BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan antara film dan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hubungan antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang
panjang dalam kajian ahli komunikasi. Film sebagai alat komunikasi
kedua yang muncul di dunia, mempunyai masa pertumbuhan pada akhir
abad ke-19, dengan kata lain pada waktu unsur-unsur yang menghalangi
perkembangan surat kabar yang dibuat lenyap. Ini berarti bahwa dari
permulaan sejarahnya film dengan lebih mudah dapat menjadi alat
komunikasi yang sejati, karena film tidak mengalami unsur teknik, politik,
ekonomi, sosial dan demografi yang merintangi kemajuan surat kabar pada
masa pertumbuhan dalam abad ke-18 dan permulaan abad ke-19, menurut
Ocy Hong Lee (Sobur, 2004:126). Film yang merupakan alat komunikasi
kedua, juga mempunya pesan baik verbal maupun non verbal bagi
audience-nya.
Dengan berkembangnya film, berkembang pula televisi yang dapat
dibuktikan jelas mengambil alih banyak penonton film. Terutama para
penonton yang sudah berkeluarga, sehingga para penonton film tinggal
sedikit dan kebanyakan berusia muda (McQuail, 1987:15). Seiring dengan
beralihnya penonton film menjadi penonton televisi, film mengalami
intergrasi besar-besaran dengan media lainnya, terutama dengan penerbit
buku, musik populer dan bahkan dengan televisi sendiri. Terlepas dari
2
kenyataan
menurunnya
penonton,
film
justru
mampu
mencapai
kekhususan tertentu, yakni sebagai sarana pameran bagi media lain dan
sebagai sumber budaya yang berkaitan erat dengan buku, film kartun,
bintang televisi, film seri serta lagu. Dengan demikian, dewasa ini film
berperan sebagai pembentuk budaya massa, bukannya semata-mata
mengharapkan media lainnya sebagaimana peran film pada masa
kejayaannya yang lalu.
Televisi dan film mempunyai dampak tertentu bagi penontonnya.
Dalam banyak penelitian tentang dampak serial televisi dan film terhadap
masyarakat, hubungan antara televisi, film dan masyarakat dipahami
secara linier. Artinya, film, baik yang ditayangkan di televisi, selalu
mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan
(message) di baliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Selain itu,
kekuatan dan film menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat
para ahli film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. Namun
seiring
dengan
kebangkitan
film,
muncul
pula
film-film
yang
menggambarkan seks, kriminal dan kekerasan. Dengan kata lain, film
menjadi lebih bebas untuk memenuhi kebutuhan akan sajian yang berbau
kekerasan, mengerikan dan pornografis ( McQuail, 1987:15). Jika di
dalam film menampilkan adegan yang mengandung kekerasan, maka
dapat berdampak negatif bagi penontonnya, terutama anak-anak karena
bukan tidak mungkin bagi mereka untuk meniru apa yang dilihat di
televisi.
3
Film dan televisi dianggap sangat efisien dalam menyebarkan
gagasan dan dalam menanamkan perilaku. Televisi rupanya memiliki
pengaruh yang lebih jauh dan lebih luas, maka televisi dapat berperan
sebagai pembawa pengaruh lintas budaya. Televisi mampu menciptakan
hubungan langsung, atau bahkan hubungan akrab sebagai anggota
keluarga, karena hadir di dalam rumah. Demikian televisi bertindak
sebagai model sekaligus sebagai pemberi hadiah dan pencipta proses
pembiasaan. Tetapi mungkin alasan utama yang menyebabkan anak-anak
begitu terpengaruh oleh televisi karena mereka menonton terlalu sering
dan lama. Dengan begitu, pesan yang mereka terima sangat menempel di
ingatan mereka. Selain itu, televisi juga bisa menjadi media untuk
menyebarkan perilaku kekerasan.
Ahli psikologi, Albert Bandura dari Universitas Standford,
mengadakan eksperimen untuk mengetahui seberapa efektifnya anak-anak
melakukan peniruan terhadap perilaku agresif. Dalam eksperimen itu,
ditemukan bahwa anak-anak belajar mengenal perilaku agresif dengan
meniru orang dewasa. Anak-anak tersebut melihat seorang model
melakukan kekerasan memukul, menendang dan menduduki boneka
badut. Setelah mengamati model, anak-anak tersebut ditaruh diruangan
besar bersama boneka badut, secara tidak langsung anak-anak tersebut
melakukan tindakan yang sama persis dilakukan oleh model sebelumnya (
Bailey, 1988 : 45 ). Beberapa ahli psikologi berpendapat bahwa kekerasan
sama sekali bukanlah hal yang ditetapkan secara genetik, melainkan
4
sepenuhnya merupakan hasil belajar. Manusia belajar lewat peniruan,
mengambil pola-pola perilaku yang mereka lihat dari sekitar mereka, dan
juga melalui proses umum yang disebut pembiasaan. Baik peniruan
maupun pembiasaan dimulai dari rumah, tetapi banyak dipengaruhi oleh
dunia luar yang lebih luas, baik oleh sekolah, tradisi nasional dan agama
maupun oleh buku, majalah, surat kabar terutama film dan televisi (Bailey
1988 : 44).
Posisi anak-anak atas tayangan televisi memang sangat lemah. Hal
ini berkaitan dengan sifat anak yang di antaranya: pertama, anak sulit
membedakan mana yang baik atau buruk serta mana yang pantas ditiru
atau diabaikan. Kedua, anak tak memiliki self-censorship dan belum
memiliki batasan nilai. Ketiga, anak nonton bersifat pasif dan tidak kritis.
Akibatnya, semua yang ditayangkan akan dianggap sebagai sebuah
kewajaran. Di Indonesia sendiri banyak sekali bermunculan film dari luar
negeri maupun dalam negeri sendiri dan dimana film-film tersebut sering
ditayangkan di bioskop maupun di televisi. Apalagi 12 stasiun televisi di
Indonesia yang dimana mereka juga berlomba-lomba menampilkan
program-program acara dan film yang menarik bagi keluarga. Setiap saat,
setiap waktu, televisi menjadi teman dalam mengisi waktu luang. Berbagai
macam pilihan acara telah tersedia, termasuk untuk anak-anak, salah
satunya adalah serial kartun.
Film kartun dapat disebut juga sebagai film animasi. Film kartun
adalah bentuk dari gambar animasi 2 Dimensi (2D). Istilah animasi berasal
5
dari bahasa Yunani anima, artinya jiwa atau hidup. Kata animasi dapat
juga berarti memberikan hidup sebuah objek dengan cara menggerakkan
objek gambar dengan waktu tertentu (Sibero, 2008:9). Animasi tidak
hanya digunakan untuk hiburan saja, animasi dapat juga digunakan untuk
media-media pendidikan, informasi, dan media pengetahuan lainnya.
Secara harfiah animasi adalah membuat hidup atau bergerak. Animasi
adalah sebuah rangkaian gambar atau obyek yang bergerak dan seolaholah hidup (Chandra, 2000 : 1). Film kartun atau animasi pada dasarnya
didasarkan pada cerita-cerita dan gambar-gambar lucu yang berbau
fantasi. Oleh karena itu anak-anak sangat menyukai film kartun sebab
mereka menggunakannya sebagai wadah untuk berfantasi dengan
gambarnya yang unik dan lucu. Fantasi bahkan menjadi unsur yang
mendukung meningkatnya kreatifitas anak. Kodrat fantasi pada umumnya
bersumber pada keinginan anak-anak dan kebebasan yang merupakan
kebutuhan tertentu yang ada pada dirinya. Dominasi untuk berfantasi
dalam kehidupan anak sangatlah besar.
Masing-masing stasiun televisi memiliki serial kartun pilihan yang
tentunya menarik perhatian anak-anak, apalagi sekarang telah ada stasiun
televisi khusus yang hanya memutarkan film kartun saja. Padahal
penelitian menunjukan bahwa 94% kartun mengandung adegan kekerasan.
Hal ini tidak disadari oleh anak-anak karena kekerasan tersebut dikemas
dalam kelucuan yang membuat anak-anak tertawa. Mereka sendiri belum
6
tentu menyadari dampak yang terjadi akibat menonton serial kartun
tersebut.
Ada banyak serial kartun di Indonesia yang diminati anak-anak di
antaranya adalah Tom & Jerry. Karena beberapa waktu yang lalu sampai
sekarang, televisi swasta di Indonesia masih memutarkannya. Tom & Jerry
adalah serial kartun yang menceritakan tentang seekor kucing bernama
Tom dan tikus yang bernama Jerry. Mereka hidup dalam satu rumah dan
tidak pernah akur. Mereka selalu berusaha mengganggu satu sama lain,
setelah mengganggu salah seorang dari mereka membalas dengan sadis
dan kasar, seperti memukul dengan palu, membakar satu sama lain,
melemparkan bom dan berbagai cara lain yang kejam dan berbahaya
lainnya.
Tom & Jerry adalah sebuah serial kartun yang dibuat pada tahun
1940, oleh William Hanna dan Joseph Barbera atau biasa disebut HannaBarbera, yang juga pencipta tokoh-tokoh kartun terkena seperti Flinstone,
Yogi Bear, Scooby Doo, dan Jhony Quest. Serial kartun yang diputar di
bioskop, televisi sampai di video tape ini diproduksi oleh MGM pada
tahun 1940-1967.
Tom & Jerry pernah memenangkan tujuh piala Oscar dan
dinominasikan enam kali dalam ajang bergengsi Academy Award. Seri
film Tom & Jerry
yang mendapatkan piala Oscar antara lain : “The
Yankee Doodle Mouse” (1943), “Mouse Trouble” (1944), “Quiet Please”
7
(1945), “The Cut Concerto” (1946), “The Little Orphan” (1949), “The
Two Mouseketeers” (1952), “Johann Mouse” (1953).
Hanna-Barbera
selama tahun 1940 sampai dengan 1958 telah memproduksi 114 episode
kartun Tom & Jerry. Namun sempat berhenti dan mulai memproduksi lagi
pada tahun 1975, dengan nama perusahaan Hanna-Barbera Studio dan
memproduksi 48 kartun The New Tom & Jerry Show, dan 2 karun Tom &
Jerry Comedy Show (www.tomandjerryonline.com).
Alur cerita setiap seri biasanya berpusat pada usaha Tom yang
putus asa untuk menangkap Jerry, beserta kekacauan dan kehancuran yang
menyertainya. Serial ini sangat terkenal karena menggunakan gurauan
yang paling kasar dan merusak yang pernah dibuat untuk film animasi;
Jerry memotong Tom menjadi setengah, Tom menggunakan apa pun mulai
dari kapak, pistol, dinamit, racun untuk berusaha membunuh dan
memakan Jerry.
Kartun Tom & Jerry sendiri sudah sejak lama ditayangkan di
Indonesia dan sudah beberapa kali berpindah-pindah stasiun televisi dalam
penayangannya. Sekarang ini serial kartun Tom & Jerry ditayangkan
setiap hari Senin sampai dengan Jumat pada pukul 13.00 – 14.00 WIB di
stasiun televisi swasta yaitu ANTV. Dalam penayangannya selama di
Indonesia serial kartun Tom & Jerry sudah beberapa kali mendapatkan
teguran dari beberapa pihak untuk segera menhentikan penanyangannya,
diantaranya, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), meminta masyarakat
8
mewaspadai penanyangan film kartun Tom & Jerry dan menghimbau agar
mendampingi anak-anak saat menonton acara ini (www.kpi.go.id).
Sementara itu Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA)
mengkategorikan acara ini sebagai tayangan televisi yang berbahaya bagi
anak-anak, karena banyak mengandung muatan negatif, termasuk
kekerasan,
mistis,
seks,
dan
bahasa
yang
kasar.
(www.kidia.org/news/tahun/2009/bulan/08/ tanggal/22/id/126/). Walaupun
telah mendapatkan banyak teguran dari berbagai pihak film kartun Tom &
Jerry masih saja tetap ditayangkan dan secara tidak langsung film ini
tidak dikhususkan bagi orang dewasa melainkan anak-anak
Melihat fakta-fakta diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk
mengkaji dan menganilisa tanggapan anak-anak di kota Makassar terhadap
film kartun Tom & Jerry dengan judul :
“TANGGAPAN ANAK-ANAK DI KOTA MAKASSAR TERHADAP
FILM KARTUN TOM & JERRY”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tanggapan anak-anak di kota Makassar terhadap film kartun
Tom & Jerry ?
2. Bagaimana tanggapan anak-anak di kota Makassar terhadap adegan
perkelahian dalam film kartun Tom & Jerry ?
9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui;
1) Untuk mengetahui tanggapan anak-anak di kota Makassar terhadap
film kartun Tom & Jerry.
2) Untuk mengetahui tanggapan anak-anak di kota Makassar terhadap
adegan perkelahian dalam film kartun Tom & Jerry.
2. Kegunaan Penelitian
1) Kegunaan Teoritis
Sebagai bahan masukan bagi pengembangan acara hiburan
khususnya acara film kartun agar kedepannya lebih berkualitas,
menghibur dan mendidik.
2) Kegunaan Praktis
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
dapat
meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penulisan karya ilmiah.
Dan sebagai salah satu syarat meraih gelar kesarjanaan pada Jurusan
Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Hasanuddin.
10
D. Kerangka Konseptual
1. Komunikasi Sebagai Proses Transmisi Pesan
Sebelum membahas kerangka konsep ini lebih jauh, akan di jelaskan
pula beberapa definisi dasar dari komunikasi itu sendiri. Ada banyak bahkan
ratusan definisi tentang komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli
khususnya ahli komunikasi. Sering kali suatu definisi tersebut berbeda
dengan definisi lainnya. Ada yang memandang komunikasi sebagai proses
transaksi, komunikasi sebagai tindakan satu arah dan komunikasi sebagai
proses interaksi. Definisi komunikasi tersebut antara lain adalah :
Komunikasi adalah penyampaian pesan dari seseorang (atau suatu
lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara
langsung (tatap muka) maupun melalui media seperti surat (selebaran),
surat kabar, majalah, radio atau televisi (Winarni, 2003 : 2).
Dalam hal ini komunikasi dianggap sebagai proses yang linier yang
dimulai dari sumber dan berakhir pada penerima. Beberapa definisi lain dari
komunikasi oleh beberapa pakar komunikasi yaitu :
a. H. Laswell, yaitu komunikasi lebih tepat digambarkan dengan
proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran
apa, kepada siapa (Who? Says what? With Channel? To whom?
With what effect?).
b. M. Rogers, komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada suatu penerima atau lebih dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka.
11
c. Carl
I.
Hovland,
memungkinkan
komunikasi
seseorang
merupakan
(komunikator)
proses
yang
menyampaikan
rangsangan (lambing-lambang verbal) untuk mengubah perilaku
orang lain (komunikate). (Winarni, 2003:3)
Berdasarkan
definisi-definisi
diatas
maka
dapat
diambil
beberapa
kesimpulan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian gagasan dan
informasi melalui kata-kata, gambar, angka dan melalui banyak lagi saluransaluran lain. Pesan adalah produk utama komunikasi, pesan tersebut berupa
lambang-lambang yang menjalankan ide, sikap, perasaan, praktik maupun
tindakan. Hal-hal tersebut dapat berupa kata-kata, gambar, gerak-gerik atau
tingkah laku. Komunikasi dapat terjadi dalam diri seseorang, antara dua orang,
diantara beberapa banyak orang atau banyak orang. Disamping itu komunikasi
mempunyai tujuan antara lain yaitu untuk memberikan informasi kepada orang
lain, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain, untuk saling mengerti satu
sama lain dan untuk mendapatkan informasi mengenai diri sendiri.
Dalam buku Cultural and communication studies, John fiske memaparkan
ada dua mazhab dalam komunikasi, yaitu : mashab pertama, komunikasi dilihat
sebagai proses transmisi pesan. Proses ini tertarik dengan bagaimana pengirim
dan penerima pesan mengkonstruksi pesan (encode) dan menerjemahkannya
(decode) dan dengan bagaimana transmiter menggunakan media komunikasi.
Mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi, ia melihat tahap
tahap dalam proses tersebut guna memaknai dimana kegagalan itu terjadi. Mazhab
ini disebut dengan mazhab “proses”. Mazhab kedua, komunikasi dilihat sebagai
12
produksi dan pertukaran makna. Ia berkenaan dengan bagaimana pesan atau teks
berinteraksi dengan orang-orang dalam rangka menghasilkan makna, yakni ia
berkenaan dengan peran teks dalan kebudayaan kita. Mazhab ini menggunakan
istilah-istilah seperti penandaan dan tidak memandang kesalahpahaman sebagai
bukti yang penting dari kegagalan komunikasi. Bagi mazhab ini studi komunikasi
adalah studi tentang teks dan kebudayaan (Fiske, 2004 : 8).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan mazhab yang pertama sebagai
fokus penelitian yakni komunikasi sebagai proses transmisi pesan, dimana pada
proses ini pengirim dan penerima pesan mengkonstruksi pesan tersebut yang
akhirnya menterjemahkannya. Fokus dari mazhab ini melihat pada usaha setiap
komunikan dan komunikator dalam pengiriman dan penerimaan pesan, media
yang digunakan, serta efek yang terjadi. Apabila sebuah pesan atau seorang
komunikator tidak mampu mengubah cara pikir atau perilaku lawan bicaranya,
maka praktek komunikasi yang dilakukan dianggap gagal.
Salah satu model komunikasi yang mewakili mazhab proses ini adalah
Model Shannon dan Weaver’s yang terdiri dari lima elemen dasar komunikasi
yaitu :
1. Information sources.
2. Transmiter
3. Noise
4. Receiver
5. Destination
13
(Shannon dan Weaver, 1949 : 44)
Information sources sebagai pengirim pertama dalam kegiatan
berkomunikasi. Transmiter sebagai media pengiriman pesan. Noise adalah hal
yang mengurangi terhalangnya pesan dari pusat pesan kepada tujuan pesan
Receiver sebagai penerima pesan. Destination adalah tujuan akhir dari
pengiriman pesan. Jika dihubungkan dengan penelitian ini, maka pengirim
pesan adalah pembuat film dan pesannya adalah isi dari film sedangkan
penerima pesan adalah anak-anak atau audience yang menonton film tersebut.
