MODUL PERKULIAHAN Business Ethics and GCG Bisnis, Lingkungan dan Keberlanjutan Fakultas Program Studi Pasca MM Tatap Muka 10 Kode MK Disusun Oleh 35040 Dr. Achmad Jamil Abstract Kompetensi Membahas tentang bentuk tanggung jawab lingkungan perusahaan dari beberapa pendekatan diantaranya pasar, peraturan, dan keberlanjutan Diharapkan Mahasiswa paham mengenai bagaimana tanggung jawab lingkungan perusahaan dari beberapa pendekatan diantaranya pasar, peraturan, dan keberlanjutan Pembahasan Pendahuluan Kita harus bertindak dalam cara yang melindungi lingkungan alam dari degradasi? Mengapa bisnis harus memperhatikan dan menghargai lingkungan alam?. Seluruh umat manusia bergantung pada lingkungan alam untuk dapat bertahan hidup. Manusia membutuhkan air bersih untuk minum, udara segar untuk bernafas, tanah dan lautan yang subur untuk menghasilkan makanan, lapisan ozon yang tebal untuk menangkal radiasi sinar matahari, dan biosfer yang menjaga keseimbangan iklim yang rapuh dimana manusia tetap akan dapat hidup di muka bumi ini. Dalam ilmu ekologi dan pemahaman mengenai sistem alam yang saling terkait membantu kita untuk memahami betapa manusia sangat bergantung pada ekosistem. Jika dahulu kita berfikir bahwa ikan yang ada di lautan tidak akan pernah habis untuk ditangkap nelayan dan bahwa atmosfer terlalu luas untuk dapat diubah oleh manusia, sekarang kita memang mehami bahwa keseimbangan lingkungan yang tepat sangatlah penting untuk memelihar sistem yang menunjang kehidupan. Pada akhir abad ke -19, manusia mulai menyadari adanya alasan berdasarkan kepentingan pribadi untuk melindungi lingkungan alam. Gerakan konservasi, tahap pertama dari environmentalisme moden, mulai menyerukan pendekatan yang lebih terkendali dan hati-hati terhadap alam. Dari perspektif ini, alam masih dihargai sebagai sumberdaya, yang menyediakan manusia dengan manfaat langsung (udara, air, makanan) dan manfaat tidak langsung (barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh bisnis). Para pendukung gerakan konservasi berargumen menentang eksploitasi sumberdaya alam seolah-olah alam dapat menyediakan pasokan bahan yang tidak pernah habis. Mereka menegaskan bahwa bisnis memiliki pertimbangan rasional untuk menjaga sumberdaya financial. Lingkungan alam, seperti halnya modal, memiliki kapasitas yang produktif untuk menghasilkan laba jangka panjang hanya jika dikelola dan digunakan secara hati-hati. Tanggung Jawab Bisnis terhadap Lingkungan: Pendekatan Pasar Ada beberapa pendekatan terhadap masalah lingkungan yang mempercayakan pada pasar yang efisien, maka manajer bisnis yang bertanggung jawab hanya perlu mencari keuntungan dan membiarkan pasar untuk mengalokasikan sumberdaya secara efisien. Dengan melakukan ini, bisnis memenuhi perannya di dalam sebuah sistem pasar, yang pada gilirannya melayani kebaikan keseluruhan (utilitarianisme) yang lebih besar.. disisi lain, jika peraturan pemerintah adalah pendekatan yang memadai, maka bisnis harus mengembangkan 2016 2 Business Ethics And Good Governance Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id struktur yang mematuhi peraturan untuk memastikan bahwa bisnis telah mematuhi peraturan tersebut. Para pembela pendekatan pasar berpendapat bahwa masalah lingkungan adalah masalah ekonomi yang patut mendapat solusi ekonomi. Pada dasarnya, masalah lingkungan melibatkan alokasi dan distribusi dari sumberdaya yang terbatas. Pasar yang efisien dapat menanggapi tantangan lingkungan, terlepas