406 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 3 No.1, 2009, hlm 406-412 PENGGUNAAN MODEL LEARNING START WITH A QUESTION DAN SELF REGULATED LEARNING PADA PEMBELAJARAN KIMIA Eko Budi Susatyo, Sri Mantini Rahayu S., Restu Yuliawati Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 ABSTRAK Penelitian ini mengunakan model LSQ dan SRL. Permasalahan yang dikaji apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar menggunakan model LSQ dengan siswa yang belajar menggunakan model SRL pada pokok materi larutan penyangga dan manakah hasil belajar yang lebih baik dari keduanya. Populasi adalah siswa kelas XI program studi ilmu alam (PSIA) semester 2 yang berjumlah 243 siswa. Dengan teknik cluster random sampling diperoleh sampel kelas XI PSIA-1 yang berjumlah 41 siswa (kelompok eksperimen 1) yang belajar menggunakan model LSQ dan kelas XI PSIA-2 yang berjumlah 42 siswa (kelompok eksperimen 2) yang belajar menggunakan model SRL. Hasil uji t pada uji dua pihak nilai post test diperoleh thitung = 4,144 dan untuk α = 5% dan dk= (41+42-2)= 81 diperoleh t(0,975)(81)= 1,994. Karena thitung ≥ t(0,975)(81) maka H0 ditolak, hal ini berarti ada perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen 1 dengan kelompok eksperimen 2. Pada uji t satu pihak diperoleh thitung = 4,144 dan untuk α = 5% dan dk= (41+42-2)= 81 diperoleh t(0,95)(81)= 1,665. Karena thitung t(0,95)(81) maka H0 ditolak, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kimia siswa yang belajar menggunakan model LSQ lebih baik daripada siswa yang belajar menggunakan model SRL. Kata Kunci: Learning Start With a Question, Self Regulated Learning PENDAHULUAN dan pemahaman siswa. Usaha untuk menciptakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kondisi pembelajaran yang dapat melibatkan peran yang saat ini berlaku menuntut siswa untuk berper- aktif siswa membutuhkan kemampuan guru dalam an aktif dalam proses belajar mengajar sehingga menerapkan model pembelajaran yang sesuai dan diperlukan strategi pembelajaran yang mendukung bervariasi sehingga siswa akan berperan aktif dan tercapainya tujuan tersebut. Siswa sebagai subjek tercapai hasil yang diharapkan. belajar harus berperan aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran kimia diharapkan tidak Keaktifan siswa dinilai dari peranannya dalam hanya memberikan pengetahuan sebanyak-ban- pembelajaran, seperti bertanya, menjawab per- yaknya kepada siswa, tetapi mampu merangsang tanyaan, dan memberi tanggapan. Di samping itu, berfikir, bersikap ilmiah dan kreatif serta tanggung keaktifan siswa merupakan bentuk pembelajaran jawab siswa terhadap peristiwa sehari-hari yang mandiri, yaitu siswa berusaha mempelajari segala relevan dengan pelajaran kimia. Selain memahami sesuatu atas kehendak dan kemampuannya atau konsep kimia, siswa diharapkan dapat mengap- usahanya sendiri, sehingga dalam hal ini guru likasikannya dalam kehidupan sehari-hari serta hanya berperan sebagai pembimbing, motivator, menyadari dampaknya terhadap lingkungan dan dan fasilitator. Dalam proses pembelajaran guru berusaha mencari solusinya sehingga dapat me- mempunyai peranan penting dalam menciptakan lestarikan lingkungan sekitarnya. Melihat kenyataan kondisi pembelajaran yang mendorong peran aktif ini diperlukan suatu solusi pembelajaran, dengan Eko Budi Susatyo, dkk., Penggunaan Model Learning Start ... 