73 BAB IV ECONOMIC ADJUSTMENT PROGRAMME YUNANI-UNI EROPA SEBAGAI SOLUSI MENGATASI SOVEREIGN DEBT CRISIS YUNANI 4.1 Uni Eropa sebagai Economic and Monetary Union Integrasi kawasan di Eropa, khususnya dalam hal Economic and Monetary Union diiringi dengan kesepakatan pada tahun 1999 melalui Perjanjian Maastricht untuk menggunakan suatu mata uang tunggal di kawasan ini, yaitu Euro, dan pada tahun 2004, Euro resmi diberlakukan sebagai mata uang Uni Eropa. Pembentukan Economic and Monetary Union yang diprakarsai oleh Uni Eropa menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah perekonomian Eropa bahkan berhasil mentrasformasi tatanan perekonomian global. Economic and Monetary Union yang dibentuk oleh Uni Eropa terbentuk melalui proses panjang dan beberapa tahapan yang merepresentasikan bagaimana integrasi ekonomi Eropa terbentuk. Pada tahapan pertama yang terjadi pada awal tahun 1990, Uni Eropa sepakat untuk mewujudkan konsep pasar tunggal bagi negara-negara anggota dan pergerakan bebas kapital. Pada tahapan kedua yang berjalan pada tahun 19941999, Uni Eropa membentuk European Monetary Institute, yang merupakan pendahulu dari European Central Bank (ECB). Pada tahap akhir, yaitu pada tahun 74 1999, Uni Eropa sepakat memberlakukan mata uang tunggal dan menerapkan kebijakan moneter tunggal ECB.1 Uni Eropa memiliki sistem Economic and Monetary Union yang kompleks, terdiri atas dua lapisan. Lapisan pertama adalah European System of Central Banks (ESCB), yang merupakan gabungan dari ECB dan 27 bank sentral nasional dari negara-negara yang mengadopsi Euro sebagai mata uang atau pun tidak. Lapisan kedua adalah Eurosystem, yang merupakan gabungan dari ECB dan 17 bank sentral nasional dari negara-negara yang mengadopsi Euro sebagai mata uang. Lapisan inilah yang disebut lingkup Eurozone. Jadi, meskipun semua negara anggota Uni Eropa adalah anggota dari Economic and Monetary Union, tidak semua negara anggota Uni Eropa adalah anggota Eurozone. Sampai saat ini baru ada 17 negara anggota Uni Eropa yang secara resmi mengadopsi Euro sebagai mata uang, yaitu Belgia, Jerman, Irlandia, Spanyol, Perancis, Italia, Luksemburg, Belanda, Austria, Portugal, Finlandia, Yunani, Slovenia, Cyprus, Malta, Slovakia, dan Estonia.2 Dalam memberlakukan Euro sebagai suatu mata uang tunggal, Eurozone memiliki ECB yang berfungsi sebagai bank sentral. ECB bertugas untuk menjaga stabilitas Euro di kawasan Eurozone dengan mengambil kebijakan moneter tunggal yang diterapkan di seluruh negara anggota Eurozone.3 Namun hal ini tidak berarti negara-negara yang menggunakan Euro tidak memiliki bank sentral, 1 “EU Economic and Monetary Union: A Framework for Stability”, dalam Anthony Smallwood (ed.), EU Focus, Washington, D.C: the Delegation of the European Commission to the United States, 2009, hal. 2 2 Cristina Arellano, Juan Carlos Conesa, dan Timothy J. Kehoe, Chronic Sovereign Debt Crises in The Eurozone 2010–2012, Minneapolis: Federal Reserve Bank of Minneapolis, 2012, hal. 2 3 European Union, How Does the EU Works?, diakses dari http://europa.eu/abc/12lessons/lesson_4/index_en.htm pada 5 Oktober 2012 75 negara-negara ini juga memiliki bank sentral masing-masing. Maka stabilitas moneter di negara-negara ini dijaga oleh dua bank, yaitu bank sentral nasional dan ECB.4 Integrasi finansial menjadi kunci penting dalam European Single Market dan ECB. Integrasi finansial memfasilitasi implementasi kebijakan moneter yang baik dan mendorong keseimbangan transmisi dari pengaruh implementasi kebijakan bagi seluruh negara anggota Eurozone. Selain itu, integrasi finansial berkontribusi pada terciptanya stabilitas finansial melalui penciptaan pasar yang lebih besar, lebih likuid, dan lebih kompetitif. Terakhir, integrasi finansial mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan karena bermanfaat bagi perkembangan yang lebih jauh dan efisiensi dari sistem finansial. Oleh karena itu, ECB sangat mendorong proses integrasi finansial.5 Meskipun kebijakan moneter negara-negara anggota Eurozone diatur oleh ECB, kebijakan fiskal, seperti penentuan anggaran dan pemberlakuan sistem pajak, tetap diserahkan kepada pemerintah nasional masing-masing negara anggota. Akan tetapi, kebijakan moneter dan fiskal harus tetap saling berkoordinasi untuk mencegah instabilitas. Selain itu, dengan adanya kebijakan moneter tunggal, maka salah satu resiko yang dihadapi oleh negara-negara anggota adalah tidak bisa melakukan devaluasi mata uang untuk meningkatkan daya saing. Dalam hal ini, ECB melarang beberapa 4 European Central Bank, ECB, ESCB, and the Eurosystem, diakses dari http://www.ecb.int/ecb/orga/escb/html/index.en.html pada 5 Oktober 2012 5 European Central Bank, ECB Fears Financial Integration Slowdown, diakses dari http://www.ecb.int/ecb/html/crisis.en.html pada 3 Oktober 2012 76 kebijakan perdagangan dan industrial, serta melarang adanya devaluasi mata uang yang kompetitif.6 Satu dekade setelah terbentuknya Economic and Monetary Union, cukup banyak pencapaian yang didapat oleh Uni Eropa. Kebijakan moneter tunggal yang dikombinasikan menciptakan dan stabilitas dikoordinasikan makroekonomi, dengan baik kebijakan itu dalam fiskal hal nasional mendorong perdagangan lintas batas negara maupun integrasi finansial dan investasi.7 Mata uang tunggal, yaitu Euro, menciptakan stabilitas bagi bisnis dan perekonomian nasional negara anggota, serta melindungi dari spekulasi yang biasa menyerang mata uang nasional. Penggunaan Euro sebagai mata uang tunggal tentunya memberikan keuntungan tersendiri bagi negara penggunanya. Dengan adanya suatu mata uang tunggal, maka akan menciptakan suatu pasar tunggal yang efisien dan akan mendorong transparansi harga, pengeliminasian biaya dan risiko dari transaksi menggunakan valuta asing, meningkatkan perdagangan internasional tanpa batas, dan mempersubur iklim investasi. Hal-hal tersebut tentunya akan sangat mendorong pertumbuhan dan menciptakan stabilitas ekonomi dari negaranegara pengguna Euro. Tidak hanya secara ekonomi, ada keuntungan dari aspek lain dengan penggunaan Euro sebagai mata uang tunggal. Secara politik, penggunaan Euro sebagai mata uang tunggal dapat menjadi identitas bagi Uni Eropa, khusunya Eurozone, untuk melegitimasi kekuatan sebagai organisasi kawasan terdepan dan tentunya hal ini akan mendorong negara-negara di Eropa 6 Berdasarkan hasil wawancara dengan Stavros Mavroudeas, Associate Professor in Political Economy, Departemen Ekonomi, University of Macedonia, Thessaloniki, Yunani pada 2 Desember 2012 7 European Union, “EU Economic and Monetary Union: A Framework for Stability”, Op.Cit., hal. 1 77 yang belum bergabung untuk tertarik segera bergabung. Secara sosial dan budaya, penggunaan mata uang tunggal dapat mempermudah masyarakat untuk melakukan perpindahan antar negara khususnya dalam melakukan perjalanan wisata, mendorong pergerakan pasar tenaga kerja yang lebih bebas, dan menjadi suatu simbol kebanggaan dan pemersatu bagi warga negara-negara anggota Uni Eropa. Economic and Monetary Union berhasil mendorong posisi strategis kepemimpinan Uni Eropa dalam politik dan ekonomi global. Euro sebagai suatu mata uang tunggal dalam suatu sistem ekonomi yang terintegrasi penuh tentunya tidak bisa secara sembarangan dipraktikkan. Negaranegara anggota Uni Eropa yang ingin mengadopsi Euro sebagai mata uang harus memiliki bank sentral yang independen dan harus memenuhi sejumlah kriteria, yang disebut dengan Convergence Criteria atau Maastricht Criteria.8 Convergence Criteria merupakan peraturan dasar yang harus dipatuhi oleh negara-negara yang ingin bergabung dengan Eurozone sebagai dasar pertimbangan bagi negara anggota untuk mengarahkan perekonomian Uni Eropa pada konvergensi atau kesatuan, dan meskipun sistem perekonomian negara anggota bersifat heterogen, akan tetapi diferensiasi ekonomi tersebut tidak boleh mengacaukan sistem yang diciptakan oleh Uni Eropa.9 Kriteria yang harus dipenuhi suatu anggota Uni Eropa untuk mengadopsi Euro sebagai mata uang antara lain adalah harus memiliki tingkat inflasi yang rendah dan stabil, memiliki nilai tukar mata uang dan suku bunga jangka panjang 8 Fernanda Nechio, “Long-Run Impact of the Crisis in Europe: Reforms and Austerity Measures”, dalam Sam Zuckerman dan Anita Todd (ed.), FRBSF ECONOMIC LETTER, San Fransisco: Federal Reserve Bank of San Francisco, 2011, hal. 1-2 9 Rolf Caesars, dkk. Governing the Eurozone: Looking Ahead After the First Decade, Germany Institute for International and Security Affairs, 2009, hal. 125 78 yang stabil, serta memiliki kemampuan finansial pemerintah yang baik, dalam hal ini dilihat dari rasio defisit tahunan dan hutang pemerintah terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Untuk tingkat inflasi, suatu negara harus memiliki persentase inflasi yang tidak lebih 1,5 poin dari rata-rata inflasi tiga negara anggota yang perekonomiannya dinilai paling baik. Untuk nilai tukar, suatu negara harus mengaplikasikan Exchange Rate Mechanism10 yang diadopsi oleh European Monetary System selama dua tahun dan tidak boleh melakukan devaluasi terhadap mata uangnya selama periode pengaplikasian berlangsung. Untuk suku bunga jangka panjang, nominalnya tidak melebihi 2 poin persentase dari tiga negara anggota dengan tingkat inflasi terendah. Untuk defisit tahunan pemerintah, rasio defisit terhadap PDB tidak boleh di atas 3%. Untuk hutang pemerintah, rasio hutang terhadap PDB tidak boleh di atas 60%.11 Kriteria-kriteria tersebut diciptakan untuk menjaga stabilitas nilai Euro sekaligus menjaga stabilitas finansial kawasan Uni Eropa, khususnya dalam hal menjaga indikatorindikator penting, yaitu inflasi, suku bunga, nilai tukar, jumlah defisit, dan tingkat hutang negara.12 Tiga kriteria pertama didesain untuk memastikan stabilitas moneter melalui mendorong adanya nilai tukar tetap (fixed exchange rate) di antara negara anggota, sedangkan dua kriteria terakhir diciptakan untuk menjaga 10 Exchange Rate Mechanism adalah mekanisme yang digunakan untuk menjamin fluktuasi nilai tukar mata uang antara Euro dan mata uang lainnya di Eropa tidak mengganggu kestabilan ekonomi dalam pasar tunggal. 11 Madhusudhanan, “Greece Crisis and Euro Currency-An Analysis”, artikel dalam 2012 International Conference on Economics and Finance Research IPEDR Vol.32, Singapore: IACSIT Press, 2012, hal. 70 12 M.R. Anand, GL Gupta, dan Ranjan Dash, The Eurozone Crisis: Its Dimensions and Implications, India: Department of Economic Affairs (DEA), Ministry of Finance, 2012, hal. 5-6 79 stabilitas euro sendiri, sehingga dapat melindungi Uni Eropa dari ancaman inflasi yang dapat muncul dari tingginya defisit anggaran pemerintah negara anggota.13 4.1.1 Stability and Growth Pact sebagai Dasar Menjaga Stabilitas Finansial Untuk terus menjaga stabilitas finansial dalam pengadopsian Euro, dengan menjadikan Convergence Criteria sebagai dasar, negara-negara anggota Eurozone meratifikasi Stability and Growth Pact (SGP) sebagai panduan dalam menjaga perekonomian. SGP diciptakan untuk menjadi pedoman pembiayaan publik yang baik, mencegah negara anggota menerapkan kebijakan fiskal yang tidak berkelanjutan, dan mendorong negara anggota untuk disiplin dalam hal penganggaran. Dikarenakan Uni Eropa tidak bisa mengintervensi negara anggota dalam hal kebijakan fiskal, maka SGP dibuat sebagai dasar bagi negara anggota untuk disiplin dalam hal penerapan kebijakan fiskal, sehingga kebijakan moneter yang diciptakan oleh ECB dapat berkoordinasi dengan baik dengan kebijakan fiskal nasional negara-negara anggota. Adanya koordinasi ini diharapkan dapat mengarahkan sekaligus mengontrol keseimbangan anggaran fiskal negara anggota.14 Stability and Growth Pact atau SGP merupakan satu-satunya pakta yang berfungsi menjembatani antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal di Eurozone. Dengan adanya SGP, dihrapkan kekhawatiran negara anggota mengenai pertumbuhan ekonomi yang tidak maksimal setelah 13 Panos C. Afxentiou, “Convergence, The Maastricht Criteria, and Their Benefits”, dalam The Brown Journal 250 of World Affairs Winter/Spring 2000 – Volume VII, Issue 1, 2000, hal. 249 14 Rolf Caesars, dkk, Op.Cit., hal. 128 80 bergabung dengan Eurozone dapat teratasi. Beberapa negara, termasuk Jerman, khawatir bahwa kebijakan moneter tunggal dan tingkat bunga yang rendah akan berdampak pada ketidakseimbangan fiskal bagi beberapa negara. Euro sebagai mata uang tunggal tidak secara otomatis menciptakan stabiitas ekonomi, akan tetapi penggunaan Euro bertujuan untuk menciptakan stabilitas. Salah satu cara untuk mencapai stabilitas adalah negara-negara anggota harus berpedoman pada aturan-aturan yang ditetapkan dalam SGP. Dalam hal pembiayaan publik, SGP mengatur beberapa hal, di antaranya adalah membatasi hutang publik sebesar 60% dari jumlah PDB negara dan membatasi jumlah defisit anggaran negara sebesar -3% dari jumlah PDB negara.15 Aturan-aturan ini dibuat untuk mendorong manajemen perekonomian yang baik, khususnya untuk menciptakan stabilitas harga, mendorong tingkat inflasi dan suku bunga yang rendah, dan melindungi perekonomian dari ancaman guncangan ekseternal perekonomian global. Pada tahun 2005, SGP diamandemen agar bersifat lebih fleksibel karena pada awal penerapannya, banyak negara anggota yang melanggar standar batas yang ditetapkan oleh SGP. Pada versi SGP yang telah diamandemen, negara dapat memperpanjang hutangnya apabila mengalami pengurangan defisit, berapapun tingkat penurunnnya, sedangkan pada versi original SGP, negara boleh memperpanjang hutang atau melakukan 15 C. Fred Bergsten dan Jacob Funk Kirkegaard, “The Coming Resolution of The European Crisis”, dalam Policy Brief Number PB 12-1 January 2012, Washington, D.C: Peterson Institute for International Economics, 2012, hal. 4 81 pinjaman kembali hanya bila terjadi pengurangan defisit setidaknya 2%. Selain itu, bagi negara yang dapat memanajemen hutangnya ke level aman, dapat melakukan pinjaman dalam jumlah lebih besar.16 Fleksibilitas dari peraturan yang telah diamandemen ini tentunya mendorong negara anggota untuk lebih mudah melakukan pinjaman. Akan tetapi, SGP terus berusaha beroperasi secara preventif dan korektif. Secara preventif, SGP menciptakan panduan prosedurial untuk menghindari defisit yang berlebih dan langkah-langkah mencapi konsolidasi fiskal melalui perangkat anggaran jangka menengah untuk setiap negara anggota, sehingga situasi perekonomian negara anggota dan prospeknya dapat tetap berada di margin aman yang ditetapkan dalam SGP. Sanksi yang berlaku bagi negara anggota yang tidak menerapkan mekanisme preventif SGP adalah tekanan-tekanan dari negara-negara anggota lain yang diharapkan dapat mendorong pemerintah nasional untuk disiplin dalam hal menciptakan manajemen anggaran yang berkelanjutan. Secara korektif, SGP menuntut negara-negara anggota untuk segera mengambil langkah korektif apabila defisit dan rasio hutang yang dimiliki melampaui batas yang ditetapkan oleh SGP. Akan tetapi, SGP memberikan pengecualian apabila defisit dan hutang yang dimiliki adalah hasil dari krisis ekonomi yang parah atau peristiwa tidak biasa yang berada di luar batas kontrol dan kemampuan pemerintah nasional.17 16 Barry Eichengreen, “Europe, Euro, and the ECB: Monetary Success, Fiscal Failure”, daam Journal of Policy Modelling, vol. 27, no. 4, Amsterdam: Elsevier, 2005, hal. 430 17 “EU Economic and Monetary Union: A Framework for Stability”, Op.Cit., hal. 3 82 Tabel 4.1 Lini Masa Berkembangnya Economic and Monetary Union Uni Eropa 1970 1978 1989 1990 1991 1992 Penetapan 3 langkah pendekatan untuk mencapai terbentuknya Economic and Monetary Union. Akan tetapi harus ditunda karena kondisi perekonomian yang kurang baik. Terbentuknya European Monetary System beserta Exchange Rate Mechanism (ERM) dan European Currency Unit (ECU) Dikeluarkannya peta langkah strategis untuk membentuk Economic and Monetary Union (EMU) Langkah pertama untuk mencapai EMU: lebih mengkoordinasikan kebijakan ekonomi dan liberalisasi perpindahan kapital. Perundingan mengenai ketentuan-ketentuan Convergence Criteria 2001 2002 Perjanjian Maastricht ditandatangani, beserta Convergence Criteria yang harus dipenuhi oleh negara anggota yang ingin bergabung dengan EMU Beroperasinya pasar tunggal, dengan 4 prinsip pergerakan bebas, yaitu pergerakan bebas barang, jasa, orang, dan kapital. Langkah pertama untuk mencapai EMU: pembentukan European Monetary Institute (EMI). Disepakatinya Stability and Growth Pact (SGP) dan direvisinya ERM menjadi ERM II. Dewan dan Parlemen Uni Eropa menyetujui 11 negara anggota memenuhi kriteria untuk mengadopsi mata uang tunggal. European Central Bank dibentuk dengan mandat untuk mengatur kebijakan moneter (menggantikan EMI). Euro diadopsi sebagai mata uang tunggal EMU Uni Eropa oleh Austria, Belanda, Belgia, Finlandia, Jerman, Irlandia, Italia, Luksemburg, Perancis, Portugal, dan Spanyol. Dalam masa transisi selama 3 tahun, mata uang nasional masih disirkulasikan. Euro hanya menjadi mata uang virtual Yunani bergabung dengan Eurozone. Uang kertas dan koin Euro mulai diperkenalkan di 12 negara anggota 2007 Slovenia bergabung dengan Eurozone. 2008 Cyprus dan Malta memasuki Eurozone. 2009 Slovakia bergabung dengan Eurozone. 2011 Estonia bergabung dengan Eurozone. 1993 1994 1997 1998 1999 Sumber: European Commission, Economic and Monetary Union – A Timeline 4.1.2 Perbandingan Kondisi Perekonomian Yunani dengan Standar Uni Eropa Pada tahun 1999 saat Perjanjian Maastricht diratifikasi, Yunani dinyatakan belum memenuhi persyaratan fiskal yang diatur oleh convergence criteria untuk bergabung dengan Eurozone. Akan tetapi, pada tahun 2001, Yunani dinyatakan sudah memenuhi semua persyaratan untuk bergabung dengan Eurozone dan diizinkan untuk mengadopsi Euro sebagai 83 mata uang. Euro secara resmi digunakan sebagai mata uang Yunani pada tahun 2002 untuk menggantikan mata uang sebelumnya, yaitu drachma.18 Yunani pun menjadi negara ke-12 yang mengadopsi Euro sebagai mata uang. Sebelum bergabung menjadi anggota Eurozone, Yunani menjadi salah satu negara anggota yang menunjukkan performa ekonomi yang buruk di regional Eropa. Hal ini dapat dilihat dari inflasi tahunan Yunani merupakan salah satu tingkat inflasi tertinggi di regional tersebut, pengeluaran pemerintah yang tinggi, dan pertumbuhan PDB yang lambat jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa yang lain.19 Euforia dan optimisme akan era baru dalam pertumbuhan ekonomi dan stabilitas finansial melalui bergabung menjadi anggota Eurozone, justru mendorong ketidakseimbangan yang berkelanjutan dalam perekonomian Yunani. Dengan bergabung dengan Eurozone, banyak manfaat yang didapatkan oleh Yunani. Salah satunya adalah memiliki akses untuk masuk ke pasar kapital Eropa, yang artinya Yunani dapat melakukan pinjaman dalam jumlah besar namun dengan suku bunga rendah layaknya negara-negara besar anggota Uni Eropa, seperti Jerman dan Perancis. Tujuan sebenarnya dari pemberian akses pinjaman yang mudah dan murah ini adalah untuk mendorong negaranegara anggota Eurozone untuk lebih kompetitif, yaitu dengan 18 Roger Cohen, Ther Great Greek Illusion, diakses dari http://www.nytimes.com/2011/06/21/opinion/21iht-edcohen21.html pada 5 Oktober 2012 19 Bennett Stancil, “Why Greece Has To Restructure Its Debt”, dalam Paradigm Lost: The Euro In Crisis, Washington, D.C.: Carnegie Endowment for International Peace, 2010, hal. 25-26 84 menggunakan pinjaman untuk mereformasi pasar tenaga kerja, membuka dan merestrukturisasi perekonomiannya, serta mendorong ekspor.20 Grafik 4.1 Rata-Rata Nilai Obligasi, Inflasi, dan Pertumbuhan PDB Negara Anggota Eurozone Sebelum Mengadopsi Euro (1990-1995) Sumber: Bennett Stancil, Ireland: From Bubble To Broke Akan tetapi, berdasarkan rasio ekonomi pemerintah Yunani dan aturan dari Uni Eropa, lebih murah bagi Yunani untuk melakukan impor komoditas dengan menggunakan pinjaman dari Eurozone untuk memenuhi kebutuhan nasionalnya dibanding melakukan produksi dengan mengandalkan sektor industri dalam negeri Yunani.21 Akhirnya, sejak bergabung dengan Eurozone, jumlah ketidakseimbangan dalam neraca perdagangan Yunani terus meningkat, serta jumlah rasio hutang Yunani pun terus meningkat. Hal ini juga mendorong perekonomian Yunani menjadi tidak kompetitif.22 20 Georgia Kaplanoglou dan Vassilis T. Rapanos, “The Greek Fiscal Crisis and The Role of Fiscal Governance”, dalam GreeSE Paper No. 48 Hellenic Observatory Papers on Greece and Southeast Europe, London: Hellenic Observartory European Institute, London School of Economics and Political Science, 2011, hal. 30-32 21 Berdasarkan hasil wawancara dengan Michael Rousakis, Staf peneliti dan pengajar di Departemen Ekonomi University of Warwick dan European University Institute, Italia pada 13 November 2012 22 Nikolaos Karagiannis dan Alexander G. Kondeas, “The Greek Financial Crisis and A Developmental Path to Recovery: Lessons and Options”, dalam Real-world Economics Review, Issue no. 60, 2012, hal. 60 85 Setelah menjadi tuan rumah Olympics 2004, hutang Yunani semakin membengkak akibat pembangunan infrastruktur yang memerlukan dana yang besar untuk mempersiapkan Olympics. Akhirnya pemerintah Yunani mengaku bahwa telah memanipulasi data, terkait kondisi perekonomian nasional, agar bisa bergabung dengan Eurozone.23 Sejak tahun 2004-2006, Komisi Uni Eropa telah menetapkan Yunani di bawah pengawasan dikarenakan defisit anggaran Yunani telah melanggar standar yang ditetapkan SGP, yaitu sebesar 3%. Di bawah pengawasan Uni Eropa, pemerintah Yunani berhasil menurunkan defisit anggaran dari 7,5% pada tahun 2004 menjadi 2,6% pada tahun 2006. Akan tetapi, setelah dilakukan revisi data, ternyata defisit pada tahun 2006 tidak terlalu berbeda jauh dari tahun 2004, yaitu sebesar 5,7%. Lemahnya struktur ekonomi Yunani, mendorong defisit anggaran Yunani mencapai 15,6% pada akhir tahun 2009 yang juga merupakan sebagai dampak terjadinya krisis finansial global.24 Artinya, sejak bergabung dengan Eurozone, Yunani tidak pernah memenuhi persyaratan yang ditetapkan convergence criteria maupun SGP. Berdasarkan data yang diperoleh dari Eurostat, badan Uni Eropa yang berfungsi mengolah data statistika dari negara-negara anggota Uni Eropa, sejak tahun 2001, yaitu tahun bergabungnya Yunani dengan Eurozone, persentase rasio hutang pemerintah Yunani terhadap jumlah PDB selalu berada di atas 60% dan persentase defisit selalu di atas 3%. 