Mengenali Potensi Diri - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Mengenali
Potensi Diri
Fakultas
Program Studi
Ekonomi dan Bisnis
Akuntansi
Tatap Muka
Kode MK
Disusun Oleh
02
MK90004
Addys Aldizar, LSQ, MA
Abstract
Kompetensi
Pada bab ini akan dipelajari
pengenalan terhadap diri sendiri,
perbedaan antara pekerjaan dan
karier, pengertian passion (hasrat) dan
menemukannya dalam diri pribadi,
tipe-tipe kepribadian dan jenis-jenis
kecerdasan.
Mahasiswa mampu menjelaskan
perbedaan pekerjaan dan karier,
pengertian passion, mengenali jenisjenis kepribadian, macam-macam
kecerdasan, dan mampu
mengidentifikasi potensi diri.
PENGANTAR
Jika seseorang tidak dapat atau tidak percaya
terhadap dirinya sendiri, tentu sajua
tidak ada orang lain yang mau
mempercayai dirinya (Ted W. Engstron).
Manusia adalah makhluk yang tak pernah berhenti berpikir. Dari berpikir itulah
manusia menjadi ada, sebagaimana dikatakan filosof Rene Descartes: “Aku berpikir, maka
aku ada” (Hadiwijono, 1994). Berpikir merupakan proses kreatif untuk menemukan berbagai
hal, berbagai realitas kehidupan, termasuk untuk memikirkan siapa manusia itu sendiri.
Namun demikian, penelaahan terhadap siapa manusia belum pernah usai, semakin
manusia berpikir tentang dirinya, maka semakin menemukan “lorong gelap” yangb tak
berkesudahan. Banyak para pemikir yang berpendapat bahwa manusia selamanya akan
menjadi misteri, atau manusia adalah rahasia Tuhan.
Sejatinya, memahami diri sendiri telah diupayakan manusia sejak ribuan tahun yang
lalu. Hal demikian dapat ditelusuri dari sepenggal sajak kuno berikut:
Aku datang – entah dari mana,
Aku ini – entah siapa,
Aku pergi – entah ke mana,
Aku akan mati – entah kapan,
Aku heran bahwa aku bergembira… (Hamersma, 1981:9).
Bait sajak di atas melukiskan upaya manusia untuk mengenal dirinya sendiri dengan
berbagai keterbatasan yang ada pada diri manusia itu sendiri. Pengenalan diri akan
menimbulkan rasa menghargai diri sendiri, dan menyayangi diri sendiri sehingga terbentuk
citra diri yang positif.
‘16
2
Etik UMB
Addys Aldizar, LSQ, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Menurut Muslimin (2004:226), mengenal diri amatlah penting yang memungkinkan
kita dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan diri, serta bagaimana menempatkan diri di
tengah-tengah masyarakat. Mengenal diri diharapkan menjadi semacam jembatan yang
akan mengantarkan seseorang kepada gerbang kesukesan. Salah satu cara untuk
mengenal diri (siapa diri kita) yaitu melalui komunikasi. Feedback (umpan balik) yang
diberikan pihak lain amat berguna untuk mengetahui diri kita yang sesungguhnya.
Pada suplemen 1 (satu) etik ini, kita akan mendiskusikan tentang mengenal diri dari
berbagai aspeknya. Suplemen ini diharapkan akan menambah pokok bahasan pertama
dalam buku Etika Membangun Sikap Profesionalisme Sarjana (Buku wajib UMB).
MENGENAL DIRI
Secara sederhana, mengenal diri berarti tahu tentang dirinya sendiri yang pada
gilirannya akan melahirkan konsep diri. Konsep diri memiliki pengaruih besar dalam hidup
seseorang. Konsep diiri yang baik akan berakibat baik (positif) terhadap dirinya sendiri, dan
sebaliknya apabila konsep dirinya buruk (negatif) berakibat buruk pula terhadap dirinya
(Triwidodo, 2004:40).
Untuk mampu mengenal diri, terlebih dahulu kita harus mengatahui diri (self). Diri
adalah komposisi pikiran dan perasaan yang menjadi kesadaran seseorang mengenai
eksistensi individualitasnya, pengamatannya tentang apa yang merupakan miliknya,
pengertiannya mengenai siapakah dia itu, dan perasaannya tentang sifat-sifatnya,
kualitasnya, dan segala miliknya. Diri seseorang adalah jumlah total dari apa yang bisa
disebut kepunyaannya (Sobur, 2003:499).
