FOCUS GROUP DISCUSSION DAN WORKSHOP PEMBUATAN MODUL MATERI HAM UNTUK SPN DAN PUSDIK POLRI Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 17 – 18 Maret 2015 MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI Oleh: Dafri Agussalim Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI Dafri Agussalim Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Latar Belakang Masalah Dunia sekarang sedang dihadapkan dengan berbagai tantangan yang sangat berat: konflik bersenjata lokal maupun internasional, kerusuhan politik, penyakit pendemik, pelanggaran HAM, TNCs, korupsi, terorisme, natural dan atau man-made disasters, dll. Berbagai tragedi kemanusiaan tersebut terjadi di hampir seluruh belahan dunia, tanpa memandang negara maju atau terbelakang, negara besar atau kecil, Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika, dan perbedaan ideologi. Hal ini mendorong berbagai negara di dunia berusaha mencari solusi terhadap masalah tersebut dengan berbagai cara, termasuk menggunakan sumber daya politik, hukum, ekonomi dan militer, serta melibatkan berbagai pihak, negara maupun non-negara seperti oganisasi internasional, NGOs, INGOs, dan bahkan individual. Argumen Utama Tingkat pemenuhan HAM masyarakat suatu negara berdampak langsung terhadap perkembangan politik, kondisi keamanan, pembangunan social dan ekonomi dari negara tersebut. Semakin baik penghormatan, perlindungan, pemenuhan dan pemajuan HAM yang dilakukan suatu pemerintah terhadap masyarakatnya maka semakin baik pula tingkat keamanan, stabilitas sosial dan politik serta pembangunan sosial dan ekonomi dari negara tersebut. Saling Terkait Lynn Miller berargumen bahwa: Pertama, ada keterkaitan yang erat antara tiga tujuan dasar dari deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang hak asasi manusia yaitu: untuk mencapai kedamaian, melaksanakan pembangunan dan pemenuhan hak-hak asasi manusia. Kedua, ada keterkaitan antara hak ekonomi, sosial dan budaya dan hak sipil dan politik. Ketiga, ada keterkaitan antara kenyataan dalam masyarakat lokal dan kenyataan dalam masyarakat global dewasa ini. Singkatnya, tidak akan ada kedamaian tanpa terpenuhinya hakhak asasi manusia, tidak akan ada kedamaian jika pembangunan tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, dan tidak akan ada pembangunan tanpa adanya kedamaian dan tanpa terpenuhinya hak-hak asasi manusia. Bukti Emperis Manfaat HAM Banyak contoh emperis yang memperlihatkan bahwa penerapan kebijakan yang bernuansa HAM sangat bermanfaat untuk mewujudkan good governance di tingkat lokal dan nasional. Penerapan kebijakan yang bernuansa HAM secara konsisten akan berdampak pada peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja pemerintah local maupun nasional. Standar-standar HAM misalnya dapat dijadikan dasar-dasar hukum, moral dan etika dalam mengatur perilaku negara (dalam hal ini khususnya pemerintah lokal) dan masyarakat mengenai apa yang boleh dan harus dikerjakan dan apa yang tidak boleh dikerjakan demi penghormatan, perlindungan dan pemenuhan HAM masyarakat luas. Memperkuat Negara: HAM dan Pembangunan Philip Alston and Mary Robinson dalam bukunya Human Rights and Development menemukan bahwa pembangunan dan modernisasi telah menciptakan suatu kondisi dimana individual atau kelompok tertentu menjadi sangat rentan terhadap pelanggaran HAM. Oleh karena itu, menurut mereka, konsep pembangunan suatu negara harus dikaitkan dengan upaya perwujudan HAM bagi semua warganya. Lebih lanjut Dias mengatakan bahwa di banyak bukti juga bahwa perlindungan dan penegakan HAM akan meningkatkan partisipasi mayarakat