Sesuai dengan tema penelitian ini, ketika anak-anak menonton film
disitu akan terdapat proses transmisi pesan dari pembuat film kepada anak
sehingga menimbukan interpretasi atas film tersebut kepada anak. Dari proses
transmisi pesan ini antara pengirim dan penerima pesan menkonstruksi pesan
yang akhirnya menimbulkan interpretasi makna, dimana antara satu anak
dengan yang lain memiliki interpretasi makna yang berbeda dalam
mengartikan isi pesan dalam sebuah film.
Semua makhluk hidup pada dasarnya berkomunikasi. Jangankan
manusia yang dibekali akal budi, binatang pun pada dasarnya melakukan
komunikasi dengan sesamanya. Komunikasi sebagai praktik sudah ada seiring
dengan diciptakannya manusia, dan manusia menggunakan komunikasi dalam
rangka melakukan aktivitas sosialnya. Karenanya manusia tidak mungkin
tidak berkomunikasi. Sedangkan komunikasi sebagai disiplin ilmu baru
berkembang pada awal abad ke-15.
14
2. Teori Stimulus-Respons
Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa efek merupakan reaksi
terhadap sebuah situasi tertentu. Dengan demikian, seorang bisa mengharap
sesuatu atau memperkirakan sesuatu dengan sejumlah sejumlah pesan yang
disampaikan melalui penyiaran. Teori ini memiliki tiga elemen, yakni (a)
pesan (stimulus); (b) penerima (receiver); dan (c) efek (respon).
Prinsip stimulus respon kemudian memunculkan teori turunan yang
disebut teori jarum hipodermik, yaitu teori klasik mengenai proses terjadinya
efek komunikasi massa. Dalam teori ini, isi media dipandang sebagai obat
yang disuntikkan kedalam pembuluh darah audiens, yang kemudian
diasumsikan akan bereaksi seperti yang diharapkan.
Teori
stimulus
respon
juga
memandang
bahwa
pesan
yang
dipersepsikan dan didistribusikan secara sistemik dan dalam skala yang luas.
Pesan, karenanya, tidak ditujukan kepada orang dalam kapasitasnya individu,
tapi sebagai bagian dari masyarakat. Untuk mendistribusikan pesan sebanyak
mungkin, pengguna teknologi merupakan keharusan, sedangkan individu yang
tidak terjangkau dengan terpaan pesan, diasumsikan tidak terpengaruh dengan
isi pesan. Kelemahan stimulus – respon adalah penyamaran individu.
Bagaimanapun, pesan yang sama akan dipersepsikan secara berbeda oleh
individu dalam kondisi kejiwaan yang berbeda. Karenanya, pada tahun 1970,
Melvin DeFleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus-respons dengan
teorinya yang dikenal sebagai individual difference theory. DeFleur
mengatakan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang
15
berinteraksi secara berbeda-beda sesuai dengan karateristik pribadi individu
Tanggapan adalah kemampuan setiap individu untuk memberikan
makna berdasarkan stimulus yang telah diterima. Menurut Denis Mcquail
dalam Susanto (1976 : 1970) bahwa :
”Tanggapan adalah suatu proses dimana individu atau kelompok
berusaha menerima atau menolak apa yang sudah diperhatiakan,
sehingga pesan yang dirancang untuk mempengaruhi sikap,
pengetahuan dan perilaku individu tersebut”
Stimulus merupakan pesan yang diterima lalu menjadi proses persepsi
dengan penafsiran yang diterima tersebut, kemudian penerimaan tanggapan
yang merupakan suatu umpan balik kepada sumber. Perubahan sikap karena
adanya tanggapan sangat tergantung pada stimulus. Adapun unsur-unsur
pokok dalam stimulus yaitu :
1. Stimulus yang diberikan pada individu dapat diterima dan dapat pula
ditolak. Bila ditolak proses selanjutnya berhenti.
2. Tanggapan didahului oleh adanya stimulus yang diterima oleh individu,
kemudian persepsi untuk mengenalnya. Setelah itu melahirkan penalaran
dan perasaan untuk selanjutnya lahirlah tanggapan.
Salah satu teori komunikasi menyatakan bahwa sesuatu yang diterima
oleh khalayak akan melahirkan respons tertentu sesuai dengan tingkat
pengaruh yang diterima. Teori ini adalah S-O-R (Stimulus-OrganismeResponse). Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan dalam suatu komunikasi
khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Wright (1960), menyebutkan
fungsi komunikasi massa berguna untuk menghibur. Mandelson berpendapat
16
lain, dia menyebutkan fungsi komunikasi massa dalam hal untuk menghibur
akan berpengaruh terhadap trasmisi budaya dan menjauhkan kerapuhan
masyarakat.
Media massa memiliki nilai edukasi sebagai salah satu fungsinya. Bila
terjadi tanggapan atas pesan yang disampaikan, hal ini dimungkinkan adanya
komunikasi yang efektif. Artinya komunikator harus mencermati isi pesan
yang diminati oleh komunikan. Sementara tanggapan timbul bermula dari
adanya perhatian. Menurut Anderson, perhatian adalah proses mental ketika
stimulus atau perhatian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat
stimulu lainnya melemah, sedangkan menurut Dennis Mcquil, tanggapan
adalah suatu proses dimana individu atau kelompok berubah menerima atau
menolak apa yang sudah diperhatikan, sedangkan pesan yang sudah dirancang
untuk mempengaruhi sikap, pengetahuan dan perilaku individu atau kelompok
tersebut, sehingga dari beberapa pernyataan di atas dapat dikemukakan proses
terjadinya tanggapan.
Sebelum terjadinya tanggapan, terlebih dahulu ada rangsangan yang
diterima lalu timbul perhatian dan menimbulkan persepsi. Persepsi dapat
didefinisikan sebagai cara manusia menangkap rangsangan. Selanjutnya
adalah penalaran dan perasaan. Penalaran adalah proses dengan mana
rangsangan
dihubungkan
dengan
rangsangan
lainnya.
Pada
tingkat
pembentukan kegiatan psikologis, perasaan adalah konotasi emosional yang
dihasilkan oleh diri sendiri maupun bersama-sama dengan rangsangan lain
pada tingkat konseptual, untuk selanjutnya dapat melahirkan tanggapan.
17
Model S-O-R ini dilanjutkan menjadi pijakan teoritis dalam penelitian
ini dengan menjadikan film kartun Tom & Jerry sebagai stimulus, anak-anak
di Makassar sebagai organisme, dan response dalam bentuk tanggapan mereka
terhadap tayangan film kartun Tom & Jerry
Tanggapan anak-anak di Makassar dapat kita lihat bahwa proses
terbentuknya tanggapan diawali dengan stimulus (Kartun Tom & Jerry),
perhatian terhadap stimulus tersebut terobsesi untuk mendapatkan penalaran
dan perasaan, sehingga terbentuklah tanggapan. Untuk memperjelas mengenai
konsep variabel yang diteliti, selanjutnya dapat dilihat melalui gambaran
kerangka konseptual sebagai berikut :
18
KERANGKA KONSEPTUAL
Stimulus
Film Kartun Tom & Jerry
-
Jam Tayang
Alur Cerita
Karakter
Adegan Kekerasan
Organisme
Anak-anak di Makassar
-
Perhatian
Penerimaan
Pengertian
Respons
Tanggapan Anak-anak di
Makassar
Gambar 1.1
Bagan Konseptual
19
E. Defenisi Operasional
Untuk Menghindari penafsiran yang salah mengenai konsep – konsep
yang digunakan dalam penelitian ini maka dipandang perlu memberi batasan
pengertian. Adapun yang diberikan batasan sebagai berikut :
1. Tanggapan yaitu kemampuan individu untuk memberikan makna atau
kata interpretasi berdasarkan stimulus yang telah diterima oleh
pancaindera dimana interprestasinya diukur dengan :
1) Sangat
tidak tertarik, jika responden menyatakan sangat
tidak suka dengan film kartun Tom & Jerry
2) Tidak tertarik, jika responden menyatakan tidak suka dengan
film kartun Tom & Jerry
3) Menarik, jika responden menyatakan suka dengan film kartun
Tom & Jerry
4) Sangat menarik, jika responden menyatakan sangat suka
dengan film Tom & Jerry
2. Kecenderungan yaitu durasi yang digunakan responden dalam
menonton film kartun Tom & Jerry di ANTV
1) Frekuensi menonton, keseringan responden menonton film
kartun Tom & Jerry
2) Durasi menonton, lama waktu yang digunakan responden
dalam menonton film kartun Tom & Jerry.
20
3. Menurut Sis Heyster dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Jiwa Anak
Dan Masa Muda” membagi masa 9 tahun anak-anak menjadi 3
stadium :
1)
Stadium I : 4 – 8 tahun
2)
Stadium II : 9 – 10 tahun
3)
Stadium III : 11 – 14 tahun
Stadium pertama disebut realisme fantastic dimana mereka
memenuhi kebutuhan jiwanya itu mempergunakan permainan dan
fantasi. Stadium kedua disebut realisme naif yang merupakan
peralihan dari stadium pertama yang tadinya fantasi mulai menjadi
realisme. Stadium ketiga disebut realisme reflektif disini sikap anak
terhadap dunia kenyataan bertambah intelektualis artinya ia mulai
mereaksi kritis terhadap realita. Dengan mencocokkan data diatas
dengan data Badan Pusat Statistik Kota Makassar umur anak-anak
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 5-14 tahun.
4. Film kartun adalah film animasi bergambar 2D (2 dimensi ) yang
sering ditayangkan televisi atau layar lebar, dengan format cerita yang
sederhana, karakter yang lucu dan unik, serta mengandung hal-hal
yang berbau fantasi sehingga banyak disukai anak-anak.
5. Tom & Jerry adalah sebuah serial animasi Amerika Serikat hasil yang
dibuat pada tahun 1940, oleh William Hanna dan Joseph Barbera atau
biasa disebut Hanna-Barbera produksi MGM yang bercerita tentang
21
sepasang kucing (Tom) dan tikus (Jerry) yang selalu bertengkar.
Variabel yang diteliti dalam film ini adalah sebagai berikut:
1) Jam Tayang, film kartun Tom & Jerry tayang selama 5 kali
seminggu, pada hari Senin sampai dengan Jumat, pada pukul
13.00 WIB sampai dengan 14.00 WIB di stasiun swasta
ANTV.
2) Alur Cerita dalam setiap episode kartun ini berpusat pada
usaha-usaha mustahil si kucing Jerry dalam menangkap Tom
si tikus, yang disertai dengan berbagi konflik fisik dan
kerusakan materi.
3) Karakter utama dalam film ini adalah Tom si kucing dan
Jerry si tikus. Tom adalah seekor kucing berwarna abu-abu
kebiruan
yang memiliki sifat
cepat marah, dan mudah
tersinggung, Tom adalah kucing yang selalu hidup dalam
kemewahan dan kemanjaan, sementara Jerry adalah seekor
tikus kecil berwarna coklat yang secara kebetulan tinggal satu
rumah dengan Tom. Jerry memiliki sifat yang tenang dan
sangat pandai dalam mengambil keputusan. Tom sendiri
adalah kucing yang sangat licik dan selalu menggunakan
berbagai cara kasar untuk menangkap Jerry, dan Jerry selalu
membalas Tom dengan cara kasar juga. Di akhir cerita Tom
selalu tak berhasil menangkap Jerry dikarenakan kepintaran
Jerry. Kedua karakter ini memiliki kecenderungan untuk
22
bersikap sadis; artinya mereka berdua sangat senang untuk
menyiksa satu dengan yang lain.
4) Jenis Adegan kekerasan dalam film kartun Tom & Jerry
dianggap paling sadis, untuk sebuah film kartun dan untuk
ditonton oleh anak-anak. Dalam beberapa episode terlihat
Tom menggunakan semua jenis senjata dalam usahanya
menangkap dan mebunuh Jerry antara lain kapak, pistol, bom
dinamit dan racun, sementara Jerry selalu memberikan
perlawanan kepada Tom, dengan memukul kepala Tom
dengan tongkat baseball, menjepit kepala Tom dengan
jendela atau pintu, menjatuhkan berbagai benda berat mulai
dari setrika, gada besi, penutup oven, gelas, piring, kaca, dan
perabotan lainnya ke kepala Tom, bahkan memotong tubuh
Tom menjadi dua.
E. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, Mei – Juli 2013, dan lokasi
Penelitian di kota Makassar.
23
2. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang
bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan masalah yang diteliti
dengan kuisioner yang telah disebarkan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian
ini adalah melalui:
a. Observasi (pengamatan) teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung dan pencacatan
pada obyek yang diteliti
b. Kusioner ( menggunakan daftar pertanyaan), teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan jalan mengadakan komunikasi dengan pihak
yang berkepentingan untuk memberikan penjelasan yang berguna bagi
penyusunan skripsi ini, berdasarkan pedoman daftar pertanyaan yang
telah disiapkan terlebih dahulu. Penulis melakukan tanya jawab
langsung.
c. Kepustakaan, data ini diperoleh dari studi perpustakaan, dilakukan
dengan cara membaca hasil penelitian, bahan kuliah yang ada
relevansinya dengan masalah yang akan diteliti serta browsing internet.
24
4. Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak di kota
Makassar berumur 5-14 tahun yang berjumlah 246.991 anak.
Tabel 1.1
Jumlah penduduk kota Makassar 2010 usia 5-14 tahun
KELOMPOK UMUR
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
5-9
66.096
61.864
127.960
10-14
61.244
57.787
119.031
JUMLAH
127.340
119.651
N= 246.991
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar dalam “Makassar
dalam Angka 2011”
Adapun perhitungan jumlah sampel dari populasi yang
berdistirbusi normal dapat dilakukan dengan rumus Slovin :
n =
N
(1+ Ne2)
=
246.991
1 + (246.991)(0,0025)
=
246.991
618,4775
=
399,35
=
400
25
Dimana :
n=
ukuran sampel (orang)
N=
ukuran populasi
e=
taraf signifikansi atau kesalahan yang ditolerir (digunakan
5%)
Jadi, jumlah sampel yang akan digunakan mengikuti aturan rumus
Slovin yaitu dari total populasi (N= 246.991) akan menghasilkan
jumlah sampel minimum sebanyak 246.991 orang dan oleh penulis
dibulatkan menjadi 400 orang
5. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah
teknik probability sampling. Probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap
unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono,
2011, p.82). Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cluster sampling proporsional. Cluster Sampling (
sampling menurut daerah/wilayah) adalah teknik sampling yang
digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau
sumber data sangat luas (Sugiyono, 2011, p.83). Berdasarkan data yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik dalam “Makassar dalam Angka 2011”
tentang jumlah penduduk berdasarkan kecamatan di kota Makassar, maka
26
sampel per kecamatan/sampel proporsional (nx) jika n = 400 orang adalah
sebagai berikut :
Tabel 1.2
Jumlah sampel berdasarkan Kecamatan di Kota Makassar
KODE
WIL
KECAMATAN
JUMLAH
PENDUDUK
n (%)
nx = n(%)x n
010
MARISO
55.875
4,17 %
16,68
020
MAMAJANG
58.998
4,4 %
17,6
17
18
030
TAMALATE
170.878
12,75 %
51
51
031
RAPPOCINI
151.091
11,28 %
45,12
45
040
MAKASSAR
81.700
6,09 %
24,36
050
060
UJUNG PANDANG
WAJO
26.904
29.359
2%
2,19 %
8
8,76
24
8
070
BONTOALA
54.197
4,04 %
16,16
16
080
UJUNG TANAH
46.688
3,48 %
13.92
14
090
TALLO
134.294
10,02 %
40.08
40
100
PANAKUKKANG
141.382
10,55 %
42,20
42
101
MANGGALA
117.075
8,74 %
34,96
35
110
BIRINGKANAYA
167.741
12,52%
50.08
50
111
TAMALANREA
103.192
7,7%
30.80
31
7371
MAKASSAR
1.339.374
99,93 %
399.72
nx
(dibulatkan)
9
400
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar dalam “Makassar Dalam Angka 2011”
6. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data
secara kuantitatif. Dalam analisis data kuantitatif, dikenal dua macam
statistik, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Untuk penelitian
ini penulis menggunakan statistik deskriptif. “Statistik deskriptif
27
digunakan pada riset deskriptif, yang berupaya menggambarkan gejala
atau fenomena dari satu variabel yang diteliti tanpa berupaya menjelaskan
hubungan-hubungan
yang
ada”
(Kryantono,2009,p.167).
Langkah
selanjutnya, setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dengan
menggunakan skala Likert dan skala Nominal.
28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi Massa
Berbicara mengenai komunikasi massa tentu media massa tidak
akan luput untuk diperbincangkan. Komunikasi massa merupakan
komunikasi yang terjadi dengan menggunakan media massa. Media massa
yang dimaksudkan disini adalah media massa modern yakni surat kabar,
majalah, radio, televisi atau film. Hal ini perlu dijelaskan sebab ada
sementara ahli komunikasi massa antara lain Everett M. Rogers yang
mengatakan bahwa selain media massa modern terdapat media massa
tradisional diantaranya teater rakyat, juru dongeng keliling, dan juru
pantun.
