Modul Teori Komunikasi [TM9]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Teori Komunikasi
KOMUNIKASI ORGANISASI
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Broadcasting
Tatap Muka
09
Kode MK
----
Disusun Oleh
Sofia Aunul, M.Si
Abstract
Kompetensi
Komunikasi organisasi sangat penting
dan layak untuk dipelajari karena
sekarang ini banyak orang yang
tertarik dan memberi perhatian
kepadanya guna mengetahui prinsip
dan keahlian komunikasi yang dapat
dimanfaatkan untuk mewujudkan
tujuan organisasi baik organisasi
sosial seperti lembaga bisnis dan
industri ataupun organisasi-organisasi
sosial seperti lembaga rumah sakit
maupun institusi pendidikan
Setelah mempelajari materi dalam modul
ini, mahasiswa akan mampu memahami:
1. Pengerertian komunikasi organisasi
2. Fungsi komunikasi dalam organisasi
3. Gaya komunikasi dalam organisasi
4. Tipe kepemimpinan dalam organisasi
TEORI-TEORI KOMUNIKASI ORGANISASI
Pendahuluan
Pentingnya Komunikasi dalam Organisasi
Dalam kehidupan kita sehari-hari, komunikasi merupakan suatu tundakan yang
memungkinkan kita mampu menerima dan memberikan informasi atau pesan sesuai dengan
apa yang kita butuhkan. Secara teoritis, kita mengenal beragam tindak komunikasi
berdasarkan pada konteks di mana komunikasi tersebut dilakukan yaitu konteks komunikasi
antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.
Komunikasi organisasi sangat penting dan layak untuk dipelajari karena sekarang ini banyak
orang yang tertarik dan memberi perhatian kepadanya guna mengetahui prinsip dan keahlian
komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan tujuan organisasi baik organisasi
sosial seperti lembaga bisnis dan industri ataupun organisasi-organisasi sosial seperti lembaga
rumah sakit maupun institusi pendidikan.
Pengertian Komunikasi Organisasi
Sebelum kita membahas pengertian komunikasi organisasi, sebaiknya kita uraikan
terminologi yang melekat dalam konteks komunikasi organisasi yaitu komunikasi dan
organisasi. Komunikasi berasal dari bahasa Latin “communis” atau “common” dalam bahasa
Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita sedang berusaha untuk mencapai
kesamaan makna “commonness” atau dengan ungkapan lain melalui komunikasi kita
mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama
dalam berkomunikasi adalah kita seringkali mempunyai makna yang berbeda terhadap
lambang yang sama. Oleh karena itu, komunikasi seharusnya dipertimbangkan sebagai
aktivitas di mana tidak ada tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh kecuali
jika diinterpretasikan oleh partisipan komunikasi yang terlibat, demikian pengertian
komunikasi yang diberikan Kathleen K. Reardon dalam buku Interpersonal Communication,
Where Mind Meet (1987).
Stewart L. Lubis dab Sylvia Moss dalam buku Human Communicaton menguraikan
adanya tiga model dalam komunikasi. Pertama model komunikasi linear, yaitu pandangan
2016
2
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
komunikasi satu arah (one way view of communication). Dalam model ini komunikator
memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon atau tanggapan yang diharapkan
tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi. Contoh dalam model komunikasi linear ini adalah
terori jarum suntik (hypodermic needle theory) “jika saya ingin mempersuasi aada maka saya
menyuntukan satu dosis persuasi kepada anda sehingga anda akan lekas sembuh dan
melakukan apa yang saya inginkan, demikian pandangan dari teori jarum suntik tersebut.
Model komunikasi kedua adalah interaksional yang merupakan kelanjutan dari
pendekatan linear. Padamodel komunikasi interaksional diperkenalkan gagasan tentang
umpan balik (feedback). Dalam model ini, penerima (receiver) melakukan seleksi, interpretasi
dan memberikan respons terhadap pesan dari pengirim (sender). Komunikasi dalam model ini
dipertimbangkan sebagai proses dua arah (two way) ataupun cyclical process dimana setiap
partisipan memiliki peran ganda dalam arti pada satu saat bertindak sebagai sender namun
pada waktu lain berlaku sebagai receiver penerima pesan.
Model yang ketiga adalah transaksional, dalam pandangan transaksional komunikasi
hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) di antara dua orang atau lebih.
Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif tidak ada satu pun
yang tidak dapat dikomunikasikan.
