View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zaman era globalisasi saat ini, merupakan suatu perubahan zaman yang
berkembang pesat, yang dimana teknologi yang berkembang yang semakin
canggih. Dalam hal ini perkembangan juga dialami dalam media massa. Media
massa adalah komunikasi kepada khalayak luas dengan menggunakan saluransaluran komunukasi ini. Walaupun komunikasi massa biasanya merujuk pada
surat kabar, video, CD-Room, dan radio (Richard west:2008:41).
Media massa yang terdiri dari media cetak dan media elektronik. Dalam
hal media cetak dan elektronik masing-masing memiliki perubahan-perubahan
yang signifikan. Dalam media cetak, perkembangan terjadi dari kualitas gambar
yang membuat para penonton terkesimak. Televisi merupakan media elektronik
visiual yang mampu menyebabkan berita secara cepat dan mencakup jumlah yang
banyak tidak dapat bahwa banyak sekali manfaat dari penanganan acara televisi
namun seimbang dengan dampak negatifnya. Televisi yang salah satu media
elektronik yang hampir seluruh lapisan masyarakat dapat menikmatinya. Media
ini menyediakan informasi baik berita, pengetahuan, maupun hiburan yang dapat
dinikmati oleh masyarakat secara bebas.
Hasil dari pemerolehan informasi tersebut dapat berupa pengetahuan,
perilaku, dan pemikiran yang telah terkontaminasi. Dari proses saling
mempengaruhi tersebut diinterpretasikan dalam bentuk bahasa dan tingkah laku
seseorang. Fenomena ini sangat terlihat jelas pada perilaku berbahasa anak-anak.
2
Media elektronik televisi menayangkan berbagai menu hiburan dan
informasi menarik. Acara televisi untuk anak-anak begitu banyak jumlahnya dan
ditayangkan hampir setiap waktu oleh berbagai stasiun televisi. Berbagai jenis
film kartun televisi telah mempesona anak-anak dan menyedot sebagian besar
waktu dan perhatiannya. Bahkan mereka memilih menonton televisi dibanding
bermain dengan teman sebayanya. Tentu hal ini akan sangat menentukan perilaku
anak, baik dalam pembentukan karakter maupun perilaku bahasanya.
Jenis tayangan media televisi khususnya acara televisi untuk anak-anak
tersebut akan terekam dalam pikiran anak dan sekaligus dapat mempengaruhi
perilaku anak terutama bahasanya. Berdasarkan paparan di atas, penulis
bermaksud
mengkaji bagaimana pola pendampingan orang terhadap perilaku
menonton televisi film kartun terhadap anak.
Berbagai Program televisi yang ditayangkan telah mampu menarik minat
pemirsanya dan dapat membuat mereka yang menontonnya ketagihan, baik itu
anak-anak, remaja hingga orangtua. Acara yang ditayangkan cukup beragam dari
berita film, musik hingga tontonan anak-anak seperti film kartun. Berbagai
tayangan film kartun untuk anak-anak pun beragam. Tidak dapat dipungkiri film
anak-anak sekarang ini membuat daya tarik bagi mereka.
Dewasa ini, animasi film kartun cukup berkembang pesat. Perkembangan
yang dialami dari kualitas gambar dari animasi tersebut. Kemajuan teknologi juga
tidak dapat terhindari guna mendukung kelangsungan hidup manusia. Dewasa ini,
film-film kartun ini cukup menjamur diberbagai stasiun televisi di Indonesia.
Semakin banyak stasiun yang muncul, semakin banyak pula kesempatan anak-
3
anak mencari film-film kartun yang berasal dari berbagai belahan dunia. Secara
umum tayangan – tayangan ditelevisi seperti halnya film kartun bertujuan untuk
memperoleh hiburan, informasi dan pendidikan.
Fenomena yang tayangan televisi film kartun merupakan hal yang tidak
mengherankan lagi. Anak-anak sekarang ini cukup fasih menyebutkan nama-nama
seperti Doreamon, Crayon Sinchan, Spongebob Squerpants, Tom and Jerry,
Avatar, naruto, Berbie dan lain sebagainya. Tayangan televisi untuk anak-anak
tidak bisa dipisahkan dengan film kartun.
Jenis film tersebut sangat populer di lingkungan mereka, bahkan tidak
sedikit orang `dewasa yang menyukai film ini. Jika kita perhatikan, film kartun
masih didominasi oleh produk film import. Namun jika kita perhatikan, dalam
film kartun yang bertemakan kepahlawanan misalnya, pemecahan masalah
tokohnya cenderung dilakukan dengan cepat dan mudah melalui tindakan
kekerasan (memukul, menendang, menampar, berkata kasar, dan sebagainya).
Cara-cara seperti ini relatif sama dilakukan oleh musuhnya. Ini berarti tersirat
pesan bahwa kekerasan harus dibalas dengan kekerasan, begitu pula kelicikan dan
kejahatan lainnya perlu dilawan melalui cara-cara yang sama.
Film kartun yang sangat digemari anak-anak saat ini adalah Naruto.
Naruto adalah anime karya Masashi Kishimoto. Bercerita seputar kehidupan
tokoh utamanya, Naruto Uzumaki seorang ninja remaja yang berisik, hiperaktif,
dan ambisius dalam petualangannya mewujudkan keinginan untuk mendapatkan
gelar hokage, ninja tekuat didesanya.
4
(http://id.wikipedia.org/wiki/Naruto_(manga), diakses tgl 11 Desember
2011). Begitu besar ketertarikan anak-anak terhadap kartun ini dikarenakan nilainilai dalam cerita Naruto ditampilkan secara eksplisit melalui dialog ataupun
tingkah laku tokoh-tokohnya, hal ini membuat Naruto menjadi cerita yang
menarik dan mudah dipahami. Selain itu film kartun Naruto ini disiarkan setiap
hari di Global TV yang menyebabkan Naruto ini pun mulai "naik daun".
Perkembangan dan popularitas serial ini dapat disamakan dengan popularitas
manga terkenal Dragon Ball karya Akira Toriyama.
Film kartun yang ditayangkan di TV merupakan program yang khusus
didesain untuk anak-anak. Film kartun juga menyajikan keterampilanketerampilan emosional dan sosial yang merupakan parameter kecerdasan
emosional.
Lakon-lakon emosional dan sosial yang dimainkan oleh tokoh-tokoh film
kartun walaupun berupa realitas semu (tidak nyata), akan terekam dalam gudang
emosi anak dan melalui suatu proses belajar, hal itu akan menjadi acuan jika anak
berhadapan dengan situasi yang relevan.
Ada tiga asumsi yang berlaku dalam hal ini. Anak-anak memiliki
kemampuan yang tinggi dalam menyesuaikan tingkah lakunya dengan apa yang
diamati di sekitarnya (patut diingat, perubahan-perubahan mental paling besar
terjadi pada masa kanak-kanak, yaitu pada saat otak mengalami pertumbuhan
pesat). Kedua, TV bagi anak adalah sesuatu yang menyenangkan, merupakan
teman bermain ketika anak merasa kesepian dan salah satu motif mereka
menonton TV adalah mempelajari sesuatu. Ketiga, kecerdasan emosional
5
seseorang tidak secara tidak dominan dipengaruhi faktor genetik, tapi sangat
ditentukan factor lingkungan (http://rumahsejutaide.wordpress.com/2009/04/07/
film-kartu-kecerdasan-emosi-anak/ diakses pada taggal 5 Januari 2012).
Televisi telah membawa banyak perubahan dengan cara banyak
menghabiskan waktu luang mereka. Sementara beberapa perubahan telah
menguntungkan, yang lain memiliki efek berbahaya.
