MODUL PERKULIAHAN BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Bisnis, Lingkungan, dan Keberlanjutan (Sustainability) Fakultas Program Studi Ekonomi dan Bisnis Pascasarjana S2 Tatap Muka 10 Kode MK Disusun Oleh Kode MK Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Abstract Kompetensi Mempelajari dan diskusi mengenai kisaran Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan serangkaian isu etis yang berkaitan dengan lingkungan mampu menjelaskan pembangunan dan bisnis yang berkelanjutan (sustainability) nilai yang memainkan peran dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan lingkungan Mendeskripsikan tanggungjawab sosial perusahaan atas lingkungan dari berbagai pendekatan Mendefinisikan dan menjelaskan pembangunan yang berkelanjutan dan bisnis yang berkelanjutan. Bisnis merupakan kegiatan yang berhubungan dan berkepentingan dengan lingkungan, dengan kata lain bisnis merupakan kegiatan pengelolaan sumber-sumber ekonomi yang disediakan oleh lingkungan. Di samping itu bisnis tidak terlepas dengan adanya faktor-faktor lingkungan yang mendukung maupun yang menghambat atas tujuan yang ingin dicapai dalam bisnis. Di lain pihak lingkungan bisnis merupakan seluruh karakter dan faktor yang dapat mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak terhadap bisnis. Sebaliknya bisnis dapat secara langsung maupun tidak dapat mempengaruhi atau menciptakan pengaruh terhadap lingkungannya. Oleh karena itu interaksi antara bisnis dan lingkungannya atau sebaliknya menjadi tema pencermatan yang cukup penting dan sangat urgen bagi kegiatan bisnis terhadap masyarakat. Sehingga eksistensi bisnis layak diterima atau memberikan pengaruh tertentu yang positif atau negatif terhadap lingkungannya. Bab ini akan membahas serangkaian isu etis yang akan menyertai masa transisi menuju masa depan dengan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Isu lingkungan tidak lagi dianggap sebagai keputusan bisnis yang tidak penting atau bahkan dianggap hanya sebagai beban yang harus dikelola atau malah dihindari. Keberlanjutan lingkungan sebaiknya menyertai keberlanjutan keuangan agar bisnis dapat bertahan pada masa yang akan datang. Dengan menggunakan alasan deontologis maupun kebaikan social secara keseluruhan, bisnis yang berkelanjutan merupakan gerakan besar di masa depan. I. ETIKA BISNIS DAN NILAI-NILAI LINGKUNGAN Etika lingkungan hidup menuntut agar nilai etika dan moralitas diberlakukan bagi seluruh komunitas manusia karena merekalah yang banyak menaruh andil pengrusakan lingkungan. Etika harus dipahami sebagai bagian dari kepekaan atas prinsip atau nilai moral yang selama ini dikenal dalam komunitas manusia secara universal untuk diterapkan secara lebih luas dalam kehidupan di planet bumi. Selain itu, dalam perpektif etika lingkungan ini manusia harus memperlakukan alam tidak semata-mata dalam kaitannya untuk kepentingan dan kebaikan manusia. Etika ini seharusnya berorientasi untuk mengembangkan kesadaran bahwa pelestarian lingkungan juga untuk kepentingan seluruh makhluk, baik makhluk hidup maupun mati. Yang dimaksudkan adalah bagaimana kita bersikap terhadap alam ini, apa yang sebaiknya kita lakukan dan kita tinggalkan, apa yang seharusnya dan yang tidak seharusnya kita lakukan terhadap makhluk lain seperti tumbuhan (flora), hewan (fauna), tanah, air, dan lain sebagainya. 