Social Media Management and Publishing

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Digital Marketing
Communication
Social Media Management
and Publishing
Fakultas
Program Studi
Tatap Muka
Ilmu Komunikasi
Advertising and
Marketing
Communication
13
Kode MK
Disusun Oleh
43024
Andri Budiwidodo, S.Si., M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Social Media Management and
Publishing mengkaji beberapa bagian
antara lain:
1. Memahami analisis situasi pasar,
persaingan dan identifikasi pemasaran
pada Social Media;
2. Memahami publishing Brand pada
Social Media
Mahasiswa memahami Social Media
Management and Publishing
Social Media Management and Publishing
PENGANTAR
Perkembangan yang semakin pesat pada teknologi memberikan dampak evolusi
yang pesat pula pada internet.
Kompleksitas, kecepatan, jaringan, transparansi dan
desentralisasi yang merupakan karakteristik dari internet lalu melahirkan apa yang kemudian
disebut dengan media baru atau social media.
Social media, dengan kecepatan
perkembangannya yang luar biasa, menjadi titik baru untuk bagaimana manusia
berkomunikasi dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk bisnis. Jutaan
orang dapat terhubung dan menjalin sebuah hubungan secara online. Komunikasi menjadi
lebih desentralisasi. Komunikasi tradisional media dengan sifat broadcasting one to many
sekarang berubah menjadi jaringan many to many. Semua menjadi pencipta informasi dan
mempublikasikannya dengan mudah ke banyak orang dengan cepat.
Dengan fungsi, peran dan karakteristiknya, social media kini mulai menjadi bagian
tambahan baru bagi dunia bisnis yang senantiasa memerlukan kecepatan untuk terus
beradaptasi dengan kondisi dan situasi di internal dan juga eksternal khususnya komunikasi.
Penggunaan social media bagi perusahaan atau korporat untuk memasarkan merek,
berkomunikasi, membuat sebuah hubungan komunikasi beberapa arah telah memasuki
tahap penting.
Komunikasi pemasaran merupakan area bisnis yang paling cepat
menggunakan dan menambahkan social media sebagai salah satu saluran komunikasinya.
Hal tersebut merupakan keharusan dan dianggap sebagai pelengkap media tradisional dan
keseluruhan saluran komunikasi mereka. Bahkan dengan karakteristiknya yang sangat
berbeda, pada akhirnya dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan dalam
menyampaikan pesan, menjalin hubungan komunikasi dan membuat sebuah aktifitas
komunikasi yang tinggi untuk mencapai objektif dan tujuan mereka.
Perkembangan pesat disemua lini tersebut, terutama media dan teknologi,
menuntut perusahaan untuk memiliki kemampuan yang baik untuk dapat merespon atau
beradaptasi dengan hal tersebut.
Perubahan-perubahan pada kebiasaan berkomunikasi
dan praktek dalam berkomunikasi memberikan dampak yang sangat kuat untuk komunikator
korporat atau perusahaan.
Fokus hanya kepada fisik produk ataupun strategi komunikasi pemasaran dengan
media tradisional menjadi tidak cukup.
Metode komunikasi pemasaran pun juga
berkembang dengan pesat. Media menjadi semakin terlihat dan efektif sebagai penyebar
komunikasi pemasaran. Selain itu, konsumen semakin paham dengan produk dan harga
karena tingginya arus informasi. Tidaklah cukup jika perusahaan hanya bergantung pada
cara penjualan tradisional dan proses komunikasi pemasaran umum. Perusahaan harus
2016
2
Digital Marketing Communication
Andri Budiwidodo, S.Si.,M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dapat mencari cara baru untuk dapat mencapai, terhubung dan berkomunikasi dengan
konsumen. Keharusan untuk terus beradaptasi dan melihat kesempatan serta kekuatan
yang ada pada social media inilah yang akhirnya membuat perusahaan mulai untuk
menggunakannya sebagai alat dan media baru untuk mengaplikasikan strategi komunikasi,
mengintegrasikan dengan media tradisional, yang dapat membantu untuk mencapai tujuan
dan objektif perusahaan.
Munculnya media baru atau yang kemudian biasa disebut social media tersebut
merupakan bagian dari perkembangan teknologi internet dan dapat menjadi alat reformasi
untuk implementasi strategi komunikasi pemasaran yang potensial bagi perusahaan.