407 model pembelajaran yang sesuai diharapkan siswa pertemuan sebelumnya siswa di beri tahu untuk akan lebih aktif dan dapat mengumpulkan infor- membaca materi terlebih dahulu di rumah. Siswa masi dengan stimulus pertanyaan efektif sehingga yang bertanya akan di beri nilai, guru menerangkan mewujudkan kompetensi siswa, sehingga pem- materi pelajaran, guru membagi kelas menjadi belajaran dapat diterima siswa dan guru. Model beberapa kelompok, satu kelompok terdiri dari 4-5 pembelajaran yang dapat diterapkan antara lain orang, setiap kelompok akan diberi pertanyaan adalah LSQ dan SRL. berupa lembar diskusi siswa untuk didiskusikan Model pembelajaran tersebut menuntut dan dikerjakan oleh tiap-tiap kelompok, setelah adanya peran aktif siswa dalam pembelajaran semua kelompok mengerjakan pertanyaan terse- sehingga pantas apabila keduanya dibandingkan but, guru membahas pertanyaan tersebut dengan untuk mengetahui perbedaannya dalam proses be- cara menunjuk siswa sambil memberikan penga- lajar mengajar dan akhirnya dapat diketahui model rahan kepada siswa bagaimana menjawab pertan- pembelajaran yang lebih efektif untuk diterapkan yaan tersebut dengan benar (Zaini dkk, 2008). sesuai kurikulum yang berlaku (KTSP). Ketuntasan Dengan model LSQ diharapkan siswa mam- hasil belajar siswapun dapat dicapai. Permasala- pu lebih aktif membaca dan meningkatkan bela- han yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakah jarnya. Kelebihan dari model LSQ adalah : Siswa ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang menjadi siap mulai pelajaran, karena siswa belajar belajar menggunakan model LSQ dengan siswa terlebih dahulu sehingga memiliki sedikit gambaran yang belajar menggunakan model SRL pada po- dan menjadi lebih paham setelah mendapatkan kok materi larutan penyangga dan manakah hasil tambahan penjelasan dari guru, siswa akan lebih belajar yang lebih baik dari keduanya. aktif untuk membaca, materi akan dapat diingat Learning Start With a Question (LSQ) meru- lebih lama. kecerdasan siswa diasah pada saat pakan suatu model pembelajaran aktif dalam siswa mencari informasi tentang materi tanpa bertanya, dimana agar siswa aktif dalam bertanya bantuan guru, mendorong tumbuhnya kebera- maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang nian mengutarakan pendapat secara terbuka dan akan dipelajari yaitu dengan membaca terlebih memperluas wawasan melalui bertukar pendapat dahulu. Dengan membaca maka siswa memiliki secara kelompok. gambaran tentang materi yang akan dipelajarinya Model LSQ juga memiliki beberapa kelema- sehingga apabila dalam membaca atau membahas han. Adapun kelemahan dari model LSQ adalah : materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan ter- Ada beberapa siswa yang malu untuk bertanya, lihat dan dapat dibahas serta dibenarkan secara sehingga guru tidak mengetahui kesulitan yang bersama-sama di dalam kelas (Zaini dkk, 2008). dialami oleh siswa, tidak semua siswa membaca Apabila model pembelajaran ini diimplementasikan dalam PBM, maka langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh guru adalah sebagai materi pelajaran di rumah sehingga siswa sulit untuk memahami konsep materi pelajaran. Self Regulated Learning (SRL) merupakan suatu model pembelajaran bagi siswa supaya berikut : Pada awal pembelajaran guru memberi- mampu mengarahkan dirinya sendiri dalam belajar kan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau disebut sebagai proses pengaturan diri yang mengenai materi yang akan dibahas, dimana pada terjadi disaat belajar. Dalam proses ini siswa 408 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 3 No.1, 2009, hlm 406-412 dengan sengaja mengarahkan diri untuk mencapai tugas soal latihan secara individual seperti biasa tujuan belajar, siswa mengetahui bagaimana cara (Suyitno, 2006). diri sendiri untuk mengatur pelajaran mereka dan Dengan model SRL diharapkan siswa dapat mengembangkan diri sendiri. Para guru mempunyai mengatur dirinya sendiri dalam belajar. Kelebihan tanggung jawab tidak hanya mengajar, akan tetapi dari model SRL adalah melatih kemampuan siswa yang lebih penting adalah mengajari siswanya belajar mandiri, sehingga siswa dalam belajar man- bagaimana mereka harus belajar (Pintrich