penggunaan model learning start with a question

advertisement
406
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 3 No.1, 2009, hlm 406-412
PENGGUNAAN MODEL LEARNING START WITH A QUESTION DAN
SELF REGULATED LEARNING PADA PEMBELAJARAN KIMIA
Eko Budi Susatyo, Sri Mantini Rahayu S., Restu Yuliawati
Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Semarang
Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229
ABSTRAK
Penelitian ini mengunakan model LSQ dan SRL. Permasalahan yang dikaji apakah
ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar menggunakan model LSQ dengan
siswa yang belajar menggunakan model SRL pada pokok materi larutan penyangga dan
manakah hasil belajar yang lebih baik dari keduanya. Populasi adalah siswa kelas XI program
studi ilmu alam (PSIA) semester 2 yang berjumlah 243 siswa. Dengan teknik cluster random
sampling diperoleh sampel kelas XI PSIA-1 yang berjumlah 41 siswa (kelompok eksperimen
1) yang belajar menggunakan model LSQ dan kelas XI PSIA-2 yang berjumlah 42 siswa
(kelompok eksperimen 2) yang belajar menggunakan model SRL. Hasil uji t pada uji dua
pihak nilai post test diperoleh thitung = 4,144 dan untuk α = 5% dan dk= (41+42-2)= 81 diperoleh
t(0,975)(81)= 1,994. Karena thitung ≥ t(0,975)(81) maka H0 ditolak, hal ini berarti ada perbedaan
hasil belajar antara kelompok eksperimen 1 dengan kelompok eksperimen 2. Pada uji t satu
pihak diperoleh thitung = 4,144 dan untuk α = 5% dan dk= (41+42-2)= 81 diperoleh t(0,95)(81)=
1,665. Karena thitung t(0,95)(81) maka H0 ditolak, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
kimia siswa yang belajar menggunakan model LSQ lebih baik daripada siswa yang belajar
menggunakan model SRL.
Kata Kunci: Learning Start With a Question, Self Regulated Learning
PENDAHULUAN
dan pemahaman siswa. Usaha untuk menciptakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
kondisi pembelajaran yang dapat melibatkan peran
yang saat ini berlaku menuntut siswa untuk berper-
aktif siswa membutuhkan kemampuan guru dalam
an aktif dalam proses belajar mengajar sehingga
menerapkan model pembelajaran yang sesuai dan
diperlukan strategi pembelajaran yang mendukung
bervariasi sehingga siswa akan berperan aktif dan
tercapainya tujuan tersebut. Siswa sebagai subjek
tercapai hasil yang diharapkan.
belajar harus berperan aktif dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran kimia diharapkan tidak
Keaktifan siswa dinilai dari peranannya dalam
hanya memberikan pengetahuan sebanyak-ban-
pembelajaran, seperti bertanya, menjawab per-
yaknya kepada siswa, tetapi mampu merangsang
tanyaan, dan memberi tanggapan. Di samping itu,
berfikir, bersikap ilmiah dan kreatif serta tanggung
keaktifan siswa merupakan bentuk pembelajaran
jawab siswa terhadap peristiwa sehari-hari yang
mandiri, yaitu siswa berusaha mempelajari segala
relevan dengan pelajaran kimia. Selain memahami
sesuatu atas kehendak dan kemampuannya atau
konsep kimia, siswa diharapkan dapat mengap-
usahanya sendiri, sehingga dalam hal ini guru
likasikannya dalam kehidupan sehari-hari serta
hanya berperan sebagai pembimbing, motivator,
menyadari dampaknya terhadap lingkungan dan
dan fasilitator. Dalam proses pembelajaran guru
berusaha mencari solusinya sehingga dapat me-
mempunyai peranan penting dalam menciptakan
lestarikan lingkungan sekitarnya. Melihat kenyataan
kondisi pembelajaran yang mendorong peran aktif
ini diperlukan suatu solusi pembelajaran, dengan
Eko Budi Susatyo, dkk., Penggunaan Model Learning Start ...