Untuk
memperoleh
pengertian
yang
lebih
luas
tentang
komunikasi massa, kita tinjau beberapa definisi lain (dalam Darwanto,
2007: 28-29) : definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa
dirumuskan Bittner (1980: 10) dalam bukunya Mass Communication: An
Introduction menyatakan :
“Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah besar orang (Mass communication is
messages communicated through a mass medium to a large
number of people)”
Dari pendapat ini, terlihat bahwa Bittner lebih menekankan
kepada pesan komunikasinya, belum memberikan pengertian tentang
29
komunikasi massa itu sendiri. Tentang komunikasi massa, Edwin Emery,
Phillip H. Ault, Warren K. Agee (1964: 4) berpendapat sebagai berikut :
“Komunikasi massa ini menyampaikan informasi, ide, dan sikap
kepada berbagai komunikan yang jumlahnya cukup banyak
dengan menggunakan media massa (This is mass
communication-delivering information, ideas and attitudest a
sizable and diversified audience through use og the media
developed for that purpose)”
Pendapat Emery tersebut, menunjukkan perbedaan penjelasan
tentang arti komunikasi massa dalam hubungannya dengan penggunaan
media massa. Lain lagi pendapat dari Werner J. Severin dan James W.
Tankard, Jr. dalam bukunya, Communication Theories, Origins, Methods,
Uses (2009:10), mengatakan sebagai berikut:
“Mass communication is part skill, part art, and part science. It is
a skill in the sense that it involves certain fundamental learnable
techniques such as focusing a television camera, operating tape
recorder or taking notes during an interview. It is art in the sense
that it involves creativ/e challenges such as writing a script for a
television program, developing an aesthetic layout for a magazine
and or coming up with a catchy lead for a news story. It is a
science in the sense that there are certain principles involved in
how communication works that can be verivied and used to make
things work better.”
(Komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, dan
sebagian ilmu. Ia adalah keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi
teknik-teknik
fundamental
tertentu
yang
dapat
dipelajari
seperti
memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder, atau mencatat
ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi
tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi,
30
mengembangkan tata letak estetis untuk iklan majalah, atau menampilkan
teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam
pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana
berlangsungnya komunikasi yang dapat dikukuhkan dan dipergunakan untuk
membuat berbagai hal menjadi baik).
Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya Communicology: An
Introduction to the Study of Communication menampilkan definisinya
mengenai komunikasi massa (Effendy, 2003: 21) :
“Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada
massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya (Mass
communication is communication addressed to the masses, to an
extremely large audiens)”
Dari definisi-definisi diatas tentang komunikasi massa, maka
Rakhmat (2007 : 12) merangkum definisi-definisi tersebut, yaitu :
“Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang
ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen,
dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan
yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat”.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, maka peneliti
dapat menarik kesimpulan bahwa komunikasi massa merupakan
komunikasi yang terjadi melalui media massa dan ditujukan kepada
khalayak luas.
B. Televisi
Media massa yang digunakan saat ini untuk menyampaikan
kepada khalayak luas yang dianggap paling efektif adalah televisi. Televisi
dianggap
sebuah
teknologi
modern
yang
paling
efektif
untuk
31
menyampaikan informasi atau berita kepada khalayak. Televisi dianggap
bukan barang mewah lagi sehingga semua orang disetiap rumahnya telah
memiliki teknologi yang satu ini. Fasilitas audio dan visual yang dimiliki
oleh perangkat teknologi ini membuat masyarakat senang memilikinya
sehingga dapat dijumpai dimana saja. Selain itu, karena jangkauannya
yang luas dalam menyampaikan suatu informasi atau berita maka
teknologi ini dipilih karena fungsinya yang tidak terbatas oleh ruang dan
waktu.
Dahulu sebelum ditemukannya televisi, kita akan mendapatkan
kabar dari daerah atau negara lain akan sangat lama, sekarang dengan
adanya televisi kita dapat dengan cepat mendapatkan kabar dari manapun
dengan melihat kejadian tersebut melalui media yang satu ini. Fasilitas
yang dimiliki oleh televisi seperti audio dan visual membuat teknologi ini
sangat disenangi oleh masyarakat, apalagi sekarang bentuk televisi sudah
semakin ekonomis dan layarnya pun sudah bisa menghadirkan yang
berwarna dan berdimensi tidak sama dengan halnya dulu yaitu hitam
putih.
Oleh karena kedekatan media yang satu ini dengan masyarakat,
maka setiap stasiun televisi berlomba-lomba untuk menampilkan
tayangan-tayangan yang semenarik mungkin untuk menarik perhatian dari
masyarakat. Dengan adanya televisi, seseorang bisa duduk berjam-jam
menyaksikan tayangan yang digemarinya menghabiskan waktunya
dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk kumpul bersama
32
keluarga atau pasangannya, bekerja, belajar, ataupun melakukan rutinitas
lainnya. Media televisi memang memiliki posisi istimewa dalam
masyarakat. Keistimewaan itu dapat dilihat dari karakteristiknya yang
memberikan kemudahan maksimal kepada khalayaknya. Hal ini dapat
dipahami mengingat untuk memperoleh informasi atau berita khalayak
tidak perlu keluar rumah, bersifat gratis, tidak memerlukan kemampuan
baca yang tinggi, dan mencapai khalayak yang heterogen sekaligus.
Singkatnya, televisi lebih mampu untuk mempengaruhi kehidupan kita
lebih dari hal lain (Morissan 2010: 1).
1. Televisi sebagai media massa
Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah
radio yang diketemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio
visual. Peletak dasar utama teknologi pertelevisian tersebut adalah
Paul Nipkow dari Jerman yang dilakukannya pada tahun 1884. Ia
menemukan sebuah alat yang kemudian disebut sebagai Jantra Nipkow
atau Nipkow Sheibe. Penemuannya tersebut melahirkan electrische
teleskop atau televisi praktis.
Perkembangan
teknologi
pertelevisian
saat
ini
sudah
sedemikian pesat sehingga dampak siarannya menyebabkan seolaholah tidak ada lagi batas antara satu Negara dengan Negara lainnya
(Deddy Iskandar Muda, 2005: 4). Televisi sebagai media massa
modern, berbeda dengan media massa tradisional dimana media massa
tradisional komunikatornya bertatap muka dengan komunikannya (face
33
to face communication). Dari beberapa media massa yang ada, televisi
merupakan media massa elektronik yang paling akhir kehadirannya.
Meskipun demikian, televisi dinilai sebagai media massa yang paling
efektif saat ini, dan banyak menarik simpati kalangan masyarakat luas
karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan
sifat audio visualnya yang tidak dimiliki media massa lainnya, sedang
penayangannya mempunyai jangkauan yang relatif tidak terbatas.
Dengan modal audio visual yang dimiliki, siaran televisi sangat
komunikatif dalam memberikan pesan-pesannya. Karena itu, tidak
mengherankan kalau mampu memaksa penontonnya duduk berjamjam di depan pesawat televisi. Karena itulah televisi sangat bermanfaat
sebagai upaya pembentukan sikap perilaku dan sekaligus perubahan
pola berpikir.
2. Fungsi media massa
Fungsi media massa termasuk televisi tentunya, menurut
seorang ahli komunikasi Harold D. Laswell melihat fungsi utama
media massa sebagai berikut :
a. The surveillance of the environment. Artinya, media massa
mempunyai fungsi sebagai pengamat lingkungan atau dalam
bahasa sederhana sebagai pemberi informasi tentang hal-hal yang
berada di luar jangkauan penglihatan kepada masyarakat luas.
b. The correlation of the parts of society in responding to the
environment. Artinya, media massa berfungsi untuk melakukan
34
seleksi, evaluasi, dan interpretasi dari informasi. Dalam hal ini
peranan media massa adalah melakukan seleksi mengenai apa yang
perlu dan pantas untuk disiarkan. Pemilihan dilakukan oleh editor,
reporter, redaktur yang mengelola media massa.
c. The transmission of the social heritage from one generation to the
next. Artinya, media massa sebagai sarana untuk menyampaikan
nilai dan warisan sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang
lain.
Umumnya
secara
sederhana
fungsi
media
massa
ini
dimaksudkan sebagai fungsi pendidikan (educational function of mass
media) (Harold D. Laswell, 1948: 38).
Di samping ketiga fungsi utama seperti yang dikemukakan oleh
Laswell
tersebut,
Charles
R.
Wright
dalam
bukunya
Mass
Communication A Sociological Perspective (1959: 38) menambahkan
fungsi keempat yaitu fungsi hiburan. Justru karena fungsi hiburan
inilah orang membaca surat kabar, mendengarkan radio dan menonton
televisi. Demikian pula Wilbur Schramm (1975: 34) melihat fungsi
media massa sebagai sarana promosi/iklan “To sell goods for us”
(dalam Darwanto 2007: 33).
3. Efek media massa
Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita
lakukan pada media, tetapi kepada apa yang dilakukan media pada
kita. Kita ingin tahu bukan untuk apa kita membaca surat kabar atau
35
menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar atau televisi
menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku
kita. Misalnya, kita pernah terkejut mendengar beberapa orang remaja
yang memperkosa anak kecil setelah menonton film porno di suatu
tempat di Indonesia. Perbedaan pandangan tidak saja disebabkan
karena perbedaan latar belakang teoritis atau latar belakang historis
tetapi juga karena perbedaan mengartikan ‘efek’.
Seperti dinyatakan Donald K. Robert (Schramm dan Roberts,
1977: 359) (dalam Rakhmat, 2007: 218) ada yang beranggapan bahwa
efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media
massa. Karena fokusnya pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan
pesan yang disampaikan media massa.
Tentu saja, membatasi efek hanya selama berkaitan dengan
pesan media akan mengesampingkan banyak sekali pengaruh media
massa. Kita cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan
dengan pesan maupun media itu sendiri. Menurut Steven M. Chaffee
(dalam Wilhoit dan Harold de Bock, 1980: 78) (dalam Rakhmat, 2007:
222) ini adalah pendekatan pertama dalam melihat efek media massa.
Pendekatan kedua adalah melihat jenis perubahan yang terjadi pada
diri khalayak komunikasi massa yakni :
1. Efek Kognitif (cognitive effect) terjadi bila ada perubahan pada
apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek
36
ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan,
kepercayaan, atau informasi.
2. Efek Afektif (affective effect) timbul bila ada perubahan pada
apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini
ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai.
3. Efek Behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat
diamati meliputi tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku
yang dilakukan setelah terjadinya efek kognitif dan efek afektif
terhadap khalayak.
Steven H. Chaffee menyebut lima hal efek media massa yaitu :
1. Efek Ekonomis
Kita mengakui bahwa kehadiran media massa menggerakkan
berbagai usaha – produksi, distribusi, dan konsumsi ‘jasa’
media massa. Kehadiran televisi disamping menyedot energy
listrik dapat member nafkah para juru kamera, juru rias,
pengarah acara, dan belasan profesi lainnya.
2. Efek Sosial
Berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial
akibat kehadiran media massa. Sudah diketahui bahwa
kehadiran televisi menigkatkan status sosial pemiliknya.
3. Efek pada Penjadwalan Kegiatan
Efek ini berkenaan dengan perubahan kegiatan sehari-hari
akibat kehadiran media massa.
37
4. Efek pada Penyaluran/Penghilangan Perasaan Tertentu
Sering terjadi orang menggunakan media untuk menghilangkan
perasaan tidak enak, misalnya kesepian, marah, kecewa, dan
sebagainya. Media digunakan tanpa mempersoalkan isi pesan
yang disampaikannya, misalnya seorang pemuda yang kecewa
menonton televisi kadang-kadang tanpa menaruh perhatian
pada acara yang disajikan.
5. Efek pada Perasaan Orang Terhadap Media
Kita memiliki perasaan positif atau negatif pada media tertentu.
Tumbuhnya perasaan senang atau percaya apda media massa
tertentu mungkin erat kaitannya dengan pengalaman individu
bersama media massa tersebut, boleh jadi faktor isi pesan mulamula amat berpengaruh tetapi kemudian jenis media itu yang
diperhatikan apa pun yang disiarkannya.
C. Tanggapan Anak-anak di Kota Makassar
1. Pengertian Tanggapan
Tanggapan
adalah
suatu
kemampuan
individu
untuk
memberikan makna atau interpretasi berdasarkan stimuli yang diterima
oleh panca indera sehingga melahirkan refleksi dari dalam diri
seseorang untuk merealisasikan stimulant yang diterimanya. Tapi
ternyata manusia mempunyai kemampuan yang lain disamping
kemampuan untuk mengadakan pengamatan yaitu membayangkan atau
menanggapi atau tidak yang diamatinya itu. Dengan adanya
38
kemampuan ini sekaligus bahwa gambaran yang terjadi pada waktu
pengamatan tidak hilang begitu saja tetapi tersimpan dalam jiwa
individu itu apabila tanggapan tersebut ada di bawah sadar atau tidak
disadari, maka tanggapan ini disebut ‘latent’ (tersembunyi, belum
terungkap), sedangkan tanggapan tersebut aktual apabila tanggapan
tersebut kita sadari dan pesan atau gambar pengamatan itu lebih jelas,
lebih jernih, dan lebih lengkap.
Pengertian
tanggapan
oleh
beberapa
ahli
akan
lebih
memperjelas dalam proses komunikasi di antaranya sebagai berikut :
Dennis Mc. Quail
“Suatu proses dimana individu berubah atau menolak
perubahan sehingga tanggapan terhadap pesan yang dirancang
untuk mempengaruhi sikap, pengetahuan, dan perilaku”
Dari definisi-definisi diatas maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa tanggapan anak-anak di Makassar merupakan reaksi atau
respon yang diterima anak-anak di Makassar untuk menginterpretasi
sesuatu yang telah diamatinya sehingga dapat mempengaruhi kognitif,
afektif, dan behavioral.
2. Proses Terjadinya Tanggapan
Dalam komunikasi, proses penerimaan pesan itu merupakan
suatu stimuli (rangsangan) kemudian terjadi proses persepsi pesan
menerima tanggapan-tanggapan yang merupakan suatu umpan balik
kepada sumber. Jadi sebelum terjadinya tanggapan, maka terlebih
dahulu harus ada rangsangan atau stimulus, kemudian rangsangan
39
yang diterima dipersepsikan. Sedangkan perasaan adalah konotasi
emosional yang dihasilkan oleh diri sendiri maupun bersama-sama
dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual untuk
selanjutnya dapat melahirkan tanggapan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada skema berikut:
Gambar 2.1
Skema Terjadinya Proses Tanggapan
penalaran
rangsangan
persepsi
pengenalan
tanggapan
perasaan
Bagan diatas menggambarkan bahwa terjadinya tanggapan
terlebih dahulu harus ada rangsangan. Kemudian rangsangan yang di
terima kita persepsi. Persepsi dapat di definisikan sebagai cara manusia
menangkap
rangsangan,
kemudian
pengenalan
rangsangan.
Pengenalan adalah cara manusia memberikan arti terhadap rangsangan.
Selanjutnya adalah penalaran dan perasaan. Penalaran adalah proses
dengan nama rangsangan yang dihubungkan dengan rangsangan
lainnya, pada tingkat pembentukan kegiatan psikologi. Sedangkan
perasaan adalah konotasi emosional yang dihasilkan oleh diri sendiri
maupun bersama-sama dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif
atau konseptual. Untuk selanjutnya dapat melahirkan tanggapan.
40
3. Faktor Yang Mempengaruhi Tanggapan
Schramm (1971) (dalam Wiryanto, 2006: 41) menyebutkan
empat faktor yang mempengaruhi tanggapan yaitu pesan, situasi ketika
pesan itu diterima dan ditanggapi, kepribadian komunikan, dan
konteks kelompok ketika komunikan menjadi anggotanya.
Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi tanggapan, yaitu :
1. Adanya perhatian yaitu proses mental ketika stimulus atau
rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat
stimulus lainnya melemah
2. Kesukaan adalah sesuatu yang disebut komunikasi praktis. Dengan
kata lain minat seseorang dapat tercipta karena adanya rasa suka
terhadap sesuatu
3. Keinginan hati terjadi apabila dalam diri seseorang ada rasa ingin
tahu terhadap sesuatu. Dalam komunikasi, hal ini termasuk efektif
untuk menunjukkan bahwa minat seseorang dapat muncul karena
adanya keinginan atau kemauan
4. Niat yaitu keinginan yang dikehendaki oleh seseorang untuk
melakukan sesuatu, tanpa niat seseorang mustahil melakukan
sesuatu.
5. Ingin tahu yaitu adanya perasaan ingin tahu atau pertanyaan yang
muncul di dalam benak sesorang untuk diketahui atau perasaanperasaan terhadap sesuatu sehingga seorang berminat.
41
D. Deskripsi Teori
1. Teori S – O – R
Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa efek merupakan
reaksi terhadap situasi tertentu. Dengan demikian seseorang dapat
mengharapkan sesuatu atau memperkirakan sesuatu dengan sejumlah
pesan yang disampaikan melalui penyiaran. Teori ini memiliki tiga
elemen yakni pesan (stimulus), penerima (organism), dan efek
(respons). Teori stimulus respons juga memandang bahwa pesan
dipersepsikan dan didistribusikan secara sistemik dan dalam skala
yang luas. Pesan, karenanya tidak ditujukan kepada orang dalam
kapasitasnya sebagai individu tapi sebagai bagian dari masyarakat.
Untuk mendistribusikan pesan sebanyak mungkin penggunaan
teknologi merupakan keharusan.
Model S – O – R berasal dari model stimuli-respons menurut
pendekatan psikologi dimodifikasi oleh De Fleur dengan memasukkan
unsur organisme.
Stimulus = rangsangan = dorongan
Organisme = manusia = komunikan
Respons = respon = reaksi = tanggapan = jawaban = pengaruh = efek =
akibat
Selanjutnya, teori ini juga menekankan perubahan sikap dengan
stimulus yang datang dan berkonsentrasi terhadap bagaimana
berubahnya sebuah sikap. Hovland, Jennis dan Kelly menyatakan
42
bahwa dalam menelaah perubahan sikap, ada tiga variabel penting
yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan (Effendy, 2003: 254-255)
Gambar 2.2
The Stymulus Organism Respons Theory
Organism
-
Stimulus
Perhatian
Pengertian
Penerimaan
Respons
(perubahan sikap)
Unsur-unsur dalam model ini adalah :
1. Pesan
2. Komunikan (organism)
3. Efek (respons)
2. Teori Uses and Gratification
Model ini digambarkan sebagai a dramatic break with effects
traditions of the past (Swanson, 1979 dalam Rakhmat, 2007:52), suatu
loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini tidak
tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang, tetapi ia
tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Khalayak
dianggap secara aktif
menggunakan
media
untuk
memenuhi
43
kebutuhannya. Dari sini muncullah teori uses and gratification yaitu
penggunaan dan pemenuhan kebutuhan.