23 Graeme Waerden, Greece Debt Crisis: Timeline, diakses dari http://www.guardian.co.uk/business/2010/may/05/greece-debt-crisis-timeline pada 5 Oktober 2012 24 Nikolaos Karagiannis dan Alexander G. Kondeas, Loc.Cit., hal. 61 86 Grafik 4.2 Selisih Inflasi Yunani dengan Eurozone Tahun 1999-2007 Sumber: Theodore Pelagidis, The Greek Paradox of Falling Competitiveness and Weak Institutions in a High GDP Growth Rate Context (1995-2008) Tabel 4.2 Perbandingan Antara Persentase Rasio Defisit Pemerintah Yunani Terhadap PDB dengan Standar SGP Eurozone Standar SGP (%PDB) Yunani (%PDB) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -4,5 -4,8 -5,6 -7.5 -5,2 -5,7 -6,5 -9,8 -15,6 Sumber: Eurostat, Eurozone Deficit Grafik 4.3 Fluktuasi Anggaran Fiskal, Pengeluaran, dan Pendapatan Pemerintah Yunani Tahun 2001-2009 Sumber: European Commission, Excessive Debt Procedure Notification 87 Tabel 4.3 Perbandingan Antara Persentase Rasio Hutang Pemerintah Yunani Terhadap PDB dengan Standar SGP Eurozone Tahun 20012009 Standar SGP (%PDB) Yunani (%PDB) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 60 60 60 60 60 60 60 60 60 103,7 101,7 97,4 98,6 100 106,1 107,4 113 129,4 Sumber: Eurostat, General Government Gross Debt 4.2 Terjadinya Sovereign Debt Crisis Yunani dan Dinamikanya Tahun 2009-2010 Permasalahan fiskal yang terjadi di Yunani mulai menjadi perhatian dunia internasional setelah pemilihan legislatif pada Oktober 2009. Beberapa minggu setelah terpilih sebagai Perdana Menteri Yunani, George Papandreou mengumumkan bahwa persentase defisit Yunani sebenarnya mencapai 12,7% dari jumlah PDB. Jumlah ini tentunya memiliki selisih yang jauh dari total defisit yang diumumkan oleh pemerintahan sebelumnya yang dipimpin Costas Caramanlis, yaitu sebesar 6%. Lalu, Eurostat merevisi anggaran defisit Yunani dan mengumumkan bahwa persentase defisit Yunani mencapai 15,6% dari jumlah PDB.25 D efisit fiskal Yunani semakin memburuk secara signifikan seiring dengan memburuknya dampak krisis finansial global 2008 yang melanda tidak hanya negara di Eropa, melainkan hampir seluruh negara di dunia. Setelah mengalami 25 Georgios P. Kouretas dan Prodromos Vlamis, The Greek Crisis: Causes and Implications, Beograd: Economists’ Association of Vojvodina, 2010, hal. 394 88 dinamika perekonomian yang fluktuatif, akhirnya pada tahun 2009 Yunani memasuki resesi yang berkepanjangan. Defisit fiskal yang Yunani yang terakumulasi dari hutang yang membengkak memicu terjadinya sovereign debt crisis. Balance of payment Yunani sendiri selalu menunjukkan angka defisit yang konsisten jika dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya khususnya di Eropa. Tabel 4.4 Current Account Balance Negara-Negara Maju Tahun 2001-2010 (EUR 1000 million) Sumber: Eurostat Selain mengalami sovereign debt crisis, Yunani juga mengalami krisis kepercayaan pasar yang tentunya semakin memperburuk sovereign debt crisis yang tengah terjadi. Yunani mendapat kritik keras dari media internasional, 89 organisasi internasional, agensi rating, dan dari Uni Eropa sendiri. Pemalsuan data fiskal yang dilakukan oleh rezim pemerintahan sebelumnya berhasil membuat tingkat kepercayaan pasar terhadap obligasi Yunani berkurang dan rating obligasi Yunani turun secara signifikan. Selain itu, melihat tingginya hutang publik Yunani membuat nilai obligasi Yunani semakin tidak menarik. Spekulasispekulasi pasar terhadap kebijakan fiskal yang akan diambil pemerintah yang berkuasa juga semakin menyudutkan Yunani.26 4.2.1 Penyebab Terjadinya Sovereign Debt Crisis Yunani Penyebab utama terjadinya sovereign debt crisis adalah akumulasi hutang yang menumpuk, sehingga menyebabkan pemerintah Yunani mengalami defisit dalam jumlah yang besar bahkan tidak sanggup melunasi hutangnya yang akan jatuh tempo beserta bunganya. Perekonomian Yunani sangat rentan karena beberapa faktor yang akhirnya menyebabkan pertumbuhan ekonomi tidak berkelanjutan. Pertama, karena ketidakseimbangan fiskal. Rasio hutang dan defisit terhadap jumlah PDB Yunani tertinggi jika dibandingkan dengan negara anggota Eurozone yang lain. Kedua, dikarenakan besarnya anggaran belanja pemerintah. Anggaran belanja pemerintah Yunani tertinggi jika dibandingkan dengan negara anggota Eurozone yang lain. Ketiga, perekonomian yang tidak kompetitif berimplikasi pada performa ekonomi Yunani. Keempat, rendahnya 26 George Alogoskoufis, “Greece’s Sovereign Debt Crisis: Retrospect and Prospect”, dalam GreeSE Paper No.54 Hellenic Observatory Papers on Greece and Southeast Europe, London: Hellenic Obsevatory European Institute, London School of Economics and Political Science, 2012, hal. 28 90 manajemen fiskal rezim-rezim pemerintah yang pernah berkuasa di Yunani.27 Ketidakmampuan kebijakan fiskal pemerintah Yunani untuk menyeimbangi kebijakan moneter ECB menjadi salah satu faktor semakin memburuknya krisis.28 Untuk menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya sovereign debt crisis Yunani, maka dapat diklasifisikan ke dalam dua kategori, yaitu faktor internal yang berasal dari sistem, pemerintah, dan masyarakat Yunani dan faktor eksternal yang berasal dari sistem internasional. Kedua kategori faktor dapat dilihat dari berbagai perspektif, baik ekonomi, sosial, maupun politik. a. Penyebab Internal Secara ekonomi, sebelum bergabung dengan Eurozone pemerintah Yunani sudah boros dalam hal anggaran. Setelah mengadopsi Euro sebagai mata uang, pengeluaran publik justru semakin meningkat. Selain itu, Yunani lebih banyak melakukan impor daripada melakukan ekspor. Pengeluaran pemerintah Yunani merupakan salah satu pengeluaran terbesar jika dibandingkan dengan negara anggota Eurozone yang lain. Akan tetapi, pengeluaran dalam jumlah yang besar tidak diiringi dengan pemasukan yang besar. Akibatnya, neraca anggaran Yunani selalu mengalami ketidakseimbangan. 27 Pernyataan Lucas Papademos, “The Greek Financial Crisis”, disampaikan dalam pidato untuk Conference on Household Finance, Athena, 23 September 2010 28 Diego Valiante, “The Eurozone Debt Crisis: from Its Origins to A Way Forward”, dalam The Original Sin of The Eurozone Debt Crisis: What Lies Ahead, Brussels: Centre for European Policy Studies, 2011, hal. 2 91 Grafik 4.4 Rata-Rata Peningkatan Grafik 4.5 Rata-Rata Neraca Pengeluaran Pemerintah 10 Negara Anggaran 10 Negara Anggota Anggota Eurozone Tahun 1997- Eurozone Tahun 1997-2007 2007 Sumber: Uri Dadush dan Bennett Stancil, Why Greece Has To Restructure Its Debt Ada Sumber: Uri Dadush dan Bennett Stancil, Why Greece Has To Restructure Its Debt beberapa faktor yang menyebabkan pemerintah Yunani memiliki pengeluaran yang besar. Salah satunya adalah dikarenakan lemahnya kerangka anggaran Yunani, yang disebabkan oleh kurangnya transparansi dan akuntabilitas, kurangnya kerangka anggaran yang bersifat jangka menengah, tidak adanya anggaran program yang mendetail, dan kurangnya koordinasi antar lembaga publik Yunani dalam hal anggaran.29 Di sektor perbankan, bank negara banyak memberikan subsidi untuk bisnis yang kurang menghasilkan profit. Pemerintah Yunani juga banyak menghabiskan anggaran untuk melakukan pembangunan infrastruktur yang tidak menciptakan produktivitas berkelanjutan, contohnya adalah pembangunan infrastruktur untuk Olimpiade 2004. Pemerintah juga menghabiskan banyak anggaran untuk militer. Pada tahun 1970an, anggaran tahunan pemerintah 29 Georgia Kaplanoglou dan Vassilis T. Rapanos, “The Greek Fiscal Crisis and The Role of Fiscal Governance”, dalam GreeSE Paper No. 48 Hellenic Observatory Papers on Greece and Southeast Europe, London: Hellenic Observartory European Institute, London School of Economics and Political Science, 2011, hal. 22-24 92 Yunani untuk militer berkisar 5,8% dari total PDB, 6,2% pada tahun 1980an, 4,6% pada tahun 1990an, dan 3,1% sepanjang tahun 2000-2008.30 Yunani adalah negara yang mengeluarkan biaya pertahanan terbesar kedua di NATO, setelah Amerika Serikat, dan tertinggi di Uni Eropa.31 Selain itu, sektor publik Yunani tumbuh dengan ketidakefisiensian, karena memperkerjakan terlalu banyak orang. Setiap tahunnya upah dan dana pensiun pegawai sektor publik dinaikkan. Jumlah alokasi dana untuk gaji pemerintah naik hampir 100% sepanjang tahun 2000-2008, yaitu menjadi 27 juta Euro atau 11,4% dari total PDB. Padahal di periode yang sama, nominal PDB hanya bertumbuh 74%. Di tahun 2009, gaji pegawai pemerintah naik lagi sebesar 7,5% menjadi 29 juta Euro atau sekitar 12,4% total PDB.32 Dana pensiun Yunani adalah 95,7% dari total pendapatan sepanjang hidup pegawai. Dana pensiun Yunani merupakan yang tertinggi di wilayah Eurozone. Sebagai perbandingan, dana pensiun di Jerman adalah 60,8% dari total pendapatan sepanjang hidup. Selain itu, batas usia pensiun pegawai sektor publik Yunani adalah 58 tahun. Jika dibandingkan dengan negara Eropa lainnya, standar ini rendah. Batas usia pensiun di Jerman berkisar 65-67 tahun. 30 Maria Karamessini, “Sovereign Debt Crisis: An Opportunity to Complete The Neoliberal Project and Dismantle The Greek Employment Model”, dalam Steffen Lehndorff (ed.), A Triumph of Failed Ideas – European Models of Capitalism in The Crisis, Brussels: European Trade Union Institute, hal. 165 31 Harris Mlyonas, “Is Greece A Failing Developed State? Causes And Socio-Economic Consequences Of The Financial Crisis”, Dalam K.E. Botsiou dan A. Klapsis (Eds.), The Konstantinos Karamanlis Institute For Democracy Yearbook 2011, Athena: The Konstantinos Karamanlis Institute For Democracy, 2011, hal. 79 32 European Commission, Occasional Paper 61, Brussels: European Commission, 2010, hal. 16 93 Grafik 4.6 Divergensi Biaya Tenaga Kerja Negara Anggota Eurozone Sumber: OECD, Divergence in European Labour Costs Tabel 4.5 Perbandingan Upah Minimum Per Bulan yang Ditetapkan Negara Periferi Eurozone Tahun 2000-2008 (dalam Euro) Yunani Spanyol Portugal Estonia Slovakia Slovenia Malta 2001 548 433 390 102 102 396 532 2002 552 516 406 118 114 431 552 2003 605 526 416 138 138 451 534 2004 631 537 426 159 143 471 541 2005 668 599 437 172 167 490 557 2006 668 631 450 192 182 512 580 2007 658 666 470 230 217 522 584 2008 794 700 497 278 242 539 612 2009 840 728 525 278 296 589 635 Sumber: Eurostat, Minimum Wages in January 2009 Pegawai sektor publik juga memiliki tingkat job security yang lebih rendah daripada pegawai sektor privat, bahkan dapat dikatakan bahwa sangat mustahil untuk memecat pegawai sektor publik.33 Akibatnya, banyak masyarakat Yunani yang lebih memilih untuk bekerja di sektor publik. Sektor publik mempekerjakan lebih dari 45% dari total populasi tenaga kerja.34 Praktik kolusi yang membudaya di sektor publik Yunani juga 33 Ibid., hal. 164 Corinne Deloy dan Stellina Galitopoulou, “Great Uncertainty Just One Month Before The Next Greek General Elections”, dalam European Elections Monitor: GENERAL ELECTIONS IN GREECE 6th May 2012, Paris: The Robert Schuman Foundation, 2012, hal. 4 34 94 menyadi penyebab bengkaknya jumlah pegawai di sektor publik. Partai yang memenangi pemilihan umum akan merekrut lebih banyak anggota partainya untuk menempati posisi-posisi strategis di sektor pemerintahan.35 Sayangnya, banyaknya jumlah pegawai di sektor publik berbanding terbalik dengan tingkat produktivitas kerja. Diagram 4.1. Persebaran Pegawai Sektor Publik Yunani Sumber: European Commission, Occasional Paper 68 Rendahnya jumlah tenaga kerja di sektor privat menyebabkan sektor privat Yunani tidak kompetitif dan produktif. Sektor privat Yunani hanya terdiri dari perusahaan-perusahaan kecil. Perusahaan besar hanya bergerak di bidang persenjataan militer maritim. Rendahnya daya saing Yunani juga dapat dilihat dari sangat rendahnya aktivitas ekspor produk dan jasa Yunani. Bahkan semenjk bergabung dengan Eurozone, jumlah ekspor Yunani semakin berkurang.36 Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Yunani bukan berdasarkan pada ekspor, sehingga struktur perekonomiannya lemah karena hanya mengandalkan sumber daya dari Uni Eropa. 35 Christos Lyrintzis, Greek Politics in the Era of Economic Crisis: Reassessing Causes and Effects, London: Hellenic Observartory European Institute, London School of Economics and Political Science, 2011, hal. 3-4 36 Pantelis Sklias dan George Galatsidas, The Political Economy of the Greek Crisis: Roots, Causes and Perspectives for Sustainable Development, dalam EuroJournals Publishing, Inc, 2010, hal. 169 95 Grafik 4.7 Perubahan Tahunan Rasio Tingkat Ekspor Yunani Terhadap PDB Sumber: OECD Economic Outlook 88, Export Market Share Growth Pre And Post Euro Grafik 4.8 Perbandingan Nilai Ekspor Yunani dengan Jerman dan Rata-Rata 16 Negara Anggota Eurozone Sumber: Nikolaos Karagiannis dan Alexander G. Kondeas, The Greek Financial Crisis and A Developmental Path to Recovery: Lessons and Options Bisnis juga tidak terlalu tumbuh subur di Yunani juga disebabkan karena sulitnya membuka bisnis di Yunani. Salah satunya adalah rumitnya birokrasi Yunani, yang akhirnya menyebabkan panjangnya proses administrasi untuk melakukan bisnis. Untuk mendirikan suatu perusahaan, 96 pelaku bisnis harus melalui 15 prosedur yang kira-kira memakan waktu 38 hari. Padahal rata-rata negara di Eropa memiliki 6 prosedur yang kira-kira memakan waktu 25 hari. Selain banyaknya prosedur yang harus dilalui, apabila ingin membuka bisnis, pihak yang bersangkutan harus secara mandiri mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan dengan cara data ke kantor administrasi Yunani. Padahal di negara-negara Eropa lain sudah memberlakukan pengiriman dokumen administrasi melalui surat elektronik.37 Pada tahun 2009, Yunani berada di urutan ke-109 pada survey yang dilakukan World Bank mengenai tingkat kemudahan melakukan bisnis di suatu negara. Peringkat Yunani berada di bawah negara-negara Afrika seperti Uganda, Yemen, dan Ethiopia.38 Tabel 4.6 Peringkat Dimensi Lingkungan Bisnis Yunani Sumber: World Bank, Doing Business 2009 37 Steven Panageotou, A Critical Literature Review of the Greek Financial Crisis, 2011, hal. 7 Anne Sibert, The Greek Sovereign Debt Crisis and The Eurosystem, Brussels: Policy Department Economic and Scientific Policies, European Parliament, 2010, hal. 5 38 97 Grafik 4.9 Peringkat Negara Anggota Eurozone dalam Kemudahan Melakukan Bisnis 120 109 100 78 80 60 40 20 5 7 16 28 30 31 22 24 25 40 42 48 53 62 64 Yunani Spanyol Luksemb urg Italia Slovenia Portugal Slovakia Cyprus Perancis Belanda Austria Jerman Estonia Irlandia Finlandi a Belgia Inggris 0 Sumber: World Bank, Doing Business 2009 Manajemen pemungutan pajak yang buruk menjadi penyebab rendahnya pemasukan pemerintah Yunani. Menghindari pajak menjadi suatu hal yang lazim dilakukan di Yunani, baik itu oleh perusahaan besar, pemerintah, perbankan, bahkan masyarakat sipil.39 Sistem pajak Yunani juga sangat buruk. Pajak hanya dikenakan kepada masyarakat golongan atas, yang notabene populasinya sangat kecil di Yunani. Masyarakat yang memiliki pendapatan di bawah 12.000 Euro per tahun tidak dikenakan pajak.40 Banyak masyarakat Yunani yang melakukan kecurangan dengan memalsukan data pendapatan untuk menghindari pajak. Secara politik, faktor yang menyebabkan sovereign debt crisis di Yunani adalah budaya korupsi yang mengakar. Yunani dikenal sebagai 39 Maria Karamessini, Loc.Cit., hal. 165 Georgia Kaplanoglou dan Vassilis T. Rapanos, The Greek Fiscal Crisis and The Role of Fiscal Governance, London: Hellenic Observartory European Institute, London School of Economics and Political Science, 2011, hal. 30-32 40 98 tempat lahirnya demokrasi modern. Akan tetapi, praktik korupsi yang marak terjadi sama sekali tidak mencerminkan prinsip-prinsip demokrasi. Korupsi terstrukturisasi dan terinstitusionalisasi di seluruh ranah Yunani. Akibat praktik korupsi, setiap tahunnya pemerintah Yunani diestimasikan merugi sebesar 8% dari jumlah PDB.41 Yunani adalah negara terkorup di Eropa, khususnya di Eurozone. Tabel 4.7 Peringkat Tingkat Korupsi Negara Anggota Eurozone Tahun 2009 Peringkat Negara 6 7 13 14 15 16 21 23 27 28 Finlandia Belanda Luksemburg Jerman Irlandia Austria Belgia Perancis Cyprus Estonia Skor CPI 8,9 8,9 8,2 8 8 7,9 7,1 6,9 6,6 6,6 Peringkat Negara Skor CPI 27 28 29 33 35 45 60 63 Cyprus Estonia Slovenia Spanyol Portugal Malta Slovakia Italia 6,6 6,6 6,6 6,1 5,8 5,2 4,5 4,3 73 Yunani 3,8 Sumber: Transparency International, Corruption Perceptions Index 2009 Sayangnya, struktur dari sistem politik Yunani sendiri membuat pemberantasan korupsi sulit dilakukan. Pada bab 3 pasal 62 konstitusi Yunani yang mengatur tentang hak dan kewajiban anggota parlemen Yunani, konstitusi memberikan hak imunitas kepada anggota parlemen, sehingga politisi tidak bisa ditangkap, dipenjara, atau diproses secara hukum tanpa melalui persetujuan parlemen. Padahal parlemen adalah sarang koruptor. 