iii. tanggung jawab lingkungan dari bisnis: pendekatan peraturan

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
BUSINESS ETHIC
AND GOOD
GOVERNANCE
Bisnis, Lingkungan, dan
Keberlanjutan (Sustainability)
Fakultas
Program Studi
Ekonomi dan Bisnis
Pascasarjana S2
Tatap Muka
10
Kode MK
Disusun Oleh
Kode MK
Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM
Abstract
Kompetensi
 Mempelajari dan diskusi mengenai kisaran
Mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan serangkaian isu etis
yang berkaitan dengan
lingkungan mampu menjelaskan
pembangunan dan bisnis yang
berkelanjutan (sustainability)
nilai yang memainkan peran dalam
pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan lingkungan
 Mendeskripsikan tanggungjawab sosial
perusahaan atas lingkungan dari berbagai
pendekatan
 Mendefinisikan dan menjelaskan
pembangunan yang berkelanjutan dan
bisnis yang berkelanjutan.
Bisnis merupakan kegiatan yang berhubungan dan berkepentingan dengan
lingkungan, dengan kata lain bisnis merupakan kegiatan pengelolaan sumber-sumber
ekonomi yang disediakan oleh lingkungan. Di samping itu bisnis tidak terlepas dengan
adanya faktor-faktor lingkungan yang mendukung maupun yang menghambat atas
tujuan yang ingin dicapai dalam bisnis. Di lain pihak lingkungan bisnis merupakan
seluruh karakter dan faktor yang dapat mempengaruhi baik secara langsung maupun
tidak terhadap bisnis. Sebaliknya bisnis dapat secara langsung maupun tidak dapat
mempengaruhi atau menciptakan pengaruh terhadap lingkungannya. Oleh karena itu
interaksi antara bisnis dan lingkungannya atau sebaliknya menjadi tema pencermatan
yang cukup penting dan sangat urgen bagi kegiatan bisnis terhadap masyarakat.
Sehingga eksistensi bisnis layak diterima atau memberikan pengaruh tertentu yang
positif atau negatif terhadap lingkungannya.
Bab ini akan membahas serangkaian isu etis yang akan menyertai masa transisi
menuju masa depan dengan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Isu lingkungan tidak
lagi dianggap sebagai keputusan bisnis yang tidak penting atau bahkan dianggap hanya
sebagai beban yang harus dikelola atau malah dihindari. Keberlanjutan lingkungan
sebaiknya menyertai keberlanjutan keuangan agar bisnis dapat bertahan pada masa
yang akan datang. Dengan menggunakan alasan deontologis maupun kebaikan social
secara keseluruhan, bisnis yang berkelanjutan merupakan gerakan besar di masa
depan.
I.
ETIKA BISNIS DAN NILAI-NILAI
LINGKUNGAN
Etika lingkungan hidup menuntut agar nilai etika dan moralitas diberlakukan bagi
seluruh komunitas manusia karena merekalah yang banyak menaruh andil
pengrusakan lingkungan. Etika harus dipahami sebagai bagian dari kepekaan atas
prinsip atau nilai moral yang selama ini dikenal dalam komunitas manusia secara
universal untuk diterapkan secara lebih luas dalam kehidupan di planet bumi. Selain
itu, dalam perpektif etika lingkungan ini manusia harus memperlakukan alam tidak
semata-mata dalam kaitannya untuk kepentingan dan kebaikan manusia. Etika ini
seharusnya berorientasi untuk mengembangkan kesadaran bahwa pelestarian
lingkungan juga untuk kepentingan seluruh makhluk, baik makhluk hidup maupun
mati. Yang dimaksudkan adalah bagaimana kita bersikap terhadap alam ini, apa yang
sebaiknya kita lakukan dan kita tinggalkan, apa yang seharusnya dan yang tidak
seharusnya kita lakukan terhadap makhluk lain seperti tumbuhan (flora), hewan
(fauna), tanah, air, dan lain sebagainya.