407
model pembelajaran yang sesuai diharapkan siswa
pertemuan sebelumnya siswa di beri tahu untuk
akan lebih aktif dan dapat mengumpulkan infor-
membaca materi terlebih dahulu di rumah. Siswa
masi dengan stimulus pertanyaan efektif sehingga
yang bertanya akan di beri nilai, guru menerangkan
mewujudkan kompetensi siswa, sehingga pem-
materi pelajaran, guru membagi kelas menjadi
belajaran dapat diterima siswa dan guru. Model
beberapa kelompok, satu kelompok terdiri dari 4-5
pembelajaran yang dapat diterapkan antara lain
orang, setiap kelompok akan diberi pertanyaan
adalah LSQ dan SRL.
berupa lembar diskusi siswa untuk didiskusikan
Model pembelajaran tersebut menuntut
dan dikerjakan oleh tiap-tiap kelompok, setelah
adanya peran aktif siswa dalam pembelajaran
semua kelompok mengerjakan pertanyaan terse-
sehingga pantas apabila keduanya dibandingkan
but, guru membahas pertanyaan tersebut dengan
untuk mengetahui perbedaannya dalam proses be-
cara menunjuk siswa sambil memberikan penga-
lajar mengajar dan akhirnya dapat diketahui model
rahan kepada siswa bagaimana menjawab pertan-
pembelajaran yang lebih efektif untuk diterapkan
yaan tersebut dengan benar (Zaini dkk, 2008).
sesuai kurikulum yang berlaku (KTSP). Ketuntasan
Dengan model LSQ diharapkan siswa mam-
hasil belajar siswapun dapat dicapai. Permasala-
pu lebih aktif membaca dan meningkatkan bela-
han yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakah
jarnya. Kelebihan dari model LSQ adalah : Siswa
ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang
menjadi siap mulai pelajaran, karena siswa belajar
belajar menggunakan model LSQ dengan siswa
terlebih dahulu sehingga memiliki sedikit gambaran
yang belajar menggunakan model SRL pada po-
dan menjadi lebih paham setelah mendapatkan
kok materi larutan penyangga dan manakah hasil
tambahan penjelasan dari guru, siswa akan lebih
belajar yang lebih baik dari keduanya.
aktif untuk membaca, materi akan dapat diingat
Learning Start With a Question (LSQ) meru-
lebih lama. kecerdasan siswa diasah pada saat
pakan suatu model pembelajaran aktif dalam
siswa mencari informasi tentang materi tanpa
bertanya, dimana agar siswa aktif dalam bertanya
bantuan guru, mendorong tumbuhnya kebera-
maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang
nian mengutarakan pendapat secara terbuka dan
akan dipelajari yaitu dengan membaca terlebih
memperluas wawasan melalui bertukar pendapat
dahulu. Dengan membaca maka siswa memiliki
secara kelompok.
gambaran tentang materi yang akan dipelajarinya
Model LSQ juga memiliki beberapa kelema-
sehingga apabila dalam membaca atau membahas
han. Adapun kelemahan dari model LSQ adalah :
materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan ter-
Ada beberapa siswa yang malu untuk bertanya,
lihat dan dapat dibahas serta dibenarkan secara
sehingga guru tidak mengetahui kesulitan yang
bersama-sama di dalam kelas (Zaini dkk, 2008).
dialami oleh siswa, tidak semua siswa membaca
Apabila model pembelajaran ini diimplementasikan dalam PBM, maka langkah-langkah
pembelajaran yang ditempuh guru adalah sebagai
materi pelajaran di rumah sehingga siswa sulit
untuk memahami konsep materi pelajaran.
Self Regulated Learning (SRL) merupakan
suatu model pembelajaran bagi siswa supaya
berikut :
Pada awal pembelajaran guru memberi-
mampu mengarahkan dirinya sendiri dalam belajar
kan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
atau disebut sebagai proses pengaturan diri yang
mengenai materi yang akan dibahas, dimana pada
terjadi disaat belajar. Dalam proses ini siswa
408
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 3 No.1, 2009, hlm 406-412
dengan sengaja mengarahkan diri untuk mencapai
tugas soal latihan secara individual seperti biasa
tujuan belajar, siswa mengetahui bagaimana cara
(Suyitno, 2006).
diri sendiri untuk mengatur pelajaran mereka dan
Dengan model SRL diharapkan siswa dapat
mengembangkan diri sendiri. Para guru mempunyai
mengatur dirinya sendiri dalam belajar. Kelebihan
tanggung jawab tidak hanya mengajar, akan tetapi
dari model SRL adalah melatih kemampuan siswa
yang lebih penting adalah mengajari siswanya
belajar mandiri, sehingga siswa dalam belajar man-
bagaimana mereka harus belajar (Pintrich dalam
diri dapat ditingkatkan, melatih siswa menjelaskan
Montolvo, 2004).
