MODUL PERKULIAHAN Teori Komunikasi KOMUNIKASI KELOMPOK Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Broadcasting Tatap Muka 07 Kode MK ---- Disusun Oleh Sofia Aunul, M.Si Abstract Kompetensi Kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan kita karena melalui kelompok memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya. Setelah mempelajari materi dalam modul ini, mahasiswa akan mampu memahami: 1. Prinsip-prinsp dasar komunikasi dalam suatu kelompok 2. Komunikasi dalam kelompok 3. Metode pengambilan keputusan dalam kelompok 4. Kepemimpinan dalam kelompok 5. Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi TEORI KOMUNIKASI KELOMPOK PENDAHULUAN Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan keseharian kita. Sejak kita lahir, kita sudah mulai tergabung dengan kelompok primer yang paling dekat yaitu keluarga. Kemudian seiring dengan perkembangan usia dan kemampuan intelektualitas, kita masuk dan terlibat dalam kelompok-kelompok sekunder seperti sekolah, lembaga agama, tempat pekerjaan dan kelompok sekunder lainnya yang sesuai dengan minat dan ketertarikan kita. Ringkasnya, kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan kita karena melalui kelompok memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya. PRINSIP DASAR KOMUNIKASI DALAM KELOMPOK Sebagaimana telah diuraikan pada bagian pendahuluan, bahwa kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginanya berbagi informasi dalam hampir semua aspek kehidupan. Ia bisa merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok belajar) dan ia pula bisa merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan masalah). Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam suatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest) kita. Orang yang memisahkan atau mengisolasikan dirinya dengan orang lain adalah orang yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain (misanthrope) atau dapat dikatakan sebagai orang yang anti sosial. Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya : Human Communiccation, A Revision of Approaching Speech / Communication memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya ‘13 2 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dengan akurat (the face to face interaction of three or more individuals for a recognized purpose such as information sharing, self maintenence or problem solving such that the members are able to recall personel characteristics of the other members accurately). Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi diatas yaitu interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud atau tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya. Terminologi tatap muka (face to face) mengandung makna bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun non verbal dari setiap anggotanya. Batasan ini tidak berlaku atau meniadakan kumpulan individu yang sedang melihat proses pembangunan gedung / bangunan baru. Dengan demikian makna tatap muka tersebut berkait erat dengan adanya interaksi di antara anggota kelompok. Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar antara 3 sampai 20 orang. Pertimbangannya, jika partisipan melebihi 20 orang kurang memungkinkan berlangsungnya suatu interaksi di mana setiap anggota kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnya. Dan karenanya kurang tepat untuk dikatakan komunikasi kelompok. Maksud atau tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari defenisi diatas bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan memberikan tipe identitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi maka komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan (to impart knowledge). Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan diri (self maintenence) biasanya memusatkan perhatiannya pada anggota kelmpok atau struktur dari kelompok itu sendiri. Tindak komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi, kepuasan kebutuhan kolektif / kelompok bahkan kelangsungan hidup dari kelompok itu sendiri. Dan apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Elemen terakhir adalah kemampuan anggota untuk menumbuhkan karakteristik personal anggota lainnya secara akurat. Ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok cecara tidak langsung berhubungan satu sama lain dan maksud / tujuan kelompok telah terdefenisikan dengan jelas, di samping itu identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan permanen. ‘13 3 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Batasan lain mengenai komunikasi kelompokdikemukakan oleh Ronald Alder dan George Rodman dalam bukunya : Understanding Human Communication. Mereka mengatakan bahwa kelompok atau group merupakan sekumpulan kecil orang yang saling berinteraksi, biasanya tatap muka dalam waktu yang lama guna mencapai tujuan tertentu (a small collection of people who interact whit each other, usualy face to face over time in order to reach goals). Ada empat elemen yang muncul dari defenisi yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman tersebut yaitu