dari peduli atau tidaknya kita terhadap alokasi sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak dan gas, atau dengan kapasitas bumi untuk menyerap produk sampingan dari industri seperti CO2 atau PCB Tanggung jawab Lingkungan dari Bisnis : Pendekatan Peraturan Sebuah consensus luas muncul di amerika Serikat pada tahun 1970-an bahwa pasar yang tidak teratur oleh undang-undang adalah pendekatan yang tidak memadai terhadap tantangan lingkungan. Sebaliknya peraturan pemerintah dilihat sebagai cara yang lebih baik untuk menanggapi masalah lingkungan. Hukum utama untuk penanganan terkait keprihatinan lingkungan adalah hukum tort. Hanya individu yang dapat membuktikan bahwa mereka telah dirugikan oleh polusi yang dapat mengajukan tuntutan hukum atas polusi udara dan air. Pendekatan hukum ini menempatkan beban pembuktian pada orang yang telah dirugikan , dan yang paling baik hanya menawarkan kompensasi atas kerugian setelah adanya fakta. Konsensus yang muncul adalah bahwa masyarakat memiliki dua kesempatan untuk menetapkan tannggung jawab lingkungan perusahaan. Sebagai konsumen, individu dapat meminta produk yang ramah lingkungan di pasar. Sebagai warga Negara, individu dapat mendukung legislasi yang terkait dengan lingkungan. Selama bisnis merespons pasar dan mematuhi undang-undang, bisnis telah bertanggung jawab terhadap lingkungan. Menurut filsuf Norman Bowie, membela versi pandangan yang sempit mengenai tanggung jawab sosial perusahaan yang telah dimodifikasi. Bowie berargumen bahwa, selain dari tugas untuk tidak menyebabkan kecelakaan terhadap manusia, dan mematuhi undang-undang, perusahaan tidak memiliki tanggung jawab khusus. Bisnis secara sukarela dapat memilih untuk melakukan hal-hal yang baik berkenaan dengan lingkungan, akan tetapi bisnis tidak memiliki kewajiban untuk melakukannya. Bisnis seharusnya bebas untuk mengejar keuntungan dengan merespons permintaan perekonomian pasar tanpa perhatian khusus terhadap tanggung jawab lingkungan. Sejauh masyarakat menginginkan barang-barang yang ramah lingkungan, maka mereka bebas untuk mengekspresikan keinginan tersebut melalui undang-undang atau di dalam pasar. Tanpa permintaan itu, bisnis tidak memiliki tanggung jawab khusus terhadap lingkungan. 2016 3 Business Ethics And Good Governance Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ada beberapa masalah yang menunjukkan bahwa pendekatan Bowie tidak memadai dalam jangka panjang diantaranya sebagai berikut: 1. Pendekatan ini merendahkan pengaruh yang dimiliki bisnis dalam menetapkan undangundang. 2. Pendekatan ini juga merendahkan kemampuan bisnis untuk mempengaruhi pilihan konsumen 3. Jika kita bergantung pada undang-undang untuk melindungi lingkungan, tingkat perlindungan lingkungan hanya akan ada sejauh jangkauan undang-undang. Akan tetapi, sebagian besar isu lingkungan, khususnya masalah polusi, tidak memperhatikan kewenangan hukum. 4. Model peraturan ini berasumsi bahwa pertumbuhan ekonomi secara lingkungan dan etis tidak membahayakan. Peraturan menetapkan batas sampingan pada bisnis dalam mengejar keuntungan, dan sejauh bisnis tetap mematuhi batasan tersebut, jalan apapun yang ditempuh manajemen untuk meraih keuntungan akan mendapat legitimasi etis. Apa yang hilang dalam pembahasan ini adalah fakta yang sangat penting bahwa ada banyak cara untuk mengejar keuntungan di dalam batasan undang-undang. Jalan yang berbeda untuk meraih profitabilitas dapat menimbulkan konsekuensi lingkungan yang sangat berbeda. Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan: Pendekatan Keberlanjutan Konsep pengembangan/pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dan praktik bisnis yang berkelanjutan menyarankan visi baru yang radikal untuk mengintegrasikan tujuan lingkungan dan keuangan, dibandingkan dengan model pertumbuhan yang sebelumnya. Ketiga tujuan ini, keberlanjutan ekonomi, lingkungan dan etis, sering kali disebut sebagai tiga pilar keberlanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengompromikan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Seorang ekonom Herman daly merupakan salah satu pemikir ternama yang menyuarakan sebuah pendekatan inovatif terhadap teori ekonomi berdasarkan konsep pembangunan yang berkelanjutan. Daly membuat kasus yang meyakinkan untuk memahami pembangunan ekonomi yang berkelanjutan melebihi standar yang lebih umum dari pertumbuhan ekonomi. Kecuali kita membuat perubahan yang signifikan di dalam pemahaman kegiatan ekonomi, kecuali kita mengubah cara kita berbisnis secara meyakinkan, 2016 4 Business Ethics And Good Governance Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kita akan gagal memenuhi kewajiban etis dan lingkungan yang mendasar. Menurut daly, kita memerlukan perubahan paradigm utama dalam cara kita memahami kegiatan ekonomi. Model arus sirkular menjelaskan sifat transaksi ekonomi dalam hal arus sumber daya dari bisnis sampai ke rumah tangga dan kembali lagi kebisnis. Bisnis menghasilkan barang dan jasa untuk merespons permintaan pasar dari rumah tangga, kemudian mengirim barang dan jasa tersebut ke rumah tangga untuk ditukarkan dengan pembayaran yang diterima oleh bisnis. Pembayaran ini selanjutnya dikembalikan lagi ke rumah tangga dalam bentuk upah, gaji, sewa, keuntungan, dan bunga. Rumah tangga menerima pembayaran sebagai pertukaran atas tenaga kerja, lahan, modal dan keahlian wirausaha untuk menghasilkan barang dan jasa. Hal ini dapat dilihat Gambar 1. Gambar 1. Model Arus Sirkular Barang dan Jasa Konsumsi Upah, sewa Bunga, keuntungan RUMAH TANGGA BISNIS Sumber daya: Tenaga Kerja, Lahan Modal, Keahlian Wirausaha Pembayaran Dua aspek dari model sirkular ini perlu diperhatikan: pertama, model ini tidak membedakan sumber daya alam dari faktor produksi lainnya. Model ini tidak menjelaskan asal dari sumber daya. Sumber daya hanyalah hal-hal dimiliki oleh rumah tangga seperti tenaga kerja, modal, dan keahlian wirausaha, yang dapat dijual kepada bisnis. Kedua, bahwa model ini memperlakukan pertumbuhan ekonomi sebagai solusi atas semua penyakit sosial dan tidak memiliki batasan. Agar dapat mengikuti pertumbuhan penduduk, ekonomi harus tumbuh, agar dapat menyediakan standar hidup yang lebih tinggi, ekonomi harus tumbuh. Untuk mengurangi kemiskinan, kelaparan dan penyakit, ekonomi harus tumbuh. Kemungkinan bahwa ekonomi tidak dapat tumbuh sampai waktu yang tidak terbatas bukanlah bagian dari model ini. 2016 5 Business Ethics And Good Governance Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daly gan berargumen bahwa ekonomi neoklasik, dengan penekanannya pada pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan dari kebijakan ekonomi, pada akhirnya akan gagal memenuhi tantangan ini kecuali pandangan ini menyadari bahwa ekonomi hanyalah sebuah subsistem di dalam biosfer bumi. Kegiatan ekonomi bertempat di dalam biosfer ini dan tidak dapat berkembang melebihi kapasitas biosfer untuk mendukung kehidupan. Semua