Modul Teori Komunikasi [TM15]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Teori Komunikasi
TEORI KRITIS
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Broadcasting
Tatap Muka
15
Kode MK
----
Disusun Oleh
Sofia Aunul, M.Si
Abstract
Kompetensi
Teori kritis lahir sebagai koreksi dari
pandangan
konstruktivisme
yang
kurang sensitive pada proses produksi
dan reproduksi makna yang terjadi
secara historis maupun institusional.
Analisis kritis menekankan pada
konstelasi kekuatan yang terjadi pada
produksi dan reproduksi makna.
Individu tidak dianggap sebagai subjek
yang netral yang bisa menafsirkan
secara bebas sesuai dengan pikirannya,
karena sangat berhubungan dan
dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang
ada dalam masyarakat.
Setelah mempelajari materi dalam modul
ini, mahasiswa akan mampu memahami:
1. Sejarah perspektif kritis
2. Pandangan Marxis
3. Kontribusi Mazhab Frankfurt dalam
teori kritis
4. Cultural Studies
5. Teori Feminis
TEORI KRITIS
PENDAHULUAN
Meskipun terdapat beberapa macam ilmu sosial kritis, semuanya memiliki tiga
asumsi dasar, yakni: pertama, semuanya menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu sosial
interpretif—untuk memahami pengalaman orang dalam konteks. Dan pendekatan kritis
bertujuan untuk menginterpretasikan dan berusaha memahami bagaimana berbagai
kelompok sosial dikekang dan ditindas; kedua, pendekatan ini mengkaji kondisikondisis sosial dalam usahanya untuk mengungkap struktur-struktur yang seringkali
tersembunyi; ketiga, pendekatan kritis secara sadar berupaya untuk menggabungkan
teori dan tindakan.
Teori kritis lahir sebagai koreksi dari pandangan konstruktivisme yang kurang
sensitive pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara hstoris
maupun institusional. Analisis kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi
pada produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang
netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat
berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.
Sejarah Perspektif Kritis
Marxism
Meskipun teori kritis telah muncul jauh setelah karya Karl Marx dan Friedrich
Engels, Marxisme jelas adalah cabang yang merupakan cikal bakal lahirnya teori kritis.
Marx mengajarkan bahwa alat-alat produksi dalam masyarakat menentukan sifat
(kesadaran) masyarakat; sehingga dalam pandangan Marx, ekonomi adalah dasar
(basis) dari semua struktur sosial.
Dalam sistem yang kapitalistis, produksi dikendalikan oleh keuntungan (profit
drives production), sebuah proses yang pada akhirnya akan menindas buruh atau kelas
pekerja, karena dengan ini pandangan ini pengusaha akan berusaha memaksimalisasi
keuntungan dengan mengurangi biaya produksi, termasuk menggaji buruh dengan uah
yang sangat rendah. Hanya ketika kelas pekerja bangkit melawan kelompok dominan
2016
2
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
(kelompok kapitalis) yang dapat mengubah sarana produksi dan pembebasan pekerja
dapat dicapai.
Dalam pandangan Marx, para buruh dapat bebas hanya jika penguasaan
terhadap alat-alat produksi dihapuskan, inilah yang mendasari dari pandangan utopis
Marx mengenai sebuah masyarakat tanpa kelas, dimana semua alat-alat produksi
dimiliki secara bersama-sama.
Tujuan dari revolusi komunis di seluruh dunia, termasuk di Indonesia dengan
percobaan revolusi oleh PKI, adalah terciptanya masyarakat yang tanpa kelas dan tanpa
pemilikan terhadap alat-alat produksi. Teori Marxis klasik ini lebih jauh disebut kritik
ekonomi politik. Ketertarikan terhadap bahasa tetap menjadi sangat penting bagi teori
kritis.
Dalam Marxisme, praktek komunikasi dipandang sebagai hasil dari ketegangan
(tension) antara kreativitas individu dan kendala sosial pada kreativitas itu.
Pembebasan akan terjadi hanya ketika setiap orang benar-benar bebas untuk
mengekspresikan diri dengan kejernihan dan akal sehat. Paradoksnya adalah,
bagaimanapun, bahasa juga merupakan kendala penting dalam ekspresi individu,
terutama bagi bahasa yang berasal dari kelas dominan dan telah membentuk ideologi,
akan membuat kelas pekerja menjadi sulit untuk memahami situasi mereka dan
menjadi penghambat dalam menemukan cara-cara untuk mencapai emansipasi.
