MODUL PERKULIAHAN BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Pengambilan Keputusan yang Etis: Tata Kelola Perusahaan, Akuntansi, dan Keuangan Fakultas Program Studi Ekonomi dan Bisnis Pascasarjana S2 Tatap Muka 11 Kode MK Disusun Oleh Kode MK Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Abstract Kompetensi Mempelajari dan diskusi mengenai lingkungan Mahasiswa mampu menjelaskan peran dan tanggung jawab anggota dewan dan membahas secara spesifik isu-isu seperti konflik kepentingan, insider trading, pengambilalihan yang didanai dengan utang, dan merger pengendalian dan cara-cara di mana etika dan budaya dapat memberikan dampak Mendeskripsikan dan menyoroti konflik kepentingan dalam pasar keuangan, konflik kepentingan dalam tata kelola, dan insider trading dan mengevaluasi potensinya terhadap perilaku tidak etis Bab ini akan menjelaskan peran dan tanggung jawab anggota dewan dan membahas secara spesifik isu-isu seperti konflik kepentingan, insider trading (perdagangan yang melibatkan orang dalam), serta leveraged buyout (pengambilalihan yang didanai dengan utang), dan merger. Lebih lanjut akan dibahas mengenai dampak institusi perusahaan terhadap tatanan social dan bagaimana isu-isu perusahaan berhubungan dengan lingkungan global pada dekade-dekade abad ke-21. I. KEWAJIBAN PROFESIONAL DAN KONFLIK KEPENTINGAN Profesi Akuntansi merupakan salah satu dari beberapa profesi yang melayani fungsi yang sangat penting dalam sistem ekonomi itu sendiri. Seorang pendukung utama pasar bebas Milton Friedman percaya bahwa pasar dapat berfungsi jika kondisikondisi tertentu terpenuhi. Pasar harus berfungsi dalam kerangka aturan hukum, harus menerima informasi lengkap, dan harus bebas dari penipuan dan kecurangan. Kondisikondisi tersebut merupakan fungsi internal penting bagi sistem ekonomi berbasis pasar. Dengan kondisi tersebut, berbagai profesi selain Akuntansi harus bertindak dengan penuh integritas dan adil. Berbagai profesi tersebut dapat disamakan dengan penjaga gerbang, yaitu bahwa peran mereka adalah memastikan bahwa orang-orang yang masuk ke pasar bermain sesuai aturan dan dan mematuhi kondisi-kondisi yang akan menjamin pasar berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu, profesi-profesi tersebut bertindak sebagai perantara, bertindak diantara berbagai pihak di pasar, dan mereka juga terikat dengan kewajiban etis dalam peran ini. Semua peran di pasar terutama: investor, dewan direksi, manajemen, dan bankir bergantung pada penjaga gerbang tersebut. Salah satu isu etis paling penting yang dihadapi oleh para penjaga gerbang dan perantara dalam konteks bisnis melibatkan “konflik kepentingan”. Hal ini akan terjadi, ketika seorang memegang posisi di mana ia diberikan kepercayaan untuk membuat penilaian atas nama pihak lain, namun kepentingan dan/atau kewajiban pribadinya bertentangan (konflik) dengan kepentingan/kewajiban phak lainnya. Konflik kepentingan juga akan timbul ketika kewajiban etis seseorang dalam tugas profesionalnya berbenturan dengan keperntingan pribadi. Misal: seorang perencana keuangan yang menerima suap dari sebuah perusahaan pialang untuk mengarahkan klien pada investasi tertentu telah gagal dalam tanggung jawab profesionalnya dengan mendahulukan kepentingan finansial pribadinya diatas kepentingan klien. Profesi seperti ini dikatakan memiliki tugas fidusia (fiduciary duties) – kewajiban etis dan professional – kepada klien mereka, sebuah tugas yang mengalahkan kepentingan 2014 2 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pribadinya. II. LINGKUNGAN PENGENDALIAN INTERNAL Salah satu cara untuk memastikan pengendalian yang sesuai dalam organisasi adalah penggunaan kerangka kerja yang disuarakan oleh Committee of Sponsoring Organization (COSO). COSO dalah kolaborasi sukarela yang dibentuk dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja pelaporan keuangan melalui kombinasi dari pengendalian dan standar tata kelola yang disebut “Pengendalian Internal – Kerangka Kerja yang Terintegrasi. Tujuan awal pembentukan COSO yang didirikan pada tahun 1985 adalah untuk mempelajari laporan keuangan yang dimanipulasi dan selanjutnya untuk mengembangkan standar bagi perusahaan terbuka. COSO menjelaskan pengendalian mencakup elemen-elemen dalam organisasi yang secara bersama-sama mendukung orang-orang dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Elemen-elemen pengendalian tersebut diantaranya: 1) Lingkungan Pengendalian, berupa warna atau budaya sebuah perusahaan: lingkungan pengendalian menetapkan warna dari sebuah organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian dari orang-orangnya. 