2014
2
Business Ethic and Good Governance
Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bisnis merupakan kegiatan yang berhubungan dan berkepentingan dengan
lingkungan. Aktivitas bisnis merupakan kegiatan pengelolaan sumber-sumber ekonomi
yang disediakan oleh alam lingkungan. Sebab itu, relasi antara etika, bisnis dan
lingkungan hidup sangat erat sekali. Hal ini mengandung pengertian, jika bisnis itu
membutuhkan bahan baku dari alam, bagaimanapun alam itu harus diperlakukan
secara layak tanpa merusak habitatnya. Ini semua merupakan tanggung jawab suatu
perusahaan (pelaku bisnis) yang bersifat eksternal, bagaimana perusahaan mempunyai
tanggung jawab dan sosial untuk memperbaiki dan melindungi lingkungan ke arah
yang lebih baik.
Agar suatu perusahaan (bisnis) tetap menjaga keseimbangan antara etika, bisnis
dan lingkungan hidup, perlu adanya suatu aturan-aturan tertentu yang memuat
ketentuan bagaimana mengelola dan mempergunakan sumber daya alam (nature
resources) untuk bahan produksinya dengan baik dan tidak mengekploitasinya secara
berlebihan. Dalam hal ini perusahaan perlu bersama-sama pelanggan (konsumenstakeholder), pemasok dan pelaku bisnis lainnya menjalankan praktik bisnis yang
berwawasan lingkungan. Perusahaan harus berupaya mengimplementasikan nilai-nilai
etika dan hukum dalam praktik-praktik bisnis dan bertanggung jawab untuk
melindungi lingkungan demi keamanan, kenyamanan, dan kesejahteraan manusia
secara universal.
II. TANGGUNG JAWAB BISNIS TERHADAP
LINGKUNGAN: PENDEKATAN PASAR
Masih terdapat perdebatan yang cukup signifikan berkaitan dengan nilai
lingkungan, namun terdapat kesepakatan yang kuat pula tentang alasan yang bijak
untuk melindungi lingkungan alam, terutama manusia mempunyai hak untuk
mendapat perlindungan dari bahaya. Perdebatan tersebut berfokus pada apakah pasar
yang efisien ataukah peraturan pemerintah adalah sarana yang paling tepat untuk
mempertemukan tanggung jawab bisnis terhadap lingkungan. Masing-msaing dari dua
pendekatan tersebut memiliki implikasi terhadap bisnis.
Masalah lingkungan ditinjau dari persepsi para pembela pendekatan pasar bahwa
masalah lingkungan adalah masalah ekonomi yang patut mendapat solusi ekonomi.
Pada dasarnya, masalah lingkungan melibatkan alokasi dan distribusi dari sumber daya
yang terbatas. Pasar yang efisien dapat menanggapi tantangan lingkungan, terlepas
dari peduli atau tidaknya kita terhadap alokasi sumber daya yang tidak dapat
diperbaharui seperti minyak dan gas, atau dengan kapasitas bumi untuk menyerap
produk sampingan dari industri seperti CO2 atau PCB.
Salah satu tanggung jawab bisnis terhadap lingkungan adalah berhubungan erat
dengan limbah dari hasil produksi yang kita buat. Disini kita diharapkan dapat
2014
3
Business Ethic and Good Governance
Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
membuat masyarakat tidak merasa terganggu dengan limbah dari produksi yang kita
buat. Selain itu kita juga dituntut untuk menyediakan tempat pembuangan limbah yang
layak. Seperti yang kita ketahui limbah dari sebuah produksi terdiri atas 2 yaitu limbah
yang berbahaya dan limbah yang tidak berbahaya. Disini apabila terdapat limbah yang
tidak berbahaya kita diusahakan untuk membuang limbah itu ke tempat yang
aman/tempat yang dapat membuat limbah ini hilang seperti Air (pembuangan limbah
ke laut, kali dan sebagainya). Sebaliknya apabila terdapat limbah yang berbahaya maka
dita dituntut untuk mendaur ulang lagi limbah itu agar limbah itu tidak membahayakan
lingkungan sekitar tempat produksi.
Dalam tanggung jawab terhadap lingkungan ini seperti: meminimalkan dampak
polusi yaitu polisi udara akibat proses produksi yang dihasilkan, CO2 yang dikeluarkan,
dan pemanasan global. Polusi tanah seperti akibat limbah padat maupun cair akibat
hasil produksi, serta memanfaatkan produk daur ulang. Berikut contoh tanggung jawab
perusahaan terhadap lingkungan:
 Membuang limbah pada tempat yang seharusnya.
