1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam kajian ahli komunikasi. Film sebagai alat komunikasi kedua yang muncul di dunia, mempunyai masa pertumbuhan pada akhir abad ke-19, dengan kata lain pada waktu unsur-unsur yang menghalangi perkembangan surat kabar yang dibuat lenyap. Ini berarti bahwa dari permulaan sejarahnya film dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati, karena film tidak mengalami unsur teknik, politik, ekonomi, sosial dan demografi yang merintangi kemajuan surat kabar pada masa pertumbuhan dalam abad ke-18 dan permulaan abad ke-19, menurut Ocy Hong Lee (Sobur, 2004:126). Film yang merupakan alat komunikasi kedua, juga mempunya pesan baik verbal maupun non verbal bagi audience-nya. Dengan berkembangnya film, berkembang pula televisi yang dapat dibuktikan jelas mengambil alih banyak penonton film. Terutama para penonton yang sudah berkeluarga, sehingga para penonton film tinggal sedikit dan kebanyakan berusia muda (McQuail, 1987:15). Seiring dengan beralihnya penonton film menjadi penonton televisi, film mengalami intergrasi besar-besaran dengan media lainnya, terutama dengan penerbit buku, musik populer dan bahkan dengan televisi sendiri. Terlepas dari 2 kenyataan menurunnya penonton, film justru mampu mencapai kekhususan tertentu, yakni sebagai sarana pameran bagi media lain dan sebagai sumber budaya yang berkaitan erat dengan buku, film kartun, bintang televisi, film seri serta lagu. Dengan demikian, dewasa ini film berperan sebagai pembentuk budaya massa, bukannya semata-mata mengharapkan media lainnya sebagaimana peran film pada masa kejayaannya yang lalu. Televisi dan film mempunyai dampak tertentu bagi penontonnya. Dalam banyak penelitian tentang dampak serial televisi dan film terhadap masyarakat, hubungan antara televisi, film dan masyarakat dipahami secara linier. Artinya, film, baik yang ditayangkan di televisi, selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) di baliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Selain itu, kekuatan dan film menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. Namun seiring dengan kebangkitan film, muncul pula film-film yang menggambarkan seks, kriminal dan kekerasan. Dengan kata lain, film menjadi lebih bebas untuk memenuhi kebutuhan akan sajian yang berbau kekerasan, mengerikan dan pornografis ( McQuail, 1987:15). Jika di dalam film menampilkan adegan yang mengandung kekerasan, maka dapat berdampak negatif bagi penontonnya, terutama anak-anak karena bukan tidak mungkin bagi mereka untuk meniru apa yang dilihat di televisi. 3 Film dan televisi dianggap sangat efisien dalam menyebarkan gagasan dan dalam menanamkan perilaku. Televisi rupanya memiliki pengaruh yang lebih jauh dan lebih luas, maka televisi dapat berperan sebagai pembawa pengaruh lintas budaya. Televisi mampu menciptakan hubungan langsung, atau bahkan hubungan akrab sebagai anggota keluarga, karena hadir di dalam rumah. Demikian televisi bertindak sebagai model sekaligus sebagai pemberi hadiah dan pencipta proses pembiasaan. Tetapi mungkin alasan utama yang menyebabkan anak-anak begitu terpengaruh oleh televisi karena mereka menonton terlalu sering dan lama. Dengan begitu, pesan yang mereka terima sangat menempel di ingatan mereka. Selain itu, televisi juga bisa menjadi media untuk menyebarkan perilaku kekerasan. Ahli psikologi, Albert Bandura dari Universitas Standford, mengadakan eksperimen untuk mengetahui seberapa efektifnya anak-anak melakukan peniruan terhadap perilaku agresif. Dalam eksperimen itu, ditemukan bahwa anak-anak belajar mengenal perilaku agresif dengan meniru orang dewasa. Anak-anak tersebut melihat seorang model melakukan kekerasan memukul, menendang dan menduduki boneka badut. Setelah mengamati model, anak-anak tersebut ditaruh diruangan besar bersama boneka badut, secara tidak langsung anak-anak tersebut melakukan tindakan yang sama persis dilakukan oleh model sebelumnya ( Bailey, 1988 : 45 ). Beberapa ahli psikologi berpendapat bahwa kekerasan sama sekali bukanlah hal yang ditetapkan secara genetik, melainkan 4 sepenuhnya merupakan hasil belajar. Manusia belajar lewat peniruan, mengambil pola-pola perilaku yang mereka lihat dari sekitar mereka, dan juga melalui proses umum yang disebut pembiasaan. Baik peniruan maupun pembiasaan dimulai dari rumah, tetapi banyak dipengaruhi oleh dunia luar yang lebih luas, baik oleh sekolah, tradisi nasional dan agama maupun oleh buku, majalah, surat kabar terutama film dan televisi (Bailey 1988 : 44). Posisi anak-anak atas tayangan televisi memang sangat lemah. Hal ini berkaitan dengan sifat anak yang di antaranya: pertama, anak sulit membedakan mana yang baik atau buruk serta mana yang pantas ditiru atau diabaikan. Kedua, anak tak memiliki self-censorship dan belum memiliki batasan nilai. Ketiga, anak nonton bersifat pasif dan tidak kritis. Akibatnya, semua yang ditayangkan akan dianggap sebagai sebuah kewajaran. Di Indonesia sendiri banyak sekali bermunculan film dari luar negeri maupun dalam negeri sendiri dan dimana film-film tersebut sering ditayangkan di bioskop maupun di televisi. Apalagi 12 stasiun televisi di Indonesia yang dimana mereka juga berlomba-lomba menampilkan program-program acara dan film yang menarik bagi keluarga. Setiap saat, setiap waktu, televisi menjadi teman dalam mengisi waktu luang. Berbagai macam pilihan acara telah tersedia, termasuk untuk anak-anak, salah satunya adalah serial kartun. Film kartun dapat disebut juga sebagai film animasi. Film kartun adalah bentuk dari gambar animasi 2 Dimensi (2D). Istilah animasi berasal 5 dari bahasa Yunani anima, artinya jiwa atau hidup. Kata animasi dapat juga berarti memberikan hidup sebuah objek dengan cara menggerakkan objek gambar dengan waktu tertentu (Sibero, 2008:9). Animasi tidak hanya digunakan untuk hiburan saja, animasi dapat juga digunakan untuk media-media pendidikan, informasi, dan media pengetahuan lainnya. Secara harfiah animasi adalah membuat hidup atau bergerak. Animasi adalah sebuah rangkaian gambar atau obyek yang bergerak dan seolaholah hidup (Chandra, 2000 : 1). Film kartun atau animasi pada dasarnya didasarkan pada cerita-cerita dan gambar-gambar lucu yang berbau fantasi. Oleh karena itu anak-anak sangat menyukai film kartun sebab mereka menggunakannya sebagai wadah untuk berfantasi dengan gambarnya yang unik dan lucu. Fantasi bahkan menjadi unsur yang mendukung meningkatnya kreatifitas anak. Kodrat fantasi pada umumnya bersumber pada keinginan anak-anak dan kebebasan yang merupakan kebutuhan tertentu yang ada pada dirinya. Dominasi untuk berfantasi dalam kehidupan anak sangatlah besar. Masing-masing stasiun televisi memiliki serial kartun pilihan yang tentunya menarik perhatian anak-anak, apalagi sekarang telah ada stasiun televisi khusus yang hanya memutarkan film kartun saja. Padahal penelitian menunjukan bahwa 94% kartun mengandung adegan kekerasan. Hal ini tidak disadari oleh anak-anak karena kekerasan tersebut dikemas dalam kelucuan yang membuat anak-anak tertawa. Mereka sendiri belum 6 tentu menyadari dampak yang terjadi akibat menonton serial kartun tersebut. Ada banyak serial kartun di Indonesia yang diminati anak-anak di antaranya adalah Tom & Jerry. Karena beberapa waktu yang lalu sampai sekarang, televisi swasta di Indonesia masih memutarkannya. Tom & Jerry adalah serial kartun yang menceritakan tentang seekor kucing bernama Tom dan tikus yang bernama Jerry. Mereka hidup dalam satu rumah dan tidak pernah akur. Mereka selalu berusaha mengganggu satu sama lain, setelah mengganggu salah seorang dari mereka membalas dengan sadis dan kasar, seperti memukul dengan palu, membakar satu sama lain, melemparkan bom dan berbagai cara lain yang kejam dan berbahaya lainnya. Tom & Jerry adalah sebuah serial kartun yang dibuat pada tahun 1940, oleh William Hanna dan Joseph Barbera atau biasa disebut HannaBarbera, yang juga pencipta tokoh-tokoh kartun terkena seperti Flinstone, Yogi Bear, Scooby Doo, dan Jhony Quest. Serial kartun yang diputar di bioskop, televisi sampai di video tape ini diproduksi oleh MGM pada tahun 1940-1967. Tom & Jerry pernah memenangkan tujuh piala Oscar dan dinominasikan enam kali dalam ajang bergengsi Academy Award. Seri film Tom & Jerry yang mendapatkan piala Oscar antara lain : “The Yankee Doodle Mouse” (1943), “Mouse Trouble” (1944), “Quiet Please” 7 (1945), “The Cut Concerto” (1946), “The Little Orphan” (1949), “The Two Mouseketeers” (1952), “Johann Mouse” (1953). Hanna-Barbera selama tahun 1940 sampai dengan 1958 telah memproduksi 114 episode kartun Tom & Jerry. Namun sempat berhenti dan mulai memproduksi lagi pada tahun 1975, dengan nama perusahaan Hanna-Barbera Studio dan memproduksi 48 kartun The New Tom & Jerry Show, dan 2 karun Tom & Jerry Comedy Show (www.tomandjerryonline.com). Alur cerita setiap seri biasanya berpusat pada usaha Tom yang putus asa untuk menangkap Jerry, beserta kekacauan dan kehancuran yang menyertainya. Serial ini sangat terkenal karena menggunakan gurauan yang paling kasar dan merusak yang pernah dibuat untuk film animasi; Jerry memotong Tom menjadi setengah, Tom menggunakan apa pun mulai dari kapak, pistol, dinamit, racun untuk berusaha membunuh dan memakan Jerry. Kartun Tom & Jerry sendiri sudah sejak lama ditayangkan di Indonesia dan sudah beberapa kali berpindah-pindah stasiun televisi dalam penayangannya. Sekarang ini serial kartun Tom & Jerry ditayangkan setiap hari Senin sampai dengan Jumat pada pukul 13.00 – 14.00 WIB di stasiun televisi swasta yaitu ANTV. Dalam penayangannya selama di Indonesia serial kartun Tom & Jerry sudah beberapa kali mendapatkan teguran dari beberapa pihak untuk segera menhentikan penanyangannya, diantaranya, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), meminta masyarakat 8 mewaspadai penanyangan film kartun Tom & Jerry dan menghimbau agar mendampingi anak-anak saat menonton acara ini (www.kpi.go.id). Sementara itu Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) mengkategorikan acara ini sebagai tayangan televisi yang berbahaya bagi anak-anak, karena banyak mengandung muatan negatif, termasuk kekerasan, mistis, seks, dan bahasa yang kasar. (www.kidia.org/news/tahun/2009/bulan/08/ tanggal/22/id/126/). Walaupun telah mendapatkan banyak teguran dari berbagai pihak film kartun Tom & Jerry masih saja tetap ditayangkan dan secara tidak langsung film ini tidak dikhususkan bagi orang dewasa melainkan anak-anak Melihat fakta-fakta diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji dan menganilisa tanggapan anak-anak di kota Makassar terhadap film kartun Tom & Jerry dengan judul : “TANGGAPAN ANAK-ANAK DI KOTA MAKASSAR TERHADAP FILM KARTUN TOM & JERRY” B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tanggapan anak-anak di kota Makassar terhadap film kartun Tom & Jerry ? 2. Bagaimana tanggapan anak-anak di kota Makassar terhadap adegan perkelahian dalam film kartun Tom & Jerry ? 9 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; 1) Untuk mengetahui tanggapan anak-anak di kota Makassar terhadap film kartun Tom & Jerry. 2) Untuk mengetahui tanggapan anak-anak di kota Makassar terhadap adegan perkelahian dalam film kartun Tom & Jerry. 2. Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan Teoritis Sebagai bahan masukan bagi pengembangan acara hiburan khususnya acara film kartun agar kedepannya lebih berkualitas, menghibur dan mendidik. 2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penulisan karya ilmiah. Dan sebagai salah satu syarat meraih gelar kesarjanaan pada Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. 10 D. Kerangka Konseptual 1. Komunikasi Sebagai Proses Transmisi Pesan Sebelum membahas kerangka konsep ini lebih jauh, akan di jelaskan pula beberapa definisi dasar dari komunikasi itu sendiri. Ada banyak bahkan ratusan definisi tentang komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli khususnya ahli komunikasi. Sering kali suatu definisi tersebut berbeda dengan definisi lainnya. Ada yang memandang komunikasi sebagai proses transaksi, komunikasi sebagai tindakan satu arah dan komunikasi sebagai proses interaksi. Definisi komunikasi tersebut antara lain adalah : Komunikasi adalah penyampaian pesan dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui media seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio atau televisi (Winarni, 2003 : 2). Dalam hal ini komunikasi dianggap sebagai proses yang linier yang dimulai dari sumber dan berakhir pada penerima. Beberapa definisi lain dari komunikasi oleh beberapa pakar komunikasi yaitu : a. H. Laswell, yaitu komunikasi lebih tepat digambarkan dengan proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa (Who? Says what? With Channel? To whom? With what effect?). b. M. Rogers, komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. 11 c. Carl I. Hovland, memungkinkan komunikasi seseorang merupakan (komunikator) proses yang menyampaikan rangsangan (lambing-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate). (Winarni, 2003:3) Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian gagasan dan informasi melalui kata-kata, gambar, angka dan melalui banyak lagi saluransaluran lain. Pesan adalah produk utama komunikasi, pesan tersebut berupa lambang-lambang yang menjalankan ide, sikap, perasaan, praktik maupun tindakan. Hal-hal tersebut dapat berupa kata-kata, gambar, gerak-gerik atau tingkah laku. Komunikasi dapat terjadi dalam diri seseorang, antara dua orang, diantara beberapa banyak orang atau banyak orang. Disamping itu komunikasi mempunyai tujuan antara lain yaitu untuk memberikan informasi kepada orang lain, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain, untuk saling mengerti satu sama lain dan untuk mendapatkan informasi mengenai diri sendiri. Dalam buku Cultural and communication studies, John fiske memaparkan ada dua mazhab dalam komunikasi, yaitu : mashab pertama, komunikasi dilihat sebagai proses transmisi pesan. Proses ini tertarik dengan bagaimana pengirim dan penerima pesan mengkonstruksi pesan (encode) dan menerjemahkannya (decode) dan dengan bagaimana transmiter menggunakan media komunikasi. Mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi, ia melihat tahap tahap dalam proses tersebut guna memaknai dimana kegagalan itu terjadi. Mazhab ini disebut dengan mazhab “proses”. Mazhab kedua, komunikasi dilihat sebagai 12 produksi dan pertukaran makna. Ia berkenaan dengan bagaimana pesan atau teks berinteraksi dengan orang-orang dalam rangka menghasilkan makna, yakni ia berkenaan dengan peran teks dalan kebudayaan kita. Mazhab ini menggunakan istilah-istilah seperti penandaan dan tidak memandang kesalahpahaman sebagai bukti yang penting dari kegagalan komunikasi. Bagi mazhab ini studi komunikasi adalah studi tentang teks dan kebudayaan (Fiske, 2004 : 8). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan mazhab yang pertama sebagai fokus penelitian yakni komunikasi sebagai proses transmisi pesan, dimana pada proses ini pengirim dan penerima pesan mengkonstruksi pesan tersebut yang akhirnya menterjemahkannya. Fokus dari mazhab ini melihat pada usaha setiap komunikan dan komunikator dalam pengiriman dan penerimaan pesan, media yang digunakan, serta efek yang terjadi. Apabila sebuah pesan atau seorang komunikator tidak mampu mengubah cara pikir atau perilaku lawan bicaranya, maka praktek komunikasi yang dilakukan dianggap gagal. Salah satu model komunikasi yang mewakili mazhab proses ini adalah Model Shannon dan Weaver’s yang terdiri dari lima elemen dasar komunikasi yaitu : 1. Information sources. 