hasil belajarnya kepada pihak lain, orientasi pem-
Dapat disimpulkan bahwa SRL adalah model
belajaran adalah investigasi dan penemu yang
pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan pem-
pada dasarnya adalah pemecahan masalah, den-
belajaran tercapai dengan cepat melalui proses
gan demikian kemampuan bernalar siswa juga bisa
belajar mandiri dan siswa mampu menyajikannya
berkembang. mempertinggi kemampuan siswa
di depan kelas (Elvina, 2006). Apabila model pem-
dalam memecahkan masalah.
belajaran ini diimplementasikan dalam PBM, maka
Selain beberapa kelebihan yang ada pada
langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh guru
model SRL, model SRL juga memiliki beberapa
adalah sebagai berikut : Guru menyiapkan materi
kelemahan. Adapun kelemahan dari model SRL
pelajaran kimia yang harus dipelajari siswa secara
adalah materi yang dibelajarkan merupakan ma-
mandiri, guru memberi tugas siswa di rumah yang
teri baru sehingga terkadang masih sulit dipahami
meliputi, mempelajari materi yang ditugaskan guru
siswa secara pribadi dan siswa belum tentu mampu
secara mandiri selanjutnya merangkum/meringkas
mengajarkan atau mempresentasikan materi ke-
materi tersebut, membuat pertanyaan yang berkai-
pada siswa lain di depan kelas.
tan dengan materi yang diringkasnya. Pertanyaan
ini diharapkan mampu mengungkap penguasaan
METODE PENELITIAN
materi yang bersangkutan, guru mengoreksi hasil
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI
pekerjaan siswa. Selanjutnya mencatat sejumlah
SMA Negeri 1 Pemalang semester 2 tahun ajaran
siswa yang benar dalam merangkum materi yang
2008/2009 pokok materi larutan penyangga. Pen-
ditugaskan guru, guru menyuruh satu siswa (se-
gambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster
bagai wakil siswa yang benar dalam meringkas
random sampling (Arikunto, 2006) dan diperoleh
materi) untuk menjelaskan hasil rangkumannya di
kelas XI PSIA-1 sebagai kelompok eksperimen
depan kelas. Pada saat ini, guru bertindak sebagai
1 yang belajar menggunakan model pembelaja-
fasilitator, nara sumber, dan pengarah, sebelum
ran LSQ dan kelas XI PSIA-2 sebagai kelompok
menyajikan materi, guru bersama siswa menyiap-
eksperimen 2 yang belajar menggunakan model
kan alat peraga yang diperlukan.
pembelajaran SRL .
Setelah selesai presentasi, dengan metode
Sampel yang diperoleh dari populasi terse-
tanya jawab, guru mengungkapkan kembali materi
but sebelumnya telah dianalisis menggunakan
sajian secara singkat untuk melihat tingkat pema-
uji normalitas, dan uji homogenitas. Data analisis
haman siswa yang lain, guru kembali menunjuk
awal ini diperoleh dari nilai UAS semester 1 mata
siswa untuk membahas latihan soal dan turut
pelajaran kimia. Penelitian ini bersifat komparatif.
memandu jika sangat diperlukan, guru memberi
Desain penelitian yang digunakan adalah Post test
Eko Budi Susatyo, dkk., Penggunaan Model Learning Start ...
409
Comparations Groups Design. Kelompok eksperi-
belajar. Dari hasil perhitungan ketuntasan belajar
men dikenai perlakuan yang berbeda kemudian
diperoleh tingkat ketuntasan belajar kelompok
kedua kelompok dikenai pengukuran yang sama.
eksperimen 1 adalah 92,68%, dengan demikian
Alat ukur dari eveluasi akhir ini berupa soal obyektif
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa ke-
sebanyak 25 soal dengan 5 pilihan jawaban selama
lompok eksperimen 1 yang belajar menggunakan
45 menit. Data hasil pengukuran ini disebut sebagai
model LSQ telah memenuhi kriteria ketuntasan
data akhir yang kemudian dianalisis menggunakan
uji normalitas, uji kesamaan dua varians, uji hipo-
klasikal yang telah ditetapkan yaitu 85 % (Mulyasa,
tesis dan perhitungan ketuntasan hasil belajar.
