BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perdagangan Internasional 2.1.1 Definisi Perdagangan Internasional Setiap negara memiliki karakteristik, sumber daya, ekonomi, dan sosial yang berbeda dengan negara lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut menjadikan komoditas yang dihasilkan di tiap-tiap negarapun berbeda. Suatu negara mungkin membutuhkan komoditas yang tidak mampu diproduksi sendiri di negaranya namun dimiliki oleh negara lain. Oleh sebab itu, setiap negara tidak mampu berdiri sendiri namun membutuhkan negara lain. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perdagangan internasional (Yani, 2014). Menurut Joseph Eby Ruin (2008), perdagangan internasional adalah pertukaran barang dan jasa yang terjadi diantara negara yang berbeda. Pengertian ini hampir sama dengan pengertian yang dikemukakan oleh Belay Seyoum (2014), yaitu pertukaran barang dan jasa yang melewati perbatasan negara. Dari kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perdagangan internasional adalah transaksi pertukaran barang dan jasa melewati batas-batas wilayah negara yang berbeda. 1.1.2 Alasan Negara Melakukan Perdagangan Internasional Steve Suranovic (2010) menyebutkan ada lima dasar negara melakukan perdagangan internasional, yaitu : 1. Perbedaan Teknologi Perdagangan menguntungkan dapat terjadi diantara negara jika negara-negara memiliki kemampuan teknologi yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa. Teknologi mengacu pada teknik yang digunakan untuk mengubah sumber daya (tenaga kerja, modal, tanah) menjadi output. 2. Perbedaan Sumber Daya Perdagangan menguntungkan dapat terjadi antara negara jika negara-negara memiliki perbedaan sumber daya, baik sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya modal (mesin, infrastruktur, sistem komunikasi). 15 16 3. Perbedaan Dalam Permintaan Perdagangan menguntungkan dapat terjadi antara negara jika terdapat perbedaan tuntutan atau preferensi terhadap suatu produk. 4. Adanya Skala Ekonomis di Produksi Adanya skala ekonomi dalam produksi cukup memadai untuk menghasilkan perdagangan yang menguntungkan antara kedua negara. Skala ekonomi mengacu pada proses produksi di mana biaya produksi yang lebih rendah dan skala produksi yang lebih tinggi. 5. Adanya Kebijakan Pemerintah Program pajak dan subsidi pemerintah bisa cukup memadai untuk menghasilkan keuntungan dalam produksi produk tertentu. Dalam keadaan ini, perdagangan yang menguntungkan mungkin timbul semata-mata karena perbedaan dalam kebijakan pemerintah di seluruh negara. 2.1.3 Ekspor Salah satu media transaksi bisnis lintas negara dalam perdagangan internasional adalah ekspor. Ekspor artinya menjual barang/jasa dari dalam negeri ke negara asing (Kumar, 2007). Berdasarkan Undang-Undang nomor 2 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dan jasa dari kawasan pabean Indonesia (Adrian Sutedi, 2014). Daerah Pabean adalah wilayah negara Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang kepabeanan (Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, 2015). Dari definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ekspor adalah penjualan barang atau jasa dari dalam negeri melewati daerah pabean atau batas negara ke negara lain. Siswanto Sutojo menyimpulkan ciri-ciri khusus dari kegiatan ekspor (Sutojo, 2014), antara lain : 1. Adanya perbedaan batas wilayah negara diantara penjual (eksportir) dan pembeli (importir). 2. Negara penjual (eksportir) dan negara pembeli (importir) memiliki mata uang yang berbeda dan kedua pihak memakai mata uang asing yang disepakati bersama untuk transaksinya. 