MODUL PERKULIAHAN Teori Komunikasi TEORI KRITIS Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Broadcasting Tatap Muka 15 Kode MK Disusun Oleh 85004 Sofia Aunul, M.Si Abstract Kompetensi Teori kritis lahir sebagai koreksi dari pandangan konstruktivisme yang kurang sensitive pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara hstoris maupun institusional. Analisis kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Setelah mempelajari materi dalam modul ini, mahasiswa akan mampu memahami: 1. Sejarah perspektif kritis 2. Pandangan Marxis 3. Kontribusi Mazhab Frankfurt dalam teori kritis 4. Cultural Studies 5. Teori Feminis TEORI KRITIS PENDAHULUAN Meskipun terdapat beberapa macam ilmu sosial kritis, semuanya memiliki tiga asumsi dasar, yakni: pertama, semuanya menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu sosial interpretif—untuk memahami pengalaman orang dalam konteks. Dan pendekatan kritis bertujuan untuk menginterpretasikan dan berusaha memahami bagaimana berbagai kelompok sosial dikekang dan ditindas; kedua, pendekatan ini mengkaji kondisikondisis sosial dalam usahanya untuk mengungkap struktur-struktur yang seringkali tersembunyi; ketiga, pendekatan kritis secara sadar berupaya untuk menggabungkan teori dan tindakan. Teori kritis lahir sebagai koreksi dari pandangan konstruktivisme yang kurang sensitive pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara hstoris maupun institusional. Analisis kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Sejarah Perspektif Kritis Marxism Meskipun teori kritis telah muncul jauh setelah karya Karl Marx dan Friedrich Engels, Marxisme jelas adalah cabang yang merupakan cikal bakal lahirnya teori kritis. Marx mengajarkan bahwa alat-alat produksi dalam masyarakat menentukan sifat (kesadaran) masyarakat; sehingga dalam pandangan Marx, ekonomi adalah dasar (basis) dari semua struktur sosial. Dalam sistem yang kapitalistis, produksi dikendalikan oleh keuntungan (profit drives production), sebuah proses yang pada akhirnya akan menindas buruh atau kelas pekerja, karena dengan ini pandangan ini pengusaha akan berusaha memaksimalisasi keuntungan dengan mengurangi biaya produksi, termasuk menggaji buruh dengan uah yang sangat rendah. Hanya ketika kelas pekerja bangkit melawan kelompok dominan 13 2 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (kelompok kapitalis) yang dapat mengubah sarana produksi dan pembebasan pekerja dapat dicapai. Dalam pandangan Marx, para buruh dapat bebas hanya jika penguasaan terhadap alat-alat produksi dihapuskan, inilah yang mendasari dari pandangan utopis Marx mengenai sebuah masyarakat tanpa kelas, dimana semua alat-alat produksi dimiliki secara bersama-sama. Tujuan dari revolusi komunis di seluruh dunia, termasuk di Indonesia dengan percobaan revolusi oleh PKI, adalah terciptanya masyarakat yang tanpa kelas dan tanpa pemilikan terhadap alat-alat produksi. Teori Marxis klasik ini lebih jauh disebut kritik ekonomi politik. Ketertarikan terhadap bahasa tetap menjadi sangat penting bagi teori kritis. Dalam Marxisme, praktek komunikasi dipandang sebagai hasil dari ketegangan (tension) antara kreativitas individu dan kendala sosial pada kreativitas itu. Pembebasan akan terjadi hanya ketika setiap orang benar-benar bebas untuk mengekspresikan diri dengan kejernihan dan akal sehat. Paradoksnya adalah, bagaimanapun, bahasa juga merupakan kendala penting dalam ekspresi individu, terutama bagi bahasa yang berasal dari kelas dominan dan telah membentuk ideologi, akan membuat kelas pekerja menjadi sulit untuk memahami situasi mereka dan menjadi penghambat dalam menemukan cara-cara untuk mencapai emansipasi. Dengan kata lain, bahasa yang