faktor ayng terlibat dalam produksi-sumber daya alam, modal, keahlian wirausaha dan tenaga kerja – semuanya berasal dari kapasitas produktif bumi. Dengan pengetahuan akan hal ini, seluruh model klasik akan terbukti tidak akan stabil jika sumberdaya bergerak melalui sistem ini pada tingkatan yang melebihi kapasitas produktif bumi atau melebihi kapasitas bumi untuk menyerap limbah atau produk sampingan dari produksi ini. Dengan demikian kita perlu mengembangkan suatu sistem ekonomi yang menggunakan sumberdaya hanya pada tingkatan yang dapat terus berlanjut dalam jangka panjang dan yang dapat mendaur ulang atau mengggunakan kembali baik produk sampingan dari proses produksi maupun produk itu sendiri. Model ini dapat dilihat pada gambar 2. Model ini berbeda dalam beberapa hal dengan model gambar 1yaitu: pertama, model yang berkelanjutan mengakui bahwa ekonomi berada di dalam biosfer yang terbatas yang terdiri dari sebuah lapisan yang melingkupi permukaan bumi dengan luas hanya beberapa mil. Dari hukum termodinamika pertama, kita mengetahui bahwa materi dan energy sesungguhnya tidak dapat diciptakan, materi atau energy hanya dapat di transfer dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain. Kedua, ada energy yang hilang pada setiap tahapan dari kegiatan ekonomi. Konsisten dengan hukum termodinamika yang kedua, jumlah energy yang dapat dipakai akan menurun seiring waktu. “energy limbah” terus menerus meninggalkan sistem ekonomi sehingga energi baru dengan entropi rendah harus mengalir secara konstan ke dalam sistem. Pada akhirnya, satu-satunya energy dengan entropi yang rendah adalah matahari. Ketiga, model ini tidak lagi memperlakukan sumber daya alam sebagai faktor produksi yang sama dan tidak dapat dijelaskan yang muncul dari rumah tangga. Sumberdaya alam berasal dari biosfer dan tidak dapat diciptakan ex nihilo. Pada akhirnya, pola ini mengakui bahwa limbah diproduksi pada setiap tahapan kegiatan ekonomi dan kemudian di buang kembali ke dalam biosfer. Gambar 2. Model Ekonomi sebagai sebuah subset dari Biosfer (atau ekosistem) 2016 6 Business Ethics And Good Governance Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Barang dan jasa Konsumsi Energi Panas Energy, Sumberdaya Alam Limbah(polusi sampah) Upah, sewa, Bunga, keuntungan Energi panas Rumah tangga BISNIS Sumberdaya: Tenaga Kerja, lahan, Modal Keahlian Wirausaha Energy, Sumberdaya Alam Limbah(polusi sampah) Pembayaran Kesimpulan dari model di atas, dalam jangka panjang, sumber daya dan energy tidak dapat dipakai, dan limbah tidak dapat dihasilkan, pada tingkat dimana biosfer tidak dapat menggantikan atau menyerap mereka tanpa membahayakan kemampuannya untuk menunjang kehidupan manusia. Inilah yang disebut daly sebagai “batasan biofisik untuk pertumbuhan”. Biosfer dapat menghasilkan sumber daya secara tak terbatas, dan dapat menyerap limbah secara tak terbatas, namun hanya pada tingkat tertentu dan dengan jenis kegiatan ekonomi tertentu. Inilah tujuan dari pembangunan yang berkelanjutan. Menemukan tingkat dan jenis kegiatan ekonomi ini, dan dengan demikian menciptakan praktik bisnis yang berkelanjutan, adalah tanggung jawab lingkungan perusahaan yang utama. Peluang Bisnis dalam Ekonomi yang Berkelanjutan Mengapa sebuah perusahaan harus mengejar strategi dari keberlanjutan? Atas alasan kepentingan pribadi bisnis itu saja, suatu kasus yang kuat dapat dibuat untuk mengambil langkah saat ini demi mencapai masa depan yang