2. Transmiter 3. Noise 4. Receiver 5. Destination 13 (Shannon dan Weaver, 1949 : 44) Information sources sebagai pengirim pertama dalam kegiatan berkomunikasi. Transmiter sebagai media pengiriman pesan. Noise adalah hal yang mengurangi terhalangnya pesan dari pusat pesan kepada tujuan pesan Receiver sebagai penerima pesan. Destination adalah tujuan akhir dari pengiriman pesan. Jika dihubungkan dengan penelitian ini, maka pengirim pesan adalah pembuat film dan pesannya adalah isi dari film sedangkan penerima pesan adalah anak-anak atau audience yang menonton film tersebut. Sesuai dengan tema penelitian ini, ketika anak-anak menonton film disitu akan terdapat proses transmisi pesan dari pembuat film kepada anak sehingga menimbukan interpretasi atas film tersebut kepada anak. Dari proses transmisi pesan ini antara pengirim dan penerima pesan menkonstruksi pesan yang akhirnya menimbulkan interpretasi makna, dimana antara satu anak dengan yang lain memiliki interpretasi makna yang berbeda dalam mengartikan isi pesan dalam sebuah film. Semua makhluk hidup pada dasarnya berkomunikasi. Jangankan manusia yang dibekali akal budi, binatang pun pada dasarnya melakukan komunikasi dengan sesamanya. Komunikasi sebagai praktik sudah ada seiring dengan diciptakannya manusia, dan manusia menggunakan komunikasi dalam rangka melakukan aktivitas sosialnya. Karenanya manusia tidak mungkin tidak berkomunikasi. Sedangkan komunikasi sebagai disiplin ilmu baru berkembang pada awal abad ke-15. 14 2. Teori Stimulus-Respons Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa efek merupakan reaksi terhadap sebuah situasi tertentu. Dengan demikian, seorang bisa mengharap sesuatu atau memperkirakan sesuatu dengan sejumlah sejumlah pesan yang disampaikan melalui penyiaran. Teori ini memiliki tiga elemen, yakni (a) pesan (stimulus); (b) penerima (receiver); dan (c) efek (respon). Prinsip stimulus respon kemudian memunculkan teori turunan yang disebut teori jarum hipodermik, yaitu teori klasik mengenai proses terjadinya efek komunikasi massa. Dalam teori ini, isi media dipandang sebagai obat yang disuntikkan kedalam pembuluh darah audiens, yang kemudian diasumsikan akan bereaksi seperti yang diharapkan. Teori stimulus respon juga memandang bahwa pesan yang dipersepsikan dan didistribusikan secara sistemik dan dalam skala yang luas. Pesan, karenanya, tidak ditujukan kepada orang dalam kapasitasnya individu, tapi sebagai bagian dari masyarakat. Untuk mendistribusikan pesan sebanyak mungkin, pengguna teknologi merupakan keharusan, sedangkan individu yang tidak terjangkau dengan terpaan pesan, diasumsikan tidak terpengaruh dengan isi pesan. Kelemahan stimulus – respon adalah penyamaran individu. Bagaimanapun, pesan yang sama akan dipersepsikan secara berbeda oleh individu dalam kondisi kejiwaan yang berbeda. Karenanya, pada tahun 1970, Melvin DeFleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus-respons dengan teorinya yang dikenal sebagai individual difference theory. DeFleur mengatakan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang 15 berinteraksi secara berbeda-beda sesuai dengan karateristik pribadi individu Tanggapan adalah kemampuan setiap individu untuk memberikan makna berdasarkan stimulus yang telah diterima. Menurut Denis Mcquail dalam Susanto (1976 : 1970) bahwa : ”Tanggapan adalah suatu proses dimana individu atau kelompok berusaha menerima atau menolak apa yang sudah diperhatiakan, sehingga pesan yang dirancang untuk mempengaruhi sikap, pengetahuan dan perilaku individu tersebut” Stimulus merupakan pesan yang diterima lalu menjadi proses persepsi dengan penafsiran yang diterima tersebut, kemudian penerimaan tanggapan yang merupakan suatu umpan balik kepada sumber. Perubahan sikap karena adanya tanggapan sangat tergantung pada stimulus. Adapun unsur-unsur pokok dalam stimulus yaitu : 1. Stimulus yang diberikan pada individu dapat diterima dan dapat pula ditolak. Bila ditolak proses selanjutnya berhenti. 2. Tanggapan didahului oleh adanya stimulus yang diterima oleh individu, kemudian persepsi untuk mengenalnya. Setelah itu melahirkan penalaran dan perasaan untuk selanjutnya lahirlah tanggapan. Salah satu teori komunikasi menyatakan bahwa sesuatu yang diterima oleh khalayak akan melahirkan respons tertentu sesuai dengan tingkat pengaruh yang diterima. Teori ini adalah S-O-R (Stimulus-OrganismeResponse). Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan dalam suatu komunikasi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Wright (1960), menyebutkan fungsi komunikasi massa berguna untuk menghibur. Mandelson berpendapat 16 lain, dia menyebutkan fungsi komunikasi massa dalam hal untuk menghibur akan berpengaruh terhadap trasmisi budaya dan menjauhkan kerapuhan masyarakat. Media massa memiliki nilai edukasi sebagai salah satu fungsinya. Bila terjadi tanggapan atas pesan yang disampaikan, hal ini dimungkinkan adanya komunikasi yang efektif. Artinya komunikator harus mencermati isi pesan yang diminati oleh komunikan. Sementara tanggapan timbul bermula dari adanya perhatian. Menurut Anderson, perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau perhatian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulu lainnya melemah, sedangkan menurut Dennis Mcquil, tanggapan adalah suatu proses dimana individu atau kelompok berubah menerima atau menolak apa yang sudah diperhatikan, sedangkan pesan yang sudah dirancang untuk mempengaruhi sikap, pengetahuan dan perilaku individu atau kelompok tersebut, sehingga dari beberapa pernyataan di atas dapat dikemukakan proses terjadinya tanggapan. Sebelum terjadinya tanggapan, terlebih dahulu ada rangsangan yang diterima lalu timbul perhatian dan menimbulkan persepsi. Persepsi dapat didefinisikan sebagai cara manusia menangkap rangsangan. Selanjutnya adalah penalaran dan perasaan. Penalaran adalah proses dengan mana rangsangan dihubungkan dengan rangsangan lainnya. Pada tingkat pembentukan kegiatan psikologis, perasaan adalah konotasi emosional yang dihasilkan oleh diri sendiri maupun bersama-sama dengan rangsangan lain pada tingkat konseptual, untuk selanjutnya dapat melahirkan tanggapan. 17 Model S-O-R ini dilanjutkan menjadi pijakan teoritis dalam penelitian ini dengan menjadikan film kartun Tom & Jerry sebagai stimulus, anak-anak di Makassar sebagai organisme, dan response dalam bentuk tanggapan mereka terhadap tayangan film kartun Tom & Jerry Tanggapan anak-anak di Makassar dapat kita lihat bahwa proses terbentuknya tanggapan diawali dengan stimulus (Kartun Tom & Jerry), perhatian terhadap stimulus tersebut terobsesi untuk mendapatkan penalaran dan perasaan, sehingga terbentuklah tanggapan. Untuk memperjelas mengenai konsep variabel yang diteliti, selanjutnya dapat dilihat melalui gambaran kerangka konseptual sebagai berikut : 18 KERANGKA KONSEPTUAL Stimulus Film Kartun Tom & Jerry - Jam Tayang Alur Cerita Karakter Adegan Kekerasan Organisme Anak-anak di Makassar - Perhatian Penerimaan Pengertian Respons Tanggapan Anak-anak di Makassar Gambar 1.1 Bagan Konseptual 19 E. Defenisi Operasional Untuk Menghindari penafsiran yang salah mengenai konsep – konsep yang digunakan dalam penelitian ini maka dipandang perlu memberi batasan pengertian. Adapun yang diberikan batasan sebagai berikut : 1. Tanggapan yaitu kemampuan individu untuk memberikan makna atau kata interpretasi berdasarkan stimulus yang telah diterima oleh pancaindera dimana interprestasinya diukur dengan : 1) Sangat tidak tertarik, jika responden menyatakan sangat tidak suka dengan film kartun Tom & Jerry 2) Tidak tertarik, jika responden menyatakan tidak suka dengan film kartun Tom & Jerry 3) Menarik, jika responden menyatakan suka dengan film kartun Tom & Jerry 4) Sangat menarik, jika responden menyatakan sangat suka dengan film Tom & Jerry 2. Kecenderungan yaitu durasi yang digunakan responden dalam menonton film kartun Tom & Jerry di ANTV 1) Frekuensi menonton, keseringan responden menonton film kartun Tom & Jerry 2) Durasi menonton, lama waktu yang digunakan responden dalam menonton film kartun Tom & Jerry. 20 3. Menurut Sis Heyster dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Jiwa Anak Dan Masa Muda” membagi masa 9 tahun anak-anak menjadi 3 stadium : 1) Stadium I : 4 – 8 tahun 2) Stadium II : 9 – 10 tahun 3) Stadium III : 11 – 14 tahun Stadium pertama disebut realisme fantastic dimana mereka memenuhi kebutuhan jiwanya itu mempergunakan permainan dan fantasi. Stadium kedua disebut realisme naif yang merupakan peralihan dari stadium pertama yang tadinya fantasi mulai menjadi realisme. Stadium ketiga disebut realisme reflektif disini sikap anak terhadap dunia kenyataan bertambah intelektualis artinya ia mulai mereaksi kritis terhadap realita. Dengan mencocokkan data diatas dengan data Badan Pusat Statistik Kota Makassar umur anak-anak yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 5-14 tahun. 4. Film kartun adalah film animasi bergambar 2D (2 dimensi ) yang sering ditayangkan televisi atau layar lebar, dengan format cerita yang sederhana, karakter yang lucu dan unik, serta mengandung hal-hal yang berbau fantasi sehingga banyak disukai anak-anak. 5. Tom & Jerry adalah sebuah serial animasi Amerika Serikat hasil yang dibuat pada tahun 1940, oleh William Hanna dan Joseph Barbera atau biasa disebut Hanna-Barbera produksi MGM yang bercerita tentang 21 sepasang kucing (Tom) dan tikus (Jerry) yang selalu bertengkar. Variabel yang diteliti dalam film ini adalah sebagai berikut: 1) Jam Tayang, film kartun Tom & Jerry tayang selama 5 kali seminggu, pada hari Senin sampai dengan Jumat, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 14.00 WIB di stasiun swasta ANTV. 2) Alur Cerita dalam setiap episode kartun ini berpusat pada usaha-usaha mustahil si kucing Jerry dalam menangkap Tom si tikus, yang disertai dengan berbagi konflik fisik dan kerusakan materi. 3) Karakter utama dalam film ini adalah Tom si kucing dan Jerry si tikus. Tom adalah seekor kucing berwarna abu-abu kebiruan yang memiliki sifat cepat marah, dan mudah tersinggung, Tom adalah kucing yang selalu hidup dalam kemewahan dan kemanjaan, sementara Jerry adalah seekor tikus kecil berwarna coklat yang secara kebetulan tinggal satu rumah dengan Tom. Jerry memiliki sifat yang tenang dan sangat pandai dalam mengambil keputusan. Tom sendiri adalah kucing yang sangat licik dan selalu menggunakan berbagai cara kasar untuk menangkap Jerry, dan Jerry selalu membalas Tom dengan cara kasar juga. Di akhir cerita Tom selalu tak berhasil menangkap Jerry dikarenakan kepintaran Jerry. Kedua karakter ini memiliki kecenderungan untuk 22 bersikap sadis; artinya mereka berdua sangat senang untuk menyiksa satu dengan yang lain. 4) Jenis Adegan kekerasan dalam film kartun Tom & Jerry dianggap paling sadis, untuk sebuah film kartun dan untuk ditonton oleh anak-anak. Dalam beberapa episode terlihat Tom menggunakan semua jenis senjata dalam usahanya menangkap dan mebunuh Jerry antara lain kapak, pistol, bom dinamit dan racun, sementara Jerry selalu memberikan perlawanan kepada Tom, dengan memukul kepala Tom dengan tongkat baseball, menjepit kepala Tom dengan jendela atau pintu, menjatuhkan berbagai benda berat mulai dari setrika, gada besi, penutup oven, gelas, piring, kaca, dan perabotan lainnya ke kepala Tom, bahkan memotong tubuh Tom menjadi dua. E. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, Mei – Juli 2013, dan lokasi Penelitian di kota Makassar. 23 2. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan masalah yang diteliti dengan kuisioner yang telah disebarkan. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah melalui: a. Observasi (pengamatan) teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung dan pencacatan pada obyek yang diteliti b. Kusioner ( menggunakan daftar pertanyaan), teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan komunikasi dengan pihak yang berkepentingan untuk memberikan penjelasan yang berguna bagi penyusunan skripsi ini, berdasarkan pedoman daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu. Penulis melakukan tanya jawab langsung. c. Kepustakaan, data ini diperoleh dari studi perpustakaan, dilakukan dengan cara membaca hasil penelitian, bahan kuliah yang ada relevansinya dengan masalah yang akan diteliti serta browsing internet. 24 4. Populasi Dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak di kota Makassar berumur 5-14 tahun yang berjumlah 246.991 anak. Tabel 1.1 Jumlah penduduk kota Makassar 2010 usia 5-14 tahun KELOMPOK UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 5-9 66.096 61.864 127.960 10-14 61.244 57.787 119.031 JUMLAH 127.340 119.651 N= 246.991 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar dalam “Makassar dalam Angka 2011” Adapun perhitungan jumlah sampel dari populasi yang berdistirbusi normal dapat dilakukan dengan rumus Slovin : n = N (1+ Ne2) = 246.991 1 + (246.991)(0,0025) = 246.991 618,4775 = 399,35 = 400 25 Dimana : n= ukuran sampel (orang) N= ukuran populasi e= taraf signifikansi atau kesalahan yang ditolerir (digunakan 5%) Jadi, jumlah sampel yang akan digunakan mengikuti aturan rumus Slovin yaitu dari total populasi (N= 246.991) akan menghasilkan jumlah sampel minimum sebanyak 246.991 orang dan oleh penulis dibulatkan menjadi 400 orang 5. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik probability sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2011, p.82). Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster sampling proporsional. Cluster Sampling ( sampling menurut daerah/wilayah) adalah teknik sampling yang digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas (Sugiyono, 2011, p.83). Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dalam “Makassar dalam Angka 2011” tentang jumlah penduduk berdasarkan kecamatan di kota Makassar, maka 26 sampel per kecamatan/sampel proporsional (nx) jika n = 400 orang adalah sebagai berikut : Tabel 1.2 Jumlah sampel berdasarkan Kecamatan di Kota Makassar KODE WIL KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK n (%) nx = n(%)x n 010 MARISO 55.875 4,17 % 16,68 020 MAMAJANG 58.998 4,4 % 17,6 17 18 030 TAMALATE 170.878 12,75 % 51 51 031 RAPPOCINI 151.091 11,28 % 45,12 45 040 MAKASSAR 81.700 6,09 % 24,36 050 060 UJUNG PANDANG WAJO 26.904 29.359 2% 2,19 % 8 8,76 24 8 070 BONTOALA 54.197 4,04 % 16,16 16 080 UJUNG TANAH 46.688 3,48 % 13.92 14 090 TALLO 134.294 10,02 % 40.08 40 100 PANAKUKKANG 141.382 10,55 % 42,20 42 101 MANGGALA 117.075 8,74 % 34,96 35 110 BIRINGKANAYA 167.741 12,52% 50.08 50 111 TAMALANREA 103.192 7,7% 30.80 31 7371 MAKASSAR 1.339.374 99,93 % 399.72 nx (dibulatkan) 9 400 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar dalam “Makassar Dalam Angka 2011” 6. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data secara kuantitatif. Dalam analisis data kuantitatif, dikenal dua macam statistik, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Untuk penelitian ini penulis menggunakan statistik deskriptif. “Statistik deskriptif 27 digunakan pada riset deskriptif, yang berupaya menggambarkan gejala atau fenomena dari satu variabel yang diteliti tanpa berupaya menjelaskan hubungan-hubungan yang ada” (Kryantono,2009,p.167). Langkah selanjutnya, setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dengan menggunakan skala Likert dan skala Nominal. 