2006) siswa belajar tuntas. Begitu pula dari hasil
perhitungan tingkat ketuntasan belajar kelompok
eksperimen 2 adalah 88,09%, dengan demikian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data awal diperoleh
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa ke-
bahwa populasi berdistribusi normal, dan memiliki
lompok eksperimen 2 yang belajar menggunakan
tingkat homogenitas yang sama. Untuk analisis
model SRL telah memenuhi kriteria ketuntasan.
data akhir yang dilakukan menunjukkan bahwa
Pada analisis deskriptif nilai afektif, kelas
data berdistribusi normal dan memiliki varians yang
eksperimen 1 memperoleh rata- rata nilai afektif
sama. Data hasil belajar kelompok eksperimen 1
siswa mencapai 84,76 dengan kriteria sangat
dan eksperimen 2 disajikan pada Tabel 1.
baik dan pada kelas eksperimen 2 memperoleh
Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis
rata-rata nilai afektif siswa mencapai 84,5 dengan
antara kelompok eksperimen 1 yang belajar men-
kriteria sangat baik. Pengambilan nilai afektif siswa
gunakan model LSQ dan eksperimen 2 yang bela-
diambil pada saat terjadi proses pembelajaran yaitu
jar menggunakan model SRL dengan uji t dua pihak
dilakukan dengan observasi secara langsung selu-
diperoleh thit = 4,144 dengan á= 5%, dk= (41+42-2)=
ruh aktivitas belajar siswa. Pada analisis deskriptif
81, dan t(0,975)(81)= 1,994 , karena
t hitung ≥ t ( 0,975)( 81 )
nilai psikomotorik, kelas eksperimen 1 memperoleh
maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa ada perbe-
rata- rata nilai psikomotorik siswa mencapai 77,28
daan hasil belajar antara kelompok eksperimen 1
dengan kriteria terampil dan pada kelas eksperi-
dan kelompok eksperimen 2. Berdasarkan hasil
men 2 memperoleh rata-rata nilai psikomotorik
perhitungan uji hipotesis uji t satu pihak diperoleh
siswa mencapai 77,35 dengan kriteria terampil.
thit = 4,144 dengan á= 5%, dk= (41+42-2)= 81,
Pengambilan nilai psikomotorik siswa diambil
dan
t hitung ≥ t ( 0,95 )( 81 )
pada saat kegiatan praktikum berlangsung, dalam
(Sudjana, 1996) maka Ho ditolak. Hal ini berarti
penelitian ini hanya dilakukan satu kali praktikum
bahwa hasil belajar kelompok eksperimen 1 lebih
baik pada kelas eksperimen 1 maupun pada kelas
baik daripada hasil belajar kelompok eksperimen
eksperimen 2 yaitu pada sub pokok materi prinsip
2. Baik kelompok eksperimen 1 maupun kelompok
kerja larutan penyangga pada penambahan sedikit
eksperimen 2 telah mencapai ketuntasan hasil
asam, basa atau pengenceran.
t(0,95)(81) = 1,665, karena
410
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 3 No.1, 2009, hlm 406-412
Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud
dapat melihat serta mengamati sejauh mana siswa
membandingkan hasil belajar siswa dengan dua
dapat menyerap pelajaran yang telah disampaikan.
buah model pembelajaran yaitu model LSQ dan
Dengan mengetahui kesulitan yang siswa hadapi,
SRL. Kelas XI PSIA-1 sebagai kelompok eksperi-
guru segera menjelaskan kembali serta memberi-
men 1 yang belajar menggunakan model LSQ dan
kan solusi terhadap pemecahan masalah mereka.
kelas XI PSIA-2 sebagai kelompok eksperimen 2
Melalui model LSQ siswa dituntut untuk
yang belajar menggunakan model SRL.
belajar aktif yaitu aktif dalam bertanya, melalui
Pada model LSQ ini peneliti (guru) sebelum
bertanya akan memberikan banyak manfaat yaitu
memulai pembelajaran meminta kepada siswa un-
siswa menjadi berfikir, menghilangkan perasaan
tuk bertanya mengenai materi yang akan dipelajari,
malu dan takut, serta merupakan salah satu cara
dan setiap siswa yang bertanya akan diberi nilai.