2014 2 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bisnis merupakan kegiatan yang berhubungan dan berkepentingan dengan lingkungan. Aktivitas bisnis merupakan kegiatan pengelolaan sumber-sumber ekonomi yang disediakan oleh alam lingkungan. Sebab itu, relasi antara etika, bisnis dan lingkungan hidup sangat erat sekali. Hal ini mengandung pengertian, jika bisnis itu membutuhkan bahan baku dari alam, bagaimanapun alam itu harus diperlakukan secara layak tanpa merusak habitatnya. Ini semua merupakan tanggung jawab suatu perusahaan (pelaku bisnis) yang bersifat eksternal, bagaimana perusahaan mempunyai tanggung jawab dan sosial untuk memperbaiki dan melindungi lingkungan ke arah yang lebih baik. Agar suatu perusahaan (bisnis) tetap menjaga keseimbangan antara etika, bisnis dan lingkungan hidup, perlu adanya suatu aturan-aturan tertentu yang memuat ketentuan bagaimana mengelola dan mempergunakan sumber daya alam (nature resources) untuk bahan produksinya dengan baik dan tidak mengekploitasinya secara berlebihan. Dalam hal ini perusahaan perlu bersama-sama pelanggan (konsumenstakeholder), pemasok dan pelaku bisnis lainnya menjalankan praktik bisnis yang berwawasan lingkungan. Perusahaan harus berupaya mengimplementasikan nilai-nilai etika dan hukum dalam praktik-praktik bisnis dan bertanggung jawab untuk melindungi lingkungan demi keamanan, kenyamanan, dan kesejahteraan manusia secara universal. II. TANGGUNG JAWAB BISNIS TERHADAP LINGKUNGAN: PENDEKATAN PASAR Masih terdapat perdebatan yang cukup signifikan berkaitan dengan nilai lingkungan, namun terdapat kesepakatan yang kuat pula tentang alasan yang bijak untuk melindungi lingkungan alam, terutama manusia mempunyai hak untuk mendapat perlindungan dari bahaya. Perdebatan tersebut berfokus pada apakah pasar yang efisien ataukah peraturan pemerintah adalah sarana yang paling tepat untuk mempertemukan tanggung jawab bisnis terhadap lingkungan. Masing-msaing dari dua pendekatan tersebut memiliki implikasi terhadap bisnis. Masalah lingkungan ditinjau dari persepsi para pembela pendekatan pasar bahwa masalah lingkungan adalah masalah ekonomi yang patut mendapat solusi ekonomi. Pada dasarnya, masalah lingkungan melibatkan alokasi dan distribusi dari sumber daya yang terbatas. Pasar yang efisien dapat menanggapi tantangan lingkungan, terlepas dari peduli atau tidaknya kita terhadap alokasi sumber daya yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak dan gas, atau dengan kapasitas bumi untuk menyerap produk sampingan dari industri seperti CO2 atau PCB. Salah satu tanggung jawab bisnis terhadap lingkungan adalah berhubungan erat dengan limbah dari hasil produksi yang kita buat. Disini kita diharapkan dapat 2014 3 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id membuat masyarakat tidak merasa terganggu dengan limbah dari produksi yang kita buat. Selain itu kita juga dituntut untuk menyediakan tempat pembuangan limbah yang layak. Seperti yang kita ketahui limbah dari sebuah produksi terdiri atas 2 yaitu limbah yang berbahaya dan limbah yang tidak berbahaya. Disini apabila terdapat limbah yang tidak berbahaya kita diusahakan untuk membuang limbah itu ke tempat yang aman/tempat yang dapat membuat limbah ini hilang seperti Air (pembuangan limbah ke laut, kali dan sebagainya). Sebaliknya apabila terdapat limbah yang berbahaya maka dita dituntut untuk mendaur ulang lagi limbah itu agar limbah itu tidak membahayakan lingkungan sekitar tempat produksi. Dalam tanggung jawab terhadap lingkungan ini seperti: meminimalkan dampak polusi yaitu polisi udara akibat proses produksi yang dihasilkan, CO2 yang dikeluarkan, dan pemanasan global. Polusi tanah seperti akibat limbah padat maupun cair akibat hasil produksi, serta memanfaatkan produk daur ulang. Berikut contoh tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan: Membuang limbah pada tempat yang seharusnya. Meminimalisir limbah perusahaan yang dapat mencemari lingkungan sekitar. Kebersihan peralatan yang dipakai dan tidak merugikan masyarakat