Konsep dasar teori ini diringkas oleh para pendirinya (Katz,
Blumler, dan Gurevitch, dalam Rakhmat, 2007:20). Dengan teori ini
yang diteliti adalah (1) sumber sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan
yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau
sumber-sumebr yang lain yang menyebabkan (5) perbedaan pola
terpaan media atau keterlibatan dalam kegiatan lain, dan menghasilkan
(6) pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain bahkan seringkali
akibat-akibat yang tidak dikehendaki.
Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan
dalam berbagai media, jenis isi media yang dikonsumsi, dan berbagai
hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang
dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rosengren, dalam
Rakhmat, 2007:70). Efek media dapat dioperasionalkan sebagai
evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan, misalnya
sampai sejauh mana televisi membantu responden untuk memperjelas
suatu masalah; sebagai dependensi media, misalnya kepada media
mana atau isi yang bagaimana responden amat bergantung untuk
tujuan informasi; dan sebagai pengetahuan, misalnya apa yang
diketahui responden terhadap suatu hal tertentu.
44
3. Teori Peniruan Atau Imitasi
Manusia adalah makhluk yang selalu mengembangkan
kemampuan afektifnya. Menekankan orientasi eksternal dalam
pencarian gratifikasi. Manusia dinilai akan bertindak secara empatis
terhadap perasaan orang-orang yang diamati, dan meniru perilakunya.
Efek Negatif yang dikuatirkan dari media massa, khususnya
yang menyangkut delinkuensi dan kejahatan, bertolak dari besarnya
kemungkinan atau potensi pada tiap anggota masyarakat untuk meniru
apa yang disaksikan ataupun diperolehnya dari media massa.
Pengenaan (exposure) terhadap isi media massa memungkinkan
khalayak untuk mengetahui isi media massa kemudian dipengaruhi
oleh isi media tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, jelas terlihat
bukti-bukti bahwa perilaku kita sering dipengaruhi oleh pengenaan
(exposure) terhadap perilaku orang lain. Tampak pula dengan jelas
bahwa kesempatan untuk mengamati tindakan, emosi, dan hasil
perbuatan (seperti imbalan dan hukuman) orang lain dapat mempunyai
pengaruh yang kuat sekali pada perilaku dan perasaan orang yang
menyaksikan kejadian tersebut. Pengaruh dimaksud dapat mengurangi
minat orang lain untuk melakukan perbuatan yang sama (bila yang
dilihat adalah hukuman) atau dapat mendorong orang untuk
mengulangi perbuatan tertentu jika yang dilihatnya adalah imbalan
(seperti hadiah atau keuntungan lainnya).
45
Penjelasan mengenai gejala ini dimulai oleh kalangan disiplin
psikolog. Dari gejala dimaksud, ditemukan adanya kecenderungan
yang menjadi pembawaan di kalangan manusia di televisi untuk saling
meniru
perilaku
sesamanya.
Apakah
kekerasan
menyebabkan perilaku kekerasan pada penonton?
di
televisi
Pertanyaan ini
dikemukakan oleh banyak orang, terutama para orang tua. Situasinya
sendiri memang kompleks karena terdapatnya kepentingan yang
bertentangan yang menyebabkan metode, hasil dan interpretasi yang
juga saling bertentangan (conflicting). Kalangan pendidik umumnya
berpendapat bahwa isi yang negatif dalam media massa akan berakibat
negatif pula pada khalayak yang menontonnya.
Sedang
pihak
media
cenderung
untuk
bertahan
dan
menyatakan bahwa apa-apa yang mereka siarkan itu tidak mengandung
bahaya apa pun bagi masyarakat.Usaha-usaha untuk mengkaji perilaku
meniru secara umum dikaitkan dengan adanya dorongan pembawaan
(innate urges) atau kecenderungan yang kuat untuk menandingi
(menyamai ataupuan melebihi) tindakan orang di sekitarnya.
Tarde
berinteraksi
berpendapat,
dalam
waktu
mustahil
yang
bagi
cukup
dua
panjang
individu
yang
untuk
tidak
menunjukkan peningkatan dalam diri perilaku secara timbal balik.
Tarde juga memandang imitasi memainkan perasaan yang sentral
dalam transmisi kebudayaan dan pengetahuan dari suatu generasi ke
generasi yang berikutnya.
Dalam pengamatannya tersebut, Tarde
46
sampai pada pernyataannya bahwa: ”society is imitaion”. Penulis buku
teks psikolog yang pertama, McDougal (1980) juga sependapat dengan
Tarde, bahwa peniruan merupakan suatu dorongan/kecenderungan
yang dibawa sejak lahir.Namun belakangan ini muncul kritik terhadap
pandangan tersebut, yang mengemukakan lain, bahwa kecenderungan
manusia meniru orang lain sebagai suatu bawaan sejak lahir tidak
cocok dengan kenyataan, karena seringkali pengamatan terhadap orang
lain justru membuat kita menghindari, meniru, perilaku yang
dimaksukan.
Pandangan itu sendiri sedikit sekali atau tidak
menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
peniruan, cara seseorang dalam memilih model tertentu yang akan
ditirunya, ataupun jenis perilaku yang akan disamainya itu.
Akibat kecaman itu dan kelemahan-kelemahan lainnya, teori
peniruan yang alamiah ini secara bertahap ditinggalkan di lingkungan
psikologi dan digantikan oleh sejumlah kerangka teoritis yang
mengemukakan bahwa kecenderungan untuk meniru orang lain adalah
sesuatu yang dipelajari (learning) atau diperoleh melalui suatu proses
mengkondisikan agar orang melakukan peniruan terhadap perilaku
tertentu.
Karya
Bandura
merupakan
studi
ysng
paling
luas
dipublikasikan, khususnya menyangkut ”boneka Bobo” yaitu figur
badut dari plastik yang dikembangkan yang dapat digunakan sebagai
kantong berlatih tinju (punch bag).Sementara itu secara diameter yang
47
menentang aliran Bandura/Belsowitz adalah mereka yang meminta
bukti-bukti untuk mendukung efek katarsis kekerasan televisi bagi
penonton. Aliran yang dipimpin oleh Saymour Feshbach dan kawankawan (1971) berpendapat bahwa daripada memicu perilaku
kekerasan, menonon kekerasan di televisi memberikan efek katarsis
bagi
para penonton.
menyaksikan
Mereka ini
penampilan
bependapat
kekerasan
di
bahwa dengan
layar,
kita
dapat
mensublimasikan tekanan (tension) dan frustasi yang dialami, jadi
mengurangi kemungkinan untuk melakukan tindakan agresif atau
kekerasan.
E. Film Kartun Tom & Jerry
Lahir di Hollywood, Tom & Jerry telah memukau dan membuat
tertawa penonton diseluruh dunia. Menghasilkan piala Oscar antara lain :
“The Yankee Doodle Mouse” (1943), “Mouse Trouble” (1944), “Quiet
Please” (1945), “The Cut Concerto” (1946), “The Little Orphan” (1949),
“The Two Mouseketeers” (1952), “Johann Mouse” (1953). Mereka hadir
di film panjang, televisi dan buku komik, Tom & Jerry memiliki
kepribadian yang khas. Tom adalah si opurtunitis yang jahat, selalu ingin
dekat dengan pihak yang berkuasa. Mulai dari penjaga rumah, anjing atau
terkadang tikus. Sementara itu Jerry adalah si otak iseng yang biasanya
hanya mengurusi urusannya sendiri sampai akhirnya dipojokkan atau
diganggu
oleh
Tom
(tomandjerryonline.com).Karena
kekhasan
48
kepribadian mereka inilah, dalam serial ini selalu terdapat konflik antara
Tom dan Jerry. Jarang sekali mereka terlihat berdamai dan bekerja sama.
Meskipun pernah tapi hal tersebut jarang ada dalam serial mereka.
Tom & Jerry adalah sebuah serial kartun yang dibuat pada tahun
1940 dengan judul Puss Gets The Boot, oleh William Hanna dan Joseph
Barbera (Hanna-Barbera), yang juga pencipta tokoh-tokoh kartun terkenal
seperti Flinstone, Yogi Bear, Scooby Doo, Jhony Quest. Serial kartun yang
diputar di bioskop, televise sampai video tape ini diproduksi oleh MGM
pada tahun 1940-1967. William Hanna dan Jospeh Barbera, mereka
berdua adalah bagian dari studio animasi MGM sejak tahun 1930. William
Hanna adalah pembuat cerita dan pendesain karakter sedangkan Joseph
Barbera adalah sutradara yang berpengalaman. Selama tahun 1940 sampai
dengan 1958, Hanna-Barbera telah memproduksi 114 episode kartun Tom
& Jerry. Namun sempat berhenti dan mulai memproduksi 48 kartun The
New Tom & Jerry Show, dan dua kartun Tom & Jerry Comedy Show.
Dalam perjalanannya, Tom & Jerry telah mendapat campur tangan dari
produser-produser kartun terkena seperti Fred Quimby, Chuck Jones dan
lain sebagainya.
Fred Quimby adalah produser bukan hanya Tom & Jerry tapi
seluruh kartun MGM sejak tahun 1937 telah membimbing berlusin-lusin
kartunis yang tidak memiliki selera humor yang merupakan hal sangat
mengejutkan untuk produser kartun. Banyak pihak percaya bahwa Quimby
naik menjadi produser karena bertahun-tahun sebagai top salesman di
49
New York, dimana dia berasal. Oleh karena itu dia tahu sangat sedikit
mengenai animasi. Namun dibawah kepimpinannya, Tom & Jerry melaju
pesat tanpa harus berurusan dengan eksekutif-eksekutif dibagain
administrasi Hanna-Barbera dan masih bebas untuk mewujudkan
kreatifitas yang akhirnya membuat Tom & Jerry sebagai duet emas bagi
MGM. Setelah delapan belas tahun mengepalai departemen kartun,
Quimby pensiun dan dimulailah meredupnya bintang Tom & Jerry.
Kepergian Quimby juga menandai akhir dari jaman keemasan
Hollywood baik animasi maupun film nonanimasi. Pada tahun 1963,
ketika Warner Brothers menutup studia kartunnya, MGM menawari Chuk
Jones kesempatan untuk memproduseri Tom & Jerry. Jones adalah
veteran, sangat berbakat dalam bidang animasi dan telah memunculkan
bintang-bintang kartun seperti Bugs Bunny, Daffy Duck dan lainnya. Dia
mulai menyeting ulang Tom & Jerry, mulai dari Tom yang diberi alis tebal
bagaikan Boris Karloff dan Jerry yang lebih menarik, berkuping besar dan
ekspresi yang lebih manis. Selain itu dalam karya Jones ini, banyak sekali
muncul pot Bugs Bunny dalam setiap episode Tom & Jerry, yang diawalawal ceritanya kuat namun lama kelamaan menjad mengambang, akan
tetapi karakter Tom dan Jerry masih sama seperti dulunya.
Setelah 34 kartun diproduseri oleh Jones, MGM akhirnya
menghentikan produksi pada tahun 1967. Mempercayai bahwa masa
depan kartun teater sudah mati maka MGM tidak memperpanjang kontrak
Jones dan sekali lagi Tom & Jerry hanya menjadi arsip dari perpustakaan
50
studio. Setelah delapan tahun, pada tahun 1975 akhirnya Hanna-Barbera
dating dengan konsep Tom & Jerry baru yang ditayangkan di Saturday
Morning Television. Sangatlah susah untuk menjual kartun yang lama ke
network yang eksekutif, dimana di dalamnya banyak kekerasan dan akan
dapat banyak kritikan dari grup orang tua, tetapi Hanna-Barbera mulai
memproduksi serial baru dalam Saturday Morning Television, yaitu “Tom
& Jerry Kids” yang menampilkan Tom dan Jerry yang seperti anak-anak
(www.hbshows.com/tomjerry/history.php).
51
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kota Makassar
Awal kota dan bandar Makassar berada di muara Sungai Tallo dengan
pelabuhan niaga kecil di wilayah itu pada penghujung abad XV. Sumbersumber Portugis memberitakan, bahwa bandar Tallo itu awalnya berada
dibawah Kerajaan Siang di sekitar Pangkajene. Akan tetapi, pada pertengahan
abad XVI Tallo bersatu dengan sebuah kerajaan kecil lainnya yang bernama
Gowa, kemudian mulai melepaskan diri dari Kerajaan Siang yang bahkan
menyerang
dan
menaklukan
kerajaan-kerajaan
sekitarnya.
Semakin
intensifnya kegiatan pertanian di hulu sungai Tallo mengakibatkan
pendangkalan Sungai Tallo, sehingga bandarnya dipindahkan ke muara
Sungai Jeneberang, disinilah terjadi pembangunan kekuasaan kawasan istana
oleh para ningrat Gowa-Tallo yang kemudian membangun pertahanan
Benteng Somba Opu, yang untuk selanjutnya seratus tahun kemudian menjadi
wilayah inti Kota Makassar.
Pada masa pemerintahan Raja Gowa XVI didirikan Benteng
Rotterdam di bagian utara Kota Makassar. Pemerintahan Kerajaan masih
dibawah kekuasaan Kerajaan Gowa, pada masa itu terjadi peningkatan
aktifitas pada sektor perdagangan lokal, regional dan internasional, sektor
politik serta sektor pembangunan fisik oleh kerajaan. Masa ini merupakan
puncak kejayaan Kerajaan Gowa, namun selanjutnya dengan adanya
52
Perjanjian Bungaya menghantarkan Kerajaan Gowa pada awal keruntuhan.
Komoditi ekspor utama Makassar adalah beras, yang dapat ditukar dengan
rempah-rempah di Maluku maupun barang-barang manufaktur asal Timur
Tengah, India dan Cina di Nusantara Barat. Dari laporan Saudagar Portugal
maupun catatan-catatan lontara setempat, diketahui bahwa peranan penting
Saudagar Melayu dalam perdagangannya yang berdasarkan pertukaran
surplus pertanian dengan barang-barang impor itu. Dengan menaklukkan
kerajaan-kerajaan kecil disekitarnya, yang pada umumnya berbasis agraris
pula, maka Makassar meningkatkan produksi komoditi itu dengan berarti,
bahkan, dalam menyerang kerajaan-kerajaan kecil lainnya, para ningrat
Makassar bukan hanya menguasai kawasan pertanian lawan-lawannya itu,
akan tetapi berusaha pula untuk membujuk dan memaksa para saudagar
setempat agar berpindah ke Makassar, sehingga kegiatan perdagangan
semakin terkonsentrasi di bandar niaga baru itu.
Dalam hanya seabad saja, Makassar menjadi salah satu kota niaga
terkemuka dunia yang dihuni lebih 100.000 orang dan dengan ini termasuk
ke-20 kota terbesar di dunia. Pada zaman itu jumlah penduduk Amsterdam,
kota terbesar musuh utama Makassar (Belanda), baru mencapai sekitar
60.000 orang yang bersifat kosmopolitan dan multikultural. Perkembangan
bandar Makasar yang demikian pesat itu, berkat hubungannya dengan
perubahan-perubahan pada tatanan perdagangan internasional masa itu. Pusat
utama jaringan perdagangan di Malaka, ditaklukkan oleh Portugal pada tahun
1511, demikian di Jawa Utara semakin berkurang mengikuti kekalahan
53
armada lautnya di tangan Portugal dan pengkotak-kotakan dengan kerajaan
Mataram. Bahkan ketika Malaka diambil-alih oleh VOC pada tahun 1641,
sekian banyak pedagang Portugis ikut berpindah ke Makassar.
Sampai pada pertengahan pertama abad ke-17, Makassar berupaya
merentangkan kekuasaannya ke sebagian besar Indonesia Timur dengan
menaklukkan Pulau Selayar dan sekitarnya, kerajaan-kerajaan Wolio di
Buton, Bima di Sumbawa, Banggai dan Gorontalo di Sulawesi bagian Timur
dan Utara serta mengadakan perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di Seram
dan pulau-pulau lain di Maluku. Secara internasional, sebagai salah satu
bagian penting dalam dunia Islam, sultan Makassar menjalin hubungan
perdagangan dan diplomatik yang erat dengan kerajaan¬-kerajaan Banten dan
Aceh di Indonesia Barat, Golconda di India dan kekaisaran Otoman di Timur
Tengah.
Para ningrat Makassar dan rakyatnya dengan giat ikut dalam jaringan
perdagangan internasional dan interaksi dengan komunitas kota yang
kosmopolitan itu menyebabkan sebuah "creative renaissance" yang
menjadikan bandar Makassar salah satu pusat ilmu pengetahuan terdepan
pada zamannya. Koleksi buku dan peta, sesuatu yang pada zaman itu masih
langka di Eropa, yang terkumpul di Makassar, konon merupakan salah satu
perpustakaan ilmiah terbesar di dunia, dan para sultan tak segan-segan
memesan barang-barang paling mutakhir dari seluruh pelosok bumi, termasuk
bola dunia dan teropong terbesar pada waktunya, yang dipesan secara khusus
dari Eropa. Ambisi para pemimpin Kerajaan Gowa-Tallo untuk semakin
54
memperluas wilayah kekuasaan serta persaingan bandar Makassar dengan
VOC berakhir dengan perang paling dahsyat dan sengit yang pernah
dijalankan Kompeni. Pasukan Bugis, Belanda dan sekutunya dari Ternate,
Buton dan Maluku memerlukan tiga tahun operasi militer di seluruh kawasan
Indonesia Timur. Baru pada tahun 1669, akhirnya dapat merata-tanahkan kota
Makassar dan benteng terbesarnya, Somba Opu.