Dengan kata lain, bahasa yang dominan mendefinisikan dan melanggengkan
penindasan terhadap kelompok marjinal. Inilah yang menjadi tugas dari teori kritis,
yaitu bagaimana menciptakan bentuk-bentuk baru dari bahasa (diskursus) yang akan
memungkinkan ideologi dari kelompok marjinal dapat mencuat kepermukaan dan
dapat didengar untuk kepentingan pembebasan.
The Frankfurt School of Critical Theory
Istilah “critical theory” (teori kritis) berasal dari pemikiran sekelompok pemikir
dan filosof Jerman yang tergabung “Frankfurt School”, mereka adalah bagian dari
Institut independen untuk Penelitian Sosial di Frankfurt University. Mereka yang
tergabung dalam kelompok ini adalah para pemikir filosof yang sangat mengagumi Karl
Marx – meski dalam beberapa aspek mereka berseberangan dengan pemikiran Marx
khususnya Marxisme Ortodoks yang dikembangkan oleh Friedrich Engels dan Karl
Kautsky. Mereka melakukan penelitian untuk menguji ide-ide Karl Marx, mereka
2016
3
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menolak determinisme ekonomi dari Marxisme ortodoks dan menemukan cara baru
untuk mengkritisi masyrakat yang berseberangan dengan pemikiran Marx.
Teori kritis yang dirintis oleh Max Horkheimer dan kawan-kawannya pada
awalnya memang merupakan upaya untuk mengatasi determinisme ekonomis dari
Marxisme ortodoks yang dianut sebagai ideologi resmi Uni Soviet. Pemikiran Karl Marx,
betapapun dibela dan dianggap tabu, tetap dapat diperlukan dan dianggap sebagai
konsep yang penting sebagai sebuah teori sosial.
Teori-teori dalam tradisi ini sangat concern pada bagaimana kekuasaan
(power), penindasan (oppression), dan hak istimewa (privilege) yang merupakan
produk dari bentuk-bentuk tertentu dari komunikasi seluruh masyarakat, membuat
tradisi kritis menjadi signifikan dalam bidang teori komunikasi saat ini.
Namun demikian, dalam pandangan Karen dan Foss terdapat tiga fitur penting
yang menjadi asumsi penting untuk bisa memahami secara jernih perspektif ini, yaitu :
1. Tradisi kritis berusaha untuk memahami sistem, struktur kekuasaan dan
keyakinan atau ideologi yang selama ini dianggap sebagai taken for granted – dan
telah mendominasi masyarakat, dengan sebuah pandangan khusus untuk
kepentingan
“melayani”
siapakah
struktur-struktur
kekuasaan
tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan seperti, misalkan, “who does and does not get to speak”;
“what does and does not get said”; dan “who stands to benefit from a particular
system”, merupakan pertanyaan-pertanyaan khas yang diajukan oleh tradisi
kritis dalam setiap kajian-kajian yang dilakukan
2. Teori-teori dalam tradisi ini sangat tertarik untuk mengungkapkan kondisikondisi sosial yang menindas dan penggunaan kekuasaan dalam rangka untuk
meningkatkan emansipasi, atau menciptakan masyarakat yang bebas dari
dominasi dan penindasan. Teori ini, salah satunya, memang diarahkan untuk
mengetahui terjadinya penindasan oleh satu kelompok dominan terhadap
kelompok lain yang subordinat. Sebab, dalam pandangan tradisi ini, hanya
dengan memahami dan mengetahui penindasan yang terjadi, kita dapat
menghilangkan apa yang disebut dengan ilusi ideologi serta untuk mengambil
tindakan dalam mengatasi kekuasaan yang menindas untuk membebaskan
masyarakat.