disekitar perusahaan. Mendaur ulang limbah Memperdayakan masyarakat sekitar untuk mengurangi kesenjangan sosial antara perusahaan dan masyarakat. III. TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN DARI BISNIS: PENDEKATAN PERATURAN Konsensus yang muncul terkait tanggung jawab lingkungan dari bisnis melalui pendekatan peraturan, bahwa masyarakat memiliki dua kesempatan untuk menetapkan tanggung jawab lingkungan perusahaan. Sebagai konsumen, individu dapat meminta produk yang ramah lingkungan di pasar. Sebagai warga Negara, individu dapat mendukung legislative terkait lingkungan. Selama bisnis merespons pasar dan mematuhi undang-undang, bisnis telah bertanggung jawab terhadap lingkungan. Filsuf Norman Bowie beargumen bahwa, selain dari tugas untuk tidak menyebabkan kecelakaaan terhadap manusia dan mematuhi undang-undang, perusahaan tidak memiliki tanggung jawab lingkungan khusus. Masih menurut Bowie, bisnis secara sukarela bisa untuk memilih melakukan hal-hal yang baik berkenaan dengan lingkungan, akan tetapi bisnis tidak memiliki kewajiban untuk melakukannya. Bisnis seharusnya bebas untuk mengejar keuntungan dengan merespon permintaan perekonomian pasar tanpa perhatian khusus terhadap tanggung jawab lingkungan. 2014 4 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sejauh masyarakat menginginkan barang-barang yang ramah lingkungan, maka mereka bebas untuk mengekpresikan keinginan tersebut melalui undang-undang atau di dalam pasar. Tanpa permintaan tersebut, bisnis tidak memiliki tanggung jawab khusus terhadap lingkungan. Pendekatan yang disampaikan Bowie tersebut, dalam jangka panjang pendekatan tersebut tidaklah memadai. Beberapa alasan yang disampaikan: (1) Pendekatan ini merendahkan pengaruh yang dimiliki bisnis dalam penetapan undang-undang. Pandangan yang rasional terhadap undang-undang ini menyarankan bahwa public dengan jelas mengekpresikan tujuan politik untuk meningkatkan kualitas udara dengan meningkatan tujuan dari efisiensi bahan bakar pada mobil. Namun, industri mobil mampu menggunakan pengaruh lobinya untuk mengecualikan truk ringan dan SUV dari standar ini. (2) Pendekatan tersebut juga merendahkan kemampuan bisnis untuk mempengaruhi pilihan konsumen. Untuk menyimpulkan bahwa bisnis memenuhi tanggung jawab lingkungan ketika merespons permintaan konsumen yang terkait dengan lingkungan adalah merendahkan peran yang dapat dimainkan bisnis dalam membentuk opini publik. IV. TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN PERUSAHAAN: PENDEKATAN KEBERLANJUTAN Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengkompromikan kemampuan generasi yang datang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Konsep pembangunan berkelanjutan ini dapat ditelusuri melalui laporan dari World Commission on Environment and Development (WCED) Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1987 dan yang lebih dikenal dengan sebutan Brundtland Commission. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia, pada dasarnya merupakan proses pertukaran sumber daya yang dimiliki rumah tangga konsumen dengan rumah tangga perusahaan, dan rumah tangga pemerintah/government. Kegiatan ekonomi yang begitu banyak dan kompleks dapat dipahami dengan lebih mudah melalui suatu model ekonomi. Keterkaitan antara pelaku-pelaku ekonomi tersebut dapat digambarkan dalam model arus sirkular sebagai berikut: 2014 5 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dua aspek dari model arus sirkular: (1) model ini tidak membedakan sumber daya alam dari factor produksi lainnya. Model ini tidak menjelaskan asal dari sumber daya. Sumber daya hanyalah hal-hal yang dimiliki oleh rumah tangga seperti tenaga