41 Steven Panageotou, Op.Cit., hal. 5 99 “During the parliamentary term the Members of Parliament shall not be prosecuted, arrested, imprisoned or otherwise confined without prior leave granted by Parliament. Likewise, a member of a dissolved Parliament shall not be prosecuted for political crimes during the period between the dissolution of Parliament and the declaration of the election of the members of the new Parliament.” b. Penyebab Eksternal Selain disebabkan oleh faktor-faktor internal yang ada di Yunani, sovereign debt crisis yang terjadi juga disebabkan oleh beberapa faktorfaktor eksternal. Salah satunya adalah kondisi perekonomian global. Krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008 memengaruhi seluruh perekonomian negara di dunia, tidak terkecuali Yunani. Dampak yang dapat dirasakan dari krisis finansial global adalah rendahnya tingkat aliran investasi akibat berkurangnya jumlah simpanan dan kurangnya kepercayaan investor.42 Yunani sudah memiliki akumulasi hutang yang banyak sejak beberapa tahun silam. Akan tetapi, akumulasi hutang yang dimiliki berubah menjadi krisis hutang pada tahun 2009 karena didorong krisis finansial global tahun 2008, yang menyebabkan defisit Yunani bertambah besar karena nilai pinjaman Yunani bertambah, sehingga Yunani semakin tidak sanggup untuk membayar hutang. Tidak hanya Yunani yang mengalami penurunan kondisi perekonomian, hampir seluruh negara di dunia, termasuk negara-negara besar di Eropa mengalami penurunan kondisi perekonomian. Karena sistem perekonomian Uni Eropa, khususnya Eurozone saling terkait 42 Impact of Greece Crisis, Bangalore: Capitalvia, 2010, hal. 7-9 100 satu sama lain, maka ketika suatu economic shock melanda sistem tersebut, maka tidak mengherankan apabila negara-negara di dalamnya juga ikut terkena pengaruhnya. Grafik 4.10 Peningkatan Persentase Hutang Negara Akibat Krisis Finansial Global Sumber: McKinsey Germany, The Future of The Euro: An Economic Perspective on Eurozone Crisis Faktor eksternal lainnya yang memacu sovereign debt crisis Yunani adalah spekulasi pasar. Akibat spekulasi bahwa Yunani tidak sanggup membayar pinjaman, timbul kepanikan di pasar kapital. Para investor segera menarik investasi mereka dari Yunani. Padahal dalam kondisi defisit dan untuk mendorong pertumbuhan, investasi sangat dibutuhkan oleh suatu negara. Sepanjang tahun 2009, rating nilai obligasi dan aset bank Yunani terus turun. Pemberian rating pada nilai obligasi dan aset perbankan Yunani oleh badan-badan rating adalah salah satu faktor yang memunculkan spekulasi. 101 Sovereign debt crisis yang terjadi di Yunani juga menyiratkan betapa jahatnya sistem internasional bagi negara-negara dengan struktur ekonomi lemah seperti Yunani. Setelah bergabung dengan Eurozone, jumlah hutang Yunani justru semakin membengkak. Hal ini disebabkan adanya kemudahan dalam melakukan pinjaman bagi negara-negara anggota Eurozone.43 Banyaknya likuiditas yang beredar di pasar keuangan sebagai implikasi dari ECB membuat permintaan terhadap likuiditas terus meningkat. Permintaan ini yang kemudian menghasilkan tingginya keinginan untuk melakukan kredit. Yang menjadi masalah adalah, kecenderungan akan berhutang ini tidak diikuti dengan kemampuan Yunani membayar hutang. Selain itu, di samping mendorong keinginan untuk melakukan pinjaman, tingkat suku bunga yang rendah, bahkan negatif, juga menjadikan keinginan untuk berinvestasi rendah. Hal ini lah yang menciptakan ketidakseimbangan yang berkepanjangan dari anggaran Yunani.44 Selain itu, Eurozone memberi akses yang sama bagi negara anggota untuk mengakses pasar modal untuk melakukan pinjaman, namun tidak memberi akses yang sama bagi negara anggota untuk menjual sekuritas. Pada awal terjadinya krisis finansial global tahun 2007, ECB, sebagai bank sentral Eurozone, mengambil kebijakan perpanjangan fasilitas kredit dan likuiditas. Kebijakan likuiditas yang dilakukan ECB ini berhasil membantu merevitalisasi bank-bank swasta, namun berdampak pada sulitnya 43 Georgia Kaplanoglou dan Vassilis T. Rapanos, The Greek Fiscal Crisis and The Role of Fiscal Governance, London: Hellenic Observartory European Institute, London School of Economics and Political Science, 2011, hal. 30-32 44 Ersi Athanassiou, Fiscal Policy and the Recession: The Case of Greece, Athena: Centre or Planning and Economic Research, 2009, hal. 11 102 pemerintah untuk menerbitkan obligasi, sehingga permintaan pasar terhadap sekuritas negara pun berkurang.45 Pasar pun lebih memilih untuk membeli sekuritas dari negara yang lebih murah dan aman. Hal ini lah yang menimpa Yunani ketika berusaha memasuki pasar modal untuk menjual obligasi agar bisa menutup hutang, kepercayaan pasar terhadap obligasi Yunani sudah berkurang, namun harus ditambah bersaing dengan sekuritas negara anggota Eurozone yang lain yang lebih murah dan lebih aman, seperti Jerman. Akhirnya obligasi Yunani tidak laku di pasar modal. Kebijakan moneter yang diberlakukan di Eurozone terkadang hanya menguntungkan bagi negara-negara anggota dengan perekonomian besar, namun merugikan bagi negara periferi, seperti Yunani.46 Kebijakan moneter yang diambil ECB sering disetir agar menguntungkan perekonomian negara besar seperti Jerman. Misalnya adalah kebijakan key interest rate yang dilakukan ECB pada tahun 2004-2005, dimana suku bunga dinaikkan hanya sebesar 0,25%. Hal ini sangat berbeda dengan kenaikan-kenaikan selanjutnya yang cukup ekstrim. Rendahnya tingkat suku bunga ini ternyata ditujukan untuk memulihkan perekonomian Jerman. Pemulihan ekonomi Jerman melalui tingkat suku bunga yang cenderung rendah ini berdampak negatif bagi negara-negara yang sedang meningkatkan pertumbuhan ekonominya, seperti Yunani dan negara periferi lainnya.47 Negara-negara tersebut membutuhkan 45 Barry Eichengreen, Op.Cit., hal Stergios Skaperdas, “Policymaking in the Eurozone and The Core vs Peripheral Problem”, dalam CESifo Forum Vol.2/2011, 2011, hal. 3 47 Tengku Iari Vehuliza, Kegagalan Kebijakan Moneter ECB dalam Menjaga Stabilitas Kawasan Eurozone, Depok: Universitas Indonesia, 2011, hal. 89-90 46 103 tingkat suku bunga yang tinggi untuk merangsang investasi dan mengontrol inflasi. Uni Eropa telah menciptakan sistem ekonomi yang salah bagi negaranegara anggotanya, dimana sistem ini lebih banyak memberikan keuntungan bagi Jerman sebagai pemain utama di Uni Eropa. Yunani dahulu pernah menjadi negara yang kaya, namun karena sistem ekonomi yang salah yang telah diciptakan oleh Uni Eropa, Yunani terpaksa mengikuti aturan dari Uni Eropa. Pasar ekspor Uni Eropa banyak didominasi oleh Jerman, sedangkan negara-negara anggota lain hanya menjadi klien untuk menguntungkan ekonomi Jerman, yang direpresentasikan melalui kepentingan Uni Eropa. Yunani sebenarnya kaya akan hasil produk agrikultur, seperti lemon, kentang, dan bawang, yang seharusnya bisa diekspor untuk menambah devisa. Namun, Uni Eropa justru mematikan bisnis domestik negara anggota yang dianggap tidak bersifat produk dengan keunggulan kompetitif bagi Uni Eropa, sehingga negara periferi seperti Yunani menjadi tidak produktif dan hanya menjadi importir. Yunani mengimpor lemon dari Argentina, kentang dari Mesir, dan bawang dari China.48 Inilah yang disebut sebagai dampak trade diversion dari terbentuknya custom union. Dimana Yunani yang tadinya efisien pada produk-produk tertentu terpaksa menjadi mengalami kerugian. Kelemahan Uni Eropa yang lain yang memicu terjadinya sovereign debt crisis Yunani adalah Uni Eropa kurang tegas dalam mengontrol jumlah 48 Berdasarkan hasil wawancara dengan Mr. Panayiotes Dimopulas, Attase Kedutaan Besar Yunani di Jakarta, pada 19 November 2012 104 pinjaman yang dimiliki oleh negara anggotanya, khususnya negara anggota Eurozone yang melewati batas standar yang ditetapkan oleh SGP. ECB sebagai pemegang otoritas pembuat kebijakan moneter tidak diberi otoritas untuk mengontrol dan kebijakan fiskal dan perbankan negara anggota.49 Yunani telah melanggar standar yang telah ditetapkan oleh SGP dari sejak Yunani bergabung dengan Eurozone. Sebenarnya negara anggota Eurozone yang melanggar standar SGP bukan hanya Yunani. Negara yang pertama kali melanggar SGP juga adalah Jerman, lalu diikuti oleh Perancis. Namun, ketika negara ini melanggar SGP, tidak dikenakan sanksi.50 Oleh karena itu, tidak heran apabila negara periferi, termasuk Yunani, mencontoh tindakan dari negara-negara besar ini, karena melihat ketidakadaan sanksi dan pada akhirnya SGP hanya bersifat normatif. Grafik 4.11 Fluktuasi Neraca Anggaran Negara Anggota Eurozone Tahun 1999-2009 Sumber: IMK, Reforming the European Stability and Growth Pact: Public Debt is Not the Only Factor, Private Debt Counts as Wel 49 Stergios Skaperdas, Loc.Cit., hal. 3 Berdasarkan hasil wawancara dengan Thanasis Stengos, staf peneliti dan pengajar di Departemen Ekonomi, University of Guelph, Ontario, Kanada dan visiting professor di European University Institute, Italia pada 13 November 2012 50 105 Grafik 4.12 Fluktuasi Hutang Publik Negara Anggota Eurozone Tahun 1999-2009 Sumber: IMK, Reforming the European Stability and Growth Pact: Public Debt is Not the Only Factor, Private Debt Counts as Well Tabel 4.8 Faktor Penyebab Terjadinya Sovereign Debt Crisis Yunani Faktor Internal Membengkaknya pengeluaran sektor publik - Manajemen kerangka anggaran yang lemah - Jumlah pegawai sektor publik berlebih - Tingginya upah dan dana pensiun - Pembangunan yang tidak menciptakan produktivitas berkelanjutan - Bank negara memberi terlalu banyak subsidi untuk bisnis yang tidak menguntungkan - Tingginya konsumsi melalui impor Rendahnya produktivitas dan daya saing sektor industri dan perdagangan Yunani - Rendahnya produktivitas tenaga kerja - Sulitnya melakukan bisnis di Yunani Rendahnya anggaran pendapatan - Manajemen sistem pajak yang buruk - Banyaknya praktik penghindaran pajak - Rendahnya ekspor Budaya korupsi yang mengakar Ketidakmampuan rezim pemerintah yang berkuasa untuk mengembalikan kepercayaan pasar dan mengumpulkan dana dari pasar kapital Sumber: Penulis (analisa dari berbagai sumber) Faktor Eksternal Krisis finansial global Pemberian rating yang rendah bagi nilai obligasi dan aset bank Yunani Spekulasi pasar Akses pinjaman yang mudah dari Uni Eropa sehingga mendorong Yunani terus melakukan pinjaman Kebijakan ekonomi Uni Eropa, khususnya kebijakan moneter ECB yang lebih menguntungkan negaranegara besar, khususnya Jerman dibanding negara periferi Kurang tegasnya kontrol dari Uni Eropa kepada negara yang melanggar standar SGP 106 Grafik 4.13 Hasil Survey Pandangan Masyarakat Yunani Tentang Penyebab Krisis Sumber: Sara F. Taylor, Financial Crisis in the European Union: The Cases of Greece and Ireland 4.2.2 Memburuknya Situasi Perekonomian Yunani Pada Tahun 2010 Sejak tahun 2009, pertumbuhan ekonomi Yunani stagnan. Setelah hasil revisi defisit Yunani pada tahun 2009 sebesar 12,7% diumumkan dan telihat selisih yang sangat jauh dari defisit anggaran yang diumumkan oleh pemerintah Yunani yaitu sebesar 3,6%, muncul spekulasi bahwa Yunani akan dikeluarkan dari Eurozone.51 Defisit anggaran yang dimiliki Yunani empat kali lebih tinggi dari standar yang ditetapkan dalam SGP. Pemerintah Yunani benar-benar dalam kondisi kepanikan. Krisis kepercayaan pasar skala besar menyerang Yunani. Strategi fiskal yang diambil rezim pemerintah baru gagal mengembalikan kepercayaan pasar. Pengumuman dari Eurogroup tentang kesiapan membantu Yunani juga gagal menyakinkan pasar obligasi. Nilai obligasi dan aset bank Yunani terus 51 Greece Timeline, diakses dari http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/country_profiles/1014812.stm pada 5 Oktober 2012 107 mengalami penurunan rating, dari A menjadi A- di awal tahun 2009, menjadi BBB+ di akhir tahun 2009, dan menjadi B di tahun 2010.52 Hal ini membuat Yunani mengalami kesulitan untuk melakukan pinjaman baru dan mengumpulkan kapital dari pasar modal untuk membayar pinjaman yang akan segera jatuh tempo. Dalam praktiknya, rating digunakan sebagai opsi kedua untuk menilai resiko kredit negara. Artinya semakin rendah ratingnya, semakin rendah kredibilitas negara untuk membayar pinjamannya. Selain itu, rating kredit juga digunakan dalam pendirian bank, sebagai persyaratan kapital dan dapat memengaruhi portfolio suatu bank. Hanya bank yang memiliki aset dengan rating tinggi lah yang dapat memperoleh kredit dari bank sentral. Oleh karena itu, penurunan dalam portfolio dapat secara signifikan memengaruhi nilai obligasi. Perubahan rating suatu negara juga dapat secara signifikan memengaruhi penurunan rating negara lain.53 Krisis Yunani yang semakin memburuk ditakuti akan menyebar dan memengaruhi perekonomian negara anggota Eurozone yang lain, khususnya negara-negara periferi dengan kondisi perekonomian yang sedang tidak baik, seperti Irlandia, Portugal, dan Spanyol. 52 James Hertiling, Greek Crisis Timeline from Maastricht Treaty to ECB Bond Buying, diakses dari http://www.bloomberg.com/news/2012-09-05/greek-crisis-timeline-from-maastricht-treatyto-ecb-bond-buying.html pada 5 Oktober 2012 53 Roberto A. De Santis, The Euro Area Sovereign Debt Crisis: Safe Haven, Credit Rating Agencies And The Spread of The Fever from Greece, Ireland and Portugal, Frankfurt: Macroprudential Research Network, 2012, hal. 7-8 108 Grafik 4.14 Kebutuhan Finansial Pemerintah Yunani Tahun 2010 Sumber: Nizar Atrissi dan François Mezher, Sovereign Debt Crisis and Credit Default Swaps: The Case of Greece and Other PIIGS Untuk menutup defisit, pemerintah mengumumkan kebijakan penghematan darurat, yang mencakup pemangkasan biaya sektor publik, kenaikan bahan bakar minyak, dan kenaikan pajak.54 Pemerintah Yunani mengingatkan masyarakat Yunani untuk bersiap menerima upah yang lebih rendah dan membayar pajak lebih tinggi atau resikonya negara akan bangkrut. Kebijakan yang diambil pemerintah lantas membuat masyarakat marah, terjadi demonstrasi dan kerusuhan di sepanjang awal tahun 2010. Pemerintah Yunani yakin kebijakan penghematan dan usaha untuk menarik kapital dari pasar modal akan berhasil. Saat itu, pemerintah Yunani masih menyatakan tidak memerlukan bantuan bailout dari Uni Eropa atau pun IMF. 54 Greek Debt Crisis: Timeline, diakses dari http://www.guardian.co.uk/business/2012/mar/09/greek-debt-crisis-timeline pada 5 Oktober 2012 109 Nilai Euro terhadap dolar pun terus turun seiring dengan memburuknya kondisi perekonomian Yunani dan beberapa negara periferi Eurozone lain. Setelah dilakukan revisi lagi, ternyata defisit anggaran Yunani berubah dari 12,7% menjadi 13,6%.55 Memasuki April 2010, rating bank dan obligasi Yunani turun kembali mencapai level terendah, yaitu junk status.56 Pada 11 April 2010, Menteri Keuangan Eurozone menyetujui pemberian paket bantuan sebesar 30 milyar Euro, akan tetapi pemerintah Yunani menolak untuk menggunakannya. Akan tetapi, pada 23 April 2010, akhirnya pemerintah Yunani secara resmi meminta bantuan dari Uni Eropa dan IMF untuk menyelesaikan krisis yang terjadi karena menyadari semakin tidak sanggup untuk membayar hutang-hutangnya. Akhirnya pada Mei 2010, Uni Eropa dan IMF sepakat untuk memberikan bailout sebesar 110 milyar Euro kepada Yunani untuk jangka waktu tiga tahun. Sebagai timbal balik atas bantuan dana yang diberikan oleh Uni Eropa dan IMF, pemerintah Yunani harus menerapkan kebijakan penghematan yang lebih ketat lagi melalui Economic Adjustment Programme di bawah pengawasan Uni Eropa dan IMF yang tertuang dalam Memorandum of Economic and Financial Policies. 55 Timeline: The Unfolding Eurozone Crisis, diakses dari http://www.bbc.co.uk/news/business13856580 pada 5 Oktober 2012 56 Fitch Downgrades Greek Debt to BBB Minus, diakses dari http://www.independent.co.uk/news/business/news/fitch-downgrades-greek-debt--to-bbbminus1940587.html pada 5 Oktober 2012 110 Tabel 4.9 Lini Masa Dinamika Sovereign Debt Crisis Yunani Waktu 14 Januari 2009 4 Oktober 2009 18 Oktober 2009 20 Oktober 2009 5 November 2009 8 Desember 2009 23 Desember 2009 15 Januari 2010 11 Februari 2010 Februari-Maret 2010 3 Maret 2010 11 April 2010 22 April 2010 23 April 2010 2 Mei 2010 Peristiwa Rating nilai obligasi dan aset bank Yunani turun dari A menjadi Akarena melemahnya perekonomian Yunani akibat kondisi perekonomian global yang kurang baik. George Papandreou memenangkan pemilihan umum dan menjadi Perdana Menteri baru Yunani menggantikan Konstantine Karamanlis. George Papandreou menemukan kejanggalan pada anggaran pemerintahan Yunani yang sebelumnya. Menteri Perekonomian Yunani yang baru, Papaconstantinou, mengumumkan bahwa rasio defisit anggaran Yunani melebihi 12% Papandreou mengumumkan rencana anggaran untuk memotong jumlah defisit untuk 2010. Rating nilai obligasi dan aset bank Yunani turun dari A- menjadi BBB+ Yunani memasuki tahap pertama kebijakan penghematan Yunani memasuki tahap kedua kebijakan penghematan, melalui pemangkasan pengeluaran sekotr publik dan menaikkan harga bahan bakar minyak dan pajak. Uni Eropa untuk pertama kalinya mengadakan pertemuan darurat membahas kondisi kritis perekonomian Yunani dan menyatakan siap berkoordinasi membantu Yunani. Demonstrasi dan kerusuhan besar-besaran terjadi sebagai bentuk protes atas kebijakan penghematan yang dilakukan oleh pemerintah Yunani memasuki tahap ketiga kebijakan penghematan, dengan target memotong anggaran sebesar 6,5 milyar dolar, melalui peningkatan pajak nilai tambah dan pajak untuk rokok dan alkohol. Dana pensiun juga dibekukan. Menteri Ekonomi Uni Eropa menyetujui pemberian dana bantuan sebesar 30 milyar Euro dan tambahan 15 milyar Euro dari IMF untuk membantu Yunani. Defisit anggaran Yunani tahun 2009 direvisi dan mencapai 13,6% Papandreou secara resmi meminta bantuan ke Uni Eropa dan IMF. Uni Eropa dan IMF sepakat memberikan bantuan bailout sebesar 110 milyar Euro Sumber: BBC, Al Jazeera, Reuters, Guardian, Bloomberg, Telegraph, dan Independent Bagan 4.1 Dinamika Terjadinya Sovereign Debt Crisis Yunani Hutang Luar Negeri Membengkak Defisit Anggaran Sovereign Debt Crisis Gagal Mengumpulkan Kapital Krisis Kepercayaan Pasar Rating Obligasi dan Bank Terus Turun Kebijakan Penghematan GAGAL Bantuan Bailout 111 Sumber: Penulis 4.3 Munculnya Interaksi antara Pemerintah Yunani dan Uni Eropa dalam Penyelesaian Sovereign Debt Crisis Yunani Pada Tahun 2010 Sejak kesalahan data fiskal mengenai jumlah defisit dan sovereign debt crisis Yunani muncul ke permukaan di akhir tahun 2009, pemerintah Yunani mengalami kesulitan untuk menjual obligasinya ke sektor privat, sehingga gagal untuk mengumpulkan kapital untuk membayar hutang, khususnya hutang yang akan jatuh tempo. Perdana Menteri Yunani yang terpilih pada Oktober 2009, George Papandreou menerapkan kebijakan penghematan untuk menutup pinjaman dan membayar bunganya, seperti menurunkan pengeluaran sektor publik dan menaikkan pajak. Sampai Maret 2010, pemerintah Yunani masih menyatakan tidak membutuhkan bantuan dana, baik dari Uni Eropa maupun pihak lain untuk mengatasi krisis yang tengah terjadi. Akan tetapi, karena hutang dan defisit Yunani sudah membengkak, akhirnya pemerintah Yunani menyerah dan pada April 2010 secara resmi meminta bantuan kepada Uni Eropa. Pada 2 Mei 2010, Uni Eropa, dalam hal ini European Commission dan European Central Bank sepakat untuk memberikan bailout sebesar 80 milyar Euro, ditambah pinjaman dari IMF sebesar 30 milyar euro untuk mengatasi sovereign debt crisis Total bailout yang diterima Yunani dari Troika57 adalah sebesar 110 milyar Euro. Akan tetapi, pemerintah Yunani harus berjanji untuk memangkas anggaran untuk 57 Troika adalah istilah yang dipakai untuk merujuk gabungan antara European Commission, European Central Bank, dan IMF sebagai pemberi pinjaman 112 mengurangi jumlah defisit publik Yunani.58 Ini adalah awal mula terjadinya interaksi berkelanjutan antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa untuk mengatasi sovereign debt crisis. 