 Meminimalisir limbah perusahaan yang dapat mencemari lingkungan sekitar.
 Kebersihan peralatan yang dipakai dan tidak merugikan masyarakat disekitar
perusahaan.
 Mendaur ulang limbah
 Memperdayakan masyarakat sekitar untuk mengurangi kesenjangan sosial
antara perusahaan dan masyarakat.
III. TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN DARI
BISNIS: PENDEKATAN PERATURAN
Konsensus yang muncul terkait tanggung jawab lingkungan dari bisnis melalui
pendekatan peraturan, bahwa masyarakat memiliki dua kesempatan untuk
menetapkan tanggung jawab lingkungan perusahaan. Sebagai konsumen, individu
dapat meminta produk yang ramah lingkungan di pasar. Sebagai warga Negara,
individu dapat mendukung legislative terkait lingkungan. Selama bisnis merespons
pasar dan mematuhi undang-undang, bisnis telah bertanggung jawab terhadap
lingkungan.
Filsuf Norman Bowie beargumen bahwa, selain dari tugas untuk tidak
menyebabkan kecelakaaan terhadap manusia dan mematuhi undang-undang,
perusahaan tidak memiliki tanggung jawab lingkungan khusus. Masih menurut Bowie,
bisnis secara sukarela bisa untuk memilih melakukan hal-hal yang baik berkenaan
dengan lingkungan, akan tetapi bisnis tidak memiliki kewajiban untuk melakukannya.
Bisnis seharusnya bebas untuk mengejar keuntungan dengan merespon permintaan
perekonomian pasar tanpa perhatian khusus terhadap tanggung jawab lingkungan.
2014
4
Business Ethic and Good Governance
Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sejauh masyarakat menginginkan barang-barang yang ramah lingkungan, maka
mereka bebas untuk mengekpresikan keinginan tersebut melalui undang-undang atau
di dalam pasar. Tanpa permintaan tersebut, bisnis tidak memiliki tanggung jawab
khusus terhadap lingkungan.
Pendekatan yang disampaikan Bowie tersebut, dalam jangka panjang pendekatan
tersebut tidaklah memadai. Beberapa alasan yang disampaikan: (1) Pendekatan ini
merendahkan pengaruh yang dimiliki bisnis dalam penetapan undang-undang.
Pandangan yang rasional terhadap undang-undang ini menyarankan bahwa public
dengan jelas mengekpresikan tujuan politik untuk meningkatkan kualitas udara
dengan meningkatan tujuan dari efisiensi bahan bakar pada mobil. Namun, industri
mobil mampu menggunakan pengaruh lobinya untuk mengecualikan truk ringan dan
SUV dari standar ini. (2) Pendekatan tersebut juga merendahkan kemampuan bisnis
untuk mempengaruhi pilihan konsumen. Untuk menyimpulkan bahwa bisnis
memenuhi tanggung jawab lingkungan ketika merespons permintaan konsumen yang
terkait dengan lingkungan adalah merendahkan peran yang dapat dimainkan bisnis
dalam membentuk opini publik.
IV. TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN
PERUSAHAAN: PENDEKATAN KEBERLANJUTAN
Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi
kebutuhan saat ini tanpa mengkompromikan kemampuan generasi yang datang untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Konsep pembangunan berkelanjutan ini dapat
ditelusuri melalui laporan dari World Commission on Environment and Development
(WCED) Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1987 dan yang lebih dikenal dengan
sebutan Brundtland Commission.
Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia, pada dasarnya merupakan
proses pertukaran sumber daya yang dimiliki rumah tangga konsumen dengan rumah
tangga perusahaan, dan rumah tangga pemerintah/government. Kegiatan ekonomi
yang begitu banyak dan kompleks dapat dipahami dengan lebih mudah melalui suatu
model ekonomi. Keterkaitan antara pelaku-pelaku ekonomi tersebut dapat
digambarkan dalam model arus sirkular sebagai berikut:
2014
5
Business Ethic and Good Governance
Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dua aspek dari model arus sirkular: (1) model ini tidak membedakan sumber
daya alam dari factor produksi lainnya. Model ini tidak menjelaskan asal dari sumber
daya. Sumber daya hanyalah hal-hal yang dimiliki oleh rumah tangga seperti tenaga
kerja, modal, keahlian wirausaha yang dapat dijual kepada bisnis. (2) Model ini
memperlakukan pertumbuhan ekonomi sebagai solusi atas semua penyakit social dan
tidak memiliki batasan. Agar dapat mengikuti pertumbuhan penduduk, ekonomi harus
tumbuh, serta agar dapat menyediakan standar hidup yang lebih tinggi, ekonomi harus
tumbuh.