Bagi Sulawesi Selatan, kejatuhan Makassar di tangan federasi itu
merupakan sebuah titik balik yang berarti bandar niaga Makassar menjadi
wilayah kekuasaan VOC, dan beberapa pasal perjanjian perdamaian
membatasi dengan ketat kegiatan pelayaran antar pulau Gowa-Tallo dan
sekutunya. Pelabuhan Makassar ditutup bagi pedagang asing, sehingga
komunitas saudagar hijrah ke pelabuhan-pelabuhan lain.
Pada beberapa dekade pertama setelah pemusnahan kota dan bandar
Makassar, penduduk yang tersisa membangun sebuah pemukiman baru di
sebelah utara bekas Benteng Ujung Pandang; benteng pertahanan pinggir
utara kota lama itu pada tahun 1673 ditata ulang oleh VOC sebagai pusat
pertahanan dan pemerintahan dan diberi nama barunya Fort Rotterdam, dan
'kota baru' yang mulai tumbuh di sekelilingnya itu dinamakan 'Vlaardingen'.
Pemukiman itu jauh lebih kecil daripada kota raya Makassar yang telah
dihancurkan. Pada dekade pertama seusai perang, seluruh kawasan itu dihuni
tidak lebih 2.000 jiwa; pada pertengahan abad ke-18 jumlah itu meningkat
menjadi sekitar 5.000 orang, setengah di antaranya sebagai budak.
55
Selama dikuasai VOC, Makassar menjadi sebuah kota yang
tertupakan. “Jan Kompeni” maupun para penjajah kolonial pada abad ke-19
itu tak mampu menaklukkan jazirah Sulawesi Selatan yang sampai awal abad
ke-20 masih terdiri dari selusinan kerajaan kecil yang independen dari
pemerintahan asing, bahkan sering harus mempertahankan diri terhadap
serangan militer yang ditancurkan kerajaan-kerajaan itu. Maka, 'Kota
Kompeni' itu hanya berfungsi sebagai pos pengamanan di jalur utara
perdagangan rempah-rempah tanpa hinterland - bentuknya pun bukan 'bentuk
kota', tetapi suatu aglomerasi kampung-kampung di pesisir pantai sekeliling
Fort Rotterdam.
Pada awalnya, kegiatan perdagangan utama di beras bandar dunia ini
adalah pemasaran budak serta menyuplai beras kepada kapal¬kapal VOC
yang menukarkannya dengan rempah-rempah di Maluku. Pada tahun 30-an di
abad ke-18, pelabuhan Makassar dibuka bagi kapal-kapal dagang Cina.
Komoditi yang dicari para saudagar Tionghoa di Sulawesi, pada umumnya
berupa hasil laut dan hutan seperti teripang, sisik penyu, kulit kerang, sarang
burung dan kayu cendana, sehingga tidak dianggap sebagai langganan dan
persaingan bagi monopoli jual-beli rempah-rempah dan kain yang didirikan
VOC.
Sebaliknya, barang dagangan Cina, Terutama porselen dan kain
sutera, dijual para saudagarnya dengan harga yang lebih murah di Makassar
daripada yang bisa didapat oleh pedagang asing di Negeri Cina sendiri.
56
Adanya pasaran baru itu, mendorong kembali aktivitas maritim penduduk
kota dan kawasan Makassar. Terutama penduduk pulau-pulau di kawasan
Spermonde mulai menspesialisasikan diri sebagai pencari teripang, komoditi
utama yang dicari para pedagang Cina, dengan menjelajahi seluruh Kawasan
Timur Nusantara untuk mencarinya, bahkan sejak pertengahan abad ke-18
para nelayan-pelaut Sulawesi secara rutin berlayar hingga pantai utara
Australia, di mana mereka tiga sampai empat bulan lamanya membuka
puluhan lokasi pengolahan teripang. Sampai sekarang, hasil laut masih
merupakan salah satu mata pencaharian utama bagi penduduk pulau-pulau
dalam wilayah Kota Makassar.
Setetah Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menggantikan kompeni
perdagangan VOC yang bangkrut pada akhir abad ke-18, Makassar
dihidupkan kembali dengan menjadikannya sebagai pelabuhan bebas pada
tahun 1846. Tahun-tahun berikutnya menyaksikan kenaikan volume
perdagangan yang pesat, dan kota Makassar berkembang dari sebuah
pelabuhan backwater menjadi kembali suatu bandar internasional.
Dengan semakin berputarnya roda perekonornian Makassar, jumlah
penduduknya meningkat dari sekitar 15.000 penduduk pada pertengahan abad
ke-19 menjadi kurang lebih 30.000 jiwa pada awal abad berikutnya. Makassar
abad ke-19 itu dijuluki "kota kecil terindah di seluruh Hindia-Belanda"
(Joseph Conrad, seorang penulis Inggris-Potandia terkenal) dan menjadi salah
satu port of call utama bagi baik para pelaut-pedagang Eropa, India dan Arab
57
dalam pemburuan hasil-hasil hutan yang amat laku di pasaran dunia maupun
perahu-perahu pribumi yang beroperasi di antara Jawa, Kalimantan, Sulawesi
dan Maluku.
Pada awal abad ke-20, Belanda akhirnya menaklukkan daerah¬daerah
independen di Sulawesi, Makassar dijadikan sebagai pusat pemerintahan
kolonial Indonesia Timur. Tiga setengah dasawarsa Neerlandica, kedamaian
di bawah pemerintahan kolonial itu adalah masa tanpa perang paling lama
yang pernah dialami Sulawesi Selatan, dan sebagai akibat ekonominya
berkembang dengan pesat. Penduduk Makassar dalam kurun waktu itu
meningkat sebanyak tiga kali lipat, dan wilayah kota diperluas ke semua
penjuru. Dideklarasikan sebagai Kota Madya pada tahun 1906, Makassar
tahun 1920-an adalah kota besar kedua di luar Jawa yang membanggakan
dirinya dengan sembilan perwakilan asing, sederetan panjang toko di tengah
kota yang menjual barang-barang mutakhir dari seluruh dunia dan kehidupan
sosial-budaya yang dinamis dan kosmopolitan.
Perang Dunia Kedua dan pendirian Republik Indonesia sekali lagi
mengubah wajah Makassar. Hengkangnya sebagian besar warga asingnya
pada tahun 1949 dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing pada akhir
tahun 1950-an menjadikannya kembali sebuah provinsi. Bahkan, sifat asli
Makassarpun semakin menghilang dengan kedatangan warga baru dari
daerah-daerah pedalaman yang berusaha menyelamatkan diri dari kekacauan
akibat berbagai pergolakan pasca revolusi. Antara tahun 1930-an sampai
58
tahun 1961 jumlah penduduk meningkat dari kurang lebih 90.000 jiwa
menjadi hampir 400.000 orang, lebih daripada setengahnya pendatang baru
dari wilayah luar kota. Hal ini dicerminkan dalam penggantian nama kota
menjadi Ujung Pandang berdasarkan julukan ”Jumpandang” yang selama
berabad-abad lamanya menandai Kota Makassar bagi orang pedalaman pada
tahun 1971. Baru pada tahun 1999 kota ini dinamakan kembali Makassar,
tepatnya 13 Oktober berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun
1999 Nama Ujung Pandang dikembalikan menjadi Kota Makassar dan sesuai
Undang-Undang Pemerintahan Daerah luas wilayah bertambah kurang lebih
4 mil kearah laut 10.000 Ha, menjadi 27.577 Ha.
Hubungan Makassar dengan dunia Islam diawali dengan kehadiran
Abdul Ma'mur Khatib Tunggal atau Dato' Ri Bandang yang berasal dari
Minangkabau Sumatera Barat yang tiba di Tallo (sekarang Makassar) pada
bulan September 1605. Beliau mengislamkan Raja Gowa ke-XIV I
Mangngarangi Daeng Manrabia dengan gelar Sultan Alauddin (1593-1639),
dan Mangkubumi I Mallingkaang Daeng Manyonri Karaeng Katangka yang
juga sebagai Raja Tallo. Kedua raja ini, yang mulai memeluk Agama Islam di
Sulawesi Selatan. Pada tanggal 9 Nopember 1607, tepatnya hari Jum’at, dan
diadakanlah sembahyang Jum’at pertama di Mesjid Tallo dan dinyatakan
secara resmi penduduk Kerajaan Gowa-Tallo tetah memeluk Agama Islam,
pada waktu bersamaan pula, diadakan sembahyang Jum’at di Masjid
Mangallekana di Somba Opu.
59
Setelah melalui pembahasan yang cukup lama, anggota DPR-D dan
Pemerintah kota Makassar akhirnya menyepakati 9 November 1607 sebagai
hari jadi Makassar sebelum kesepakatan ini diambil terjadi pembahasan yang
cukup intens ada perbedaan pendapat dalam menetapkan tahun. Pemerintah
Kota Makassar mengusulkan, supaya kelahiran kota Makassar ditetapkan 9
November 1607 alasannya dalam menentukan kelahiran suatu kota tidak
hanya ditetapkan dalam suatu momentum sejarah, tetapi harus diformulasikan
dengan berbagai momentum. H. Husni Djamaluddin, salah seorang
budayawan dari kota Makassar yang juga sebagai anggota perumus dalam
seminar A’bulo Sibatang A’bannang Kebo Mengkaji Ulang Sejarah
Kelahiran Makassar, dalam salah satu rapat perumusan Seminar itu,
mengatakan didalam menetapkan hari jadi Makassar, mari kita menggunakan
tongak sejarah yang paling monumental dan dapat dipertanggungjawabkan
kepada generasi kita yang akan datang. Jangan gunakan hari jadi Makassar
yang melalui rekayasa karena latar belakang politis, kehendak perorangan,
karena hal semacam itu, sama saja dengan sejarah “bohong-bohongan”. Pada
hakikatnya, sejarah yang dibuat itu adalah apa yang tertulis seperti yang kita
akan laksanakan dalam menetapkan hari jadi kota Makassar, sedangkan yang
tidak tertulis itu adalah dongeng belaka. Setelah melalui pembahasan dan
pertimbangan yang lama di Hotel Sahid Makassar tanggal 27 November
1999, serta masukan dari para pakar sejarah dan budayawan, semua Fraksi
sepakat tanggal 9 November 1607 sebagai hari kelahiran kota Makassar.
Walikota Makassar, H.B. Amiruddin Maula, mengatakan penetapan hari jadi
60
Makassar 9 November 1607 adalah tepat sekali, karena kejadian dan
momentum masa itu mempunyai makna dan nilai kemanusiaan yang tinggi
dan sejarah yang monumental.
B. Keadaan Geografis Kota Makassar
Kota Makassar merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia
dan sekaligus sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Selatan dengan moto :
“Sekali Layar Terkembang Pantang Biduk Surut Ke Pantai”. Kota Makassar
merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan terbesar di Kawasan
Timur Indonesia.
Sebagai pusat pelayanan di Kawasan Timur Indonesia (KTI), Kota
Makassar berperan sebagai pusat perdagangan dan jasa, pusat kegiatan
industri, pusat kegiatan pemerintahan, simpul jasa angkutan barang dan
penumpang baik darat, laut maupun udara dan pusat pelayanan pendidikan
dan kesehatan. Adapun lambang kota Makassar dapat dilihat pada gambar
berikut :
61
Gambar 3.1
Lambang Kota Makassar
Kota Makassar secara administratif merupakan ibu kota Provinsi
Sulawesi Selatan yang sebelumnya bernama Kotamadya Ujung Pandang.
Pergantian ini terjadi pada tanggal 1 Januari 2000. Secara geografis, kota ini
terletak pada koordinat 5° 8′ 6′19′′ Lintang Selatan dan 119° 24′17′38′′ BT
dengan wilayah seluas 175,77 km².
Kota Makassar terdiri dari 14 kecamatan yang terdiri dari 11
kecamatan definitif dan 3 kecamatan perwakilan, dan 143 kelurahan. Namun,
sejak keluarnya surat Keputusan Menteri Dalam Negeri republik Indonesia
No. 43 tahun 1993, maka ketiga kecamatan perwakilan kota Makassar
ditetapkan menjadi kecamatan induk. Adapun ketiga kecamatan yang
dimaksud adalah kecamatan Tamalanrea pemekaran dari kecamatan
Biringkanaya, kecamatan Rappocini pemekaran dari kecamatan Tamalate,
dan kecamatan Manggala pemekaran dari kecamatan Panakkukang.
Secara geografis batas-batas kota Makassar sebagai berikut :
1. Sebelah Barat
: Selat Makassar
2. Sebelah Utara
: Kabupaten Maros
62
3. Sebelah Timur
: Kabupaten Maros
4. Sebelah Selatan : Kabupaten Gowa
Untuk lebih jelasnya,dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 3.2
Peta Kota Makassar
C. Keadaan Demografis Kota Makassar
63
Kondisi geografis kota Makassar yang terletak di tengah wilayah
kepulauan nusantara menjadikan kota ini sebagai pusat pergerakan spatial
dari wilayah barat ke timur maupun wilayah utara ke selatan Indonesia. Kota
Makassar menjadi kota yang memiliki daya tarik kuat bagi para migran, baik
dari wilayah barat Indonesia maupun dari wilayah timur Indonesia untuk
mencari tempat tinggal dan lapangan kerja.
Kota Makassar tergolong salah satu kota terbesar di Indonesia dari
aspek pembangunannya dan secara demografis ada berbagai suku bangsa
yang menetap di kota ini. Suku yang signifikan jumlahnya di kota Makassar
adalah suku Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Jawa, dan Tionghoa.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar,
jumlah penduduk kota Makassar pada tahun 2010 tercatat sebanyak
1.339.374 jiwa yang terdiri dari 661.379 jiwa laki-laki dan 677.995 jiwa
perempuan dengan kepadatan penduduk 6.646,5/km². Sementara itu jumlah
penduduk kota Makassar tahun 2009 tercatat sebanyak 1.272.349 jiwa.
Penyebaran penduduk kota Makassar dirinci menurut kecamatan,
menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi di wilayah kecamatan
Tamalate, yaitu sebanyak 170.878 jiwa, disusul kecamatan Biringkanaya
sebanyak 167.741 jiwa, kecamatan Rappocini sebanyak 151.091 jiwa, dan
yang terrendah adalah kecamatan Ujung Pandang sebanyak 26.904 jiwa.
Komposisi menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis
64
kelamin sekitar 97,55 %, yang berarti setiap 100 jiwa perempuan terdapat 98
jiwa laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Dan Jenis Kelamin Di Kota Makassar
2010
KODE
JUMLAH
KECAMATAN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
WIL
PENDUDUK
010
MARISO
27.836
28.039
55.875
020
MAMAJANG
28.811
30.187
58.998
030
TAMALATE
84.474
86.404
170.878
031
RAPPOCINI
73.377
77.714
151.091
040
MAKASSAR
40.233
41.467
81.700
050
UJUNG PANDANG
12.684
14.220
26.904
060
WAJO
14.279
15.080
29.359
070
BONTOALA
26.432
27.765
080
UJUNG TANAH
23.380
23.308
46.688
090
TALLO
67.247
67.047
134.294
100
PANAKUKKANG
69.996
71.386
101
MANGGALA
58.451
58.624
117.075
110
BIRINGKANAYA
83.203
84.538
167.741
111
TAMALANREA
50.976
52.216
103.192
7371
MAKASSAR
661.379
677.995
1.339.374
54.197
141.382
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar dalam “Makassar dalam
Angka 2011”
65
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil populasi penduduk kota
Makassar yang tergolong ke dalam kategori anak-anak. Batasan usia remaja
menurut Sis Heyster adalah usia 5-14 tahun. Menurut Badan Pusat Statistik,
tercatat jumlah penduduk kota Makassar tahun 2010 dengan kisaran usia 5-14
tahun adalah sebanyak 246.991 jiwa yang terdiri atas 127.340 jiwa laki-laki
dan 119.651 jiwa perempuan. Jumlah tersebut dituangkan ke dalam tabel
berikut ini :
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Kota Makassar 2010 Usia 10-14 Tahun
KELOMPOK UMUR
5-9
10-14
LAKI-LAKI
66.096
61.244
PEREMPUAN
61.864
57.787
JUMLAH
127.960
119.031
JUMLAH
127.340
119.651
N= 246.991
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar dalam “Makassar
dalam Angka 2011”
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya dan sesuai
dengan judulnya, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
tanggapan anak-anak di kota Makassar terhadap film kartun Tom & Jerry
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penulis memilih Anak-anak
sebagai objek pengukuran tanggapan berdasarkan pengkategorisasian
seperti yang telah dibahas pada Bab I.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak di kota
Makassar berumur 5-14 tahun yang berjumlah 400 anak. Untuk lebih
jelasnya maka hasil penelitian ini dapat kita lihat pada tabel-tabel dibawah
ini:
1. Identitas Responden
1.1 Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
N = 400
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase
67
Laki-laki
220
55.0
Perempuan
180
45.0
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa persentase responden
laki-laki berada pada persentase tertinggi sebanyak 220 responden
(55.0 %), kemudian responden perempuan sebanyak 180 responden
(45.0%).
1.2 Usia
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
N = 400
Usia
Frekuensi
Persentase
5-8 Tahun
97
24,2
9-14 Tahun
303
75,8
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa persentase terbesar
adalah responden dengan usia 9-14 tahun sebanyak 303 responden
(75,8%), kemudian responden dengan usia 5-8 tahun sebanyak 97
responden (24,2%).
1.3 Pendidikan
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
N = 400
Pendidikan
SD
Frekuensi
Persentase
169
42,2
68
SMP
231
57,8
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa persentase terbesar
adalah responden dengan pendidikan SMP sebanyak 231 responden
(57,8%),dan SD sebanyak 169 responden (42,2%).
1.4 Agama
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Agama
N = 400
Agama
Frekuensi
Persentase
Islam
258
64,5
Kristen
129
32,2
Hindu
13
3,2
Budha
0
0
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa responden beragama
Islam memiliki persentase terbesar sebanyak 258 responden
(64,5%),kemudian responden beragama Kristen sebanyak 129
responden (32,2%), dan responden beragama Hindu sebanyak 13
responden (3,2%).