dominan mendefinisikan dan melanggengkan penindasan terhadap kelompok marjinal. Inilah yang menjadi tugas dari teori kritis, yaitu bagaimana menciptakan bentuk-bentuk baru dari bahasa (diskursus) yang akan memungkinkan ideologi dari kelompok marjinal dapat mencuat kepermukaan dan dapat didengar untuk kepentingan pembebasan. The Frankfurt School of Critical Theory Istilah “critical theory” (teori kritis) berasal dari pemikiran sekelompok pemikir dan filosof Jerman yang tergabung “Frankfurt School”, mereka adalah bagian dari Institut independen untuk Penelitian Sosial di Frankfurt University. Mereka yang tergabung dalam kelompok ini adalah para pemikir filosof yang sangat mengagumi Karl Marx – meski dalam beberapa aspek mereka berseberangan dengan pemikiran Marx khususnya Marxisme Ortodoks yang dikembangkan oleh Friedrich Engels dan Karl Kautsky. Mereka melakukan penelitian untuk menguji ide-ide Karl Marx, mereka 13 3 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menolak determinisme ekonomi dari Marxisme ortodoks dan menemukan cara baru untuk mengkritisi masyrakat yang berseberangan dengan pemikiran Marx. Teori kritis yang dirintis oleh Max Horkheimer dan kawan-kawannya pada awalnya memang merupakan upaya untuk mengatasi determinisme ekonomis dari Marxisme ortodoks yang dianut sebagai ideologi resmi Uni Soviet. Pemikiran Karl Marx, betapapun dibela dan dianggap tabu, tetap dapat diperlukan dan dianggap sebagai konsep yang penting sebagai sebuah teori sosial. Teori-teori dalam tradisi ini sangat concern pada bagaimana kekuasaan (power), penindasan (oppression), dan hak istimewa (privilege) yang merupakan produk dari bentuk-bentuk tertentu dari komunikasi seluruh masyarakat, membuat tradisi kritis menjadi signifikan dalam bidang teori komunikasi saat ini. Namun demikian, dalam pandangan Karen dan Foss terdapat tiga fitur penting yang menjadi asumsi penting untuk bisa memahami secara jernih perspektif ini, yaitu : 1. Tradisi kritis berusaha untuk memahami sistem, struktur kekuasaan dan keyakinan atau ideologi yang selama ini dianggap sebagai taken for granted – dan telah mendominasi masyarakat, dengan sebuah pandangan khusus untuk kepentingan “melayani” siapakah struktur-struktur kekuasaan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan seperti, misalkan, “who does and does not get to speak”; “what does and does not get said”; dan “who stands to benefit from a particular system”, merupakan pertanyaan-pertanyaan khas yang diajukan oleh tradisi kritis dalam setiap kajian-kajian yang dilakukan 2. Teori-teori dalam tradisi ini sangat tertarik untuk mengungkapkan kondisikondisi sosial yang menindas dan penggunaan kekuasaan dalam rangka untuk meningkatkan emansipasi, atau menciptakan masyarakat yang bebas dari dominasi dan penindasan. Teori ini, salah satunya, memang diarahkan untuk mengetahui terjadinya penindasan oleh satu kelompok dominan terhadap kelompok lain yang subordinat. Sebab, dalam pandangan tradisi ini, hanya dengan memahami dan mengetahui penindasan yang terjadi, kita dapat menghilangkan apa yang disebut dengan ilusi ideologi serta untuk mengambil tindakan dalam mengatasi kekuasaan yang menindas untuk membebaskan masyarakat. 