Televisi telah menjadi bagian besar kegiatan anak-anak. Selama beberapa
dasawarsa terakhir, ada perdebatan terus pada sejauh mana efek kekerasan media
pada anak-anak. Esai ini bertujuan untuk berpendapat bahwa televisi dan media
memiliki efek yang merugikan pada anak-anak. Penelitian terhadap isi televisi
telah secara konsisten tingkat tinggi kekerasan dan agresif hadir dalam program
kartun yang paling.
Hal ini berpendapat bahwa ada hubungan kuat antara kekerasan di TV dan
perilaku anak agresif. 80% dari program televisi mencakup kekerasan. Selain itu,
penting bahwa anak-anak menghabiskan waktu luang mereka dalam menonton
TV harus dikontrol oleh orang tua (Knom, 1990). Masalahnya adalah bahwa
kartun mengandung jumlah yang signifikan dari adegan kekerasan. Jelas bahwa
efek kekerasan media pada anak-anak dalam agresi merupakan hasil dari proses
belajar kumulatif selama masa kanak-kanak. Memang, TV telah pasti memberikan
kontribusi terhadap pengetahuan anak-anak perilaku umum.
Di sisi lain, telah program TV dan media kadang-kadang memiliki
pengaruh positif pada perilaku anak-anak apakah itu pendidikan atau hiburan.
Efek ini telah dikaitkan dengan belajar observasional di mana anak meniru
6
perilaku dari model yang mereka amati. Ada percobaan menggambarkan
bagaimana anak-anak belajar dari media misalnya, Duncker (1938) menunjukkan
anak-anak sebuah film yang pahlawan itu makan dan menikmati dalam makanan
mana anak-anak itu tidak suka. Hasilnya setelah menonton film tersebut adalah
67% dari anak-anak menerima makanan dalam perilaku afirmatif.
Selain itu, Carter telah menunjukkan bahwa kartun mungkin merupakan
kenikmatan bagi anak-anak dalam kehidupan sosial mereka. Disarankan bahwa
program TV dapat menghasilkan kegembiraan tanpa menyebabkan gangguan
terhadap anak-anak. meskipun, itu mencapai kenikmatan (Sparks, 1992). Inti
utama dari titik-titik ini adalah untuk menampilkan bagaimana anak-anak
mendapatkan manfaat dari program TV dan media.
Namun, telah diperdebatkan bahwa TV dan media tidak selalu memiliki
cerminan yang baik pada anak-anak menurut teori imitasi. Itu berarti latihan anakanak pada apa yang mereka pelajari tergantung pada persepsi mereka (Smith dan
Jones, 2002). Untuk menggambarkan hal ini, Bandura melakukan percobaan yang
menunjukkan anak-anak film mengobati dengan boneka dengan cara yang
berbahaya. Hal ini karena anak-anak yang telah menunjukkan film itu perilaku
agresif lebih dari anak yang tidak menonton film tersebut ketika mereka
meninggalkan anak-anak untuk mengatasi dengan boneka diberi. Jelas, dilihat dari
perspektif ini, anak lebih mungkin untuk meniru kekerasan dan perilaku agresif.
Kekerasan di televisi secara langsung terkait dengan perilaku agresif pada
anak-anak ketika mereka menghabiskan lebih banyak waktu menonton program
kartun. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa TV dan media telah memainkan
7
peran penting dalam perilaku anak yang mungkin positif atau negatif. Situasi saat
ini mengenai perilaku agresif dalam program media jelas. Namun, jelas bahwa
peneliti perlu mencari tahu lebih banyak alasan tentang kekerasan pada anak-anak
yang dapat bawaan di masa depan.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul:
“PENGARUH KEBIASAAN MENONTON FILM KARTUN TERHADAP
PRILAKU SOSIAL ANAK (Survey Murid SD INPRES Kampus UNHAS I Kota
Makassar).”
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan pernyataan masalah diatas, maka
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kebiasaan menonton film kartun dikalangan murid sekolah
dasar?
2. Bagaimana perilaku anak yang menonton film kartun?
C. Tujuan dan Kegunaan
a. Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dampak kebiasaan perilaku sosial anak
dikalangan murid sekolah dasar menonton film kartun
2. Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan menonton film kartun
dengan perilaku sosial dikalangan murid sekolah dasar.
8
b. Kegunaan penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan rujukan/referensi untuk penelitian yang menyangkut
kajian sosiologi.
2. Sebagai masukan bagi pengelolah siaran televisi dalam merancang
siaran film kartun yang dapat mendidik anak-anak di usia dini.
D. Kerangka Pikir
Perilaku sosial anak yang biasa ditirukan oleh anak-anak karena adegan di
film kartun merupakan suatu perilaku dari efek media massa. Kebiasaaan
menonton film kartun pada anak-anak usia sekolah dasar telah menjadi suatu
tradisi yang berakar kuat dan mempengaruhi pola pikir mereka, sehingga perilaku
anak terhadap kehidupan sosialnya (lingkungannya) cenderung memiliki
agresitifitas tinggi dan berdampak negatif bagi perkembangan pola pikir mereka
yakni mempengaruhi waktu istirahat dan waktu belajar yang lebih minim, tetapi
dengan daya khalayak yang lebih tinggi.
Imajinasi yang tinggi ini akan berpengaruh pula terhadap perkembangan
otak anak-anak, dengan demikian akan menjadi semacam lingkaran mata rantai
yang member efek (pengaruh), baik yang sifatnya positif maupun negatif bila
siaran tersebut dapat memberi pelajaran dan pendidikan bagi anak-anak usia dini.
Merancang siaran yang baik untuk anak-anak menjadi penting untuk
ditelaah, terutama bimbingan dari orang tua untuk senantiasa menjaga dan
mengawasi siaran yang cocok untuk dilihat bagi anak-anak.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep dan teori sosialisasi
Individu dalam masyarakat akan mengalami proses sosialisasi agar ia hidup
dan bertingkah laku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat dimana individu itu berbeda, oleh karena itu penting bagi sosiologi
untuk mempelajari sosialisasi, karena tanpa sosialisasi suatu masyarakat tidak
dapat berlanjut pada generasi berikutnya.
Menurut vander Zende (1979;75), Sosialisasi adalah proses interaksi sosial
melalui mana kita mengenal cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku
sehingga dapat berperan serta secara efektif dalam masyarakat.
Menurut Maccoby dan jacklin teori Sosialisasi terdiri dari sebagai berikut:
1. Teori Imitasi, mengenal indentifikasi awal seorang anak terhadap
anggota keluarga yang jenis kelaminnya sama dengannya, dengan
menirukan tingkah laku tertentu orang
dewasa.
Anak akan
mengidentifikasikan dirinya dengan orangtuanya yang berjenis
kelamin sama dengannya.
2. Self-socialization, dalam teori ini anak akan berusaha mengembangkan
konsep tentang dirinya. Dan juga mengembangkan konsep suatu
pengertian tentang apa yang harus dilakukan bagi jenis kelamin yang
bersangkutan.
10
3. Teori Reinforcement, menekankan penggunaan saksi berupa hukuman
atau penghargaan. Hal ini akan mendorong anak bertingkah laku sesuai
dengan jenis kelaminnya. Sanksi yang diberikan oleh keluarga ataupun
orang dewasa lainnya.
B. Definisi Dampak, Adegan dan kekerasan.
Definisi dampak
Menurut Otto Soemarwonto (1989;4) Dampak adalah suatu perubahan yang
terjadi sebagai akibat suatu aktifitas dan aktifitas itu dapat dilakukan oleh manusia
yang mengarah kepada perubahan dalam kehidupan manusia itu sendiri.