dalam diri dapat ditingkatkan, melatih siswa menjelaskan Montolvo, 2004). hasil belajarnya kepada pihak lain, orientasi pem- Dapat disimpulkan bahwa SRL adalah model belajaran adalah investigasi dan penemu yang pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan pem- pada dasarnya adalah pemecahan masalah, den- belajaran tercapai dengan cepat melalui proses gan demikian kemampuan bernalar siswa juga bisa belajar mandiri dan siswa mampu menyajikannya berkembang. mempertinggi kemampuan siswa di depan kelas (Elvina, 2006). Apabila model pem- dalam memecahkan masalah. belajaran ini diimplementasikan dalam PBM, maka Selain beberapa kelebihan yang ada pada langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh guru model SRL, model SRL juga memiliki beberapa adalah sebagai berikut : Guru menyiapkan materi kelemahan. Adapun kelemahan dari model SRL pelajaran kimia yang harus dipelajari siswa secara adalah materi yang dibelajarkan merupakan ma- mandiri, guru memberi tugas siswa di rumah yang teri baru sehingga terkadang masih sulit dipahami meliputi, mempelajari materi yang ditugaskan guru siswa secara pribadi dan siswa belum tentu mampu secara mandiri selanjutnya merangkum/meringkas mengajarkan atau mempresentasikan materi ke- materi tersebut, membuat pertanyaan yang berkai- pada siswa lain di depan kelas. tan dengan materi yang diringkasnya. Pertanyaan ini diharapkan mampu mengungkap penguasaan METODE PENELITIAN materi yang bersangkutan, guru mengoreksi hasil Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI pekerjaan siswa. Selanjutnya mencatat sejumlah SMA Negeri 1 Pemalang semester 2 tahun ajaran siswa yang benar dalam merangkum materi yang 2008/2009 pokok materi larutan penyangga. Pen- ditugaskan guru, guru menyuruh satu siswa (se- gambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster bagai wakil siswa yang benar dalam meringkas random sampling (Arikunto, 2006) dan diperoleh materi) untuk menjelaskan hasil rangkumannya di kelas XI PSIA-1 sebagai kelompok eksperimen depan kelas. Pada saat ini, guru bertindak sebagai 1 yang belajar menggunakan model pembelaja- fasilitator, nara sumber, dan pengarah, sebelum ran LSQ dan kelas XI PSIA-2 sebagai kelompok menyajikan materi, guru bersama siswa menyiap- eksperimen 2 yang belajar menggunakan model kan alat peraga yang diperlukan. pembelajaran SRL . Setelah selesai presentasi, dengan metode Sampel yang diperoleh dari populasi terse- tanya jawab, guru mengungkapkan kembali materi but sebelumnya telah dianalisis menggunakan sajian secara singkat untuk melihat tingkat pema- uji normalitas, dan uji homogenitas. Data analisis haman siswa yang lain, guru kembali menunjuk awal ini diperoleh dari nilai UAS semester 1 mata siswa untuk membahas latihan soal dan turut pelajaran kimia. Penelitian ini bersifat komparatif. memandu jika sangat diperlukan, guru memberi Desain penelitian yang digunakan adalah Post test Eko Budi Susatyo, dkk., Penggunaan Model Learning Start ... 409 Comparations Groups Design. Kelompok eksperi- belajar. Dari hasil perhitungan ketuntasan belajar men dikenai perlakuan yang berbeda kemudian diperoleh tingkat ketuntasan belajar kelompok kedua kelompok dikenai pengukuran yang sama. eksperimen 1 adalah 92,68%, dengan demikian Alat ukur dari eveluasi akhir ini berupa soal obyektif dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa ke- sebanyak 25 soal dengan 5 pilihan jawaban selama lompok eksperimen 1 yang belajar menggunakan 45 menit. Data hasil pengukuran ini disebut sebagai model LSQ telah memenuhi kriteria ketuntasan data akhir yang kemudian dianalisis menggunakan uji normalitas, uji kesamaan dua varians, uji hipo- klasikal yang telah ditetapkan yaitu 85 % (Mulyasa, tesis dan perhitungan ketuntasan hasil belajar. 