MODUL PERKULIAHAN BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Budaya PerusahaanDampak dan Implikasi Fakultas Program Studi Ekonomi dan Bisnis Pascasarjana S2 Tatap Muka 04 Kode MK Disusun Oleh Kode MK Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Abstract Kompetensi Mempelajari dan diskusi mengenai Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan cara-cara di mana perusahaan dalam mengembangkan budaya etis, budaya dimana individu didorong dan didukung dalam pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dan etis. budaya perusahaan dan dampaknya dalam pengambilan keputusan yang etis. Mendiskusikan peran proses penilaian, pemantauan, dan auditing program budaya dan etika 1.1 Definisi Etika Bab ini akan membahas cara-cara perusahaan dalam mengembangkan budaya yang etis. Pengambilan keputusan dalam dalam perusahaan dipengaruhi, dibatasi, dibentuk, dan dalam beberapa kasus hampir seluruhnya ditentukan oleh budaya perusahaan. Individu-individu dapat dapat dipersulit dan dipermudah dalam mengambik keputusan yang benar, atau salah, oleh berbagai ekpekstasi, nilai-nilai dan struktur dari organisasi tempat mereka hidup dan bekerja. I. PENGERTIAN BUDAYA PERUSAHAAN Setiap organisasi memiliki sebuah budaya (culture), dibentuk oleh sebuah pola dari keyakinan, harapan, dan arti yang mempengaruhi dan mengarahkan pemikiran dan perilaku anggota organisasi tersebut. Budaya ini membentuk orang-orang yang menjadi anggota organisasi tersebut. Budaya perusahaan adalah seperangkat asumsi yang dibangun dan dianut bersama oleh organisasi sebagai modal dalam beradaptasi dengan lingkungan eksternal dan proses integrasi internal. Seperangkat asumsi dimaksud adalah filosofi, nilai-nilai, norma-norma, keyakinan, ide mitos dan karya yang terintegrasi untuk mengarahkan perilaku organisasional. Seperangkat asumsi tersebut merupakan isi budaya perusahaan yang berkaitan dengan apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh semua karyawan. Isi budaya adalah moral yaitu watak organisasi yang mengutamakan nilai-nilai kebaikan yang harus diterima dan disepakati untuk menjadi roh kehidupan organisasi. Sebagai moral, bentuk dari budaya dapat berupa pemikiran, tindakan dan atau hasil kerja yang didasari oleh nilai- nilai baik untuk menjadi ciri perusahaan. Hodge, Anthony dan Gales (1996) mendefinisikan budaya perusahaan sebagai suatu konstruksi dua tingkat, yang meliputi karakteristik-karakteristik organisasi yang kelihatan (observable) dan yang tidak kelihatan (unobservable). Pada level observable, budaya perusahaan mencakup beberapa aspek organisasi seperti polapola perilaku, peraturan, legenda, bahasa dan seremoni-seremoni yang dilakukan perusahaan. Sedangkan pada level unobservable, value, budaya perusahaan mencakup shared, norma-norma, kepercayaan dan asumsi-asumsi para anggota organisasi. Jadi budaya perusahaan merupakan pola atau konfigurasi dari dua level karakteristik organisasi yang berorientasi atau mengarahkan para anggota organisasi untuk mengelola masalah-masalah dan keadaan-keadaan di sekitarnya. Budaya perusahaan juga dianggap sebagai alat untuk menentukan arah organisasi, mengarahkan apa yang boleh dilakuka n, mengarahkan bagaimana mengalokasikan sumber dayanya, mengelola sumber daya organisasional dan sumber 2014 2 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id daya manusia dan sebagai alat untuk menghadapi masalah dan peluang dari lingkungan (Petrock, 1990). Menurut Robbins (1989), budaya perusahaan merupakan persepsi bersama atau suatu sistem dari makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dengan