2) Penilaian Risiko, risiko yang mungkin menghambat pencapaian tujuan perusahaan. 3) Kegiatan Pengendalian, kebijakan dan prosedur yang mendukung lingkungan pengendalian. 4) Informasi dan Komunikasi, ditujukan untuk mendukung pengendalian melalui transmisi informasi yang jujur dan benar. lingkungan 5) Pemantauan yang Terus Menerus, untuk menyediakan kemampuan menilai dan untuk menemukan kerentanan dalam perusahaan. Berbagai acuan lingkungan pengendalian (control environment) diantaranya adalah mengacu pada isu budaya seperti: integritas, nilai-nilai etis, kompetensi, filosofi, dan gaya operasi. Lingkungan pengendalian bisa juga mengacu pada elemen yang lebih nyata seperti: pembagian kewenangan, peran dan tanggung jawab, keberadaan kode perilaku, dan bisa berupa struktur pelaporan. III. KEWAJIBAN HUKUM ANGGOTA DEWAN Hukum menegaskan tiga tugas yang jelas kepada anggota dewan, diantaranya adalah: tugas untuk memberikan perhatian, tugas untuk beritikad yang baik, dan tugas 2014 3 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id akan loyalitas. 1) Tugas untuk Memberikan Perhatian (duty of care) Tujuan memberikan tugas perhatian adalah untuk memastikan bahwa eksekutif perusahaan yang bekerja bersamanya melaksanakan tanggung jawab manajemen mereka dan mematuhi peraturan demi kepentingan terbaik perusahaan. 2) Tugas untuk Beriktikad Baik (duty of good faith) Tugas ini menuntut anggota dewan untuk setia hanya pada misi organisasi, artinya mereka tidak diizinkan untuk bertindak dalam cara yang tidak sesuai dengan tujuan utama organisasi. Sebuah keputusan yang diambil harus sejalan dengan tujuan dan arah organisasi serta mencegah organisasi mengambil arah yang berbeda. 3) Tugas akan Loyalitas (duty of loyalty) Seorang anggota dewan direksi harus mampu memberikan kesetiaan penuh ketika mengambil keputusan yang mempengaruhi organisasi. Konflik kepentingan harus bisa diselesaikan dengan mementingkan kepentingan perusahaan. Hukum hanya menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan dewan direksi. Secara hukum, dewan direksi tentunya memiliki tugas fidusia kepada pemilik perusahaan, pemegang saham. Namun banyak ahli, ahli hukum dan komentator tidak sependapat sepenuhnya dengan pendekatan tersebut. Bill George, CEO Medtronic mengungkapkan bahwa: ada 10 aturan dasar yang harus diikuti dewan untuk memastikan tata kelola yang sesuai dan etis: 1) Standar, harus ada prinsip tata kelola yang tersedia secara public bagi dewan direksi yang diciptakan oleh direktur-direktur independen. 2) Independensi, mensyaratkan bahwa sebagian besar anggota mereka adalah direktur independen. 3) Seleksi, harus diseleksi tidak hanya berdasarkan pengalaman atau peran yang mereka pegang pada perusahaan lain, tetapi juga struktur dan nilai mereka. 4) Seleksi, nomor 2, komite nominasi dan tata kelola dewan harus diisi oleh direktur independen untuk menjamin kontinuitas dari independensi. 5) Sesi Eksekutif, direktur independen harus bertemu secara teratur dalam eksekutif untuk melestarikan keautentikan dan kredibilitas komunikasi mereka. 6) Komite, harus memiliki komite audit dan keuangan terpisah yang berisikan anggota dewan yang memiliki keahlian yang ekstensif. 7) Kepemimpinan, jika CEO dan ketua dewan merupakan orang yang sama, maka penting bagi dewan untuk memilih alternatif direktur pimpinan sebagai suatu check and balance. 8) Tenaga ahli dari luar pada komite kompensasi, dewan harus mencari panduan 2014 4 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id eksternal mengenai kompensasi eksekutif. 9) Budaya Dewan, dewan tidak hanya harus memiliki kesempatan tetapi harus didorong untuk mengembangkan budaya yang mencakup hubungan di mana tantangan disambut dan perbedaan diterima. 