dan oleh karenanya akan pula meningkatkan dukungan publik dan produktifitas dalam pembangunan tersebut. HAM dan Pembangunan Sosial dan Ekonomi Perlindungan dan pengakan HAM juga akan membuka dan memperlancar komunikasi antara masyarakat dan pemerintah yang pada akhirnya berdampak positif bagi peningkatan efisiensi kerja pemerintah serta menciptakan mekanisme kontrol terhadap kemungkinan terjadinya tindakan korupsi dan mismanagement (menciptakan good governance). HAM menganut prinsip equal concern and respect, yang menuntut pemerintah melakukan tindakan campur tangan guna mengurangi ketidakmerataan dan ketidakadilan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Negara harus melindungi mereka yang rentan untuk menjadi korban perlakuan yang diskriminatif baik di bidang politik, sosial, ekonomi dan budaya yang menyebabkan mereka memiliki keterbatasan atau hambatan untuk mendapatkan akses ke sumber-sumber sosial, politik dan ekonomi HAM dan Stabilitas Politik dan Keamanan Dengan demikian, perlindungan dan penegakan HAM juga akan memacu pemerintah untuk menyediakan pelayan dasar yang maksimal bagi masyarakatnya dan memberi ruang dan akses bagi mereka yang tidak beruntung untuk dapat memperjuangkan hak-hak mereka. Dan akhirnya, bahwa penegakan dan perlindungan HAM akan sangat membantu terciptanya stabilitas dan keamanan masyarakat dan negara. Sudah banyak bukti bahwa negara yang mengabaikan atau melanggar HAM pasti tidak stabil dan tidak aman. Makna di balik argumen tersebut di atas yaitu adanya keharusan bagi suatu negara agar memperlakukan setiap warganya dengan adil, baik secara moral dan hukum maupun secara politik, sosial, ekonomi dan budaya. Jika ada ketidaksamaan dalam perlakuan, misal dalam hal kesempatan dan materi yang timbul langsung maupun tidak langsung dari keputusan atau kebijakan politik harus tetap compatible atau sesuai dengan konsepsi politik mengenai keadilan yang didasarkan atas prinsip dan nilai-nilai HAM yang dimaksud. Relevansi untuk Indonesia Dalam konteks ini, argumen bahwa HAM adalah produk Barat dan oleh karenanya hanya cocok dan efektif untuk masyarakat dan negaranegara Barat tersebut, tidak dapat dipertahankan kebenarannya. Connelly, misalnya, menemukan bahwa ternyata HAM juga merupakan alat dan sarana yang efektif bagi negara-negara non-Barat dalam perjuangan untuk mencapai tujuan dan kepentingan nasional mereka, melebih keefektifan strategi dan pendekatan yang tidak berdasarkan HAM. Bahwa masih ada beberapa negara yang dipimpin rezim authoritarian menolak mengaitkan HAM dengan pembangunan, menurut Conelly, tidak berarti bahwa pembangunan yang berdasarkan HAM telah gagal. Sebaliknya, menurutnya, selama dua dekade terakhir semakin meningkat kecenderungan internasional untuk memandang HAM bukan saja sebagai syarat dan alat untuk pembangunan ekonomi, tetapi juga bahkan telah menjadi tujuan utama dari pembangunan itu sendiri. HAM dan Demokrasi Walaupun demikian, beberapa penulis dan peneliti mengakui bahwa penegakan dan penghormatan HAM berkaitan langsung dan erat dengan demokrasi. Demokrasi dan HAM pada dasarnya share suatu komitmen terhadap suatu cita-cita untuk mewujudkan kesamaan dan keadilan sosial, ekonomi dan politik bagi semua warga. Penghormatan, perlingungan dan pemenuhan prinsip dan nilai-nilai HAM tidak dapat tidak memerlukan demokrasi. Sedangkan HAM dapat membantu terwujudnya demokrasi itu sendiri. Peran Negara Negara memikul tanggungjawab utama dalam upaya penghormatan, penegakan, perlindungan, pemenuhan dan pemajuan HAM. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam setiap perjanjian HAM internasional (Kovenan maupun Konvensi HAM Internasional). Bentuk tanggungjawab tersebut berupa mengeluarkan produk hukum dan undang-undang, keputusan-keputusan politik, serta program-program. Siapa yang dimaksud negara? Adalah aparat negara tersebut, yaitu birokrat, administrator, politisi, penegak hukum (jaksa, hakim, polisi dan lain-lain) serta aparat militer. Relevansi dan Urgensi HAM bagi Polisi Polisi adalah aparat negara, penegak hukum yang merupakan garda terdepan dalam upaya mewujudkan tanggungjawab negara di bidang penghormatan, perlindungan, pemenuhan dan pemajuan HAM warga negaranya. Masalahnya, pada saat yang sama polisi juga merupakan aparat yang paling rentan untuk melakukan (disadari atau tidak dan disengaja atau tidak) untuk melakukan pelanggaran HAM terhadap masyarakat. Ada banyak faktor yang membuat polisi rentan untuk melakukan pelanggaran HAM. Misal karena lemahnya sumberdaya manusia, ketidaktahuan terhadap HAM itu sendiri, dorongan untuk mencapai kepentingan pribadi atau kelompok, dll. Cara Pandang: Materi Apa yang Relevan? Fokus Utama adalah materi-materi yang relevan dengan upaya polisi untuk melindungi HAM masyarakat. Misal CCPR, termasuk CERD dan CAT. Juga ICESCR dan konvensi turunannya, seperti CEDAW, CRoC dll. Sekali lagi pemberian materi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan polisi terhadap upaya negara dalam menghormati, melindungi, menegakan, memenuhi dan memajukan HAM masyarakatnya, bukan sebaliknya! Ini artinya, pengajaran HAM bukan hanya dimaksudkan untuk mendorong para polisi tahu (knowing) semata tentang HAM tetapi juga untuk merubah cara pandang, sikap dan prilaku dari para peserta didik tersebut. Metode Pengajaran Oleh karena pengajaran HAM ini dimaksudkan bukan hanya untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang HAM, melain untuk merubah cara pandang, sikap dan perilaku terhadap HAM, maka diperlukan metode pengajaran yang juga sesuai dengan kebutuhan tersebut. Metode kuliah atau pengajaran konvensional seperti ceramah (apalagi yang bersifat monolog dan satu arah) dipastikan tidak tepat dan tidak memadai untuk ini. Diperlukan cara-cara yang lebih kreatif, yang memungkinkan pengajaran tersebutbenar-benar mampu menginternalisasikan nilai-nilai HAM yang diajarkan tersebut dalam diri para peserta didik. Misal dalam bentuk kuliah yang lebih kolaboratif dan partisipatif, sehingga memungkinkan para peserta ikut ambil bagian langsung dan share berbagai ide dan pengalaman riil yang mereka alami dengan peserta lainnya. Di samping metode konvensional, maka sangat penting menerapkan metode lainnya seperti diskusi klaster, kuliah lapangan, magang, pembuatan karya ilmiah yang lebih inovatif (misal film documenter), bakti sosial, mengundang “korban” HAM sebagai nara sumber, dll. Penutup Pengajaran HAM di lembaga pendididkan kepolisian adalah timely, merupakan suatu kebutuhan yang mendesak dan sangat penting. Pengajaran HAM tersebut akan sangat bermanfaat bukan saja bagi masyarakat banyak tetapi juga bagi polisi (individual maupun kelembagaan). Pengajaran HAM di lembaga pendidikan kepolisian dimaksudkan bukan hanya untuk membantu para peserta didik mengetahui (knowing) tentang Hamj tetapi untuk merubah cara pandang, sikap, dan perilaku para peserta tersebut dalam msyarakat nantinya. Diperlukan pilihan materi bahan ajar HAM yang tepat (relevan dengan tugas dan tanggungjawab polisi dalam masyarakat). Diperlukan metode yang pengajaran yang lebih kreatif dan inovatif: bersifat kolaboratif dan partisipatif serta bersentuhan langsung dengan realitas masyarakat di lapangan.