interaksi, waktu, ukuran dan tujuan. Interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting karena melalui interaksi inilah kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan istilah yang disebut coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak terikat dalam aktivitas yang sama, namun tanpa komunikasi satu sama lain. Misalnya, mahasiswa yang hanya secara pasif mendengarkan suatu perkualihan secara teknis belum dapat disebut sebagai kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai mempertukarkan pesan dengan dosen atau rekan mahasiswa yang lain. Elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang singkat tidak dapat digolongkan sebagai kelompok. Kelompok mensyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau cirri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara. Sedangkan elemen ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu kelompok. Ada yang memberi batas 3-8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk mengatasi perbedaan jumlah anggota tersebut, muncul konsep yang dikenal dengan smallness yaitu kemampuan setiap anggota kelompok untuk dapat mengenal dan memberi reaksi terhadap anggota lainnya. Dengan smallness ini, kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota mampu mengenal dan memberi reaksi kepada anggota lain atau setiap anggota mampu melihat dan mendengar anggota yang lain seperti yang dikemukakan dalam defenisi pertama. Elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok akan membentu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya. Apapun fungsi yang disandangnya, kelompok baik primer maupun sekunder dalam keberadaannya memiliki karakteristik tertentu. Karenanya, memahami karakteristik yang ada merupakan langkah pertama untuk bertindak lebih efektif dalam suatu kelompok di mama kita ikut terlibat didalamnya. Ada dua karakteristik yang melekat pada suatu kelompok yaitu ‘13 4 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id norma dan peran. Kita akan membahas kedua karakteristik tersebut dengan lebih rinci satu persatu. Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaiamana orang-orang dalam suatu kelompok berprilaku satu dengan lainnya. Kadang-kadang norma oleh para sosiologi disebut juga dengan hukum (law) ataupun aturan (rule) yaitu perilaku-perilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan dalam suatu kelompok. Ada tiga katagori norma kelompok yaitu norma sosial, prosedural dan tugas. Norma sosial mengatur hubungan di antara para anggota kelompok. Sedangkan norma prosedural menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroprasi seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan apakah melalui suara mayoritas ataukah dilakukan pembicaraan sampai tercapai kesepakatan. Dan norma tugas memusatkan perhatian pada bagaimana suatu pekerjaan harus dilaksanakan. Berikut kita akan mempelajari norma-norma dalam kelompok dengan mencermati tabel dibawah ini. TABEL NORMA-NORMA YANG DIHARAPKAN DALAM SUATU KELOMPOK SOSIAL PROSEDURAL TUGAS Mendiskusikan persoalan Memperkenalkan para Mengkritik ide, bukan yang tidak kontrovesial anggota kelompok orangnya Menceritakan gurauan Membuat agenda mendukung gagasan yang lucu pertemuan yang terbaik Menceritakan kebenaran Duduk saling berta- Memiliki kepedulian untuk yang tidak dapat di tap muka pemecahan persoalan Jangan merokok (kalau Memantapkan tujuan Baerbagi beban pekerjaan dimungkinkan) kelompok Jangan datang terlambat Jangan meninggalkan Jangan memaksa gagasan pertemuan tanpa kita dalam kelompok bantah sebab Tidak hadir tanpa alasan Jangan memonopoli per- Jangan berkata kasar jika Yang jelas cakapan tidak setuju Sumber : Ronald B. Adler, George Rodman, Understanding Human Communication, secon edition, hal.197 ‘13 5 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Jika norma diberi batasan sebagai ukuran kelompok yang dapat diterima, maka peran (role) merupakan pola-pola perilaku yang diharapkan dari setiap anggota kelompok. Ada dua fungsi peran dalam suatu kelompok yaitu fungsi tugas dan fungsi pemeliharaan. Kita akan menyimak kedua fungsi teresebut dalam tabel berikut. TABEL PERAN FUNGSIONAL DARI ANGGOTA KELOMPOK FUNGSI TUGAS FUNGSI PEMELIHARAAN Pemberi informasi Pendorong partisipas Pemberi pendapat Penyelaras Pencari informasi Penurun ketegangan Pemberi aturan Penengah persoalan pribadi Sumber : Ronald B. Adler, George Rodman, Understanding Human Communication, Secound Edition, hal. 199 Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dan fungsi terapi. Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk kepentingna masyarakat, kelompok dan para anggota kelompok itu sendiri. Fungsi utama dalam kelompok adalah hubungan soaial dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara adan memantapkan hubungan soasial di antara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan aktivitas yang informal, santai dan menghibur. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal benerja untuk mencapai dan mempertukarkan peengetahuan. Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok, kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan apa yang diharapkan atau tidak bergantung pada tiga faktor yaitu junmlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah patisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi di antara para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompok membawa pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru yang disumbangkan masing-masing anggota mustahil fungsi edukasi ini akan tercapai. ‘13 6 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam fungsi persuasif, seorang anggota kelompok berupaya memperusasi anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha persuasi dalam suatu kelompok membawa resiko untuk tidak diterima para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok maka justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut akan menciptakan suatu konflik dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalam kelompok. Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan.pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya, sedangkan pembuatan keputusan (decision making) berhubungan dengan dua pemillihan dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilkan materi atau bahan untuk pembuatan keputusan. Terapi adalah fungsi kelima dari kelompok. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya. Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Contoh dari kelompok terapi ini adalah kelompok konsultasi perkawinan, kelompok penderita narkotika, kelompok perokok berat dan sebagainya. Tindakan dalam kelompokkelompok terapi dikenal dengan nama “pengungkapan diri” (self disclosure). Artinya, dalam suasana yang mendukung setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar anggota dalam diskusi yang dilakukan, orangyang menjadi pemimpin atau yang memberi terapi yang akan mengaturnya. MEMAHAMI KOMUNIKASI DALAM KELOMPOK Persoalan-persoalan mengenai tipe kelomPok, metode pembuatan keputusan yang terjadi dalam suatu kelompok dan kepimpinan dalam kelompok merupakan materi yang akan dibahas dalam kegiatan belajar berikut ini. Dalam wujud nyata yang dapat kita temui sehari-hari, kita mengenal beberapa tipe dari kelompok seperti kelompok belajar, kelompok pemecahan ‘13 7 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id masalah serta kelompok lainnya. Sementara dalam bahasan mengenai kepemimpinan dalam kelompok kita diajak untuk memikirkan gaya-gaya kepemimpinan yang terjadi dalam kelompok dan fungsi kepemimpinan dalam kelompok. Ronald B. Adler dan George Rodman dalam bukunya Understanding Human Communication membagi kelompok dalam tiga tipe yaitu kelompok belajar (learning group), kelompok pertumbuhan (growth group) daln kelompok pemecahan masalah (problem solving group). Masing-masing tipe kelompok tersebut akan kita bicarakan dengan lebih rinci karena setiap kelompok memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda. a. Kelompok Belajar (Learning Group) Ketika mendengar kata “belajar” atau learning perhatian dan pikiran kita hampir selalu tertuju pada suatu lembaga pendidikan ataupun sekolah. Meskipun instuisi pendidikan tersebut termaksuk dalam klasifikasi learning group namun ia bukan satu-satunya. Kelompok yang memberikan keterampilan berenang ataupun kelompok yang mengkhususkan kegiatannya pada peningkatan kemampuan dalam memberi pertolongan darurat misalnya dapat digolongkan ke dalam klompok belajar tersebut. Jadi, apapun bentuknya tujuan dari learning group ini adalah meningkatkan pengetahuan atau kemampuan para anggotanya. Satu ciri yang menonjol dari learning group ini adalah adanya pertukaran informasi dua arah arinya setiap anggota dalam kelompok belajar adalah kontributor atau penyumbang dan penerima pengetahuan. b. Kelompok Pertumbuhan (Growth Group) Jika learning group para anggotanya terlibat dalam persoalan-persoalan eksternal sebagaimana yang telah diuraikan diatas, maka kelompok pertumbhan lebih memusatkan perhatiannya kepada permasalahan pribadi yang dihadapi para anggotanya. Wujud nyata dari growth group ini adalah kelompok bimbingan perkawinan, kelompok bimbingan psikologi, kelompok terapi sebagaimana yang sudah diuraiakan pada kegiatan belajar 1 serta kelompok yang memusatkan aktivitasnya kepada penumbuhan keyakinan diri yang biasa disebut consciousness raising group. Karakteristik yang terlihat dalam tipe kelompok ini adalah growth group tidak mempunyai tujuan kolektif yang nyata, dalam arti bahwa seluruh tujuan kelompok diarahkan kepada usaha untuk membantu para anggitanya mengidentifikasi dan mengarahkan mereka untuk peduli dengan persoalan pribadi yang mereka hadapi. ‘13 8 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id c. Kelompok Pemecahan Masalah (Problem Solving Group) Orang-orang yang terlibat dalam kelompok pemecahan masalah bekerja bersama-sama untuk mengatasi persoalan bersama yang mereka hadapi. Dalam sebuah keluarga misalnya, bagaimana seluruh anggota keluarga memecahkan masalah persoalan tentang cara-cara pembagian kerja yang memungkinkan mereka terlibat dalam pekerjaan rumah tangga