Dengan demikian dampak adalah berarti nilai yang ditimbulkan oleh sutu
peristiwa atau kejadian yang dialami oleh seseorangatau kelompok dalam proses
pergaulannya atau dalam proses pekerjaannya. Dampak dapat berwujud dalam
bentuk positif, yaitu berguina bagi yang menerima dampak tersebut, dan bisa
berdampak negatif bila hal itu mengurangi atau merendahkan martabat dari yang
menerima dari dampak tersebut.
Definisi Adegan
Menurut Ciu cahyono, adegan adalah kejadian dalam kerangka fiksi yang
didalamnya terdapat laku atau tutur dari tokoh-tokoh cerita, yang terbingkai dalam
suatu setting waktu dan setting tempat.
11
Adegan dapat diartikan sebagai bagian babak dalam lakon sandiwara, film
atau sinetron. Adegan kekerasan dalam yang ditayangkan dalam film atau sinetron
dapat mempengaruhi kejiwaan seseorang.
Adegan pemikat adalah adegan yang membangkitkan rasa ingin tahu dan
keterkaitan emosional penonton atau pemirsa.
Definisi Kekerasan
Kekerasan merujuk kepada tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan,
pemukulan, dll). Yang menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain.
“kekrasaan” juga berkonotasi kecendurungan agresif untuk melakukan perilaku
yang merusak.
Kekerasan pada dasarnya tergolong kedalam dua bentuk
1. Kekerasan sembarang, yang mencakup kekerasan dalam skala kecil atau
tidak terencanakan.
2. Kekerasan yang terkoordinir, yang dilakukan oleh kelompok-kelompok
baik yang diberi hak maupun tidak. Seperti yang terjadi dalam perang.
12
C. Konsep dan Teori Perilaku Sosial
Pengertian Perilaku Sosial
Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan
keharusan untuk menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001). Sebagai
bukti bahwa manusia dalam memnuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak
dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain.Ada
ikatan saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya. Artinya
bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling
mendukung dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja
sama, saling menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup
bermasyarakat.
Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim
(2001), perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang
dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga
identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain (Baron & Byrne, 1991 dalam
Rusli Ibrahim, 2001). Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap
keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain.
Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain
dengan cara-cara yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerja sama, ada
orang yang melakukannya dengan tekun, sabar dan selalu mementingkan
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain, ada
13
orang yang bermalas-malasan, tidak sabaran dan hanya ingin mencari untung
sendiri.
Sesungguhnya yang menjadi dasar dari uraian di atas adalah bahwa pada
hakikatnya manusia adalah makhluk sosial (W.A. Gerungan, 1978:28). Sejak
dilahirkan manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memuhi
kebutuhan biologisnya. Pada perkembangan menuju kedewasaan, interaksi sosial
diantara manusia dapat merealisasikan kehidupannya secara individual. Hal ini
dikarenakan jika tidak ada timbal balik dari interaksi sosial maka manusia tidak
dapat merealisasikan potensi-potensinya sebagai sosok individu yang utuh sebagai
hasil interaksi sosial. Potensi-potensi itu pada awalnya dapat diketahui dari
perilaku kesehariannya. Pada saat bersosialisasi maka yang ditunjukkannya adalah
perilaku sosial. Pembentukan perialku sosial seseorang dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal.
Pada aspek eksternal situasi sosial memegang pernana yang cukup penting.
Situasi sosial diartikan sebagai tiap-tiap situasi di mana terdapat saling hubungan
antara manusia yang satu dengan yang lain (W.A. Gerungan,1978:77). Dengan
kata lain setiap situasi yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial dapatlah
dikatakan sebagai situasi sosial. Contoh situasi sosial misalnya di lingkungan
pasar, pada saat rapat, atau dalam lingkungan pembelajaran pendidikan jasmani.
14
Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Sosial Baron dan Byrne berpendapat
bahwa ada empat kategori utama yang dapat membentuk perilaku sosial
seseorang, yaitu :
a. Perilaku dan karakteristik orang lain
Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki
karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan
orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika
ia bergaul dengan orang-orang berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh
oleh perilaku seperti itu. Pada aspek ini guru memegang peranan penting sebagai
sosok yang akan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku sosial siswa karena
ia akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan siswa untuk
melakukan sesuatu perbuatan.
b. Proses kognitif
Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang
menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku
sosialnya. Misalnya seorang calon pelatih yang terus berpikir agar kelak
dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi idola bagi atletnya dan orang
lain akan terus berupaya dan berproses mengembangkan dan memperbaiki dirinya
dalam perilaku sosialnya. Contoh lain misalnya seorang siswa karena selalu
memperoleh tantangan dan pengalaman sukses dalam pembelajaran penjas maka
ia memiliki sikap positif terhadap aktivitas jasmani yang ditunjukkan oleh
15
perilaku sosialnya yang akan mendukung teman-temannya untuk beraktivitas
jasmani dengan benar.
c. Faktor lingkungan
Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang.
Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa
berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika berada di
lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalam bertutur kata.
d. Tatar Budaya sebagai tampat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi Misalnya,
seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin akan terasa berperilaku
sosial aneh ketika berada dalam lingkungan masyarakat yang beretnis budaya lain
atau berbeda. Dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani yang terpenting
adalah untuk saling menghargai perbedaan yang dimiliki oleh setiap anak. c.
Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial Bentuk dan perilaku sosial seseorang dapat pula
ditunjukkan oleh sikap sosialnya. Sikap menurut Akyas Azhari (2004:161) adalah
“suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Sedangkan sikap sosial
dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek
sosial yang menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan
berulang-ulang terhadap salah satu obyek sosial (W.A. Gerungan, 1978:151-152).
Berbagai bentuk dan jenis perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan
karakter atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi
dengan orang lain. Seperti dalam kehidupan berkelompok,
16
kecenderungan perilaku sosial seseorang yang menjadi anggota kelompok
akan akan terlihat jelas diantara anggota kelompok yang lainnya. Perilaku sosial
dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon antar pribadi, yaitu :
1. Kecenderungan Perilaku Peran
a. Sifat pemberani dan pengecut secara sosial
Orang yang memiliki sifat pemberani secara sosial, biasanya dia suka
mempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau tidak segan
melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai norma di masyarakat dalam
mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga. Sedangkan sifat pengecut
menunjukkan
perilaku
atau
keadaan
sebaliknya,
seperti
kurang
suka
mempertahankan haknya, malu dan segan berbuat untuk mengedepankan
kepentingannya.
b. Sifat berkuasa dan sifat patuh
Orang yang memiliki sifat sok berkuasa dalam perilaku sosial biasanya
ditunjukkan oleh perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi kepada kekuatan,
percaya diri, berkemauan keras, suka memberi perintah dan memimpin langsung.
Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah menunjukkan perilaku sosial yang
sebaliknya, misalnya kurang tegas dalam bertindak, tidak suka memberi perintah
dan tidak berorientasi kepada kekuatan dan kekerasan.
17
c. Sifat inisiatif secara sosial dan pasif
Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka mengorganisasi kelompok,
tidak sauka mempersoalkan latar belakang, suka memberi masukan atau saransaran dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih
kepemimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif secara sosial ditunjukkan oleh
perilaku yang bertentangan dengan sifat orang yang aktif, misalnya perilakunya
yang dominan diam, kurang berinisiatif, tidak suka memberi saran atau masukan.
d. Sifat mandiri dan tergantung
Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala sesuatunya
dilakukan oleh dirinya sendiri, seperti membuat rencana sendiri, melakukan
sesuatu dengan cara-cara sendiri, tidak suak berusaha mencari nasihat atau
dukungan dari orang lain, dan secara emosiaonal cukup stabil. Sedangkan sifat
orang yang ketergantungan cenderung menunjukkan perilaku sosial sebaliknya
dari sifat orang mandiri, misalnya membuat rencana dan melakukan segala
sesuatu harus selalu mendapat saran dan dukungan orang lain, dan keadaan
emosionalnya relatif labil.
2. Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial
a. Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain
Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain biasanya tidak
berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf dan tulus
18
menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat orang yang ditolak biasanya
suak mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain.
b. Suka bergaul dan tidak suka bergaul
Orang yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan sosial yang baik,
senang bersama dengan yang lain dan senang bepergian. Sedangkan orang yang
tidak suak bergaul menunjukkan sifat dan perilaku yang sebaliknya.
c. Sifat ramah dan tidak ramah
Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati orang,
dan suka bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah cenderung bersifat
sebaliknya.
d. Simpatik atau tidak simpatik Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya
peduli terhadap perasaan dan keinginan orang lain, murah hati dan suka membela
orang tertindas. Sedangkan orang yang tidak simpatik menunjukkna sifat-sifat
yang sebaliknya.
3. Kecenderungan perilaku ekspresif
a. Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka bekerja
sama) Orang yang suka bersaing biasanya menganggap hubungan sosial sebagai
perlombaan, lawan adalah saingan yang harus dikalahkan, memperkaya diri
sendiri. Sedangkan orang yang tidak suka bersaing menunjukkan sifat-sifat yang
sebaliknya
19
b. Sifat agresif dan tidak agresif Orang yang agresif biasanya suka menyerang
orang lain baik langsung ataupun tidak langsung, pendendam, menentang atau
tidak patuh pada penguasa, suka bertengkar dan suka menyangkal. Sifat orang
yang tidak agresif menunjukkan perilaku yang sebaliknya.
c. Sifat kalem atau tenang secara sosial Orang yang kalem biasanya tidak
nyaman jika berbeda dengan orang lain, mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu,
dan merasa terganggu jika ditonton orang.
d. Sifat suka pamer atau menonjolkan diri Orang yang suka pamer biasanya
berperilaku berlebihan, suka mencari pengakuan, berperilaku aneh untuk mencari
perhatian orang lain.
D. Konsep dan Teori Interaksi Sosial
Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial yaitu adanya kontak sosial dan adanya
komunikasi.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut:
1. Adanaya orang-orangan
Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebiasaan-kebiasaan
dalam keluargannya. Proses demikian terjadi melalui sosialisasi (Socialization),
yaitu suatu proses. Dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari normanorma dan nilai-nilai masyarakat diman dia menjadi anggota.
20
2. Antara orang-perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya
Kontak sosial ini misalnya adalah apabila seseorang merasakan bahwa
tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat atau apabila
suatu partai politik memaksa anggota-anggotanya untuk menyesuaikan diri
demgan ideologi dan programnya.
3. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
Umpamanya adalah ada dua partai politik mengadakan kerjasama untuk
mengalahkan partai politik yang ketiga didalam pemilihan umum. Atau apabila
dua buah perusahaan bangunan mengadakan suautu kontrak untuk membuat jalan
raya, jembatan dan seterusnya disuatu wilayah yang baru dibuka.
PROSES DAN INTERAKSI SOSIAL
Proses sosial yang dimaksud adalah dimana individu, kelompok, dan
masyarakat bertemu, berinteraksi dan berkomunikasi sehingga melahirkan sistemsistem sosial dan pranata sosial serta semua aspek kebudayan. Proses sosial ini
kemudian mengalami dinamika sosial yang lain diisebut dengan perubahan sosial
yang disebut dengan perubahan sosial yang terus menerus dan secara simultan
bergerak dalam sistem-sistem sosial yang lebih besar.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, sedangkan bentuk
khususnya adalah aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan
sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara
21
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok
manusia (Soekanto, 2002:62). Syarat terjadi interaksi sosial adalah adanya kontak
sosial dan adanya komunikasi.
1. Kontak Sosial
Menurut soeryono Soekanto 2002: 65), kontak sosial berasal dari bahasa latin
com atau cum (bersama-sama) dan tango (menyentuh). Jadi artinya secara harfiah
adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak sosial baru terjadi apabila
adanya hubungan fisikal, sebagai gejala sosial hal ini bukan semata-mata
hubungan badaniah karena hubungan sosial terjadi tidak saja secara menyentuh
sesesorang, namun orang dapat berhubungan dengan orang lain tanpa harus
menyentuhnya. Misalnya kontak sosial sudah terjadi ketika seseorang berbicara
dengan orang lain, bahkan kontak sosial juga dapat dilakukan dengan
menggunakan teknologi.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam lima bentuk, yaitu:
1. Dalam bentuk proses sosialisasi yang berlangsung antara pribadi orang
perorangan. Proses sosialisasi ini mungkin seseorang mempelajari normanorma yang terjadi dimasyarakatnya.
2. Antara orang per orang yang dengan suatu kelompok masyarakat lainnya
dalam sebuah komunitas atau sebaliknya.
3. Antara kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya dalam
sebuah komunitas.
4. Antara orang per orang dengan masyarakat global didunia Internasional
22
5. Antara orang per orang, kelompok, masyarakat dan dunia global dimana
kontak sosial terjadi secara simultan diantara mereka.
2. Komunikasi
Sosiologi menjelaskan komunikasi sebagai sebuah proses memaknai yang
dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap, dan perilaku orang lain yang
berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik atau sikap, perilaku dan
perasaan-perasaan, sehingga seseorang
membuat reaksi-reaksi terhadap
informasi, sikap dan prilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah
dia alami. Fenomena komunikasi dipengaruhi pula oleh media yang digunakan,
sehingga media kadang kala yang juga mempengaruhi isi informasi dan
penafsiran bahkan menurut Marshall McLuhan (1999:7) bahwa media juga adalah
pesan itu sendiri.
Proses-proses Interaksi sosial
Menurut GIllin dan Gillin dalam Soekanto (2002: 71-104), menjelaskan
bahwa ada dua golongan proses sosial sebagai akibat dari interaksi sosial, yaitu
proses sosial asosiatif dan disosiatif.
1. Proses Asosiatif
Dimaksud dengan proses asosiatif adalah sebuah proses yang terjadi saling
pengertian dan kerjasama timbal balik antara orang perorang atau kelompok yang
23
satu dengan yang lainnya, dimana proses inti menghasilkan pencapaian tujuantujuan bersama.
a. Kerjasama (cooperation) adalah usaha bersama antara individu atau
kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Proses
terjadinya cooperation lahir apabila diantara individu atau kelompok
tertentu menyadari adanya kepentingan dan ancaman yang sama.
Bentuk-Bentuk Accomodation adalah sebagai berikut:
a). Coersion, yaitu suatu bentuk Accomodation yang terjadi karena adanya
paksaan maupun kekerasan secara fisik atau psikologis
b). Compromise, yaitu bentuk akomodasi yang dicapai karena masing-masing
pihak yang trerlibat dalam proses ini saling mengurangi tuntutannya agar tercapai
penyelesaian oleh pihak ketiga atau badan yang kedudukannya lebih tinggi dari
pihak-pihak yang bertentangan.
c). Mediation, yaitu Accomodation yang dilakukan melalui penyelesaian oleh
pihak ketiga yang netral.
d). Concilation, yaitu bentuk Accomodation yang terjadi melalui usaha untuk
mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih.
e). Toleration, yaitu bentuk Accomodation secara tidka formal dikarenakan
adanya pihak-pihak yang mencoba untuk menghindari diti dari pertikaian.
24
f). Stalemate, pencapaian Accomodation dimana pihak-pihak yang bertikai dan
mempunyai kekuatan yang sama berhenti pada satu titik tertentu dan masingmasing di antara mereka menahan diri.
e). Adjudication, dimana berbagai usaha Accomodation yang dilakukan
mengalami jalan buntu sehingga penyelesaiannya menggunakan jalan pengadilan.