untuk mengkaji ulang pelajaran. Model LSQ juga
Setelah pertanyaan dari siswa guru memberikan
mempunyai kelemahan, yaitu tidak menjamin
pretest terlebih dahulu sebelum membahas materi
bahwa semua siswa belajar dengan tekun, penuh
selanjutnya, hal ini bertujuan untuk mengetahui
aktivitas dan terarah. Siswa yang aktif bertanya
apakah siswa telah membaca atau belajar di
adalah siswa yang memilki rasa percaya diri yang
rumah. Hal ini sangat penting untuk mengetahui
tinggi, mereka tidak malu untuk bertanya mengenai
kondisi awal siswa sehingga guru bisa memberikan
konsep materi yang dianggap sulit tetapi untuk
tindak lanjut apabila ada kesulitan yang dialami
siswa yang memiliki kepercayaan diri yang ren-
oleh siswa. Dengan model LSQ ini kesiapan siswa
dah sulit untuk bertanya mengenai konsep materi
dalam proses pembelajaran akan menjadi mening-
yang dirasa kurang memahami. Siswa yang aktif
kat karena dengan model LSQ siswa dituntut untuk
bertanya juga sebagian adalah siswa yang pandai,
aktif bertanya, terdorong untuk berfikir dan bekerja
akibatnya siswa yang pandai dengan antusias
atas inisiatif sendiri serta dapat memanfaatkan
tinggi dapat mengembangkan potensinya secara
berbagai jenis sumber belajar sehingga dengan
optimal, namun siswa dengan antusias rendah
kesiapan tersebut maka siswa secara aktif mem-
kurang mengalami perkembangan, karena tidak
bangun sendiri konsep maupun pengetahuannya
semua konsep yang dikontruksi setiap siswa
serta dapat memperkaya dan memperdalam materi
semuanya sama.
yang dipelajarinya serta retensinya (tahan lama
dalam ingatan) akan menjadi lebih baik.
Pada model SRL ini peneliti (guru) memberikan kebebasan kepada setiap siswa untuk belajar
Dalam model pembelajaran ini setiap selesai
mandiri, merangkum materi dan mempelajarinya
membahas sub pokok bahasan, guru mengajak
sendiri. Siswa juga bisa mencari informasi lain
siswa untuk mengerjakan soal dengan membentuk
yang berhubungan dengan materi melalui buku
kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 4 – 5
panduan lain maupun media informatika seperti
orang. Masing- masing kelompok berdiskusi un-
majalah, surat kabar, televisi, dan internet untuk
tuk mengerjakan lembar diskusi siswa, kemudian
menambah wawasan pengetahuan siswa terhadap
jawaban pertanyaan dibahas bersama-sama dan
konsep dasar materi. Selanjutnya, dalam proses
siswa secara bergiliran maju mengerjakan didepan
pembelajaran guru membimbing siswa untuk bela-
kelas, sehingga apabila siswa mengalami kesuli-
jar mandiri sejenak di dalam kelas untuk meman-
tan dapat langsung bertanya pada guru dan guru
tapkan pemahaman siswa akan materi yang akan
Eko Budi Susatyo, dkk., Penggunaan Model Learning Start ...
411
dibahas. Dalam hal ini guru lebih memprioritaskan
hasil tanggapan siswa mengenai model SRL,
pembimbingan pada siswa yang lebih pandai agar
siswa sangat merespon positif terhadap model
siswa tersebut mampu mengajarkan atau mempre-
SRL karena dengan model ini siswa terbiasa
sentasikan materi di depan kelas sehingga siswa
untuk merangkum materi sehingga mereka dapat
yang lain menjadi lebih paham dengan materi yang
berusaha memahami materi sebelum mendapat
dibahas.
penjelasan dari guru, namun pada proses pembe-
Pembelajaran mandiri siswa dengan arahan
lajaran dengan menggunakan model SRL terdapat
dan bimbingan guru dapat mempengaruhi siswa
beberapa kendala seperti materi yang dibelajarkan
untuk benar-benar mandiri tanpa ketergantungan
merupakan materi baru sehingga terkadang ma-
dengan orang lain. Guru lebih berperan sebagai
sih sulit dipahami siswa secara pribadi dan siswa
fasilitator, mengklarifikasi konsep materi yang
yang pandai belum tentu mampu mengajarkan
kurang tepat, dan menekankan kembali materi
atau mempresentasikan materi kepada siswa lain
yang telah didiskusikan agar pemahaman siswa
di depan kelas.