4.3.1 Respon Uni Eropa Terhadap Sovereign Debt Crisis Yunani Terjadinya krisis finansial global berhasil mengancam integrasi finansial di kawasan Uni Eropa. Beberapa negara periferi di kawasan Uni Eropa mengalami kejatuhan ekonomi, khususnya Yunani. Setelah terjadinya, sovereign debt crisis Yunani berhasil instabilitas finansial semakin membayangi Uni Eropa, terutama ketika krisis yang terjadi di Yunani memberikan efek domino kepada negara periferi Eropa yang lain, seperti Irlandia, Italia, Portugal, dan Spanyol. Pada 11 Februari 2010, seluruh kepala pemerintahan negara anggota Uni Eropa untuk pertama kalinya melakukan pertemuan darurat untuk membahas situasi perekonomian Yunani. Uni Eropa menyatakan berjanji akan mengambil tindakan sesegera mungkin untuk menyikapi krisis yang terjadi di Yunani dan tetap mendukung Yunani untuk melakukan pemotongan pengeluaran. Uni Eropa juga sepakat untuk menyiapkan strategi terkoordinasi untuk melindungi stabilitas finansial Eurozone.59 Pada 16 Februari 2010, diadakan pertemuan Economic and Financial Affairs (ECOFIN) Uni Eropa yang menghasilkan keputusan untuk memberikan 58 Cristina Arellano, Juan Carlos Conesa, dan Timothy J. Kehoe, “Chronic Sovereign Debt Crises in the Eurozone 2010–2012”, dalam Economic Policy Paper 12-4, Minneapolis: Federal Reserve Bank of Minneapolis, 2012, hal. 1 59 Ibid., hal. 1 113 peringatan kepada Yunani untuk menyelesaikan masalah defisit yang berlebihan di tahun 2012 melalui penetapan kebijakan ekonomi yang sejalan dengan pedoman kebijakan ekonomi yang telah ditetapkan oleh Uni Eropa.60 Pada 3 Maret 2010, pemerintah Yunani mengumumkan akan mengambil langkah ketiga kebijakan penghematan, yaitu dengan target memotong anggaran sebesar 6,5 milyar dolar melalui peningkatan pajak nilai tambah dan pajak untuk rokok dan alkohol. Dana pensiun juga dibekukan. ECB merespon dengan baik tindakan yang diambil oleh pemerintah Yunani.61 Pada 16 Maret 2010, seluruh menteri keuangan negara anggota Eurozone bertemu untuk membahas landasan kerja untuk menyiapkan pinjaman darurat untuk membantu Yunani. Pada 25 Maret 2010, seluruh kepala negara dan pemerintahan negara anggota Eurozone sepakat untuk bekerja sama dengan IMF untuk menawarkan bantuan ke Yunani. Pada 11 April 2010, menteri-menteri keuangan negara-negara anggota Eurozone sepakat untuk menyediakan pinjaman sampai 30 milyar Euro, ditambah bantuan dari IMF sebesar 15 milyar Euro, untuk membantu Yunani untuk tahun 2010. Akhirnya pada 23 April 2010, Perdana Menteri Yunani, George Papandreou secara resmi meminta bantuan sebesar 45 milyar Euro dari Uni Eropa untuk membayar hutang. Permintaan dari Yunani segera ditindaki oleh Uni Eropa dan muncul pernyataan bersama dari European 60 Rodrigo Olivares-Caminal, “The EU Architecture To Avert A Sovereign Debt Crisis”, OECD Journal: Financial Market Trends Volume 2011-Issue 2, OECD, 2011, hal. 3 61 European Central Bank, Statement by The ECB’s Governing Council on The Additional Measures of The Greek Government, 3 Maret 2010. 114 Commission, European Central Bank, dan Eurogroup untuk penetapan mekanisme bantuan pinjaman.62 Akhirnya pada 2 Mei 2010 Uni Eropa menyetujui pemberian bailout kepada Yunani sebesar 80 milyar Euro, ditambah 30 milyar Euro dari IMF. Bantuan pinjaman ini berjangka waktu tiga tahun. Sesuai dengan kesepakatan pada 11 April, Uni Eropa siap mengeluarkan 30 milyar Euro untuk tahun 2010. Pinjaman yang diberikan oleh Uni Eropa ini diharapkan dapat membantu Yunani untuk membawa kembali perekonomian Yunani di jalur yang tepat dan mengembalikan stabilitas finansial Eurozone. Bantuan ini diklaim oleh Uni Eropa bukan sebagai bailout langsung, melainkan merupakan mekanisme pendanaan yang dapat menjadi pengaman ketika kondisi perekonomian Yunani memburuk.63 Setiap negara anggota Eurozone memberikan kontribusinya pada paket pinjaman yang diberikan kepada Yunani berdasarkan rasio kontribusi tiap negara untuk ECB. Suku bunga dari pinjaman yang diberikan Uni Eropa sebesar 5% lebih rendah dari bunga yang diberikan pinjaman bank swasta.64 Program bantuan ini dapat dikatakan sebagai bentuk dominasi atau pengaruh Uni Eropa sebagai institui neoliberal yang mendesak Yunani untuk menerima dan memprioritaskan bantuan yang diberikan oleh Uni Eropa, karena mengingat Yunani adalah 62 Joint statement by European Commission, European Central Bank and Presidency of the Eurogroup on Greece, Brussels, 23 April 2010 63 Stephen Clarke dan Claire Daley, “History of The Eurozone Crisis”, dalam The Eurozone Crisis, London: CIVITAS Institute for the Study of Civil Society, 2010, hal. 4 64 Ibid., hal. 4 115 anggota Uni Eropa dan Uni Eropa telah berusaha memberikan kemudahan bagi Yunani untuk menyelesaikan krisis yang tengah terjadi. Tabel 4.10 Mekanisme Distribusi Bantuan Bailout dari Uni Eropa untuk Yunani 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Periode Mei 2010 September 2010 Januari 2011 Maret 2011 Juni 2011 September 2011 Desember 2011 Maret 2012 Juni 2012 September 2012 Desember 2012 Maret 2013 Juni 2013 TOTAL Jumlah (dalam milyar Euro) 14,5 6,5 6,5 10,9 8,7 5,8 3,6 7,3 4,4 4,4 1,5 4,4 1,5 80 Milyar Euro Sumber: European Commission, Occasional Paper 77 Tabel 4.11 Kontribusi 15 Negara Anggota Eurozone dalam Paket Bailout Yunani Negara Austria Belgia Belanda Cyprus Finlandia Irlandia Italia Jerman Luksemburg Malta Perancis Portugal Slovakia Slovenia Spanyol TOTAL ECB Paid Capital Key (% dari total EA-15) 2,86 3,58 5,88 0,20 1,85 1,64 18,42 27,92 0,26 0,09 20,97 2,58 1,02 0,48 12,24 100 % Besar Kontribusi (dalam milyar Euro) 2,290 2,861 4,704 0,161 1,479 1,310 14,739 22,336 0,206 0,075 16,774 2,065 0,818 0,388 9,794 80 Milyar Euro Sumber: European Commission, Occasional Paper 68 Uni Eropa meminta Yunani untuk menyetujui Economic Adjustment Programme yang akan ditetapkan oleh Uni Eropa sebagai timbal balik atas 116 pinjaman yang diberikan. Artinya, bagi Yunani, bantuan ini membuat Yunani harus rela anggaran nasionalnya diawasi oleh Uni Eropa, kebijakan penghematan yang dilakukan harus dinilai oleh Uni Eropa, dan sangat memungkinkan bagi Uni Eropa untuk mendesak perubahan struktural pada perekonomian Yunani. Secara tidak langsung, hal ini menyiratkan bahwa pemerintah Yunani harus rela perekonomiannya diintervensi oleh Uni Eropa. Pada 18 Mei 2010, pemerintah Yunani menerima pinjaman 14,5 milyar Euro sebagai mekanisme pertama dari pinjaman 110 milyar Euro untuk membayar hutangnya yang akan jatuh tempo.65 Satu minggu setelah Uni Eropa menyetujui pemberian bailout kepada Yunani, ECB melunucrkan Securities Market Program (SMP), yaitu kebijakan untuk membeli surat hutang publik dan privat dari negara-negara bermasalah, termasuk Yunani untuk mengatasi memburuknya sovereign debt crisis. ECB membeli 74 milyar Euro obligasi, dimana 55%nya adalah obligasi Yunani.66 Selain itu, menteri-menteri keuangan negara anggota sepakat untuk membentuk mekanisme penyelamatan komprehensif untuk melindungi stabilitas finansial Eropa. Akhirnya terbentuk European Financial Stabilisation Mechanism (EFSM) dan European Financial Stability Facility (EFSF), dengan total bantuan yang disediakan 750 milyar 65 James Hertiling, Greek Crisis Timeline from Maastricht Treaty to ECB Bond Buying, diakses dari http://www.bloomberg.com/news/2012-09-05/greek-crisis-timeline-from-maastricht-treatyto-ecb-bond-buying.html pada 5 Oktober 2012 66 Benedicta Marzinotto, “Assessment of The EU’s Response To The Greek Crisis And Situation in The Euro Area”, dalam Marcin Koczor dan PaweÅ‚ Tokarski (ed.), The EU Economy: Response To The Crisis and Prospects for The New Decade, Warsawa: The Polish Institute Of International Affairs, 2011, hal. 40-41 117 Euro, 500 milyar dari Uni Eropa dan 250 milyar dari IMF.67 Uni Eropa juga berencana merevisi SGP dengan pendekatan makroekonomi baru namun dengan ketentuan fiskal yang lebih ketat lagi dan sanksi yang lebih berat lagi.68 Dalam mekanisme bantuan yang diberikan oleh Uni Eropa untuk Yunani ini, terlihat jelas bagaimana Uni Eropa berusaha mewujudkan kepentingannya dalam membantu Yunani menyelesaikan krisis, dan membuat Yunani tunduk, khususnya secara ekonomi, kepada Uni Eropa. Bantuan yang diberikan membuat bargaining position Uni Eropa menjadi lebih tinggi. 4.3.2 Kepentingan Uni Eropa dalam Penyelesaian Sovereign Debt Crisis Yunani Sovereign debt crisis yang terjadi di Yunani berhasil memunculkan spekulasi bahwa Yunani akan keluar dari keanggotaan Eurozone. Akan tetapi, Uni Eropa berhasil menepis spekulasi tersebut dan menyelamatkan Yunani melalui pemberian bailout demi mempertahankan eksistensi Yunani dalam keanggotaan Eurozone. Padahal kontribusi Yunani bagi PDB Eurozone sebenarnya sangat kecil, yaitu hanya sebesar 2%.69 Ketika terjadi pemilihan umum Yunani pada tahun 2010, Uni Eropa tegang menunggu hasil, apakah partai yang pro-Uni Eropa atau partai Euro-skeptis yang 67 European Central Bank, ECB Fears Financial Integration Slowdown, diakses dari http://www.ecb.int/ecb/html/crisis.en.html pada 3 Oktober 2012 68 Maria João Rodrigues, Mapping Future Scenarios for the Eurozone, Berlin: Friedrich-EbertStiftung, 2012, hal. 9 69 Yael Serfin, dkk, “What Next for The Eurozone? Possible Scenarios For 2012”, dalam PricewaterhouseCoopers Economic Views December 2011, London: PricewaterhouseCoopers, 2011, hal. 10 118 memenangkan suara rakyat, karena perdana menteri Yunani yang terpilih akan sangat menentukan masa depan Yunani dan Uni Eropa. Jadi, seberapa pentingkah Yunani bagi Uni Eropa, sehingga Uni Eropa harus turun tangan untuk menyelesaikan sovereign debt crisis Yunani? Diagram 4.2 Persentase Kontribusi Negara Anggota Terhadap PDB Eurozone Sumber: Eurostat, Eurozone GDP Shares Pada dasarnya, hukum Uni Eropa secara eksplisit tidak menyebutkan adanya kewajiban untuk membantu negara anggota yang mengalami permasalahan finansial. Beberapa perjanjian Uni Eropa, khususnya Perjanjian Maastricht melarang pemberian bailout kepada negara anggota Eurozone.70 Bahkan Perjanjian Lisboa mengatur klausa tentang larangan 70 Helmut Siekmann, “Life in the Eurozone With or Without Sovereign Default? —The Current Situation—“, dalam Franklin Allen, dkk (ed.), Life in The Eurozone With or Without Sovereign Default?, Philadelphia: FIC Press, 2011, hal. 26 119 bailout. Keputusan untuk memberikan bantuan kepada Yunani adalah keputusan yang kontroversial. Bailout dilarang oleh Uni Eropa untuk mencegah negara anggota secara sengaja melanggar aturan yang ditetapkan dalam SGP dan dikhawatirkan bailout yang diberikan pada satu negara akan mendorong negara lain untuk mengajukan bailout. Akan tetapi, ada klausa pengecualian yaitu klausa pada pasal 122 Perjanjian Lisboa yang dapat dijadikan dasar bagi Uni Eropa untuk memberikan bantuan finansial kepada Yunani.71 Pasal 122 Perjanjian Lisboa mengenai fungsi Uni Eropa menyebutkan bahwa pemberian bantuan finansial memungkinkan untuk dilakukan tapi hanya apabila terjadi kondisi luar biasa.72 Sovereign debt crisi Yunani dirasa dapat digolongkan sebagai kondisi luar biasa yang diatur oleh klausa ini. “Where a member state is in difficulties or is seriously threatened with difficulties caused by natural disasters or exceptional occurrences beyond its control, the Council, on a proposal from the Commission, may grant, under certain conditions, Union financial assistance to the member state.” Alasan utama Uni Eropa menyelamatkan Yunani adalah karena sovereign debt crisis Yunani telah berhasil mengancam stabilitas Uni Eropa dan menyebabkan kerentanan pada pemulihan ekonomi Eropa secara keseluruhan setelah terjdinya krisis finansial global pada tahun 2008.73 Sepanjang terjadinya sovereign debt crisis Yunani, nilai Euro terhadap Dolar terus mengalami depresiasi. Salah satu kepentingan dari Uni Eropa 71 Stephen Clarke dan Claire Daley, Op.Cit., hal. 4 Treaty on the Functioning of the European Union, Article 22 73 George Alogoskoufis, Op.Cit., hal.1 72 120 memberikan bantuan penyelamatan bagi Yunani adalah untuk menghindari efek domino akibat sovereign debt crisis Yunani ke negara-negara lain anggota Eurozone, khususnya negara-negara yang sedang berada di posisi ekonomi yang sulit seperti Irlandia, Italia, Portugal, dan Spanyol. Injeksi bailout yang diberikan Uni Eropa tidak hanya bertujuan untuk meringankan beban Yunani, melainkan juga untuk menahan Irlandia, Italia, Portugal, dan Spanyol dari kejatuhan perekonomian. Dengan memberikan bailout kepada Yunani akan menjaga likuiditas Yunani, sehingga dapat memberikan waktu kepada Irlandia, Italia, Portugal, dan Spanyol untuk merekapitalisasi perbankan dan memangkas defisit.74 Di samping untuk menyelamatkan Yunani dan negara periferi lainnya yang memiliki defisit dalam jumlah sangat besar, bantuan penyelamatan yang diberikan Uni Eropa juga sebenarnya dirancang untuk menyelamatkan institusi-institusi perbankan dari negara-negara kreditur, seperti Jerman dan Perancis.75 Jerman dan Perancis adalah kreditur terbesar hutang yang dimiliki Yunani dan merupakan negara penting yang paling berpengaruh di Eurozone. Apabila Yunani tidak sanggup melunasi hutang-hutangnya, maka sektor perbankan Jerman, Perancis, dan negara anggota Eurozone lain yang menjadi kreditur Yunani akan terancam hancur. 74 Lee C. Buchheit dan Mitu Gulati, “Greek Debt: The Endgame Scenarios”, dalam Franklin Allen, dkk (ed.), Life in The Eurozone With or Without Sovereign Default?, Philadelphia: FIC Press, 2011, hal. 83 75 Asbjorn Wahl, Austerity Policies in Europe: There is No Alternative, diakses dari http://www.social-europe.eu/2012/03/austerity-policies-in-europe-there-is-no-alternative/ pada 7 Oktober 2012 121 Grafik 4.15 Jumlah Piutang Publik Negara Anggota Eurozone yang Menjadi Kreditur Yunani Berdasarkan Data Terakhir Maret 2010 Sumber: European Commission, Occasional Paper 68 Tidak hanya untuk menyelamatkan negara-negara kreditur, pada dasarnya bantuan yang diberikan kepada Yunani oleh Uni Eropa juga bertujuan untuk menyelamatkan Economic and Monetary Union Uni Eropa secara keseluruhan. Apabila Yunani mengalami default, maka Yunani tidak akan mampu membayar hutangnya kepada kreditur. Hal ini akan memicu kepanikan di pasar modal dan hilangnya kepercayaan pasar kepada negaranegara anggota Eurozone lain yang memiliki tingkat hutang yang tinggi atau yang memiliki ekonomi lemah. Apabila investor berhenti membeli obligasi yang diterbitkan oleh negara-negara tersebut, maka negara-negara tersebut juga akan mengalami default dan tidak akan sanggup membayar hutangnya, seperti yang dialami Yunani.76 Akhirnya lahir lingkaran setan finansial dan 76 -, Eurozone Crisis Explained, diakses dari http://www.bbc.co.uk/news/business-13798000 pada 6 Oktober 2012 122 dapat menyebabkan obligasi seluruh negara anggota Eurozone tidak akan laku. Eurozone akan hancur. Keputusan untuk memberikan bantuan penyelamatan bagi Yunani juga digunakan sebagai simbol untuk menujukkan tingkat solidaritas Uni Eropa. Padahal sebenarnya kebijakan bailout yang diambil oleh Uni Eropa banyak didominasi oleh negara-negara besar, seperti Perancis dan Jerman, sedangkan negara-negara kecil menolak.77 Misalnya, penolakan awal Slovakia untuk berkontribusi memberikan bantuan dengan alasan “terlalu miskin untuk membantu” membuat negara ini mendapat kritik dari Jerman dan negara anggota Eurozone yang lain.78 Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap pengambilan keputusan Uni Eropa, kepentingan politik dan ekonomi negara-negara besar seperti Jerman dan Perancis mendominasi. Selain itu, intervensi Uni Eropa dalam menyelamatkan perekonomian Yunani juga didasari alasan untuk menjaga kredibilitas Uni Eropa. Peraturan Uni Eropa tidak mengatur mekanisme bagi anggota yang ingin atau perlu untuk keluar dari Eurozone karena telalu tingginya idealisme untuk menciptakan integrasi finansial yang solid. Tidak ada jalur dan ketentuan yang jelas apabila Yunani memang harus keluar dari keanggotaan Eurozone. Selain itu, keluarnya dari Eurozone dapat menghancurkan kebanggan Uni Eropa sebagai Economic and Monetary Union terdepan di perekonomian dunia. Keluarnya Yunani dari Uni Eropa juga dapat memicu 77 C. Lapavitsas, A. Kaltenbrunner, dkk., “The Eurozone Between Austerity and Default”, dalam Research on Money and Finance Occasional Report September 2010, Research on Money and Finance, 2010, hal. 31 78 Diakses dari http://www.ft.com/cms/s/0/2de394aa-a641-11df-8767-00144feabdc0.html pada 6 Oktober 2012 123 keluarnya negara lain dari keanggotaan Eurozone. Tekanan dari dunia internasional, misalnya dari IMF, World Bank, Amerika Serikat, dan negara-negara G20, juga memengaruhi mengapa Uni Eropa mengambil tindakan siaga untuk menangani sovereign debt crisis Yunani. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi Uni Eropa selain menyelamatkan Yunani karena kebijakan apapun yang diambil oleh Uni Eropa akan memengaruhi kredibilitas Uni Eropa di mata dunia internasional. 4.3.3 Kesepakatan Antara Pemerintah Yunani dan Uni Eropa dalam Upaya Mengatasi Sovereign Debt Crisis Pada 9 Mei 2010, pemerintah Yunani, European Commission, ECB, dan IMF sepakat untuk melaksanakan Economic Adjustment Programme sebagai timbal balik atas bantuan finansial yang diberikan oleh negaranegara anggota Eurozone dan IMF kepada Yunani, yaitu sebesar 110 milyar Euro untuk jangka waktu tiga tahun.79 Pemberlakukan EAP dituang dalam nota kesepahaman, yaitu Memorandum of Economic and Financial Policies yang menjelaskan secara detail kebijakan-kebijakan apa saja yang harus diterapkan oleh pemerintah Yunani. Kesepakatan antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa dalam rangka pengetatan anggaran ini memiliki visi untuk mengurangi secara signifikan defisit anggaran Yunani menjadi di bawah 3% dari jumlah PDB pada tahun 2014.80 79 80 Maria Karamessini, Op.Cit., hal. 165-166 Memorandum of Economic and Financial Policies, 3 Mei 2010 124 Yunani adalah negara pertama dalam keanggotaan Eurozone yang meminta bantuan dan menandatangani nota kesepahaman dengan European Commission dan ECB dalam rangka mencegah kejatuhan perekonomian akibat krisis. Penerapan EAP akan dievaluasi secara periodikal oleh Uni Eropa dan Uni Eropa berhak memberikan rekomendasi reformasi struktural kepada pemerintah Yunani. European Commission dan ECB akan bertanggungjawab secara penuh untuk mengawasi implementasi kesepakatan-kesepakatan yang tertuang dalam memorandum.81 4.4 Implementasi Economic Adjustment Programme Berdasarkan Memorandum of Economic and Financial Policies Sebagai balasan atas pemberian bantuan bailout, Uni Eropa mengharapkan pemerintah Yunani mengambil beberapa kebijakan penghematan atau austerity measures untuk mengurangi defisit dan menghindari kebangkrutan. Sebelum Uni Eropa memberikan bantuan bailout kepada Yunani, pemerintah Yunani telah mengambil beberapa kebijakan penghematan untuk mengurangi tingkat defisit menjadi 5% melalui mengurangi pengeluaran publik sebesar 9 milyar euro dan menambahkan pendapatan sebesar 4 milyar euro.82 Menurut Uni Eropa, kebijakan penghematan yang dilakukan oleh pemerintah Yunani harus ditingkatkan lagi 81 Stella Ladi, “The Eurozone Crisis and Austerity Politics: A Trigger for Administrative Reform in Greece?”, dalam GreeSE Paper No.57 Hellenic Observatory Papers on Greece and Southeast Europe, London: Hellenic Observartory European Institute, London School of Economics and Political Science, 2012, hal. 14 82 Nick Malkoutzis, Greece – A Year in Crisis: Examining the Social and Political Impact of an Unprecedented Austerity Programme, Berlin: Friedrich-Ebert-Stiftung, 2011, hal. 1 125 untuk mendukung alokasi dana pinjaman yang diberikan oleh Uni Eropa untuk pemulihan ekonomi Yunani. Secara spesifik, kebijakan austerity yang dilakukan di tahun 2010 adalah kombinasi dari kenaikan pajak tidak langsung, pengenalan pajak langsung yang baru, reformasi pajak pendapatan personal, pemotongan upah pegawai sektor publik dan dana pensiun, yang kemudian di tahun-tahun berikutnya akan diikuti dengan pembekuan fiskal yang memengaruhi bantuan sosial dan layanan publik.83 Perangkat kebijakan penghematan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah Yunani terintegrasi dalam Economic Adjustment Programme. Secara garis besar, Economic Adjustment Programme yang dilakukan memiliki dua tujuan, yaitu untuk memulihkan sustainabilitas keadaan fiskal Yunani dan meningkatkan daya saing dari perekonomian Yunani. Program yang akan dilaksanakan dibuat secara struktural untuk menciptakan perubahan yang drastis namun