2006) siswa belajar tuntas. Begitu pula dari hasil perhitungan tingkat ketuntasan belajar kelompok eksperimen 2 adalah 88,09%, dengan demikian HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data awal diperoleh dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa ke- bahwa populasi berdistribusi normal, dan memiliki lompok eksperimen 2 yang belajar menggunakan tingkat homogenitas yang sama. Untuk analisis model SRL telah memenuhi kriteria ketuntasan. data akhir yang dilakukan menunjukkan bahwa Pada analisis deskriptif nilai afektif, kelas data berdistribusi normal dan memiliki varians yang eksperimen 1 memperoleh rata- rata nilai afektif sama. Data hasil belajar kelompok eksperimen 1 siswa mencapai 84,76 dengan kriteria sangat dan eksperimen 2 disajikan pada Tabel 1. baik dan pada kelas eksperimen 2 memperoleh Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis rata-rata nilai afektif siswa mencapai 84,5 dengan antara kelompok eksperimen 1 yang belajar men- kriteria sangat baik. Pengambilan nilai afektif siswa gunakan model LSQ dan eksperimen 2 yang bela- diambil pada saat terjadi proses pembelajaran yaitu jar menggunakan model SRL dengan uji t dua pihak dilakukan dengan observasi secara langsung selu- diperoleh thit = 4,144 dengan á= 5%, dk= (41+42-2)= ruh aktivitas belajar siswa. Pada analisis deskriptif 81, dan t(0,975)(81)= 1,994 , karena t hitung ≥ t ( 0,975)( 81 ) nilai psikomotorik, kelas eksperimen 1 memperoleh maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa ada perbe- rata- rata nilai psikomotorik siswa mencapai 77,28 daan hasil belajar antara kelompok eksperimen 1 dengan kriteria terampil dan pada kelas eksperi- dan kelompok eksperimen 2. Berdasarkan hasil men 2 memperoleh rata-rata nilai psikomotorik perhitungan uji hipotesis uji t satu pihak diperoleh siswa mencapai 77,35 dengan kriteria terampil. thit = 4,144 dengan á= 5%, dk= (41+42-2)= 81, Pengambilan nilai psikomotorik siswa diambil dan t hitung ≥ t ( 0,95 )( 81 ) pada saat kegiatan praktikum berlangsung, dalam (Sudjana, 1996) maka Ho ditolak. Hal ini berarti penelitian ini hanya dilakukan satu kali praktikum bahwa hasil belajar kelompok eksperimen 1 lebih baik pada kelas eksperimen 1 maupun pada kelas baik daripada hasil belajar kelompok eksperimen eksperimen 2 yaitu pada sub pokok materi prinsip 2. Baik kelompok eksperimen 1 maupun kelompok kerja larutan penyangga pada penambahan sedikit eksperimen 2 telah mencapai ketuntasan hasil asam, basa atau pengenceran. t(0,95)(81) = 1,665, karena 410 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 3 No.1, 2009, hlm 406-412 Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud dapat melihat serta mengamati sejauh mana siswa membandingkan hasil belajar siswa dengan dua dapat menyerap pelajaran yang telah disampaikan. buah model pembelajaran yaitu model LSQ dan Dengan mengetahui kesulitan yang siswa hadapi, SRL. Kelas XI PSIA-1 sebagai kelompok eksperi- guru segera menjelaskan kembali serta memberi- men 1 yang belajar menggunakan model LSQ dan kan solusi terhadap pemecahan masalah mereka. kelas XI PSIA-2 sebagai kelompok eksperimen 2 Melalui model LSQ siswa dituntut untuk yang belajar menggunakan model SRL. belajar aktif yaitu aktif dalam bertanya, melalui Pada model LSQ ini peneliti (guru) sebelum bertanya akan memberikan banyak manfaat yaitu memulai pembelajaran meminta kepada siswa un- siswa menjadi berfikir, menghilangkan perasaan tuk bertanya mengenai materi yang akan dipelajari, malu dan takut, serta merupakan salah satu cara dan setiap siswa yang bertanya akan diberi nilai. untuk mengkaji ulang pelajaran. Model LSQ juga Setelah pertanyaan dari siswa guru memberikan mempunyai kelemahan, yaitu tidak menjamin pretest terlebih dahulu sebelum membahas materi bahwa semua siswa belajar dengan tekun, penuh selanjutnya, hal ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan terarah. Siswa yang aktif bertanya apakah siswa telah membaca atau belajar di adalah siswa yang memilki rasa percaya diri yang rumah. Hal ini sangat penting untuk mengetahui tinggi, mereka tidak malu untuk bertanya mengenai kondisi awal siswa sehingga guru bisa memberikan konsep materi yang dianggap sulit tetapi untuk tindak lanjut apabila ada kesulitan yang dialami siswa yang memiliki kepercayaan diri yang ren- oleh siswa. Dengan model LSQ ini kesiapan siswa dah sulit untuk bertanya mengenai konsep materi dalam proses pembelajaran akan menjadi mening- yang dirasa kurang memahami. Siswa yang aktif kat karena dengan model LSQ siswa dituntut untuk bertanya juga sebagian adalah siswa yang pandai, aktif bertanya, terdorong untuk berfikir dan bekerja akibatnya siswa yang pandai dengan antusias atas inisiatif sendiri serta dapat memanfaatkan tinggi dapat mengembangkan potensinya secara berbagai jenis sumber belajar sehingga dengan optimal, namun siswa dengan antusias rendah kesiapan tersebut maka siswa secara aktif mem- kurang mengalami perkembangan, karena tidak bangun sendiri konsep maupun pengetahuannya semua konsep yang dikontruksi setiap siswa serta dapat memperkaya dan memperdalam materi semuanya sama. yang dipelajarinya serta retensinya (tahan lama dalam ingatan) akan menjadi lebih baik. Pada model SRL ini peneliti (guru) memberikan kebebasan kepada setiap siswa untuk belajar Dalam model pembelajaran ini setiap selesai mandiri, merangkum materi dan mempelajarinya membahas sub pokok bahasan, guru mengajak sendiri. Siswa juga bisa mencari informasi lain siswa untuk mengerjakan soal dengan membentuk yang berhubungan dengan materi melalui buku kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 panduan lain maupun media informatika seperti orang. Masing- masing kelompok berdiskusi un- majalah, surat kabar, televisi, dan internet untuk tuk mengerjakan lembar diskusi siswa, kemudian menambah wawasan pengetahuan siswa terhadap jawaban pertanyaan dibahas bersama-sama dan konsep dasar materi. Selanjutnya, dalam proses siswa secara bergiliran maju mengerjakan didepan pembelajaran guru membimbing siswa untuk bela- kelas, sehingga apabila siswa mengalami kesuli- jar mandiri sejenak di dalam kelas untuk meman- tan dapat langsung bertanya pada guru dan guru tapkan pemahaman siswa akan materi yang akan Eko Budi Susatyo, dkk., Penggunaan Model Learning Start ... 411 dibahas. Dalam hal ini guru lebih memprioritaskan hasil tanggapan siswa mengenai model SRL, pembimbingan pada siswa yang lebih pandai agar siswa sangat merespon positif terhadap model siswa tersebut mampu mengajarkan atau mempre- SRL karena dengan model ini siswa terbiasa sentasikan materi di depan kelas sehingga siswa untuk merangkum materi sehingga mereka dapat yang lain menjadi lebih paham dengan materi yang berusaha memahami materi sebelum mendapat dibahas. penjelasan dari guru, namun pada proses pembe- Pembelajaran mandiri siswa dengan arahan lajaran dengan menggunakan model SRL terdapat dan bimbingan guru dapat mempengaruhi siswa beberapa kendala seperti materi yang dibelajarkan untuk benar-benar mandiri tanpa ketergantungan merupakan materi baru sehingga terkadang ma- dengan orang lain. Guru lebih berperan sebagai sih sulit dipahami siswa secara pribadi dan siswa fasilitator, mengklarifikasi konsep materi yang yang pandai belum tentu mampu mengajarkan kurang tepat, dan menekankan kembali materi atau mempresentasikan materi kepada siswa lain yang telah didiskusikan agar pemahaman siswa di depan kelas. meningkat. Dalam hal ini diharapkan siswa tidak Peneliti berhipotesis bahwa model LSQ lebih tergantung kepada guru maupun siswa pandai di baik dari pada model SRL, hal ini disebabkan kelasnya, tetapi dapat menjadi motivasi