seperti tugas apa yang harus dilakukan seprang suami, apa yang menjadi tanggung jawab istri dan pekerjaan-pekerjaan apa yang dibebankan kepada anakanaknya. Atau dalam contoh lain, bagaimana para warga yang tergabung dalam satu Rukun Tetangga (RT) berusaha mengorganisasikan diri mereka sendiri guna mencegah tindak pencurian melalui kegiatan sistem keamanan lingkungan atau lebih dikenal dedngan siskamling. Problem solving group dalam operasionalisasinya melibatkan dua aktivitas penting. Pertama, pengumpulan informasi (gathering information) bagaimana suatu kelompok sebelum membuat keputusan berusaha mengumpulkan informasi yang penting dan berguna untuk landasan pengambilan keputusan tersebut. Dan kedua, adalah pembuat keputusan atau kebijakan itu sendiri yang berdasar pada hasil pengumpulan informasi. METODE PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELOMPOK Cara lain untuk memahami tindak komunikasi dalam kelompok adalah dengan melihat bagaimana suatu kelompok menggunakan metode-metode tertentu untuk mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi. Dalam tataran teoritis, kita mengenal empat metode pengambilan keputusan yaitu kewenangan tanpa diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli (expert opinion), kewewnangan setelah diskusi (authority rule after discussion) dan kesepakatan (consensus). a. Kewenangan Tanpa Diskusi Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan yaitu cepat dalam arti ketika kelompok tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu metode ini secara sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalanpersoalan rutin yang tidak mensyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para ‘13 9 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id anggotanya. Namun demikian, jika pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan ia akan menimbulan persoalan-persoalan seperti munculnya ketidakpercayaan para anggota kelompok terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memliki kualitas yang lebih bermakna apabila dibuat sescara bersasma-sama dengan melibatkan seluruh anggota kelompok daripada keputusan yang diambil secara individual. b. Pendapat Para Ahli Kadang-kadang seorang anggota kelompok oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli (expert) sehingga memungkinkannya memliki kekuatandan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan in akan bekerja dengan baik apabila seorang anggota kelompok yang doanggap ahli tersebut memang benarbenar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota kelompok lainnya. Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah yang sederhana karena sangat sulit menurunkan indikator yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik untuk membuat keputusan namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit. c. Kewenangan Setelah Diskusi Sifat otokratik dalam metode pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandinkan metode yang pertama, karena metode authority rule after discussion ini mempertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota kelompok dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui metode ini akan meningkatkan kualitas dan tanggung jawab para anggotanya, di sampinhg juga munculnya aspek kecepatan (quickness) dalam pengambilan keputusan sebagai hsail dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota kelompok sangat diperhatikan dalam proses pembuatan keputusan namun reilaku otokratik dari pimipinan kelompok masih berpengaruh. Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan yaitu para anggota kelompok akan bersaing untuk mempengarui pengambil atau oembuat ‘13 10 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id keputusan. Artinya, bagaimana para anggota kelompok yang mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan berusaha mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan. d. Kesepakatan Kesepakatan atau konsensus akan terjadi kalu semua anggota dari suatu kelompok mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan yaitu partisipasi penuh dari seluruh anggota akan dapat meningkatkan kalitas keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu, metode konsensus sangat penting khususnya dalam keputusan yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks. Namun demikian, metode pengambilan keputusan yang dilakukan melalui kesepakatan ini tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang palingmenonjol adalah dibituhkannya waktu yang relative lebih banyak dan lebih lama sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan yang mendesak atau darurat. Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman tidak ada yang terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan satu metode lebih unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang paling efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu bergantung pada faktor-faktor : jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan, tingkat pentingya keputusan yang akan diambiloleh kelompok dan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pimpinan kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut. Kepimpinan merupakan salah satu peran yang oenting dalam interaksi kelompok, karena peran ini akan menentukan kuantitas dan kualitas komunikasi dalam kelompok, hasil dari tujuan kelompok dan harmoni atau keselarasan dalam kelompok. KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK Bahasan mengenai kepemimpinan dalam kelompok ini dibagi dalam dua kajian, yaitu fungsi kepemimpinan dan gaya kepemimpinan dalam kelompok. 1. Fungsi Kepemimpinan ‘13 11 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Burgoon, Heston dan Mc Croskey menguraikan adanya delapan fungsi kepemimpinan yaitu fungsi inisiasi (initation), keanggotaan (membership), perwakilan (respresintation), organisaasi (organization), integrasi (integration), manajemen informasi internal (internal information management), fungsi penyaring informasi (gatekeeping) dan fungsi imbalan (reward). Dalam fungsi inisiasi, seorang pemimpin perlu mengambil prakasa untuk menciptakan gagasa-gagasan baru namun sebaliknya tugas pemimpin juga memberi pengarahan ataupun menolak gagasan-gagasan dari anggota kelompoknya yang dinilai tidak layak. Inisiatif dalam arti menciptakan ataupun menolak ide-ide baru baik yang berasal dari pimpinan itu sendiri ataupun dari anggota kelompoknya perlu untuk dilaksanakan, sebab pemimpin mempunyai tanggung jawab yang lebih besar terhadap keberadaan atau eksistensi kelompok yang dipimpinnya. Disamping itu yang lebih penting adalahtanggung jawab terlaksananya tujuantujuan kelompok. Sedangkan dalam fungsi keanggotaan, salah satu bagian dari perilaku seseorang ppimpinan adalah memastikan bahwa dirinya juga merupakan salah seorang anggota kelompok. Perilaku tersebut dijalankannya deengan cara meleburkan atau melibatkan dirinya dalam kelompok serta melakukan aktivitas yang menekankan kepada interaksi informal dengan anggota kelompok lainnya.. Seorang pemimpin tidak jarang harus melindungidan mempertahankan para anggotanya dari “ancaman-ancaman” yang berasal dari luar, inilah makna dari fungsi perwakilan dalam kepemimpinan kelompok. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menjadi wakil atau juru bicara kelomok didepan kelompok lainnya. Dalam fungsi organisasi, tanggung jawab terhadap hal-hal yang bersangkut paut dengan persoalan organisasional sepertistruktur organisasi, kelancaran roda organisasi dan deskripsi kerja ada ditangan seorang pemimpin sehingga ia perlu memiliki bekal kemampuan mengelola organisasi yang tentunya lebih baik dibanding anggota kelompok lainnya. Sementara dalam fungsi intregasi, seorang peminpin perlu mempunyai kemampuan untuk memecahkan atau mengelola denganbaik konflik yang ada dan muncul didalam kelompoknya. Dengan bekal kemampuan tersebut diharakan seorang pemimpin dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk tercapainya penyelesaian konflik yang dapat memberi kepuasan kepada semua anggota kelompok. Pimpinan pada waktu tertentu harus memberi sarana bagi berlangsungnya pertukaran informasi di antara para naggotanya dan juga mencari masukan-masukan tentang bagaimana sebaiknya kelompoknya harus merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program ‘13 12 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kerjanya. Inilah nilai penting dari fungsi manajemen informasi internal yang perlu ada dalam kepemimpinan kelompok. Dalam fungsi penyaring informasi, seorang pemimpin bertindak sebagai penyaring sekaligus manajer bagi informasi yang masuk dan keluar dari kelompok yang dipimpinnya. Fungsi tersebut dilakukan sebagai usaha untuk mengurangi terjadinya konflik di dalam kelomok ataupun dengan kelompok lain karena informasi yang ada dalam kelompok tersebut telah terseleksi. Terakhir, dalam fungsi imbalan atau ganjaran pemimpin melakukan fungsi evaluasi dan menyatakan satuju atau tidak setuju terhadap kegiatan-kegiatan yangtelah dilakukan oleh para anggoanya. Hal ini dilakukan pimpinan melalui imbalan-imbalan materi seperti peningkatan gaji, pemberian kenaikan pangkat / jabatan, pujian atau pun penghargaan. Banyak anggota kelompok sangat sensitif terhadap terhadap kekuatan imbalan dari pimpinannya sehingga pekerjaan ataupun tugas yang dilakukannya diarahkan untuk memperoleh imbalan tersebut. 2. Gaya Kepemimpinan dalam Kelompok Gaya kepemimpinan dapat didefenisikan sebagai tingkat atau derajat pengendalian yang digunakan seorang pemimpin dan sikapnya terhadap anggota kelompok (the degree of control a leader exercise and his attitudes toward group members). Gaya kepimpinan dalam kelompok ini bisa dibagi dalam lima ciri yaitu authoritarian, bureaucratic atau supervisory, diplomatic, democratic dan laissezfaire atau group centered. Dalam gaya authoritarian ini seorang pemimpin adalah hukum atau peraturan dan tidak bisa diubah. Seorang pemimpin dengan gaya authoritarian ini biasanya menyadarkan diri pada aturan-aturan, memonopoli tindak komunikasi dan sering kali meniadakan umpan balik dari anggota lainnya. Kelompok yang menggunakan gaya kepemimpinan ini memungkinkan