17 3. Masing-masing pihak belum terlalu mengenal satu sama lain 4. Kebijakan di negara eksportir maupun importir berbeda. 5. Praktik dan istilah-istilah dalam melakukan perdagangan internasional diantara negara eksportir dan importir mungkin berbeda. 2.2 Daya Saing 2.2.1 Definisi Daya Saing Daya saing suatu negara adalah suatu topik yang menarik. Daya saing suatu negara dianggap dapat menjadi sumber suatu negara membangun perekonomian yang kuat (Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral - PKRB, 2014). Pengertian daya saing juga mengacu pada kemampuan pemasaran produk suatu negara bila dibandingkan dengan negara lain (Bappenas, 2007). Jadi dapat disimpulkan bahwa daya saing adalah kemampuan suatu negara yang lebih unggul dalam memasarkan produk guna membangun perekonomian negaranya . 2.2.2 Keunggulan Komparatif Konsep keunggulan komparatif dikemukakan pertama kali oleh David Ricardo pada abad ke-19 yang menyatakan bahwa suatu negara akan menikmati manfaat ekonomi jika melakukan spesialisasi (Sherlock, 2011). Sebuah negara dikatakan memiliki keunggulan komparatif jika dapat menghasilkan produk yang baik dengan biaya yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara lain (Suranovic, 2010). Keunggulan komparatif didasarkan pada biaya peluang yang lebih rendah dalam kegiatan tertentu. Setiap negara hanya menghabiskan waktu dan sumber daya pada kegiatan yang memiliki biaya kesempatan yang lebih rendah. Total output untuk dunia akan meningkat bila setiap negara mengkhususkan diri pada suatu barang atau komoditas. Negara mungkin memiliki keunggulan mutlak dalam beberapa barang, sebagian besar barang, atau bahkan tidak ada sama sekali. Namun setiap negara harus mengkhususkan diri sesuai dengan keunggulan komparatifnya (Thompson, 2006). Konsep keunggulan komparatif Ricardo dibangun atas sejumlah asumsi (Zhang, 2008), antara lain : 1. Dua negara masing-masing memproduksi komoditas yang bersifat homogen 2. Kondisi persaingan sempurna 18 3. Terdapat mobilitas faktor produksi yang sempurna di dalam negara namun mobilitas di antara dua negara tidak lancar 4. Hanya ada satu faktor produksi, tenaga kerja dan nilai relatif komoditas hanya disasarkan pada konten tenaga kerja 5. Teknologi yang mapan, serta kemungkinan adanya perbedaan tingkat teknologi diantara negara yang berbeda 6. Biaya produksi komoditas konstan 7. Faktor produksi sepenuhnya digunakan 8. Tidak ada hambatan perdagangan, seperti biaya transportasi, atau hambatan ekonomi dari pemerintah Teori keunggulan komparatif yang lebih modern adalah teori Hecksher-Ohlin pada tahun 1933. Teori Heckscher-Ohlin menunjukkan bahwa perdagangan komoditas secara internasional bisa meringankan ketidaksesuaian faktor sumber daya relatif antara negara-negara. Ini mengambil tempat secara tidak langsung ketika negara mengekspor komoditas yang menggunakan faktor yang relatif melimpah secara intensif. Inti dari teori Heckscher-Ohlin adalah sebuah negara akan akan mengkhususkan diri dalam mengekspor komoditas yang produksinya lebih banyak menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara tersebut, serta akan mengimpor komoditas yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif langka dan mahal di negara tersebut (Zhang, 2008). 2.2.2.1 Revealed Comparative Advantage (RCA) Keunggulan komparatif dapat diukur dengan membandingkan pangsa pasar ekspor komoditas tertentu suatu negara di pasar dunia menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA). Dengan menggunakan RCA maka dapat diketahui posisi komparatif kopi Indonesia diantara negara-negara produsen kopi lainnya di pasar kopi internasional, dalam penelitian ini di pasar ASEAN. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk (kopi) terhadap total ekspor suatu wilayah (Indonesia) yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor kopi dunia terhadap total nilai ekspor dunia (Nalurita, Asmarantaka,R,W, & Jahroh, 2014). RCA dirumuskan sebagai berikut 19 Dimana : RCAij = Keunggulan komparatif kopi Indonesia Xij = Nilai ekspor komoditas i (kopi) negara j tahun ke t Σi Xij = Total nilai ekspor seluruh komoditas negara j Σj Xij = Total nilai ekspor komoditas i (kopi) dunia ΣiΣi Xij = Total nilai ekspor untuk seluruh komoditas dunia Apabila nilai RCA lebih besar dari satu maka berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam komoditas kopi dan mempunyai daya saing yang kuat. Apabila nilai RCA kurang dari satu maka artinya Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif atau komoditas kopi tersebut daya saingnya lemah. Semakin tinggi nilai RCA-nya, semakin kuat daya saingnya (Nalurita, et al., 2014). 2.2.3 Keunggulan Kompetitif 2.2.3.1 Porter’s Diamond Theory Porter membedakan empat faktor dasar yang saling terkait dan dapat mendorong atau menghambat daya saing suatu negara, yang kemudian dikenal dengan Porter’s Diamond Theory (Ediana, et al., 2007), antara lain : 20 Gambar 2. 1 Porter’s Diamond Theory Sumber : Abbey, 2012 1. Faktor Kondisi Faktor kondisi adalah kekuatan suatu negara yang dilihat berdasarkan faktor-faktor produksi yang dimiliki negara tersebut. Faktor-faktor produksi tersebut terdiri atas sumber daya alam, sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, modal, dan infrastruktur. 2. Faktor Permintaan Faktor permintaan berkaitan dengan permintaan akan barang dan jasa oleh konsumen yang berada dalam suatu negara, dimana permintaan tersebut dipengaruhi oleh komposisi keinginan dan kebutuhan konsumen, jangkauan pasar dan tingkat pertumbuhan pasar, mekanisme penyaluran kebutuhan dan keinginan konsumen domestik ke pasar luar negeri. 3. Faktor Industri Pendukung Faktor industri pendukung berkaitan dengan ketersediaan industri yang dapat memasok dan mendukung persaingan internasional. 4. Faktor Strategi, Struktur, dan Persaingan Faktor strategi, struktur, dan persaingan mengacu pada bagaimana suatu perusahaan dijalankan, diorganisasikan, bagaimana struktur manajemen yang ada, serta bagaimana kondisi persaingan di pasar. 21 Dalam skala nasional, pemerintah juga berperan untuk memperkuat daya saing suatu negara di luar negeri, misalnya melalui standarisasi mutu produk dan mendorong kerjasama antara pemasok dan pembeli. 2.2.3.2 Porter’s Five Forces Model Analisis Porter’s Five Forces Model bertujuan untuk menentukan keunggulan bersaing dan keunggulan kompetitif suatu perusahaan atau industri. Porter membuat kombinasi dari lima kekuatan, yaitu persaingan antar perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya pesaing baru, ancaman produk substitusi, kekuatan tawar-menawar pemasok, kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen (Mustamu, et al., 2015). Gambar 2.2 Porter’s Five Forces Model Sumber : Magretta, 2012 1. Persaingan Antar Perusahaan Sejenis Suatu perusahaan dapat berhasil jika perusahaan tersebut memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan perusahaan pesaing. Bertambahnya jumlah pesaing yang menyediakan produk yang sama sehingga konsumen bisa mudah untuk berganti merek serta harga yang lebih kompetitif mengakibatkan meningkatnya intensitas persaingan. Persaingan diantara perusahaan juga akan 22 semakin meningkat jika jumlah pesaing bertambah karena perusahaan yang bersaing sama banyaknya dalam hal ukuran dan kemampuan, permintaan produk industri dapat menurun, dan pemberian potongan harga sudah menjadi hal yang biasa. 