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa Berbicara mengenai komunikasi massa tentu media massa tidak akan luput untuk diperbincangkan. Komunikasi massa merupakan komunikasi yang terjadi dengan menggunakan media massa. Media massa yang dimaksudkan disini adalah media massa modern yakni surat kabar, majalah, radio, televisi atau film. Hal ini perlu dijelaskan sebab ada sementara ahli komunikasi massa antara lain Everett M. Rogers yang mengatakan bahwa selain media massa modern terdapat media massa tradisional diantaranya teater rakyat, juru dongeng keliling, dan juru pantun. Untuk memperoleh pengertian yang lebih luas tentang komunikasi massa, kita tinjau beberapa definisi lain (dalam Darwanto, 2007: 28-29) : definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1980: 10) dalam bukunya Mass Communication: An Introduction menyatakan : “Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people)” Dari pendapat ini, terlihat bahwa Bittner lebih menekankan kepada pesan komunikasinya, belum memberikan pengertian tentang 29 komunikasi massa itu sendiri. Tentang komunikasi massa, Edwin Emery, Phillip H. Ault, Warren K. Agee (1964: 4) berpendapat sebagai berikut : “Komunikasi massa ini menyampaikan informasi, ide, dan sikap kepada berbagai komunikan yang jumlahnya cukup banyak dengan menggunakan media massa (This is mass communication-delivering information, ideas and attitudest a sizable and diversified audience through use og the media developed for that purpose)” Pendapat Emery tersebut, menunjukkan perbedaan penjelasan tentang arti komunikasi massa dalam hubungannya dengan penggunaan media massa. Lain lagi pendapat dari Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr. dalam bukunya, Communication Theories, Origins, Methods, Uses (2009:10), mengatakan sebagai berikut: “Mass communication is part skill, part art, and part science. It is a skill in the sense that it involves certain fundamental learnable techniques such as focusing a television camera, operating tape recorder or taking notes during an interview. It is art in the sense that it involves creativ/e challenges such as writing a script for a television program, developing an aesthetic layout for a magazine and or coming up with a catchy lead for a news story. It is a science in the sense that there are certain principles involved in how communication works that can be verivied and used to make things work better.” (Komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu. Ia adalah keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder, atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, 30 mengembangkan tata letak estetis untuk iklan majalah, atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikukuhkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi baik). Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya Communicology: An Introduction to the Study of Communication menampilkan definisinya mengenai komunikasi massa (Effendy, 2003: 21) : “Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya (Mass communication is communication addressed to the masses, to an extremely large audiens)” Dari definisi-definisi diatas tentang komunikasi massa, maka Rakhmat (2007 : 12) merangkum definisi-definisi tersebut, yaitu : “Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat”. Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi yang terjadi melalui media massa dan ditujukan kepada khalayak luas. B. Televisi Media massa yang digunakan saat ini untuk menyampaikan kepada khalayak luas yang dianggap paling efektif adalah televisi. Televisi dianggap sebuah teknologi modern yang paling efektif untuk 31 menyampaikan informasi atau berita kepada khalayak. Televisi dianggap bukan barang mewah lagi sehingga semua orang disetiap rumahnya telah memiliki teknologi yang satu ini. Fasilitas audio dan visual yang dimiliki oleh perangkat teknologi ini membuat masyarakat senang memilikinya sehingga dapat dijumpai dimana saja. Selain itu, karena jangkauannya yang luas dalam menyampaikan suatu informasi atau berita maka teknologi ini dipilih karena fungsinya yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Dahulu sebelum ditemukannya televisi, kita akan mendapatkan kabar dari daerah atau negara lain akan sangat lama, sekarang dengan adanya televisi kita dapat dengan cepat mendapatkan kabar dari manapun dengan melihat kejadian tersebut melalui media yang satu ini. Fasilitas yang dimiliki oleh televisi seperti audio dan visual membuat teknologi ini sangat disenangi oleh masyarakat, apalagi sekarang bentuk televisi sudah semakin ekonomis dan layarnya pun sudah bisa menghadirkan yang berwarna dan berdimensi tidak sama dengan halnya dulu yaitu hitam putih. Oleh karena kedekatan media yang satu ini dengan masyarakat, maka setiap stasiun televisi berlomba-lomba untuk menampilkan tayangan-tayangan yang semenarik mungkin untuk menarik perhatian dari masyarakat. Dengan adanya televisi, seseorang bisa duduk berjam-jam menyaksikan tayangan yang digemarinya menghabiskan waktunya dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk kumpul bersama 32 keluarga atau pasangannya, bekerja, belajar, ataupun melakukan rutinitas lainnya. Media televisi memang memiliki posisi istimewa dalam masyarakat. Keistimewaan itu dapat dilihat dari karakteristiknya yang memberikan kemudahan maksimal kepada khalayaknya. Hal ini dapat dipahami mengingat untuk memperoleh informasi atau berita khalayak tidak perlu keluar rumah, bersifat gratis, tidak memerlukan kemampuan baca yang tinggi, dan mencapai khalayak yang heterogen sekaligus. Singkatnya, televisi lebih mampu untuk mempengaruhi kehidupan kita lebih dari hal lain (Morissan 2010: 1). 1. Televisi sebagai media massa Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio yang diketemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual. Peletak dasar utama teknologi pertelevisian tersebut adalah Paul Nipkow dari Jerman yang dilakukannya pada tahun 1884. Ia menemukan sebuah alat yang kemudian disebut sebagai Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe. Penemuannya tersebut melahirkan electrische teleskop atau televisi praktis. Perkembangan teknologi pertelevisian saat ini sudah sedemikian pesat sehingga dampak siarannya menyebabkan seolaholah tidak ada lagi batas antara satu Negara dengan Negara lainnya (Deddy Iskandar Muda, 2005: 4). Televisi sebagai media massa modern, berbeda dengan media massa tradisional dimana media massa tradisional komunikatornya bertatap muka dengan komunikannya (face 33 to face communication). Dari beberapa media massa yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir kehadirannya. Meskipun demikian, televisi dinilai sebagai media massa yang paling efektif saat ini, dan banyak menarik simpati kalangan masyarakat luas karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan sifat audio visualnya yang tidak dimiliki media massa lainnya, sedang penayangannya mempunyai jangkauan yang relatif tidak terbatas. Dengan modal audio visual yang dimiliki, siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesan-pesannya. Karena itu, tidak mengherankan kalau mampu memaksa penontonnya duduk berjamjam di depan pesawat televisi. Karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap perilaku dan sekaligus perubahan pola berpikir. 2. Fungsi media massa Fungsi media massa termasuk televisi tentunya, menurut seorang ahli komunikasi Harold D. Laswell melihat fungsi utama media massa sebagai berikut : a. The surveillance of the environment. Artinya, media massa mempunyai fungsi sebagai pengamat lingkungan atau dalam bahasa sederhana sebagai pemberi informasi tentang hal-hal yang berada di luar jangkauan penglihatan kepada masyarakat luas. b. The correlation of the parts of society in responding to the environment. Artinya, media massa berfungsi untuk melakukan 34 seleksi, evaluasi, dan interpretasi dari informasi. Dalam hal ini peranan media massa adalah melakukan seleksi mengenai apa yang perlu dan pantas untuk disiarkan. Pemilihan dilakukan oleh editor, reporter, redaktur yang mengelola media massa. c. The transmission of the social heritage from one generation to the next. Artinya, media massa sebagai sarana untuk menyampaikan nilai dan warisan sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Umumnya secara sederhana fungsi media massa ini dimaksudkan sebagai fungsi pendidikan (educational function of mass media) (Harold D. Laswell, 1948: 38). Di samping ketiga fungsi utama seperti yang dikemukakan oleh Laswell tersebut, Charles R. Wright dalam bukunya Mass Communication A Sociological Perspective (1959: 38) menambahkan fungsi keempat yaitu fungsi hiburan. Justru karena fungsi hiburan inilah orang membaca surat kabar, mendengarkan radio dan menonton televisi. Demikian pula Wilbur Schramm (1975: 34) melihat fungsi media massa sebagai sarana promosi/iklan “To sell goods for us” (dalam Darwanto 2007: 33). 3. Efek media massa Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada media, tetapi kepada apa yang dilakukan media pada kita. Kita ingin tahu bukan untuk apa kita membaca surat kabar atau 35 menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar atau televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku kita. Misalnya, kita pernah terkejut mendengar beberapa orang remaja yang memperkosa anak kecil setelah menonton film porno di suatu tempat di Indonesia. Perbedaan pandangan tidak saja disebabkan karena perbedaan latar belakang teoritis atau latar belakang historis tetapi juga karena perbedaan mengartikan ‘efek’. Seperti dinyatakan Donald K. Robert (Schramm dan Roberts, 1977: 359) (dalam Rakhmat, 2007: 218) ada yang beranggapan bahwa efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa. Karena fokusnya pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa. Tentu saja, membatasi efek hanya selama berkaitan dengan pesan media akan mengesampingkan banyak sekali pengaruh media massa. Kita cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun media itu sendiri. Menurut Steven M. Chaffee (dalam Wilhoit dan Harold de Bock, 1980: 78) (dalam Rakhmat, 2007: 222) ini adalah pendekatan pertama dalam melihat efek media massa. Pendekatan kedua adalah melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yakni : 1. Efek Kognitif (cognitive effect) terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek 36 ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. 2. Efek Afektif (affective effect) timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. 3. Efek Behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati meliputi tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku yang dilakukan setelah terjadinya efek kognitif dan efek afektif terhadap khalayak. Steven H. Chaffee menyebut lima hal efek media massa yaitu : 1. Efek Ekonomis Kita mengakui bahwa kehadiran media massa menggerakkan berbagai usaha – produksi, distribusi, dan konsumsi ‘jasa’ media massa. Kehadiran televisi disamping menyedot energy listrik dapat member nafkah para juru kamera, juru rias, pengarah acara, dan belasan profesi lainnya. 2. Efek Sosial Berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial akibat kehadiran media massa. Sudah diketahui bahwa kehadiran televisi menigkatkan status sosial pemiliknya. 3. Efek pada Penjadwalan Kegiatan Efek ini berkenaan dengan perubahan kegiatan sehari-hari akibat kehadiran media massa. 37 4. Efek pada Penyaluran/Penghilangan Perasaan Tertentu Sering terjadi orang menggunakan media untuk menghilangkan perasaan tidak enak, misalnya kesepian, marah, kecewa, dan sebagainya. Media digunakan tanpa mempersoalkan isi pesan yang disampaikannya, misalnya seorang pemuda yang kecewa menonton televisi kadang-kadang tanpa menaruh perhatian pada acara yang disajikan. 5. Efek pada Perasaan Orang Terhadap Media Kita memiliki perasaan positif atau negatif pada media tertentu. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya apda media massa tertentu mungkin erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut, boleh jadi faktor isi pesan mulamula amat berpengaruh tetapi kemudian jenis media itu yang diperhatikan apa pun yang disiarkannya. C. Tanggapan Anak-anak di Kota Makassar 1. Pengertian Tanggapan Tanggapan adalah suatu kemampuan individu untuk memberikan makna atau interpretasi berdasarkan stimuli yang diterima oleh panca indera sehingga melahirkan refleksi dari dalam diri seseorang untuk merealisasikan stimulant yang diterimanya. Tapi ternyata manusia mempunyai kemampuan yang lain disamping kemampuan untuk mengadakan pengamatan yaitu membayangkan atau menanggapi atau tidak yang diamatinya itu. Dengan adanya 38 kemampuan ini sekaligus bahwa gambaran yang terjadi pada waktu pengamatan tidak hilang begitu saja tetapi tersimpan dalam jiwa individu itu apabila tanggapan tersebut ada di bawah sadar atau tidak disadari, maka tanggapan ini disebut ‘latent’ (tersembunyi, belum terungkap), sedangkan tanggapan tersebut aktual apabila tanggapan tersebut kita sadari dan pesan atau gambar pengamatan itu lebih jelas, lebih jernih, dan lebih lengkap. Pengertian tanggapan oleh beberapa ahli akan lebih memperjelas dalam proses komunikasi di antaranya sebagai berikut : Dennis Mc. Quail “Suatu proses dimana individu berubah atau menolak perubahan sehingga tanggapan terhadap pesan yang dirancang untuk mempengaruhi sikap, pengetahuan, dan perilaku” Dari definisi-definisi diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa tanggapan anak-anak di Makassar merupakan reaksi atau respon yang diterima anak-anak di Makassar untuk menginterpretasi sesuatu yang telah diamatinya sehingga dapat mempengaruhi kognitif, afektif, dan behavioral. 2. Proses Terjadinya Tanggapan Dalam komunikasi, proses penerimaan pesan itu merupakan suatu stimuli (rangsangan) kemudian terjadi proses persepsi pesan menerima tanggapan-tanggapan yang merupakan suatu umpan balik kepada sumber. Jadi sebelum terjadinya tanggapan, maka terlebih dahulu harus ada rangsangan atau stimulus, kemudian rangsangan 39 yang diterima dipersepsikan. Sedangkan perasaan adalah konotasi emosional yang dihasilkan oleh diri sendiri maupun bersama-sama dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual untuk selanjutnya dapat melahirkan tanggapan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut: Gambar 2.1 Skema Terjadinya Proses Tanggapan penalaran rangsangan persepsi pengenalan tanggapan perasaan Bagan diatas menggambarkan bahwa terjadinya tanggapan terlebih dahulu harus ada rangsangan. Kemudian rangsangan yang di terima kita persepsi. Persepsi dapat di definisikan sebagai cara manusia menangkap rangsangan, kemudian pengenalan rangsangan. Pengenalan adalah cara manusia memberikan arti terhadap rangsangan. Selanjutnya adalah penalaran dan perasaan. Penalaran adalah proses dengan nama rangsangan yang dihubungkan dengan rangsangan lainnya, pada tingkat pembentukan kegiatan psikologi. Sedangkan perasaan adalah konotasi emosional yang dihasilkan oleh diri sendiri maupun bersama-sama dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual. Untuk selanjutnya dapat melahirkan tanggapan. 40 3. Faktor Yang Mempengaruhi Tanggapan Schramm (1971) (dalam Wiryanto, 2006: 41) menyebutkan empat faktor yang mempengaruhi tanggapan yaitu pesan, situasi ketika pesan itu diterima dan ditanggapi, kepribadian komunikan, dan konteks kelompok ketika komunikan menjadi anggotanya. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi tanggapan, yaitu : 1. Adanya perhatian yaitu proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah 2. Kesukaan adalah sesuatu yang disebut komunikasi praktis. Dengan kata lain minat seseorang dapat tercipta karena adanya rasa suka terhadap sesuatu 3. Keinginan hati terjadi apabila dalam diri seseorang ada rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Dalam komunikasi, hal ini termasuk efektif untuk menunjukkan bahwa minat seseorang dapat muncul karena adanya keinginan atau kemauan 4. Niat yaitu keinginan yang dikehendaki oleh seseorang untuk melakukan sesuatu, tanpa niat seseorang mustahil melakukan sesuatu. 