3. Teori kritis merupakan upaya sadar untuk memadukan teori dan praxis (tindakan). Teori-teori tersebut jelas normatif dan bertindak untuk mencapai 13 4 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id perubahan kondisi yang dapat mempengaruhi masyarakat, atau sebagaimana dikatakan Della Pollock dan J. Robert Cox, “to read the world with an eye towards shaping it”. Penelitian kritis bertujuan untuk mengungkapkan cara di mana kepentingan-kepentingan antar kelompok saling bersaing dan berbenturan, serta di mana konflik diselesaikan untuk mendukung kelompok-kelompok tertentu atas yang lain. Teori kritis oleh karena itu, sangat peduli terhadap kepentingan-kepentingan kelompok marjinal (marginalized groups). Teori Kritis Mazhab Frankfurt: Orientasi dan Konsep Sentral Totalitas. Gagasan bahwa pemahaman apapun tentang masyarakat harus mencakup dalam keseluruhan dunia objektif dan subjektif yang memberikan karakteristik untuk jangka waktu tertentu. Pemahaman tentang totalitas ini harus menjaadi pemahaman tentang unsur-unsurnya ketika keseluruhan itu mendominasi bagian-bagian dalam seluruh cakupannya. Kesadaran. Kekuatan yang menciptakan dan menopang dunia. Kesadaran dibangun secara internal tetapi dipengaruhi oleh bentuk-bentuk yang diasumsikan lewat proses objektivasi dan dialektika antara dunia objektif dan subjektif. Keterasingan. Keadaan dimana, dalam totalitas tertentu, keterjepitan kognitif muncul diantara kesadaran seseorang dan dunia sosial objektif, maka orang tersebut melihat apa hal esensial dari penciptaan kesadarannya sendiri dalam bentuk kekerasan, dominasi, realitas eksternal. Keterjepitan ininadalah keterjepitan yang disebabkan alienasi (keterasingan) yang mencerabut seseorang dari dirinya yang sejati dan menghambat pemenuhan potensialitas dirinya sebagai manusia. Kritik. Dalam kritik mereka tentang masyarakat kontemporer, teori kritis memfokuskan diri opada bentuk dan sumber-sumber keterasingan yang mereka lihat sebagai penghambat kemungkinan pemenuhan kemanusiaan sejati. Perspektif Kritis dan Kultural Teori kultural dalam posisi tertentu merupakan juga teori kritis. Sistem nilai kurang lebih menjadi dasar dari posisi epistemologis tersebut. Nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dipakai untuk mengkritisi institusi sosial yang ada dan praktik tindakan sosial. Institusi dan tindakan sosial meminggirkan beberapa nilai penting yang dikritisi. Alternatif-alternatif institusi atau tindakan sosial ditawarkan. Teori digunakan untuk melakukan tujuan praksis. Teori dimanfaatkan untuk melakukan perubahan sosial. Perspektif ekonomi politik kritis juga menganalisa secara penuh pada campur tangan publik sebagai proses legitimasi melalui ketidaksepakatan publik atas bentukbentuk yang harus diambil karena adanya usaha kaum kapitalis mempersempit ruang 13 5 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id diskursus publik dan representasi. Dalam konteks ini dapat juga disebut adanya distorsi dan ketidakseimbangan antara masyarakat, pasar dan sistem yang ada. Sedangkan kriteria-kriteria yang dimiliki oleh analisa ekonomi politik kritis terdiri dari tiga kriteria. Kriteria pertama adalah masyarakat kapitalis menjadi kelompok (kelas) yang mendominasi. Kedua, media dilihat sebagai bagian dari ideologis di mana di dalamnya kelas-kelas dalam masyarakat melakukan pertarungan, walaupun dalam konteks dominasi kelas-kelas tertentu. Kriteria terakhir, profesional media menikmati ilusi otonomi yang disosialisasikan ke dalam norma-norma budaya dominan. Dalam perkembangan ilmu komunikasi modern, bahasa adalah kombinasi kata yang diatur dan dikelola secara sistematis dan logis sehingga bisa dimanfaatkan sebagai alat komunikasi. Dengan demikian, kata merupakan bagian integral dari keseluruhan simbol yang dibuat oleh suatu kelompok tertentu. Jadi, kata selalu bersifat simbolik. Simbol dapat diartikan sebagai realitas yang mewakili atau merepresentasikan idea, pikiran, gagasan, perasaan, benda atau tindakan manusia yang dilakukan secara arbitrer, konvensional dan representatif-intrepretatif. Oleh sebab itu, tidak ada hubungan yang berlaku secara alamiah dan selalu bersifat koresponden antara simbol dengan