berkelanjutan. Setidaknya ada lima alasan yang membentuk suatu kasus persuasive untuk menyimpulkan bahwa upaya mengejar strategi yang berkelanjutan hampir selalu menjadi kepentingan pribadi bisnis. Diantaranya: 1. Keberlanjutan adalah suatu strategi jangka panjang yang baik. Bisnis perlu mengadopsi praktik yang berkelanjutan untuk menjamin kelangsungan hidup dalam jangka panjang. Perusahaan yang gagal beradaptasi terhadap kurva dari penurunan ketersediaan sumber daya alam dan kenaikan permintaan yang saling mengerucut berisiko kehilangan kelangsungan hidup mereka sendiri. Contoh industri penangkapan ikan di laut. 2016 7 Business Ethics And Good Governance Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Potensi pasar yang besar belum terpenuhi diantara perekonomian dunia yang sedang berkembang hanya dapat dipenuhi dengan cara yang berkelanjutan. Terdapat banyak sekali peluang bisnis untuk melayani milyaran orang yang membutuhkan, serta meminta barang dan jasa ekonomis. Dasar dari piramida ekonomi menunjukkan pasardari perekonomian yang terbesar dan memiliki pertumbuhan tercepat dalam sejarah manusia. Meskipun begitu, besarnya ukuran pasar itu sendiri membuatnya tidak mungkin untuk memenuhi permintaan ini dengan praktik industri abad ke -19 dan ke-20 yang merusak lingkungan. 3. Penghematan biaya yang signifikan dapat dicapai melalui praktik yang berkelanjutan. Bisnis melakukan penghematan biaya yang signifikan untuk dapat bergerak menuju efisiensi lingkungan. Penghematan penggunaan energy dan bahan tidak hanya akan mengurangi pembuangan lingkungan, namun juga berarti mengurangi pengeluaran yang sia-sia. Meminimalkan limbah adalah hal yang masuk akan atas dasar financial maupun lingkungan. 4. Terdapat keunggulani kompetitif bagi bisnis yang berkelanjutan. Perusahaan yang berada didepan pada kurva keberlanjutan akan memiliki dua keunggunlan yaitu melayani konsumen yang peduli lingkungan dan menikmati sebuah keunggulan kompetitif untuk menarik para karyawan yang memiliki rasa bangga dan puas karena bekerja di perusahaan yang maju. 5. Keberlanjutan adalah strategi manajemen resiko yang baik. Menolak untuk bergerak menuju keberlanjutan menawarkan banyak hambatan yang ingin dihindari oleh perusahaan yang inovatif. Menghindari peraturan pemerintah yang akan datang adalah salah satu manfaat yang nyata. Perusahaan yang mengambil inisiatif untuk bergerak kearah keberlanjutan kemungkinan juga akan menjadi perusahan yang menetapkan standar dari praktik dalam bidangnya. Jadi, ketika peraturan memang akan dibuat, kemungkinan besar perusahaan tersebut akan berperan dalam menentukan seperti apa peraturan tersebut jadinya. Mencegah tanggung jawab untuk produk yang tidak berkelanjutan merupakan manfaat potensial lainnya. Ketika kedasaran sosial berubah, sistem legal mungkin akan segera mulai menghukum perusahaan yang saat ini lalai karena gagal meramalkan terjadinya bahaya yang disebabkan oleh praktik mereka yang tidak berkelajutan. Implikasi yang tepat dari keberlanjutan ini akan berbeda antara perusahaan dan industri tertentu, namun tiga prinsip umum ini akan memandu untuk bergerak kearah keberlanjutan. 