Dengan social media, perusahaan dapat menjangkau konsumen lama dan baru dengan
cakupan besar secara cepat. Selain itu juga konsumen dapat memberikan respon langsung
sehingga terjadi interaksi.
Beberapa social media yang sekarang sangat popular dan
menjadi bagian dari strategi komunikasi perusahaan adalah Facebook, Twitter, LinkedIn,
YouTube dan lain-lain yang masing-masing memiliki kekuatan, keunikan dan fungsi
berbeda. Dari banyaknya social media tersebut, salah satu yang paling sederhana, menarik
tetapi dapat memberikan keuntungan luar biasa adalah Twitter. Sebuah jasa microblogging
dengan maksimal penulisan 140 karakter yang dapat berupa teks, tautan dan juga image.
Kesederhanaan inilah yang justru membuatnya menonjol dibandingkan yang lain karena
dapat memberikan cycle time line yang lebih cepat dengan penyebaran yang lebih cepat
dan luas.
Perusahaan dengan brandnya mulai eksis dan aktif dengan identitas dan
“percakapan” di media sosial.
Percakapan inilah yang merupakan bentuk dari aktifitas
komunikasi yang terjadi dan merupakan konten yang ada dalam social media. Aktifitas ini
berlangsung secara terus menerus dan stabil serta berimbang antara sesama pengguna.
Ketika terjadi sebuah aktifitas komunikasi yang cukup tinggi, berimbang dan simultan inilah
kemudian muncul istilah engagement.
ENGAGEMENT
BAGIAN
DARI
SOCIAL
MEDIA
MANAGEMENT
Dalam sebuah hubungan antara perusahaan dengan konsumen, seringkali bukan
hanya mengenai profit atau brand awareness.
Hal lain yang juga ingin diraih adalah
mendapatkan penghargaan, kepercayaan, komitmen dan bahkan kecintaan dari konsumen.
Layaknya semua hubungan, tentu untuk mendapatkan hal tersebut diperlukan sebuah
aktifitas secara simultan dan stabil. Kelak kegiatan ini juga yang akan mengarahkan
2016
3
Digital Marketing Communication
Andri Budiwidodo, S.Si.,M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
konsumen kepada hal-hal tersebut dan berujung dengan sebuah hubungan jangka panjang
yang baik untuk keuntungan kedua belah pihak.
Menurut Allegiance dkk (2011), Engagement adalah:
The emotional bond or attachment that a customer develops during the repeated
and ongoing interactions accumulated as a satisfied, loyal and influencing
customer.
Percakapan adalah kunci dari semua hubungan dan begitu juga hubungan dengan
konsumen. Tidak ada tujuan dan objektif yang akan tercapai tanpa sebuah percakapan.
Demikian halnya dalam marketing dan marketing mix. Penting untuk selalu berada pada
dimana konsumen berada, mengenal mereka lebih baik, mengetahui apa yang mereka
inginkan dan memberikan sesuatu dari hasil percakapan tersebut.
Dengan adanya
percakapan dan aktifitas komunikasi maka secara perlahan dan kuat akan terbangun
sebuah hubungan dan kepercayaan.
Sebelumnya, dalam komunikasi pemasaran, terutama promotion mix dan
advertising, percakapan yang terjadi antara perusahaan dengan konsumen dilakukan
melalui media tradisional seperti televisi, iklan cetak, iklan radio dan lainnya. Cakupan dan
feedback segera memang sudah ada, tetapi tingkat transparansi, dinamika, arah dan
kecepatan belum terlalu maksimal. Beberapa tahun belakangan inilah baru mulai masuk
social media sebagai media baru dalam marketing dan marketing mix untuk menciptakan
sebuah engagement.
Perbedaan yang menyebabkan hal tersebut adalah karena
karakteristik dari social media itu sendiri yang memposisikan konsumen bukan sebagai
penonton atau pendengar melainkan sebagai pembicara yang selalu dapat berpartisipasi.
Konsumen menjadi semakin aktif dan dapat terlibat dalam percakapan seperti layaknya
manusia berbicara. Dengan posisi tersebut, maka sangat besar kesempatan menciptakan
sebuah engagement dengan konsumen.