Ekonomi neoklasik dengan penekannya pada pertumbuhan ekonomi sebagai
tujuan dari kebijakan ekonomi, pada akhirnya akan gagal memenuhi tantangan ini,
kecuali pandangan ini menyadari bahwa ekonomi hanyalah sebuah subsistem di dalam
biosfer bumi. Kegiatan ekonomi bertempat di biosfer dan tidak dapat berkembang
melebihi kapasitas biosfer untuk mendukung kehidupan.
Menurut Daly, sebuah model ekonomi (sistem ekonomi) sebagai sebuah subset
dari biosfer (ekosistem) menyatakan bahwa perlu dikembangkan suatu sistem
ekonomi yang menggunakan sumber daya hanya pada tingkatan yang dapat terus
berlanjut dalam jangka panjang dan yang dapat mendaur ulang atau menggunakan
2014
6
Business Ethic and Good Governance
Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kembali baik produk sampingan dari proses produksi maupun produk itu sendiri.
Beberapa hal penting yang disampaikan Daly:
1) Model yang berkelanjutan mengakui bahwa ekonomi berada dalam biosfer
yang terbatas dan terdiri sebuah lapisan yang melingkupi permukaan bumi
dengan luas hanya beberapa mil. Dari hukum Termodinamika pertama
(konservasi energy/materi)
mengetahui bahwa materi dan energy
sesungguhnya tidak dapat diciptakan, materi/energy hanya dapat ditransfer
dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain.
2) Ada energy yang hilang pada setiap tahapan dari kegiatan ekonomi. Konsisten
dengan hukum Termodinamika yang kedua (entropi meningkat di dalam
sistem terutup), jumlah energy yang dapat dipakai akan menurun seiring
waktu. energy limbah akan terus menerus meninggalkan sistem ekonomi
sehingga energy baru dengan entropi rendah harus mengalir secara konstan
ke dalam sistem. Pada akhirnya, satu-satunya energy dengan entropi rendah
adalah matahari.
3) Model ini tidak lagi memperlakukan sumber daya alam sebagai sebuah factor
produksi yang sama dan tidak dapat dijelaskan yang muncul dari rumah
tangga. Sumber daya alam berasal dari biosfer dan tidak dapat diciptakan ex
nihilo (dari ketiadaan). Pada akhirnya, pola ini mengakui bahwa limbah
diproduksi pada setiap tahapan kegiatan ekonomi dan kemudian dibuang
kembali ke dalam biosfer.
Kesimpulan dari model Daly ini adalah dalam jangka panjang, sumber daya dan
energy tidak dapat dipakai, dan limbah tidak dapat dihasilkan pada tingkat dimana
biosfer tidak dapat menggantikan atau menyerap mereka tanpa membahayakan
kemampuannya untuk menunjang kehidupan (manusia). Hal ini disebut Daly sebagai
“batasan biofisik untuk pertumbuhan”. Biosfer dapat menghasilkan sumber daya
secara tak terbatas, dan dapat menyerap limbah secara tak terbatas, namun hanya pada
tingkat tertentu dan dengan jenis kegiatan ekonomi tertentu. Hal ini yang disebut
dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. Menemukan tingkat dan jenis kegiatan
ekonomi dan dengan demikian menciptakan praktik bisnis yang berkelanjutan adalah
tanggung jawab lingkungan perusahaan yang utama.
V.
PELUANG BISNIS DALAM EKONOMI YANG
KEBERLANJUTAN
Mengapa sebuah perusahaan harus mengejar strategi dari keberlanjutan?
Setidaknya ada lima alasan yang membentuk suatu kasus persuasif untuk
menyimpulkan bahwa upaya mengejar strategi yang berkelanjutan hampir selalu
menjadi kepentingan pribadi bisnis.