5. Ingin tahu yaitu adanya perasaan ingin tahu atau pertanyaan yang muncul di dalam benak sesorang untuk diketahui atau perasaanperasaan terhadap sesuatu sehingga seorang berminat. 41 D. Deskripsi Teori 1. Teori S – O – R Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa efek merupakan reaksi terhadap situasi tertentu. Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan sesuatu atau memperkirakan sesuatu dengan sejumlah pesan yang disampaikan melalui penyiaran. Teori ini memiliki tiga elemen yakni pesan (stimulus), penerima (organism), dan efek (respons). Teori stimulus respons juga memandang bahwa pesan dipersepsikan dan didistribusikan secara sistemik dan dalam skala yang luas. Pesan, karenanya tidak ditujukan kepada orang dalam kapasitasnya sebagai individu tapi sebagai bagian dari masyarakat. Untuk mendistribusikan pesan sebanyak mungkin penggunaan teknologi merupakan keharusan. Model S – O – R berasal dari model stimuli-respons menurut pendekatan psikologi dimodifikasi oleh De Fleur dengan memasukkan unsur organisme. Stimulus = rangsangan = dorongan Organisme = manusia = komunikan Respons = respon = reaksi = tanggapan = jawaban = pengaruh = efek = akibat Selanjutnya, teori ini juga menekankan perubahan sikap dengan stimulus yang datang dan berkonsentrasi terhadap bagaimana berubahnya sebuah sikap. Hovland, Jennis dan Kelly menyatakan 42 bahwa dalam menelaah perubahan sikap, ada tiga variabel penting yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan (Effendy, 2003: 254-255) Gambar 2.2 The Stymulus Organism Respons Theory Organism - Stimulus Perhatian Pengertian Penerimaan Respons (perubahan sikap) Unsur-unsur dalam model ini adalah : 1. Pesan 2. Komunikan (organism) 3. Efek (respons) 2. Teori Uses and Gratification Model ini digambarkan sebagai a dramatic break with effects traditions of the past (Swanson, 1979 dalam Rakhmat, 2007:52), suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi 43 kebutuhannya. Dari sini muncullah teori uses and gratification yaitu penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Konsep dasar teori ini diringkas oleh para pendirinya (Katz, Blumler, dan Gurevitch, dalam Rakhmat, 2007:20). Dengan teori ini yang diteliti adalah (1) sumber sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau sumber-sumebr yang lain yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media atau keterlibatan dalam kegiatan lain, dan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain bahkan seringkali akibat-akibat yang tidak dikehendaki. Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rosengren, dalam Rakhmat, 2007:70). Efek media dapat dioperasionalkan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan, misalnya sampai sejauh mana televisi membantu responden untuk memperjelas suatu masalah; sebagai dependensi media, misalnya kepada media mana atau isi yang bagaimana responden amat bergantung untuk tujuan informasi; dan sebagai pengetahuan, misalnya apa yang diketahui responden terhadap suatu hal tertentu. 44 3. Teori Peniruan Atau Imitasi Manusia adalah makhluk yang selalu mengembangkan kemampuan afektifnya. Menekankan orientasi eksternal dalam pencarian gratifikasi. Manusia dinilai akan bertindak secara empatis terhadap perasaan orang-orang yang diamati, dan meniru perilakunya. Efek Negatif yang dikuatirkan dari media massa, khususnya yang menyangkut delinkuensi dan kejahatan, bertolak dari besarnya kemungkinan atau potensi pada tiap anggota masyarakat untuk meniru apa yang disaksikan ataupun diperolehnya dari media massa. Pengenaan (exposure) terhadap isi media massa memungkinkan khalayak untuk mengetahui isi media massa kemudian dipengaruhi oleh isi media tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, jelas terlihat bukti-bukti bahwa perilaku kita sering dipengaruhi oleh pengenaan (exposure) terhadap perilaku orang lain. Tampak pula dengan jelas bahwa kesempatan untuk mengamati tindakan, emosi, dan hasil perbuatan (seperti imbalan dan hukuman) orang lain dapat mempunyai pengaruh yang kuat sekali pada perilaku dan perasaan orang yang menyaksikan kejadian tersebut. Pengaruh dimaksud dapat mengurangi minat orang lain untuk melakukan perbuatan yang sama (bila yang dilihat adalah hukuman) atau dapat mendorong orang untuk mengulangi perbuatan tertentu jika yang dilihatnya adalah imbalan (seperti hadiah atau keuntungan lainnya). 45 Penjelasan mengenai gejala ini dimulai oleh kalangan disiplin psikolog. Dari gejala dimaksud, ditemukan adanya kecenderungan yang menjadi pembawaan di kalangan manusia di televisi untuk saling meniru perilaku sesamanya. Apakah kekerasan menyebabkan perilaku kekerasan pada penonton? di televisi Pertanyaan ini dikemukakan oleh banyak orang, terutama para orang tua. Situasinya sendiri memang kompleks karena terdapatnya kepentingan yang bertentangan yang menyebabkan metode, hasil dan interpretasi yang juga saling bertentangan (conflicting). Kalangan pendidik umumnya berpendapat bahwa isi yang negatif dalam media massa akan berakibat negatif pula pada khalayak yang menontonnya. Sedang pihak media cenderung untuk bertahan dan menyatakan bahwa apa-apa yang mereka siarkan itu tidak mengandung bahaya apa pun bagi masyarakat.Usaha-usaha untuk mengkaji perilaku meniru secara umum dikaitkan dengan adanya dorongan pembawaan (innate urges) atau kecenderungan yang kuat untuk menandingi (menyamai ataupuan melebihi) tindakan orang di sekitarnya. Tarde berinteraksi berpendapat, dalam waktu mustahil yang bagi cukup dua panjang individu yang untuk tidak menunjukkan peningkatan dalam diri perilaku secara timbal balik. Tarde juga memandang imitasi memainkan perasaan yang sentral dalam transmisi kebudayaan dan pengetahuan dari suatu generasi ke generasi yang berikutnya. Dalam pengamatannya tersebut, Tarde 46 sampai pada pernyataannya bahwa: ”society is imitaion”. Penulis buku teks psikolog yang pertama, McDougal (1980) juga sependapat dengan Tarde, bahwa peniruan merupakan suatu dorongan/kecenderungan yang dibawa sejak lahir.Namun belakangan ini muncul kritik terhadap pandangan tersebut, yang mengemukakan lain, bahwa kecenderungan manusia meniru orang lain sebagai suatu bawaan sejak lahir tidak cocok dengan kenyataan, karena seringkali pengamatan terhadap orang lain justru membuat kita menghindari, meniru, perilaku yang dimaksukan. Pandangan itu sendiri sedikit sekali atau tidak menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peniruan, cara seseorang dalam memilih model tertentu yang akan ditirunya, ataupun jenis perilaku yang akan disamainya itu. Akibat kecaman itu dan kelemahan-kelemahan lainnya, teori peniruan yang alamiah ini secara bertahap ditinggalkan di lingkungan psikologi dan digantikan oleh sejumlah kerangka teoritis yang mengemukakan bahwa kecenderungan untuk meniru orang lain adalah sesuatu yang dipelajari (learning) atau diperoleh melalui suatu proses mengkondisikan agar orang melakukan peniruan terhadap perilaku tertentu. Karya Bandura merupakan studi ysng paling luas dipublikasikan, khususnya menyangkut ”boneka Bobo” yaitu figur badut dari plastik yang dikembangkan yang dapat digunakan sebagai kantong berlatih tinju (punch bag).Sementara itu secara diameter yang 47 menentang aliran Bandura/Belsowitz adalah mereka yang meminta bukti-bukti untuk mendukung efek katarsis kekerasan televisi bagi penonton. Aliran yang dipimpin oleh Saymour Feshbach dan kawankawan (1971) berpendapat bahwa daripada memicu perilaku kekerasan, menonon kekerasan di televisi memberikan efek katarsis bagi para penonton. menyaksikan Mereka ini penampilan bependapat kekerasan di bahwa dengan layar, kita dapat mensublimasikan tekanan (tension) dan frustasi yang dialami, jadi mengurangi kemungkinan untuk melakukan tindakan agresif atau kekerasan. E. Film Kartun Tom & Jerry Lahir di Hollywood, Tom & Jerry telah memukau dan membuat tertawa penonton diseluruh dunia. Menghasilkan piala Oscar antara lain : “The Yankee Doodle Mouse” (1943), “Mouse Trouble” (1944), “Quiet Please” (1945), “The Cut Concerto” (1946), “The Little Orphan” (1949), “The Two Mouseketeers” (1952), “Johann Mouse” (1953). Mereka hadir di film panjang, televisi dan buku komik, Tom & Jerry memiliki kepribadian yang khas. Tom adalah si opurtunitis yang jahat, selalu ingin dekat dengan pihak yang berkuasa. Mulai dari penjaga rumah, anjing atau terkadang tikus. Sementara itu Jerry adalah si otak iseng yang biasanya hanya mengurusi urusannya sendiri sampai akhirnya dipojokkan atau diganggu oleh Tom (tomandjerryonline.com).Karena kekhasan 48 kepribadian mereka inilah, dalam serial ini selalu terdapat konflik antara Tom dan Jerry. Jarang sekali mereka terlihat berdamai dan bekerja sama. Meskipun pernah tapi hal tersebut jarang ada dalam serial mereka. Tom & Jerry adalah sebuah serial kartun yang dibuat pada tahun 1940 dengan judul Puss Gets The Boot, oleh William Hanna dan Joseph Barbera (Hanna-Barbera), yang juga pencipta tokoh-tokoh kartun terkenal seperti Flinstone, Yogi Bear, Scooby Doo, Jhony Quest. Serial kartun yang diputar di bioskop, televise sampai video tape ini diproduksi oleh MGM pada tahun 1940-1967. William Hanna dan Jospeh Barbera, mereka berdua adalah bagian dari studio animasi MGM sejak tahun 1930. William Hanna adalah pembuat cerita dan pendesain karakter sedangkan Joseph Barbera adalah sutradara yang berpengalaman. Selama tahun 1940 sampai dengan 1958, Hanna-Barbera telah memproduksi 114 episode kartun Tom & Jerry. Namun sempat berhenti dan mulai memproduksi 48 kartun The New Tom & Jerry Show, dan dua kartun Tom & Jerry Comedy Show. Dalam perjalanannya, Tom & Jerry telah mendapat campur tangan dari produser-produser kartun terkena seperti Fred Quimby, Chuck Jones dan lain sebagainya. Fred Quimby adalah produser bukan hanya Tom & Jerry tapi seluruh kartun MGM sejak tahun 1937 telah membimbing berlusin-lusin kartunis yang tidak memiliki selera humor yang merupakan hal sangat mengejutkan untuk produser kartun. Banyak pihak percaya bahwa Quimby naik menjadi produser karena bertahun-tahun sebagai top salesman di 49 New York, dimana dia berasal. Oleh karena itu dia tahu sangat sedikit mengenai animasi. Namun dibawah kepimpinannya, Tom & Jerry melaju pesat tanpa harus berurusan dengan eksekutif-eksekutif dibagain administrasi Hanna-Barbera dan masih bebas untuk mewujudkan kreatifitas yang akhirnya membuat Tom & Jerry sebagai duet emas bagi MGM. Setelah delapan belas tahun mengepalai departemen kartun, Quimby pensiun dan dimulailah meredupnya bintang Tom & Jerry. Kepergian Quimby juga menandai akhir dari jaman keemasan Hollywood baik animasi maupun film nonanimasi. Pada tahun 1963, ketika Warner Brothers menutup studia kartunnya, MGM menawari Chuk Jones kesempatan untuk memproduseri Tom & Jerry. Jones adalah veteran, sangat berbakat dalam bidang animasi dan telah memunculkan bintang-bintang kartun seperti Bugs Bunny, Daffy Duck dan lainnya. Dia mulai menyeting ulang Tom & Jerry, mulai dari Tom yang diberi alis tebal bagaikan Boris Karloff dan Jerry yang lebih menarik, berkuping besar dan ekspresi yang lebih manis. Selain itu dalam karya Jones ini, banyak sekali muncul pot Bugs Bunny dalam setiap episode Tom & Jerry, yang diawalawal ceritanya kuat namun lama kelamaan menjad mengambang, akan tetapi karakter Tom dan Jerry masih sama seperti dulunya. Setelah 34 kartun diproduseri oleh Jones, MGM akhirnya menghentikan produksi pada tahun 1967. Mempercayai bahwa masa depan kartun teater sudah mati maka MGM tidak memperpanjang kontrak Jones dan sekali lagi Tom & Jerry hanya menjadi arsip dari perpustakaan 50 studio. Setelah delapan tahun, pada tahun 1975 akhirnya Hanna-Barbera dating dengan konsep Tom & Jerry baru yang ditayangkan di Saturday Morning Television. Sangatlah susah untuk menjual kartun yang lama ke network yang eksekutif, dimana di dalamnya banyak kekerasan dan akan dapat banyak kritikan dari grup orang tua, tetapi Hanna-Barbera mulai memproduksi serial baru dalam Saturday Morning Television, yaitu “Tom & Jerry Kids” yang menampilkan Tom dan Jerry yang seperti anak-anak (www.hbshows.com/tomjerry/history.php). 51 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kota Makassar Awal kota dan bandar Makassar berada di muara Sungai Tallo dengan pelabuhan niaga kecil di wilayah itu pada penghujung abad XV. Sumbersumber Portugis memberitakan, bahwa bandar Tallo itu awalnya berada dibawah Kerajaan Siang di sekitar Pangkajene. Akan tetapi, pada pertengahan abad XVI Tallo bersatu dengan sebuah kerajaan kecil lainnya yang bernama Gowa, kemudian mulai melepaskan diri dari Kerajaan Siang yang bahkan menyerang dan menaklukan kerajaan-kerajaan sekitarnya. Semakin intensifnya kegiatan pertanian di hulu sungai Tallo mengakibatkan pendangkalan Sungai Tallo, sehingga bandarnya dipindahkan ke muara Sungai Jeneberang, disinilah terjadi pembangunan kekuasaan kawasan istana oleh para ningrat Gowa-Tallo yang kemudian membangun pertahanan Benteng Somba Opu, yang untuk selanjutnya seratus tahun kemudian menjadi wilayah inti Kota Makassar. Pada masa pemerintahan Raja Gowa XVI didirikan Benteng Rotterdam di bagian utara Kota Makassar. Pemerintahan Kerajaan masih dibawah kekuasaan Kerajaan Gowa, pada masa itu terjadi peningkatan aktifitas pada sektor perdagangan lokal, regional dan internasional, sektor politik serta sektor pembangunan fisik oleh kerajaan. Masa ini merupakan puncak kejayaan Kerajaan Gowa, namun selanjutnya dengan adanya 52 Perjanjian Bungaya menghantarkan Kerajaan Gowa pada awal keruntuhan. Komoditi ekspor utama Makassar adalah beras, yang dapat ditukar dengan rempah-rempah di Maluku maupun barang-barang manufaktur asal Timur Tengah, India dan Cina di Nusantara Barat. Dari laporan Saudagar Portugal maupun catatan-catatan lontara setempat, diketahui bahwa peranan penting Saudagar Melayu dalam perdagangannya yang berdasarkan pertukaran surplus pertanian dengan barang-barang impor itu. Dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil disekitarnya, yang pada umumnya berbasis agraris pula, maka Makassar meningkatkan produksi komoditi itu dengan berarti, bahkan, dalam menyerang kerajaan-kerajaan kecil lainnya, para ningrat Makassar bukan hanya menguasai kawasan pertanian lawan-lawannya itu, akan tetapi berusaha pula untuk membujuk dan memaksa para saudagar setempat agar berpindah ke Makassar, sehingga kegiatan perdagangan semakin terkonsentrasi di bandar niaga baru itu. Dalam hanya seabad saja, Makassar menjadi salah satu kota niaga terkemuka dunia yang dihuni lebih 100.000 orang dan dengan ini termasuk ke-20 kota terbesar di dunia. Pada zaman itu jumlah penduduk Amsterdam, kota terbesar musuh utama Makassar (Belanda), baru mencapai sekitar 60.000 orang yang bersifat kosmopolitan dan multikultural. Perkembangan bandar Makasar yang demikian pesat itu, berkat hubungannya dengan perubahan-perubahan pada tatanan perdagangan internasional masa itu. Pusat utama jaringan perdagangan di Malaka, ditaklukkan oleh Portugal pada tahun 1511, demikian di Jawa Utara semakin berkurang mengikuti kekalahan 53 armada lautnya di tangan Portugal dan pengkotak-kotakan dengan kerajaan Mataram. Bahkan ketika Malaka diambil-alih oleh VOC pada tahun 1641, sekian banyak pedagang Portugis ikut berpindah ke Makassar. Sampai pada pertengahan pertama abad ke-17, Makassar berupaya merentangkan kekuasaannya ke sebagian besar Indonesia Timur