untuknya siswa dituntut untuk bertanya, bekerja sama den- untuk meningkatkan potensi diri. gan siswa lain dalam belajar dan menyelesaikan Guru mengklarifikasi apabila ada kesala- soal. Melalui bertanya akan memberikan banyak han konsep materi yang dipresentasikan siswa, manfaat yaitu siswa menjadi berfikir, menghilan- atau menegaskan kembali agar siswa yang lain gkan perasaan malu dan takut, serta merupakan menjadi lebih paham dengan materi yang baru salah satu cara untuk mengkaji ulang pelajaran. dibahas. Dilanjutkan dengan latihan soal untuk Adapun pembentukan kelompok-kelompok kecil mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap dimaksudkan agar diskusi kelompok dapat berjalan materi yang telah dibahas. Dalam membahas soal dengan baik, efektif, dan efisien serta mendorong yang diberikan kepada siswa guru menunjuk siswa tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat untuk mengerjakan di papan tulis. Dengan sering secara terbuka dan memperluas wawasan melalui mengerjakan soal di papan tulis merangsang siswa bertukar pendapat secra kelompok. untuk lebih percaya diri dengan jawaban mereka Berbeda dengan model SRL, pada model sendiri serta memotivasi mereka untuk lebih berani. pembelajaran ini siswa dituntut belajar mandiri Keuntungan dari penerapan model SRL ini sendiri (tidak dalam kelompok) sehingga terkadang adalah adanya keleluasaan belajar bagi siswa dengan materi baru siswa mengalami kesulitan untuk memahami materi secara pribadi, mengem- dalam memahaminya. Selain itu, siswa yang bangkan pengetahuannya sendiri, melatih siswa lebih pandai belum tentu dapat mengajarkan atau agar dapat mempresentasikan idenya, serta dapat mempresentasikan materi di depan kelas walau- mengajarkan keterampilan melalui pengajaran pun siswa tersebut telah mendapat bimbingan kepada teman- temannya, juga menyebabkan dari guru. siswa lebih aktif dalam belajar dan menambah SIMPULAN wawasan pengetahuan akan konsep materi yang Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan akan dibahas melalui media lain. Berdasarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa Ada perbedaan 412 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 3 No.1, 2009, hlm 406-412 hasil belajar antara siswa yang menggunakan model LSQ dengan siswa yang menggunakan model SRL. Hasil belajar siswa yang menggunakan model LSQ lebih baik daripada siswa yang menggunakan model SRL karena dalam pembelajaran dengan model LSQ siswa dituntut untuk bertanya, bekerja sama dengan siswa lain dalam belajar dan menyelesaikan soal, sehingga siswa terlatih dan siap dalam menerima pelajaran di kelas. Dalam menggunakan model LSQ guru harus dapat membangkitkan siswa untuk aktif dalam bertanya serta membaca materi pembelajaran, dan pada model SRL guru harus dapat mengarahkan siswa untuk belajar mandiri serta membangkitkan siswa untuk dapat menjelaskan hasil belajarnya kepada pihak lain. Model LSQ dan model SRL dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil belajar kimia. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Elvina, Amelia. 2008. Pengaruh model SRL (Self Regulated Learning) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA Pokok Bahasan Sistem Ekskresi Di SMA Negeri 2 Kudus. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri semarang. Montolvo, Fermin Torano dan Carmen, Maria. 2004. Jurnal Penelitian. Self Regulated Learning (Current And Future Directions). Universitas De Navarra. Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sudjana. 1996. Metode Statistika . Bandung: Tarsito Bandung. Suyitno, Amin. 2006. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA Unnes. Zaini, Hisyam; Munthe, Bermawy; Aryani, Sekar Ayu. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD (Center for Teaching Staf Development) UIN Sunan Kalijaga.