bertahap.84 Tujuan utama dari Economic Adjustment Programme adalah untuk mengoreksi ketidakseimbangan fiskal dan mengembalikan kepercayaan pasar. Untuk mendorong perekonomian, dibutuhkan Economic Adjustment Programme yang kuat dan berkelanjutan, sehingga mampu memperbaiki ketidakseimbangan fiskal, mengurangi hutang dalam jangka waktu menengah, menjaga stabilitas sektor perbankan, dan mengembalikan daya saing. Pertumbuhan mungkin tidak akan muncul pada awal kebijakan diimplementasikan, namun dengan adanya kebijakan yang kuat dan berkelanjutan ini, diharapkan perekonomian akan terbentuk lebih 83 Manos Matsaganis dan Chrysa Leventi, “The Distributional Impact of the Crisis in Greece”, dalam Vassilis Monastiriotis (ed.), The Greek Crisis in Focus: Austerity, Recession and Paths to Recovery, London: Hellenic Observatory European Studies, London School of Economics and Political Science, 2011, hal. 8 84 George Alogoskoufis, Op.Cit., hal. 31 126 baik dibanding sebelumnya. Oleh karena itu, untuk mengimplementasikan program ini dan mencapai tujuan, segala elemen kebijakan fiskal, finansial, dan struktural akan digunakan. Tabel 4.12 Target Indikator Makroekonomi yang Ingin Dicapai Melalui Implementasi Economic Adjustment Programme Sumber: European Commission, Occasional Paper 61 4.4.1 Program-Program yang Dicanangkan oleh Pemerintah Yunani a. Program Reformasi Kebijakan Fiskal Perspektif neoliberalisme sangat pro kepada prinsip efisiensi. Sebagai instrumen neoliberal, untuk meningkatkan efisiensi dalam pemberlakuan EAP, maka hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah Yunani dan Uni Eropa adalah mereformasi kebijakan fiskal. Strategi fiskal difokuskan untuk mengurangi defisit hingga tahun 2013 dan menjaga efisit pemerintah untuk tetap berada di bawah 3% pada tahun 2014 dan seterusnya. Pengaturan 127 pemasukan dan jaminan sosial perlu menjadi penopang dari langkah untuk memperbaiki fiskal dan merestorasi daya saing. Mereset ulang pemasukan ke level sustainable diperlukan untuk membantu perbaikan fiskal, mengurangi inflasi sehingga berada di bawah rata-rata Eurozone, dan mendorong harga dan nilai daya saing. Program jaminan sosial perlu diperkuat untuk menghadapi ketidakseimbangan struktural yang ada sebagai hasil dari semakin menuanya populasi. Program ini menargetkan naiknya pemasukan sebesar 4% dari PDB pada tahun 2013. Pemasukan yang berasal dari lapisan masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi akan ditarik dari kenaikan pajak profesi, pajak barang mewah, dan biaya tambahan pada properti bernilai tinggi dan menguntungkan. Pemasukan lainnya akan ditarik dari kenaikan pajak nilai tambah dan pajak-pajak lainnya yang umumnya nilainya lebih rendah di bawah rata-rata Eurozone. Pajak untuk konsumsi alkohol dan rokok juga akan menjadi bagian penting dari langkah-langkah menaikkan pemasukan. Di samping mengambil kebijakan fiskal langsung, pemerintah juga menginisiasikan seperangkat reformasi fiskal struktural. Reformasi ini bertujuan untuk mendorong sustainabilitas melalui pengetatan kontrol atas pemasukkan dan pengeluaran. Reformasi pertama yang dilakukan adalah melakukan reformasi sistem pensiun. Dana-dana pensiun yang sebelumnya terdiri atas banyak varian akhirnya digabungkan dan hanya ada tiga jenis dana pensiun. Selain itu, batas usia pensiun dinaikkan menjadi 65 tahun. Reformasi sistem pensiun juga tidak mengizinkan pensiun dini, sehingga 128 apabila seorang pekerja ingin mengklaim dana pensiun, pekerja tersebut harus pensiun di usia 65 tahun. Reformasi dana pensiun ini penting dilakukan mengingat pemborosan pengeluaran sektor publik salah satunya dipengaruhi oleh dana pensiun. Reformasi kedua yang dilakukan adalah reformasi sektor kesehatan. Pada sektor kesehatan, pembukuan anggaran di rumah sakit akan lebih dikontrol, audit pembukuan akan dipublikasikan secara reguler, dan akan adanya perbaikan mekanisme penetapan harga dan biaya. Segala hal yang berkaitan dengan aktivitas kesehatan akan digabungkan wewenangnya di bawah satu kementerian. Reformasi ketiga yang akan dilakukan adalah reformasi pajak. Selain menaikkan biaya pajak, pemerintah mengetatkan peraturan untuk mengurangi praktik penghindaran pajak dan membuat sistem pajak lebih efisien. b. Program Reformasi Kebijakan Sektor Finansial Tantangan yang harus segera dihadapi perbankan Yunani adalah memanajemen kondisi likuiditas ketat yang tengah terjadi dengan baik. Sejak akhir tahun 2009, perbankan Yunani telah kehilangan akses untuk beroperasi mendapatkan dana di pasar modal, sehingga banyak bank Yunani yang mengandalkan kredit Eurosystem untuk tetap beroperasi. Untuk mengantisipasi menurunnya profit bank yang dapat berdampak pada posisi ekuitas bank, pemerintah Yunani memutuskan untuk mendirikan badan independen Financial Stability Fund dibawah koordinasi langsung dengan Troika. Tujuan utama didirikannya Financial Stability Fund adalah untuk 129 menjamin kesejahteraan perbankan sehingga memiliki kapasitas untuk mendukung perekonomian Yunani melalu penyediaan ekuitas yang dibutuhkan oleh bank. c. Program Reformasi Kebijakan Struktural Ada beberapa strategi reformasi kebijakan struktural yang akan diambil, yaitu memodernisasi administrasi publik, memperkuat pasar tenaga kerja dan kebijakan pendapatan, memperbaiki lingkungan bisnis dan mendorong pasar yang kompetitif, serta memanajemen ulang badan usaha milik negara. Untuk memodernisasikan administrasi publik, pemerintah Yunani akan mengatur kembali prosedur perekrutan tenaga kerja dan memfinalisasi keberadaan otoritas tunggal untuk mengatur upah tenaga kerja. Sistem pemberian upah yang telah disimplifikasi akan diciptakan yang bertujuan untuk menghemat biaya. Sistem layanan kesehatan yang paling banyak melakukan pemborosan pengeluaran akan direformasi, baik dalam hal sistem manajemen, pembukuan, dan pembiayaan. Sistem pemerintahan akan diatur ulang untuk mengurangi jumlah birokrat dan mengurangi praktik korupsi. Untuk memperkuat pasar tenaga kerja, selain mengurangi upah tenag kerja, pemerintah juga merevisi peraturan perlindungan tenaga kerja, seperti meningkatan masa percobaan (probation), menyesuaikan kembali peraturan yang mengatur pemecatan masal, dan memfasilitasi fungsi dari kerja paruh waktu. Untuk memperbaiki lingkungan bisnis, pemerintah akan mengadopsi aturan pendirian badan yang beroperasi secara komprehensif untuk mengatur pendiran usaha baru. 130 Hal ini bertujuan untuk memangkas prosedur, biaya, dan penundaan pendirian usaha baru. Jaringan industri akan diliberalisasi, khususnya pada sektor transportasi dan energi. Untuk memanajemen badan usaha milik negara, pemerintah akan mengadopsi aturan untuk memublikasikan secara umum pernyataan finansial yang sudah diaudit dari sepuluh badan usaha yang mengalami kerugian terbesar. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi, sehingga mengurangi kerugian lebih banyak lagi. 4.4.2 Kebijakan-Kebijakan Teknis yang Diambil Pemerintah Yunani Kebijakan fiskal pertama yang diubah pemerintah Yunani adalah kebijakan menaikkan pajak. Pajak nilai tambah dinaikkan dengan target paling tidak mendapatkan 1800 juta Euro dalam jangka waktu satu tahun dari pendapatan atas kenaikan pajak ini, pajak nilai tambah yang tadinya 19% dinaikkan menjadi 23%, yang tadinya 11% dinaikkan menjadi 13%, dan yang tadinya 5,5% dinaikkan menjadi 6,5%. Selain itu, pajak bahan bakar, tembakau, dan alkohol juga dinaikkan sebesar 33% dengan target mendapatkan 1050 juta Euro dalam jangka waktu satu tahun. Perusahaan yang memiliki keuntungan tinggi juga dikenakan pajak tambahan dengan target mendapatkan 600 juta Euro. Pajak real estate juga dinaikkan dengan target untuk mendapatkan 400 juta Euro. Pajak barang mewah dinaikkan dengan target mendapatkan 100 juta Euro. Pemerintah juga memberlakukan pajak-pajak baru, yaitu pajak profesi dengan target mendapatkan 400 juta Euro, pajak emisi yang diberlakukan tahun 2011 dengan target mendapatkan 131 300 juta Euro, pajak lisensi game dengan target mendapatkan 500 juta Euro dari lisensi penjualan dan 200 Euro dari royalti tahunan, serta pajak hak guna tanah dengan target mendapatkan 500 juta Euro. Pada tahun 2011, minuman non-alkohol juga dikenakan pajak tambahan dengan target untuk menambah pendapatan 300 juta Euro.85 Selain menaikkan pajak, pemerintah juga mengurangi upah pegawai negeri melalui pengurangan bonus dan tunjangan hari raya dan libur, seperti Paskah, Natal, dan libur musim panas, dengan target menghemat 1,5 milyar Euro dalam jangka waktu satu tahun. Selanjutnya pemerintah mengurangi upah pegawai sektor publik dengan mereduksi kurang lebih 50% dan mereduksi upah lember sebesar 20% untuk menargetkan penghematan upah pegawai sektor publik sebesar 770 juta Euro untuk tahun 2011, 600 juta Euro untuk tahun 2012, 306 juta Euro untuk tahun 2014, dan 71 juta Euro untuk tahun 2015.86 Penghilangan bonus hari raya yang diberikan kepada pensiunan juga dilakukan untuk menghemat 1900 juta Euro. Dana pensiun sendiri pun dikurangi untuk menghemat 500 juta euro. Pengurangan anggaran sosial dari cadangan yang ada ditargetkan untuk menghemat 700 juta Euro, lalu anggaran sosial untuk tunjangan solidaritas juga dikurangi untuk menghemat 400 juta Euro.87 85 Greece: Memorandum of Understanding on Specific Economic Policy Conditionality, The First Economic Adjustment Programme, 3 Mei 2010, hal. 59 86 Hellenic Republic Ministry of Finance, Hellenic Economic Policies Programme Newsletter, 19 Mei 2011, hal. 2 87 Ibid., hal. 59-60 132 Grafik 4.16 Target Pengurangan Fiskal Berdasarkan Economic Adjustment Programme Sumber: European Commission, Occasional Paper 61 Diagram 4.3 Distribusi Kebijakan Fiskal Per Tahun Berdasarkan Economic Adjustment Programme Sumber: European Commission, Occasional Paper 61 Pensiun dasar yang diberikan oleh pemerintah diubah menjadi sebesar 360 Euro per bulan dan bagi mereka yang memiliki masa bakti kerja di 133 bawah standar yang ditetapkan pemerintah, tidak berhak mengklaim dana kontribusi pensiun. Masa bakti bekerja dinaikkan dari 35 tahun menjadi 40 tahun. Selain itu, usia pensiun diputuskan oleh pemerintah untuk dinaikkan dari 60 menjadi 65 tahun, dan usia ini berlaku baik bagi perempuan maupun laki-laki. Pada sistem yang lama, seseorang berhak mendapatkan dana pensiun penuh ketika paling tidak sudah mencapai 60 tahun. Namun, sistem yang baru ini berbeda. Apabila ada seseorang yang pensiun pada usia 60-65 tahun tapi masa kerjanya masih kurang dari standar masa bakti yang ditetapkan, maka dana pensiunnya akan dipotong sebesar 6% sampai orang tersebut menginjak usia 65 tahun.88 Grafik 4.17 Estimasi Hutang Yunani Dengan Reformasi Dana Pensiun dan Tanpa Reformasi Dana Pensiun Sumber: European Commission, Occasional Paper 61 88 Ibid., hal. 64 134 Tidak hanya itu, pemerintah juga memangkas jumlah pegawai sektor publik. Sekitar 82.400 pekerja atau sekitar 10% dari total pegawai sektor publik diberhentikan.89 Sistem yang diterapkan pada tahun 2010 mengatur untuk mempekerjakan 20% dari total pegawai sektor publik yang melakukan pensiun.90 Lalu, memasuki tahun 2011, sistem diubah lagi, hanya satu orang yang dapat diterima untuk bekerja di sektor publik dari lima orang yang diberhentikan. Perubahan ini menargetkan penghematan sebesar 600 juta Euro sampai akhir tahun 2013.91 Grafik 4.18 Pemangkasan Pegawai Sektor Publik Tahun 2010 Sumber: European Commission, Occasional Paper 68 Untuk mengurangi administrasi publik di tingkat lokal dalam rangka mengurangi biaya operasi dan upah pegawai, pemerintah mengambil langkah untuk menggabungkan kotamadya, prefektur, dan daerah. 89 Hellenic Republic Ministry of Finance, Hellenic Economic Policies Programme Newsletter, 19 Mei 2011, hal. 1 90 Ibid., hal. 62 91 Ibid., hal. 71 135 Pendanaan pemerintah juga harus dipublikasikan secara online. Pemerintah menargetkan penghematan 1500 juta Euro dari peningkatan efisiensi administrasi publik, manajemen ulang pemerintah lokal, dan penghematan konsumsi pemerintah untuk jangka waktu 2011-2013. Sekolah dan rumah sakit negeri ditutup atau dimerger untuk mengurangi biaya operasi. Untuk memperkuat pasar tenaga kerja, pemerintah bekerja sama dengan sektor privat untuk mengadopsi dan mengimplementasi sistem pemberian upah di sektor privat yang mengatur tentang pengurangan bonus untuk lembur. Pada kuartil ketiga tahun 2011, pemerintah Yunani mendirikan badan baru, yaitu Single Public Procurement Authority (SPPA), yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kebijakan public procurement. SPPA akan menjadi instrumen untuk merencanakan, mengimplementasikan, dan memonitor prosedur yang berkaitan dengan procurement.92 Untuk mendorong kompetisi di pasar terbuka, pemerintah mengadopsi hukum baru untuk menyederhanakan proses pembukaan bisnis. Pemerintah juga mengambil kebijakan yang sejalan dengan aturan Uni Eropa untuk memfasilitasi penanaman modal asing dan investasi dalam inovasi sektorsektor strategis, seperti industri hijau, ICT, dan lainnya.93 Birokrasi untuk pengurusan pendirian badan usaha baru juga dikurangi untuk meningkatkan iklim bisnis. 92 Greece: Memorandum of Understanding on Specific Economic Policy Conditionality, The First Economic Adjustment Programme (fourth update), 2 Juli 2011, hal. 117 93 Ibid., hal. 61 136 Tabel 4.13 Perubahan Kebijakan Izin Pendirian Usaha Baru Sumber: European Commission, Occasional Paper 72 Sesuai dengan prespektif neoliberalisme yang juga pro-privatisasi, maka di tahun 2011, untuk meningkatkan pendapatan, pemerintah mulai melakukan privatisasi aset dan badan usaha milik negara. Privatisasi ini juga bertujuan menghilangkan ketidakefisiensian dari badan usaha milik negara yang kurang menghasilkan profit. Dengan memprivatisasi aset milik negara, pemerintah Yunani menargetkan mendapat dana segar dari hasil penjualan kepemilikin aset negara kepada swasta. Pemerintah Yunani menargetkan mendapatkan 50 milyar Euro melalui privatisasi di akhir tahun 2015.94 Untuk mendukung privatisasi, pemerintah Yunani mendirikan Hellenic Republic Asset Development Fund (HRADF). HRADF akan menjadi wadah untuk menampung seluruh dana hasil privatisasi yang ditransfer oleh pemerintah. Privatisasi yang dilakukan juga tetap berusaha menghindari 94 Greece: Memorandum of Understanding on Specific Economic Policy Conditionality, The First Economic Adjustment Programme (fourth update), Op.Cit., hal. 114 137 monopoli dan diskriminasi dari sektor swasta, oleh karena itu, kontrol pemerintah masih dibutuhkan, meskipun dibatasi hanya pada infrastruktur yang bersifat krusial. Tabel 4.14 Aset dan Badan Usaha Milik Negara yang Sudah Diprivatisasi Sumber: European Commission, Occasional Paper 94 Tabel 4.15 Akumulasi Target Pemasukan Pemerintah Melalui Privatisasi Periode 2011 2012 2013 2014 2015 Kuartil 4 Kuartil 1 Kuartil 2 Kuartil 3 Kuartil 4 Kuartil 1 Kuartil 2 Kuartil 3 Kuartil 4 Akumulasi Target Privatisasi (juta Euro) 1700 5000 7000 9000 11000 15000 17000 18000 20000 35000 50000 Sumber: European Commission, Occasional Paper 87 138 Tabel 4.16 Estimasi Hutang Pemerintah Dengan Privatisasi (Juta Euro) 2009 2010 2011 2012 2013 Estimate of general government debt with measures 2014 General 298,706 328,587 357,450 379,900 393,400 399,400 government debt General government debt 127.1% 142.8% 157.7% 166.3% 167.0% 164.4% as % of GDP Estimate of general government debt with measures and privatisations General 298,706 328,587 352,436 364,886 371,436 364,503 government debt General government debt 127.1% 142.8% 155.5% 159.8% 157.7% 150.1% as % of GDP GDP 235,017 230,173 226,685 228,400 235,500 242,900 2015 401,300 159.3% 351,356 139.5% 251,900 Sumber: Hellenic Republic Ministry of Finance, Medium Term Fiscal Strategy 2012-2015 Untuk meregulasi sektor finansial dan kebijakan pengawasan, Bank Yunani sebagai perwakilan pemerintah mendirikan badan Financial Stability Fund independen, yaitu Hellenic Financial Stability Fund (HFSF) untuk menghadapi permasalah potensial dalam pelunasan hutang serta menjaga kesehatan sektor finansial dan kapasitasnya untuk mendukung perekonomian Yunani melalui penyediaan bantuan ekuitas yang dibutuhkan oleh bank-bank. Pemerintah Yunani juga memberikan 1 milyar Euro setiap kuartilnya kepada HFSF untuk menjaga cash balance sebesar 1,5 milyar Euro.95 Dalam meregulasi sektor finanial, pemerintah Yunani juga mengimplementasikan kebijakan supervisi bank, termasuk alokasi sumber daya manusia.96 Pada pemberlakuan Second Economic Adjustment Programme tahun 2012, pemerintah Yunani memutuskan untuk mengurangi lagi biaya 95 Ibid., hal. 125 Greece: Memorandum of Understanding on Specific Economic Policy Conditionality, The First Economic Adjustment Programme, Op.Cit., hal. 64 96 139 operasional negara sebesar 200 juta Euro, melalui mengurangi biaya pemiliha umum, mengurangi subsidi untuk warga yang bermukim di remote area, mengurangi dana alokasi untuk Kementerian Pendidikan, termsuk mengurangi tunjangan dosen dan guru sekolah menengah, serta mengurangi alokasi dana untuk Kementerian Agrikultura. Pemotongan biaya ini ditargetkan untuk menghemat pengeluaran sebsar 110 juta Euro. Pemerintah juga memotong tunjangan keluarga dengan pendapatan tinggi dengan tujuan menghemat biaya sebesar 43 juta Euro. Di bidang kesehatan, Pemerintah juga memutuskan untuk menguragi pengeluaran farmasi sebesar 1,1 milyar Euro misalnya melalui pengurangan harga obat dengan membeli obat generik dan pengurangan jumlah ahli farmasi. Di samping itu, ada pengurangan bonus lembur yang diberikan kepada dokter di rumah sakit sebesar 50 juta Euro. Pemerintah juga mengurangi biaya peralatan militer sebesar 300 juta Euro.97 Tabel 4.17 Daftar Kebijakan Reformasi Struktural yang Diambil Pemerintah Yunani dalam Rangka Economic Adjustment Programme Completed in 2010 1. Independence of the Hellenic Statistical Authority 2. Overhaul of the tax system 3. Fiscal Management and Responsibility Act 4. Reform of local public administration (“Kallikrates”) 5. Private and public sector pension reform 6. Labour market reform 7. Financial Stability Fund 8. Allocation of the private insurance sector supervision to the Bank of Greece 9. Restructuring of the railway sector (OSE) 10. Liberalisation of road freight transport 11. “Fast-track” important investments 12. Horizontal legislation on the Services Directive 13. Single Payment Authority for the wage bill in the public sector 97 Greece: Memorandum of Understanding on Specific Economic Policy Conditionality, The Second Economic Adjustment Programme, 2012, hal. 125 140 14. Online publication of all decisions involving commitments of funds in the general government sector 15. New investment law Completed in 2011 1. Liberalisation of closed professions 2. Healthcare reform 3. Restructuring of the urban transport entity (OASA) 4. Simplification of the start-up of new businesses 5. Single remuneration system for public sector employees 6. Restructuring plan for Public Enterprises 7. Law on combating tax evasion and restructuring of the tax services 8. New Law for the Hellenic Competition Authority 9. Establishment of a commitment registry for the general government 10. Privatisation Plan 11. Liberalisation of the wholesale electricity market 12. Single Public Procurement Authority Sumber: Hellenic Republic Ministry of Finance, The Economic Adjustment Programme for Greece 4.4.3 Bantuan Teknis dan Pengawasan dari Uni Eropa Dalam pengimplementasian Economic Adjustment Programme, Yunani mendapat bantuan teknis dan pengawasan dari European Commission, Negara Anggota Uni Eropa, dan sumber lainnya. Bantuan tenis yang diberikan Uni Eropa berfokus pada beberapa area yang sangat krusial bagi kesuksesan terimplementasinya Economic Adjustment Programme, sepert administrasi pajak dan usaha pemberantasan praktik pemangkiran pajak, manajemen finansial publik, serta reformasi administrasi publik, termasuk di