dengan menaklukkan Pulau Selayar dan sekitarnya, kerajaan-kerajaan Wolio di Buton, Bima di Sumbawa, Banggai dan Gorontalo di Sulawesi bagian Timur dan Utara serta mengadakan perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di Seram dan pulau-pulau lain di Maluku. Secara internasional, sebagai salah satu bagian penting dalam dunia Islam, sultan Makassar menjalin hubungan perdagangan dan diplomatik yang erat dengan kerajaan¬-kerajaan Banten dan Aceh di Indonesia Barat, Golconda di India dan kekaisaran Otoman di Timur Tengah. Para ningrat Makassar dan rakyatnya dengan giat ikut dalam jaringan perdagangan internasional dan interaksi dengan komunitas kota yang kosmopolitan itu menyebabkan sebuah "creative renaissance" yang menjadikan bandar Makassar salah satu pusat ilmu pengetahuan terdepan pada zamannya. Koleksi buku dan peta, sesuatu yang pada zaman itu masih langka di Eropa, yang terkumpul di Makassar, konon merupakan salah satu perpustakaan ilmiah terbesar di dunia, dan para sultan tak segan-segan memesan barang-barang paling mutakhir dari seluruh pelosok bumi, termasuk bola dunia dan teropong terbesar pada waktunya, yang dipesan secara khusus dari Eropa. Ambisi para pemimpin Kerajaan Gowa-Tallo untuk semakin 54 memperluas wilayah kekuasaan serta persaingan bandar Makassar dengan VOC berakhir dengan perang paling dahsyat dan sengit yang pernah dijalankan Kompeni. Pasukan Bugis, Belanda dan sekutunya dari Ternate, Buton dan Maluku memerlukan tiga tahun operasi militer di seluruh kawasan Indonesia Timur. Baru pada tahun 1669, akhirnya dapat merata-tanahkan kota Makassar dan benteng terbesarnya, Somba Opu. Bagi Sulawesi Selatan, kejatuhan Makassar di tangan federasi itu merupakan sebuah titik balik yang berarti bandar niaga Makassar menjadi wilayah kekuasaan VOC, dan beberapa pasal perjanjian perdamaian membatasi dengan ketat kegiatan pelayaran antar pulau Gowa-Tallo dan sekutunya. Pelabuhan Makassar ditutup bagi pedagang asing, sehingga komunitas saudagar hijrah ke pelabuhan-pelabuhan lain. Pada beberapa dekade pertama setelah pemusnahan kota dan bandar Makassar, penduduk yang tersisa membangun sebuah pemukiman baru di sebelah utara bekas Benteng Ujung Pandang; benteng pertahanan pinggir utara kota lama itu pada tahun 1673 ditata ulang oleh VOC sebagai pusat pertahanan dan pemerintahan dan diberi nama barunya Fort Rotterdam, dan 'kota baru' yang mulai tumbuh di sekelilingnya itu dinamakan 'Vlaardingen'. Pemukiman itu jauh lebih kecil daripada kota raya Makassar yang telah dihancurkan. Pada dekade pertama seusai perang, seluruh kawasan itu dihuni tidak lebih 2.000 jiwa; pada pertengahan abad ke-18 jumlah itu meningkat menjadi sekitar 5.000 orang, setengah di antaranya sebagai budak. 55 Selama dikuasai VOC, Makassar menjadi sebuah kota yang tertupakan. “Jan Kompeni” maupun para penjajah kolonial pada abad ke-19 itu tak mampu menaklukkan jazirah Sulawesi Selatan yang sampai awal abad ke-20 masih terdiri dari selusinan kerajaan kecil yang independen dari pemerintahan asing, bahkan sering harus mempertahankan diri terhadap serangan militer yang ditancurkan kerajaan-kerajaan itu. Maka, 'Kota Kompeni' itu hanya berfungsi sebagai pos pengamanan di jalur utara perdagangan rempah-rempah tanpa hinterland - bentuknya pun bukan 'bentuk kota', tetapi suatu aglomerasi kampung-kampung di pesisir pantai sekeliling Fort Rotterdam. Pada awalnya, kegiatan perdagangan utama di beras bandar dunia ini adalah pemasaran budak serta menyuplai beras kepada kapal¬kapal VOC yang menukarkannya dengan rempah-rempah di Maluku. Pada tahun 30-an di abad ke-18, pelabuhan Makassar dibuka bagi kapal-kapal dagang Cina. Komoditi yang dicari para saudagar Tionghoa di Sulawesi, pada umumnya berupa hasil laut dan hutan seperti teripang, sisik penyu, kulit kerang, sarang burung dan kayu cendana, sehingga tidak dianggap sebagai langganan dan persaingan bagi monopoli jual-beli rempah-rempah dan kain yang didirikan VOC. Sebaliknya, barang dagangan Cina, Terutama porselen dan kain sutera, dijual para saudagarnya dengan harga yang lebih murah di Makassar daripada yang bisa didapat oleh pedagang asing di Negeri Cina sendiri. 56 Adanya pasaran baru itu, mendorong kembali aktivitas maritim penduduk kota dan kawasan Makassar. Terutama penduduk pulau-pulau di kawasan Spermonde mulai menspesialisasikan diri sebagai pencari teripang, komoditi utama yang dicari para pedagang Cina, dengan menjelajahi seluruh Kawasan Timur Nusantara untuk mencarinya, bahkan sejak pertengahan abad ke-18 para nelayan-pelaut Sulawesi secara rutin berlayar hingga pantai utara Australia, di mana mereka tiga sampai empat bulan lamanya membuka puluhan lokasi pengolahan teripang. Sampai sekarang, hasil laut masih merupakan salah satu mata pencaharian utama bagi penduduk pulau-pulau dalam wilayah Kota Makassar. Setetah Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menggantikan kompeni perdagangan VOC yang bangkrut pada akhir abad ke-18, Makassar dihidupkan kembali dengan menjadikannya sebagai pelabuhan bebas pada tahun 1846. Tahun-tahun berikutnya menyaksikan kenaikan volume perdagangan yang pesat, dan kota Makassar berkembang dari sebuah pelabuhan backwater menjadi kembali suatu bandar internasional. Dengan semakin berputarnya roda perekonornian Makassar, jumlah penduduknya meningkat dari sekitar 15.000 penduduk pada pertengahan abad ke-19 menjadi kurang lebih 30.000 jiwa pada awal abad berikutnya. Makassar abad ke-19 itu dijuluki "kota kecil terindah di seluruh Hindia-Belanda" (Joseph Conrad, seorang penulis Inggris-Potandia terkenal) dan menjadi salah satu port of call utama bagi baik para pelaut-pedagang Eropa, India dan Arab 57 dalam pemburuan hasil-hasil hutan yang amat laku di pasaran dunia maupun perahu-perahu pribumi yang beroperasi di antara Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Pada awal abad ke-20, Belanda akhirnya menaklukkan daerah¬daerah independen di Sulawesi, Makassar dijadikan sebagai pusat pemerintahan kolonial Indonesia Timur. Tiga setengah dasawarsa Neerlandica, kedamaian di bawah pemerintahan kolonial itu adalah masa tanpa perang paling lama yang pernah dialami Sulawesi Selatan, dan sebagai akibat ekonominya berkembang dengan pesat. Penduduk Makassar dalam kurun waktu itu meningkat sebanyak tiga kali lipat, dan wilayah kota diperluas ke semua penjuru. Dideklarasikan sebagai Kota Madya pada tahun 1906, Makassar tahun 1920-an adalah kota besar kedua di luar Jawa yang membanggakan dirinya dengan sembilan perwakilan asing, sederetan panjang toko di tengah kota yang menjual barang-barang mutakhir dari seluruh dunia dan kehidupan sosial-budaya yang dinamis dan kosmopolitan. Perang Dunia Kedua dan pendirian Republik Indonesia sekali lagi mengubah wajah Makassar. Hengkangnya sebagian besar warga asingnya pada tahun 1949 dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing pada akhir tahun 1950-an menjadikannya kembali sebuah provinsi. Bahkan, sifat asli Makassarpun semakin menghilang dengan kedatangan warga baru dari daerah-daerah pedalaman yang berusaha menyelamatkan diri dari kekacauan akibat berbagai pergolakan pasca revolusi. Antara tahun 1930-an sampai 58 tahun 1961 jumlah penduduk meningkat dari kurang lebih 90.000 jiwa menjadi hampir 400.000 orang, lebih daripada setengahnya pendatang baru dari wilayah luar kota. Hal ini dicerminkan dalam penggantian nama kota menjadi Ujung Pandang berdasarkan julukan ”Jumpandang” yang selama berabad-abad lamanya menandai Kota Makassar bagi orang pedalaman pada tahun 1971. Baru pada tahun 1999 kota ini dinamakan kembali Makassar, tepatnya 13 Oktober berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 Nama Ujung Pandang dikembalikan menjadi Kota Makassar dan sesuai Undang-Undang Pemerintahan Daerah luas wilayah bertambah kurang lebih 4 mil kearah laut 10.000 Ha, menjadi 27.577 Ha. Hubungan Makassar dengan dunia Islam diawali dengan kehadiran Abdul Ma'mur Khatib Tunggal atau Dato' Ri Bandang yang berasal dari Minangkabau Sumatera Barat yang tiba di Tallo (sekarang Makassar) pada bulan September 1605. Beliau mengislamkan Raja Gowa ke-XIV I Mangngarangi Daeng Manrabia dengan gelar Sultan Alauddin (1593-1639), dan Mangkubumi I Mallingkaang Daeng Manyonri Karaeng Katangka yang juga sebagai Raja Tallo. Kedua raja ini, yang mulai memeluk Agama Islam di Sulawesi Selatan. Pada tanggal 9 Nopember 1607, tepatnya hari Jum’at, dan diadakanlah sembahyang Jum’at pertama di Mesjid Tallo dan dinyatakan secara resmi penduduk Kerajaan Gowa-Tallo tetah memeluk Agama Islam, pada waktu bersamaan pula, diadakan sembahyang Jum’at di Masjid Mangallekana di Somba Opu. 59 Setelah melalui pembahasan yang cukup lama, anggota DPR-D dan Pemerintah kota Makassar akhirnya menyepakati 9 November 1607 sebagai hari jadi Makassar sebelum kesepakatan ini diambil terjadi pembahasan yang cukup intens ada perbedaan pendapat dalam menetapkan tahun. Pemerintah Kota Makassar mengusulkan, supaya kelahiran kota Makassar ditetapkan 9 November 1607 alasannya dalam menentukan kelahiran suatu kota tidak hanya ditetapkan dalam suatu momentum sejarah, tetapi harus diformulasikan dengan berbagai momentum. H. Husni Djamaluddin, salah seorang budayawan dari kota Makassar yang juga sebagai anggota perumus dalam seminar A’bulo Sibatang A’bannang Kebo Mengkaji Ulang Sejarah Kelahiran Makassar, dalam salah satu rapat perumusan Seminar itu, mengatakan didalam menetapkan hari jadi Makassar, mari kita menggunakan tongak sejarah yang paling monumental dan dapat dipertanggungjawabkan kepada generasi kita yang akan datang. Jangan gunakan hari jadi Makassar yang melalui rekayasa karena latar belakang politis, kehendak perorangan, karena hal semacam itu, sama saja dengan sejarah “bohong-bohongan”. Pada hakikatnya, sejarah yang dibuat itu adalah apa yang tertulis seperti yang kita akan laksanakan dalam menetapkan hari jadi kota Makassar, sedangkan yang tidak tertulis itu adalah dongeng belaka. Setelah melalui pembahasan dan pertimbangan yang lama di Hotel Sahid Makassar tanggal 27 November 1999, serta masukan dari para pakar sejarah dan budayawan, semua Fraksi sepakat tanggal 9 November 1607 sebagai hari kelahiran kota Makassar. Walikota Makassar, H.B. Amiruddin Maula, mengatakan penetapan hari jadi 60 Makassar 9 November 1607 adalah tepat sekali, karena kejadian dan momentum masa itu mempunyai makna dan nilai kemanusiaan yang tinggi dan sejarah yang monumental. B. Keadaan Geografis Kota Makassar Kota Makassar merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia dan sekaligus sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Selatan dengan moto : “Sekali Layar Terkembang Pantang Biduk Surut Ke Pantai”. Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan terbesar di Kawasan Timur Indonesia. Sebagai pusat pelayanan di Kawasan Timur Indonesia (KTI), Kota Makassar berperan sebagai pusat perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan, simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara dan pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan. Adapun lambang kota Makassar dapat dilihat pada gambar berikut : 61 Gambar 3.1 Lambang Kota Makassar Kota Makassar secara administratif merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan yang sebelumnya bernama Kotamadya Ujung Pandang. Pergantian ini terjadi pada tanggal 1 Januari 2000. Secara geografis, kota ini terletak pada koordinat 5° 8′ 6′19′′ Lintang Selatan dan 119° 24′17′38′′ BT dengan wilayah seluas 175,77 km². Kota Makassar terdiri dari 14 kecamatan yang terdiri dari 11 kecamatan definitif dan 3 kecamatan perwakilan, dan 143 kelurahan. Namun, sejak keluarnya surat Keputusan Menteri Dalam Negeri republik Indonesia No. 43 tahun 1993, maka ketiga kecamatan perwakilan kota Makassar ditetapkan menjadi kecamatan induk. Adapun ketiga kecamatan yang dimaksud adalah kecamatan Tamalanrea pemekaran dari kecamatan Biringkanaya, kecamatan Rappocini pemekaran dari kecamatan Tamalate, dan kecamatan Manggala pemekaran dari kecamatan Panakkukang. Secara geografis batas-batas kota Makassar sebagai berikut : 1. Sebelah Barat : Selat Makassar 2. Sebelah Utara : Kabupaten Maros 62 3. Sebelah Timur : Kabupaten Maros 4. Sebelah Selatan : Kabupaten Gowa Untuk lebih jelasnya,dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 3.2 Peta Kota Makassar C. Keadaan Demografis Kota Makassar 63 Kondisi geografis kota Makassar yang terletak di tengah wilayah kepulauan nusantara menjadikan kota ini sebagai pusat pergerakan spatial dari wilayah barat ke timur maupun wilayah utara ke selatan Indonesia. Kota Makassar menjadi kota yang memiliki daya tarik kuat bagi para migran, baik dari wilayah barat Indonesia maupun dari wilayah timur Indonesia untuk mencari tempat tinggal dan lapangan kerja. Kota Makassar tergolong salah satu kota terbesar di Indonesia dari aspek pembangunannya dan secara demografis ada berbagai suku bangsa yang menetap di kota ini. Suku yang signifikan jumlahnya di kota Makassar adalah suku Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Jawa, dan Tionghoa. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar, jumlah penduduk kota Makassar pada tahun 2010 tercatat sebanyak 1.339.374 jiwa yang terdiri dari 661.379 jiwa laki-laki dan 677.995 jiwa perempuan dengan kepadatan penduduk 6.646,5/km². Sementara itu jumlah penduduk kota Makassar tahun 2009 tercatat sebanyak 1.272.349 jiwa. Penyebaran penduduk kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi di wilayah kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak 170.878 jiwa, disusul kecamatan Biringkanaya sebanyak 167.741 jiwa, kecamatan Rappocini sebanyak 151.091 jiwa, dan yang terrendah adalah kecamatan Ujung Pandang sebanyak 26.904 jiwa. Komposisi menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis 64 kelamin sekitar 97,55 %, yang berarti setiap 100 jiwa perempuan terdapat 98 jiwa laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Dan Jenis Kelamin Di Kota Makassar 2010 KODE JUMLAH KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN WIL PENDUDUK 010 MARISO 27.836 28.039 55.875 020 MAMAJANG 28.811 30.187 58.998 030 TAMALATE 84.474 86.404 170.878 031 RAPPOCINI 73.377 77.714 151.091 040 MAKASSAR 40.233 41.467 81.700 050 UJUNG PANDANG 12.684 14.220 26.904 060 WAJO 14.279 15.080 29.359 070 BONTOALA 26.432 27.765 080 UJUNG TANAH 23.380 23.308 46.688 090 TALLO 67.247 67.047 134.294 100 PANAKUKKANG 69.996 71.386 101 MANGGALA 58.451 58.624 117.075 110 BIRINGKANAYA 83.203 84.538 167.741 111 TAMALANREA 50.976 52.216 103.192 7371 MAKASSAR 661.379 677.995 1.339.374 54.197 141.382 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar dalam “Makassar dalam Angka 2011” 65 Dalam penelitian ini, peneliti mengambil populasi penduduk kota Makassar yang tergolong ke dalam kategori anak-anak. Batasan usia remaja menurut Sis Heyster adalah usia 5-14 tahun. Menurut Badan Pusat Statistik, tercatat jumlah penduduk kota Makassar tahun 2010 dengan kisaran usia 5-14 tahun adalah sebanyak 246.991 jiwa yang terdiri atas 127.340 jiwa laki-laki dan 119.651 jiwa perempuan. Jumlah tersebut dituangkan ke dalam tabel berikut ini : Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Kota Makassar 2010 Usia 10-14 Tahun KELOMPOK UMUR 5-9 10-14 LAKI-LAKI 66.096 61.244 PEREMPUAN 61.864 57.787 JUMLAH 127.960 119.031 JUMLAH 127.340 119.651 N= 246.991 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar dalam “Makassar dalam Angka 2011” 66 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya dan sesuai dengan judulnya, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tanggapan anak-anak di kota Makassar terhadap film kartun Tom & Jerry dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penulis memilih Anak-anak sebagai objek pengukuran tanggapan berdasarkan pengkategorisasian seperti yang telah dibahas pada Bab I. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak di kota Makassar berumur 5-14 tahun yang berjumlah 400 anak. Untuk lebih jelasnya maka hasil penelitian ini dapat kita lihat pada tabel-tabel dibawah ini: 1. Identitas Responden 1.1 Jenis Kelamin Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin N = 400 Jenis Kelamin Frekuensi Persentase 67 Laki-laki 220 55.0 Perempuan 180 45.0 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa persentase responden laki-laki berada pada persentase tertinggi sebanyak 220 responden (55.0 %), kemudian responden perempuan sebanyak 180 responden (45.0%). 1.2 Usia Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia N = 400 Usia Frekuensi Persentase 5-8 Tahun 97 24,2 9-14 Tahun 303 75,8 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden dengan usia 9-14 tahun sebanyak 303 responden (75,8%), kemudian responden dengan usia 5-8 tahun sebanyak 97 responden (24,2%). 1.3 Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan N = 400 Pendidikan SD Frekuensi Persentase 169 42,2 68 SMP 231 57,8 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden dengan pendidikan SMP sebanyak 231 responden (57,8%),dan SD sebanyak 169 responden (42,2%). 1.4 Agama Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Agama N = 400 Agama Frekuensi Persentase Islam 258 64,5 Kristen 129 32,2 Hindu 13 3,2 Budha 0 0 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa responden beragama Islam memiliki persentase terbesar sebanyak 258 responden (64,5%),kemudian responden beragama Kristen sebanyak 129 responden (32,2%), dan responden beragama Hindu sebanyak 13 responden (3,2%). 69 2. Variabel Penelitian 2.1 Kepemilikan Media Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Media N = 400 Kepemilikan media Frekuensi Persentase Televisi 71 17,8 Radio 12 3,0 Internet 0 0 Surat Kabar 0 0 Televisi + Radio 42 10,5 Televisi + Internet 92 23,0 Televisi + radio + Internet 157 39,2 Televisi + internet + Surat Kabar 26 6,5 Radio + Internet + Surat Kabar 0 0 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden dengan kepemilikan semua media ( Televisi,radio,internet,dan surat kabar), sebanyak 157 responden (39,2%), disusul responden dengan kepemilikan media Televisi dan Internet sebanyak 92 responden (23,0%), kemudian reponden dengan kepemilikan media televisi sebanyak 71 responden (17,8%). 70 Sedangkan responden yang memiliki media televisi dan radio sebanyak 42 responden (10,5), media televisi, internet dan surat kabar sebanyak 26 responden (6,5),dan responden yang hanya memiliki radio sebanyak 12 responden (3,0%) 2.2 Media Menonton Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Media Menonton Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Media menonton Film Frekuensi Persentase Kartun Tom and Jerry Tv 303 75,8 Internet 35 8,8 Vcd/Dvd 55 13,8 Lain-lain 7 1,8 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan melalui media menonton film kartun Tom & Jerry, menonton melalui Tv mendapatkan persentase tertinggi sebanyak 303 (75,8%) , kemudian internet sebanyak 35 responden (8,8%), melalui Vcd/Dvd sebanyak 55 responden (13,8%). Sisanya 7 (1,8%) responden memilih media lain-lain. 71 2.3 Tempat Menonton Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Menonton Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Tempat anda menonton film kartun Tom & Jerry Frekuensi Persentase Dirumah sendiri 311 77,8 Dirumah Teman 69 17,2 Lain-lain 20 5,0 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa persentase terbesar responden dimana menonton film kartun Tom & Jerry, yaitu dirumah sendiri sebanyak 311 responden (77,8%). Disusul dirumah teman sebanyak 69 responden (17,2%),sisanya responden memilih lain-lain sebanyak 20 responden (5,0%). 2.4 Teman Menonton Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Teman Menonton Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Teman menonton film Frekuensi Persentase kartun Tom & Jerry Orang Tua 100 25,0 Sendiri 211 52,8 Teman 89 22,2 72 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa anak-anak menonton film kartun Tom & Jerry sendiri memiliki persentase terbesar sebanyak 211 responden (52,8), menonton bersama orang tua sebanyak 100 responden (25,0%),dan menonton film kartun Tom & Jerry bersama teman sebanyak 89 responden (22,2%). 2.5 Frekuensi Menonton Film Kartun Tom & Jerry Dalam Seminggu Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Film Kartun Tom & Jerry Dalam Seminggu N = 400 Frekuensi menonton film Frekuensi Persentase kartun Tom& Jerry dalam seminggu 1-2 kali 100 25,0 3-4 kali 85 21,2 5 kali 215 53,8 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.9 di atas menunjukkan responden yang menonton film kartun Tom & Jerry 5 kali dalam seminggu memiliki persentase terbesar sebanyak 215 responden (53,8%), lalu 1-2 kali dalam seminggu sebanyak 100 responden (25,0%). Responden yang film kartun Tom & jerry 3- 4 kali sebanyak 85 responden (21,2). 73 a. Jam Tayang 2.6 Waktu Penayangan Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Waktu Penayangan N = 400 Kesesuaian waktu penayangan Frekuensi Persentase Sangat Sesuai 118 29,5 Sesuai 159 39,8 Tidak Sesuai 65 16,2 Sangat Tidak Sesuai 58 14,5 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa persentase terbesar responden yang menyatakan waktu penayangan Film kartun Tom & Jerry sesuai sebanyak 159 responden (39,8%), sebanyak 118 responden (29,5%) menyatakan waktu penayangan sangat sesuai.Sedangkan yang menyatakan tidak sesuai sebanyak 65 responden (16,2%),sangat tidak sesuai sebanyak 58 responden (14,5). 74 2.7 Durasi Penayangan Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Durasi Tayang Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Durasi tayang film kartun Tom Frekuensi Persentase & Jerry Sangat sesuai 164 41,0 Sesuai 138 34,5 Tidak sesuai 38 9,5 Sangat Tidak Sesuai 60 15,0 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa persentase tertinggi adalah responden yang menyatakan bahwa durasi tayangan film kartun Tom & Jerry selama 1 jam sangat sesuai yaitu sebanyak 164 responden dengan persentase 41,0%, sebanyak 138 responden dengan persentase 34,5% menyatakan sesuai, 38 responden dengan persentase 9,5% menyatakan tidak sesuai dan 60 responden dengan persentase 15,0% menyatakan sangat tidak sesuai. 75 2.8 Frekuensi Tayang Film Kartun Tom & Jerry Dalam Seminggu Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Tayang Film Kartun Tom & Jerry Dalam Seminggu N = 400 Frekuensi tayang film kartun Tom & Jerry Frekuensi Persentase dalam seminggu Sangat sesuai 159 39,8 Sesuai 129 32,2 Tidak sesuai 53 13,2 Sangat tidak sesuai 59 14,8 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa Distribusi responden berdasarkan film kartun Tom & Jerry yang tayang selama 5 Kali Seminggu, 159 responden menyatakan sangat sesuai dengan persentase 39,8%, 129 responden dengan persentase 32,2% menyatakan sesuai, sedangkan 59 responden dengan persentase 14,8 menyatakan sangat tidak sesuai dan 53 responden dengan persentase 13,2 menyatakan tidak sesuai. 76 b. Alur Cerita 2.9 Ketuntasan Dalam Menonton Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Ketuntasan Dalam Menonton Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Ketuntasan dalam menonton film Frekuensi Persentase kartun Tom & Jerry Nonton sampai selesai 262 65,5 Hanya 30 menit 110 27,5 Hanya 15 menit 28 7,0 Hanya 10 menit 0 0 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa persentase responden terbanyak adalah yang menyatakan menonton film kartun Tom & Jerry sampai selesai sebanyak 262 responden (65,5%), yang menonton hanya 30 menit sebanyak 110 responden (27,5%),dan yang menonton hanya 15 menit sebanyak 28 responden (7,0%). 77 2.10 Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Alur cerita film kartun Tom & Frekuensi Persentase Jerry Sangat Menarik 106 26,5 Menarik 294 73,5 Tidak menarik 0 0 Sangat tidak menarik 0 0 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 Tabel 4.14 di atas menunjukkan bahwa persentase tertinggi yaitu responden yang menyatakan bahwa alur cerita film kartun Tom & Jerry menarik sebanyak 294 responden dengan persentase 73,5% dan sisanya 106 responden menyatakan sangat menarik dengan persentase 26,5%. 78 c. Karakter 2.11 Pengenalan Karakter Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Pengenalan Karakter Film Kartun Tom& Jerry. N = 400 Pengenalan karakter film Frekuensi Persentase kartun Tom & Jerry Tahu seluruhnya 212 53,0 Tahu sebagian 120 30,0 Hanya tahu pemeran utamanya saja 68 17,0 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa anak-anak di Makassar tahu seluruhnya karakter dalam film kartun Tom & Jerry sebanyak 212 responden dengan persentase 53,0% ,120 responden dengan persentase 30,0% menyatakan tahu sebagian,dan sisanya 68 responden dengan persentase 17,0% menyatakan hanya tahu pemeran utamanya saja. 79 2.12 Karakter Yang Disukai/Berkesan Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Karakter Yang Disukai/Berkesan Dalam Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Karakter yang Frekuensi Persentase disukai/berkesan dalam film kartun Tom & Jerry Tom & Jerry 297 74,2 Spike & Butch 56 14,0 Tyke, Nibbles dan Toddies 47 11,8 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.16 di atas menunjukkan bahwa persentase tertinggi yaitu responden yang menyatakan karakter yang disukai/berkesan adalah karakter Tom & Jerry sebanyak 297 responden dengan persentase 74,2%, 56 responden menyatakan suka dengan karakter Spike & Butch dengan persentase 14,0%, dan sisanya menyatakan suka dengan karakter Tyke,Nibbles dan Toddies sebanyak 47 responden dengan persentase 11,8%. 80 d. Adegan Kekerasan 2.13 Perilaku Menirukan Adegan Dalam Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Menirukan Adegan Dalam Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Menirukan Adegan Frekuensi Persentase Dalam Film Kartun Tom & Jerry Ya 336 71,8 Tidak 64 28,2 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.17 di atas menunjukkan dari 400 responden sebanyak 336 responden dengan persentase 71,8% menyatakan pernah menirukan adegan dalam film kartun Tom & Jerry dan sisanya 64 responden dengan persentase 28,2 menyatakan tidak. 81 2.14 Tingkah Laku/Gaya Yang Ditiru Tabel 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkah Laku/Gaya Yang Ditiru Dalam Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Tingkah laku/gaya yang ditiru Frekuensi Persentase dalam film kartun Tom & Jerry Perbuatan 127 31,8 Ucapan/perkatan 19 4,8 Tawa 97 24,2 Suara 92 23,0 Menjawab tidak 65 16,2 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.18 menunjukkan bahwa sebanyak 127 responden dengan persentase 31,8% meniru perbuatan dalam film kartun Tom & Jerry,19 responden dengan persentase 4,8% meniru ucapan/perkataan,97 responden dengan persentase 24,2% meniru tawa,92 responden dengan persentase 23,0% meniru suara, sisanya 65 responden dengan persentase 16,2% yang menyatakan tidak pernah meniru adegan dalam film kartun Tom & Jerry sesuai dengan pertanyaan sebelumnya. 82 2.15 Melihat Adegan Perkelahian Dalam Film Kartun Tabel 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Melihat Adegan Perkelahian Dalam Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Tanggapan Melihat Adegan Perkelahian Dalam Film Kartun Frekuensi Persentase Tom & Jerry Sangat Lucu 238 59,5 Lucu 103 25,8 Sadis 42 10,5 Sangat sadis 17 4,2 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.19 di atas menunjukkan bahwa responden sebanyak 238 responden (59,5) menyatakan adegan perkelahian dalam film kartun Tom & Jerry Sangat Lucu,dan responden sebanyak 103 responden ( 25,8%) menyatakan adegan perkelahian di dalam filmkartun Tom & Jerry lucu,sisanya sebanyak 42 responden (10,5) menyatakan sadis, 17 responden (4,2) menyatakan sangat sadis. 83 2.16 Kandungan Adegan Kekerasan Dalam Film Kartun Tom & Jerry Yang Layak Ditiru Tabel 4.20 Distribusi Responden Berdasarkan Kandungan Adegan Kekerasan Dalam Film Kartun Tom & Jerry Tidak Layak Ditiru. N = 400 Frekuensi Persentase Film Kartun Tom & Jerry Mengandung Adegan Kekerasan Yang Tidak Layak Ditiru. Sangat Setuju 29 7,2 Setuju 52 13,0 Tidak Setuju 213 53,2 Sangat Tidak Setuju 106 26,5 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.20 di atas menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan film kartun Tom & Jerry mengandung adegan kekerasan yang tidak layak ditiru dengan persentase responden terbesar menyatakan tidak setuju yaitu sebesar 213 responden (53,2%), 106 responden (26,5%) menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan 52 responden (13,0%) menyatakan setuju dan 29 responden (7,2%) menyatakan sangat setuju. 84 e. Tanggapan dan Saran 2.17 Tanggapan Secara Umum Terhadap Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.21 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Secara Umum Terhadap Film Kartun Tom & Jerry. N = 400 Frekuensi Persentase Tanggapan anda secara umum terhadap tayangan film Kartun Tom & Jerry Sangat menarik 253 63,2 Menarik 114 28,5 Tidak menarik 14 3,5 Sangat tidak menarik 19 4,8 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.21 di atas menunjukkan bagaimana tanggapan secara umum terhadap tayangan film Kartun Tom & Jerry dengan persentase responden terbesar menyatakan sangat menarik yaitu sebesar 253 responden (63,2%), 114 responden (28,5%) menyatakan menarik. Sedangkan 19 responden (4,8%) menyatakan sangat tidak menarik dan 14 responden (7,2%) menyatakan tidak menarik. 85 2.18 Saran Terhadap Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.22 Distribusi Responden Berdasarkan Saran Terhadap Film Kartun Tom & Jerry. N = 400 Saran terhadap film kartun Tom & Jerry Frekuensi Persentase Episodenya jangan diulang-ulang 35 8,5 Jam tayang ditambah 57 14 Tom-nya jangan kalah terus 12 2 Ceritanya ditambah 6 1,6 Jangan sering berkelahi Tom & Jerry 11 2,7 Hari Minggu juga ditayangkan 6 1,6 Iklan dikurangi 8 1,8 tidak memberi saran 263 65,8 Total 400 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.22 di atas menunjukkan bahwa responden lebih banyak yang tidak memberikan saran yaitu sebanyak 263 responden (65,8%), sedangkan 22 responden (5,5%) memberikan saran kalau episode film Tom & Jerry jangan diulang-ulang.20 responden (5%) memberikan saran bahwa sebaiknya jam tayang film kartun Tom & Jerry ditambah. 