2016 8 Business Ethics And Good Governance Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Perusahaan serta industri harus menjadi lebih efisien dalam menggunakan sumberdaya alam: mereka harus meniru pr oses produksi keseluruhannya pada proses biologis; dan mereka harus menekankan produksi jasa alih-alih produksi produk. Prinsip-prinsip untuk bisnis yang keberlanjutan diantarannya: 1. Eko-efisien, “mengerjakan sesuatu lebih banyak dengan sumberdaya yang lebih sedikit”, telah menjadi pedoman lingkungan selama sepuluh tahun. Seperti juga halnya perusahaan bisnis dapat meningkatkan efisiensi energy dan bahan dalam hal seperti penerangan, desain bangunan, desain produk, dan saluran distribusi. 2. Limbah yang meninggalkan siklus ekonomi dikembalikan lagi ke dalam siklus sebagai sumberdaya yang produktif. Produksi putaran tertutup berusaha untuk menginegrasikan kembali limbah ke dalam proses produksi. Di dalam situasi ideal, limbah dari sebuah peusahaan menjadi sumberdaya bagi perusahaan lain, dan sinergi seperti ini dapat menciptakan taman ekoindustri. Sama halnya dengan proses biologi seperti siklus fotosintesis “ limbah” dari sebuah kegiatan menjadi sumber daya untuk kegiatan yang lain, prinsip ini sering disebut biomimicry. Tujuannya adalah untuk meonghilangkan limbah secara keseluruhan alih-alih menguranginya. Jika kita benar-benar meniru proses biologi, hasil akhir dari dari sebuah proses pada akhirnya dapat digunakan kembali sebagai sumberdaya yang produktif dari proses lainnya hanya dengan menambahkan energi matahari. 3. Melampaui eko-efisien dan biomimicry, melibatkan peralihan dalam model bisnis dari produk ke jasa. Model ekonomi dan manajerial tradisional menerjemahkan permintaan pelanggan sebagai permintaan untuk produk –mesin cuci, karpet, lampu, elektronik konsumen, AC, mobil, computer dan seterusnya. Ekonomi berbasis jasa menerjemahkan permintaan pelanggan sebagai permintaan akan jasa-untuk mencuci baju, melapisi lantai, mendekorasi bangunan, menghibur, udara yang sejuk, transportasi, pengolahan kata dan seterusnya. Evolusi strategi bisnis menuju biomimicry dapat dipahami dalam suatu kontinum. Tahap paling awal telah dijelaskan sebagai “mengambil-membuat-menghasilkan limbah”. Dengan kata lain, bisnis mengambil sumberdaya, membuatnya menjadi produk, dan membuang sisanya. Tahap kedua menggambarkan bisnis bertanggung jawab atas produknya “dari hidup sampai mati”. Terkadang disebut sebagai tangggung jawab “siklus hidup”, pendekatan ini telah mendapatkan tempat dalam pemikiran industri dan peraturan. Tanggung jawab dari hidup sampai mati atau “siklus hidup” menyatakan bahwa bisnis bertanggung 2016 9 Business Ethics And Good Governance Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id jawab atas seluruh hidup produknya, meliputi pembuangan akhir bahkan setelah penjualan. Jadi, sebagai contoh, model dari hidup sampai mati akan menyatakan bahwa bisnis bertanggung jawab terhadap kontaminasi air bawah tanah yang disebabkan oleh produknya bahkan setelah bertahun-tahun dikubur di dalam tanah. Tanggung jawab dari hidup sampai hidup kembali memperluas ide ini lebih jauh dan menyatakan bahwa bisnis seharusnya bertanggung jawab untuk memasukkan kembali hasil akhir produknya ke dalam siklus produktif. Tanggung jawab ini, pada gilirnnya, akan menciptakan insentif untuk merancang kembali produk sehingga mereka dapat didaur ulang dengan efisien dan mudah. 2016 10 Business Ethics And Good Governance Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Hartman, L.P., dan Desjardin, J. (2011). Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk Integritas Pribadi dan Tanggung jawab Sosial. Penerbit Erlangga. 2016 11 Business Ethics And Good Governance Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id