2. Masuknya Pesaing Baru Porter menyatakan bahwa ancaman pendatang baru untuk masuk ke dalam suatu industri tergantung pada hambatan untuk memasuki pasar yang ada tersebut, serta perkiraan tentang bagaimana respon dari pesaing-pesaing yang sudah ada. Semakin besar hambatan masuk, maka ancaman masuknya pendatang baru akan rendah. Ada enam sumber utama hambatan masuk yaitu : skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya berganti pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tak menguntungkan. 3. Ancaman Produk Substitusi Produk subtitusi (pengganti) adalah produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri. Produk pengganti membatasi laba potensial yang diterima oleh suatu perusahaan dengan menetapkan harga yang dapat diberikan oleh perusahaan dalam suatu industri. Semakin menarik alternatif harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, maka perusahaan akan semakin ketat dalam membatasi laba. Kekuatan persaingan dari produk pengganti paling baik jika diukur dengan membandingkan pangsa pasar yang dimiliki oleh suatu perusahaan dengan pesaingnya. 4. Kekuatan Tawar-menawar Pemasok Daya tawar-menawar pemasok (bargaining power of supplier) dapat menjadi sebuah ancaman bagi perusahaan yang selama ini memperoleh bahan baku dari pemasok apabila suatu perusahaan hanya bergantung pada satu pemasok. Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar-menawarnya dengan mengancam untuk menaikkan harga jual bahan bakunya atau bisa juga dengan menurunkan kualitas bahan baku produk yang dibeli. Pemasok yang kuat dapat membatasi atau bahkan menekan kesempatan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba maksimal. 5. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli / Konsumen Kekuatan tawar-menawar konsumen juga lebih tinggi ketika produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan adalah produk standar atau tidak berbeda dengan produk lainnya. Dengan kondisi seperti ini, konsumen biasanya dapat 23 bernegosiasi mengenai harga jual, garansi produk, paket aksesori, hingga ke tingkat yang lebih tinggi. Jika kekuatan menawar dari konsumen sangat besar, maka kemungkinan perusahaan pesaing akan menawarkan waktu garansi yang lebih panjang atau pelayanan khusus untuk memperoleh loyalitas pelanggan. 2.2.3.3 Teori Daya Saing Tree Five Soetriono menggabungkan beberapa teori daya saing terdahulu dan kemudian menyempurnakannya menjadi suatu konsep daya saing bagi komoditas pertanian, yang kemudian dikenal sebagai konsep daya saing Tree Five (Soetriono, 2010). Konsep daya saing Tree Five dapat diilustrasikan pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 Daya Saing Tree Five Sumber : Soetriono, 2010 Dari Gambar 2.3 dapat dilihat bahwa daya saing pertanian dipengaruhi oleh faktor internal dari komoditas itu sendiri maupun faktor eksternal. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi daya saing komoditas pertanian yaitu : 1. Kegiatan Usaha Tani Pengertian pertanian memiliki dua arti, yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, pertanian diartikan sebagai kegiatan bercocok tanam, 24 Sedangkan dalam arti luas, pertanian adalah tumbuhan maupun hewan yang dihasilkan, diperbanyak, dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan manusia serta sebagai sarana kegiatan pengembangan ekonomi (Ken Suratiyah, 2015). Usaha tani terdiri atas pemberian pupuk, benih/bibit, modal, sumber daya manusia, dan teknologi yang digunakan (Soetriono, 2010). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pupuk adalah bahan yang mengandung senyawa unsur yang dibutuhkan oleh tanaman agar dapat tumbuh subur. Pemupukan yang memadai dapat mencegah terjadinya kerusakan dan berkurangnya kesuburan (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010). Berdasarkan Undang – undang RI No.12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman BAB I ketentuan umum Pasal 1 (a) 4, benih merupakan tanaman atau bagian dari tanaman yang digunakan untuk memperbanyak tanaman tersebut. Benih tanaman dapat berupa biji ataupun bibit. (Saragih, 2013). Modal merupakan syarat untuk menjalankan suatu usaha, termasuk usaha pertanian. Vink mendefinisikan modal sebagai segala sesuatu yang dapat menghasilkan pendapatan dari kegiatan usaha. Sedangkan Koens mendefinisikan modal hanya sebatas pada uang tunai yang dikeluarkan untuk membiayai usaha tani (Ken Suratiyah, 2015). Sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu organisasi. Oleh sebab itu, diperlukan pengelolaan sumber daya manusia yang lebih baik dan terstruktur agar pemanfaatan sumber daya manusia dapat maksimal dan tujuan organisasi dapat tercapai. Melalui pengelolaan dan pengembangan SDM yang baik, maka akan mampu menghasilkan tenaga kerja yang lebih terampil dan mampu bersaing bahkan dalam skala internasional. Hasibuan mendefinisikan pengembangan sumber daya manusia sebagai suatu usaha melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia secara teknis, teori, konsep, dan moral (Hamid S. , 2014) Teknologi bukan hanya mengacu pada mesin, namun juga pada proses, mekanisme, sistem, dan manajemen manusia dan bukan manusia (Saetiles, 2014). Teknologi menjadi syarat utama dalam menentukan daya saing ekonomi suatu negara dan produk ekspornya. Sekarang dunia telah memasuki era perkembangan teknologi informasi, sehingga teknologi dapat mempengaruhi pola dan struktur perdagangan dunia (Indonesian Institute of Sciences (LIPI), 25 2008). Dengan kemajuan teknologi yang semakin cepat, distribusi barang dan jasa menjadi lebih baik. Demikian pula dengan adanya peningkatan kebutuhan manusia, maka membutuhkan produktivitas barang dan jasa yang lebih tinggi. Beberapa kebutuhan mungkin tidak tersedia di dalam negeri sehingga terjadi perkembangan perdagangan antar negara (Adrian Sutedi, 2014). 2. Permintaan Permintaan merupakan total komoditas yang diminta oleh konsumen yang berada dalam suatu pasar dengan memperhatikan tingkat harga komoditas tersebut dan pendapatan konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan (Putong, 2013) adalah : 1. Harga komoditas tersebut 2. Tingkat pendapatan rata-rata 3. Jumlah populasi 4. Komoditas substitusi dan harganya 5. Distribusi produk 6. Estimasi 7. Selera/gengsi 8. Non fungsional 3. Lingkungan Lingkungan agroekologi di Indonesia dibedakan menjadi dataran rendah (ketinggian dari 0m – 400m dpl) dan dataran tinggi (ketinggian lebih dari 700m dpl), dengan tipe iklim sangat basah (curah hujan 2500-7500 mm/tahun), basah (curah hujan 2000-2500 mm/tahun), dan kering (curah hujan kurang dari 2000 mm/tahun) (Rukmana, 2011). Penanaman suatu varietas pada lokasi yang berbeda akan menghasilkan rasa, ukuran, jumlah, dan warna yang berbeda. Varietas yang unggul jika ditanam pada lingkungan agroekologi yang sesuai maka akan memberikan hasil yang unggul juga (Rukmana, 2011) Untuk faktor eksternal yang mempengaruhinya adalah : 1. Kebijakan Internasional Kebijakan perdagangan berhubungan dengan dampak dari ekonomi secara langsung maupun tidak langsung yang mengubah lingkungan di mana transaksi perdagangan internasional berlangsung (Gaisford, 2007). Kebijakan 26 internasional terdiri dari kondisi perekonomian, pasar kopi internasional, kesepakatan internasional, dan situasi politik negara pengimpor. Perdagangan kopi dunia diatur dalam