86 2.19 Saran Terhadap Film Kartun Yang Tayang Di Indonesia Tabel 4.23 Distribusi Responden Berdasarkan Saran Terhadap Film Kartun Yang Tayang Di Indonesia. N=400 Saran terhadap film kartun yang tayang di Indonesia Frekuensi Persentase Hari libur kartun di tambah 30 7,6 Jam film kartun di tambah 14 3,6 Tambah kartun Indonesia 3 0,8 Kartun Avatar di tayangkan lagi 2 0,5 Banyak kartun yang kurang menghibur 1 0,2 kartunnya ditambah lagi 31 7,5 Senang kartun seperti Upin-Ipin 4 1 Masih kurang kartun yang lucu 27 6,8 Tidak member saran 288 72 Total 400 100.0 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Tabel 4.23 di atas menunjukkan bahwa responden lebih banyak yang tidak memberikan saran yaitu sebanyak 273 responden (68,2%), sedangkan 33 responden (8,2%) memberikan saran kalau sebaiknya saat hari libur lebih banyak kartun yang ditayangkan lagi. 87 f. Tabel Silang 2.20 Jenis Kelamin X Frekuensi Menonton Film Kartun Tom & Jerry Dalam Seminggu Tabel 4.24 Variabel Jenis Kelamin X Frekuensi Menonton Film Kartun Tom & Jerry Dalam Seminggu N = 400 Frekuensi Menonton Film Kartun Tom & Jerry Dalam Seminggu 1-2 kali Jenis Laki-laki Kela min Perempuan Frekuensi % Jenis Kelamin Frekuensi % Jenis Kelamin Total Frekuensi % Jenis Kelamin 3-4 kali 5 kali Total 34 70 116 220 15.5% 31.8% 52.7% 100.0% 66 15 99 180 36.7% 8.3% 55.0% 100.0% 100 85 215 400 25.0% 21.2% 53.8% 100.0% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Pada tabel 4.24 di atas menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 34 responden (15,5%) menonton film kartun Tom & Jerry 1-2 kali dalam seminggu, yang tertinggi 116 responden (52,7%) yang menonton sebanyak 5 kali dalam seminggu dan 70 responden (31,8) yang menonton 3-4 kali dalam seminggu,. Sedangkan responden dengan jenis kelamin 88 perempuan memiliki persentase tinggi pada responden yang menonton sebanyak 5 kali seminggu dan 1-2 kali seminggu yaitu sebanyak 55% dan 36,7% , namun memiliki persentase terendah pada responden yang menonton sebanyak 3-4 kali yaitu 8,3% . Dari tabel di atas terlihat jelas adanya perbedaan frekuensi menonton film kartun Tom & Jerry dalam seminggu dari responden jenis kelamin laki-laki dengan jenis kelamin perempuan. 2.21 Jenis Kelamin X Teman Menonton Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.25 Variabel Jenis Kelamin X Teman Menonton Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Teman Menonton Film Kartun Tom & Jerry orang tua Jenis Kelamin Laki-laki Frekuensi % Jenis Kelamin Perempua Frekuensi n % Jenis Kelamin Total Frekuensi % Jenis Kelamin sendiri teman Total 35 142 43 220 15.9% 64.5% 19.5% 100.0% 65 69 46 180 36.1% 38.3% 25.6% 100.0% 100 211 89 400 25.0% 52.8% 22.2% 100.0% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Pada tabel 4.25 di atas menunjukkan responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 142 responden (64,5%) menyatakan menonton sendiri film kartum Tom & Jerry, 43 responden ( 19,5%) menyatakan menonton bersama teman, dan 35 responden (15,9%) 89 menyatakan menonton bersama orang tua. Responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 69 (38,3%) menyatakan menonton sendiri film kartun Tom & Jerry,65 reponden (36,1%) menyatakan menonton bersama orang tua, sedangkan 46 responden (25,6%) lainnya menyatakan menonton bersama teman. 2.22 Jenis Kelamin X Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.26 Variabel Jenis Kelamin X Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry sangat menarik menarik Jenis Kelamin Laki-laki Frekuensi 106 114 220 48.2% 51.8% 100.0% 0 180 180 % Jenis Kelamin .0% 100.0% 100.0% Frekuensi 106 294 400 26.5% 73.5% 100.0% % Jenis Kelamin Perempuan Frekuensi Total Total % Jenis Kelamin Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Pada tabel 4.26 di atas menunjukkan 114 (51,8%) responden dengan jenis kelamin laki-laki menyatakan alur cerita film Tom & Jerry menarik, dan 106 responden (48,2%) laki-laki menyatakan alur cerita film kartun sangat menarik. Responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 180 responden (100%) menyatakan film kartun Tom & Jerry sangat menarik. 90 2.23 Jenis Kelamin X Karakter Yang Di Sukai Dalam Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.27 Variabel Jenis Kelamin X Karakter Yang Di Sukai Dalam Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Karakter Yang Di Sukai Dalam Film Kartun Tom & Jerry tom dan jerry Jenis Laki-laki Kelami n Frekuensi % Jenis Kelamin Perempuan Frekuensi % Jenis Kelamin Total Frekuensi % Jenis Kelamin spike dan butch 148 34 67.3% 15.5% 149 22 82.8% 12.2% 297 56 74.2% 14.0% tyke, nibbles dan toddles Total 38 220 17.3% 100.0% 9 180 5.0% 100.0% 47 400 11.8% 100.0% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Pada tabel 4.27 di atas menunjukkan responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 148 (67,3%) menyatakan Tom dan Jerry adalah karakter yang disukai, 34 responden (15,5%) menyukai karakter Spike dan Butch, dan sisanya sebanyak 38 responden (17,3%) menyukai karakter Tyke , Nibbles dan Toddles. Responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 149 responden (82,8%) 91 menyatakan menyukai karakter Tom dan Jerry, 22 responden (12,2%) menyatakan menyukai Spike dan Butch sedangkan sisanya 9 responden (5%) menyatakan menyukai Tyke,Nibbles dan Toddles. 2.24 Jenis Kelamin X Menirukan Adegan Dalam Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.28 Variabel Jenis Kelamin X Menirukan Adegan Dalam Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Menirukan Adegan Dalam Film Kartun Tom & Jerry ya Jenis Kelamin Laki-laki Frekuensi % Jenis Kelamin Perempuan Frekuensi % Jenis Kelamin Total Frekuensi % Jenis Kelamin tidak Total 193 27 220 87.7% 12.3% 100.0% 143 37 180 79.4% 20.6% 100.0% 336 64 400 84.0% 16.0% 100.0% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Pada tabel 4.28 di atas menunjukkan responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 193 responden (87,7%) menyatakan pernah menirukan adegan dalam film kartum Tom & Jerry, 27 responden ( 12,3%) menyatakan tidak pernah menirukan adegan dalam film kartun Tom & Jerry. Responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 143 (79,4%) menyatakan pernah menirukana degan film 92 kartun Tom & Jerry,dan 37 responden (20,6%) lainnya menyatakan tidak pernah menirukan adegan dalam film kartun Tom & Jerry. 2.25 Usia X Teman Menonton Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.29 Variabel Usia X Teman Menonton Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Teman Menonton Film Kartun Tom & Jerry orang tua Usia 5-8 Tahun Frekuensi % Usia 9-14 Tahun Frekuensi % Usia Total Frekuensi % Usia sendiri teman Total 25 31 41 97 25.8% 32.0% 42.3% 100.0% 75 180 48 303 24.8% 59.4% 15.8% 100.0% 100 211 89 400 25.0% 52.8% 22.2% 100.0% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Pada tabel 4.29 di atas menunjukkan responden dengan usia 5-8 tahun sebanyak 41 responden (42,3%) menyatakan menonton bersama teman film kartum Tom & Jerry, 31 responden ( 32%) menyatakan menonton sendiri, dan 25 responden (25,8%) menyatakan menonton bersama orang tua. Responden dengan usia 9-14 tahun sebanyak 180 responden (59,4%) menyatakan menonton sendiri film kartun Tom & Jerry, 75 responden (24,8%) menyatakan menonton bersama orang tua, sedangkan 48 responden (15,8%) lainnya menyatakan menonton bersama teman. 93 2.26 Usia X Frekuensi Menonton Film Kartun Tom & Jerry Dalam Seminggu Tabel 4.30 Variabel Usia X Frekuensi Menonton Film Kartun Tom & Jerry Dalam Seminggu N = 400 Frekuensi Menonton Film Kartun Tom & Jerry Dalam Seminggu 1-2 kali Usia 5-8 Tahun Frekuensi % Usia 9-14 Tahun Frekuensi % Usia Total Frekuensi % Usia 3-4 kali 5 kali Total 2 15 80 97 2.1% 15.5% 82.5% 100.0% 98 70 135 303 32.3% 23.1% 44.6% 100.0% 100 85 215 400 25.0% 21.2% 53.8% 100.0% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Pada tabel 4.30 di atas menunjukkan bahwa responden dengan usia 5-8 tahun sebanyak 80 responden (82,5%) menonton film kartun Tom & Jerry sebanyak 5 kali dalam seminggu, 15 responden (15,5%) menonton sebanyak 3-4 kali dalam seminggu,dan 2 responden (2,1%) menonton sebanyak 1-2 kali dalam seminggu. Responden dengan usia 9-14 tahun sebanyak 135 responden (44,6%) menonton film Kartun Tom & Jerry sebanyak 5 kali dalam seminggu, 98 responden (32,3%) menonton sebanyak 1-2 kali dalam seminggu, sedangkan sisanya 70 responden (23,1%) menonton sebanyak 3-4 kali dalam seminggu. 94 2.27 Usia X Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.31 Variabel Usia X Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry sangat menarik Usia 5-8 Tahun Frekuen si % Usia 9-14 Tahun Frekuen si % Usia Total Frekuen si % Usia menarik Total 15 82 97 15.5% 84.5% 100.0% 91 212 303 30.0% 70.0% 100.0% 106 294 400 26.5% 73.5% 100.0% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Pada tabel 4.31 di atas menunjukkan 82 (84,5%) responden dengan usia 5-8 tahun menyatakan alur cerita film Tom & Jerry menarik, dan 15 responden (15,5%) menyatakan alur cerita film kartun Tom & Jerry sangat menarik. Responden dengan pendidikan usia 9-14 tahun sebanyak 212 responden (70%) menyatakan film kartun Tom & Jerry,sedangkan sisanya 91 responden (30%) menyatakan sangat menarik. 95 2.28 Usia X Karakter Yang Di Sukai Dalam Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.32 Variabel Usia X Karakter Yang Di Sukai Dalam Film Kartun Tom & Jerry N = 400 KarakterYang Di Sukai Berkesan Dalam Film Tom &Jerry Tyke, Spike dan Nibbles dan Butch Toddles Tom dan Jerry Usia 5-8 Tahun Frekuensi % Usia 9-14 Tahun Frekuensi % Usia Total Frekuensi % Usia 92 5 94.8% 5.2% 205 51 67.7% 16.8% 297 56 74.2% 14.0% 0 Total 97 .0% 100.0% 47 303 15.5% 100.0% 47 400 11.8% 100.0% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Pada tabel 4.32 di atas menunjukkan responden dengan usia 5-8 tahun sebanyak 92 (94,8%) menyatakan Tom dan Jerry adalah karakter yang disukai, 5 responden (5,2%) menyukai karakter Spike dan Butch, dan sisanya sebanyak 0 responden menyukai karakter Tyke , Nibbles dan Toddles. Responden dengan usia 9-14 tahun sebanyak 205 responden (67,7%) menyatakan menyukai karakter Tom dan Jerry, 51 responden (16,8%) menyatakan menyukai Spike dan Butch sedangkan sisanya 47 responden (15,5%) menyatakan menyukai Tyke,Nibbles dan Toddles. 96 2.29 Usia X Menirukan Adegan Dalam Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.33 Variabel Usia X Menirukan Adegan Dalam Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Menirukan Adegen Dalam Film Tom & Jerry ya Usia 5-8 Tahun Frekuensi % Usia 9-14 Tahun Frekuensi % Usia Total Frekuensi % Usia tidak Total 78 19 97 80.4% 19.6% 100.0% 258 45 303 85.1% 14.9% 100.0% 336 64 400 84.0% 16.0% 100.0% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Pada tabel 4.33 di atas menunjukkan responden dengan usia 5-8 tahun sebanyak 78 responden (80,4%) menyatakan pernah menirukan adegan dalam film kartum Tom & Jerry, sedangkan sisanya 19 responden (19,6%) menyatakan tidak pernah menirukan adegan dalam film kartun Tom & Jerry. Responden dengan usia 9-14 tahun sebanyak 258 (85,1%) menyatakan pernah menirukan adegan film kartun Tom & Jerry, dan 45 responden (14,9%) lainnya menyatakan tidak pernah menirukan adegan dalam film kartun Tom & Jerry. 97 2.30 Pendidikan X Teman Menonton Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.34 Variabel Pendidikan X Teman Menonton Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Teman Menonton Film Kartun Tom & Jerry orang tua Pendidikan SD Frekuensi % Pendidikan SMP Frekuensi % Pendidikan Total Frekuensi % Pendidikan sendiri teman Total 40 88 41 169 23.7% 52.1% 24.3% 100.0% 60 123 48 231 26.0% 53.2% 20.8% 100.0% 100 211 89 400 25.0% 52.8% 22.2% 100.0% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Pada tabel 4.34 di atas menunjukkan responden dengan pendidikan SD sebanyak 88 responden (52,1%) menyatakan menonton sendiri film kartum Tom & Jerry, 41 responden ( 24,3%) menyatakan menonton bersama teman, dan 40 responden (23,7%) menyatakan menonton bersama orang tua. Responden dengan pendidika SMP sebanyak 123 responden (53,2%) menyatakan menonton sendiri film kartun Tom & Jerry, 60 responden (26%) menyatakan menonton bersama orang tua, sedangkan 48 responden (20,8%) lainnya menyatakan menonton bersama teman. 98 2.31 Pendidikan X Frekuensi Menonton Film Kartun Tom & Jerry Dalam Seminggu Tabel 4.35 Variabel Pendidikan X Frekuensi Menonton Film Kartun Tom & Jerry Dalam Seminggu N = 400 Frekuensi Menonton Film Kartun Tom & Jerry 1-2 kali Pendidikan SD Frekuensi % Pendidikan SMP Frekuensi % Pendidikan Total Frekuensi % Pendidikan 3-4 kali 5 kali Total 13 48 108 169 7.7% 28.4% 63.9% 100.0% 87 37 107 231 37.7% 16.0% 46.3% 100.0% 100 85 215 400 25.0% 21.2% 53.8% 100.0% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Pada tabel 4.35 di atas menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan SD sebanyak 108 responden (63,9%) menonton film kartun Tom & Jerry sebanyak 5 kali dalam seminggu, 48 responden (28,4%) menonton sebanyak 3-4 kali dalam seminggu,dan 13 responden (7,7%) menonton sebanyak 1-2 kali dalam seminggu. Responden dengan pendidikan SMP sebanyak 107 responden (46,3%) menonton film Kartun Tom & Jerry sebanyak 5 kali dalam seminggu, 87 responden (37,7%) menonton sebanyak 1-2 kali dalam seminggu, sedangkan sisanya 37 responden (16%) menonton sebanyak 3-4 kali dalam seminggu. 99 2.32 Pendidikan X Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.36 Variabel Pendidikan X Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry sangat menarik Pendidikan SD Frekuensi % Pendidikan SMP Frekuensi % Pendidikan Total Frekuensi % Pendidikan menarik Total 53 116 169 31.4% 68.6% 100.0% 53 178 231 22.9% 77.1% 100.0% 106 294 400 26.5% 73.5% 100.0% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Pada tabel 4.36 di atas menunjukkan 116 (68,6%) responden dengan pendidikan SD menyatakan alur cerita film Tom & Jerry menarik, dan 53 responden (31,4%) menyatakan alur cerita film kartun sangat menarik. Responden dengan pendidikan SMP sebanyak 178 responden (77,1%) menyatakan film kartun Tom & Jerry,sedangkan sisanya 53 responden (22,9%) menyatakan sangat menarik. 100 2.33 Pendidikan X Karakter Yang Di Sukai Dalam Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.37 Variabel Pendidikan X Karakter Yang Di Sukai Dalam Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Karakter Yang Di Sukai Dalam Film Kartun Tom & Jerry tom dan jerry Pendidikan SD Frekuensi % Pendidikan SMP Frekuensi % Pendidikan Total Frekuensi % Pendidikan tyke, nibbles dan toddles spike dan butch Total 152 5 12 169 89.9% 3.0% 7.1% 100.0% 145 51 35 231 62.8% 22.1% 15.2% 100.0% 297 56 47 400 74.2% 14.0% 11.8% 100.0% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Pada tabel 4.37 di atas menunjukkan responden dengan pendidikan SD sebanyak 152 (89,9%) menyatakan menyukai karakter Tom dan Jerry, 12 responden (7,1%) menyukai karakter Tyke , Nibbles dan Toddles, dan sisanya sebanyak 5 responden (3%) menyukai karakter Spike dan Butch. Responden dengan pendidikan SMP sebanyak 145 responden (62,8%) menyatakan menyukai karakter Tom dan Jerry, 51 responden (22,1%) menyatakan menyukai Spike dan Butch sedangkan sisanya 35 responden (15,2%) menyatakan menyukai Tyke,Nibbles dan Toddles. 101 2.34 Pendidikan X Menirukan Adegan Dalam Film Kartun Tom & Jerry Tabel 4.38 Variabel Pendidikan X Menirukan Adegan Dalam Film Kartun Tom & Jerry N = 400 Menirukan Adegan Dalam Film Kartun Tom & Jerry ya Pendidikan SD Frekuensi % Pendidikan SMP Frekuensi % Pendidikan Total Frekuensi % Pendidikan Tidak Total 136 33 169 80.5% 19.5% 100.0% 200 31 231 86.6% 13.4% 100.0% 336 64 400 84.0% 16.0% 100.0% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013 Pada tabel 4.38 di atas menunjukkan responden pendidikan SD sebanyak 136 responden (80,5%) menyatakan pernah menirukan adegan dalam film kartum Tom & Jerry, sedangkan sisanya 33 responden ( 19,5%) menyatakan tidak pernah menirukan adegan dalam film kartun Tom & Jerry. Responden dengan pendidikan SMP sebanyak 200 (86,6%) menyatakan pernah menirukan adegan film kartun Tom & Jerry, dan 31 responden (13,4%) lainnya menyatakan tidak pernah menirukan adegan dalam film kartun Tom & Jerry. 