69
2. Variabel Penelitian
2.1 Kepemilikan Media
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Media
N = 400
Kepemilikan media
Frekuensi
Persentase
Televisi
71
17,8
Radio
12
3,0
Internet
0
0
Surat Kabar
0
0
Televisi + Radio
42
10,5
Televisi + Internet
92
23,0
Televisi + radio + Internet
157
39,2
Televisi + internet + Surat Kabar
26
6,5
Radio + Internet + Surat Kabar
0
0
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa persentase terbesar
adalah
responden
dengan
kepemilikan
semua
media
(
Televisi,radio,internet,dan surat kabar), sebanyak 157 responden
(39,2%), disusul responden dengan kepemilikan media Televisi dan
Internet sebanyak 92 responden (23,0%), kemudian reponden dengan
kepemilikan media televisi sebanyak 71 responden (17,8%).
70
Sedangkan responden yang memiliki media televisi dan radio
sebanyak 42 responden (10,5), media televisi, internet dan surat kabar
sebanyak 26 responden (6,5),dan responden yang hanya memiliki radio
sebanyak 12 responden (3,0%)
2.2 Media Menonton Film Kartun Tom & Jerry
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Media Menonton Film Kartun
Tom & Jerry
N = 400
Media menonton Film
Frekuensi
Persentase
Kartun Tom and Jerry
Tv
303
75,8
Internet
35
8,8
Vcd/Dvd
55
13,8
Lain-lain
7
1,8
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa distribusi responden
berdasarkan melalui media menonton film kartun Tom & Jerry,
menonton melalui Tv mendapatkan persentase tertinggi sebanyak 303
(75,8%) , kemudian internet sebanyak 35 responden (8,8%), melalui
Vcd/Dvd sebanyak 55 responden (13,8%). Sisanya 7 (1,8%) responden
memilih media lain-lain.
71
2.3 Tempat Menonton Film Kartun Tom & Jerry
Tabel 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Menonton Film Kartun
Tom & Jerry
N = 400
Tempat anda menonton film
kartun Tom & Jerry
Frekuensi
Persentase
Dirumah sendiri
311
77,8
Dirumah Teman
69
17,2
Lain-lain
20
5,0
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa persentase terbesar
responden dimana menonton film kartun Tom & Jerry, yaitu dirumah
sendiri sebanyak 311 responden (77,8%). Disusul dirumah teman
sebanyak 69 responden (17,2%),sisanya responden memilih lain-lain
sebanyak 20 responden (5,0%).
2.4 Teman Menonton Film Kartun Tom & Jerry
Tabel 4.8
Distribusi Responden Berdasarkan Teman Menonton Film Kartun
Tom & Jerry
N = 400
Teman menonton film
Frekuensi
Persentase
kartun Tom & Jerry
Orang Tua
100
25,0
Sendiri
211
52,8
Teman
89
22,2
72
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa anak-anak menonton
film kartun Tom & Jerry sendiri memiliki persentase terbesar
sebanyak 211 responden (52,8), menonton bersama orang tua
sebanyak 100 responden (25,0%),dan menonton film kartun Tom &
Jerry bersama teman sebanyak 89 responden (22,2%).
2.5 Frekuensi Menonton Film Kartun Tom & Jerry Dalam
Seminggu
Tabel 4.9
Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Film Kartun
Tom & Jerry Dalam Seminggu
N = 400
Frekuensi menonton film
Frekuensi
Persentase
kartun Tom& Jerry dalam
seminggu
1-2 kali
100
25,0
3-4 kali
85
21,2
5 kali
215
53,8
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.9 di atas menunjukkan responden yang menonton
film kartun Tom & Jerry 5 kali dalam seminggu memiliki persentase
terbesar sebanyak 215 responden (53,8%), lalu 1-2 kali dalam
seminggu sebanyak 100 responden (25,0%). Responden yang film
kartun Tom & jerry 3- 4 kali sebanyak 85 responden (21,2).
73
a. Jam Tayang
2.6 Waktu Penayangan
Tabel 4.10
Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Waktu Penayangan
N = 400
Kesesuaian waktu penayangan
Frekuensi
Persentase
Sangat Sesuai
118
29,5
Sesuai
159
39,8
Tidak Sesuai
65
16,2
Sangat Tidak Sesuai
58
14,5
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa persentase terbesar
responden yang menyatakan waktu penayangan Film kartun Tom &
Jerry sesuai sebanyak 159 responden (39,8%), sebanyak 118
responden
(29,5%)
menyatakan
waktu
penayangan
sangat
sesuai.Sedangkan yang menyatakan tidak sesuai sebanyak 65
responden (16,2%),sangat tidak sesuai sebanyak 58 responden (14,5).
74
2.7 Durasi Penayangan
Tabel 4.11
Distribusi Responden Berdasarkan Durasi Tayang Film Kartun Tom &
Jerry
N = 400
Durasi tayang film kartun Tom Frekuensi
Persentase
& Jerry
Sangat sesuai
164
41,0
Sesuai
138
34,5
Tidak sesuai
38
9,5
Sangat Tidak Sesuai
60
15,0
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa persentase tertinggi
adalah responden yang menyatakan bahwa durasi tayangan film kartun
Tom & Jerry selama 1 jam sangat sesuai yaitu sebanyak 164 responden
dengan persentase 41,0%, sebanyak 138 responden dengan persentase
34,5% menyatakan sesuai, 38 responden dengan persentase 9,5%
menyatakan tidak sesuai dan 60 responden dengan persentase 15,0%
menyatakan sangat tidak sesuai.
75
2.8 Frekuensi Tayang Film Kartun Tom & Jerry Dalam Seminggu
Tabel 4.12
Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Tayang Film Kartun
Tom & Jerry Dalam Seminggu
N = 400
Frekuensi tayang film kartun Tom & Jerry
Frekuensi Persentase
dalam seminggu
Sangat sesuai
159
39,8
Sesuai
129
32,2
Tidak sesuai
53
13,2
Sangat tidak sesuai
59
14,8
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa Distribusi responden
berdasarkan film kartun Tom & Jerry yang tayang selama 5 Kali
Seminggu, 159 responden menyatakan sangat sesuai dengan
persentase 39,8%, 129 responden dengan persentase 32,2%
menyatakan sesuai, sedangkan 59 responden dengan persentase 14,8
menyatakan sangat tidak sesuai dan 53 responden dengan persentase
13,2 menyatakan tidak sesuai.
76
b. Alur Cerita
2.9 Ketuntasan Dalam Menonton Film Kartun Tom & Jerry
Tabel 4.13
Distribusi Responden Berdasarkan Ketuntasan Dalam Menonton Film
Kartun Tom & Jerry
N = 400
Ketuntasan dalam menonton film Frekuensi
Persentase
kartun Tom & Jerry
Nonton sampai selesai
262
65,5
Hanya 30 menit
110
27,5
Hanya 15 menit
28
7,0
Hanya 10 menit
0
0
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa persentase responden
terbanyak adalah yang menyatakan menonton film kartun Tom &
Jerry sampai selesai sebanyak 262
responden (65,5%), yang
menonton hanya 30 menit sebanyak 110 responden (27,5%),dan yang
menonton hanya 15 menit sebanyak 28 responden (7,0%).
77
2.10 Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry
Tabel 4.14
Distribusi Responden Berdasarkan Alur Cerita Film Kartun Tom &
Jerry
N = 400
Alur cerita film kartun Tom &
Frekuensi
Persentase
Jerry
Sangat Menarik
106
26,5
Menarik
294
73,5
Tidak menarik
0
0
Sangat tidak menarik
0
0
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012
Tabel 4.14 di atas menunjukkan bahwa persentase tertinggi
yaitu responden yang menyatakan bahwa alur cerita film kartun Tom
& Jerry menarik sebanyak 294
responden dengan persentase 73,5%
dan sisanya 106 responden menyatakan sangat menarik dengan
persentase 26,5%.
78
c. Karakter
2.11 Pengenalan Karakter
Tabel 4.15
Distribusi Responden Berdasarkan Pengenalan Karakter Film Kartun
Tom& Jerry.
N = 400
Pengenalan karakter film
Frekuensi
Persentase
kartun Tom & Jerry
Tahu seluruhnya
212
53,0
Tahu sebagian
120
30,0
Hanya tahu pemeran
utamanya saja
68
17,0
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa anak-anak di
Makassar tahu seluruhnya karakter dalam film kartun Tom & Jerry
sebanyak 212 responden dengan persentase 53,0% ,120 responden
dengan persentase 30,0% menyatakan tahu sebagian,dan sisanya 68
responden dengan persentase 17,0% menyatakan hanya tahu pemeran
utamanya saja.
79
2.12 Karakter Yang Disukai/Berkesan
Tabel 4.16
Distribusi Responden Berdasarkan Karakter Yang Disukai/Berkesan
Dalam Film Kartun Tom & Jerry
N = 400
Karakter yang
Frekuensi
Persentase
disukai/berkesan dalam
film kartun Tom & Jerry
Tom & Jerry
297
74,2
Spike & Butch
56
14,0
Tyke, Nibbles dan Toddies
47
11,8
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.16 di atas menunjukkan bahwa persentase tertinggi
yaitu responden yang menyatakan karakter yang disukai/berkesan
adalah karakter Tom & Jerry sebanyak 297 responden dengan
persentase 74,2%, 56 responden menyatakan suka dengan karakter
Spike & Butch dengan persentase 14,0%, dan sisanya menyatakan
suka dengan karakter Tyke,Nibbles dan Toddies sebanyak 47
responden dengan persentase 11,8%.
80
d. Adegan Kekerasan
2.13 Perilaku Menirukan Adegan Dalam Film Kartun Tom &
Jerry
Tabel 4.17
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Menirukan Adegan Dalam
Film Kartun Tom & Jerry
N = 400
Menirukan Adegan
Frekuensi
Persentase
Dalam Film Kartun
Tom & Jerry
Ya
336
71,8
Tidak
64
28,2
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.17 di atas menunjukkan dari 400 responden
sebanyak 336 responden dengan persentase 71,8% menyatakan pernah
menirukan adegan dalam film kartun Tom & Jerry dan sisanya 64
responden dengan persentase 28,2 menyatakan tidak.
81
2.14 Tingkah Laku/Gaya Yang Ditiru
Tabel 4.18
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkah Laku/Gaya Yang Ditiru
Dalam Film Kartun Tom & Jerry
N = 400
Tingkah laku/gaya yang ditiru
Frekuensi
Persentase
dalam film kartun Tom & Jerry
Perbuatan
127
31,8
Ucapan/perkatan
19
4,8
Tawa
97
24,2
Suara
92
23,0
Menjawab tidak
65
16,2
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa sebanyak 127 responden
dengan persentase 31,8% meniru perbuatan dalam film kartun Tom &
Jerry,19
responden
dengan
persentase
4,8%
meniru
ucapan/perkataan,97 responden dengan persentase 24,2% meniru
tawa,92 responden dengan persentase 23,0% meniru suara, sisanya 65
responden dengan persentase 16,2% yang menyatakan tidak pernah
meniru adegan dalam film kartun Tom & Jerry sesuai dengan
pertanyaan sebelumnya.
82
2.15 Melihat Adegan Perkelahian Dalam Film Kartun
Tabel 4.19
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Melihat Adegan
Perkelahian Dalam Film Kartun Tom & Jerry
N = 400
Tanggapan Melihat Adegan
Perkelahian Dalam Film Kartun
Frekuensi
Persentase
Tom & Jerry
Sangat Lucu
238
59,5
Lucu
103
25,8
Sadis
42
10,5
Sangat sadis
17
4,2
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.19 di atas menunjukkan bahwa responden sebanyak
238 responden (59,5) menyatakan adegan perkelahian dalam film
kartun Tom & Jerry Sangat Lucu,dan responden sebanyak 103
responden ( 25,8%) menyatakan adegan perkelahian di dalam
filmkartun Tom & Jerry lucu,sisanya sebanyak 42 responden (10,5)
menyatakan sadis, 17 responden (4,2) menyatakan sangat sadis.
83
2.16 Kandungan Adegan Kekerasan Dalam Film Kartun Tom &
Jerry Yang Layak Ditiru
Tabel 4.20
Distribusi Responden Berdasarkan Kandungan Adegan Kekerasan
Dalam Film Kartun Tom & Jerry Tidak Layak Ditiru.
N = 400
Frekuensi Persentase
Film Kartun Tom & Jerry Mengandung
Adegan Kekerasan Yang Tidak Layak
Ditiru.
Sangat Setuju
29
7,2
Setuju
52
13,0
Tidak Setuju
213
53,2
Sangat Tidak Setuju
106
26,5
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.20 di atas menunjukkan bahwa distribusi responden
berdasarkan film kartun Tom & Jerry mengandung adegan kekerasan
yang tidak layak ditiru dengan persentase responden terbesar
menyatakan tidak setuju yaitu sebesar 213 responden (53,2%), 106
responden (26,5%) menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan 52
responden (13,0%) menyatakan setuju dan 29 responden (7,2%)
menyatakan sangat setuju.
84
e. Tanggapan dan Saran
2.17 Tanggapan Secara Umum Terhadap Film Kartun Tom &
Jerry
Tabel 4.21
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Secara Umum Terhadap
Film Kartun Tom & Jerry.
N = 400
Frekuensi Persentase
Tanggapan anda secara umum terhadap
tayangan film Kartun Tom & Jerry
Sangat menarik
253
63,2
Menarik
114
28,5
Tidak menarik
14
3,5
Sangat tidak menarik
19
4,8
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.21 di atas menunjukkan
bagaimana tanggapan
secara umum terhadap tayangan film Kartun Tom & Jerry dengan
persentase responden terbesar menyatakan sangat menarik yaitu
sebesar 253 responden (63,2%), 114 responden (28,5%) menyatakan
menarik. Sedangkan 19 responden (4,8%) menyatakan sangat tidak
menarik dan 14 responden (7,2%) menyatakan tidak menarik.
85
2.18 Saran Terhadap Film Kartun Tom & Jerry
Tabel 4.22
Distribusi Responden Berdasarkan Saran Terhadap Film Kartun Tom
& Jerry.
N = 400
Saran terhadap film kartun Tom & Jerry
Frekuensi
Persentase
Episodenya jangan diulang-ulang
35
8,5
Jam tayang ditambah
57
14
Tom-nya jangan kalah terus
12
2
Ceritanya ditambah
6
1,6
Jangan sering berkelahi Tom & Jerry
11
2,7
Hari Minggu juga ditayangkan
6
1,6
Iklan dikurangi
8
1,8
tidak memberi saran
263
65,8
Total
400
100
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.22 di atas menunjukkan bahwa responden lebih
banyak yang tidak memberikan saran yaitu sebanyak 263 responden
(65,8%), sedangkan 22 responden (5,5%) memberikan saran kalau
episode film Tom & Jerry jangan diulang-ulang.20 responden (5%)
memberikan saran bahwa sebaiknya jam tayang film kartun Tom &
Jerry ditambah.
86
2.19 Saran Terhadap Film Kartun Yang Tayang Di Indonesia
Tabel 4.23
Distribusi Responden Berdasarkan Saran Terhadap Film Kartun Yang
Tayang Di Indonesia.
N=400
Saran terhadap film kartun yang tayang di
Indonesia
Frekuensi
Persentase
Hari libur kartun di tambah
30
7,6
Jam film kartun di tambah
14
3,6
Tambah kartun Indonesia
3
0,8
Kartun Avatar di tayangkan lagi
2
0,5
Banyak kartun yang kurang menghibur
1
0,2
kartunnya ditambah lagi
31
7,5
Senang kartun seperti Upin-Ipin
4
1
Masih kurang kartun yang lucu
27
6,8
Tidak member saran
288
72
Total
400
100.0
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Tabel 4.23 di atas menunjukkan bahwa responden lebih
banyak yang tidak memberikan saran yaitu sebanyak 273 responden
(68,2%), sedangkan 33 responden (8,2%) memberikan saran kalau
sebaiknya saat hari libur lebih banyak kartun yang ditayangkan lagi.
87
f. Tabel Silang
2.20 Jenis Kelamin X Frekuensi Menonton Film Kartun Tom &
Jerry Dalam Seminggu
Tabel 4.24
Variabel Jenis Kelamin X Frekuensi Menonton Film Kartun Tom &
Jerry Dalam Seminggu
N = 400
Frekuensi Menonton Film Kartun
Tom & Jerry Dalam Seminggu
1-2 kali
Jenis Laki-laki
Kela
min
Perempuan
Frekuensi
% Jenis
Kelamin
Frekuensi
% Jenis
Kelamin
Total
Frekuensi
% Jenis
Kelamin
3-4 kali
5 kali
Total
34
70
116
220
15.5%
31.8%
52.7%
100.0%
66
15
99
180
36.7%
8.3%
55.0%
100.0%
100
85
215
400
25.0%
21.2%
53.8%
100.0%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Pada tabel 4.24 di atas menunjukkan bahwa responden
dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 34 responden (15,5%)
menonton film kartun Tom & Jerry 1-2 kali dalam seminggu, yang
tertinggi 116
responden (52,7%) yang menonton sebanyak 5 kali
dalam seminggu dan 70 responden (31,8) yang menonton 3-4 kali
dalam seminggu,. Sedangkan responden dengan jenis kelamin
88
perempuan
memiliki
persentase tinggi pada responden yang
menonton sebanyak 5 kali seminggu dan 1-2 kali seminggu yaitu
sebanyak 55% dan 36,7% , namun memiliki persentase terendah pada
responden yang menonton sebanyak 3-4 kali yaitu 8,3% . Dari tabel di
atas terlihat jelas adanya perbedaan frekuensi menonton film kartun
Tom & Jerry dalam seminggu dari responden jenis kelamin laki-laki
dengan jenis kelamin perempuan.