Perjanjian Kopi Internasional (International Coffee Agreement – ICA) oleh International Coffee Organization. Sejak pemberlakuan kuota oleh ICO pada bulan juli 1989 dan ICA pada tanggal 1 Oktober 1994, maka perdagangan kopi dibebaskan dari ketentuan ekonomi. Sehingga ICO hanya sebagai administrasi saja (Amir, 2003). Inovasi penting yang termasuk Bab baru Perjanjian Kopi Internasional pada tahun 2007 terletak pada pengembangan dan pendanaan proyek-proyek pembangunan kopi, dan pembentukan Forum Konsultasi Sektor keuangan kopi, manajemen risiko di sektor kopi, dengan fokus juga pada kebutuhan produsen skala kecil dan menengah. Meningkatkan transparansi pasar dan membentuk Komite Pengembangan Pasar yang akan mengawasi kegiatan termasuk penyebaran berkaitan informasi, penelitian, pengembangan kapasitas dan studi yang dengan produksi dan konsumsi kopi (International Coffee Organization, 2007). 2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Kopi Dukungan pemerintah dalam memberikan penyuluhan dan peraturan perdagangan dirasa belum memadai. Selain itu asosiasi petani atau komunitas petani-petani juga masih sedikit. Beberapa hal ini menyebabkan harga jual kopi masih rendah serta belum banyaknya produksi hasil perkebunan rakyat yang diekspor. Hal ini dapat mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi petani kopi di Indonesia (Panggabean E. , 2011). 3. Potensi Pasar Potensi pasar memberikan gambaran tentang produk apa yang sudah pernah eksis di pasar dan yang sudah diekspor, serta produk apa saja yang memiliki peluang untuk diekspor (Kusrianto, 2010). 4. Kebijakan Domestik Kopi adalah salah satu komoditas yang diatur ekspornya, dan termasuk dalam Buku Tarif Kepabeanan Indonesia dengan HS Nomor 09.01 dan 21.01 (Gabungan Asosiasi Eksportir Indonesia , 2015). Ketentuan dalam ekpor kopi revisi terakhir adalah Peraturan DAG/PER/5/2011. Menteri Perdagangan Nomor 10/M- 27 Syarat Ekspor Kopi : 1. Ekspor kopi hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah diakui sebagai Eksportir Terdaftar Kopi (ETK) dan Eksportir Kopi Sementara (EKS) oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan. 2. Dalam setiap ekspor kopi juga harus dilengkapi dengan Surat Persetujuan Ekspor Kopi (SPEK). SPEK adalah surat persetujuan pelaksanaan ekspor kopi ke seluruh negara tujuan yang dikeluarkan oleh Dinas yang bertanggungjawab di bidang perdagangan di Propinsi/Kabupaten/Kota. SPEK juga dapat digunakan untuk pengapalan dari pelabuhan ekspor di seluruh Indonesia 3. Kopi yang diekspor wajib sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan dan harus disertai dengan Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) SKA Form ICO, yaitu surat keterangan yang digunakan sebagai dokumen penyerta barang (kopi) yang diekspor dari seluruh Indonesia, yang membuktikan bahwa barang (kopi) tersebut berasal, dihasilkan dan/atau diolah di Indonesia. 5. Kondisi Perekonomian Domestik Pertumbuhan ekonomi merupakan proses bertumbuhnya pendapatan rata-rata suatu negara sehingga konsumsi barang dan jasa serta daya beli masyarakat di negara tersebut juga semakin meningkat (Husen, 2011). Komoditas kopi sebagai salah satu komoditas perdagangan strategis memegang peran yang penting bagi perekonomian nasional dimana komoditas kopi merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar indonesia dan menyediakan lapangan kerja di berbagai sektor (Hidayat & Soetriono, 2010). 