organisasi lain. Menurut Miller (1987), budaya perusahaan merupakan kumpulan nilai yang dianut dalam perusahaan dan mendasari bagaimana mengelola dan mengorganisasi perusahaan tersebut. Nilai-nilai itu merupakan keyakinan yang dipegang teguh dan kadang-kadang tidak terungkap. Nilai-nilai dan semangat tersebut akan mendasari sifat perusahaan dalam usaha menjawab tantangan. Tidak ada satupun budaya dalam perusahaan atau tempat lain yang statis. Budaya perusahaan dapat berubah, namun mengubah budaya tentu saja akan berdampak terhadap semua hal, seperti memindahkan sebuah gunung es. Gunung es itu selalu bergerak dan jika diabaikan, akan terus mengapung dengan arus air seperti apapun yang terus mempengaruhinya pada saat itu. Seseorang tidak dapat mengubah budaya perusahaan sendirian, tetapi pemimpin yang kuat dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap budaya, dan seorang pemimpin perusahaan yang kuat tentu saja dapat memberikan dampak signifikan terhadap budaya perusahaan. Budaya sebuah perusahaan dapat berupa nilai pemelihara perusahaan (sustaining value) yang memberikan arahan dan stabilitas selama masa-masa sulit. Namun nilainilai itu juga dapat membatasi organisasi dalam cara-cara yang biasa digunakan untuk menangani berbagai persolan, seperti terlihat dari frase yang biasa digunakan “seperti itulah cara segaga sesuatu diselesaikan disini” atau “itulah keadaan yang berlaku disini”. Stabilitas yang bermanfaat di satu waktu dapat menjadi sebuah hambatan keberhasilan di waktu yang lain. Beberapa elemen yang paling mudah dirasakan, seperti sikap dan perilaku, merupakan bagian kecil dari elemen yang menyusun budaya. Selain itu, budaya terdapat didalam dan ditentukan dengan menyelami hal-hal berikut: tempo pekerjaan, pendekatan perusahaan terhadap humor, metode penyelesaian masalah, lingkungan persaingan, berbagai insentif, otonomi individu, dan struktur yang hierarkis. Bahkan dengan daftar elemen-elemen budaya ini, menjadi hal yang sulit bagi orang-orang dalam sebuah perusahaan untuk mengidentifikasi karakteristik tertentu dan budaya tempat mereka bekerja. II. BUDAYA BERDASARKAN KEPATUHAN DAN BUDAYA BERDASARKAN NILAI-NILAI Budaya perusahaan merupakan pola dari keyakinan, harapan, dan arti yang mempengaruhi dan mengarahkan pemikiran dan perilaku anggota organisasi. Budaya 2014 3 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menjadi bagian tidak terpisahkan dari lingkungan sehingga para partisipannya sampai tidak menyadari keberadaannya. Perusahaan-perusahaan yang etis harus menemukan cara untuk mendorong, membentuk, dan memungkinkan keputusan yang bertanggung jawab dan etis. Terdapat dua pendekatan organisasi untuk meninjau budaya perusahaan yang mendorong tindakan etis, yang pertama adalah pendekatan organisasi yang birokratis dan hierarkis. Pengambilan keputusan dalam pendekatan organisasi yang birokratis dan hierarkis didasarkan pada aturan-aturan dan prosedurprosedur yang ditetapkan. Keputusan tersebut membutuhkan persetujuan pihak berwenang. Pendekatan organisasi semacam ini tidak mampu menghantarkan informasi hingga ke tingkat pengambil keputusan dan manajer di tingkat yang lebih rendah tidak memiliki otoritas untuk memutuskan sendiri. Yang kedua adalah pendekatan organisasi yang tidak birokratis. Pendekatan ini memberikan wewenang kepada orang-orang di garis depan untuk menyelesaikan masalah tanpa menunggu atasan mengambil keputusan atau memberikan arahan. Kedua pendekatan itu merefleksikan perbedaan-perbedaan budaya. Budaya yang etis memiliki dampak yang langsung dan praktis pada laba/hasil akhir. Budaya