Mengenai organisasi, salah satu definisi menyebutkan bahwa organisasi merupakan
satu kumpulan atau sistem individual yang yang melalui satu hierarki jenjang dan perjanjian
kerja berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan (an organization is a collection or sytem of
individuals who commonly through a hierarchy and division of labor seek to achieve a
predetermined goal).
Dari batasan tersebut dapat digambarkan
bahwa di dalam suatu organisasi
mensyaratkan adanya suatu jenjeng jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua
individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang sangat jelas seperti
pimpinan, staf pimpinan dan karyawan. Di samping itu, dalam organisasi juga mensyaratkan
adanya pembagian kerja daladm arti setiap orang dalam sebuah institusi baik yang komersil
maupun sosial memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana yang telah
diuraikan maka kita dapat memberi batasan tentang komunikiasi organisasi secara sederhana
yaitu komunikasi antar manusia (human communication) yang terjadi dalam kontetks
organisasi. Atau dengan meminjam definisi dari Godhaber komunikasi organisasi diberi
batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung
satu sama lain (the flow of messages within a network of interdependent relationship).
2016
3
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sebagaimana telah disebut terdahulu bahwa arus komunikasi dalam organisasi
meliputi komunikasi vertical dan horisontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut
mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler dan George Rodman dalam
buku Understanding Human Communication mencoba menguraikan masing-masing fungsi
dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut.
Pertama adalah downward communication. Komunikasi ini berlangsung ketika orangorang yang berada pada tataran menejemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi
arus dari atas ke bawah ini adalah :
a. Pemberian atau penyampaian instruksi kerja (job instruction)
b. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job
rationale)
c. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (prosedures and
practices)
d. Pemberi motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
Sedangkan upward communication terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim
pesan kepada atasanya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah :
a. Penyempaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan
b. Peneympaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak
dapat diselesaikan oleh bawahan
c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
d. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaanya
Arus komunikasi berikutnya adalah horizontal communication. Tindak komunikasi ini
berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara.
Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah :
a. Memperbaiki koordinasi tugas
b. Upaya pemecahan masalah
c. Saling berbagi informasi
d. Upaya memecahkan konflik
e. Membina hubungan melalui kegiatan bersama
2016
4
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, tindak komunikasi
dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi yaitu : fungsi
informatif, regulatif, persuasif dan intergratif. Kita akan membahas fungsi-fungsi di atas
secara terperinci.
1. Fungsi Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information
processing systems), maksudnya seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat
memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang
didapat memungkinkan setiapanggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara
lebih pasti. Informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai
perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tatanan manajemen
membutuhkan informasi untuk mendapat suatu kebijakan organisaasi ataupun guna
mengatasi
konflik
yang
terjadi
di
dalam
organisasi,
sedangkan
karyawan
(bawahan)membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan. Di samping itu juga
informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin, cuti dan lain
sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang brlaku dalam suatu
organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap
fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran
manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua
informasi yang disampaikan. Di samping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk
memberi instruksi atau perintah sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka
ditempatkanpada lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan
perintah banyak bergantung pada :
a. Keabsahan pimpinan dalam menyampaikan perintah
b. Kekuatan pimpinan dalam memneri sanksi
c. Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai
pribadi
d. Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan
2016
5
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kedua, berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutujkan kepastian peraturan tentang
pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu
membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak
pimpinan yang lebih suka mempersuasi bawahannya dari pada memberi perintah. Sebab
pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian
yang besar dibandingkan kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan
dapat melakukan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang
dapat mewejudkan hal tersebut yaitu saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus
dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin)dan laporan kemajuan organisasi juga
saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja,
pertandingan olah raga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanan aktivitas ini akan
menumbuhkan kegiatan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan
terhadap organisasi.
Gaya Komunikasi
Gaya komunikasi (communication style) didefenisikan sebagai perangkat perilaku
antrpribadi yang terspesialisai yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized set
of interpersonal
behaviours that are used in a given situation). Masing-masing gaya
komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan
respons atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari suatu gaya
komunikasi yang digunakan bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari
penerima (reciever). Ada enam gaya komunikasiyang akan kita bahas , yaitu controlling style,
equalitarian style, structuring style, dynamic style dan relinquishing style serta withdrawal
style.
