MODUL PERKULIAHAN Teori Komunikasi KOMUNIKASI ORGANISASI Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Broadcasting Tatap Muka 09 Kode MK ---- Disusun Oleh Sofia Aunul, M.Si Abstract Kompetensi Komunikasi organisasi sangat penting dan layak untuk dipelajari karena sekarang ini banyak orang yang tertarik dan memberi perhatian kepadanya guna mengetahui prinsip dan keahlian komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan tujuan organisasi baik organisasi sosial seperti lembaga bisnis dan industri ataupun organisasi-organisasi sosial seperti lembaga rumah sakit maupun institusi pendidikan Setelah mempelajari materi dalam modul ini, mahasiswa akan mampu memahami: 1. Pengerertian komunikasi organisasi 2. Fungsi komunikasi dalam organisasi 3. Gaya komunikasi dalam organisasi 4. Tipe kepemimpinan dalam organisasi TEORI-TEORI KOMUNIKASI ORGANISASI Pendahuluan Pentingnya Komunikasi dalam Organisasi Dalam kehidupan kita sehari-hari, komunikasi merupakan suatu tundakan yang memungkinkan kita mampu menerima dan memberikan informasi atau pesan sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Secara teoritis, kita mengenal beragam tindak komunikasi berdasarkan pada konteks di mana komunikasi tersebut dilakukan yaitu konteks komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa. Komunikasi organisasi sangat penting dan layak untuk dipelajari karena sekarang ini banyak orang yang tertarik dan memberi perhatian kepadanya guna mengetahui prinsip dan keahlian komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan tujuan organisasi baik organisasi sosial seperti lembaga bisnis dan industri ataupun organisasi-organisasi sosial seperti lembaga rumah sakit maupun institusi pendidikan. Pengertian Komunikasi Organisasi Sebelum kita membahas pengertian komunikasi organisasi, sebaiknya kita uraikan terminologi yang melekat dalam konteks komunikasi organisasi yaitu komunikasi dan organisasi. Komunikasi berasal dari bahasa Latin “communis” atau “common” dalam bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita sedang berusaha untuk mencapai kesamaan makna “commonness” atau dengan ungkapan lain melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah kita seringkali mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama. Oleh karena itu, komunikasi seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas di mana tidak ada tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh kecuali jika diinterpretasikan oleh partisipan komunikasi yang terlibat, demikian pengertian komunikasi yang diberikan Kathleen K. Reardon dalam buku Interpersonal Communication, Where Mind Meet (1987). Stewart L. Lubis dab Sylvia Moss dalam buku Human Communicaton menguraikan adanya tiga model dalam komunikasi. Pertama model komunikasi linear, yaitu pandangan 2016 2 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id komunikasi satu arah (one way view of communication). Dalam model ini komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon atau tanggapan yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi. Contoh dalam model komunikasi linear ini adalah terori jarum suntik (hypodermic needle theory) “jika saya ingin mempersuasi aada maka saya menyuntukan satu dosis persuasi kepada anda sehingga anda akan lekas sembuh dan melakukan apa yang saya inginkan, demikian pandangan dari teori jarum suntik tersebut. Model komunikasi kedua adalah interaksional yang merupakan kelanjutan dari pendekatan linear. Padamodel komunikasi interaksional diperkenalkan gagasan tentang umpan balik (feedback). Dalam model ini, penerima (receiver) melakukan seleksi, interpretasi dan memberikan respons terhadap pesan dari pengirim (sender). Komunikasi dalam model ini dipertimbangkan sebagai proses dua arah (two way) ataupun cyclical process dimana setiap partisipan memiliki peran ganda dalam arti pada satu saat bertindak sebagai sender namun pada waktu lain berlaku sebagai receiver penerima pesan. Model yang ketiga adalah transaksional, dalam pandangan transaksional komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) di antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif tidak ada satu pun yang tidak dapat dikomunikasikan. Mengenai organisasi, salah satu definisi menyebutkan bahwa organisasi merupakan satu kumpulan atau sistem individual yang yang melalui satu hierarki jenjang dan perjanjian kerja berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan (an organization is a collection or sytem of individuals who commonly through a hierarchy and division of labor seek to achieve a predetermined goal). Dari batasan tersebut dapat digambarkan bahwa di dalam suatu organisasi mensyaratkan adanya suatu jenjeng jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang sangat jelas seperti pimpinan, staf pimpinan dan karyawan. Di samping itu, dalam organisasi juga mensyaratkan adanya pembagian kerja daladm arti setiap orang dalam sebuah institusi baik yang komersil maupun sosial memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana yang telah diuraikan maka kita dapat memberi batasan tentang komunikiasi organisasi secara sederhana yaitu komunikasi antar manusia (human communication) yang terjadi dalam kontetks organisasi. Atau dengan meminjam definisi dari Godhaber komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain (the flow of messages within a network of interdependent relationship). 2016 3 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sebagaimana telah disebut terdahulu bahwa arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertical dan horisontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Understanding Human Communication mencoba menguraikan masing-masing fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut. Pertama adalah downward communication. Komunikasi ini berlangsung ketika orangorang yang berada pada tataran menejemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus dari atas ke bawah ini adalah : a. Pemberian atau penyampaian instruksi kerja (job instruction) b. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job rationale) c. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (prosedures and practices) d. Pemberi motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik. Sedangkan upward communication terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasanya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah : a. Penyempaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan b. Peneympaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan d. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaanya Arus komunikasi berikutnya adalah horizontal communication. Tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah : a. Memperbaiki koordinasi tugas b. Upaya pemecahan masalah c. Saling berbagi informasi d. Upaya memecahkan konflik e. Membina hubungan melalui kegiatan bersama 2016 4 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Fungsi Komunikasi dalam Organisasi Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, tindak komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi yaitu : fungsi informatif, regulatif, persuasif dan intergratif. Kita akan membahas fungsi-fungsi di atas secara terperinci. 1. Fungsi Informatif Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information processing systems), maksudnya seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiapanggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tatanan manajemen membutuhkan informasi untuk mendapat suatu kebijakan organisaasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi, sedangkan karyawan (bawahan)membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan. Di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin, cuti dan lain sebagainya. 2. Fungsi Regulatif Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang brlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Di samping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberi instruksi atau perintah sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkanpada lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada : a. Keabsahan pimpinan dalam menyampaikan perintah b. Kekuatan pimpinan dalam memneri sanksi c. Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi d. Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan 2016 5 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kedua, berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutujkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan. 3. Fungsi Persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka mempersuasi bawahannya dari pada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang besar dibandingkan kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya. 4. Fungsi Integratif Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melakukan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewejudkan hal tersebut yaitu saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin)dan laporan kemajuan organisasi juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olah raga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanan aktivitas ini akan menumbuhkan kegiatan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi. Gaya Komunikasi Gaya komunikasi (communication style) didefenisikan sebagai perangkat perilaku antrpribadi yang terspesialisai yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized set of interpersonal behaviours that are used in a given situation). Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respons atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari suatu gaya komunikasi yang digunakan bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (reciever). Ada enam gaya komunikasiyang akan kita bahas , yaitu controlling style, equalitarian style, structuring style, dynamic style dan relinquishing style serta withdrawal style. 2016 6 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. The Controlling Style Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dantanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one way communicators. Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berbagi pesan. Merreka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perrhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya. Pesan-pesan yang berasal dari komunikator satu arah ini tidak berusaha menjual gagasan agar dibicarakan bersama namun lebik kepada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling sttle of communication ini lebih sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demikian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini tidak jarang bernada negatif sehingg menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan negatif pula. 2. The Equalitarian Style Aspek penting gaya komuikasi ini adalah landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan mauoun tertulis ang bersifat dua arah (two way traffic of communication). Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini adalah orang-orang yang memilikisikap kepedulian yang tunggi serta kemampuan membina hubungan baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup huibungan kerja. The equalitarian style ini akan lebih memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama khususnya dalam situasi untuk mengembil keputusan terhadap satu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak berbagai informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi. 2016 7 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. The Structuring Style Gaya komunikasi yang terstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) akan memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruh orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang belaku dalam organisasi tersebut. Stogdill dan Coons dari the Bureau of Businees Research of Ohio State University menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau initiating structure. Stogdill dan Coons menjelaskan bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerrangka penguasaan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul. 4. The Dynamic Style Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif karena pengirimpesan atau sender memahami bahwa lingjungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanya ataupun supervisior yang membawahi para wiraniaga (salesman atau sales woman). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah menstimulasi atau merangsang pekerja / karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi inin cukup efektif digunakan dalammengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut. 5. The Relinquishing Style Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain dari pada keinginan untuk memberi perintah mekipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. Pesanpesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya. 2016 8 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 6. The Withdrawal Style Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut. Dalam dekskripsi yang konkret adalah ketika seseorang mengatakan : “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pertanyaan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya komunikasi ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi. TABEL GAYA KOMUIKASI GAYA KOMUNIKATOR MAKSUD TUJUAN Contrlling Memberi perintah, butuh perhatian Memepersuasi orang Menggunakan kekuasaan orang lain lain dan wewenang Akrab, hangat Menstimulasi orang Menekankan pengertian lain bersama Mensistematis lingkungan Menegaskan ukuran, prosedur kerja, memantapkan struktur aturan yang dipakai Menumbuhkan sikap untuk Ringkas dan singkat Equalitarian Structuring Dynamic Objektif, tidak memihak Mengendalikan, agresif bertindak Relinquishing Withdrawal Bersedia menerima gagasan Mengalihkan tanggung jawab Mendukung pandangan orang orang lain kepada orang lain lain Independen / berdiri sendiri Menghindari komunikasi Mengalihkan persoalan Sumber : Jerry W. Koehler, Karl W. E. Anataol, Ronald L. Applbaum : prganizational Communication, Behavioral Perspective, hal 48 Kekuasaan dalam Organisasi Orang-orang yang berada pada pucuk pimpinan suatu organisasi seperti : manajer, direktur, kepala dan sebagainya memiliki kekuasaan (power) dalam konteks mempengaruhi perilaku orang-orang yang secara struktural organisatoris berada di bawahnya. Sebagian pemimpin menggunakan kekuasan dengan efektif sehingga mampu menumbuhkan motivasi bawahan untuk bekerja dan melaksanakan tugas dengan lebih baik. Namun, sebagian pemimpin lainnya tidak mampu memakai kekuasaan dengan efektif sehingga aktivitas untuk melaksanakan pekerjaan dan tugas tidak dapat dilakukan dengan baik. Oleh karena itu, kita bahas secara terperinci tentang jenis-jenis kekuasaan yang sering digunakan dalam suatu organisasi. Dalam pengertiannya, kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu 2016 9 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id interaksi antara dua atau lebih individu (a quality inherent in an interaction betwen two or more individuals). Jika setiap individu mengadakan interakasi untuk memengaruhi tindakan satu sama lain maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan. Menurut French dan Raven, ada lima kekuasaan yaitu : reward, coercive, referent, expert dan legitimate power. a. Reward Power Tipe kekuasaan ini memutuskan perhatian pada kemampuan untuk memberi ganjaran atau imbalan atas pekerjaan atau tugas yang dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu kejadian atau situasi yang memungkinkan orang lainmenemukan kepuasan. Dalam dekripsi konkrit adalah “Jika anda dapat menjamin atau memberi kepatia gaji atau jabatan saya meningkat, Anda dapat menggunakan reward power Anda kepada saya”. Pernyataan ini mengandung makna bahwa seseorang dapat melakukan reward power karena ia mampu memberi kepuasan kepada orang lain. b. Coercive Power Kekuasaan yang bersifat paksaan ini lebih memusatkan pandangan pada kemampuan untuk memberi hukuman kepada orang lain. Tipe koersif ini berlaku jika bawahan merasakan bahwa atasannya mempunyai “lisensi” untuk menghukum dengan tugas-tugas yang sulit, mencaci-maki sampai kekuasaannya memotong gaji karyawan. Menurut David Lawless jika tipe yang koersif ini nterlalu banyak digunakan akan membawa kemungkinan bawahan melakukan tindakan balas dendam atas perlakuan atau hukuman yang dirasakannya tidak adil, bahkan sangat mungkin bawahan atau karyawan akan meninggalkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. c. Referent Power Tipe kekuasaan ini didasarkan pada suatu hubungan “kekuasaan” atau liking dalam arti ketika seseorang mengidentifikasikan orang lain yang mempunyai kualitas atau persyaratan seperti yang diinginkanya. Dalam uraian yang lebih kongkret, seorang pemimpin akan mempunyai referensi terhadap para bawahannya yang mampu melaksanakan pekerjaan dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan atasannya. d. Expert Power Kekuasaan yang berdasar pada keahlian ini memfokuskan diri pada suatu keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan pastilah ia memiliki pengetahuan, keahlian dan informasi yang lebih banyak dalam suatu persoalan tertentu. e. Legitemate Power 2016 10 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kekuasan yang sah adalah kekuasaan yang sebenarnya (actual power) ketika seseorang melalui suatu persetujuan dan kesepakatan diberi hak untuk mengatur dan menentukan perilaku orang lain dalam suatu irganisasi. Tipe kekuasaan imi masih bersandar pada stuktur sisial dalam suatu organisasai dan terutama pada nilai-nilai kultural. Dalam contoh yang nyata, jika seseorang dianggap lebih tua, memiliki senioritas dalam organisasai maka orang lain setuju untuk “mengizinkan” orang tersebut melaksanakan kekuasaan yang sudah dilegitimasi tersebut. Dari lima tipe kekuasaan diatas, mana yang terebaik ? Scott dan Mitchell menawarkan satu jawaban. Harus diingat bahwa kekuasan hampur selalu berkaitan dengan praktik-praktik seperti penggunaa rangsangan (insentif) atau paksaan (coercion) guna mengamankan tindakan menuju tujuan yang telah ditetapkan. Seharusnya orang-orang yang berada pada puncak pimpinan mengupayakan untuk sedikit menggunakan insentif dan koersif. Sebab secara alamiah cara yang paling efisien dan ekonimis supaya bawahan secara sukarela dan patuh untuk malaksanakan pekerjaan adaladh dengan cara mempersuasi mereka. Cara-cara koersif dan insentif ini selalu lebih mahal dibanding karyawan secara spontan termotifasi untuk mencapai tujuan organisasi yang mereka pahami berasal dari kwewnangan yang sah (legimate authority) Daftar Pustaka Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. 2006. Komunikasi Organisasi. Bandung: Penerbit PT Remaja RosdaKarya. Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka 2016 11 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id