realitas yang disimbolkan. Politik penandaan lebih banyak bermakna pada soal bagaimana praksis sosial pembentukan makna, kontrol dan penentuan suatu makna tertentu. Peran media massa dalam praksis sosial penentuan tanda dan makna tidak melepaskan diri dari proses kompetisi ideologi. Relasi dominasi dan kompetisi ideologis tidak hanya berproses pada tataran aparatur kelompok dominan saja tapi juga melalui produksi dan reproduksi kekuasaan yang berada dalam ruang budaya - tempat di mana makna hidup disusun. Pada proses inilah, terungkap bahwa produksi - konstruksi realitas menghubungkan dimensi politik wacana dengan dimensi politik ruang. Hal ini disebabkan bahwa hanya dalam ruang tertentu saja praksis wacana yang lahir dari sejarah dominasi dan kompetisi kultur yang panjang hingga dimenangkannya kompetisi oleh kekuatan paling dominan dan hegemonis yang pada gilirannya menentukan rekayasa politik wacana. Salah satu ciri kajian budaya adalah menempatkan teori kritis sebagai basis analisa. Pengertian teori kritis di sini mencakup metode metadisiplin atau mengabaikan satu ilmu alat ketika analisa dirasakan telah mencapai upaya membangun perspektif 13 6 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang lebih baru. Sebagaimana galibnya sebuah tujuan penelitian ilmu, ia tidak diharapkan hanya mengisi ulang alasan-alasan yang telah ada, tetapi bagaimana memunculkan dan mematikan alasan-lasan lama bila dianggap tidak berbasis pada teks yang dituju. Kearifan cultural studies akan menggiring kita kepada pemahaman bahwa setiap waktu atau satuan era, lokalitas, dan konteks masyarakat memiliki hasrat sosial yang tidak sama. Pencapaian pemahaman tinggi dapat terjadi jika kita dengan lunak mencerdasi setiap fenomena sosial melalui sebuah format ingin tahu, meneliti, dan berbicara sebagai subyek pelaku. Cultural Studies.Cultural studies adalah sekumpulan teori yang memiliki minat yang sama, yaitu terhadap ideologi yang mendominasi budaya namun demikian fokus pada perubahan sosial dari sudut pandang budaya sendiri. Sebagai sebuah studi yang interdisipliner cultural studies dimulai pada tahun 1964 dan dikembangkan pertama kali oleh Centre for Contemporary Cultural Studies (CCCS) diBirmingham, Inggris. Istilah ini diciptakan oleh Richard Hoggart pada tahun 1964 ketika ia mendirikanCCCS. Kajian budaya (cultural studies) adalah hubungan kajian budaya dengan soal-soal kekuasaan dan politik, dengan keinginan akan perubahan dan ‘untuk’ kelompok-kelompok sosial yang terpinggirkan, terutama kelompok kelas, gender dan ras (tapi juga kelompok usia, kecacatan, kebangsaan, dan sebagainya). Budaya dalam cultural studies menurut Raymond Williams adalah keseluruhan cara hidup. Bagi Williams kebudayaan sekaligus meliputi seni, nilai, norma-norma, dan benda-benda simbolik dalam hisup sehari-hari; ia merupakan bagian dari totalitas relasi-relasi soaial. Kebudayaan haruslah dimengerti dan praktik-praktik sehari-hari. Dengan demikian teori kebudayaan didefinisikan sebagai studi tentang relasi antarelemen dalam hidup sosial. Dalam cultural studies, budaya didefinisikan sebagai (1)pemikiran-pemikiran yang sama yang menjadi sandaran atau rujukan masyarakat, atau cara-cara kolektif dalam memhami pengalaman kehidupannya; (2) budaya adalah praktik-praktik cara hidup dari satu kelompok, atau apa yang dilakukan secara materiil oleh individu dari hari ke hari. Budaya meliputi organisasi produksi, struktur keluarga, struktur lembaga yang mengekspresikan atau mengatur hubungan sosial, bentuk-bentuk komunikasi khas anggota masyarakat.Cultural studies (CS) memfokuskan diri pada hubungan antar 13 7 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id relasi-relasi sosial