teroganisasi dengn baik dan produktif namun hubungan antarpribadi (interpersonal relationship) di antara para anggota kelompok cenderung renggang dan antagonistik. Sedangkan dalam gaya kepemimpinan birokratik (bureaucratic), pimpinan bertindak sebagai pengawas atau supervisor dan mengkoordinasikan aktivitas kelompok. Pedoman dari gaya kepemimpinan ini adalah “organisasi” bukan diri seorang pemimpin seperti yang ada dalam gaya authoratian. Seorang pemimpin birokratik memandang hubungan sosial sebagai hal yang tidak dikehendaki, karenanya ia lebih suka menjauhkan dan tidak memperhatikan persoalan-persoalan antarpribadi yang dihadapi para anggotanya.Pemimpin birokratik cenderung berkomunikasi melalui saluran resmi secara resmi. Kelompok ‘13 13 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yangmemakai gaya kepemimpinan ini akan lebih produktif, sebab segala sesuatunya terorganisasi dengan baik namun ada kecenderungan dari anggota kelompok untuk bersikap apatis. Pemimpin yang menggunakan gaya diplomatik adalah seorang manipulator, artinya ia melaksanakan kepemimpinannya menjadi pusat perhatian para anggota kelompoknya. Pemimpin yang diplomatis cenderung untuk sedikit menggunakan kontrol atau setidaknya lebih halus dalam memakai kontrol tersebut dan lebih luwes dibanding pemimpin authoritarian. Ia tidak terpaku terehadap satu aturan khusus dan karenanya lebih bebas untuk menggunakan strtegi-strategi teertentu guna memanipulasi orang lain. Dengan demikian, pemimpin diplomatik terbuka dengan adanya saran dan umpan balik yang demokratis dari anggota kelompoknya. Dalam gaya kepemimpinan demokratik, pemimpin tidak banhyak menggunakan kontrol apabila dibandingkan dengan ketiga gaya kepemimpinan sebelumnya. Pemimpin demokratik mengharapkan seluruh anggotanya untuk berbagi tanggung jawab dan mampu mengembangkan potensi kepemimpinan yang dimilikinya. Pemimpin yang demokratis memiliki kepedulian terhadapp hubungan antarpribadi maupun hubungan tugas diantara para anggota kelompok. Meskipun tampaknya tidak terorganisir dengan baik, namun gaya ini akan dapat berjalan dalam suasana yang rileks dan memiliki kecenderungan untuk menghasilkan produktivitas dan kreatifitas karena gaya kepemimpinan ini mampu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki para anggotanya. Gaya laissez faire atau group centered ini tidak berdasar pada aturan-aturan. Seorang pemimpin yang mebggunakan gaya kepemimpinan ini menginginkan seluruh anggota kelompoknya berpartisipasi tanpa memaksa atau menuntut kewenangan yang dimilikinya. Tindak komunikasi dari pemimpin ini cenderung berlaku sebagai seorang penghubung yang menghubungkan kontribusi atau sumbangan pemikiran dari anggota kelompoknya. Jjika tidak ada yang mengendalikannya, kelompok yang memakai gaya ini akan menjadi tidak terorganisir, tidak produktif dan anggotanya akan apatis sebab mereka merasa bahwa kelompoknya tidak memiliki maksud atau tujuan yang hendak dicapai. Walaupun begitu ,dalam situasi tertentu khususnya dalam kelompok terapi gaya kepemimpinan laissez faire ini adalah yang paling layak dan efektif dari gaya-gaya kepemimpinan terdahulu. 3. Komunikasi Kelompok dalam Perspektif Teoritis Kelompok dalam perspektif interaksional dikemukakan Marvin Shaw sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sasma lain dalam suatu cara tertentu di mana dimana ‘13 14 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pihak lainnya. Suatu kelompok (kecil) adalah kelompok yang tediri dari 20 orang atau kurang, walaupun dalam beberapa hal kita lebih berkepentingan dengan kelompok yang teridir dari lima orang atau kurang. Batasan yang diuraikan Shaw melibatkan tindak komunikasi sebagai karakteristik yang esensial dari kelompok. Masih menurut Shaw, kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat bertahan untuk satu periode waktu yang relatif panjang, memliki tujuan dan memiliki struktur interaksi. Pengantar singkat ini dimaksudkan untuk memberi gambaran kepada kita bahwa kelompok merupakan bagian yang sangat penting dari aktivitas suatu masyarakaat. Colvis Sheperd menjelaskan bahwa kelompok merupakan suatu mekanisme mendasar dari sosialisasi dan sumber utama dari tatanan sosial. Orang menilai dan mendapatkan sikap mereka debagian besar dari kelompok di mana mereka berada. Karenanya, kelompok (kecil) memberikan suatu fungsi perantara yang penting antara individu dengan masyarakat luas. Dalam kegiatan belajar ini, kita akan mempelajari beberapa perspektif teoritis dalam komunikasi kelompok. Perspektif tersebut antara lain mencakup teori perbandingan sosial, teori kepribadian kelompok, teori pencapaian kelompok dan teori pencapaian nilai serta teori sosiometris. Masing-masing teori tersebut akan coba kita pahami satu per satu dengan lebih mendalam. Teori atau pendakatan perbandingan sosial mengemukakan bahwa tindak komunikasi dalam kelompok berlangsung karena adanya kebutuhan-kebutuhan dari individu untuk membandingkan sikap, pendapat dan kemauannya dengan individu-individu lainnya. Dalam pandangan teori perbandingan sosial