2. Proses disosiatif
Proses sosial disosiatif merupakan proses perlawanan (oposisi) yang
dilakukan oleh individu-individu dan kelompok dalam proses sosial diantara
mereka pada suatu masyarakat.Oposisi diartikan sebagai cara berjuang melawan
seseorang atau kelompok tertentu atau norma dan nilai yang dianggap tidak
mendukung perubahan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Bentukbentuk proses disosiatif adalah persaingan, kompetisi dan konflik.
a. Persaingan adalah proses sosial, dimana individu atau kelompokkelompok berjuang dan bersaing untuk mencari keuntungan pada bidangbidang kehidupan yang menjadi pusat perhatian umum dengan cara
menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah
ada, namun tanpa mempergunakan ancaman dan kekerasan.
b. Controvertion atau adalah proses sosial yang berada antara persaingan dan
pertentangan atau pertikaian. Kontroversi adalah proses sosial yang
dimana terjadi pertentangan pada tataran konsep dan wacana, sedangkan
pertentangan atau pertikaian telah memasuki unsur-unsur kekerasan dalam
proses sosialnya.
25
c. Conflict adalah proses sosial yang dimana individu ataupun kelompok
menyadari memiliki perbedaaan-perbedaan, misalnya dalam ciri badiniah,
emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, prinsip, politik,
ideologi maupun kepentingan dengan pihak lain. Perbedaaan ciri tersebut
dapat mempertajam perbedaan yang ada sehingga menjadi suatu
pertentangan atau pertikaian dimana pertikaian itu sendiri dapat
menghasilkan ancaman dan kekerasan fisik.
E. Konsep dan Teori Perilaku
Perilaku dipandang dari segi biologi adalah suatu kegitan atau aktifitas
organisme yang bersangkutan. Jadi pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari
manusia itu sendiri.
Menurut Ensiklopesia Amerika, perilaku diartikan sebagai reaksi organism
terhadap lingkungannya.
Notoatmodjo (1998;60). Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada
sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni disebut ransangan.
Dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau
perilaku tertentu.
Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa “perilaku adalah tindakan atau
perbuatan suatu organism yang dapat dipelajari”. (Notoatmodjo, 1998;61).
Perilaku manusia sangatlah luas. Benyamin Bloom (1908). Seorang ahli
psikoligi pendidikan membagi perilaku ini kedalam 3 bagian, yang terdiri dari
26
kognitif, efektif dan psikomotor. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para
pendidikan, ketiga perilaku ini diukur dari:
a. Pengetahuan (knoeledge)
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.
Pengetahuan kognitif merupakan hal yang sangat penting untuk terwujudnya
tindakan seseorang.
b. Tindakan (Practise)
Suatu sikap belum otomatis terwujudnya dalam suatu tindikan. Untuk
terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas, faktor
dukungan dan lain-lain.
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau
seseorang
terhadap
ransangan
(stimulus)
dari
luar
subjek
tersebut.
C. Kesedian untuk berubah (Readiness To Change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam
masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk
menerima inovasi atau perubahan-perubahan tersebut. Hal ini disebabkan oleh
27
karena setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.
Adapun untuk berubah terbagi dalam 2 bentuk, yaitu:
1). Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi didalam diri
manusia dan tidak secarqa langsung dapat terlihat orang lain. Misalnya berpikir,
tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
2). Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasikan secara
langsung.
Bentuk-bentuk perubaha perilaku itu sendiri sangat variasi, sesuai dengan
konsep yang digunakan para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku.
Berikut ini diuaraikan bentuk-bentuk perubahan perilaku menurut WHO, yang
mana perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Perubahan alamiah
Perilaku menusia selalu berubah, dimana sebagian perubahan itu disebabkan
kareAna kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu
perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggotaanggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.
b. Perubahan terencana
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh
subjek.
Kepribadian manusia pada dasarnya tgerdiri dari tiga sub sistem, yaitu:
28
a. Konsepsi Id
Pada dasarnya ID adalah subsistem dari kepribadian. Ia adalah penampungan
dan sumber dari sumber dari semua kekuatan jiwa yang menyebabkan
berfungsinya suatu sistem. Id ini seringkali dilukiskan sebagai kawah mendidih
yang berisi penghargaan dan keinginan-keinginan yang memerlukan pemuasan
secepatnya. Pengharapan-pengharapan ini berasal dari insting-insting psikologi
yang dipunyai setiap orang sejak lahir. Di dalam rangka mencari pemuasan dari
keinginan-keinginan Id tidak belenggu oleh faktor-faktor pembatas seperti etik,
moral, alasan atau logika. Oleh karenanya tidaklah heran jika terdapat dua hal
yang bertentangan terjadi Id secara tetap merupakan suatu upaya untuk
mendapatkan penghargaan, pemuasan dan kesenangan. Upaya ini secara pokok di
wujudkan lewat libideo.
b. Konsepsi Ego
Kalau Id diterangkan sebagai sumber ketidak sadaran manusia, maka ego
menunjukkan sebaliknya ialah sumber rasa sadar. Ia mewakili logika dan
dihubungkan dengan prinsip-prinsip realitas. Ego merupakan subsistem yang
berfungsi ganda yakni melayani dan sekaligus mengendalikan dua sistem lainnya
(Id dan superego) dengan cara berinteraksi dengan dunia luar atau lingkungan luar
(eksternal
environment).
menghubungkan
kedunia
Ego
luar
mengembangkan
untuk
kepentingan
mendapatkan
Id
dengan
pemuasan-pemuasan
keinginannya. Dengan kata lain ego bertindak sebagai perantara bagi Id. Tujuan
ego adalah untuk melindungi kehidupan ini dengan cara menafsiri dengan meggali
29
apa yang terjadi didalam lingkungan luar, sehingga Ego menjadi sadar tentang apa
yang terjadi di dunia dan apa yang yang dialaminya. Ia dapat mengembangkan
suatu fasilitas untuk menimbang dan belajar guna menyesuaikan dan bertindak
sesuai dengan lingkungannya. Ego akan bereaksi terhadap keinginan-keinginan Id
dengan mempertimbangkan terlebih dahulu apakah keinginan itu dapat
memuaskan atau tidak. Jika keputusannya “ya” ego kemudian berusaha
mendapatkan alat untuk melakukan keinginan Id tersebut. Jika jawabannya tidak
maka Ego menekankan keinginan-keinginan tersebut atau mengarahkan ke tempat
yang lain lebih memungkinkan tercapainnya realitas.
C. Konsepsi Superego
Superego sebenarnya adalah kekuatan moral dari personalitas. Ia adalah
sumber norma atau standard yang tidak sadar yang menilai dari semua aktivitas
ego. Superego menetapkan suatu norma yang memungkinkan ego memutuskan
apakah suatu itu benar atau salah. Ia juga dapat bertindak sebagai mediator
terhadap hukuman dari saling interaksinya ego dengan masyarakat. Seseorang
tidaklah sadar akan cara kerja superego. Kesadaran dalam superego dikembangan
lewat penyerapan dari nilai-nilai kultural dan moral dalam masyarakat. Seseorang
tidaklah
sadar
akan
cara
kerja
superego.
Kesadaran
dalam
superego
dikembangkan lewat penyerapan dari nilai-nilai cultural dan moral masyarakat.
Sebenarnya orangtua merupakan salah satu faktor yang amat penting di dalam
pengembangan superego dari anak-anak. Setelah anak-anak mampu melewati
mampu melewati Oedipus komplek (cinta pada orangtua).maka mereka kemudian
30
secara tidak sadar akan mengindentifikasi sesuatu itu dengan moral dan nilai
orangtuanya.