2.2.3.4 Daya Saing Komoditas Ekspor Amir (2004) memaparkan beberapa faktor yang menentukan daya saing ekspor, antara lain : 1. Faktor langsung, terdiri dari : a. Mutu Komoditas b. Biaya produksi dan penentuan harga jual c. Ketepatan waktu penyerahan 28 d. Intensitas promosi e. Penentuan saluran pemasaran f. Layanan setelah penjualan 2. Faktor tidak langsung, terdiri dari : a. Kondisi sarana pendukung ekspor b. Insentif atau subsidi pemerintah untuk ekspor c. Kendala tarif dan non tarif d. Tingkat efisiensi dan disiplin nasional e. Kondisi ekonomi global 2.2.4 Faktor Penentu Ekspor Kopi Indonesia I Gusti Ayu Made Dian Rianita (2014) menyatakan bahwa ekspor kopi Indonesia dipengaruhi oleh total produksi kopi, harga kopi,dan PDB perkapita dunia. Lebih lanjut, Bismo Tri Raharjo (2013) menambahkan bahwa nilai tukar rupiah juga mempengaruhi ekspor kopi Indonesia. Volume/kapasitas produksi merupakan salah satu faktor yang menentukan ekspor suatu komoditas(Tambunan, 2001). Kemampuan memproduksi juga di pengaruhi oleh luasnya lahan areal tanam. Dimana semakin luas lahan, maka tingkat produksi komoditas tersebut akan semakin tinggi sehingga akibatnya negara tersebut akan mampu mengekspor lebih banyak (Rianita, 2014) . Kotler mendefinisikan harga sebagai salah satu unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan dan menghasilkan biaya serta mampu mengkomunikasikan nilai produk dan mereknya kepada pelanggan (Rianita, 2014). Pendapatan per kapita merupakan pendapatan rata-rata penduduk pada suatu periode tertentu. Untuk menghitung pendapatan per kapita maka dilakukan dengan cara membagi pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk di negara tersebut pada tahun tertentu. Pendapatan nasional yang tinggi mengartikan bahwa pendapatan perkapita masyarakat negara tersebut juga tinggi. Meningkatnya pendapatan per kapita dunia akan meningkatkan nilai tukar (kurs) sehingga permintaan impor terhadap produk kopi juga akan meningkat (Rianita, 2014). . Nilai tukar mata uang merupakan hal yang penting dan sangat dibutuhkan dalam pembayaran internasional. Nilai tukar atau kurs adalah harga satu mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain (Krugman, 2012). Penawaran terhadap 29 valuta asing bisa terjadi melalui hubungan internasional dalam perdagangan barang, jasa, dan modal (Rianita, 2014).. 2.2.5 Life Style William Lazer memperkenalkan konsep life style dan hubungannya dengan pemasaran, pada tahun 1963. Life style mengacu pada cara/karakteristik khusus dalam menjalankan kehidupan seluruh masyarakat atau segmen. prilaku pembelian konsumen, dan cara mengkonsumsinya mencerminkan life style masyarakat atau konsumen. Moore (1963) mendefinisikan gaya hidup dimana istilah " life style " menunjukkan pola cara hidup dimana seseorang yang disesuaikan dengan berbagai produk, event, atau sumber daya (Krishnan, 2011). Dari penelitian Krishnan(2011) dapat disimpulkan bahwa karakteristik life style memiliki dampak yang besar pada perilaku pembelian konsumen. Dalam lingkungan konsumsi, seseorang memilih produk atau merek, yang mampu mencerminkan identitas gaya hidupnya. Alternatif lainnya, seseorang membuat pilihan dalam lingkungan konsumsi dalam rangka untuk menentukan atau mengaktualisasikan gaya hidupnya, yang bisa dilihat melalui produk atau merek yang dipilih. Gagasan ini mendukung proposisi bahwa ada pengaruh dari gaya hidup individu terhadap perilaku konsumsi seseorang. 30 2.3 Kerangka Pemikiran Analisis Daya Saing Komoditas Kopi Indonesia Keunggulan Komparatif Keunggulan Kompetitif Dianalisis Dengan : Revealed Comparative Advantage Porter’s Diamond Theory, Teori Daya Saing Tree Five, Teori Daya Saing Komoditas, Porter’s Five Forces Model Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Daya Saing Ekspor Kopi Gambaran Daya Saing Ekspor Komoditas Kopi Indonesia Gambar 2. 4 Kerangka Pemikiran Sumber : Penulis, 2016 31