dalam-dalamnya strategi-strategi untuk memperbaiki iklim bisnis.98 Melalui pemberian saran yang berasal dari praktik nyata, bantuan teknik yang diberikan Uni Eropa berkontribusi untuk meningkatkan kapasitas pemerintah dalam mengimplementasikan Economic 98 Directorate-General for Economic and Financial Affairs, European Commission ,“The Second Economic Adjustment Programme for Greece – March 2012”, dalam European Economy: Occasional Paper 94, Brussels, European Union, 2012, hal. 48 141 Adjustment Programme. Selain itu, bantuan teknis yang diberikan juga untuk mendukung Economic Adjustment Programme sendiri melalui bertukar pikiran dan pilihan kebijakan antara pemerintah Uni Eropa dan pemberi bantuan, yang dalam hal ini adalah Uni Eropa. Bantuan teknis yang diberikan oleh Uni Eropa bermanfaat di beberapa area, seperti statistika, penyerapan dana struktural, registrasi tanah, atau perpajakan. Selain itu, bantuan teknis lain yang diberikan oleh Uni Eropa adalah penyediaan ahli dalam bidang privatisasi, kesehatan dan jaminan sosial, reformasi badan usaha milik negara, reformasi manajemen fiskal, dan reformasi pajak, khususnya terkait teknik pengauditan.99 Bantuan pengawasan dilakukan untuk mengukur pemenuhan prasyarat yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan-tujuan dari Economic Adjustment Programme, yaitu untuk menjaga stabilitas fiskal, melindungi stabilitas sistem finansial, dan mendorong pertumbuhan yang potensial dan daya saing. Selain itu, bantuan pengawasan juga berfungsi sebagai fasilitas untuk mendiskusikan tantangan yang dihadapi untuk mengimplementasikan kebijakan dan mencari solusinya, serta terus memeperbaharui informasi pihak pemberi bantuan,dalam hal ini Uni Eropa terkait kondisi yang dihadapi Yunani dan target yang telah dicapai sebagai dasar persyaratan untuk tinjauan program yang akan dilaksanakan berikutnya, sehingga Memorandum yang disepakati kedua pihak dapat terus terbaharui. Dalam implementasi First Economic Adjustment Programme, pengawasan pertama 99 Directorate-General for Economic and Financial Affairs, European Commission ,“The Economic Adjustment Programme for Greece Fourth Review – Spring 2011”, dalam European Economy: Occasional Paper 82, Brussels: European Union, 2011, hal. 46 142 dilakukan Uni Eropa pada 26 Juli-5 Agustus 2010, pengawasan ketiga dilakukan pada 15-22 November 2010, pengawasan ketiga dilakukan pada 27 Januari-11 Februari 2011, pengawasan keempat dilakukan pada 3 Mei-2 Juni 2011 dan 21-23 Juni 2011, serta pengawasan kelima dilakukan pada 21 Agustus-2 September 2011 dan 11 Oktober 2011. Hasil pengawasan akan dijadikan laporan berkala oleh Uni Eropa dan secara berkala pula pemerintah Yunani akan merevisi Memorandum of Economic and Financial Policies. Hasil laporan akan dikoordinasikan ke European Commission, Eurogroup, dan ECB. Bantuan teknis dan pengawasan yang diberikan leh Uni Eropa juga untuk mendukung transparansi dan efisiensi dalam implementasi Economic Adjustment Programme. 4.5 Implikasi Implementasi Economic Adjustment Programme bagi Aspek Sosial dan Ekonomi Yunani 4.5.1 Implikasi Positif dari Implementasi Economic Adjustment Programme a. Perubahan Pada Neraca Anggaran Pemerintah Yunani Hasil yang paling terlihat jelas dari implementasi Economic Adjustment Programme adalah peningkatan pada pendapatan pemerintah dan pengurangan pada pengeluaran pemerintah. Pada bulan pertama pengimplementasian Economic Adustment Programme, peningkatan pendapatan dan pengurangan pengeluaran sudah terlihat jika dibanding 143 dengan bulan-bulan sebelumnya di tahun 2010. Meskipun kenaikan pendapatan dan pengurangan pengeluaran yang terjadi, masih di bawah target proyeksi Economic Adjustment Programme (Grafik 4.19). Peningkatan pendapatan dan pengurangan pengeluaran pemerintah masih tetap terjadi di periode-periode berikutnya (Grafik 4.20). Meskipun pada implementasi EAP, PDB dari Yunani tidak bertumbuh, justru semakin menurun. Hal ini dapat dipahami, karena PDB suatu negara sangat dipengaruhi oleh instrumen fiskal. Dalam implementasi EAP, instrumen fiskal sangat ditekan, sehingga wajar PDB tidak bertumbuh. Tidak tumbuhnya PDB dipahami sebagai gejala umum dari implementasi Structural Adjustment Programme. Akan tetapi, perlu diingat bahwa yang menjadi target dari implementasi EAP adalah peningkatan pendapatan dan penurunan pengeluaran. Kedua hal ini telah tercapai dalam kaitannya pada implementasi EAP Yunani. Grafik 4.19 Perubahan Pendapatan, Pengeluaran dan Cash Balance Yunani Pada Kuartil Pertama tahun 2010 Diberlakukannya Economic Adjustment Programme Sumber: European Commission, Occasional Paper 61 144 b. Grafik 4.20 Perubahan Anggaran Pemerintah Yunani Setelah Implementasi Economic Adjustment Programme Tahun 2010 (Juta Euro) Sumber: Hellenic Republic Ministry of Finance, The Economic Adjustment Programme for Greece Grafik 4.21 Perubahan Kategori Pengeluaran Pemerintah Yunani Setelah Implementasi Economic Adjustment Programme (Juta Euro) Sumber: Hellenic Republic Ministry of Finance, The Economic Adjustment Programme for Greece Meningkatnya pendapatan dan berkurangnya pengeluaran tentunya berdampak pada berkurangnya defisit anggaran yang dimiliki pemerintah Yunani (Grafik 4.22). Pada tahun 2009 sebelum implementasi Economic Adjustment Programme, defisit Yunani mencapai 15,4%. Setelah 145 pemberlakuan Economic Adjustment Programme tahun 2010, defisit Yunani turun secara perlahan menjadi 10,5% dari total PDB di tahun 2010, 7,6% di tahun 2011, dan 6,5% di kuartil pertama tahun 2012. Grafik 4.22 Perubahan Defisit Pemerintah Yunani Implementasi Economic Adjustment Programme (Juta Euro) Setelah Sumber: European Commission, Occasional Paper 94 b. Perbaikan Iklim Ekonomi Di bawah tekanan pengawasan Uni Eropa dalam pengimplementasian Economic Adjustment Programme, Yunani dituntut untuk mereformasi sistem perekonomiannya. Reformasi yang dilakukan berhasil membuat perekonomian Yunani semakin kompetitif untuk menarik investasi asing di segala sektor. Permintaan akan ekspor juga mulai meningkat akibat reformasi sektor industri dan non-industri. Permintaan akan ekspor Yunani semakin lesu pada awal tahun 2009 akibat krisis finansial global, namun semenjak pemerintah mengambil kebijakan untuk meningkatkan daya saing produk ekspor melalui implementasi Economic Adjustment Programme, 146 ekspor Yunani mulai bangkit kembali meskipun mengalami fluktuasi sepanjang tahun 2010-2011. (Grafik 4.23) Grafik 4.23 Ekspor barang dan Permintaan Industri Non-Domestik Sumber: European Commission, Occasional Paper 94 Selain itu, terjadi peningkatan jumlah kegiatan wirausaha yang dilakukan masyarakat Yunani sebagai solusi untuk mendapatkan penghasilan setelah terjadi pemangkasan dalam jumlah besar pada pegawai sektor publik. Pada pertengahan tahun 2011 banyak usaha bisnis baru berdiri, dan kebanyakan usaha bisnis tersebut dimiliki oleh orang muda.100 Hal ini bisa dikatakan sebagai refleksi dari ideologi neoliberal, dimana peran sektor swasta akan menghilangkan peran sektor publik. Untuk mendukung investasi dan kegiatan wiraswasta, pemerintah Yunani membuat peraturan dalam pendirian usaha menjadi lebih efisien, sehingga lebih mudah bagi pelaku bisnis asing dan domestik untuk memulai bisnis. Administrasi suatu kegiatan usaha dapat dilakukan dalam waktu lebih cepat di bawah sistem baru yang mengatur pengurangan mekanisme 100 Nick Malkoutzis, Young Greeks And The Crisis: The Danger Of Losing A Generation, Berlin: Friedrich-Ebert-Stiftung, 2011, hal. 5 147 pemberian izin pendirian usaha. Apabila di tahun 2009 Yunani berada di peringkat 109 untuk kategori kemudahan melakukan bisnis, pada tahun 2010, Yunani naik peringkat ke peringkat 79.101 Karena adanya Economic Adjustment Programme, pemerintah Yunani berusaha menderegulasi pasar supaya lebih business-friendly. Liberalisasi ekonomi Yunani melalui implementasi EAP sangat sesuai dengan cita-cita neoliberalis yang proliberalisasi. c. Perbaikan Pada Sistem Perpajakan Hasil lain yang bisa diukur secara tangible dari implementasi Economic Adjustment Programme adalah perbaikan pada sistem pajak untuk mengurangi praktik penghindaran pajak. Dengan hukum yang lebih ketat mengatur tentang penghindaran pajak, pada akhir tahun 2010, pemerintah Yunani berhasil mendapatkan 3,4 milyar Euro dari denda pajak, meningkat 182% jika dibandingkan dengan tahun 2009, serta menyita 555 yacht dan mendapatkan 10 juta Euro dari penalti atas pelanggaran aset yang tidak dilaporkan.102 d. Berkurangnya Imigran Keberadaan imigran, khususnya imigran gelap, selalu menjadi salah satu masalah serius yang harus ditangani oleh pemerintah Yunani. Setelah adanya Economic Adjustment Programme, diindikasikan bahwa jumlah 101 World Bank, Doing Business 2010 “From May 2010 to May 2011”, Hellenic Economic Policy Programme Newsletter, Athena: Hellenic Republic Ministry of Finance, 2010, hal. 2 102 148 migrasi ke Yunani berkurang dan terjadi eksodus signifikan dari imigran yang sudah ada di Yunani.103 Dalam survey yang dilakukan oleh OECD, pada kuartil keempat tahun 2010, terjadi penurunan jumlah imigran yang berada di Yunani sebanyak 4% jika dibanding tahun 2009. Jumlah imigran yang berasal dari negara non-anggota Uni Eropa yang memiliki izin tinggal di Yunani pada akhir tahun 2010 mencapai 567.000 jiwa, pada akhir tahun 2011 berkurang menjadi 100.000 jiwa. Imigran yang berasal dari negara non-anggota Uni Eropa yang ada di Yunani rata-rata berasal dari Albania, Ukraina, Georgia, dan Pakistan, sedangkan imigran yang berasal dari negara anggota Uni Eropa rata-rata berasal dari Romania dan Bulgaria.104 Berkurangnya jumlah imigran di Yunani disebabkan berkurangnya jumlah lapangan kerja akibat keadaan ekonomi yang sulit dan adanya pemangkasan sumber daya manusia, khususnya di sektor lapangan kerja yang banyak memperkerjakan imigran, seperti sektor konstruksi. Lapisan masyarakat yang cukup mendominasi tingkat pengangguran di Yunani sebenarnya adalah imigran. 4.5.2 Implikasi Negatif dari Implementasi Economic Adjustment Programme 103 Harris Mlyonas, “Is Greece A Failing Developed State? Causes And Socio-Economic Consequences of The Financial Crisis”, dalam K.E. Botsiou dan A. Klapsis (eds.), The Konstantinos Karamanlis Institute For Democracy Yearbook 2011, Athena: The Konstantinos Karamanlis Institute For Democracy, 2011, hal. 84 104 “Country Notes: Recent Changes In Migration Movements And Policies”, dalam International Migration Outlook 2012, OECD, 2012, Hal. 234 149 Yunani memasuki tahun ketiga pengimplementasian Economic Adjustment Programme untuk mengatasi masalah fiskal, namun pemulihan ekonomi dirasa sangat lama untuk dicapai, sementara makin banyak masyarakat Yunani yang merasakan implikasi negatif dari implementasi Economic Adjustment Programme. Kebijakan austerity dalam Economic Adjustment Programme telah berhasil mengurangi jumlah layanan sosial dan mengurangi kemampuan masyarakat Yunani untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, dimana upah, dana pensiun, dan manfaat lainnya dicabut, sementara pajak terus bertambah.105 Secara garis besar, implikasi negatif dari Economic Adjustment Programme dapat dilihat dari pemangkasan biaya yang terlalu progresif, meningkatnya tingkat pengangguran, menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat.106 a. Meningkatnya Tingkat Pengangguran Implementasi negatif Economic Adjustment Programme yang paling dirasakan oleh masyarakat Yunani adalah meningkatnya tingkat pengangguran. Pada akhir tahun 2010, sejak diberlakukannya Economic Adjustment Programme pada bulan Mei, lebih dari 230.000 orang kehilangan pekerjaan. Pada tahun 2009, tingkat pengangguran Yunani mencapai 9,5% dari total populasi tenaga kerja, pada tahun 2010 mencapai 12,5%, dan pada tahun 2011 meningkat drastis menjadi 17,7%. Setiap 105 Asteris Masouras, “Greek Financial Crisis and Anti-Austerity Protests: The Story So Far”, dalam Bernardo Parella (ed.), Europe in Crisis, Global Voices Books, 2012, hal. 56 106 How Are Austerity Measures Affecting Society?, Iowa: University Of Iowa Center For International Finance And Development, 2012, hal. 1 150 minggunya rata-rata 1.200 orang kehilangan pekerjaan di Yunani.107 Jumlah tenaga kerja dikurangi berdasarkan basis satu banding lima, artinya setiap satu orang yang diperkerjakan, akan ada lima orang yang diberhentikan. Tabel 4.18 Pengurangan Pegawai Sektor Publik Diberlakukannya Economic Adjustment Programme Setelah Sumber: Hellenic Republic Ministry of Finance, The Economic Adjustment Programme for Greece Tabel 4.19 Data Employment dan Unemployment Yunani Tahun 20092012 Tahun Employed (Ribu ) Persentase dari Labour Force (%) Unemployed (Ribu) Persentase dari Labour Force (%) 2009Q4 2010Q1 2010Q2 2010Q3 2010Q4 2011Q1 2011Q2 2011Q3 2011Q4 2012Q1 4476,8 4425,6 4427 4402,9 4299 4194,4 4156,3 4079,3 3932,8 3837,9 89,7 88,3 88,2 87,6 85,8 84,1 83,7 82,3 79,3 77,4 514,4 586,8 594 621,9 712,1 792,6 810,8 878,3 1025,9 1120,1 10,3 11,7 11,8 12,4 14,2 15,9 16,3 17,7 20,7 22,6 Total Persentase Unemployment dalam Satu Tahun (%) 9,5 12,5 17,7 : Sumber: Hellenic Statistical Authority, Monthly Statistical Bulletin Grafik 4.24 Fluktuasi Tingkat Pengangguran di Yunani Tahun 20092012 107 Costas Lapavitsas, A. Kaltenbrunner, dkk., The Eurozone Between Austerity and Default, Research on Money and Finance, 2010, hal. 41 151 25 Diberlakukannya Economic Adjustment 20 15 10.3 11.7 11.8 12.4 14.2 20.7 15.9 16.3 22.6 17.7 10 5 0 Sumber: Hellenic Statistical Authority, Monthly Statistical Bulletin Tingginya tingkat pengangguran ini juga menyebabkan permasalahan berkelanjutan lainnya. Mereka yang kehilangan pekerjaan banyak yang tidak mendapatkan dana sosial, karena sistem sosial Yunani hanya memberikan dana manfaat hanya untuk 12 bulan pertama, sehingga dari jumlah 811.000 orang yang kehilangan pekerjaan di tahun 2011, hanya 280.000 yang mendapatkan dana manfaat dari negara. Dana manfaat yang diterima pun hanya 500 euro per bulan.108 Akibatnya mereka yang kehilangan pekerjaan terpuruk dalam jurang kemiskinan. Selain itu, Yunani tidak memiliki sistem formal yang membantu orang muda untuk memasuki bursa kerja atau membantu orang paruh baya yang telah kehilangan pekerjaan untuk mendapatkan pekerjaan baru. Posibilitas yang muncul adalah mereka yang kehilangan pekerjaan akan menjadi pengangguran dalam jangka waktu yang panjang. 108 Nick Malkoutzis, Greece – A Year in Crisis: Examining the Social and Political Impact of an Unprecedented Austerity Programme, Op.Cit., hal. 2 152 Dari tingkat pengangguran yang tinggi, yang paling terkena dampak negatif adalah kelompok usia muda, yaitu 15-24 tahun dan 25-34 tahun. Tingkat pengangguran untuk kelompok usia 15-24 tahun meningkat lebih cepat dibanding tingkat agregat pengangguran nasional pada tahun-tahun sebelumnya, dari 25,7% di tahun 2009, menjadi 40,1% di tahun 2011. Untuk kelompok usia 25-34 tahun, tingkat pengangguran meningkat dari 11,2% di tahun 2009, menjadi 22% di tahun 2011.109 Kedua kelompok usia ini mengalami kenaikan dalam jumlah yang sangat besar, yaitu dua kali lipat. b. Menurunnya Tingkat Kesejahteraan Tenaga Kerja Tidak hanya berdampak negatif bagi mereka yang kehilangan lapangan pekerjaan, implementasi Economic Adjustment Programme juga berdampak negatif pada mereka yang masih memiliki pekerjaan. Akibat implementasi Economic Adjustment Programme, terjadi pemotongan upah pegawai sektor publik. Upah pegawai sektor publik dipotong hingga 2030%.110 Sebelum implementasi Economic Adjustment Programme, upah minimum pegawai sektor publik Yunani lebih tinggi dibanding rata-rata negara anggota Eurozone. Bahkan kenaikan upah pegawai di Yunani lebih cepat dibanding kenaikan negara anggota Eurozone lainnya (Tabel 4.4). Setelah implementasi Economic Adjustment Programme, upah minimum pegawai turun secara signifikan dan hampir sama dengan rata-rata Eurozone 109 Nick Malkoutzis, Young Greeks And The Crisis: The Danger Of Losing A Generation, Op.Cit., hal. 1 110 Nick Malkoutzis, Greece – A Year in Crisis: Examining the Social and Political Impact of an Unprecedented Austerity Programme, Op.Cit., hal. 3 153 (Grafik 4.25). Dampak ini bisa dikatakan sebagai dampak dari pemberlakuan instrumen neoliberalis untuk mendukung efisiensi suatu negara. EAP berusaha mewujudukan efisiensi, sehingga salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai hal tersebut adalah memotong pengeluaran publik, dan pengeluaran publik yang dapat dikatakan paling mudah untuk dipotong adalah upah pegawai. Tak hanya upah, dana pensiun juga dipotong per bulannya oleh pemerintah. Kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah dalam rangka implementasi Economic Adjustment Programme ini dinilai tidak hanya untuk mengurangi pengeluaran publik, namun juga dapat mengurangi labour cost.111 Grafik 4.25 Perbandingan Pertumbuhan Upah Minimum Antara Yunani dan Rata-Rata Eurozone (%Perubahan Tahunan) Sumber: International Monetary Fund, Greece: Fifth Review Under the Stand-By Arrangement Grafik 4.26 Perbandingan Fluktuasi Labour Cost Yunani dan RataRata Eurozone 111 Costas Lapavitsas, A. Kaltenbrunner, dkk., Op.Cit., hal. 39-40 154 Sumber: Hellenic Republic Ministry of Finance, The Economic Adjustment Programme for Greece Dengan menurunnya labour cost, hal ini dapat menempatkan tenaga kerja di posisi lebih lemah di pasar tenaga kerja. Reduksi upah tenaga kerja sektor publik juga berimplikasi pada pengurangan upah dan jumlah tenaga kerja sektor swasta (Grafik 4.27). Hal ini bisa dipahami mengingat pajak yang dikenakan pemerintah pada sektor swasta juga ditingkatkan, sehingga sektor swasta harus mengurangi anggarannya. Salah satu jalannya adalah dengan mengurangi upah tenaga kerja. Grafik 4.27 Fluktuasi Upah dan Jumlah Tenaga Kerja Sektor Swasta Sumber: International Monetary Fund, Greece: Fifth Review Under the Stand-By Arrangement 155 Selain menekan biaya tenaga kerja, pemerintah juga menaikkan pajak nilai tambah dan pajak pendapatan yang semakin memberatkan tenaga kerja. Dana pensiun secara perlahan semakin dikurangi dan akhirnya akan dibekukan. Usia pensiun yang dinaikkan akan mempersulit tenaga kerja Yunani untuk mengklaim dana pensiun dari pemerintah. Selain itu, Economic Adjustment Programme berimplikasi pada adanya pelanggaran pada hak tenaga kerja, seperti mengurangi periode minimum untuk melakukan pemecatan massal, perpanjangan masa probasi dari tiga bulan menjadi satu tahun, perpanjangan kontrak durasi maksimum kontrak kerja tetap menjadi tiga tahun, memrpermudah kondisi untuk pelanggaran sehingga pekerja dapat lebih mudah untuk dipecat, perpanjangan durasi maksimum penggunaan tenaga kerja outsource dari 18 menjadi 36 bulan, perizinan untuk melakukan kerja paruh waktu di sektor publik, pengurangan 10% upah pokok bagi pekerja paruh waktu, pengurangan upah lembur sebesar 20%, dan diperpanjanganya durasi kerja dari 37,5 jam menjadi 40 jam dalam seminggu.112 Keluarga yang anggotanya masih memiliki pekerjaan akan berusaha mendapatkan pendapatan tambahan, misalnya memperpanjang waktu kerja, untuk dapat menyokong anggota keluarganya yang kehilangan atau tidak memiliki pekerjaan.113 Implementasi Economic Adjustment Programme juga memengaruhi kesejahteraan tenaga pendidik di Yunani. Pemotongan tunjangan dan bonus ternyata berdampak serius pada akademisi di universitas. Dosen, khususnya 112 Maria Karamessini, Op.Cit., hal. 173 Tim Callan, dkk, The Distributional Effects of Austerity Measures: A Comparison of Six EU Countries, Brussels: EUROMOD, 2011, hal. 5 113 156 dosen tidak tetap yang sudah memiliki pendapatan setingkat guru sekolah dasar merasakan kesulitan untuk mengadakan penelitian, dikarenakan tidak adanya dana untuk mengadakan penelitian dan tidak adanya waktu karena harus melakukan pekerjaan kedua demi mendapatkan pengasilan tambahan.114 Padahal penelitian diperlukan untuk menunjang karier mereka. c. Kemiskinan