Seperti yang dikatakan oleh Brian Solis (2008) dalam bukunya The Art of Listening
and Engagement Through Social Media:
In the era of social media, simply having a customer service infrastructure is no
longer enough. This is about people and engaging them as people, evolving from
an approach that connects faceless companies to anonymous customers. Let’s
humanize the entire process to not just keep customers happy, but also
cultivating loyalty along the way.
Pada akhirnya engagement melalui social media secara mendasar telah mengubah
bagaimana komunikasi antara perusahaan dengan konsumen dan dunia bisnis secara
keseluruhan. Hal ini disebabkan karena pada akhirnya social media telah benar-benar hadir
2016
4
Digital Marketing Communication
Andri Budiwidodo, S.Si.,M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sebagai sebuah media dengan daya jangkau, kecepatan dan karakteristik yang berada di
atas media tradisional. Di sinilah letak, dimana Engagement menjadi bagian dari Social
Media Management.
KONSEP STRATEGI SOCIAL MEDIA SEBAGAI BAGIAN
DARI SOCIAL MEDIA MANAGEMENT
Strategi merupakan sebuah kata yang tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari
terutama dunia komunikasi dan bisnis.
Karena, secara mendasar, strategi merupakan
sebuah instrumen untuk mencapai suatu tujuan. Dengan adanya strategi maka akan
membantu perusahaan dalam menetapkan cara untuk mencapai sasaran yang telah
direncanakan.
Adapun pengertian strategi menurut Chander (dalam Rangkuti, 1999)
merupakan alat untuk mencapai tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas
alokasi sumber daya.
Sedangkan secara praktek dalam perusahaan yang berorientasi profit atau
pemasaran, definisi strategi adalah: “A strategy, in effect, outlines the organization’s game
plan for success” (Ferrel & Hartline. 2011:16). Strategi sendiri dapat dibagi menjadi dua tipe
yaitu, strategi perusahaan yaitu biasanya berlaku pada seluruh fungsi yang ada dalam
perusahaan dan strategi bisnis yaitu strategi yang menekankan pada strategi komunikasi.
Dalam mata kuliah ini, tipe strategi yang dipakai adalah yang menekankan pada area
strategi penggunaan social media yang berada dalam komunikasi dan komunikasi
pemasaran. Strategi social media tidak secara langsung berada dalam promotion mix dan
juga advertising mix karena berdiri sendiri, tetapi tetap dapat saling terkait dan berhubungan.
Penjelasan terlihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. Posisi Strategi Social Media
Dari posisi tersebut, bagaimanapun juga tetap ada garis besar yang sama antara
semua strategi. Yang paling utama adalah perlunya objektif dan tujuan yang jelas. Lalu
perusahaan juga harus dapat menentukan kombinasi target market dan komunikasi
2016
5
Digital Marketing Communication
Andri Budiwidodo, S.Si.,M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pemasaran yang tepat. Selain itu, titik berat aktifitas komunikasi harus terkait dengan usaha
mempertahankan dan menjalin hubungan dengan stakeholder.
Kita dapat melihat bagaimana marketing mix yang merupakan bagian dari strategi
komunikasi juga menekankan pada promotion mix, yaitu berbagai macam cara untuk
mengkomunikasikan produk dan mengajak konsumen untuk membeli. Kegiatan promotion
mix yang paling terkenal dan paling banyak dipakai adalah advertising. Selain advertising
terdapat pula public relations, personal selling, publicity dan juga sales promotion. Dalam
advertising kita telah mengenal apa yang disebut dengan Above The Line (ATL) dan Below
The Line (BTL).
Dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan juga
dinamika dari konsumen menuntut pula perkembangan pesat pada ATL dan BTL. Berbagai
cara dan adaptasi dilakukan untuk mengikuti hal tersebut. ATL sendiri dapat pula dikatakan
sebagai sebuah media tradisional dalam beriklan. ATL yang paling dikenal adalah TV, radio
dan iklan cetak.
Untuk BTL adalah poster, billboard dan lain-lain.
Sayangnya media
tradisional tersebut tetap memiliki keterbatasan, yaitu satu arah dan kurang interaktif.