meningkat. Dalam hal ini diharapkan siswa tidak
Peneliti berhipotesis bahwa model LSQ lebih
tergantung kepada guru maupun siswa pandai di
baik dari pada model SRL, hal ini disebabkan
kelasnya, tetapi dapat menjadi motivasi untuknya
siswa dituntut untuk bertanya, bekerja sama den-
untuk meningkatkan potensi diri.
gan siswa lain dalam belajar dan menyelesaikan
Guru mengklarifikasi apabila ada kesala-
soal. Melalui bertanya akan memberikan banyak
han konsep materi yang dipresentasikan siswa,
manfaat yaitu siswa menjadi berfikir, menghilan-
atau menegaskan kembali agar siswa yang lain
gkan perasaan malu dan takut, serta merupakan
menjadi lebih paham dengan materi yang baru
salah satu cara untuk mengkaji ulang pelajaran.
dibahas. Dilanjutkan dengan latihan soal untuk
Adapun pembentukan kelompok-kelompok kecil
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap
dimaksudkan agar diskusi kelompok dapat berjalan
materi yang telah dibahas. Dalam membahas soal
dengan baik, efektif, dan efisien serta mendorong
yang diberikan kepada siswa guru menunjuk siswa
tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat
untuk mengerjakan di papan tulis. Dengan sering
secara terbuka dan memperluas wawasan melalui
mengerjakan soal di papan tulis merangsang siswa
bertukar pendapat secra kelompok.
untuk lebih percaya diri dengan jawaban mereka
Berbeda dengan model SRL, pada model
sendiri serta memotivasi mereka untuk lebih berani.
pembelajaran ini siswa dituntut belajar mandiri
Keuntungan dari penerapan model SRL ini
sendiri (tidak dalam kelompok) sehingga terkadang
adalah adanya keleluasaan belajar bagi siswa
dengan materi baru siswa mengalami kesulitan
untuk memahami materi secara pribadi, mengem-
dalam memahaminya. Selain itu, siswa yang
bangkan pengetahuannya sendiri, melatih siswa
lebih pandai belum tentu dapat mengajarkan atau
agar dapat mempresentasikan idenya, serta dapat
mempresentasikan materi di depan kelas walau-
mengajarkan keterampilan melalui pengajaran
pun siswa tersebut telah mendapat bimbingan
kepada teman- temannya, juga menyebabkan
dari guru.
siswa lebih aktif dalam belajar dan menambah
SIMPULAN
wawasan pengetahuan akan konsep materi yang
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
akan dibahas melalui media lain. Berdasarkan
di atas, dapat disimpulkan bahwa Ada perbedaan
412
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 3 No.1, 2009, hlm 406-412
hasil belajar antara siswa yang menggunakan model
LSQ dengan siswa yang menggunakan model
SRL. Hasil belajar siswa yang menggunakan model
LSQ lebih baik daripada siswa yang menggunakan
model SRL karena dalam pembelajaran dengan
model LSQ siswa dituntut untuk bertanya, bekerja
sama dengan siswa lain dalam belajar dan
menyelesaikan soal, sehingga siswa terlatih dan
siap dalam menerima pelajaran di kelas. Dalam
menggunakan model LSQ guru harus dapat
membangkitkan siswa untuk aktif dalam bertanya
serta membaca materi pembelajaran, dan pada
model SRL guru harus dapat mengarahkan siswa
untuk belajar mandiri serta membangkitkan siswa
untuk dapat menjelaskan hasil belajarnya kepada
pihak lain. Model LSQ dan model SRL dapat
dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran
dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil
belajar kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Elvina, Amelia. 2008. Pengaruh model SRL (Self
Regulated Learning) Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas XI IPA Pokok Bahasan Sistem
Ekskresi Di SMA Negeri 2 Kudus. Skripsi.
Semarang: Universitas Negeri semarang.
Montolvo, Fermin Torano dan Carmen, Maria.
2004. Jurnal Penelitian. Self Regulated
Learning (Current And Future Directions).
Universitas De Navarra.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Sebuah Panduan Praktis.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sudjana. 1996. Metode Statistika . Bandung:
Tarsito Bandung.
Suyitno, Amin. 2006. Dasar-Dasar dan Proses
Pembelajaran Matematika 1. Semarang:
Jurusan Matematika FMIPA Unnes.
Zaini, Hisyam; Munthe, Bermawy; Aryani, Sekar
Ayu. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: CTSD (Center for Teaching Staf
Development) UIN Sunan Kalijaga.
Download