etis yang kuat dapat menjadi alat pencegah kerugian yang dapat menimpa para pemegang kepentingan perusahaan dan meningkatkan laba yang berkelanjutan. Pada tahun 1990 perusahaan diklasifikasikan sebagai perusahaan yang memiliki budaya berdasarkan kepatuhan dan perusahaan yang memiliki budaya berdasarkan nilai. Budaya berdasarkan kepatuhan menekankan kepatuhan terhadap peraturan sebagai tanggung jawab utama etika, sedangkan budaya berdasarkan nilai adalah budaya yang memperkuat seperangkat nilai tertentu daripada peraturan tertentu. Kepatuhan dan program audit yang ketat menjadi batu loncatan dalam mengimplementasikan program mengenai nilai-nilai etis yang lebih komprehensif. Selain budaya berdasarkan kepatuhan dan budaya berdasarkan nilai, kepemimpinan yang efektif dan kepemimpinan etis juga berperan penting dalam menciptakan dan mengubah budaya perusahaan. Pemimpin yang etis adalah pemimpin yang transformatif atau transaksional menggunakan metode sesuai etika untuk memberdayakan para bawahan dalam mengambil inisiatif dan memecahkan masalah. Dalam konteks bisnis, pemimpin dinilai efektif jika dapat mengubah perusahaan menjadi perusahaan yang produktif, efisien, dan menguntungkan. Perusahaan harus menentukan misi sebelum memberikan dampak pada budaya melalui kode perilaku. Pertama, kode perilaku berpotensi untuk meningkatkan reputasi perusahaan dan menyediakan arahan yang konkrit bagi pengambil keputusan internal sehingga menciptakan sistem manajemen resiko yang telah dibangun dalam perusahaan. Kedua, kode perilaku menunjukkan bagaimana pemimpin mengaplikasikan nilai yang diakui dalam praktik bisnis sehari-hari. Ketiga, kode perilaku dapat mengidentifikasi langkah-langkah yang jelas terkait dengan bagaimana pergeseran budaya akan terjadi. 2014 4 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Mengintegrasikan budaya etis di seluruh perusahaan dan menyediakan cara melaksanakannya sangat penting bagi keberhasilan pergeseran budaya apapun dan dampak kepada semua pemegang kepentingan perusahaan. Komunikasi menentukan kejelasan atas tujuan, prioritas, atau proses. Selain komunikasi, pemantauan dan audit menjadi elemen vital dalam penilaian dan pencegahan resiko. Dengan penilaian tersebut maka organisasi lebih mampu untuk mencermati kelemahan-kelemahan sebelum pemegang kepentingan (internal maupun eksternal) menemukannya. United States Sentencing Commission (USSC) adalah agen independen dalam United States Judiciary yang didirikan pada tahun 1984 untuk mengatur kebijakan penetapan hukuman dalam sistem pengadilan federal. USSC menetapkan Federal Sentencing Guidelines pada tahun 1987 yang bersifat wajib dalam sistem federal yang berlaku bagi terdakwa individual dan organisasi untuk menetapkan keseragaman dan keadilan dalam sistem tersebut. USSC berusaha menggunakan pedoman pemberian hukuman untuk menciptakan suatu lingkungan korporat yang legal dan etis. Pedomanpedoman tersebut adalah upaya untuk pemberian penghargaan kepada perusahaanperusahaan yang menciptakan sebuah sistem etika dan kepatuhan yang efektif. III. KEPEMIMPINAN ETIS DAN BUDAYA PERUSAHAAN Jika tujuan perusahaan adalah mengembangkan nilai-nilai, harapan-harapan, keyakinan-keyakinan, dan pola perilaku yang baik dan paling efektif mendukung pengambilan keputusan yang etis, maka hal inimenjadi tanggung jawab pimpinan utama perusahaan untuk melakukannya. Para pemimpin diserahi tugas ini, sebagai alasannya, seluruh pemegang kepentingan di organisasi tersebut diarahkan oleh perilaku para petinggi perusahaan. The Business Roundtable Institute for Corporate Ethics membuat