102 B. Pembahasan Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan anak-anak di Makassar terhadap film kartun Tom & Jerry di ANTV dan faktor-faktor yang mempengaruhi tanggapan anak-anak di Makassar terhadap film Kartun Tom & Jerry di ANTV. Berikut pembahasan mengenai tanggapan anak-anak di Makassar terhadap film kartun Tom & jerry dengan pengkategorian sebagai berikut : A. Kepemilikan Media Berdasarkan data hasil kuisoner berdasarkan kepemilikan media dari 294 responden (padatabel 4.5) menyatakan bahwa sebagian besar responden memiliki akses media informasi lebih dari satu buah, televisi + radio + internet menjadi media informasi yang paling dominan dimiliki para responden yaitu sebanyak 157 responden,sedangkan media yang paling sedikit dimiliki oleh responden adalah radio + internet + surat kabar. Untuk media yang informasi satu buah yang dimiliki responden paling banyak adalah televisi sebanyak 71 Responden memilikinya,sedangkan yang paling sedikit adalah internet dan surat kabar. B. Melaui Media Apa menonton Film Kartun Tom & Jerry Berdasarkan data hasil kuisoner menonton film kartun Tom & Jerry melaui media apa responden paling banyak menonton melalui media Tv sebanyak 303 responden yang menonton (pada tabel 103 4.6),sedangkan media yang paling sedikit yang dipilih responden adalah media lain-lain sebanyak 7 responden yang memilih. Media lain-lain yang di maksud disini di antara lain adalah laptop dipilih responden sebanyak 3 kali,handphone dipilih responden sebanyak 2 kali ,dan tablet dipilih responden sebanyak 2 kali. C. Dimana Menonton Film Kartun Tom & Jerry Pada tabel 4.7 responden paling banyak menonton film kartun Tom & Jerry dirumah sendiri sebanyak 311 responden, Sedangkan 20 responden memilih lain-lain sebagai tempat dimana menonton film kartun Tom & Jerry.Lain-lain yang dimaksud responden antara lain adalah dirumah sepupu sebanyak 4 responden yang memilih,dirumah om/tante sebanyak 5 responden memilih,dan 11 responden memilih dirumah nenek sebanyak 11 kali. D. Dengan Siapa Menonton Film Kartun Tom & Jerry Responden pada variabel ini menyatakan lebih banyak sendirian pada saat menonton film kartun Tom & Jerry sebanyak 211 menyatakannya (pada tabel 4.8),sementara 100 responden menyatakan menonton bersama orang tua dan 89 responden menyatakan menonton bersama teman.Hal ini sesuai dengan variabel sebelumnya dimana lebih banyak responden menonton film kartun Tom & Jerry ini dirumahnya sendiri. 104 E. Berapa Kali Menonton Film Kartun Tom & Jerry Dalam Seminggu Film kartun Tom & Jerry ini ditayangkan selama 5 kali, senin, selasa, rabu, kamis,dan jumat dalam seminggu di stasiun televisi swasta ANTV. 215 responden menyatakan menonton film kartun Tom & Jerry sebanyak 5 kali dalam seminggu,100 responden menyatakan menonton sebanyak 1-2 kali dalam seminggu, dan 85 responden menyatakan menonton 3-4 kali dalam seminggu F. Jam Tayang Pada variabel ini terbagi menjadi 3 yaitu: 1. Waktu Penayangan 159 Responden menyatakan sesuai pada waktu penayangan film kartun Tom & Jerry pada pukul 13.00 -14.00 diikuti dengan 118 responden yang mengatakan sangat sesuai (pada table 4.10). 2. Durasi Penayangan Film kartun Tom & Jerry tayang selama 1 jam setiap harinya, 164 responden menyatakan durasi tayangan film kartun Tom & Jerry sudah sangat sesuai,138 responden menyatakan sesuai, namun cukup banyak juga responden yang menyatakan durasi film kartun Tom & Jerry sangat tidak sesuai, sebanyak 60 responden (pada table 4.11). 60 Responden ini menginginkan penambahan durasi tayang film kartun Tom & Jerry. 3. Film Kartun Tom&Jerry tayang selama 5 kali seminggu 105 Film kartun Tom & Jerry tayang selama 5 kali dalam seminggu, 159 responden menyatakan film kartun Tom & Jerry tayang selama 5 kali seminggu sudah sangat sesuai,129 responden (padap tabel 4.12)menyatakan sesuai,namun 59 responden menyatakan sangat tidak sesuai apabila film kartun Tom & Jerry ditayangakn selama 5 kali seminggu,ke 59 responden itu menginginkan film kartun Tom & Jerry tayang sebanyak 7 kali. G. Alur cerita Pada variable terbagi menjadi 2 : 1. Menonton Sampai Selesai Film Kartun Tom & Jerry Sesuai dengan table 4.13 dalam variabel ini 262 responden menyatakan menonton film kartun Tom & Jerry hingga selesai, 110 responden menyatakan menonton hanya 30 menit saja,28 responden menonton film kartun Tom & Jerry hanya 15 menit saja. 2. Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry Alur cerita dalam sebuah film sangat berpengaruh besar dalam menarik penonton,pada table 4.14 terlihat bahwa 294 responden menyatakan alur cerita film kartun Tom & Jerry ini menarik,dan 106 responden menyatakan sangat menarik H. Karakter Dalam variabel ini membahas pengetahuan responden terhadap karakter-karakter dalam film kartun Tom & Jerry yang terbagi menjadi 2 yaitu: 106 1. Pengenalan Karakter Dari 400 responden yang menonton film kartun Tom & Jerry dalam tabel 4.15, 212 responden diantaranya menyatakan tahu seluruh karakter dalam film kartun Tom,120 responden menyatakan tahu sebagian karakter film kartun Tom & Jerry,dan 68 responden menyatakan hanya tahu karakter utamanya saja yaitu Tom dan Jerry saja. 2. Karakter Yang Disukai/Berkesan Tom dan Jerry merupakan karakter yang paling banyak disukai oleh responden sebanyak 297 responden (pada tabel 4.16) menyatakan suka kepada Tom & Jerry dikarenakan tingkah mereka berdua yang lucu.56 responden menyatakan suka kepada karakter Spike dan Butch.Spike adalah anjing Buldog yang memiliki anak bernama Tyke yang sering tidak sengaja di sakiti oleh Tom,sedangkan Butch adalah kucing hitam jalanan teman dari Tom.Butch sering membantu Tom dalam menangkap Jerry walaupun berujung dengan kegagalan.Sementara itu 47 menyatakan suka kepada karakter Tyke,Nibbles dan Toddies. I. Adegan Kekerasan Dalam variabel ini terbagi menjadi 2 yaitu: 1. Pernah Menirukan Adegan Dalam Film Kartu Dari 400 responden yang menonton film kartun Tom & Jerry hampir dari seluruh responden menyatakan pernah menirukan 107 adegan dalam film kartun yaitu sebanyak 336 responden dan 64 responden (pada tabel 4.18) menyatakan tidak pernah menirukan adegan dalam film kartun Tom & Jerry. 2. Tingkah Laku/Gaya Yang Ditiru Tingkah laku yang paling sering ditiru setelah menonton film kartun Tom & Jerry adalah perbuatan sebanyak 127 responden menyatakannya.97 responden menyatakan suka menirukan tawa dalam film kartun Tom & Jerry khususnya tawa dari Tom.92 responden menyatakan sering meniru suara-suara dalam film Tom & Jerry. 3. Melihat Adegan Perkelahian Dalam Film Kartun. Hampir dari seluruh responden menyatakan bahwa adegan perkelahian dalam film kartun Tom & Jerry sangat lucu 238 responden menyakatan seperti itu,103 responden menyatakan lucu.Sangat sedikit responden yang menyatakan bahwa adegan perkelahian sangat sadis dalam film kartun Tom & Jerry hanya 17 responden saja(pada Tabe 4.19) 4. Film Kartun Tom & Jerry Mengandung Adegan Kekerasan Yang Tidak Layak Ditiru. Dalam pertanyaan film kartun Tom & Jerry mengandung adegan kekerasan yang tidak layak ditiru tanpa dipungkiri lagi hamper semua responden menyatakan tidak setuju ada sebanyak 213 responden (pada tabel 4.20).Sedangkan responden yang 108 mengatakan sangat setuju bahwa filmkartun Tom & Jerry mengandung adegan kekerasan yang tidak layak dititu hanya ada 29 respoden.Hal ini bisa dilihat dari alasan-alasan para responden yang mengatakan bahwa adegan-adegan dalam film kartun Tom & Jerry sangat lucu dan tidak ada adegan kekerasannya sama sekali. J. Tanggapan dan Saran Tanggapan dan saran dari responden terhadap film kartun Tom & Jerry terbagi menjadi 3 yaitu : 1. Tanggapan Secara Umum Terhadap Film Kartun Tom & Jerry Tanggapan dari 253 responden secara umum terhadap film kartun Tom & Jerry menyatakan bahwa film kartun Tom & Jerry sangat menarik,114 responden menyatakan menarik dan hanya 19 responden yang menyatakan film Tom & Jerry sangat tidak menarik. 2. Saran Anda Terhadap Film Kartun Tom & Jerry Selain banyak responden yang tidak memberi saran dikarenakan sudah merasa puas dan cukup, hampir semua responden memberikan saran kepada film Tom & Jerry sebaiknya jam tayangnya ditambah lagi karena dirasa masih belum cukup,adapun yang meminta ditambah 2 jam saja sebaiknya. Banyak juga responden yang merasa kalau episode film kartun Tom & Jerry sering diulang-ulang dalam penayangannya.Selain itu responden 109 juga meminta agar film kartun Tom & Jerry dipindah ke hari Minggu. 3. Saran Anda Terhadap Film Kartun Yang Tayang Di Indonesia Di pertanyaan ini banyak juga responden yang tidak memberikan sarannya, tapi banyak pula responden yang memberikan saran agar film kartun lebih banyak ditayangkan saat hari libur dikarenakan responden merasa masih sedikit film kartun yang tayang pada hari libur. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa mayoritas dari 400 responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa film kartun Tom & Jerry bagus,menarik untuk ditonton dan menganggap adegan-adegan dalam film kartun Tom & Jerry ini lucu tidak mengandung adegan kekerasan walaupun sebenarnya film ini tak layak ditonton oleh anakanak. Hal ini dapat dilihat dari variabel penelitian yang meliputi jam tayang, alur cerita, karakter, dan adegan kekerasan. Model S–O–R menjadi pijakan teoritis dalam penelitian ini, menjadikan film kartun Tom & Jerry sebagai stimulus dengan pengkategorian penilaian seperti jam tayang, alur cerita, karakter, dan adegan kekerasan. Perhatian, Pengertian dan Penerimaan dari responden dalam hal ini anak-anak di Makassar sebagai organism. Bentuk-bentuk pengamatan, persepsi, dan pengenalan dari responden sebagai tanggapan untuk menghasilkan perubahan sikap. 110 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai tanggapan anak-anak di Makassar terhadap film kartun Tom & Jerry di ANTV, kesimpulan ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah, sebagai berikut: 1. Tanggapan anak-anak di kota Makassar terhadap film kartun Tom & Jerry di ANTV menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa film kartun Tom & Jerry sangat menarik dan disukai dengan persentase sebesar 63,2% dapat dilihat pada tabel 4.21. Persentase tiap komponen penilaian dapat dilihat dari persentase berapa kali dalam seminggu menonton film kartun Tom & Jerry sebesar 53,8% pada tabel 4.9, persentase menonton film kartun Tom & Jerry sampai selesai sebesar 65,5% pada table 4.13,dan persentase responden yang menyukai alur film kartun Tom & Jerry sebesar 73,5% pada tabel 4.14. 2. Dari hasil penelitian, menunjukkan sebagian besar responden yang merupakan anak-anak umur 5-14 tahun menyatakan bahwa adegan perkelahian dalam film kartun Tom & Jerry merupakan hal yang sangat lucu dengan persentase sebesar 59,5% dan responden yang mengatakan lucu dengan persentase sebesar 25,8% pada tabel 4.19.Hal ini dapat dilihat juga dari banyaknya responden yang pernah menirukan adegan- 111 adegan dalam film kartun Tom & Jerry dengan persentase sebanyak 71,8% pada tabel 4.17. B. Saran Dari penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa saran, yaitu : a. Kepada seluruh stasiun televisi di Indonesia khususnya ANTV diharapkan upaya peningkatan mutu siaran, khususnya dengan segmen anak-anak karena akan berdampak pada perilaku keseharian mereka. b. Sebaiknya film mengedepankan kartun yang ditayangkan aspek menghibur saja, tidak namun hanya juga mengedepankan aspek pendidikan dari acara tersebut. c. Keberadaan film asing untuk anak-anak, perlu dibatasi dan dibuat perundangan serta disesuaikan dengan kepribadian budaya di Indonesia. Untuk melaksanakan semua itu, diperlukan kesadaran hati dan pikiran bijak dari pemerintah, masyarakat, produser, broadcaster maupun para pengamat komunikasi d. Perlunya orang tua mendampingi anak-anak mereka dalam menonton acara-acara di televisi khususnya film kartun.Dari hasil penelitian ini di kota Makassar sendiri masih banyak anak-anak yang saat menonton televisi tidak didampingi oleh orang tua mereka. 112 e. Selain saran-saran yang diberikan penulis diatas, penulis juga mengemukakan saran-saran yang diberikan para responden terhadap film kartun Tom & Jerry, diantaranya yaitu: - Para responden meminta agar episode film kartun Tom & Jerry jangan ada pengulangan dan selalu memberikan episode-episode yang baru. - Menambah jam tayang film kartun Tom & Jerry,setidaknya ditambah menjadi 2 jam. - Responden meminta mengurangi iklan-iklan pada saat penayangan film kartun Tom & Jerry f. Adapun responden memberikan saran kepada film kartun yang tayang di Indonesia, diantaranya yaitu: - Responden merasa kartun yang tayang di Indonesia masih kurang dan perlu ditambah lagi. - Selain menambah jumlah kartun responden juga member saran sebaiknya saat hari libur film kartun lebih banyak lagi ditayangkan di stasiun-stasiun televisi. - Responden juga meminta penambahan kartun-kartun yang lucu untuk di tayangkan di stasiun-stasiun televisi Indonesia. 113 DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitian Untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu. Badan Pusat Statistik. 2011. Makassar Dalam Angka 2011. Bailey, Ronald H. (1988). Kekerasan Dan Agresi. Jakarta : Tira Pustaka. Chandra, Hadi. 2000. Membuat Sendiri Animasi Profesional dengan 3D Studio Max 3.1. Jakarta : Elex Media Komoutindo. Cangara, Hafied. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Darwanto. 2007. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti Fiske John. 2004. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutera. Iskandar Muda, Deddy. 2005. Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Professional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya John, R. Bittner. 1989. Mass Communication: An Introduction Kriyantono, Rachmat. 2009 Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Group. Kusnadi, 1985 Kartun Sebagai Karya Seni Rupa. Littlejohn, Stephen W. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika McQuail, Denis. (1987). Teori Komunikasi Massa : Suatu Pengantar, Jakarta : Erlangga. 114 Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Morrisan, 2010. Psikologi Komunikasi. Yogyakarta : Ghalia Indonesia. Prof. Drs. Agoes, Soejanto. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Sendjaja, S. Djuarsa, dkk. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka. Shannon, Claude E. & Warren, Weaver.1949 A Mathematical Model Of Communication. Urbana, IL : University of Illinois Press. Sibero, Ivan C. 2008. Membuat Film Animasi Sederhana Dengan 3DS Max. Yogyakart :. MediaKom Stephen W. Little john, Karen A. Foss .2009 teori komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika. Sugiyono. 2011 Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sukaria, Sinulingga. 2011. Metode Penelitian. Sumatra Utara : USU Press. Warren K. Agee, Phillip H. Ault, Edwin Emery, 1997. Introduction to mass communications Werner J. Severin, James W. Tankard, Jr. 2009. Communication Theories, Origins, Methods, Uses (Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan didalam Media Massa ). Pranada Media Group Winarni. 2003. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Jakarta : Prenada Media. Wiryanto. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Grasindo. Yustiniadi, Danny. 1996. Tentang Kartun. Semarang : Dahara Prize. 115 Sumber lain : http://mantabjayapolpolan.blogspot.com/2010/09/tom-jerry.html Akses 29 Mei Pukul 20.44 WITA http://thejargon.multiply.com/reviews/item/43?&show_interstitial=1&u=%2Frevi ews%2Fitem Akses 30 Mei Pukul 19.25 WITA http://id.wikipedia.org/wiki/Tom_and_Jerry Akses 30 Mei Pukul 20.30 WITA http://yusufzulkarnain.blogspot.com/2011/12/waspadai-sadisme-di-film-kartunanak.html Akses 30 Mei Pukul 21.44 WITA http://reggivacious.blogspot.com/2011/05/kartun-sih-kartun-tapi-gak-layak.html Akses 30 Mei Pukul 22.35 WITA http://kpi.go.id/ Akses 30 Mei Pukul 22.44 WITA http://www.kidia.org/ Akses 29 Mei Pukul 23.20 WITA www.hbshows.com/tomjerry/history.php Akses 20 Desember Pukul 22.30 WITA