Dari definisi di atas, ternyata diri memiliki pengetian yang luas dan mendalam,
terutama yang berkaitan dengan dimensi atau kualitas kejiwaan seseorang.
Namun
demikian, meskipun diri lebih berorientasi psikis, tetpai secara keseluruhan dapat
dikemukakan bahwa diri meliputi totalitas fisik dan psikis (jasmani dan rohani).
Dalam karyanya yang terkenal Principles of Psychology, William James 1980 (dalam
Sarwono, 1997), mengemukakan bahwa diri (self) adalah segala sesuatu yang dapat
dikatakan orang tentang dirinyan sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan fisiknya
psikisnya saja, melainkan juga tentang anak-istri, rumah, pekerjaan, nenek moyang,
‘16
3
Etik UMB
Addys Aldizar, LSQ, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
temaqn-teman, milik, dan uangnya. Kalau semua bagus, ia merasa senang dan bangga.
Akan tetapi, apabila ada yang rusak, kurang baik, hilang, ia merasa putus asa, kecewa, dan
lain-lain.
KONSEP DIRI
Setelah seseorang mengenal dirinya sendiri, maka akan sampai kepada apa yang
disebut dengan konsep diri (self concept). Diri adalah suatu susunan konsep hipotetis yang
merujuk kepada perangkat kompleks dari karakteristik proses fisik, perilaku, dan kejiwaan
seseorang.
Menurut Calhoun (1990), sekurang-kurangnya kita dapat melihat lima aspek dari diri,
yaitu:
1. Tentang fisik diri, tubuh dan semua aktivitas biologis yang berlangsung di dalamnya.
2. Suatu area luas yang bisa kita sebut diri sebagai proses: suatu aliran akal pikiran,
emosi, dan perilaku kita yang konstan.
3. Diri sosial, yaitu suatu konsep yang penting bagi ahli-ahli sosial. Diri sosial terdiri dari
akal pikiran dan perilaku yang kita ambil sebagai respons secara umum terhadap
orang lain dan masyarakat.
4. Konsep diri, yaitu suatu pandangan pribadi yang dimiliki seseorang tentang dirinya
masing-masing.
Konsep diri anda adalah apa yang terlintas dalam pikiran anda
masing-masing saat anda berpikir tentang ”saya”.
5. Citra diri, apa yang anda inginkan.
Prinsip konsep diri adalah pandangan saya yang menyeluruh tentang diri saya
sendiri: who am I.
Konsep diri mengarah kepada kesadaran tentang diri sendiri,
keberadaannya, fungsi dari keberadaan itu sendiri. Konsep diri yang baik menjadikan
seseorang menjadi mandiri. Kemandirian adalah wujud kematangan pribadi seseorang,
yang tahu siapa dan apadia sebenarnya.
‘16
4
Etik UMB
Addys Aldizar, LSQ, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
TABEL
ANALISIS SWOT
WHO AM I
SIAPAKAH SAYA
My Strengths are....
Kakuatan saya adalah.....
My Weaknesses are.....
Kelemahan saa adalah....
My Oportunities are.....
Kesempatan saya aalah....
My Treats are....
Kendala saya adalah....
Secara detail, konsep diri akan menentukan:
1. Siapa pribadi itu menurut pikirannya sendiri
2. Apa yang dapat dilakukan oleh pribadi itu menurut pikirannya sendiri.
3. Dapat menjadi apa pribadi itu menurut pikirannya sendiri.
4. Siapa pribadi itu dalam kenyataannya (Irawati, 2003:9).
Konsep diri tidak dibawa manusia sejak lahir, melainkan diajarkan melalui proses
sosial di masyarakat.
Konsep diri diperoleh melalui hubungan antarsesama. Kita
mengetahui bahwa kita ini dan itu, atau pintar – bodoh, karena umpan balik dari orang lain.
Konsep diri ada dan berkembang melalui proses interaksi (Syam, 2009:54).
PEMBUKAAN DIRI (SELF DISCLOSURE)
Pembukaan diri (self disclosure) adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita
terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu
‘16
5
Etik UMB
Addys Aldizar, LSQ, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut
(Supratiknya, 1995:14).