dan Rendahnya Kesejahteraan Masyarakat Salah satu akibat lain dari implementasi Economic Adjustment Programme, terjadi kenaikan berbagai jenis pajak tidak langsung seperti pajak nilai tambah naik dari 19% menjadi 23% atau pajak konsumsi untuk bahan bakar, rokok, dan alkohol. Pajak pendapatan juga dinaikkan oleh pemerintah.115 Pemangkasan jumlah tenaga kerja, pemotongan upah dan dana pensiun, kenaikan pajak bagi masyarakat golongan pendapatan rendah dan menengah, pengurangan jaminan sosial, berhasil memndorong masyarakat Yunani jatuh ke dalam lubang kemiskinan dan termarjinalkan secara sosial.116 Masyarakat kelas menengah yang menjadi tulang punggung perekonomian semakin termarjinalkan. Mereka yang kehilangan pekerjaan akhirnya tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka dan keluarga mereka. Kelas baru masyarakat pun muncul, yaitu “bekas kelas menengah.”117 Terjadi kenaikan sebesar 25% pada jumlah tunawisma. Akan tetapi, di situasi perekonomian seperti saat ini dimana seluruh anggaran ditekan, organisasi-organisasi yang biasanya menyediakan bantuan yang tidak bisa 114 Harris Mlyonas, Op.Cit., hal. 82-84 Costas Lapavitsas, A. Kaltenbrunner, dkk., Op.Cit., hal. 41 116 Maria Karamessini, Loc.Cit., hal. 175 117 Harris Mlyonas, Op.Cit., hal. 82-84 115 157 diberikan oleh pemerintah terancam bubar karena kekurangan dana. Pada memorandum yang ditandatangani parlemen Yunani pada 12 Februari 2012 menyatakan Workers Housing Organization (OEK), yaitu organisasi publik yang menyediakan bantuan papan murah bagi masyarakat Yunani harus ditutup untuk mengurangi pengeluaran.118 OEK adalah satu-satunya organisasi publik di Yunani yang bergerak di sektor penyediaan perumahan sosial yang bergerak di bawah Ministry of Labour and Social Security Yunani. Perumahan yang didirikan oleh OEK dijual dengan harga terjangkau kepada pegawai sektor publik dan swasta, pekerja sosial, dan pensiunan. OEK juga menyediakan berbagai bentuk bantuan penyediaan rumah, seperti hibah pemukiman, pinjaman untuk membayar rumah, konstruksi, perbaikan, subsidi untuk penyewaan rumah, dan lainnya. Sekitar 1500 unit rumah disediakan oleh OEK setiap tahunnya.119 Selain itu, terjadi peningkatan jumlah “hidden homeless”, yaitu orang muda yang memeiliki pendapatan rendah atau kehilangan pekerjaan dan tidak sanggup memenuhi kebutuhan papannya, lalu memutuskan untuk tinggal kembali bersama orangtua. Yang menghadapi tantangan paling besar adalah pasangan muda. Pasangan muda yang memiliki dua anak dan hanya satu orang tua yang bekerja mendapatkan rata-rata pendapatan bersih, termasuk subsidi pemerintah, sebesar 17,000 euro per tahun, sedangkan 118 Alice Pittini, Impact of The Crisis and Austerity Measures on The Social Housing Sector, Brussels: CECODHAS Housing Europe’s Observatory, 2012, hal. 6 119 Ibid., hal. 6 158 rata-rata Eurozone adalah 27.700 euro.120 Alhasil, pasangan muda banyak mengandalkan orang tua mereka untuk membiayai akomodasi dan perawatan anak. Pemotongan pengeluaran publik juga berdampak pada masyarakat golongan rentan yang memiliki keterbatasan. Pemerintah mengurangi 50% subsidi negara bagi orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik untuk membeli peralatan seperti kursi roda.121 Kondisi perekonomian yang sulit sebagai dampak implementasi Economic Adjustment Programme juga memengaruhi kenaikan jumlah kriminalitas dan orang yang melakukan bunuh diri.122 Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan untuk menunjukkan keputusasaan karena tidak sanggup memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri dan keluarga. d. Potensi Hilangnya Generasi Emas Yunani masih memiliki potensi sumber-sumber berharga yang belum dimanfaatkan dari kaum mudanya. Aset terbesar Yunani adalah sumber daya manusia. Kurang lebih 1,1 juta jiwa populasi Yunani berumur di bawah 25 tahun dan 1,5 juta jiwa populasi Yunani berumur 25-34 tahun.123 Kelompok populasi ini memiliki pendidikan dan kesadaran politik yang baik. Akan tetapi, kesempatan bagi mereka untuk memberikan kontribusi positif bagi negara tampaknya akan terbatas dalam beberapa tahun ke depan. 120 Nick Malkoutzis, Greece – A Year in Crisis: Examining the Social and Political Impact of an Unprecedented Austerity Programme Op.Cit., hal. 3 121 Ibid., hal. 3 122 Asteris Masouras, Op.Cit., hal. 56 123 Nick Malkoutzis, Young Greeks And The Crisis: The Danger Of Losing A Generation, Op.Cit., hal. 1 159 Populasi pemuda di Yunani rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibanding rata-rata di Uni Eropa. Contohnya, sebanyak 83,4% dari populasi kelompok usia 20-24 tahun di Yunani mengenyam pendidikan menengah ke atas, sementara rata-rata di Uni Eropa hanya 79%. Lalu, 58,3% dari populasi kelompok usia 25-34 tahun di Yunani bisa berbicara dalam bahasa asing, sementara rata-rata di Uni Eropa sebesar 39%.124 Sayangnya, saat ini tingkat pengangguran kelompok usia di bawah 25 tahun mencapai lebih dari 40%. Satu pertiga dari tingkat pengangguran ini adalah mereka yang telah lulus dari universitas. Tingkat pengangguran dari pemegang gelar pascasarjana meningkat dua kali lipat dalam waktu 4 tahun.125 Dengan tingkat pengangguran kelompok muda yang tinggi dan ketidakpastian terhadap prospek masa depan, karena mereka yang masih memiliki pekerjaan pun menyatakan ketidaksanggupan untuk memenuhi kebutuhan hidup, kebijakan austerity sebagai implementasi Economic Adjustment Programme telah memunculkan gelombang emigrasi baru.126 Berbeda dengan emigrasi-emigrasi sebelumnya yang mana mereka yang melakukan emigrasi adalah tenaga kerja tidak berketerampilan, emigrasi yang dihadapi Yunani saat ini adalah emigrasi yang mana yang meninggalkan Yunani tidak hanya tenaga kerja tidak berketerampilan, tapi juga tenaga kerja yang berketrampilan dan berpendidikan baik. Banyak orang muda Yunani, khususnya mereka yang baru menyelesaikan studinya 124 Ibid., hal. 2 Ibid., hal. 2 126 Harris Mlyonas., Op.Cit., hal. 82 125 160 dari universitas merasakan kesulitan mendapatkan pekerjaan, akhirnya mereka memutuskan untuk meninggalkan negaranya untuk mencari peluang yang lebih baik di luar negeri. Pada akhir tahun 2011, 9% dari sarjana dan 51% pemegang gelar PhD meninggalkan Yunani.127 e. Berkurangnya Kepercayaan Masyarakat Pada Pemerintah Berdasarkan respon terhadap implementasi Economic Adjustment Programme, masyarakat Yunani dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori. Kelompok pertama adalah kelompok masyarakat yang hanya bisa pesimis, meratapi hidup, dan sinis. Kelompok kedua adalah kelompok yang mengecam langkah-langkah yang akan diambil, baik itu yang mendukung kebijakan austerity dan yang mendukung kembalinya Yunani ke drachma. Kelompok ketiga adalah kelompok yang bereaksi karena krisis finansial memengaruhi pendapatan dan prospek masa depan mereka. Kelompok keempat adalah kelompok yang memiliki fokus pada penghukuman politisipolitisi yang dinilai harus bertanggung jawab atas kondisi saat ini.128 Keempat kelompok ini sama-sama merasakan dampak dari implementasi kebijakan austerity dan mulai kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah. Dalam kondisi perekonomian dan sosial yang sulit dan tidak pasti, protes publik adalah salah satu cara untuk menunjukkan kekecewaan masyarakat pada pemerintah. Terjadi banyak demonstrasi dan kerusuhan sejak diimplementasikannya Economic Adjustment Programme. Di samping itu, muncul kelompok yang menamai diri mereka Aganaktizmenoi 127 128 Nick Malkoutzis, Loc.Cit., hal. 2 Harris Mlyonas, Op.Cit., hal. 81 161 (Indignants). Kelompok ini berhasil menggalang lebih dari 100.000 massa setiap melakukan demonstrasi.129 Di samping melakukan demonstrasi, kelompok ini juga menyediakan platform untuk mengadakan diskusi publik terkait permasalahan ekonomi dan politik Yunani. Bentuk lain dari berkurangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah juga dapat dilihat pemilihan legislatif yang terjadi di tahun 2012. Jumlah rakyat yang menggunakan suaranya berkurang jika dibandingkan dengan pemilihan legislatif yang diselenggarakan pada tahun 2009. Pada pemilihan legislatif yang diselenggarakan pada tahun 2009, jumlah rakyat yang menggunakan suaranya sebesar 70,92% dari total populasi pemilih. Pada pemilihan legislatif yang diselenggarakan pada Mei 2012, jumlah pemilih berkurang menjadi 65,1% dan pada pemilihan putaran kedua yang diselenggarakan pada Juni 2010, jumlah pemilih berkurang lagi menjadi 62,47%.130 Selain itu, untuk pertama kalinya partai Nazi memenangkan kursi di parlemen. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah berkurang kepercayaannya pada dua partai yang dari dulu mendominasi pemerintahn Yunani. Bagian selanjutnya akan membahas mengenai implikasi Economic Adjustment Programme pada aspek politik Yunani. Tabel 4.20 Daftar Demonstrasi dan Kerusuhan di Yunani dari Pemberian Bailout oleh Uni Eropa Mei 2010 sampai Pemilihan Legislatif Juni 2012 Tanggal 5 Mei 2010 Peristiwa Demonstrasi selama 48 jam terjadi di Athena untuk 129 Nick Malkoutzis, Greece – A Year in Crisis: Examining the Social and Political Impact of an Unprecedented Austerity Programme Op.Cit., hal. 3 130 Hellenic Republic Ministry of Interior, Parliamentary Elections 2012, diakses dari http://ekloges.ypes.gr/v2012b/public/index.html pada 20 Oktober 2012 162 29 September 2010 4 Juni 2011 15 Juni 2011 28 Juni 2011 5 Oktober 2011 19-20 Oktober 2011 Februari 2012 menentang rencana kebijakan austerity pemerintah setelah Uni Eropa dan IMF sepakat untuk memberikan bailout kepada Yunani. Ribuan pekerja di Yunani berdemonstrasi di jalan sebagai bagian dari aksi terkoordinasi menentang kebijakan austerity diberlakukan di seluruh Eropa pada “Europe's Day of Action Against Cuts” Terjadi demonstrasi di Athena untuk menentang keputusan Perdana Menteri Papandreou. Demonstrasi berujung bentrok antara polisi dan demonstran terjadi di Athena. Demonstrasi selama 48 jam dimulai untuk menentang voting terkait kebijakan austerity yang akan diambil oleh parlemen Yunani. Protes masal dilakukan dengan menutup seluruh tempat publik, mulai dari sekolah sampai rumah sakit. Demonstrasi berujung kekerasan selama 48 jam terjadi lagi. Kerusuhan di Athena untuk menentang pemberian paket bailout kedua. Sumber: Guardian, BBC, Bloomberg, Telegraph 4.6 Implikasi Implementasi Economic Adjustment Programme bagi Aspek Politik Yunani Interaksi yang terjadi antara Pemerintah Yunani dan Uni Eropa dalam penanganan sovereign debt crisis ternyata tidak hanya berimplikasi pada aspek ekonomi dan sosial Yunani, melainkan juga berimplikasi pada aspek politik Yunani. Puncak dari implikasi yang terjadi bisa dilihat melalui menangnya New Democracy, yang notabene partai pro-Uni Eropa, dalam pemilihan legislatif Yunani yang dilaksanakan pada 17 Juni 2012. 4.6.1 Ketidakstabilan Politik Yunani Selama Terjadinya Krisis Sejak Yunani dilanda krisis finansial pada tahun 2009, politik Yunani mulai mengalami ketidakpastian. Pemerintahan di bawah Partai New 163 Democracy tidak berhasil memenuhi janji-janji kampanyenya. Tidak ada reformasi besar yang dilakukan, pengeluaran publik terus naik, sementara pendapatan terus menurun dan defisit semakin besar.pada tahun 2009. Kebijakan yang diambil pemerintah untuk menghadapi krisis finansial global tahun 2008 dianggap kebiajakan yang terlambat. Kegagalan-kegalan ini lah yang menyebabkan pemerintah Yunanai didesak untuk mengadakan pemilihan umum pada tahun akhir tahun 2009.131 Akhirnya pada Oktober 2009, George Papandreou, yang berasal dari partai sosialis, Panhellenic Socialist Movement (PASOK) terpilih menjadi perdana menteri baru Yunani. Sebenarnya pada September 2009, PASOK mulai menyadari permasalahan fiskal Yunani, dan beberapa minggu setelah terpilih, George Papandreou behasil membongkar fakta kepada publik bahwa defisit Yunani kemungkinan melebihi 12% dari jumlah PDB. Akan tetapi, pada saat itu, pemerintah yang sedang berkuasa dianggap terlalu lambat bereaksi untuk menghindari pengambilan kebijakan drastis. Awalnya Papandreou mengambil langkah untuk menghadapi krisis dengan hanya bergantung pada kemampuan pemerintahan dan partainya sendiri. Papandreou menolak bentuk kerjasama atau aliansi apapun, khususnya aktor-aktor internal seperti partai politik lain. Ini adalah salah satu kesalahan yang dilakukan oleh Papandreou. Di satu sisi Papandreou menyadari krisis yang terjadi benar-benar serius dan tidak bisa ditangani sendiri, tapi di satu sisi tidak mau membuat koalisi politik internal yang lebih besar untuk 131 Christos Lyrintzis, Greek Politics in The Era of Economic Crisis: Reassessing Causes and Effects, London: Hellenic Observartory European Institute, London School Of Economics and Political Science, 2011, hal. 9-10 164 menghadapi krisis.132 Krisis yang terjadi pun dituding sebagai akibat kelalaian dan kemalasan pemerintahan George Papandreou yang menyebabkan tingkat defisit menjadi semakin tinggi dan membuat masyarakat yang harus menanggung akibat dari kebijakan penghematan drastis yang diambil.133 Menyadari bahwa masalah yang terjadi semakin memburuk, Papandreou justru akhirnya memutuskan untuk bergantung pada bantuan Uni Eropa dan IMF untuk menyelamatkan perekonomian Yunani. Akhirnya Yunani mendapat bantuan pinjaman sebesar 110 milyar untuk jangka waktu tiga tahun dan memorandum antara pemerintah Yunani dan Troika disetujuai oleh parlemen Eropa. Pada Mei 2010, pemerintah Yunani terpaksa harus menyerahkan kapasitas negara untuk menentukan kebijakan fiskal dan menuruti kebijakan-kebijakan di seluruh aspek sosial dan ekonomi yang diadopsi diberlakukan oleh Troika dari economic adjustment progam yang Saat itu Papandreou mendapatkan banyak kecaman keras, khususnya dari partai-partai oposisi. New Democracy saat itu menolak bailout.134 George Papandreou mengumumkan akan mengadakan refrendum untuk menentukan apakah Yunani akan menerima bailout selanjutnya dari Troika. Akan tetapi, refrendum ini tidak pernah terjadi. Pada 9 November 2011, George Papandreou akhirnya dipaksa untuk mengundurkan diri, lalu dua hari kemudian digantikan oleh Lukas 132 Ibid., hal. 13-16 Ibid., hal. 11-13 134 Ibid., hal. 11-13 133 165 Papademos yang merupakan mantan Wakil Presiden ECB dan mantan Direktur Bank Sentral Yunani.135 Lukas Papademos menang dengan 255 dari 300 suara parlemen (38 suara menentang dan 2 menyatakan abstain). Dua partai, yaitu Communist Party (KKE) dan Radical Left Coalition (SYRIZA) mengatakan bahwa pemerintahan yang dipimpin Lukas Papademos tidak sah karena melanggar konstitusional dan dua partai ini mendesak untuk segera diselenggarakannya pemilihan umum. Sementara itu, partai-partai pendukung Papademos juga di belakang berharap dapat menggulingkan Papademos apabila diselenggarakan pemilihan umum.136 Papademos berhasil membentuk koalisi pemerintahan antara PASOK, New Democracy, dan partai kanan People’s Orthodox Alarm (LAOS) untuk tetap menjalankan kebijakan penghematan sesuai dengan kesepakatan antara Pemerintah Yunani dan Troika. Politik Yunani semakin tidak stabil karena banyaknya tekanan. Secara internal, masyarakat Yunani banyak yang menentang kebijakan penghematan dan ditambah banyaknya partai oposisi yang menentang tapi partai-partai tersebut juga tidak melakukan perubahan untuk mengatasi krisis. Secara eksternal, Yunani mendapat banyak tekanan dari aktor-aktor internasional lain, khususnya Uni Eropa untuk segera menyelesaikan masalah krisis finansial. Sepanjang terjadinya sovereign debt crisis dari tahun 2009 sampai saat ini, Yunani telah berganti kepala pemerintahan 135 Corinne Deloy dan Stellina Galitopoulou, “Great Uncertainty Just One Month Before The Next Greek General Elections”, dalam European Elections Monitor: General Elections In Greece 6th May 2012, Paris: The Robert Schuman Foundation, 2012, hal. 2 136 Markus Kuger, “The Business Impact Of A Greek Euro-Zone Exit”, dalam A D&B Special Report April 2012, Dun & Bradstreet Limited, 2012, hal. 4 166 sebanyak tiga kali. Padahal menurut konstitusi Yunani, yaitu pasal 53, pemilihan legislatif dilakukan setiap empat tahun sekali. 4.6.2 Pemilihan Umum 2012 sebagai Indikator Pengaruh Uni Eropa Sesuai dengan konstitusi Yunani yang mengatur bahwa penyelenggaraan pemilihan umum paling lambat satu bulan sebelumnya, pada April 2012, Papademos mengumumkan akan ada pemilihan umum pada Mei 2012. Pemilihan umum ini sendiri tidak hanya penting bagi Yunani, melainkan juga bagi Uni Eropa. Hasil pemilihan umum ini akan menentukan masa depan Yunani di Eropa, apakah akan tetap menyepakati pemberlakuan Economic Adjustment Programme dari Uni Eropa atau memilih jalannya sendiri, yaitu keluar dari Eurozone. Pada pemilihan umum yang diselenggarakan pada 6 Mei 2012, ada 31 partai yang berpartisipasi. Untuk duduk di kursi parlemen, suatu partai harus mendapatkan 3% dari total suara atau mendapatkan 6 kursi di parlemen.137 Dari hasil pemilihan umum 6 Mei 2012, hanya ada 7 partai yang berhasil mendapatkan suara di atas 3%. New Democracy (ND) mendapatkan suara sebanyak 18,5%, yang berarti mendapatkan 58 kursi di parlemen. Berdasarkan konstitusi Yunani, partai yang memenangi suara mayoritas mendapatkan tambahan sebanyak 50 kursi, sehingga ND berhasil mendapatkan total 108 kursi di parlemen. Radical Left Coalition (SYRIZA) memenangkan 16,78 suara atau sebanyak 52 kursi. Panhellenic Socialist 137 Chronicle of Parliamentary Elections Volume 41, New York: Inter-Parliamentary Union, 2007, hal. 113 167 Movement (PASOK) mendapat suara 13,18% suara atau sebanyak 41 kursi di parlemen. Independent Greeks (AE) mendapat 10,61% suara atau sebanyak 33 kursi. Communist Party (KKE) mendapat 8,48% suara atau sebanyak 26 kursi. Golden Dawn (CA) mendapat 6,97% suara atau 21 kursi. Democratic Left (DIMAR) mendapat 6,11% suara atau 19 kursi.138 138 Hellenic Republic Ministry of Interior, Parliamentary Elections 2012, diakses dari http://ekloges.ypes.gr/v2012b/public/index.html pada 15 Oktober 2012 168 Tabel 4.21 Hasil Pemilihan Umum Yunani Mei 2012 Partai Politik New Democracy (ND) Radical Left Coalition (SYRIZA) Panhellenic Social Movement (PASOK) Independent Greeks (AE) Communist Party (KKE) Golden Dawn (CA) Democratic Left (DIMAR) Jumlah Suara 1.192.051 1.061.282 833.257 670.957 536.072 441.018 386.263 % Suara 18,85 16,78 13,18 10,61 8,48 6,97 6,11 Jumlah Kursi 108 52 41 33 26 21 19 Source : Ministry of Interior Hellenic Republic, Parliamentary Elections 2012 Dalam sistem pemilihan legislatif Yunani, suatu partai harus memenangkan myoritas 151 kursi parlemen. Apabila tidak ada partai yang berhasil mendapatkan 151 kursi, maka partai yang menduduki posisi pertama dengan jumlah suara terbanyak diberi kesempatan dalam waktu 3 hari untuk membentuk koalisi. Apabila partai pertama gagal, membentuk koalisi, maka berikutnya partai kedua diberi kesempatan untuk membentuk koalisi dalam waktu 3 hari. Apabila partai pertama gagal, membentuk koalisi, maka berikutnya partai kedua diberi kesempatan untuk membentuk koalisi dalam waktu 3 hari. Apabila partai pertama gagal, membentuk koalisi, maka berikutnya partai kedua diberi kesempatan untuk membentuk koalisi dalam waktu 3 hari. Apabila partai kedua gagal, membentuk koalisi, maka berikutnya partai ketiga diberi kesempatan untuk membentuk koalisi dalam waktu 3 hari. Apabila partai ketiga masih gagal membentuk koalisi, maka presiden akan memfasilitasi langkah netral untuk membentuk koalisi antar partai. Apabila koalisi masih gagal terbentuk, maka pemilihan umum 169 baru akan dilakukan dalam waktu paling lambat 30 hari.139 Pada pemilihan umum Mei 2012, tidak ada partai yang memenangkan 151 kursi parlemen dan koalisi gagal terbentuk, maka diadakan pemilihan umum baru tanggal 17 Juni 2012. Namun sebelumnya, pada tanggal 24 Mei, Uni Eropa mengadakan pertemuan dan kembali mengingatkan kepada Yunani untuk tetap menaati memorandum apabila Yunani ingin mendapatkan dana lagi untuk mengatasi