3. Teori kritis merupakan upaya sadar untuk memadukan teori dan praxis
(tindakan). Teori-teori tersebut jelas normatif dan bertindak untuk mencapai
2016
4
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
perubahan kondisi yang dapat mempengaruhi masyarakat, atau sebagaimana
dikatakan Della Pollock dan J. Robert Cox, “to read the world with an eye towards
shaping it”. Penelitian kritis bertujuan untuk mengungkapkan cara di mana
kepentingan-kepentingan antar kelompok saling bersaing dan berbenturan,
serta di mana konflik diselesaikan untuk mendukung kelompok-kelompok
tertentu atas yang lain. Teori kritis oleh karena itu, sangat peduli terhadap
kepentingan-kepentingan kelompok marjinal (marginalized groups).
Teori Kritis Mazhab Frankfurt: Orientasi dan Konsep Sentral
Totalitas. Gagasan bahwa pemahaman apapun tentang masyarakat harus mencakup
dalam keseluruhan dunia objektif dan subjektif yang memberikan karakteristik untuk
jangka waktu tertentu. Pemahaman tentang totalitas ini harus menjaadi pemahaman
tentang unsur-unsurnya ketika keseluruhan itu mendominasi bagian-bagian dalam
seluruh cakupannya.
Kesadaran. Kekuatan yang menciptakan dan menopang dunia. Kesadaran dibangun
secara internal tetapi dipengaruhi oleh bentuk-bentuk yang diasumsikan lewat proses
objektivasi dan dialektika antara dunia objektif dan subjektif.
Keterasingan. Keadaan dimana, dalam totalitas tertentu, keterjepitan kognitif muncul
diantara kesadaran seseorang dan dunia sosial objektif, maka orang tersebut melihat
apa hal esensial dari penciptaan kesadarannya sendiri dalam bentuk kekerasan,
dominasi, realitas eksternal. Keterjepitan ini adalah keterjepitan yang disebabkan
alienasi (keterasingan) yang mencerabut seseorang dari dirinya yang sejati dan
menghambat pemenuhan potensialitas dirinya sebagai manusia.
Kritik. Dalam kritik mereka tentang masyarakat kontemporer, teori kritis
memfokuskan diri opada bentuk dan sumber-sumber keterasingan yang mereka lihat
sebagai penghambat kemungkinan pemenuhan kemanusiaan sejati.
Perspektif Kritis dan Kultural
Teori kultural dalam posisi tertentu merupakan juga teori kritis. Sistem nilai kurang
lebih menjadi dasar dari posisi epistemologis tersebut. Nilai-nilai yang berkembang
dalam masyarakat dipakai untuk mengkritisi institusi sosial yang ada dan praktik
tindakan sosial. Institusi dan tindakan sosial meminggirkan beberapa nilai penting yang
dikritisi. Alternatif-alternatif institusi atau tindakan sosial ditawarkan. Teori digunakan
untuk melakukan tujuan praksis. Teori dimanfaatkan untuk melakukan perubahan
sosial.
Perspektif ekonomi politik kritis juga menganalisa secara penuh pada campur
tangan publik sebagai proses legitimasi melalui ketidaksepakatan publik atas bentukbentuk yang harus diambil karena adanya usaha kaum kapitalis mempersempit ruang
2016
5
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
diskursus publik dan representasi. Dalam konteks ini dapat juga disebut adanya distorsi
dan ketidakseimbangan antara masyarakat, pasar dan sistem yang ada. Sedangkan
kriteria-kriteria yang dimiliki oleh analisa ekonomi politik kritis terdiri dari tiga
kriteria.
Kriteria pertama adalah masyarakat kapitalis menjadi kelompok (kelas) yang
mendominasi. Kedua, media dilihat sebagai bagian dari ideologis di mana di dalamnya
kelas-kelas dalam masyarakat melakukan pertarungan, walaupun dalam konteks
dominasi kelas-kelas tertentu. Kriteria terakhir, profesional media menikmati ilusi
otonomi yang disosialisasikan ke dalam norma-norma budaya dominan.
Dalam perkembangan ilmu komunikasi modern, bahasa adalah kombinasi
kata yang diatur dan dikelola secara sistematis dan logis sehingga bisa
dimanfaatkan sebagai alat komunikasi. Dengan demikian, kata merupakan bagian
integral dari keseluruhan simbol yang dibuat oleh suatu kelompok tertentu. Jadi, kata
selalu bersifat simbolik. Simbol dapat diartikan sebagai realitas yang mewakili atau
merepresentasikan idea, pikiran, gagasan, perasaan, benda atau tindakan manusia yang
dilakukan secara arbitrer, konvensional dan representatif-intrepretatif. Oleh sebab itu,
tidak ada hubungan yang berlaku secara alamiah dan selalu bersifat koresponden
antara simbol dengan realitas yang disimbolkan.