F. Perbedaan kartun dan Animasi
Definisi Animasi
Animasi merupakan salah satu bagian grafika komputer yang menyajikan
tampilan-tampilan yang sangat atraktif juga merupakan sekumpulan gambar yang
ditampilkan secara berurutan dengan cepat untuk mensimulasi gerakan yang
hidup. Pemanfaatan animasi dapat ditujukan untuk simulasi, menarik perhatian
pemakai komputer pada bagian tertentu dari layar, memvisualisasikan cara kerja
suatu alat atau menampilkan keluaran program dengan gambar-gambar yang
menarik dibanding dengan sederetan angka, serta tidak ketinggalan untuk
program-program permainan.
Pada dasarnya, animasi adalah transformasi objek yang di mana semua titik
pada sembarang objek akan diubah sesuai dengan aturan tertentu, sementara
sistem koordinatnya tetap. Implementasi pada animasi dapat dikerjakan secara
interaktif maupun non interaktif. Dibandingkan animasi non interaktif, animasi
interaktif memberikan tampilan yang lebih menarik dan dinamis. Pada animasi
interaktif, pergerakan objek mengikuti perintah yang diberikan oleh pemakai
lewat perangkat interaktif. Sedangkan animasi non interaktif, pergerakan objek
hanya dikendalikan dari prosedur yang ada di dalam sebuah program. Untuk
animasi interaktif kebanyakan digunakan untuk program-program permainan,
sedangkan animasi non interaktif kebanyakan untuk melakukan simulasi objek.
31
Pembuatan animasi masih dilakukan secara sederhana dan konvensional
dengan cara menggerakkan beberapa gambar secara bergantian dan cepat sebelum
tahun 1970-an. Gambar tersebut masih menggunakan lukisan tangan atau
menggunakan foto dari serangkaian kejadian. Hingga pada akhir tahun 1970-an,
seorang ahli program bernama Julain Gomez mengembangkan sebuah program
khusus untuk animasi. Pengembangan program tersebut dilakukan di negara
bagian Ohio, Amerika Serikat.
Komputer digital yang berkembang pesat sangat mempengaruhi proses
pengerjaan animasi. Animasi kemudian membentuk suatu bidang baru dalam ilmu
komputer yaitu grafika komputer yang dapat digunakan untuk menggambarkan
cara kerja suatu alat dan menampilkan keluaran program berupa gambar yang
lebih hidup dan interaktif. Animasi banyak digunakan pada berbagai bidang
seperti bidang perekayasaan, arsitektur, ekonomi, kedokteran, dan lain-lain.
Animasi yang bagus dihasilkan dari gambar yang cukup banyak agar gambar
yang dihasilkan akan tampak gerakan yang berkesan halus. Dalam hal ini, maka
gambar-gambar tersebut haruslah berpindah posisi sekecil mungkin agar pada
perubahan atau pergantian gambar terlihat lebih menarik dan bagus. Selain itu
diperlukan juga kecepatan tertentu untuk tampilan gambar yang akan dibuat
dalam animasi. Hal ini tergantung pada jumlah gambar yang diberikan. Kecepatan
yang dimaksud yaitu begitu satu gambar ditampilkan maka akan berganti gambar
berikutnya dengan kecepatan tertentu. Makin cepat pergantian antara satu gambar
dengan gambar berikutnya maka akan menghasilkan gerakan gambar yang
semakin halus.
32
Definisi Kartun
Kartun adalah sebuah gambaran atau serangkaian gambar yang memuat cerita
atau pesan dalam wujud sindiran atau humor (The World book Encyclopedia
dalam Intisari, Januari 1992). Seorang antropolog, Dr. Mark Hobart menyebut
kartun sebagai suatu bentuk seni yang berbeda, mampu membuat situasi kompleks
menjadi elemen sederhana, sebab kartun adalalah sarana yang mampu merubah
cara memahami dunia dengan menekankan aspek yang biasanya terkubur dalam
hiruk pikuk kita sehari-hari (Museum Pendet, 2004:26).
Kartun adalah sebuah gambar yang bersifat representasi atau simbolik,
mengandung unsur sindiran, lelucon atau humor (Setiawan, 2002:33). Kartun
mengungkapkan masalah sesaat secara ringkas yang lebih berkepentingan pada
momen namun digarap tajam dan humoristis dengan menekankan pada esensi atau
inti permasalahan sehingga tidak jarang memancing senyum dan tawa pembaca.
Humor dalam kartun merupakan perpaduan antara ide (idea) dengan menggambar
(drawing)yang diupayakan untuk membuat orang yang melihat tersenyum
sekaligus merenung (Mishon, 2003:4).
Kartun pada awalnya, merupakan bidang yang dimiliki oleh seniman gambar
oleh R.C. Harvey kartun digolongkan ke dalam bentuk komik yang menekankan
pada aspek humor. Kartun berupa gambar tunggal yang berkombinasi dengan
kata-kata yang bersifat naratif, sehingga wajar jika sebagian kalangan
menganggap kartun sama dengan komik
33
G. Asal Mula Film Kartun
Animasi merupakan sutu teknik yang banyak sekali dipakai di dalam dunia
film dewasa ini, baik sebagai suatu kesatuan yang utuh, bagian dari suatu film,
maupun bersatu dengan film live. Dunia film sebetulnya berakar dari fotografi,
sedangkan animasi berakar dari dunia gambar, yaitu ilustrasi desain grafis (desain
komunikasi visual). Melalui sejarahnya masing-masing, baik fotografi maupun
ilustrasi mendapat dimensi dan wujud baru di dalam film live dan animasi.
Dapat dikatakan bahwa animasi merupakan suatu media yang lahir dari
dua konvensi atau disiplin, yaitu film clan gambar. Untuk dapat mengerti clan
memakai teknik animasi, kedua konvensi tersebut harus dipahami dan dimengerti.
Film, biasa dipakai untuk merekam suatu keadaan, atau mengemukakan
sesuatu. Film dipakai untuk memenuhi suatu kebutuhan umum, yaitu
mengkomunikasikan suatu gagasan, pesan atau kenyataan. Karena keunikan
dimensinya, clan karena sifat hiburannya, film telah diterima sebagai salah satu
media audio visual yang paling popular dan digemari. Karena itu juga dianggap
sebagai media yang paling efektif.
Untuk dapat mempergunakan media film ada dua masalah pokok yang
harus dihadapi, yaitu masalah teknis film clan masalah teknik mengemukakan
sesuatu denga film atau biasa disebut teknik presentasi. Demikian juga dengan hal
yang harus diketahui di dalam film animasi, yaitu masalah teknik animasi, dan
masalah teknik mengkomunikasikan sesuatu dengan teknik animasi. Sering
perkataan teknik berkomunikasi lebih akrab dikatakan seni berkomunikasi.
34
Di dalam kenyataannya memang hal ini sangat erat hubungannya dengan
berbagai bidang kegiatan seni, baik visual maupun verbal atau teateral. Bagi
seorang perencana komunikasi, kegiatan ini sangat penting dimengerti. Seorang
pembuat film akan mengahadapi masalah teknik membuat film dan seni membuat
film.
Semua hal yang tertulis di dalam pembahasan ini, bukanlah suatu batasan,
melainkan suatu cara melihat dan ringkasan permasalahan yang harus
dikembangkan.