10)Tanggung Jawab, dewan harus menyadari tanggung jawab mereka untuk memberikan pengawasan dan untuk mengendalikan manajemen melalui proses pengelolaan yang sesuai. IV. KOMPENSASI EKSEKUTIF Kompensasi eksekutif merupakan salah satu dari sedikit area pada tata kelola perusahaan dan keuangan yang mendapatkan pemberitaan besar-besaran dalam tahun-tahun terakhir. Kompensasi yang sangat besar dianggap untuk melayani kepentingan perusahaan dalam dua cara: 1) Menyediakan sebuah insentif untuk kinerja ekekutif, dan 2) Berfungsi sebagai penghargaan atas pencapaian yang diberikan. Beberapa alasan mengapa konpensasi yang berlebihan mungkin membuktikan kegagalan dari dewan direksi perusahaan untuk memenuhi tugas fidusia mereka: 1) terdapat fakta bahwa dalam banyak permasalahan tidak ada korelasi antara kompensasi eksekutif dan kinerja, dan 2) hanya sedikit bukti bahwa tipe paket kompensasi benar-benar dibutuhkan sebagai insentif atas kinerja. Kompensasi eksekutif yang berlebihan juga dapat melibatkan berbagai konflik kepentingan dan kroniisme. Tugas dewan harus mencakup dan memastikan bahwa kepentingan eksekutif berlaku adil dan tidak dibayar secara berlebihan. V. INSIDER TRADING Insider trading adalah praktik perdagangan oleh pemegang saham yang memiliki informasi rahasia dari pihak di dalam suatu perusahaan yang akan berdampak material/signifikan pada nilai saham dan hal itu memberikan mereka pribadi dari membeli atau menjual saham. Dari beberapa kejahatan yang dilakukan di bursa perdagangan oleh orang dalam (insider trading) adalah yang paling terkenal. Hal ini mungkin karena orang yang mengetahui informasi orang dalam dalam mempergunakannya dalam perdagangan sering dianggap “jenius” dalam perdagangan (karena setiap transaksi yang dilakukannya) membawa keuntungan besar). Perdagangan orang dalam juga yang membedakan kejahatan yang dilakukan di bursa dan kejahatan (tindak pidana) umum lainnya, karena kalau tindak pidana umum lainnya maka perdagangan orang dalam hanyalah ada dan merupakan ciri khas pasar 2014 5 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id modal. Larangan perdagangan oleh orang dalam sebagaimana dikatakan di atas, pada dasarnya adalah agar informasi yang keluar dari perusahaan dapat sampai kepada semua orang (pemodal) secara merata terlebih dahulu sehingga tidak ada satu pihak pun yang diuntungkan, baik karena hubungan yang bersangkutan dengan perusahaan maupun karena yang bersangkutan memperoleh secara melawan hukum, dengen mengingat bahwa informasi di bursa merupakan komoditi penting yang membuat orang memutuskan melakukan atau tidak melakukan investasi. Sehingga itu orangorang yang dianggap mempunyai hubungan khusus dengan perusahaan (emiten) dilarang untuk melakukan transaksi dengan mempergunakan informasi orang dalam. Dengan demikian tidak seorangpun akan diuntungkan terutama apabila yang bersangkutan mempunyai akses terhadap manajemen perusahaan. Ketentuan tentang manipulasi harga dan “insider trading” kelihatannya juga dimaksudkan untuk menghindari terjadinya transaksi oleh perusahaan publik terhadap efek sendiri. Sebagaimana dinyatakan “Insider Trading“ merupakan masalah yang berhubungan dengan kegiatan transaksi efek, maka tindak pidana ini dilakukan dalam rangka perdagangan efek dan dimulai ketika seseorang mengetahui adanya informasi yang secara material penting dan mempengaruhi harga efek. Dalam kenyataan sehari-hari praktek perdagangan orang dalam ini dilakukan mulai dengan cara sederhana sampai pada cara yang sangat canggih, dan informasi yang didapat melalui orang dalam ini umumnya juga dapat dilakukan dengan cara yang sederhana. Suami seorang sekretaris di suatu perusahaan, dengan cara yang mudah dan sederhana dapat saja membeli saham dengan mempergunakan informasi orang dalam. Suami tersebut mungkin mendengarkan rahasia berharga ini dari pasangannya, yang seketika itu juga mereka dapat memutuskan apakah besok pagi akan membeli atau menjual efek perusahaan tempat pasangannya bekerja. 2014 6 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Bertens, K., 2013. Etika. Penerbit Kanisius, Yogjakarta. Hartman, L.P. dan Desjardin, J., 2011. Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial, Penerbit Erlangga, Jakarta. Frans Magnis Suseno, 1994, Etika Bisnis, Dasar dan Aplikasinya, PT Gramedia, Jakarta. Tom L. Beauchamp dan Norman E. Bowie, 1997, Ethical Theory and Business, Fifth Edition, Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey 07458. 2014 7 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id