daftar berikut ini sebagai lima prioritas utama etika bagi para pemimpin perusahaan, sebagaimana diidentifikasi oleh para CEO dalam sebuahsurvei: 1) 2) 3) 4) 5) Memperoleh kembali kepercayaan public. Manajemen perusahaan yang efektif dalam konteks harapan investor saat ini Memastikan integritas laporan keuangan. Keadilan dalam kompensasi eksekutif. Keteladanan dalam etika olah manajemen. Sebuah penelitian mengenai sifat dasar kepemimpinan yang etis menekankan perlunya terlihat sebagai pemimpin yang berorientasi pada orang, begitu juga pentingnya pemimpin terlibat dalam tindakan etis yang nyata. Sifat yang juga penting meliputi kemauan menerima ide baru, mau mendengarkan, dan keterbukaan, demikian juga sifat yang dianggap tradisional seperti integritas, kejujuran, dan sikap dapat dipercaya. Anggapan sebagai pemimpin yang memilki kewaspadaan terhadap masalah etika yang luas, menunjukkan perhatian kepada berbagai pemegang kepentingan 2014 5 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id perusahaan, dan menggunakan proses keputusan yang etis juga sama pentingnya. Orang-orang melihat bahwa tujuan pemimpin yang etis tidak hanya berupa kinerja pekerjaan, namun kinerja yang konsisten dengan seperangkat nilai dan prinsip-prinsip yang etis. Terakhir dalam prosesnya pemimpin yang etis menunjukkan kepedulian terhadap orang lain (para karyawan dan para pemegang kepentingan eksternal). IV. KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DAN KEPEMIMPINAN YANG ETIS Seorang pemimpin memainkan peran penting dalam menciptakan dan mengubah budaya perusahaan. Para eksekutif kunci memiliki kemampuan untuk mengubah sebuah budaya perusahaan menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk. Jika budaya perusahaan memiliki dampak yang signifikan terhadap pengambilan keputusan yang etis dalam perusahaan, maka para pemimpin memiliki tanggung jawab untuk membentuk lingkungan perusahaan tersebut, sehingga pengambilan keputusan yang etis dapat tumbuh dengan subur. Seorang pemimpin yang baik adalah siapapun yang melakukan dengan baik apa yang dilakukan para pemimpin pada umumnya. Karena pemimpin bertugas mengarahkan, memimpin, dan mengawal orang-orang lain menuju sebuah tujuan. Seorang pemimpin yang baik adalah seseorang yang berhasil melakukan hal ini secara efisien. Para pemimpin yang baik dapat mengarahkan para pengikutnya secara efektif menuju tujuan yang telah ditetapkan, tetapi tidak semua pemimpin yang baik adalah pemimpin yang etis. Beberaoa diskusi dalam literature kepemimpinan menyatakan bahwa kepemimpinan yang etis semata-mata ditentukan oleh metode yang digunakan dalam memimpin. Penganjur gaya kepemimpinan tertentu ingin menyatakan bahwa gaya mereka adalah gaya kepemimpinan yang unggul. Konsekuensinya, mereka cenderung mengidentifikasi sebuah metode memimpin dengan kepemimpinan “yang sebenarnya” dalam kerangka etis. Penulis buku “Servant Leadership” Robert Greenleaf menyatakan bahwa pemimpin yang terbaik adalah individu yang tidak hierarkis, yang memimpin lewat teladan pelanannya kepada orang lain. Pendapat lain secara serupa menyatakan bahwa pemimpina yang “transformative” atau “transaksional” menggunakan metode yang memberdayakan para bawahannya untuk mengambil inisiatif dan memecahkan masalah mereka sendiri dan hal ini merepresentasikan pemimpin etis yang terbaik. Metode kepemimpinan yang sesuai dengan etika adalah hal pokok untuk menjadi seorang pemimpin yang etis. Menciptakan budaya perusahaan di mana para karyawan diberdayakan dan diharapkan untuk mengambil keputusan yang etis adalah hal yang penting bagi seorang