H. Kajian Teori Sosiologi
TEORI INTERASIONISME SIMBOLIK
Salah satu pesoalan yang sering kali muncul dalam teori-teori sosial adalah
tentang berhubungan antara individu dan masyarakat. Bagaimana masyarakat
“membentuk” individu-individu atau sebaliknya bagaimana individu-individu
menciptakan, mempertahankan, dan mengubah masyarakat? Dalam hal apa saja
masyarakat dan kepribadiaan mempunyai hubungan timbal balik tetapi juga
terpisah satu sama lain?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu tidak bias dijawab oleh teori-teori marco
seperti fungsionalisme atau teori konflik. Itulah sebabnya muncul minat baru
untuk mempelajari proses-proses yang terjadi antara individu dengan individu dan
antara individu dengan masyarakat. Dalam hal ini, perhatian baru lebih diarahkan
kepada pemahaman tentang proses interaksi sosial dan akibat-akibatnya bagi
35
individu dan masyarakat. Hal seperti inilah yang menjadi pokok perhatian dari
perspektif interaksionalisme simbolik.
Istilah interaksionalisme simbolik yang digunakan pertama kalinya oleh
Herbert Blummer, pada dasarnya merupakan satu perspektif psikologi sosial.
Perspektif psikologi sosial. Perspektif ini memusatkan perhatiannya pada analisa
hubungan antara pribadi. Individu dipandang sebagai pelaku yang menafsirkan,
menilai, mendefinisikan, dan bertindak. Kendati istilah ini digunakan pertama
kalinya Blummer, dalam kenyataannya, beberapa pemikir sebelumnya dia telah
memberikan sumbangan penting bagi perkembangan perspektif ini. Karena itu
pada bagian berikut ini akan diuraikan sedikit mengenai pikiran-pikiran dari
pendahulu-pendahulu Blummer.
LATARBELAKANG HISTORIS INTERAKSIONALISME SIMBOLIK
Para pemikir yang telah turut berjasa dalam mengembangkan perspektif ini
adalah sebagai berikut:
1. George Simmel
Simmel adalah sosiolog Eropa pertama yang melakukan studi yang serius
tentang interaksi. Dia menyebutkan “sosiabilitas”. Menurut Simmel, strukturstruktur dari proses-proses macro yang dipelajari oleh teori-teori fungsionalisme
dan teori konflik adalah cerminan dari interaksi-interaksi khusus antara sesama
manusia. Simmel menaruh perhatian khusus tentang pemahaman akan bentukbentuk dan konsekuensi berbagai bentuk interaksi yang berbeda-beda. Salah satu
bidang yang menjadi pusat perhatiannya ialah mengenai hubungan antara individu
36
dan masyarakat. Di dalam bukunya yang terkenal “Conflict And The Web Of
Group Affilaations” (1922/1955) dia misalnya mengatakan bahwa kepribadian
manusia timbul dari dan dibentuk oleh kelompok atau budaya di mana seseorang
hidup. Keberadaan seseorang, bagaimana dia berpikir dan bertingkah laku
dipengaruhi oleh keanggotaannya dalam kelompok tertentu.
2.
William James
James adalah orang pertama yang mengembangkan secara jelas konsep
tentang “self” (diri). Menurut dia, manusia mempunyai kemampuan untuk melihat
dirinya sebagai obyek. Dalam kemampuan itu, ia bisa mengembangkan suatu
sikap dan perasaaan terhadap dirinya sendiri. Lebih lanjut ia juga dapat
membentuk tanggapan-tanggapan terhadap perasaaan-perasaan dan sikap-sikap
itu. James juga menyebutkan kemampuan-kemampuan ini sebagai “self”. Dia
mengakui pentingnya kemampuan-kamampuan ini didalam membentuk cara-cara
seseorang menanggapi dunia dan sekitarnya
3. Charles Horton Cooley
Cooley menjelaskan dua hal tentang self. Pertama, dia melihat self sebagai
proses dimana individu-individu bisa melihat self sebagai proses dimana individuindividu bisa melihat diri mereka sendiri sebagai obyek bersama dengan obyekobyek lainnya didalam lingkungan sosial mereka. Kedua, dia mengakui bahwa
“self” muncul dari komunikasi dengan oranglain, seorang individu menafsirkan
gerak-gerik oranglain, dan dengan demikian dia dapat melihat dirinya berdasarkan
sudut pandang oranglain. Mereka membayangkan bagaimana oranglain menilai
37
mereka. Dengan demikian mereka membentuk gambaran-gambaran tentang diri
sendiri. Cooley menamakan proses ini, “Looking Glass Self” (diri berdasarkan
penglihatan oranglain). Dia juga mengakui bahwa “self” muncul dari interaksi
berdasarkan konteks kelompok. Dialah yang mengembangkan konsep tentang
kelompok primer yang cukup menentukan perkembangan kepribadian seseorang.
4. John Dewey
Sebagai pendukung utama pragmatism, dewey memusatkan perhatiannya pada
proses penyesuaian diri manusia terhadap dunia. Menurut dia, keunikan manusia
muncul dari proses penyesuaian diri dengan kondsi-kondisi hidupnya. Dewey
menegaskan bahwa apa yang unik dalam diri manusia adalah kemampuannya
untuk berpikir. Selama hidupnya dia berusaha untuk memahami kesadaran
manusia. Pertanyaan-pertanyaan yang menghantuinya ialah: bagaimana pikiran
membantu manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan banyak
mempengaruhi Herbert Mead. Dewey telah menunjukan bahwa pikiran timbul
dari interaksi dengan dunia sosial.
Sekalipun para pemikir ini menyajikan sejumlah konsep yang berhubungan
dengan interaksionisme simbolik, namun mereka tidak berhasil membuat satu
sintense atau sistermatisasi mengenai perspektif itu. Interaksionisme simbolik
berkembang menjadi satu perspektif dalam sosiologi berkat usaha dua teoritikus
terkenal, yakni George Herbert Mead dan Herbert Blumer, yang tidak lain adalah
murid dari mead, mengembangkan ajaran gurunya itu. Pada bagian berikut ini kita
akan menguraikan beberapa pokok pikiran mengenai teori ini.
38
ITERAKSIONISME SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD
George Herbert Mead menghabiskan sebagian besar waktunya dengan
mengajar di Universitas Chicago. Disana dia menulis banyak artikel dan tidak
pernah menulis buku. Bukunya yang berjudul: Mind, Self, and Society baru
terbitkan sesudah meninggal. Buku itu merupakaan kumpulan bahan kuliah yang
diberikannya di Universitas Chicago. Dalam buku itu, dia memndiskusikan antara
lain tentang Mind, Self, Society.
Mind (Akal Budi)
Mead memandang akal budi (Mind) bukan sebagai satu benda, melainkan
sebagai satu proses. Menurut dia, akalbudi manusia secara kualitatif berbeda
dengan binatang. Misalnya, dua ekor anjing yang terlibat dalam perkelahian
sebetulnya Cuma melakukan tukar-menukar isyarat tanpa bermaksud memberikan
pesan. Aksi dari anjing yang satu menimbulkan reaksi pada anjing yang lain.
Kemudian reaksi pada anjing kedua menjadi aksi yang menimbulkan reaksi
pertama dan seterusnya. Tidak ada keterlibatan mental dan akal budi didalamnya.
Tidak terpikirkan oleh anjing pertama bahwa dengan mengeramkan gigi dia mau
menyampaikan pesan kepada anjing kedua. “Awas kau, saya marah sekali”.
Sekalipun ada manusia yang bertindak dengan skema demikian, yakni reaksi dan
aksi, namun kebanyakan tindakan manusia melibatkan suatu proses mental.
Artinya antara Aksi dan Reaksi terdapat suatu proses yang melibatkan pikiran atau
kegiatan mental.