ini, tekanan seseorang untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya akan mengalami peningkatan jika muncul ketidaksetujuan yang berkaitan dengan suatu kejadian atau peristiwa kalua tingkat pentinggnya peristiwa tersebut meningkat dan apabila hubungan dalam kelompok (group cohesiveness) juga menunjukan peningkatan. Selain itu, setelah suatu keputusan kelompok dibuat para anggota kelompok akan saling berkomunikasi untuk mendapatkan informasi yang mendukung atau membuat individu-individu dalam kelompok lebih merasa senang dengan keputusan yang dibuat tersebut. Sebagai catatan, teori sosial perbandingan ini diupayakan untuk dapat menjelaskan bagaimana tindak komunikasi dari para anggota kelompok mengalami peningkatan atau penurunan. Teori kepribadian kelompok merupakan studi mengenai interaksi kelompok pada basis dimensi kelompok dan dinamika kepribadian. Dimensi kelompok merujuk pada ciri-ciri populasi atau karakteristik individu seperti umur, kecendikiawanan (intelligence); sementara ‘13 15 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ciri-ciri kepribadian atau suatu efek yang memungkinkan kelompok bertindak sebagai satu kesesluruhan, merujuk pada peran-peran spesifik klik dan posisi status. Dinamika kepribadian diukur oleh apa yang disebut dengan synergy yaitu tingkat atau derajat energi dari setiap individu yang dibawa dalam kelompok untuk digunakan dalam melaksanakan tujuan-tujuan kelompok. Banyak dari synergy atau energi kelompok harus dicurahkan ke arah pemeliharaan keselarasan dan keterpaduan kelompok. Konsep kunci dari group syntality theory ini adalah synergy. Synergy kelompok adalah jumlah input energi dari anggota kelompok. Meskipun demikian, tidak semua energi yang dimasukan ke dalam kelompok akan akan langsung mendukung pencapaian tujuannya. Karena tuntutan antarpribadi, sejumlah energi haru dihabiskan untuk memelihara hubungan dan kendala antarpribadi yang muncul. Selain synergy kelompok, kita juga mengenal pula “effective synergy” yaitu energi kelompok yang tersisa setelah dikurangi energi intrinsik atau synergy pemeliharaan kelompok. Energi intrinsik dapat menjadi produktif sejauh energi tersebut dapatmembawa ke arah keterpaduan kelompok, namun energi intrtinsik tidak dapat memberikan kontribusi langsung untuk penyelesaian tugas. Synergy suatu kelompok dihasilkan dari sikap anggotanya terhadap kelompok. Sampai batas di mana para anggota memiliki sikap yang berbeda terhadp kelompok dan kegiatannya maka yang akan muncul adalah konfiksehingga akan meningkatkan proprsi energi yang dibutuhkan untuk memilihara atau mempertahankan kelangsungan kelompok. Jadi, jika individu-individu semakin memiliki kesamaan sikap maka akan semakin berkurang pula kebutuhan akan energi intrinsik sehingga effective synergy menjadi semakin besar. Dalam contoh sederhana, kita akan mencoba melihat teori ini dalam penerapannya. Dalam suatu kegiatan untuk membentuk kelompok belajar ditemukan bahwa individu-individu memiliki sikap yang berbeda-beda terhadap materi pelajaran dan metode belajarnya. Pada situasi yang demikian tersebut, individu-individu dihadapkan pada suasana perdebatan untuk mengatasi munculnya perbedaan sikap tersebut sehingga banyak waktu dan energi yang dihabiskan untuk menyelesaikan persoalaan antarpribadi antara anggota kelompok. Inilah yang disebut energi intrinsik. Kemudian setelah nilai ujian diumumkan dan para anggota merasa bahwa kelompok belajarnya telah gagal untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka ada satu atau lebih anggota menarik energinya keluar dari kelompok untuk mengikuti kelompok lain atau belajar sendiri. Dalam hal ini, effective synergy dari kelompok ter sebut sangad rendah, sehingga tidak dapat mencapai lebih dari apa yang dapat dilakukan secara individual. Sebaliknya, jika salah seorang amggota masuk dalam kelompok belajar yang lain kelompok belajar tersebut dengan segera telah mencapai kesepakatan mengenai ‘13 16 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bagaimana harus memulai dan segera bekerja. Karena sangat sedikit bahkan tidak ada kendala antarpribadi yang muncul, maka kelompok belajar teresebut manjadi padu sehingga efective synergy yang tinggi dan tentunya sikap anggota kelompok akan lebih baik dalam melaksanakan ujian dari pada mereka belajar sendiri-sendiri. Teori percakapan kelompok ini sangat berkaitan dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaan masukan dari anggota (member input), variabel-variabel yang perantara (mediating variables) dan keluaran dari kelompok (group output). Masukan atau inputan yang berasal dari anggota kelompok dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interaski dan harapan-harapan (expectation) yang bersifat individual. Sedangkan variabel-variabel perantara merujuk pada struktur formal dan struktur peran dari kelompok seperti status, norma dan tujuan-tujuan kelompok. Dan yang dimaksud dengan keluaran atau output kelompok adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan kelompok. Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui konsekuesi perilaku, interaksi dan harapan-harapan melalui struktur kelompok. Dengan kata lain perilaku, interaksi dan harapan-harapan (input variables) mengarah pada struktur formal dan struktur peran mediating variables) yang sebaliknya variabel ini mengarah pada produktivitas, semangat dan keterpaduan (group achievement). Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang dapat mencapai suatu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok yang mengkaji hubungan di antara dua orang (dyadic relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk menjadi sebuah kumpulan dari hubungan antar dua partisipan tersebut. Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi manusia melibatkan pertukaran barang dan jasa dan bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward) dipahami dalam situasi yang disajikan untuk mendapatkan respons dari individu-individu selama interaksi sosial. Jika imbalan dirasakan tidak cukup atau lebih banyak dari biaya maka interaksi kelompok akan diakhiri atau individu-individu yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk melindungi imbalan apapun yang mereka cari. Pendekatan pertukaran sosial ini penting karena berusaha menjelaskan fenomena kolompok dalam lingkup konsep-konsep ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan imbalan. PENGARUH KELOMPOK PADA PERILAKU KOMUNIKASI Perubahan perilaku individu terjadi karena—apa yang lazim disebut dalam psikologi sosial sebagai—pengaruh sosial (social influence). Hal ini seperti yang dikatakan oleh Baron ‘13 17 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan Byrne “Social influence occurs whenever our behavior, feelings, or attitudes are altered by what others say or do”. Ada tiga macam pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi, yaitu: 1. Konformitas Adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok—yang real atau yang dibayangkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas: Faktor situasional yaitu kejelasan situasi, konteks situasi, cara menyampaikan penilaian, karakteristik sumber pengaruh, ukuran kelompok, dan tingkat kesepakatan kelompok; Faktor personal antara lain adalah usia, jenis kelamin, stabilitas emosi, otorianisme, kecerdasan, motivasi, dan harga diri. Pada umumnya, makin tinggi usia anak, makin mandiri ia, makin tidak bergantung pada orang tua, dan makin kurang kecenderungannya untuk konformitas. 2. Fasilitas sosial Berasal dari bahasa perancis facile yang artinya mudah. Hal ini menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga terasa lebih menjadi “mudah”. Fasilitas sosial sebetulnya bukan istilah yang tepat karena dalam beberapa hal, kehadiran kelompok malah menghambat pelaksanaan kerja. Kelompok kadang-kadang fasilitatif, dan sewaktu-waktu destruktif terhadap pelaksanaan kerja. Teori drive menyatakan kehadiran orang lain—dianggap—menimbulkan efek pembangkit energi (energizing effect) pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya di depan orang yang menggairahkan kita. Energy yang meningkat akan mempertinggi kemungkinan dikeluarkannya respons yang dominan. Respons dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respons dominan itu adalah respons yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respons dominan adalah respons yang benar. 3. Polarisasi Polarisasi dapat disebabkan pada proporsi argumentasi yang menyokong sikap atau tindakan tertentu. Bila proporsi tersebar mendukung sikap konservatif, maka ‘13 18 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kelompok akan bersikap lebih konservatif. Ada anggapan yang kuat bahwa dalam kelompok, individu menjadi kurang berani, kurang kreatif, dan kurang inovatif. Kelompok cenderung untuk menghindari resiko. Geseran resiko (risky shift) menyatakan orang justru cenderung membuat keputusan yang lebih berani ketika mereka berada dalam kelompok daripada ketika mereka sendirian. Geseran resiko terjadi karena difusi tanggung jawab. Dalam kelompok, individu dapat berbagi tanggung jawab dengan orang lain sehingga resiko kegagalan juga ditanggung bersama. Polarisasi mengandung beberapa implikasi negatif: Kecenderungan ke arah ekstrimisme yang menyebabkan peserta komunikasi menjadi jauh dari dunia nyata; karena itu, makin besar peluang bagi mereka membuat kesalahan. Produktivitas menurun. Gejala ini yang disebut dengan Groupthink—proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif di mana anggota-anggotanya berusaha mempertahanan konsesus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi. Polarisasi akan mendorong ekstremisme dalam kelompok gerakan sosial atau politik. Kelompok seperti ini biasanya menarik anggota-anggota yang memiliki pandangan yang sama. Ketika mereka berdiskusi, pandangan yang sama ini makin dipertegas sehingga mereka makin yakin akan kebenarannya. Keyakinan ini disusul dengan merasa benar sendiri (self-righteousness) dan menyalahkan kelompok lain. Daftar Pustaka LittleJohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka ‘13 19 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id