dengan makna-makna. CS berusaha mencari penjelasan perbedaan kebudayaan dan praktik kebudayaan tidak dengan menunjuk nilai-nilai intrinsic dan abadi (how good) melainkan dengan menunjuk seluruh peta relasi sosial (in whose interest). Ideology dalam konsep CS merupakan (1) suatu pelembagaan gasan-gagasan sistematis yang diartiukulasikan oleh sekelompok masyarakat tertentu; (2) ideology menyiratkan adanya penopengan, penyimpangan, atau penyembunyian realitas tertentu. Ideology bagi kapitalis digunakan sebagai alat untuk menyembunyikan realitas yang sebenarnya, yaitu adanya penindasan kelompok dominan kepadakelompok lemah. Sedangkan bagi kaum tertindas, ideology digunakan sebagai cara menyembunyikan ketertiundasannya, sehingga mereka tidak merasakan bahwa diri mereka tengah ditindas. Definisi ini dapat dirujukkan pada pemikiran Marx yang menyatakan bahwa cara suatu masyarakat mengorganisasikan alat produksi ekonominya akan mempengaruhi jenis budaya yang diproduksi. Produk-produk cultural hasil dari relasi ini akan selalu berkarakter ideologis bila secara eksplisit atau implicit mendukung kepentingan kelompok dominan; (3) praktik ideologis digunakan untuk menarik perhatian dengan cara-cara yang selalu digunakan teks untuk merepresentasikan ciutra tertentu tentang dunia. Feminist Studies. Penelitian mengenai feminis telah bertahun-tahun menjadi ranah yang sangat berpengaruh dalam tradisi kritis. Teori feminis dimulai dengan asumsi bahwa gender adalah kategori yang luas untuk memahami pengalaman manusia. Gender adalah suatu konstruksi sosial yang, meskipun perlu, telah didominasi oleh laki-laki dan menindas perempuan. Teori feminis ditujukan untuk menentang asumsi-asumsi gender berlaku luas dalam masyarakat dan untuk mencapai cara-cara yang membebaskan perempuan dan laki-laki untuk eksis di dunia. Teori Feminisme telah didefinisikan dalam banyak cara, salah satunya adalah definisi yang menyebutkan feminisme sebagai gerakan untuk mengamankan hak-hak bagi perempuan untuk upaya mengakhiri segala bentuk penindasan. Jadi sarjana saat ini lebih cenderung untuk berbicara tentang feminisme dalam bentuk jamak daripada tunggal. Kajian feminis pertama dimulai dengan fokus pada gender dan berusaha untuk 13 8 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id membedakan antara seks – sebagai kategori biologis, dan gender – yang merupakan hasil dari konstruksi sosial. Mereka, para sarjana yang bergelut dengan kajian feminisme, telah meneliti, mengkritik dan menantang asumsi dan praktek mengenai maskulinitas dan feminitas yang meliputi semua aspek kehidupan, dalam upaya untuk mencapai cara yang lebih membebaskan bagi perempuan. Namun demikian, penelitian mengenai feminis lebih dari sekadar sebuah studi mengenai gender. Feminisme berusaha untuk menawarkan teori yang berpusat pusat pada pengalaman perempuan dan untuk mengartikulasikan hubungan antara kategori gender dan kategori sosial lainnya, termasuk ras, etnis, kelas, dan seksualitas. Akhir-akhir ini, studi mengenai bagaimana praktek komunikasi berfungsi untuk menyebarkan ideologi gender dalam wacana yang dimediasi (mediated discourse) telah menjadi sangat menonjol, yang mencerminkan keberlangsungan kajian budaya (cultural studies) dalam disiplin komunikasi. Juga yang menjadi semakin jelas adalah studi mengenai contoh positif dari gaya (style) dan praktek komunikasi yang dapat memberikan model peran untuk bagaimana mencapai perubahan yang konsisten dengan nilai-nilai feminis. Daftar Pustaka Ardianto, Elvinaro. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. LittleJohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka 13 9 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id