2.21 Jenis Kelamin X Teman Menonton Film Kartun Tom & Jerry
Tabel 4.25
Variabel Jenis Kelamin X Teman Menonton Film Kartun Tom & Jerry
N = 400
Teman Menonton Film Kartun
Tom & Jerry
orang tua
Jenis
Kelamin
Laki-laki Frekuensi
% Jenis
Kelamin
Perempua Frekuensi
n
% Jenis
Kelamin
Total
Frekuensi
% Jenis
Kelamin
sendiri
teman
Total
35
142
43
220
15.9%
64.5%
19.5%
100.0%
65
69
46
180
36.1%
38.3%
25.6%
100.0%
100
211
89
400
25.0%
52.8%
22.2%
100.0%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Pada tabel 4.25 di atas menunjukkan
responden dengan
jenis kelamin laki-laki sebanyak 142 responden (64,5%) menyatakan
menonton sendiri film kartum Tom & Jerry, 43 responden ( 19,5%)
menyatakan menonton bersama teman, dan 35 responden (15,9%)
89
menyatakan menonton bersama orang tua. Responden dengan jenis
kelamin perempuan sebanyak 69 (38,3%) menyatakan menonton
sendiri film kartun Tom & Jerry,65 reponden (36,1%) menyatakan
menonton bersama orang tua, sedangkan 46 responden (25,6%)
lainnya menyatakan menonton bersama teman.
2.22 Jenis Kelamin X Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry
Tabel 4.26
Variabel Jenis Kelamin X Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry
N = 400
Alur Cerita Film Kartun
Tom & Jerry
sangat menarik menarik
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Frekuensi
106
114
220
48.2%
51.8%
100.0%
0
180
180
% Jenis Kelamin
.0% 100.0%
100.0%
Frekuensi
106
294
400
26.5%
73.5%
100.0%
% Jenis Kelamin
Perempuan Frekuensi
Total
Total
% Jenis Kelamin
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Pada tabel 4.26 di atas menunjukkan
114 (51,8%)
responden dengan jenis kelamin laki-laki menyatakan alur cerita film
Tom & Jerry menarik, dan 106 responden (48,2%) laki-laki
menyatakan alur cerita film kartun sangat menarik. Responden dengan
jenis kelamin perempuan sebanyak 180 responden (100%) menyatakan
film kartun Tom & Jerry sangat menarik.
90
2.23 Jenis Kelamin X Karakter Yang Di Sukai Dalam Film Kartun
Tom & Jerry
Tabel 4.27
Variabel Jenis Kelamin X Karakter Yang Di Sukai Dalam Film Kartun
Tom & Jerry
N = 400
Karakter Yang Di Sukai Dalam
Film Kartun Tom & Jerry
tom dan
jerry
Jenis Laki-laki
Kelami
n
Frekuensi
% Jenis
Kelamin
Perempuan
Frekuensi
% Jenis
Kelamin
Total
Frekuensi
% Jenis
Kelamin
spike dan
butch
148
34
67.3%
15.5%
149
22
82.8%
12.2%
297
56
74.2%
14.0%
tyke,
nibbles
dan
toddles
Total
38
220
17.3% 100.0%
9
180
5.0% 100.0%
47
400
11.8% 100.0%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Pada tabel 4.27 di atas menunjukkan
responden dengan
jenis kelamin laki-laki sebanyak 148 (67,3%) menyatakan Tom dan
Jerry adalah karakter yang disukai, 34 responden (15,5%) menyukai
karakter Spike dan Butch, dan sisanya sebanyak 38 responden (17,3%)
menyukai karakter Tyke , Nibbles dan Toddles. Responden dengan
jenis
kelamin
perempuan
sebanyak
149
responden
(82,8%)
91
menyatakan menyukai karakter Tom dan Jerry, 22 responden (12,2%)
menyatakan menyukai Spike dan Butch sedangkan sisanya 9
responden (5%) menyatakan menyukai Tyke,Nibbles dan Toddles.
2.24 Jenis Kelamin X Menirukan Adegan Dalam Film Kartun
Tom & Jerry
Tabel 4.28
Variabel Jenis Kelamin X Menirukan Adegan Dalam Film Kartun
Tom & Jerry
N = 400
Menirukan Adegan
Dalam Film Kartun Tom
& Jerry
ya
Jenis Kelamin Laki-laki
Frekuensi
% Jenis
Kelamin
Perempuan
Frekuensi
% Jenis
Kelamin
Total
Frekuensi
% Jenis
Kelamin
tidak
Total
193
27
220
87.7%
12.3%
100.0%
143
37
180
79.4%
20.6%
100.0%
336
64
400
84.0%
16.0%
100.0%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Pada tabel 4.28 di atas menunjukkan
responden dengan
jenis kelamin laki-laki sebanyak 193 responden (87,7%) menyatakan
pernah menirukan adegan dalam film kartum Tom & Jerry, 27
responden ( 12,3%) menyatakan tidak pernah menirukan adegan dalam
film kartun Tom & Jerry. Responden dengan jenis kelamin perempuan
sebanyak 143 (79,4%) menyatakan pernah menirukana degan film
92
kartun Tom & Jerry,dan 37 responden (20,6%) lainnya menyatakan
tidak pernah menirukan adegan dalam film kartun Tom & Jerry.
2.25 Usia X Teman Menonton Film Kartun Tom & Jerry
Tabel 4.29
Variabel Usia X Teman Menonton Film Kartun Tom & Jerry
N = 400
Teman Menonton Film Kartun
Tom & Jerry
orang tua
Usia
5-8 Tahun
Frekuensi
% Usia
9-14 Tahun
Frekuensi
% Usia
Total
Frekuensi
% Usia
sendiri
teman
Total
25
31
41
97
25.8%
32.0%
42.3%
100.0%
75
180
48
303
24.8%
59.4%
15.8%
100.0%
100
211
89
400
25.0%
52.8%
22.2%
100.0%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Pada tabel 4.29 di atas menunjukkan responden dengan usia
5-8 tahun sebanyak 41 responden (42,3%) menyatakan menonton
bersama teman film kartum Tom & Jerry, 31 responden ( 32%)
menyatakan menonton sendiri, dan 25 responden (25,8%) menyatakan
menonton bersama orang tua. Responden dengan usia 9-14 tahun
sebanyak 180 responden (59,4%) menyatakan menonton sendiri film
kartun Tom & Jerry, 75 responden (24,8%) menyatakan menonton
bersama orang tua, sedangkan 48 responden (15,8%) lainnya
menyatakan menonton bersama teman.
93
2.26 Usia X Frekuensi Menonton Film Kartun Tom & Jerry
Dalam Seminggu
Tabel 4.30
Variabel Usia X Frekuensi Menonton Film Kartun Tom & Jerry Dalam
Seminggu
N = 400
Frekuensi Menonton Film
Kartun Tom & Jerry Dalam
Seminggu
1-2 kali
Usia
5-8 Tahun
Frekuensi
% Usia
9-14 Tahun
Frekuensi
% Usia
Total
Frekuensi
% Usia
3-4 kali
5 kali
Total
2
15
80
97
2.1%
15.5%
82.5%
100.0%
98
70
135
303
32.3%
23.1%
44.6%
100.0%
100
85
215
400
25.0%
21.2%
53.8%
100.0%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Pada tabel 4.30 di atas menunjukkan bahwa responden
dengan usia 5-8 tahun sebanyak 80 responden (82,5%) menonton film
kartun Tom & Jerry sebanyak 5 kali dalam seminggu, 15 responden
(15,5%) menonton sebanyak 3-4 kali dalam seminggu,dan 2 responden
(2,1%) menonton sebanyak 1-2 kali dalam seminggu. Responden
dengan usia 9-14 tahun sebanyak 135 responden (44,6%) menonton
film Kartun Tom & Jerry sebanyak 5 kali dalam seminggu, 98
responden (32,3%) menonton sebanyak 1-2 kali dalam seminggu,
sedangkan sisanya 70 responden (23,1%) menonton sebanyak 3-4 kali
dalam seminggu.
94
2.27 Usia X Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry
Tabel 4.31
Variabel Usia X Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry
N = 400
Alur Cerita Film Kartun Tom
& Jerry
sangat menarik
Usia
5-8 Tahun
Frekuen
si
% Usia
9-14 Tahun
Frekuen
si
% Usia
Total
Frekuen
si
% Usia
menarik
Total
15
82
97
15.5%
84.5%
100.0%
91
212
303
30.0%
70.0%
100.0%
106
294
400
26.5%
73.5%
100.0%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Pada tabel 4.31 di atas menunjukkan 82 (84,5%) responden
dengan usia 5-8 tahun menyatakan alur cerita film Tom & Jerry
menarik, dan 15 responden (15,5%)
menyatakan alur cerita film
kartun Tom & Jerry sangat menarik. Responden dengan pendidikan
usia 9-14 tahun sebanyak 212 responden (70%) menyatakan film
kartun Tom & Jerry,sedangkan sisanya 91 responden (30%)
menyatakan sangat menarik.
95
2.28 Usia X Karakter Yang Di Sukai Dalam Film Kartun Tom &
Jerry
Tabel 4.32
Variabel Usia X Karakter Yang Di Sukai Dalam Film Kartun Tom &
Jerry
N = 400
KarakterYang Di Sukai Berkesan
Dalam Film Tom &Jerry
Tyke,
Spike dan Nibbles dan
Butch
Toddles
Tom dan
Jerry
Usia
5-8 Tahun
Frekuensi
% Usia
9-14 Tahun Frekuensi
% Usia
Total
Frekuensi
% Usia
92
5
94.8%
5.2%
205
51
67.7%
16.8%
297
56
74.2%
14.0%
0
Total
97
.0% 100.0%
47
303
15.5% 100.0%
47
400
11.8% 100.0%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Pada tabel 4.32 di atas menunjukkan responden dengan usia
5-8 tahun sebanyak 92 (94,8%) menyatakan Tom dan Jerry adalah
karakter yang disukai, 5 responden (5,2%) menyukai karakter Spike
dan Butch, dan sisanya sebanyak 0 responden
menyukai karakter
Tyke , Nibbles dan Toddles. Responden dengan usia 9-14 tahun
sebanyak 205 responden (67,7%) menyatakan menyukai karakter Tom
dan Jerry, 51 responden (16,8%) menyatakan menyukai Spike dan
Butch sedangkan sisanya 47 responden (15,5%) menyatakan menyukai
Tyke,Nibbles dan Toddles.
96
2.29 Usia X Menirukan Adegan Dalam Film Kartun Tom & Jerry
Tabel 4.33
Variabel Usia X Menirukan Adegan Dalam Film Kartun Tom & Jerry
N = 400
Menirukan Adegen Dalam
Film Tom & Jerry
ya
Usia
5-8 Tahun
Frekuensi
% Usia
9-14 Tahun Frekuensi
% Usia
Total
Frekuensi
% Usia
tidak
Total
78
19
97
80.4%
19.6%
100.0%
258
45
303
85.1%
14.9%
100.0%
336
64
400
84.0%
16.0%
100.0%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Pada tabel 4.33 di atas menunjukkan responden dengan usia
5-8 tahun sebanyak 78 responden (80,4%) menyatakan pernah
menirukan adegan dalam film kartum Tom & Jerry, sedangkan sisanya
19 responden (19,6%) menyatakan tidak pernah menirukan adegan
dalam film kartun Tom & Jerry. Responden dengan usia 9-14 tahun
sebanyak 258 (85,1%) menyatakan pernah menirukan adegan film
kartun Tom & Jerry, dan 45 responden (14,9%) lainnya menyatakan
tidak pernah menirukan adegan dalam film kartun Tom & Jerry.
97
2.30 Pendidikan X Teman Menonton Film Kartun Tom & Jerry
Tabel 4.34
Variabel Pendidikan X Teman Menonton Film Kartun Tom & Jerry
N = 400
Teman Menonton Film Kartun
Tom & Jerry
orang tua
Pendidikan SD
Frekuensi
% Pendidikan
SMP Frekuensi
% Pendidikan
Total
Frekuensi
% Pendidikan
sendiri
teman
Total
40
88
41
169
23.7%
52.1%
24.3%
100.0%
60
123
48
231
26.0%
53.2%
20.8%
100.0%
100
211
89
400
25.0%
52.8%
22.2%
100.0%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Pada tabel 4.34 di atas menunjukkan
responden dengan
pendidikan SD sebanyak 88 responden (52,1%) menyatakan menonton
sendiri film kartum Tom & Jerry, 41 responden ( 24,3%) menyatakan
menonton bersama teman, dan 40 responden (23,7%) menyatakan
menonton bersama orang tua. Responden dengan pendidika SMP
sebanyak 123 responden (53,2%) menyatakan menonton sendiri film
kartun Tom & Jerry, 60 responden (26%) menyatakan menonton
bersama orang tua, sedangkan 48 responden (20,8%) lainnya
menyatakan menonton bersama teman.
98
2.31 Pendidikan X Frekuensi Menonton Film Kartun Tom &
Jerry Dalam Seminggu
Tabel 4.35
Variabel Pendidikan X Frekuensi Menonton Film Kartun Tom & Jerry
Dalam Seminggu
N = 400
Frekuensi Menonton Film Kartun
Tom & Jerry
1-2 kali
Pendidikan SD
Frekuensi
% Pendidikan
SMP Frekuensi
% Pendidikan
Total
Frekuensi
% Pendidikan
3-4 kali
5 kali
Total
13
48
108
169
7.7%
28.4%
63.9%
100.0%
87
37
107
231
37.7%
16.0%
46.3%
100.0%
100
85
215
400
25.0%
21.2%
53.8%
100.0%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Pada tabel 4.35 di atas menunjukkan bahwa responden
dengan pendidikan SD sebanyak 108 responden (63,9%) menonton
film kartun Tom & Jerry sebanyak 5 kali dalam seminggu, 48
responden (28,4%) menonton sebanyak 3-4 kali dalam seminggu,dan
13 responden (7,7%) menonton sebanyak 1-2 kali dalam seminggu.
Responden dengan pendidikan SMP sebanyak 107 responden (46,3%)
menonton film Kartun Tom & Jerry sebanyak 5 kali dalam seminggu,
87 responden (37,7%) menonton sebanyak 1-2 kali dalam seminggu,
sedangkan sisanya 37 responden (16%) menonton sebanyak 3-4 kali
dalam seminggu.
99
2.32 Pendidikan X Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry
Tabel 4.36
Variabel Pendidikan X Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry
N = 400
Alur Cerita Film Kartun
Tom & Jerry
sangat
menarik
Pendidikan
SD
Frekuensi
% Pendidikan
SMP
Frekuensi
% Pendidikan
Total
Frekuensi
% Pendidikan
menarik
Total
53
116
169
31.4%
68.6%
100.0%
53
178
231
22.9%
77.1%
100.0%
106
294
400
26.5%
73.5%
100.0%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Pada tabel 4.36 di atas menunjukkan
116 (68,6%)
responden dengan pendidikan SD menyatakan alur cerita film Tom &
Jerry menarik, dan 53 responden (31,4%) menyatakan alur cerita film
kartun sangat menarik. Responden dengan pendidikan SMP sebanyak
178
responden
(77,1%)
menyatakan
film
kartun
Tom
&
Jerry,sedangkan sisanya 53 responden (22,9%) menyatakan sangat
menarik.
100
2.33 Pendidikan X Karakter Yang Di Sukai Dalam Film Kartun
Tom & Jerry
Tabel 4.37
Variabel Pendidikan X Karakter Yang Di Sukai Dalam Film Kartun
Tom & Jerry
N = 400
Karakter Yang Di Sukai Dalam
Film Kartun Tom & Jerry
tom dan
jerry
Pendidikan SD
Frekuensi
% Pendidikan
SMP Frekuensi
% Pendidikan
Total
Frekuensi
% Pendidikan
tyke,
nibbles
dan
toddles
spike dan
butch
Total
152
5
12
169
89.9%
3.0%
7.1%
100.0%
145
51
35
231
62.8%
22.1%
15.2%
100.0%
297
56
47
400
74.2%
14.0%
11.8%
100.0%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Pada tabel 4.37 di atas menunjukkan
responden dengan
pendidikan SD sebanyak 152 (89,9%) menyatakan menyukai karakter
Tom dan Jerry, 12 responden (7,1%) menyukai karakter Tyke ,
Nibbles dan Toddles, dan sisanya sebanyak 5 responden (3%)
menyukai karakter Spike dan Butch. Responden dengan pendidikan
SMP sebanyak 145 responden (62,8%) menyatakan menyukai karakter
Tom dan Jerry, 51 responden (22,1%) menyatakan menyukai Spike
dan Butch sedangkan sisanya 35 responden (15,2%) menyatakan
menyukai Tyke,Nibbles dan Toddles.
101
2.34 Pendidikan X Menirukan Adegan Dalam Film Kartun Tom &
Jerry
Tabel 4.38
Variabel Pendidikan X Menirukan Adegan Dalam Film Kartun Tom &
Jerry
N = 400
Menirukan Adegan Dalam
Film Kartun Tom & Jerry
ya
Pendidikan SD
Frekuensi
% Pendidikan
SMP
Frekuensi
% Pendidikan
Total
Frekuensi
% Pendidikan
Tidak
Total
136
33
169
80.5%
19.5%
100.0%
200
31
231
86.6%
13.4%
100.0%
336
64
400
84.0%
16.0%
100.0%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2013
Pada tabel 4.38 di atas menunjukkan responden pendidikan
SD sebanyak 136 responden (80,5%) menyatakan pernah menirukan
adegan dalam film kartum Tom & Jerry, sedangkan sisanya 33
responden ( 19,5%) menyatakan tidak pernah menirukan adegan dalam
film kartun Tom & Jerry. Responden dengan pendidikan SMP
sebanyak 200 (86,6%) menyatakan pernah menirukan adegan film
kartun Tom & Jerry, dan 31 responden (13,4%) lainnya menyatakan
tidak pernah menirukan adegan dalam film kartun Tom & Jerry.