2016
6
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. The Controlling Style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu
kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran
dantanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal
dengan nama komunikator satu arah atau one way communicators. Pihak-pihak yang
memakai controlling style of communication ini lebih memusatkan perhatian kepada
pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berbagi pesan. Merreka tidak mempunyai
rasa ketertarikan dan perrhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback
tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut
tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain tetapi justru berusaha menggunakan
kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yang berasal dari komunikator satu arah ini tidak berusaha menjual
gagasan agar dibicarakan bersama namun lebik kepada usaha menjelaskan kepada orang lain
apa yang dilakukannya. The controlling sttle of communication ini lebih sering dipakai untuk
mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif dan pada umumnya
dalam bentuk kritik. Namun demikian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini
tidak jarang bernada negatif sehingg menyebabkan orang lain memberi respons atau
tanggapan negatif pula.
2. The Equalitarian Style
Aspek penting gaya komuikasi ini adalah landasan kesamaan. The equalitarian style of
communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara
lisan mauoun tertulis ang bersifat dua arah (two way traffic of communication). Dalam gaya
komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota
organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai
dan informal. Dalam suasana yang demikian memungkinkan setiap anggota organisasi
mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Orang-orang yang menggunakan gaya
komunikasi yang bermakna kesamaan ini adalah orang-orang yang memilikisikap kepedulian
yang tunggi serta kemampuan membina hubungan baik dengan orang lain baik dalam konteks
pribadi maupun dalam lingkup huibungan kerja. The equalitarian style ini akan lebih
memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara
empati dan kerja sama khususnya dalam situasi untuk mengembil keputusan terhadap satu
permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya
tindak berbagai informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
2016
7
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. The Structuring Style
Gaya komunikasi yang terstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara
tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan
tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) akan memberi
perhatian kepada keinginan untuk mempengaruh orang lain dengan jalan berbagi informasi
tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang belaku dalam organisasi
tersebut. Stogdill dan Coons dari the Bureau of Businees Research of Ohio State University
menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif yang mereka beri nama Struktur Inisiasi
atau initiating structure. Stogdill dan Coons menjelaskan bahwa pemrakarsa (initiator)
struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna
lebih memantapkan tujuan organisasi, kerrangka penguasaan dan memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4. The Dynamic Style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif karena
pengirimpesan atau sender memahami bahwa lingjungan pekerjaannya berorientasi pada
tindakan (action oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para
juru kampanya ataupun supervisior yang membawahi para wiraniaga (salesman atau sales
woman). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah menstimulasi atau
merangsang pekerja / karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya
komunikasi inin cukup efektif digunakan dalammengatasi persoalan-persoalan yang bersifat
kritis namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan
yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5. The Relinquishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat
ataupun gagasan orang lain dari pada keinginan untuk memberi perintah mekipun pengirim
pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. Pesanpesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang
bekerja sama dengan orang-orang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia
untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
2016
8
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6. The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi,
artinya tidak ada keinginan orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan
orang lain karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh
orang-orang tersebut. Dalam dekskripsi yang konkret adalah ketika seseorang mengatakan :
“Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pertanyaan ini bermakna bahwa ia
mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan
untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya komunikasi ini
tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.
TABEL GAYA KOMUIKASI
GAYA
KOMUNIKATOR
MAKSUD
TUJUAN
Contrlling
Memberi perintah, butuh perhatian
Memepersuasi orang
Menggunakan kekuasaan
orang lain
lain
dan wewenang
Akrab, hangat
Menstimulasi orang
Menekankan pengertian
lain
bersama
Mensistematis lingkungan
Menegaskan ukuran, prosedur
kerja, memantapkan struktur
aturan yang dipakai
Menumbuhkan sikap untuk
Ringkas dan singkat
Equalitarian
Structuring
Dynamic
Objektif, tidak memihak
Mengendalikan, agresif
bertindak
Relinquishing
Withdrawal
Bersedia menerima gagasan
Mengalihkan tanggung jawab
Mendukung pandangan orang
orang lain
kepada orang lain
lain
Independen / berdiri sendiri
Menghindari komunikasi
Mengalihkan persoalan
Sumber : Jerry W. Koehler, Karl W. E. Anataol, Ronald L. Applbaum : prganizational Communication, Behavioral
Perspective, hal 48
Kekuasaan dalam Organisasi
Orang-orang yang berada pada pucuk pimpinan suatu organisasi seperti : manajer,
direktur, kepala dan sebagainya memiliki kekuasaan (power) dalam konteks mempengaruhi
perilaku orang-orang yang secara struktural organisatoris berada di bawahnya. Sebagian
pemimpin menggunakan kekuasan dengan efektif sehingga mampu menumbuhkan motivasi
bawahan untuk bekerja dan melaksanakan tugas dengan lebih baik. Namun, sebagian
pemimpin lainnya tidak mampu memakai kekuasaan dengan efektif sehingga aktivitas untuk
melaksanakan pekerjaan dan tugas tidak dapat dilakukan dengan baik. Oleh karena itu, kita
bahas secara terperinci tentang jenis-jenis kekuasaan yang sering digunakan dalam suatu
organisasi. Dalam pengertiannya, kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu
2016
9
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
interaksi antara dua atau lebih individu (a quality inherent in an interaction betwen two or
more individuals). Jika setiap individu mengadakan interakasi untuk memengaruhi tindakan
satu sama lain maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan.