kerja, modal, keahlian wirausaha yang dapat dijual kepada bisnis. (2) Model ini memperlakukan pertumbuhan ekonomi sebagai solusi atas semua penyakit social dan tidak memiliki batasan. Agar dapat mengikuti pertumbuhan penduduk, ekonomi harus tumbuh, serta agar dapat menyediakan standar hidup yang lebih tinggi, ekonomi harus tumbuh. Ekonomi neoklasik dengan penekannya pada pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan dari kebijakan ekonomi, pada akhirnya akan gagal memenuhi tantangan ini, kecuali pandangan ini menyadari bahwa ekonomi hanyalah sebuah subsistem di dalam biosfer bumi. Kegiatan ekonomi bertempat di biosfer dan tidak dapat berkembang melebihi kapasitas biosfer untuk mendukung kehidupan. Menurut Daly, sebuah model ekonomi (sistem ekonomi) sebagai sebuah subset dari biosfer (ekosistem) menyatakan bahwa perlu dikembangkan suatu sistem ekonomi yang menggunakan sumber daya hanya pada tingkatan yang dapat terus berlanjut dalam jangka panjang dan yang dapat mendaur ulang atau menggunakan 2014 6 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kembali baik produk sampingan dari proses produksi maupun produk itu sendiri. Beberapa hal penting yang disampaikan Daly: 1) Model yang berkelanjutan mengakui bahwa ekonomi berada dalam biosfer yang terbatas dan terdiri sebuah lapisan yang melingkupi permukaan bumi dengan luas hanya beberapa mil. Dari hukum Termodinamika pertama (konservasi energy/materi) mengetahui bahwa materi dan energy sesungguhnya tidak dapat diciptakan, materi/energy hanya dapat ditransfer dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain. 2) Ada energy yang hilang pada setiap tahapan dari kegiatan ekonomi. Konsisten dengan hukum Termodinamika yang kedua (entropi meningkat di dalam sistem terutup), jumlah energy yang dapat dipakai akan menurun seiring waktu. energy limbah akan terus menerus meninggalkan sistem ekonomi sehingga energy baru dengan entropi rendah harus mengalir secara konstan ke dalam sistem. Pada akhirnya, satu-satunya energy dengan entropi rendah adalah matahari. 3) Model ini tidak lagi memperlakukan sumber daya alam sebagai sebuah factor produksi yang sama dan tidak dapat dijelaskan yang muncul dari rumah tangga. Sumber daya alam berasal dari biosfer dan tidak dapat diciptakan ex nihilo (dari ketiadaan). Pada akhirnya, pola ini mengakui bahwa limbah diproduksi pada setiap tahapan kegiatan ekonomi dan kemudian dibuang kembali ke dalam biosfer. Kesimpulan dari model Daly ini adalah dalam jangka panjang, sumber daya dan energy tidak dapat dipakai, dan limbah tidak dapat dihasilkan pada tingkat dimana biosfer tidak dapat menggantikan atau menyerap mereka tanpa membahayakan kemampuannya untuk menunjang kehidupan (manusia). Hal ini disebut Daly sebagai “batasan biofisik untuk pertumbuhan”. Biosfer dapat menghasilkan sumber daya secara tak terbatas, dan dapat menyerap limbah secara tak terbatas, namun hanya pada tingkat tertentu dan dengan jenis kegiatan ekonomi tertentu. Hal ini yang disebut dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. Menemukan tingkat dan jenis kegiatan ekonomi dan dengan demikian menciptakan praktik bisnis yang berkelanjutan adalah tanggung jawab lingkungan perusahaan yang utama. V. PELUANG BISNIS DALAM EKONOMI YANG KEBERLANJUTAN Mengapa sebuah perusahaan harus mengejar strategi dari keberlanjutan? Setidaknya ada lima alasan yang membentuk suatu kasus persuasif untuk menyimpulkan bahwa upaya mengejar strategi yang berkelanjutan hampir selalu menjadi kepentingan pribadi bisnis. 