2014
7
Business Ethic and Good Governance
Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1) Keberlanjutan adalah strategi jangka panjang yang bijak
Bisnis perlu mengadopsi Pratik yang berkelanjutan untuk menjamin
kelangsungan hidup dalam jangka panjang. Perusahaan yang gagal
beradaptasi terhadap kurva dari penurunan ketersediaan sumber daya alam
dan kenaikan permintaan yang saling mengerucut beresiko kehilangan
kelangsungan hidup mereka sendiri.
2) Potensi pasar yang besar belum terpenuhi di antara perekonomian dunia yang
sedang berkembang hanya dapat dipenuhi dengan cara yang berkelanjutan.
Banyak peluang bisnis untuk melayani miliaran orang yang membutuhkan
serta meminta barang dan jasa yang ekonomis.
3) Penghematan biaya yang signifikan dapat dicapai melalui praktik yang
berkelanjutan.
Bisnis melakukan penghematan biaya yang signifikan untuk dapat bergerak
menuju efisiensi lingkungan. Penghematan penggunaan energy dan bahan
baku tidak hanya akan mengurangi pembuangan limbah lingkungan, namun
juga berarti mengurangi pengeluaran yang sia-sia. Meminimalkan limbah
adalah hal yang masuk akal atas dasar finansian maupun lingkungan.
4) Terdapat keunggulan kompetitif bagi bisnis yang berkelanjutan.
Perusahaan yang berada di depan kurva berkelanjutan akan memiliki dua
keunggulan, yaitu melayani konsumen yang peduli lingkungan dan menikmati
sebuah keunggulan kompetitif untuk menarik para karyawan yang memiliki
rasa bangga dan puas karena bekerja di perusahan yang maju.
5) Keberlanjutan adalah strategi manajemen risiko yang baik
Menolak untuk bergerak menuju keberlanjutan akan menawarkan banyak
hambatan yang ingin dihindari oleh perusahaan yang inovatif. Menghindari
peraturan pemerintah yang akan datang adalah salah satu manfaat yang nyata.
Perusahaan yang mengambil inisiatif untuk bergerak ke arah berkelanjutan
kemungkinan juga akan menjadi perusahaan yang menetapkan standar dari
praktik terbaik dalam bidangnya.
VI. PRINSIP-PRINSIP UNTUK BISNIS YANG
BERKELANJUTAN
Model perusahaan dapat berevolusi menuju sebuah model bisnis yang
berkelanjutan, menggunakan prinsip-prinsip:
1) Eko-efisiensi (ecoefficiency)
2014
8
Business Ethic and Good Governance
Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kondisi ini telah lama menjadi bagian dari gerakan lingkungan, mengerjakan
sesuatu lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit.
2) Biomimicry
Produksi putaran tertutup berusaha untuk mengintegrasikan kembali limbah
ke dalam proses produksi. Di dalam situasi yang idel, limbah dari sebuah
perusahaan menjadi sumber daya bagi perusahaan lain dan sinergi seperti ini
dapat menciptakan taman ekoindustri. Sama halnya dengan proses biologi
seperti proses fotosintesis, limbah dari sebuah kegiatan menjadi sumber daya
untuk kegiatan lain.
3) Tanggung jawab dari hidup sampai hidup kembali (cradle-to-cradle
responsibility)
Bisnis seharusnya bertanggung jawab untuk memasukkan kembali hasil akhir
dari produknya ke dalam siklus produktif. Tanggung jawab ini pada gilirannya
akan menciptakan insentif untuk merancang kembali produk sehingga mereka
dapat didaur ulang dengan efisien dan mudah.
4) Ekonomi berbasis Jasa (service-based economy)
Model ekonomi dan manajerial tradisional menterjemahkan permintaan
pelanggan sebagai permintaan untuk produk mesin cuci, karpet, lampu,
elektronik konsumen, AC, mobil, computer dan seterusnya.
2014
9
Business Ethic and Good Governance
Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Bertens, K., 2013. Etika. Penerbit Kanisius, Yogjakarta.
Hartman, L.P. dan Desjardin, J., 2011. Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk
Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Frans Magnis Suseno, 1994, Etika Bisnis, Dasar dan Aplikasinya, PT Gramedia, Jakarta.
Tom L. Beauchamp dan Norman E. Bowie, 1997, Ethical Theory and Business, Fifth Edition,
Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey 07458.
2014
10
Business Ethic and Good Governance
Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download