pemimpin perusahaan yang etis. Seorang tidak dapat menjadi seorang pemimpin, dan tidak aka nada para pengikut, kecuali jika terdapat suatu arah atau sasaran yang dituju. Dalam konteks bisnis, produktifitas, efisiensi, dan 2014 6 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id profitabilitas adalah tujuan-tujuan minimal yang harus dicapai. Seorang eksekutif bisnis yang mengarahkan sebuah perusahaan ke arah kebangkrutan tidak memiliki kualifikasi sebagai pemimpin yang baik atau efektif. Seorang eksekutif yang mengubah sebuah perusahaan menjadi perusahaan yang produktif, efisien, dan menguntungkan akan dinilai sebagai seorang pemimpin yang efektif. Seseorang yang melakukan hal tersebut dengan cara menghormati bawahannya atau memberdayakan mereka untuk berkreasi dan berhasil adalah, setidaknya secara sekilas, pemimpin yang efektif dan etis. V. MEMBANGUN BUDAYA PERUSAHAAN BERDASARKAN NILAI-NILAI Salah satu perwujudan dalam kepemimpinan yang etis adalah artikulasi nilainilai bagi perusahaan. Artikulasi ini dapat mulai terbangun setelah sebuah proses inklusif dari identifikasi nilai-nilai, hal ini bukan dilakukan dengan sekadar mencontoh nilai-nilai tertentu dari seorang pemimpin eksekutif. Bagaimanapun juga, merupakan tanggung jawab pemimpin untuk memastikan bahwa perusahaan diarahkan oleh seperangkat prinsip-prinsip pengaturan yang dapat mengarahkan para karyawannya dalam pengambilan keputusann. Langkah-langkah untuk memiliki kode perilaku (code of conduct) efektif yang akan berhasil mempengaruhi budaya adalah: 1) Sebuah perusahaan harus menentukan “Misinya” Bayangkan, apa jadinya bila para karyawan suatu perusahaan mengimplementasi nilai-nilai yang berbeda atau bertolak belakang, atau bekerja tanpa mengikuti proses yang sesuai dengan standar kualitas operasional perusahaan. Sudah tentu perusahaan tersebut akan mandeg, mundur lalu hancur karena karyawannya menerapkan nilai-nilai yang bertolak belakang misalnya korupsi, atau menjalankan proses kerja yang asal asalan. Sebaliknya, bila semua karyawan mengimplementasikan Nilai-Nilai yang sama, menjalankan kebijakan dan prosedur kerja, serta berfokus pada misi perusahaan, maka budaya perusahaan yang tercipta akan efektif dalam mencapai visi perusahaannya. 2) Artikulasi dari ‘Visi” yang jelas mengenai arah perusahaan. Sebuah hal yang harus dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan: klien, personel dan para pemegang kepentingan lainnya untuk memahami pendirian perusahaan dan bagaimana cara mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. 3) Mengidentifikasi langkah-langkah yang jelas terkait dengan bagaimana pergeseran budaya akan terjadi. 2014 7 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Diperlukan berbagai proses dan prosedur yang siap untuk mendukung dan selanjutnya mempertahankan visi yang telah ditetapkan. 4) Harus ada keyakinan dari semua pihak didalam organisasi bahwa budaya yang dianut akan benar-benar berguna dan dapat dicapai. Jika terdapat konflik yang akan mencegah realisasi beberapa komponennya, atau jika pimpinan utama tidak terlibat, tidak ada orang yang akan meyakini perubahan tersebut. 2014 8 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Bertens, K., 2013. Etika. Penerbit Kanisius, Yogjakarta. Hartman, L.P. dan Desjardin, J., 2011. Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial, Penerbit Erlangga, Jakarta. Frans Magnis Suseno, 1994, Etika Bisnis, Dasar dan Aplikasinya, PT Gramedia, Jakarta. 2014 9 Business Ethic and Good Governance Dr. Suharno Pawirosumarto, S.Kom, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id