2014 7 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1) Keberlanjutan adalah strategi jangka panjang yang bijak Bisnis perlu mengadopsi Pratik yang berkelanjutan untuk menjamin kelangsungan hidup dalam jangka panjang. Perusahaan yang gagal beradaptasi terhadap kurva dari penurunan ketersediaan sumber daya alam dan kenaikan permintaan yang saling mengerucut beresiko kehilangan kelangsungan hidup mereka sendiri. 2) Potensi pasar yang besar belum terpenuhi di antara perekonomian dunia yang sedang berkembang hanya dapat dipenuhi dengan cara yang berkelanjutan. Banyak peluang bisnis untuk melayani miliaran orang yang membutuhkan serta meminta barang dan jasa yang ekonomis. 3) Penghematan biaya yang signifikan dapat dicapai melalui praktik yang berkelanjutan. Bisnis melakukan penghematan biaya yang signifikan untuk dapat bergerak menuju efisiensi lingkungan. Penghematan penggunaan energy dan bahan baku tidak hanya akan mengurangi pembuangan limbah lingkungan, namun juga berarti mengurangi pengeluaran yang sia-sia. Meminimalkan limbah adalah hal yang masuk akal atas dasar finansian maupun lingkungan. 4) Terdapat keunggulan kompetitif bagi bisnis yang berkelanjutan. Perusahaan yang berada di depan kurva berkelanjutan akan memiliki dua keunggulan, yaitu melayani konsumen yang peduli lingkungan dan menikmati sebuah keunggulan kompetitif untuk menarik para karyawan yang memiliki rasa bangga dan puas karena bekerja di perusahan yang maju. 5) Keberlanjutan adalah strategi manajemen risiko yang baik Menolak untuk bergerak menuju keberlanjutan akan menawarkan banyak hambatan yang ingin dihindari oleh perusahaan yang inovatif. Menghindari peraturan pemerintah yang akan datang adalah salah satu manfaat yang nyata. Perusahaan yang mengambil inisiatif untuk bergerak ke arah berkelanjutan kemungkinan juga akan menjadi perusahaan yang menetapkan standar dari praktik terbaik dalam bidangnya. VI. PRINSIP-PRINSIP UNTUK BISNIS YANG BERKELANJUTAN Model perusahaan dapat berevolusi menuju sebuah model bisnis yang berkelanjutan, menggunakan prinsip-prinsip: 1) Eko-efisiensi (ecoefficiency) 2014 8 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kondisi ini telah lama menjadi bagian dari gerakan lingkungan, mengerjakan sesuatu lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit. 2) Biomimicry Produksi putaran tertutup berusaha untuk mengintegrasikan kembali limbah ke dalam proses produksi. Di dalam situasi yang idel, limbah dari sebuah perusahaan menjadi sumber daya bagi perusahaan lain dan sinergi seperti ini dapat menciptakan taman ekoindustri. Sama halnya dengan proses biologi seperti proses fotosintesis, limbah dari sebuah kegiatan menjadi sumber daya untuk kegiatan lain. 3) Tanggung jawab dari hidup sampai hidup kembali (cradle-to-cradle responsibility) Bisnis seharusnya bertanggung jawab untuk memasukkan kembali hasil akhir dari produknya ke dalam siklus produktif. Tanggung jawab ini pada gilirannya akan menciptakan insentif untuk merancang kembali produk sehingga mereka dapat didaur ulang dengan efisien dan mudah. 4) Ekonomi berbasis Jasa (service-based economy) Model ekonomi dan manajerial tradisional menterjemahkan permintaan pelanggan sebagai permintaan untuk produk mesin cuci, karpet, lampu, elektronik konsumen, AC, mobil, computer dan seterusnya. 2014 9 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Bertens, K., 2013. Etika. Penerbit Kanisius, Yogjakarta. Hartman, L.P. dan Desjardin, J., 2011. Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial, Penerbit Erlangga, Jakarta. Frans Magnis Suseno, 1994, Etika Bisnis, Dasar dan Aplikasinya, PT Gramedia, Jakarta. Tom L. Beauchamp dan Norman E. Bowie, 1997, Ethical Theory and Business, Fifth Edition, Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey 07458. 2014 10 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id