya Allah Engkau adalah As Salam, dari Engkaulah keselamatan dan kedamaian,
kepadaMu kembalinya As Salam, maka penuhilah hidup kami dengan As Salam, dan
masukkanlah kami ke surga tempat kedamaian. Maka Maha Berkat Engkau Zat yang Maha
Agung dan Mulia”.
Kedudukan SALAM demikian penting dalam Islam. secara singkat dapat dijelaskan sebagai
berikut;
1. Salam sebagai identitas.
Ia adalah identitas paling mengemuka bagi setiap muslim dan muslimah. Apakah ketika
berjumpa atau bertegur sapa dan memulai kata-kata, mengucapkan salam atau tidak ?.
menjadi pertanda yang sah apakah dia seorang muslim atau bukan. Jika salam telah
diucapkan, maka membalasnya menjadi kewajiban. Kedamaian atau keinginan damai dan
maksud baik, wajib direspon minimal dengan yang sepadan. Bahkan merupakan keutamaan
akhlaq seseorang, jika meresponinya dengan yang lebih baik, lebih tinggi dan lebih mulia. Di
antara hak-hak sesama muslim adalah salam saat berjumpa dan berpisah, menyampaikannya
via seseorang atau melalui surat dari jarak jauh.
2. Salam sebagai pakta yang sakral.
Mengucapkan salam sama sekali bukan basa-basi. Kata-kata itu diucapkan karena perintah
Allah, yang tak bisa ditukar dengan kata-kata lain, dan ia merupakan ibadah. Mengucapkannya
karena cinta kedamaian dan cinta sesama. Begitu diucapkan berarti janji untuk tidak
mengganggu rasa damai dan keselamatan orang yang menerimanya. Dalam pergaulan sosial
Islami, salam merupakan pakta pergaulan yang sakral, siapa pun tidak boleh merusaknya. Di
antara tentara Islam ada yang dijatuhi hukuman disiplin oleh rasulullah saw. karena tetap
menyerang orang yang telah mengucapkan salam. Tidak perlu dipersoalkan dan diduga-duga
apakah dia mengucapkannya karena terdesak dan takut dibunuh. Karena persoalan apa yang
di hati orang, hanya Allah swt. yang tahu.
3. Salam sebagai do’a.
Puncak do’a dalam Islam adalah shalat. Menurut hukum fikih, shalat seseorang tidak sah jika
tidak diawali dengan takbiratul ihram. Begitu pun ia juga batal, jika tidak diakhiri dengan salam.
Ini berarti bahwa seseorang yang menunaikan shalat dimana segala do’a dipanjatkan ke hadirat
1/3
Pribadi Penyebar Salam
Written by Admin
Selasa, 25 Agustus 2009
Allah swt. tidak ada nilainya sama sekali, jika tidak diakhiri dengan mendo’akan lingkungannya
agar hidup dalam kedamaian dan keselamatan. Karena ia bersifat do’a maka hanya boleh
diucapkan kepada orang yang se-‘aqidah. Sedang kepada non-muslim do’a selamat ini
dikaitkan dengan kesediaannya mengikuti petunjuk Islam, sehingga berbunyi; “assalamu ala
manittaba’al huda”, artinya; “keselamatan buat orang yang mengikuti petunjuk”, sebagaimana
disebutkan dalam Al Qur'an surah Thaha, ayat: 47. Dan hal ini telah dicontohkan oleh rasulullah
saw. dalam surat-surat beliau kepada raja-raja dan kepala pemerintahan pada masa itu.
Pribadi Penyebar Salam.
Di antara hobby sahabat nabi saw, Abdullah bin Umar adalah jalan-jalan di pasar. Tapi bukan
untuk shopping melainkan untuk tujuan yang lebih mulia dan berharga dari belanja apa pun.
Jika hari pasar tiba, dengan semangat dia menuju pasar sengaja hanya untuk mengucapkan
salam kepada orang-orang yang beliau jumpai di pasar. Sepulangnya ke rumah, beliau merasa
sangat bahagia, telah mendo’akan dan mendapatkan do’a selamat dari banyak orang di pasar.
Cara beliau itu mungkin sulit diteladani oleh orang Islam yang lain, apalagi zaman sekarang.
Tapi yang lebih penting adalah semangatnya, yaitu bahwa beliau tampil menjadi contoh
bagaimana sosok seorang muslim penyebar salam. Sebab dengan menyebarkan salam, akan
timbul rasa saling mencintai di dunia dan ada harapan dan peluang menikmati surga
Darussalam di akherat. Sebagaimana nabi bersabda;
‫أﻔﺸوﺎ اﻠﺴﻠاﻢ ﻭ ﺻﻠوﺎ اﻠأرﺤاﻢ ﻭ أﻄﻌﻤوﺎ اﻠﻄﻌاﻢ وﺼﻠوﺎ ﺑاﻠﻠﻴﻞ ﻭ اﻠﻨاﺲ ﻧﻴاﻢ ﺗدﺨﻠوﺎ‬
‫اﻠﺠﻨﺔ ﺑﺴﻠاﻢ‬
“sebarkanlah salam, jalinlah shilaturrahim, berikanlah makanan dan shalatlah di keheningan
malam, ketika manusia tertidur lelap, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat”.
‫أﻠﺎ أدﻠﻜﻢ ﻋﻠﻰ ﺷﺊ إذﺎ ﻓﻌﻠﺘﻤوﻪ ﺗﺤاﺒﺒﺘﻢ أﻔﺸوﺎ اﻠﺴﻠاﻢ ﺑﻴﻨﻜﻢ‬
“maukah kutunjukkan kepada kalian semua, suatu perkara yang bila kalian melakukannya,
niscaya kalian akan saling mencintai ?. sebarkanlah salam di antara kalian”.
Kesenangan menyebarkan salam membuat hati jadi bening dan bersih dari noda ganjalan
psikologis (psyichological barries) terhadap siapa pun, bahkan menjadikannya mudah
memaafkan dan berhusnu zhan (berprasangka baik) kepada orang yang nampak menyakitinya
sekalipun. Inilah potret sosok pribadi sahabat nabi saw. Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash. Dalam
suatu majlis, nabi bersabda tentangnya; “akan muncul kepada kalian seorang ahli surga”.
Didorong oleh rasa penasaran untuk mengetahui rahasianya, diantara sahabat lain ada yang
sengaja bertamu dan bermalam di rumah Ibnul ‘Ash ini. Barangkali ada keistimewaannya dalam
bertahajjud atau lainnya. Ternyata tidak. Sebelum pamitan pulang ia pun berterus-terang
menanyakan tentang maksudnya. Jawab beliau; “saya tak punya keistimewaan apa pun. Hanya
satu hal yang selalu saya lakukan adalah; saya belum mau tidur sebelum membersihkan hati
saya dari ganjalan psikologis terhadap semua orang dan mendo’akan mereka”. Ternyata
justeru itulah rahasianya.
2/3
Pribadi Penyebar Salam
Written by Admin
Selasa, 25 Agustus 2009
Menghadapi situasi yang penuh kecemburuan, syakwasangka dan ketidak-harmonisan sosial
dewasa ini, ada tuntutan yang serius dan kebutuhan mendesak akan munculnya pribadi-pribadi
muslim penyebar salam. Kuatnya arus berita-berita miring dan provokatif, hanya dapat
ditangkal dan ditandingi dengan kekuatan arus salam yang disebarkan secara luas ke semua
lini kehidupan sosial.
DR. Surahman Hidayat, MA
(Tafakkur Edisi 141)
3/3
Download