Politik penandaan lebih banyak bermakna pada soal bagaimana praksis sosial
pembentukan makna, kontrol dan penentuan suatu makna tertentu. Peran media massa
dalam praksis sosial penentuan tanda dan makna tidak melepaskan diri dari proses
kompetisi ideologi.
Relasi dominasi dan kompetisi ideologis tidak hanya berproses pada tataran
aparatur kelompok dominan saja tapi juga melalui produksi dan reproduksi kekuasaan
yang berada dalam ruang budaya - tempat di mana makna hidup disusun. Pada proses
inilah, terungkap bahwa produksi - konstruksi realitas menghubungkan dimensi politik
wacana dengan dimensi politik ruang. Hal ini disebabkan bahwa hanya dalam ruang
tertentu saja praksis wacana yang lahir dari sejarah dominasi dan kompetisi kultur yang
panjang hingga dimenangkannya kompetisi oleh kekuatan paling dominan dan
hegemonis yang pada gilirannya menentukan rekayasa politik wacana.
Salah satu ciri kajian budaya adalah menempatkan teori kritis sebagai basis
analisa. Pengertian teori kritis di sini mencakup metode metadisiplin atau mengabaikan
satu ilmu alat ketika analisa dirasakan telah mencapai upaya membangun perspektif
2016
6
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang lebih baru. Sebagaimana galibnya sebuah tujuan penelitian ilmu, ia tidak
diharapkan hanya mengisi ulang alasan-alasan yang telah ada, tetapi bagaimana
memunculkan dan mematikan alasan-lasan lama bila dianggap tidak berbasis pada teks
yang dituju. Kearifan cultural studies akan menggiring kita kepada pemahaman bahwa
setiap waktu atau satuan era, lokalitas, dan konteks masyarakat memiliki hasrat sosial
yang tidak sama. Pencapaian pemahaman tinggi dapat terjadi jika kita dengan lunak
mencerdasi setiap fenomena sosial melalui sebuah format ingin tahu, meneliti, dan
berbicara sebagai subyek pelaku.
Cultural Studies.Cultural studies adalah sekumpulan teori yang memiliki minat yang
sama, yaitu terhadap ideologi yang mendominasi budaya namun demikian fokus pada
perubahan sosial dari sudut pandang budaya sendiri. Sebagai sebuah studi yang
interdisipliner cultural studies dimulai pada tahun 1964 dan dikembangkan pertama
kali oleh Centre for Contemporary Cultural Studies (CCCS) diBirmingham, Inggris. Istilah
ini diciptakan oleh Richard Hoggart pada tahun 1964 ketika ia mendirikanCCCS. Kajian
budaya (cultural studies) adalah hubungan kajian budaya dengan soal-soal kekuasaan
dan politik, dengan keinginan akan perubahan dan ‘untuk’ kelompok-kelompok sosial
yang terpinggirkan, terutama kelompok kelas, gender dan ras (tapi juga kelompok usia,
kecacatan, kebangsaan, dan sebagainya).
Budaya dalam cultural studies menurut Raymond Williams adalah keseluruhan
cara hidup. Bagi Williams kebudayaan sekaligus meliputi seni, nilai, norma-norma, dan
benda-benda simbolik dalam hisup sehari-hari; ia merupakan bagian dari totalitas
relasi-relasi soaial. Kebudayaan haruslah dimengerti dan praktik-praktik sehari-hari.
Dengan demikian teori kebudayaan didefinisikan sebagai studi tentang relasi
antarelemen dalam hidup sosial.
Dalam cultural studies, budaya didefinisikan sebagai (1)pemikiran-pemikiran
yang sama yang menjadi sandaran atau rujukan masyarakat, atau cara-cara kolektif
dalam memhami pengalaman kehidupannya; (2) budaya adalah praktik-praktik cara
hidup dari satu kelompok, atau apa yang dilakukan secara materiil oleh individu dari
hari ke hari.