Adanya kebutuhan akan hal tersebut yang kemudian menuntut untuk dapat mengisi dan
memperkuat keterbatasan yang ada. Terlebih lagi konsumen semakin memerlukan sebuah
hal baru dimana mereka tidak lagi menjadi pasif dan dapat ikut mengontrol apa informasi
yang mereka ingin lihat dan dibutuhkan.
Hadirnya internet, digitalisasi dan kemudian social media menjadi jawaban untuk
aktifitas komunikasi pemasaran tersebut. Dimana, didalamnya terjadi sebuah aktifitas yang
aktif dari berbagai arah.
Penggunaan social media membuat sebuah lompatan dalam
strategi komunikasi dan keterkaitannya dengan komunikasi pemasaran serta promotion mix.
Inilah yang menyebabkan social media akhirnya berhubungan erat sebagai bagian dari
promotion mix dengan kelebihannya yang dapat memperkuat kegiatan tersebut secara
keseluruhan.
Sebagai dasar dari strategi social media, kita dapat kembali melihat konsep strategi
komunikasi. Seperti yang kita ketahui, esensi dari strategi komunikasi yang baik terbangun
pada tiga elemen dasar, yaitu (1) objektif yang jelas, (2) stakeholder yang dianalisa dengan
baik dan (3) pesan yang tepat.
Oleh karena itu, dapat dilihat sebagai sebuah rencana
jangka panjang yang diimplementasikan secara bertahap untuk mengatur sebuah
komunikasi yang menjadi pendukung untuk mencapai tujuan perusahaan.
Strategi komunikasi yang baik adalah sebuah proses perencanaan yang berjalan
secara simultan dan memerlukan perbaikan sesuai dengan feedback yang ada (Bienvenu
dan Timm, 2002). Sebuah pernyataan yang tepat untuk diaplikasikan ke dalam strategi
penggunaan social media mengingat karakter dan kontennya yang sangat dinamis. Model
strategi komunikasi Bienvenu dan Timm yang memiliki keterkaitan dengan strategi social
media dapat dilihat pada model gambar di bawah ini.
2016
6
Digital Marketing Communication
Andri Budiwidodo, S.Si.,M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 2. Model Strategi Komunikasi Bienvenu dan Timm
MANAJEMEN SOCIAL MEDIA
Setelah memahami aspek engagement dan strategi social media, dalam
manajemen social media yang menyangkut analisa pasar, persaingan dan identifikasi
masalah, sekaligus publishing social media, maka digunakan tahapan yang disebut Social
Media Game Plan yang memiliki asumsi bahwa sebuah perusahaan belum memiliki
organisasi yang berhubungan dengan social media.
Tahapan ini mencakup sembilan
langkah, sebagai berikut ini:
Tahap 1: Analisis
Tahap ini merupakan tahapan awal yang berisi kegiatan yang berkaitan dengan SWOT
analysis, dimana Strength dan Weakness adalah faktor internal dalam organisasi sedangkan
Opportunity dan Threat merupakan faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol oleh
organisasi (perusahaan). Untuk kekuatan (strength), dilakukan pula analisis yang berkaitan
dengan competitive advantages sekaligus competition environment (di dalamnya juga
terdapat competitor’s activities).
2016
7
Digital Marketing Communication
Andri Budiwidodo, S.Si.,M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tahap 2: Penilaian terhadap khalayak
Penting untuk mengetahui siapa dan bagaimana khalayak yang sesuai dengan keinginan
organisasi. Penilaian ini untuk bisa menentukan bagaimana organisasi harus bertindak dan
membuka komunikasi. Karena sifat internet yang dua arah, penting untuk bisa diantisipasi
bahwa ada khalayak yang menginginkan untuk berkomunikasi dengan organisasi.
Oleh
karena itu, penting untuk tahu apa yang sebenarnya dicari oleh khalayak yang
menginginkan berkomunikasi dengan organisasi.
Penilaian terhadap khalayak ini tetap
memperhatikan faktor demografi, psikografi dan faktor-faktor lainnya, seperti yang ada dalam
analisis segmentasi, target khalayak, posisi organisasi dalam khalayak serta faktor pembeda
organisasi dimata khalayak. Penilaian terhadap khalayak juga mencakup jenis dan konten
informasi yang dianggap relevan untuk dibagi kepada khalayak. Hal ini membuat ada imbal
balik serta membangun kepercayaan yang pada gilirannya akan membangun reputasi
organisasi dimata khalayak (netizen).