Tanggapan terhadap orang lain atau terhadap kejadian tertentu lebih melibatkan
perasaan. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap
sesuatu yang telah dikatakan dan dilakukannya, atau perasaan kita terhadap kejadiankejadian yang baru saja kita saksikan.
Pembukaan diri memiliki dua sisi, yaitu bersikap terbuka kepada yang lain dan
bersikap terbuka bagi yang lain. Kedua proses yang dapat berlangsung secara serentak itu
apabila terjadi pada kedua belah pihak akan membuahkan relasi yang terbuka antara kita
dengan orang lain.
Manfaat Self Disclosure
Menurut Johnson (Supratiknya, 1995:15), manfaat dan dampak pembukaan diri
terhadap hubungan antarpribadi adalah:
1) Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang.
2) Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, semakin orang lain tersebut
menyukai diri kita. Akibatnya, ia akan semakin membuka diri kepada kita.
3) Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung memiliki
sifat-sifat sebagai berikut: kompeten, tebuka, fleksibel, adaptif, dan intelegen,
yakni sebagai dari ciri-ciri orang yang masak dan bahagia.
4) Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang memungkinkan
komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain.
5) Membuka diri berarti bersikap realistik. Maka, pembukaan diri kita haruslah jujur,
tulus dan autentik.
FAKTOR PENGHAMBAT MENGENAL DIRI
Sangat mungkin tidak semua orang dapat mengenal dirinya sendiri. Artinya, terdapat
sejumlah faktor yang menghambat untuk mengenal diri, di antaranya:
‘16
6
Etik UMB
Addys Aldizar, LSQ, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Indiferentisme, yaitu sikap hidup yang apatis, dingin, tidak perduli, acuh tak acuh.
Manusia yang dihinggapi indiferentisme memandang bahwa hidup ini tak ada
bedanya: sedih-gembira, baik-buruk, dan lain-lain. Ia apatis terhadap diri dan
lingkungannya.
2. Perasaan malu. Memiliki perasaan malu adalah ciri manusia berbudaya, karena malu
merupakan salah satu sendi dari etika. Bahkan agama menyebut, bahwa malu
sebagian dari iman. Namun persoalannya, apabila seseorang meiliki sikap malu
yang berlebihan sehingga menyudutkannya dalam pergaulan. Ketika ras malu
tersebut melampaui batas-batas kewajaran, maka ia cenderung tidak bisa
menampilkan dirinya sendiri, ia akan kehilangan konsep diri dan citra diri.
3. Mencintai orang lain secara salah. Mencintai sesama adalah perbuatan mulia. Tetapi
apabila mencintai orang lain secara berlebihan (filantrofis) akan merusak
yang
bersangkutan. Apalagi jika mencintai orang lain atas dasar ingin dipuji dan dipuja.
Sikap berlebihan dalam mencintai orang lain akan membawa dampak buruk
terhadap perkembangan diri.
4. Selalu cemas apa yang akan dikatakan orang lain terhadap dirinya. Sikap ini akan
menjadi penghambat serius untuk mengaktualisasikan diri. Orang yang memiliki
selalu cemas
kerapkali tidak bisa menerima keadaan apabila orang lain
mengkonseptualisasikan dirinya berbeda dengan keinginannya. Orang ini lebih
mementingkan rasa aman sehingga ia memiliki hambatan untuk mengungkapkan
dirinya.
5. Enggan menolong orang lain. Di samping ada orang yang suka atau gemar
menolong orang lain, ada juga orang yang justeru enggan menolong orang lain.
Sikap ini pada akhirnya membentuk citra diri negatif yang sudah barang tentu akan
merugkan dirinya. Orang disekelilingnya akan berpendapat bahwa orang yang yang
enggan menolong orang lain memiliki konsep diri yang negatif.
MENGARAHKAN DIRI MENUJU PENGEMBANGAN DIRI
Sejatinya,
pengembangan
diri
merupakan
kebutuhan
setiap
orang
untuk
memperoleh masa depan yang lebih baik. Mengarahkan diri merupakan proses
pengembangan diri secara sadar dengan menyingkirkan segenap rintangan yang
menghalangi pengembangan diri dan memutuskan masukan mana yang baik bagi dirinya
(Triwidodo, 2004:67).
‘16
7
Etik UMB
Addys Aldizar, LSQ, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Menurut Irawati (2003:2), pengembangan diri paling tidak akan menyadarkan
seseorang kepada hal-hal berikut:
1. Agar mengetahui kekuatan-kekuatan diri dengan lebih baik, dan mengoptimalkannya
untuk keberhasilan.