Budaya meliputi organisasi produksi, struktur keluarga, struktur lembaga yang
mengekspresikan atau mengatur hubungan sosial, bentuk-bentuk komunikasi khas
anggota masyarakat.Cultural studies (CS) memfokuskan diri pada hubungan antar
2016
7
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
relasi-relasi sosial dengan makna-makna. CS berusaha mencari penjelasan perbedaan
kebudayaan dan praktik kebudayaan tidak dengan menunjuk nilai-nilai intrinsic dan
abadi (how good) melainkan dengan menunjuk seluruh peta relasi sosial (in whose
interest).
Ideology dalam konsep CS merupakan (1) suatu pelembagaan gasan-gagasan
sistematis yang diartiukulasikan oleh sekelompok masyarakat tertentu; (2) ideology
menyiratkan adanya penopengan, penyimpangan, atau penyembunyian realitas
tertentu.
Ideology bagi kapitalis digunakan sebagai alat untuk menyembunyikan realitas
yang sebenarnya, yaitu adanya penindasan kelompok dominan kepadakelompok lemah.
Sedangkan bagi kaum tertindas, ideology digunakan sebagai cara menyembunyikan
ketertiundasannya, sehingga mereka tidak merasakan bahwa diri mereka tengah
ditindas. Definisi ini dapat dirujukkan pada pemikiran Marx yang menyatakan bahwa
cara
suatu
masyarakat
mengorganisasikan
alat
produksi
ekonominya
akan
mempengaruhi jenis budaya yang diproduksi. Produk-produk cultural hasil dari relasi
ini akan selalu berkarakter ideologis bila secara eksplisit atau implicit mendukung
kepentingan kelompok dominan; (3) praktik ideologis digunakan untuk menarik
perhatian dengan cara-cara yang selalu digunakan teks untuk merepresentasikan ciutra
tertentu tentang dunia.
Feminist Studies. Penelitian mengenai feminis telah bertahun-tahun menjadi ranah
yang sangat berpengaruh dalam tradisi kritis.
Teori feminis dimulai dengan asumsi bahwa gender adalah kategori yang luas
untuk memahami pengalaman manusia. Gender adalah suatu konstruksi sosial yang,
meskipun perlu, telah didominasi oleh laki-laki dan menindas perempuan. Teori feminis
ditujukan untuk menentang asumsi-asumsi gender berlaku luas dalam masyarakat dan
untuk mencapai cara-cara yang membebaskan perempuan dan laki-laki untuk eksis di
dunia.
Teori Feminisme telah didefinisikan dalam banyak cara, salah satunya adalah
definisi yang menyebutkan feminisme sebagai gerakan untuk mengamankan hak-hak
bagi perempuan untuk upaya mengakhiri segala bentuk penindasan. Jadi sarjana saat
ini lebih cenderung untuk berbicara tentang feminisme dalam bentuk jamak daripada
tunggal. Kajian feminis pertama dimulai dengan fokus pada gender dan berusaha untuk
2016
8
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
membedakan antara seks – sebagai kategori biologis, dan gender – yang merupakan
hasil dari konstruksi sosial. Mereka, para sarjana yang bergelut dengan kajian
feminisme, telah meneliti, mengkritik dan menantang asumsi dan praktek mengenai
maskulinitas dan feminitas yang meliputi semua aspek kehidupan, dalam upaya untuk
mencapai cara yang lebih membebaskan bagi perempuan.
Namun demikian, penelitian mengenai feminis lebih dari sekadar sebuah studi
mengenai gender. Feminisme berusaha untuk menawarkan teori yang berpusat pusat
pada pengalaman perempuan dan untuk mengartikulasikan hubungan antara kategori
gender dan kategori sosial lainnya, termasuk ras, etnis, kelas, dan seksualitas.
Akhir-akhir ini, studi mengenai bagaimana praktek komunikasi berfungsi untuk
menyebarkan ideologi gender dalam wacana yang dimediasi (mediated discourse) telah
menjadi sangat menonjol, yang mencerminkan keberlangsungan kajian budaya (cultural
studies) dalam disiplin komunikasi. Juga yang menjadi semakin jelas adalah studi
mengenai contoh positif dari gaya (style) dan praktek komunikasi yang dapat
memberikan model peran untuk bagaimana mencapai perubahan yang konsisten
dengan nilai-nilai feminis.
Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
LittleJohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Penerbit
Salemba Humanika.
Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka
2016
9
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download