Tahap 3: Penilaian terhadap sumber daya yang dimiliki
Secara internal, penting untuk melakukan penilaian terhadap sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi, baik itu manusia, sistem/prosedur, teknologi, anggaran, kebijakan yang
ditetapkan oleh manajemen serta budaya yang dikembangkan dalam organisasi. Kesadaran
organisasi yang memiliki sumber daya mumpuni untuk melakukan komunikasi via social
media dengan netizen, diharapkan akan memiliki kemampuan untuk bisa menjangkau
konsumen dalam cakupan yang jauh lebih luas, serta memupuk kesadaran konsumen untuk
berinteraksi dengan organisasi secara intens, dimana promosi secara tradisional yang
menggunakan anggaran yang besar bisa dihindari. Penting untuk dipahami, bahwa sumber
daya manusia yang diberikan tanggung jawab dalam komunikasi via social media ini bukan
serta merta staf yang berusia muda (dianggap lebih familiar dengan berbagai tools social
media), akan tetapi staf yang dipilih adalah staf yang yang memenuhi persyaratan sebagai
orang yang memahami aspek bisnis dari organisasi, mampu melakukan komunikasi dengan
khalayak dan bisa mengkomunikasi berbagai hal tentang organisasi bisnisnya di berbagai
sudut yang berbeda-beda agar tetap relevan di mata netizen/konsumen.
Tahap 4: Menetapkan tujuan dalam penggunaan Social Media
Penting untuk memastikan dan menetapkan, apa yang menjadi tujuan organisasi dalam
menggunakan social media. Penting pula untuk memastikan bahwa tujuan dari penggunaan
social media adalah sejalan dengan keseluruhan rencana kerja organisasi.
Tidak akan
menjadi hal yang positif apabila terjadi perbedaan tujuan umum organisasi dengan tujuan
yang hendak dicapai dalam penggunaan social media. Hal ini perlu dan wajib dilakukan
mengingat penggunaan social media, membawa konsekuensi ke ranah komunikasi dua
2016
8
Digital Marketing Communication
Andri Budiwidodo, S.Si.,M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
arah, dimana pada bagian tertentu, dalam komunikasi tersebut, organisasi tidak bisa
sepenuhnya melakukan kontrol, sehingga penetapan tujuan organisasi itu tidak hanya untuk
organisasi, tetapi juga untuk staf yang ada diorganisasi yang harus dinilai “kesiapannya” saat
organisasi memutuskan untuk menggunakan social media dalam aktifitas bisnisnya.
Tahap 5: Evalusi terhadap pilihan-pilihan yang ditetapkan
Yang dimaksud di sini adalah pilihan untuk melakukan/membuka komunikasi, atau sekedar
memonitor berbagai percakapan maupun komentar-komentar yang ada, menyangkut
organisasi bisnis serta berbagai hal yang berhubungan dengan organisasi bisnis. Termasuk
di dalamnya untuk bisa memonitor berbagai organisasi lain yang dianggap relevan, merek
lain, orang-orang/komunitas tertentu, kegiatan tertentu maupun kalangan ahli yang relevan
dengan organisasi bisnis.
Tahap 6: Menyusun rencana
Menyusun sebuah rencana disini, dengan menetapkan platform yang digunakan dalam
social media, apakah (1) social network (seperti Facebook, Google+, MySpace, dll), disertai
analisa pro/kontranya; (2) social sharing (seperti Youtube, Vimeo, Flickr, Instagram); (3)
social bookmarking (seperti StumbleUpon, Delicious, Digg, Scoop.it, Pinterest); (4) Social
knowledge (seperti Wikipedia, Squidoo); (5) Social News (seperti Reddit, Digg); (6) Blog
(seperti Wordpress, Blogspot, Tumblr, Twitter – microblogging).
Pastikan, bahwa dalam
menyusun rencana tersebut tetap konsisten terhadap tujuan yang ditetapkan organisasi,
ketersediaan sumber daya manusia yang handal, anggaran serta kemampuan untuk
melakukan evaluasi dan monitoring yang berkelanjutan.