2. Agar mengetahui kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam diri sendiri.
3. Agar lebih memahami, menyadari tentang apa yang sebetulnya kita miliki.
4. Agar kita memahami arti motivasi guna mewujudkan cita-cita yang kita inginkan.
5. Agar kita mengetahui makna displin dalam kehidupan kita.
6. Agar kita memahami makna kepercayaan diri dalam kehidupan pribadi kita.
7. Agar kita memahami makna taku dan kuatir dalam menghadapi kenyataan hidup hari
ini dan masa dean, dan berusaha utuk mengatasinya.
8. Agar kita dapat memahami dampak stres dalam kehidupan.
9. Agaqr kita dapat mengerti dampak prokrastinasi (perbuatan yang tidak efisien dan
efektif).
10. Agar diperoleh pemahaman tentang arti dan makna kreativitas dalam meniti karir,
dan peningkatan kualitas kemampuan intelektual.
11. Agar kita dapat memahami dan memaknai mengani ketangguhan diri dalam
mencapai keberhasilan hidup.
12. Agar kita dapat memahami arti dan makna penyesuaian diri di dalam lingkungan
kerja, dan lingkungan sosial di mana kita berada.
13. Dengan mempelajari pengembangan diri, kita mampu bersaing dengan diri kita
sendiri, bukan dengan orang lain.
Idealnya, pengembangan diri harus dilakukann secara terencana dan terarah
sehingga seseorang mencapai kepribadian yang terbaik. Pengembangan diri pada dasarnya
bukan bersifat fisik, melainkan lebih bersifat psikis.
Pengembangan diri dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan potensi diri. Setiap orang memiliki potensi diri yaqng telah
dianugrahkan oleh Tuhan. Namun demikian, potensi tersebut tidak akan berkembang
apabila yang bersangkutan tidak berusaha engembangkannya secara optimal.
2. Berpikir positif. Berpikir positif berarti kita memulai sesuatu dengan energi positif,
sehingga besar kemungkinan apa yang dipikirkan secara positif akan mencapai
keberhasilan.
‘16
8
Etik UMB
Addys Aldizar, LSQ, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Menumbuhkan kreativitas. Kreativitas perlu ditumbuhkan dan dikembangkan
sehingga mencapai kreativitas yang positif dan bermanfaat. Diri kita akan menjadi
tangguh dalam mengejar kesuksesan apabila kita kreatif.
4. Sebelum bertindak, pikirkan kemungkinan terburuk yang mungkin saja terjadi. Kita
sebaiknay tidak berpikir bagaimana nanti, tetapi sebaiknya nanti bagaimana. Apabila
kita berpikir nanti bagaimana, maka kita akan mempersiapkan diri lebih baik untuk
menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
5. Mengembangkan kemampuan diri. Kemampuan diri tuidak akan berkembang,
apabila kita sendiri tidak berusaha untuk mengembangkannya.
6. Ketekunan. Ketekunan adalah modal dasar untuk mencapai sukses. Berbagai
potensi diri akan menjadi tidak berkembang secara optimal apabila kita tidak tekun.
‘16
9
Etik UMB
Addys Aldizar, LSQ, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Calhoun, James F., and Joan Ross Acocella, 1990. Psychology of Adjusment and Human
Relatipon, Third Editionship. New York: McGraw-Hill Publishing Company.
Hamersma, Harry, 1981. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Irawati, Dewi, 2003. Pengembangan Diri. Bandung: Akademi Sekretaris dan Manajemen
Ariyanti.
Muslimin, 2004. Hubungan Masyarakat dan Konsep Kepribadian. Malang: UMM Press.
Sarwono, Sarlito Wirawan, 1997. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial.
Jakarta: Balai Pustaka.
Sobur, Alex, 2003. Psikologi Umum. Bandung:Pustaka Setia.
Supratiknya, A., 1995. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Kanisius.
Syam, Nina Winangsih, 2004. Sosiologi Komunikasi. Bandung: Humaniora.
Triwidodi, Titiek & Djoko Kristanto, 2004. Pengembangan Kepribadian Sekretaris.
Jakarta:Grasindo.
‘16
10
Etik UMB
Addys Aldizar, LSQ, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download