Menurut French dan Raven, ada lima kekuasaan yaitu : reward, coercive, referent,
expert dan legitimate power.
a. Reward Power
Tipe kekuasaan ini memutuskan perhatian pada kemampuan untuk memberi ganjaran atau
imbalan atas pekerjaan atau tugas yang dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud
melalui suatu kejadian atau situasi yang memungkinkan orang lainmenemukan kepuasan.
Dalam dekripsi konkrit adalah “Jika anda dapat menjamin atau memberi kepatia gaji atau
jabatan saya meningkat, Anda dapat menggunakan reward power Anda kepada saya”.
Pernyataan ini mengandung makna bahwa seseorang dapat melakukan reward power karena
ia mampu memberi kepuasan kepada orang lain.
b. Coercive Power
Kekuasaan yang bersifat paksaan ini lebih memusatkan pandangan pada kemampuan
untuk memberi hukuman kepada orang lain. Tipe koersif ini berlaku jika bawahan merasakan
bahwa atasannya mempunyai “lisensi” untuk menghukum dengan tugas-tugas yang sulit,
mencaci-maki sampai kekuasaannya memotong gaji karyawan. Menurut David Lawless jika
tipe yang koersif ini nterlalu banyak digunakan akan membawa kemungkinan bawahan
melakukan tindakan balas dendam atas perlakuan atau hukuman yang dirasakannya tidak adil,
bahkan sangat mungkin bawahan atau karyawan akan meninggalkan pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya.
c. Referent Power
Tipe kekuasaan ini didasarkan pada suatu hubungan “kekuasaan” atau liking dalam arti
ketika seseorang mengidentifikasikan orang lain yang mempunyai kualitas atau persyaratan
seperti yang diinginkanya. Dalam uraian yang lebih kongkret, seorang pemimpin akan
mempunyai referensi terhadap para bawahannya yang mampu melaksanakan pekerjaan dan
bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan atasannya.
d. Expert Power
Kekuasaan yang berdasar pada keahlian ini memfokuskan diri pada suatu keyakinan
bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan pastilah ia memiliki pengetahuan, keahlian dan
informasi yang lebih banyak dalam suatu persoalan tertentu.
e. Legitemate Power
2016
10
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kekuasan yang sah adalah kekuasaan yang sebenarnya (actual power) ketika seseorang
melalui suatu persetujuan dan kesepakatan diberi hak untuk mengatur dan menentukan
perilaku orang lain dalam suatu irganisasi. Tipe kekuasaan imi masih bersandar pada stuktur
sisial dalam suatu organisasai dan terutama pada nilai-nilai kultural. Dalam contoh yang
nyata, jika seseorang dianggap lebih tua, memiliki senioritas dalam organisasai maka orang
lain setuju untuk “mengizinkan” orang tersebut melaksanakan kekuasaan yang sudah
dilegitimasi tersebut.
Dari lima tipe kekuasaan diatas, mana yang terebaik ? Scott dan Mitchell menawarkan
satu jawaban. Harus diingat bahwa kekuasan hampur selalu berkaitan dengan praktik-praktik
seperti penggunaa rangsangan (insentif)
atau paksaan (coercion) guna mengamankan
tindakan menuju tujuan yang telah ditetapkan. Seharusnya orang-orang yang berada pada
puncak pimpinan mengupayakan untuk sedikit menggunakan insentif dan koersif. Sebab
secara alamiah cara yang paling efisien dan ekonimis supaya bawahan secara sukarela dan
patuh untuk malaksanakan pekerjaan adaladh dengan cara mempersuasi mereka. Cara-cara
koersif dan insentif ini selalu lebih mahal dibanding karyawan secara spontan termotifasi
untuk mencapai tujuan organisasi yang mereka pahami berasal dari kwewnangan yang sah
(legimate authority)
Daftar Pustaka
Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. 2006. Komunikasi Organisasi. Bandung: Penerbit PT
Remaja RosdaKarya.
Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka
2016
11
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download