Tahap 7: Pelaksanaan
Dalam pelaksanaannya, perlu beberapa hal diingat, yaitu (1) timing, dimana tidak ada yang
mengharuskan bahwa organisasi harus melakukan peluncuran berbagai platform di social
media dalam satu waktu yang bersamaan. Cukup melakui satu platform terlebih dahulu,
untuk kemudian, jika dirasakan cukup berhasil dan cukup percaya diri, bisa dilanjutkan
dengan platform berikutnya. Selain itu, perlu juga diperhatikan, apa yang disebut dengan (2)
content management, dimana ini penting untuk diperhatikan agar terjadi keseimbangan dan
ketepatan informasi yang dibagi kepada netizen adalah berbagai informasi yang relevan
untuk mereka.
Konten di sini bisa berupa teks, gambar, video, maupun campuran dari
ketiganya. Hal berikutnya adalah (3) trial and error, hal ini tidak dapat dihindari, cukup
beresiko, tetapi harus dilakukan, untuk mengetahui apa yang disukai dan yang tidak disukai
khalayak. Yang berikutnya (4) diperlukan fungsi moderasi, dimana perlu ada juga saringan
komentar yang masuk, karena tidak semua khalayak memiliki perilaku yang dianggap relatif
2016
9
Digital Marketing Communication
Andri Budiwidodo, S.Si.,M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sopan untuk melakukan komunikasi via social media. Yang terakhir (5) awareness, dimana
perlu langkah-langkah konkret untuk bisa memperkenalkan kepada khalayak seluas mungkin
bahwa organisasi telah membuka komunikasi via social media dan diharapkan dengan
perkenalan ini, khalayak akan tahu dan berikutnya akan terlibat secara aktif dalam aktifitas
komunikasi yang ada.
Tahap 8: Amati dan Belajar
Dalam melakukan pengamatan dan belajar pada apa yang terjadi di social media; hal ini
dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai tools seperti misalnya Google Analytics,
Facebook Insights, Twitter Metrics, Hootsuite, Radian6, Tweetstats, Klout dan lain-lain.
Dengan melakukan pengamatan via berbagai tools di atas, maka organisasi memiliki
gambaran yang relatif komprehensif, apa yang terjadi dengan akun social media mereka dan
bisa mengukur tingkat keberhasilan yang ada serta bagaimana untuk bisa melakukan
perbaikan atau melakukan peningkatannya.
Tahap 9: Improvement
Dalam bagian ini, mencakup hal yang bersifat revitalisasi, bisa juga melakukan definisi ulang
yang pada intinya perlu ada ruang yang cukup fleksibel untuk bisa melakukan banyak hal
secara berbeda. Hal ini perlu dan wajib dilakukan, karena perubahan tren serta topik yang
hangat di social media bisa berubah-ubah hanya dalam hitungan menit dan jam saja.
Dengan memiliki berbagai informasi yang ada di tahap 8 di atas, maka organisasi yang
cukup fleksibel terhadap perubahan akan mampu beradaptasi dengan cepat agar tetap
menjadi organisasi yang relevan bagi khalayak netizen. Berbagai situs yang relevan, agar
organisasi bisa terus belajar untuk bisa beradaptasi, misalnya situs Mashable (komunitas
yang berisi para profesional di bidang social media), situs Social Media Today, juga situs
Mari Smith, situs Social Media NZ dan lain-lain.
2016
10
Digital Marketing Communication
Andri Budiwidodo, S.Si.,M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
2016
Allegiance, Power, J.D & Associates. 2011. Engagement. Winning the Battle for
Customer and Employee Hearts & Minds. Allegiance.
Bienvenu, Sherron dan Timm, Paul R. 2002. Business Communication: Discovering
Strategy Developing Skills. Prentice Hall.
Ferrel, O.C. dan Hartline, Michael D. 2011. Marketing Strategy. Cengage Learning
Rangkuti, Freddy. 1999. Analisis SWOT, Tehnik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia,
Jakarta.
Solis, Brian. 2008. The Art of Listening and Engagement Through Social Media.
Public Relations 2.0.
11
Digital Marketing Communication
Andri Budiwidodo, S.Si.,M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download