102
B. Pembahasan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan
anak-anak di Makassar terhadap film kartun Tom & Jerry di ANTV dan
faktor-faktor yang mempengaruhi tanggapan anak-anak di Makassar
terhadap film Kartun Tom & Jerry di ANTV.
Berikut pembahasan mengenai tanggapan anak-anak di Makassar
terhadap film kartun Tom & jerry dengan pengkategorian sebagai berikut :
A. Kepemilikan Media
Berdasarkan data hasil kuisoner berdasarkan kepemilikan
media dari 294 responden (padatabel 4.5) menyatakan bahwa sebagian
besar responden memiliki akses media informasi lebih dari satu buah,
televisi + radio + internet menjadi media informasi yang paling
dominan
dimiliki
para
responden
yaitu
sebanyak
157
responden,sedangkan media yang paling sedikit dimiliki oleh
responden adalah radio + internet + surat kabar. Untuk media yang
informasi satu buah yang dimiliki responden paling banyak adalah
televisi sebanyak 71 Responden memilikinya,sedangkan yang paling
sedikit adalah internet dan surat kabar.
B. Melaui Media Apa menonton Film Kartun Tom & Jerry
Berdasarkan data hasil kuisoner menonton film kartun Tom &
Jerry melaui media apa responden paling banyak menonton melalui
media Tv sebanyak 303 responden yang menonton (pada tabel
103
4.6),sedangkan media yang paling sedikit yang dipilih responden
adalah media lain-lain sebanyak 7 responden yang memilih. Media
lain-lain yang di maksud disini di antara lain adalah laptop dipilih
responden sebanyak 3 kali,handphone dipilih responden sebanyak 2
kali ,dan tablet dipilih responden sebanyak 2 kali.
C. Dimana Menonton Film Kartun Tom & Jerry
Pada tabel 4.7 responden paling banyak menonton film kartun
Tom & Jerry dirumah sendiri sebanyak 311 responden, Sedangkan 20
responden memilih lain-lain sebagai tempat dimana menonton film
kartun Tom & Jerry.Lain-lain yang dimaksud responden antara lain
adalah dirumah sepupu sebanyak 4 responden yang memilih,dirumah
om/tante sebanyak 5 responden memilih,dan 11 responden memilih
dirumah nenek sebanyak 11 kali.
D. Dengan Siapa Menonton Film Kartun Tom & Jerry
Responden pada variabel ini menyatakan lebih banyak
sendirian pada saat menonton film kartun Tom & Jerry sebanyak 211
menyatakannya (pada tabel 4.8),sementara 100 responden menyatakan
menonton bersama orang tua dan 89 responden menyatakan menonton
bersama teman.Hal ini sesuai dengan variabel sebelumnya dimana
lebih banyak responden menonton film kartun Tom & Jerry ini
dirumahnya sendiri.
104
E. Berapa Kali Menonton Film Kartun Tom & Jerry Dalam Seminggu
Film kartun Tom & Jerry ini ditayangkan selama 5 kali, senin,
selasa, rabu, kamis,dan jumat dalam seminggu di stasiun televisi
swasta ANTV. 215 responden menyatakan menonton film kartun Tom
& Jerry sebanyak 5 kali dalam seminggu,100 responden menyatakan
menonton sebanyak 1-2 kali dalam seminggu, dan 85 responden
menyatakan menonton 3-4 kali dalam seminggu
F. Jam Tayang
Pada variabel ini terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Waktu Penayangan
159 Responden menyatakan sesuai pada waktu penayangan film
kartun Tom & Jerry pada pukul 13.00 -14.00 diikuti dengan 118
responden yang mengatakan sangat sesuai (pada table 4.10).
2. Durasi Penayangan
Film kartun Tom & Jerry tayang selama 1 jam setiap harinya, 164
responden menyatakan durasi tayangan film kartun Tom & Jerry
sudah sangat sesuai,138 responden menyatakan sesuai, namun
cukup banyak juga responden yang menyatakan durasi film kartun
Tom & Jerry sangat tidak sesuai, sebanyak 60 responden (pada
table 4.11). 60 Responden ini menginginkan penambahan durasi
tayang film kartun Tom & Jerry.
3. Film Kartun Tom&Jerry tayang selama 5 kali seminggu
105
Film kartun Tom & Jerry tayang selama 5 kali dalam seminggu,
159 responden menyatakan film kartun Tom & Jerry tayang selama 5
kali seminggu sudah sangat sesuai,129 responden (padap tabel
4.12)menyatakan sesuai,namun 59 responden menyatakan sangat tidak
sesuai apabila film kartun Tom & Jerry ditayangakn selama 5 kali
seminggu,ke 59 responden itu menginginkan film kartun Tom & Jerry
tayang sebanyak 7 kali.
G. Alur cerita
Pada variable terbagi menjadi 2 :
1. Menonton Sampai Selesai Film Kartun Tom & Jerry
Sesuai dengan table 4.13 dalam variabel ini 262 responden
menyatakan menonton film kartun Tom & Jerry hingga selesai,
110 responden menyatakan menonton hanya 30 menit saja,28
responden menonton film kartun Tom & Jerry hanya 15 menit saja.
2. Alur Cerita Film Kartun Tom & Jerry
Alur cerita dalam sebuah film sangat berpengaruh besar dalam
menarik penonton,pada table 4.14 terlihat bahwa 294 responden
menyatakan alur cerita film kartun Tom & Jerry ini menarik,dan
106 responden menyatakan sangat menarik
H. Karakter
Dalam variabel ini membahas pengetahuan responden
terhadap karakter-karakter dalam film kartun Tom & Jerry yang
terbagi menjadi 2 yaitu:
106
1. Pengenalan Karakter
Dari 400 responden yang menonton film kartun Tom & Jerry
dalam tabel 4.15, 212 responden diantaranya menyatakan tahu
seluruh
karakter
dalam
film
kartun
Tom,120
responden
menyatakan tahu sebagian karakter film kartun Tom & Jerry,dan
68 responden menyatakan hanya tahu karakter utamanya saja yaitu
Tom dan Jerry saja.
2. Karakter Yang Disukai/Berkesan
Tom dan Jerry merupakan karakter yang paling banyak disukai
oleh responden sebanyak 297 responden (pada tabel 4.16)
menyatakan suka kepada Tom & Jerry dikarenakan tingkah mereka
berdua yang lucu.56 responden menyatakan suka kepada karakter
Spike dan Butch.Spike adalah anjing Buldog yang memiliki anak
bernama Tyke yang sering tidak sengaja di sakiti oleh
Tom,sedangkan Butch adalah kucing hitam jalanan teman dari
Tom.Butch sering membantu Tom dalam menangkap Jerry
walaupun
berujung
dengan
kegagalan.Sementara
itu
47
menyatakan suka kepada karakter Tyke,Nibbles dan Toddies.
I. Adegan Kekerasan
Dalam variabel ini terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Pernah Menirukan Adegan Dalam Film Kartu
Dari 400 responden yang menonton film kartun Tom & Jerry
hampir dari seluruh responden menyatakan pernah menirukan
107
adegan dalam film kartun yaitu sebanyak 336 responden dan 64
responden (pada tabel 4.18) menyatakan tidak pernah menirukan
adegan dalam film kartun Tom & Jerry.
2. Tingkah Laku/Gaya Yang Ditiru
Tingkah laku yang paling sering ditiru setelah menonton film
kartun Tom & Jerry adalah perbuatan sebanyak 127 responden
menyatakannya.97 responden menyatakan suka menirukan tawa
dalam film kartun Tom & Jerry khususnya tawa dari Tom.92
responden menyatakan sering meniru suara-suara dalam film Tom
& Jerry.
3. Melihat Adegan Perkelahian Dalam Film Kartun.
Hampir dari seluruh responden menyatakan bahwa adegan
perkelahian dalam film kartun Tom & Jerry sangat lucu 238
responden menyakatan seperti itu,103 responden menyatakan
lucu.Sangat sedikit responden yang menyatakan bahwa adegan
perkelahian sangat sadis dalam film kartun Tom & Jerry hanya 17
responden saja(pada Tabe 4.19)
4. Film Kartun Tom & Jerry Mengandung Adegan Kekerasan Yang
Tidak Layak Ditiru.
Dalam pertanyaan film kartun Tom & Jerry mengandung adegan
kekerasan yang tidak layak ditiru tanpa dipungkiri lagi hamper
semua responden menyatakan tidak setuju ada sebanyak 213
responden
(pada
tabel
4.20).Sedangkan
responden
yang
108
mengatakan sangat setuju bahwa filmkartun Tom & Jerry
mengandung adegan kekerasan yang tidak layak dititu hanya ada
29 respoden.Hal ini bisa dilihat dari alasan-alasan para responden
yang mengatakan bahwa adegan-adegan dalam film kartun Tom &
Jerry sangat lucu dan tidak ada adegan kekerasannya sama sekali.
J. Tanggapan dan Saran
Tanggapan dan saran dari responden terhadap film kartun Tom & Jerry
terbagi menjadi 3 yaitu :
1. Tanggapan Secara Umum Terhadap Film Kartun Tom & Jerry
Tanggapan dari 253 responden secara umum terhadap film kartun
Tom & Jerry menyatakan bahwa film kartun Tom & Jerry sangat
menarik,114 responden menyatakan menarik dan hanya 19
responden yang menyatakan film Tom & Jerry sangat tidak
menarik.
2. Saran Anda Terhadap Film Kartun Tom & Jerry
Selain banyak responden yang tidak memberi saran dikarenakan
sudah merasa puas dan cukup, hampir semua responden
memberikan saran kepada film Tom & Jerry sebaiknya jam
tayangnya ditambah lagi karena dirasa masih belum cukup,adapun
yang meminta ditambah 2 jam saja sebaiknya. Banyak juga
responden yang merasa kalau episode film kartun Tom & Jerry
sering diulang-ulang dalam penayangannya.Selain itu responden
109
juga meminta agar film kartun Tom & Jerry dipindah ke hari
Minggu.
3. Saran Anda Terhadap Film Kartun Yang Tayang Di Indonesia
Di pertanyaan ini banyak juga responden yang tidak memberikan
sarannya, tapi banyak pula responden yang memberikan saran agar
film kartun lebih banyak ditayangkan saat hari libur dikarenakan
responden merasa masih sedikit film kartun yang tayang pada hari
libur.
Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa mayoritas dari 400
responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa film kartun Tom &
Jerry bagus,menarik untuk ditonton dan menganggap adegan-adegan
dalam film kartun Tom & Jerry ini lucu tidak mengandung adegan
kekerasan walaupun sebenarnya film ini tak layak ditonton oleh anakanak. Hal ini dapat dilihat dari variabel penelitian yang meliputi jam
tayang, alur cerita, karakter, dan adegan kekerasan.
Model S–O–R menjadi pijakan teoritis dalam penelitian ini,
menjadikan film kartun Tom & Jerry sebagai stimulus dengan
pengkategorian penilaian seperti jam tayang, alur cerita, karakter, dan
adegan kekerasan. Perhatian, Pengertian dan Penerimaan dari responden
dalam hal ini anak-anak di Makassar sebagai organism. Bentuk-bentuk
pengamatan, persepsi, dan pengenalan dari responden sebagai tanggapan
untuk menghasilkan perubahan sikap.
110
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian mengenai tanggapan anak-anak di
Makassar terhadap film kartun Tom & Jerry di ANTV, kesimpulan ini
dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah, sebagai
berikut:
1. Tanggapan anak-anak di kota Makassar terhadap film kartun Tom & Jerry
di ANTV menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan
bahwa film kartun Tom & Jerry sangat menarik dan disukai dengan
persentase sebesar 63,2% dapat dilihat pada tabel 4.21. Persentase tiap
komponen penilaian dapat dilihat dari persentase berapa kali dalam
seminggu menonton film kartun Tom & Jerry sebesar 53,8% pada tabel
4.9, persentase menonton film kartun Tom & Jerry sampai selesai sebesar
65,5% pada table 4.13,dan persentase responden yang menyukai alur film
kartun Tom & Jerry sebesar 73,5% pada tabel 4.14.
2. Dari hasil penelitian, menunjukkan sebagian besar responden yang
merupakan anak-anak umur 5-14 tahun menyatakan bahwa adegan
perkelahian dalam film kartun Tom & Jerry merupakan hal yang sangat
lucu dengan persentase sebesar 59,5% dan responden yang mengatakan
lucu dengan persentase sebesar 25,8% pada tabel 4.19.Hal ini dapat
dilihat juga dari banyaknya responden yang pernah menirukan adegan-
111
adegan dalam film kartun Tom & Jerry dengan persentase sebanyak
71,8% pada tabel 4.17.
B. Saran
Dari penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa saran, yaitu :
a. Kepada seluruh stasiun televisi di Indonesia khususnya ANTV
diharapkan upaya peningkatan mutu siaran, khususnya dengan
segmen anak-anak karena akan berdampak pada perilaku
keseharian mereka.
b. Sebaiknya
film
mengedepankan
kartun
yang
ditayangkan
aspek
menghibur
saja,
tidak
namun
hanya
juga
mengedepankan aspek pendidikan dari acara tersebut.
c. Keberadaan film asing untuk anak-anak, perlu dibatasi dan dibuat
perundangan serta disesuaikan dengan kepribadian budaya di
Indonesia. Untuk melaksanakan semua itu, diperlukan kesadaran
hati dan pikiran bijak dari pemerintah, masyarakat, produser,
broadcaster maupun para pengamat komunikasi
d. Perlunya orang tua mendampingi anak-anak mereka dalam
menonton acara-acara di televisi khususnya film kartun.Dari hasil
penelitian ini di kota Makassar sendiri masih banyak anak-anak
yang saat menonton televisi tidak didampingi oleh orang tua
mereka.
112
e. Selain saran-saran yang diberikan penulis diatas, penulis juga
mengemukakan saran-saran yang diberikan para responden
terhadap film kartun Tom & Jerry, diantaranya yaitu:
-
Para responden meminta agar episode film kartun Tom &
Jerry jangan ada pengulangan dan selalu memberikan
episode-episode yang baru.
-
Menambah jam tayang film kartun Tom & Jerry,setidaknya
ditambah menjadi 2 jam.
-
Responden meminta mengurangi iklan-iklan pada saat
penayangan film kartun Tom & Jerry
f. Adapun responden memberikan saran kepada film kartun yang
tayang di Indonesia, diantaranya yaitu:
-
Responden merasa kartun yang tayang di Indonesia masih
kurang dan perlu ditambah lagi.
-
Selain menambah jumlah kartun responden juga member
saran sebaiknya saat hari libur film kartun lebih banyak lagi
ditayangkan di stasiun-stasiun televisi.
-
Responden juga meminta penambahan kartun-kartun yang
lucu untuk di tayangkan di stasiun-stasiun televisi
Indonesia.
113
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitian Untuk Public Relations
Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Badan Pusat Statistik. 2011. Makassar Dalam Angka 2011.
Bailey, Ronald H. (1988). Kekerasan Dan Agresi. Jakarta : Tira Pustaka.
Chandra, Hadi. 2000. Membuat Sendiri Animasi Profesional dengan 3D Studio
Max 3.1. Jakarta : Elex Media Komoutindo.
Cangara, Hafied. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Darwanto. 2007. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung :
PT. Citra Aditya Bakti
Fiske John. 2004. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar
Paling Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutera.
Iskandar Muda, Deddy. 2005. Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Professional.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
John, R. Bittner. 1989. Mass Communication: An Introduction
Kriyantono, Rachmat. 2009 Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana
Prenada Group.
Kusnadi, 1985 Kartun Sebagai Karya Seni Rupa.
Littlejohn, Stephen W. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika
McQuail, Denis. (1987). Teori Komunikasi Massa : Suatu Pengantar, Jakarta :
Erlangga.
114
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Morrisan, 2010. Psikologi Komunikasi. Yogyakarta : Ghalia Indonesia.
Prof. Drs. Agoes, Soejanto. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Sendjaja, S. Djuarsa, dkk. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka.
Shannon, Claude E. & Warren, Weaver.1949 A Mathematical Model Of
Communication. Urbana, IL : University of Illinois Press.
Sibero, Ivan C. 2008. Membuat Film Animasi Sederhana Dengan 3DS Max.
Yogyakart :. MediaKom
Stephen W. Little john, Karen A. Foss .2009 teori komunikasi. Jakarta : Salemba
Humanika.
Sugiyono. 2011 Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sukaria, Sinulingga. 2011. Metode Penelitian. Sumatra Utara : USU Press.
Warren K. Agee, Phillip H. Ault, Edwin Emery, 1997. Introduction to mass
communications
Werner J. Severin, James W. Tankard, Jr. 2009. Communication Theories,
Origins, Methods, Uses (Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan
Terapan didalam Media Massa ). Pranada Media Group
Winarni. 2003. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Jakarta : Prenada Media.
Wiryanto. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Grasindo.
Yustiniadi, Danny. 1996. Tentang Kartun. Semarang : Dahara Prize.
115
Sumber lain :
http://mantabjayapolpolan.blogspot.com/2010/09/tom-jerry.html Akses 29 Mei
Pukul 20.44 WITA
http://thejargon.multiply.com/reviews/item/43?&show_interstitial=1&u=%2Frevi
ews%2Fitem Akses 30 Mei Pukul 19.25 WITA
http://id.wikipedia.org/wiki/Tom_and_Jerry Akses 30 Mei Pukul 20.30 WITA
http://yusufzulkarnain.blogspot.com/2011/12/waspadai-sadisme-di-film-kartunanak.html Akses 30 Mei Pukul 21.44 WITA
http://reggivacious.blogspot.com/2011/05/kartun-sih-kartun-tapi-gak-layak.html
Akses 30 Mei Pukul 22.35 WITA
http://kpi.go.id/ Akses 30 Mei Pukul 22.44 WITA
http://www.kidia.org/ Akses 29 Mei Pukul 23.20 WITA
www.hbshows.com/tomjerry/history.php Akses 20 Desember Pukul 22.30 WITA
Download