masalah hutang dan krisis ekonomi yang terjadi.140 Pada pemilihan umum 17 Juni 2012, ada 21 partai yang berpartisipasi, namun tetap hanya 7 partai yang berhasil memenuhi kualifikasi mendapatkan lebih dari 3% suara. ND tetap memimpin dengan 29,66% suara atau sebanyak 79 kursi dan tambahan 50 kursi menjadi 129 kursi. SYRIZA mendapat 26,89% suara atau sebanyak 71 kursi. PASOK mendapat 12,28% suara atau sebanyak 33 kursi. AE mendapat 7,51% suara atau 20 kursi. CA mendapat 6,92% suara atau sebanyak 18 kursi. DIMAR mendapat 6,26% suara atau sebanyak 17 kursi. KKE mendapat 4,5% suara atau sebanyak 12 kursi.141 Tidak ada partai yang berhasil memenangkan 151 kursi parlemen. Akan tetapi, ND berhasil melakukan koalisi dengan PASOK dan DIMAR dan akhirnya pada 20 Juni 2012, Antonis Samaras, ketua partai ND diangkat sebagai perdana menteri baru Yunani. Antonis Samaras mengajak partai-partai politik Yunani untuk tetap menghargai memorandum yang sudah disepakati oleh Yunani dengan Uni Eropa sambil terus berusaha 139 Christos Lyrintzis, Op.Cit., hal. 18-20 Greece Election: Pro-Bailout Party to Attempt Coalition, diakses dari http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-18478982 pada 13 Oktober 2012 141 Hellenic Republic Ministry of Interior, Parliamentary Elections 2012, diakses dari http://ekloges.ypes.gr/v2012b/public/index.html pada 15 Oktober 2012 140 170 melakukan negosiasi kembali terhadap beberapa persyaratan aturan yang ada.142 Tabel 4.22 Hasil Pemilihan Umum Yunani Juni 2012 Partai Politik New Democracy (ND) Radical Left Coalition (SYRIZA) Panhellenic Social Movement (PASOK) Independent Greeks (AE) Golden Dawn (CA) Democratic Left (DIMAR) Communist Party (KKE) Jumlah Suara 1.825.637 1.655.086 755.868 462.466 425.990 385.077 277.204 % Suara 29,66 26,89 12,28 7,51 6,92 6,26 4,50 Jumlah Kursi 129 71 33 20 18 17 12 Source : Ministry of Interior Hellenic Republic, Parliamentary Elections 2012 ND yang memenangkan pemilihan umum adalah partai pro-bailout. Pada awal pemerintahan George Papandreou tahun 2009, ND adalah partai oposisi yang menentang bailout. Namun, ketika George Papandreou mengundurkan diri, ND berubah haluan berkoalisi dengan PASOK untuk mendukung bailout, akan tetapi ND berharap dapat melakukan negosisasi dengan Uni Eropa terkait beberapa poin pertaturan dalam memorandum.143 Dalam hal pemberlakuan Economic Adjustment Programme, ND mendukung privatisasi sebagai cara untuk meningkatkan pendapatan negara. ND bahkan menargetkan target privatisasi di atas prediksi yang diatur dalam memorandum, sehingga defisit bisa dikurangi tanpa perlu melakukan pengurangan lebih jauh pada upah tenaga kerja dan dana pensiun dan 142 Greece Election: Pro-Bailout Party to Attempt Coalition, diakses dari http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-18478982 pada 13 Oktober 2012 143 A Guide To Greece’s Political Parties, diakses dari http://www.aljazeera.com/indepth/features/2012/05/20125120322955327.html pada 13 Oktober 2012 171 akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Yunani.144 Perbaikan pada sistem upah dan tenaga kerja merupakan hal yang paling mudah dijadikan materi kampanye dalam kondisi pemberlakuan EAP, karena hal ini yang paling vital dan bersentuhan secara langsung dengan rakyat. Pemilihan umum yang terjadi di tahun 2012, baik pada bulan Mei dan Juni menyiratkan bahwa yang menjadi pusat perhatian adalah Memorandum of Economic and Financial Policies antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa. Pada pemilihan umum 2012 yang saling memperebutkan kursi parlemen adalah partai-partai yang pro-bailout dan partai-partai yang antibailout, bukan hanya sekedar pertarungan antara partai kiri dan partai kanan. Partai yang memenangkan pemilihan umum akan menentukan masa depan Yunani di Eropa, apakah tetap berada di Eurozone atau keluar dari Eurozone. Dalam pemilu 2012, posisi partai-partai politik Yunani terhadap bailout, khususnya mengenai penerapan kebijakan penghematan, dan Uni Eropa dapat diklasifikasikan menjadi tiga. Pertama adalah partai yang mendukung bailout dan kesepakatan dengan Uni Eropa, serta tetap menginginkan Yunani untuk berada dalam wilayah Uni Eropa, khususnya Eurozone. Kedua adalah partai yang menginginkan pembatalan bailout dan memorandum antara Yunani dan Uni Eropa, namun di satu sisi menginkan tetap berada di wilayah Eurozone. Ketiga adalah partai yang menginginkan Yunani keluar dari Uni Eropa dan membiarkan Yunani mengalami default. 144 Maria Koutoulakou, “New Democracy And The New Pro-European Greek Government, dalam Delkelet Europa – South-East Europe International Relations Quarterly, Vol. 3. No.2, 2012, hal. 1 172 Tabel 4.23 Profil Tujuh Partai dengan Suara Terbanyak di Pemilu Yunani Tahun 2012 Partai New Democracy (ND) Coalition of Radical Left (SYRIZA) Panhellenic Socialist Movement (PASOK) Independent Greeks (AE) Golden Dawn (CA) Democratic Left (DIMAR) Communist Party (KKE) Orientasi Posisi Terhadap Bailout Posisi Terhadap Uni Eropa Tengah-Kanan Pro-Bailout Pro-Uni Eropa Kiri Anti-Bailout Pro-Uni Eropa Tengah-Kiri Pro-Bailout Pro-Uni Eropa Kanan Anti-Bailout Pro-Uni Eropa Ekstrim Kanan Anti-bailout Anti-Uni Eropa Kiri Moderat Pro-Bailout Pro-Uni Eropa Ekstrim Kiri Anti-Bailout Anti-Uni Eropa Sumber: Penulis (Analisa dari serbagai sumber) Implementasi Economic Adjustment Programme menempatkan Yunani pada posisi debitur dan Uni Eropa pada posisi kreditur. Pada kondisi sovereign debt crisis yang seperti dialami Yunani, kreditur secara tidak langsung mampu mengontrol debitur. Pada posisi kreditur, apabila debitur tidak melakukan hal yang dilakukan oleh kreditur, maka kreditur bisa memberikan ancaman kepada debitur. Uni Eropa tentunya menginginkan Yunani tetap berada dalam Economic Adjustment Programme seperti kesepakatan karena Uni Eropa memiliki kepentingan yang sudah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya. Apabila pemerintah Yunani yang baru menentang Economic Adjustment Programme, maka Uni Eropa dapat mengancam untuk tidak membantu perekonomian Yunani lagi dan bahkan bisa mengeluarkan Yunani dari Eurozone karena Uni Eropa memiliki kekuatan sebagai kreditur. 173 Berdasarkan hasil pemilihan umum Yunani pada tahun 2012, dapat dikatakan bahwa rakyat Yunani memilih untuk tetap berada dalam Economic Adjustment Programme Uni Eropa. Memang banyak rakyat Yunani yang tidak menyukai adanya kebijakan penghematan dan mendesak pemerintah untuk menghentikan kebijakan penghematan. Akan tetapi, ketakutan rakyat Yunani untuk keluar dari Eurozone membuat rakyat Yunani memilih partai yang pro-bailout dan pro-Uni Eropa.145 Bailout dan kebijakan austerity dirasa sebagai suatu prasyarat bagi Yunani untuk tetap berada dalam Eurozone. Hasil pemilu ini menujukkan bahwa pilihan rakyat Yunani terbagi menajadi dua, yaitu antara keinginan untuk tetap berada di Eurozone atau kemarahan atas pemotongan gaji, dana pensiun, dan lapangan pekerjaan.146 Rakyat Yunani lebih memilih untuk tetap berada di Eurozone dengan resiko tetap berada dalam paket kebijakan penghematan yang diberikan oleh Uni Eropa daripada harus keluar dari Eurozone dengan resiko lebih besar yang tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu, konstituen Yunani menjadikan “tetap berada di Eurozone” sebagai pertimbangan pertama, dan kebijakan ekonomi sebagai pertimbangan kedua, dengan harapan adanya modifikasi terhadap kebijakan bantuan yang dapat meringankan beban masyarakat Yunani namun tetap dapat menciptakan pemulihan ekonomi.147 145 Gregory T. Papanikos, The Simple Arithmetics of The May 2012 Greek Elections, Athena: Athens Institute for Education and Research, 2012, hal. 10 146 New Democracy Wins Greek Election, but Crisis Not Over, diakses dari http://www.euractiv.com/euro-finance/new-democracy-wins-greek-electio-news-513355 pada 13 Oktober 2012 147 Markus Kuger, Op.Cit., hal. 4 174 Tabel 4.24 Jumlah Konstituen Yunani yang Memilih Partai Pro-Bailout Pro-Bailout Anti-Bailout Pemilu Mei 2012 (%) 38,14 42,84 Pemilu Juni 2012 (%) 48,20 45,82 Selisih (%) 10,06 2,98 Sumber: Penulis (kalkulasi dari data hasil pemilihan umum di Ministry of Interior) Keterangan: Pro-Bailout dihitung dari total pendapatan suara ND, PASOK, dan DIMAR. Anti-Bailout dihitung dari total pendapatan suara SYRIZA, AE, CA, dan KKE. Tabel 4.25 Jumlah Konstituen Yunani yang Memilih Partai Pro-Uni Eropa Pro-Uni Eropa Anti-Uni Eropa Pemilu Mei 2012 (%) 54,92 15,45 Pemilu Juni 2012 (%) 82,6 11,42 Selisih (%) 27,68 -4,03 Sumber: Penulis (kalkulasi dari data hasil pemilihan umum di Ministry of Interior) Keterangan: Pro-Bailout dihitung dari total pendapatan suara ND, SYRIZA, PASOK, AE, dan DIMAR. Anti-Bailout dihitung dari total pendapatan suara CA dan KKE Diagram 4.4 Hasil Survey Pandangan Masyarakat Yunani Mengenai Kelaurnya Yunani dari Eurozone Sumber: Sara F. Taylor, Financial Crisis in the European Union: The Cases of Greece and Ireland Hasil pemilu ini tentunya membuat Uni Eropa lega, karena pemerintah yang terpilih ada pemerintah yang mau bekerja sama dengan Uni Eropa. Akan tetapi, seandainya SYRIZA yang terpilih pun, Uni Eropa masih dapat memengaruhi politik Yunani. Mengingat partai ini adalah partai yang proUni Eropa dan masih menginginkan Yunani untuk bergabung dengan Eurozone. Akan mustahil bagi Yunani untuk menghilangkan bailout namun 175 di satu sisi tetap menginginkan berada di dalam Eurozone. Sesuai dengan teori neoliberalisme, keberadaan institusi liberal internasional dapat memengaruhi politik suatu negara. Kebutuhan Yunani untuk tetap berada di Eurozone, membuat politik Yunani menyesuaikan dengan kepentingan Uni Eropa. Hal lain yang menarik dari hasil pemilu ini adalah mengapa dalam periode krisis ekonomi dan kebijakan penghematan, ide partai anti-bailout yang notabene mayoritas adalah partai kiri mengenai persamaan, keadilan sosial, dan solidaritas tidak berhasil memengaruhi konstituen. Jawaban yang memungkinkan dari kondisi politik Yunani adalah dikarenakan agen politik kiri tidak terlalu kompeten untuk menyakinkan masyarakat mengenai idealisme kiri mereka, sehingga idealisme ini tidak berhasil menghadapi dominasi ideologi liberal mengenai kebebasan pasar dan kompetisi bebas memberikan solusi bagi seluruh masalah.148 Alasan lain yang dapat menjelaskan kesuksesan partai pro-bailout adalah adanya tren di masyarakat yang menujukkan kecenderungan penolakan terhadap ideologi populis yang mengatakan adanya jalan keluar yang mudah bagi Yunani untuk keluar dari masalah ekonomi. 4.6.3 Perubahan Konstelasi Politik Yunani Setelah Bailout Sejak jatuhnya rezim diktator yang telah berkuasa di Yunani selama tujuh tahun dan berdirinya pemerintahan republik Yunani pada tahun 1974, 148 Christos Lyrintzis, Op.Cit., hal. 18-20 176 politik Yunani selalu dikenal sebagai politik bipolar. Politik Yunani selalu didominasi oleh dua partai besar, yaitu partai tengah-kiri, Panhellenic Socialist Movement (PASOK) dan partai tengah-kanan, New Democracy (ND).149 PASOK dan ND saling menjadi oposisi satu sama lain. Ketika PASOK berkuasa, ND menjadi oposisi. Begitu pun sebaliknya, ketika ND berkuasa, PASOK menjadi oposisi. Yunani memiliki sejarah yang singkat dan tidak produktif dari koalisi pemerintahan. Pemberian bailout yang dilakukan oleh Uni Eropa kepada Yunani berhasil merubah konstelasi politik Yunani. Dari politik bipolar yang didominasi oleh ND dan PASOK, menjadi partai yang pro-bailout dan anti-bailout. Bahkan antar partai politik berhasil dituntut untuk saling berkoalisi.150 Tabel 4.26 Partai Pemenang Pemilihan Umum Tahun 1974-2009 Tahun Pemilihan November 1974 November 1977 Oktober 1981 Juni 1985 Juni 1989 November 1989 April 1990 Oktober 1993 September 1996 Maret 2000 Maret 2014 September 2007 Oktober 2009 Juni 2012 Perdana Menteri Terpilih Constantine Karamanlis Constantine Karamanlis Andreas Papandreou Andreas Papandreou Tzannis Tzannetakis Xenophon Zolotas Constantine Mitsotakis Andreas Papandreou Constantine Simitis Constantine Simitis Costas Karamanlis Costas Karamanlis George Papandreou Antonis Samaras Partai ND ND PASOK PASOK ND National Unity ND PASOK PASOK PASOK ND ND PASOK National Unity Sumber: George Alogoskoufis, Greece’s Sovereign Debt Crisis: Retrospect and Prospect 149 George Alogoskoufis, Op.Cit., hal. 16 Nick Malkoutzis, The Greek Crisis And The Politics Of Uncertainty, Berlin: Friedrich-EbertStiftung, 2011, hal. 5 150 177 Pengambilan keputusan untuk meminta bantuan bailout dari Uni Eropa dan IMF serta setuju untuk menerapkan Economic Adjustment Programme oleh George Papandreou dinilai sebagai keputusan yang paradoks bagi PASOK. PASOK yang notabene partai kiri justru mendukung ideologi neoliberalis. Sementara itu, ketika bailout pertama diumumkan, ND adalah menyatakan menentang bailout. Hal ini juga paradoks. Suatu partai liberal menentang seperangkat kebijakan liberal, meskipun pada akhirnya ND mendukung bailout.151 Implikasi lain dari adanya interaksi antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa dalam mengatasi sovereign debt crisis adalah perubahan konstelasi politik Yunani yang cepat dan menimbulkan ketidakpastian politik. Di lain pihak, penerapan Economic Adjustment Programme sebagai timbal balik bailout yang diberikan oleh Uni Eropa secara tidak langsung memengaruhi peningkatan popularitas partai anti-bailout. Meskipun SYRIZA tidak berhasil memenangi pemilu, partai ini berhasil mendapatkan peningkatan suara yang drastis dibandingkan dengan pemilihan umum sebelumnya. Sejak tahun 2010, ketidakpuasan pada ND dan PASOK dan kekecewaan pada memorandum antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa menyebabkan lahirnya banyak partai-partai baru.152 Ketidakpuasan pada memorandum bahkan membuat partai Neo-Nazi seperti Golden Dawn untuk 151 Christos Lyrintzis, Op.Cit., hal. 16-18 Greece – A Year in Crisis: Examining the Social and Political Impact of an Unprecedented Austerity Programme, Op.Cit., hal. 2 152 178 pertama kalinya berhasil mendapatkan banyak suara dan duduk di parlemen, padahal Yunani adalah negara demokrasi yang anti-fasisme.153 4.7 Aplikasi Teori dan Konsep Pada Analisa dan Pembahasan Teori Hubungan Internasional yang digunakan uuntuk menunjang penelitian ini adalah teori neoliberalisme. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab 2, dalam konteks internasional, neoliberalisme menekankan pada pergerakan bebas lintas batas nasional dari barang, jasa, kapital, dan uang. Uni Eropa sebagai institusi yang mendukung pergerakan lintas batas nasional dari barang, jasa, kapital, dan uang dapat dikategorikan sebagai institusi neoliberal. Neoliberalisme menganut paham bahwa peran negara dalam hal ekonomi sangat terbatas, dan lebih menekankan peran dari institusi ekonomi liberal. Apabila pemerintah nasional masih memainkan perannya untuk mencapai kepentingan domestik melalui kebijakan negara, pada akhirnya kebijakan yang diambil akan menyesuaikan dnegan kebijakan yang diambil oleh institusi liberal. Hal ini sangat terlihat jelas pada Uni Eropa, dimana Uni Eropa, khususnya ECB, lebih memerankan banyak peran ekonomi dibanding pemerintah negara anggota Eurozone, termasuk Yunani, melalui berbagai instrumen kebijakan moneternya. Melalui analisa pada bab ini juga terlihat bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Uni Eropa juga menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya sovereign debt crisis Yunani. 153 Corinne Deloy dan Stellina Galitopoulou, Op.Cit, hal. 9 179 Dalam hal mengatasi sovereign debt crisis Yunani, Uni Eropa juga lebih banyak mengambil peran dibanding pemerintah Yunani. Pemerintah Yunani secara tidak langsung menjadi instrumen untuk menerapkan kebijakan yang diambil oleh Uni Eropa, yang tertuang dalam Economic Adjustment Programme. Ada beberapa alasan di balik kegigihan pemerintah Yunani dan Uni Eropa dalam mengimplementasi Economic Adjustment Programme. Salah satunya adalah konsistensi dengan agenda neoliberal yang mengatur bahwa fungsi pasar tanpa adanya intervensi dari negara akan menjadi lebih baik.154 Economic Adjustment Programme yang diterapkan sesuai dengan unsur-unsur yang didukung oleh perspektif neoliberalisme, yaitu pro-liberalisasi, pro-efisiensi, dan pro-privatisasi. Hal ini dapat terlihat dari kebijakan-kebijakan yang diambil untuk mengatasi sovereign debt crisis. Selain itu, menurut teori neoliberalisme, intervensi institusi liberal internasional dapat memengaruhi pengambilan kebijakan suatu rezim pemerintahan dalam hal politik. Hal ini terlihat jelas pada pengambilan keputusan-keputusan politik yang diambil oleh pemerintah Yunani dalam mengatasi sovereign debt crisis di bawah kontrol Uni Eropa dan bagaimana akhirnya eksistensi Uni Eropa dapat memengaruhi pemilihan legislatif Yunani. Bagi para penganut neoliberalis, supremasi hak-hak sektor privat dan proses percepatan deregulasi dan privatisasi adalah tujuan utama.155 Kebijakan-kebijakan ekonomi yang ditetapkan suatu negara dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan 154 Berdasarkan hasil wawancara dengan Euclid Tsakalotos, anggota parlemen Yunani bagian Standing Committee on Economic Affairs and Committee on the Financial Statement and the General Balance Sheet and on the implementation of the State Budget pada 19 November 2012 155 Jonas Sjöstedt, “The Lisbon Treaty – Centralization and Neoliberalism”, dalam Röda EU-Tema number 10, Brussels: Gauche Unitaire Europeenne/Nordic Green Left, 2007, hal. 19 180 tersebut. Tujuan-tujuan lain di luar ekonomi tidak dianaktirikan, tapi digunakan dan disesuaikan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.156 Hal ini juga dapat terlihat jelas pada interaksi antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa dalam mengatasi sovereign debt crisis. Economic Adjustment Programme sebagai instrumen yang digunakan oleh Uni Eropa berhasil merombak struktur perekonomian Yunani, termasuk di dalamnya mengatur privatisasi dan perubahan regulasi sektor privat sebagai solusi untuk mengatasi sovereign debt crisis. Kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah Yunani sebagai bentuk implementasi dari Economic Adjustment Programme akhirnya menjadi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Pada akhirnya, sesuai dengan apa yang dianut oleh para neoliberalis bahwa hak ekonomi, sosial, dan politik masyarakat akan tererosi sebagai dampak dari privatisasi, serta korporasi dan kapital akan menjadi lebih dominan pun terjadi di Yunani. Upah pegawai diturunkan yang akhirnya memengaruhi labor cost dari pekerja Yunani. Dengan labor cost yang diturunkan maka pihak employer memiliki bargaining position yang lebih tinggi dibanding pihak employee. Hak-hak ekonomi dan sosial masyarakat Yunani yang tererosi telah dijabarkan pada sub-bab sebelumnya, yaitu meningkatnya pengangguran dan menurunnya tingkat kesejahteraan akibat pemangkasan upah, dana pensiun, dan manfaat sosial lainnya yang mendorong peningkatan kemiskinan. Hak politik masyarakat Yunani yang tererosi pun dapat terlihat dari hasil pemilihan legislatif Yunani, dimana masyarakat Yunani tidak 156 Timothy L. Misir, “The Struggle Against Neoliberal Austerity And The Survival Of The European Project” dalam Working Paper No. 4 November 2011, Singapore: European Union Centre in Singapore, 2011, hal. 5 181 memiliki pilihan lain selain memilih partai yang pro-Uni Eropa sebagai solusi untuk segera mengakhiri sovereign debt crisis. Ketergantungan pada institusi internasional liberal yang pro-liberalisasi, pro-efisiensi, dan pro-privatisasi ini lah adalah hal yang ingin dicapai oleh para neoliberalis dan hal ini terlihat jelas sekali pada implementasi Economic Adjustment Programme sebagai bentuk interaksi antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa dalam mengatasi sovereign debt crisis Yunani. Ketergantungan pada instrumen neoliberal ini lah yang membuat negara pada akhirnya hanya akan terjebak pada lingkaran neoliberal.