39
Dalam perkelahian diantara dua orang manusia, misalnya, apabila orang
pertama mengepalkan tinju, maka kepalan tinju itu bukan sekedar satu isyarat atau
gesture melainkan satu symbol yang syarat dengan makna. Bagi kita, kepalan tinju
itu mengandung sejumlah makna atau arti karena simbol yang sama bisa
mempunyai arti yang berbeda dalam konteks yang berbeda, yakni tergntung
kepada setting dimana seseorang itu mengepalkan tinju itu. Misalnya apabila dua
orang yang sedang marah dan mengepalkan tinju, maka kepalan tinju itu bersifat
ancaman. Bila seseorang anak muda di pinggiran jalan mengepalkan tinju sambil
menahan bus maka hal itu berarti bahwa ia mau menumpang bus itu walaupun
Cuma bergantung pada bagian belakang.
Self (Diri)
Bagi Mead, kemampuan untuk memberi jawaban kepada diri sendiri
sebagaimana ia member jawaban terhadap oranglain, merupakan kondisi-kondisi
penting bagi rangka perkembangan akalbudi itu sendiri. Dalam arti ini, self
sebagaimana juga Mind bukanlah suatu objek melainkan suatu proses sadar yang
mempunyai beberapa kemampuan, seperti:
1. Kemampuan untuk memberikan jawaban atau tanggapan kepada diri
sendiri sebagaimana oranglain juga memberikan jawaban atau
tanggapan.
2. Kemampuan untuk memberikan jawaban sebagaimana ‘generalized
other’ atau aturan, norma-norma, hukum memberikan jawaban
kepadanya.
40
3. Kemampuan untuk mengambil bagian dalam percakapannya sendiri
dengan oranglain.
4. Kemampuan untuk menyadari apa yang sedang dikatakannya dan
kemampuan untuk menggunakan kesadaran itu untuk menentukan apa
yang harus dilakukan pada tahap berikutnya.
Menurut Mead, self itu mengalami perkembangan melalui proses
sosialisasi. Ada tiga tahap dalam proses sosialisasi itu yaitu tahap bermain. Dalam
tahap ini seorang anak bermain dengan peran-peran dari orang-orang yang
dianggap penting olehnya. Misalnya anak laki-laki mungkin akan memainkan
peran ayah sedangkan anak wanita akan berperan sebagai ibu. Atau mereka juga
dapat memainkan peran-peran lain didalam masyarakat seperti guru, dokter, polisi
dan lain-lain.
Tahap kedua dalam proses pembentukan konsep tentang diri adalah tahap
pertandingan. Pada tahap ini seorang anak terlibat dalam suatu tingkat organisasi
yang lebih tinggi. Para peserta dalam suatu pertandingan mampu menjalankan
peran orang-orang yang berbeda secara serentak dan mengorganisirnya dalam
suatu keseluruhan. Dalam hal ini mereka harus memperhitungkan peran-peran lain
dalam kelompok dalam bertingkah laku.
Tahap ketiga ialah Generalized Other. Generalized Other adalah harapanharapan, kebiasan-kebiasaan dan standar-standar umum masyarakat. Dalam Tahap
ini seorang anak mengarahkan tingkah laku berdasarakan standar- standar umum
atau harapan- harapan masyarakat, atau norma-norma kehidupan masyarakat.
41
Society (masyarakat)
Dalam uraian tentang akal budi (mind) dan diri (self), kita bisa melihat
gambaran umum tentang konsep Mead yang sangat rumit mengenai kesadaran.
Namun uraian mead tentang masyarakat bersifat lemah. Konsepnya tentang
masyarakat tidak terlalu cemerlang. Ketika Mead berbicara tentang masyarakat ia
tidak dapat berpikir tentang masyarakat ia tidak berpikir tentang masyarakat
tentang masyarakat ia tidak berpikir tentang masyarakat dalam skala besar atau
dalam strukturnya yang makro sebagaimana dipikirkan oleh Durkheim atau marx.
PRINSIP-PRINSIP DASAR INTERKASIONISME SIMBOLIK
Kemampuan Untuk Berpikir
Kemampuan untuk berpikir itu berada dalam akal budi tetapi
interaksionisme simbolik memahami akal budi secara lain. Mereka membedakan
akal budi dari otak. Manusia harus memiliki otak supaya ia bisa mengembangkan
akal budinya tetapi otak tidak optimis menciptakan akal budi sebab binatang
mempunyai otak namun tidak bisa berpikir. Interaksionisme simbolik juga tidak
melihat akal budi sebagai benda atau struktur fisis melainkan suatu proses yang
berkesinambungan. Prose itu adalah bagian dari proses yang lebih luas aksi dan
reaksi.
Berpikir dan Berinteraksi
Orang yang memiliki hanya kemampuan untuk berpikir yang bersifat
umum. Kemampuan ini mesti dibentuk dalam proses interaksi sosial. Pandangan
42
ini menghantar interaksionisme Simbolik untuk memperhatikan satu bentuk
khusus dari interaksi sosial yakni sosialisasi. Kemampuan manusia untuk berpikir
sudah dibentuk dalam sosialisasi pada masa anak-anak dan berkembang selama
sosialisasi ketika orang menjadi dewasa.
Pembelajaran Makna Simbol-Simbol
Dalam Interaksi sosial, orang belajar symbol-simbol dan arti-arti. Kalau
orang memberikan reaksi kepada symbol-simbol, orang harus terlebih dahulu
berpikir. Tanda mempunyai arti didalam dri mereka sendiri. Misalnya gerak –
gerik dari anjing yang marah adalah tanda bahwa ia marah. Sedangkan symbol
adalh obyek sosial yang digunakan untuk mewakili apa saja yang disepakati untuk
diwakilinya. Misalnya, bendera merah putih adalah lambing Indonesia.
Aksi dan Interaksi
Perhatian utama dari interaksionisme simbolik adalah dampak dari arti-arti
dan symbol-simbol dalam aksi dan interaksi manusia. Dalam hal ini, mungkin
baik kalau kita menggunakan pembedaan yang dibuat oleh mead tentang Covert
behavior atau tingkah laku yang tersermbunyi dan overt bahaviour atau tingkah
laku yang terbuka atau terang-terangan.
INTERAKSIONISME SIMBOLIK DALAM KARYA ERVING GOFFMAN
Salah satu karya dalam yang cukup penting tentang self nampaknya dalam
karya Goffman yang berjudul “Presentation Of Self In Everyday Life” (1959).
Konsep goffman tentang self sangat dipengaruhi oleh George Mead, khususnya
43
dalam diskusi dalam keterangan tentang “I” (sebagai aspek diri yang spontan) dan
“Me” (sebagai aspek diri yang dibebani oleh norma-norma sosial). Keterangan itu
terjadi karena ada perbedaaan antara apa yang orang lain harapkan supaya kita
berbuat dengan apa yang kita inginkan dengan spontan. Ada perbedaan antara
keinginan pribadi dan keharusan yang diharapkan oleh oranglain atau masyarakat.
Dengan keadaan demikian, maka guna mempertahankan gambaran diri
yang stabil, manusia cenderung melakonkan peran-peran sebagaimana halnya
seorang actor dan aktris memainkan perannya diatas paanggung pertunjukkan.
Karena itu goffman cenderung melihat kehidupan sosial sebagai satu seri drama
atau seri pertunjukkan dimana para actor memainkan peran-peran tertentu.
Pendekaatan ini disebutya dengan pendekatan dramaturgi. Dalam pendekatan ini
dia membandingkan kehidupan sosial sebagai sebuah pertunjukan atau drama.
Dalam pertunjukan itu, panggung berarti lokasi atau tempat dimana kehidupan
sosial itu berlangsung. Drama atau pertunjukkan adalah kehidupan sosial,
sedangkan actor-aktris adalah posisi-posisi atau status-status tertentu dalam
masyarakat.
Hakekat Self dalam karya Goffman
Goffman melihat self bukan sebagai milik atau aktor pelaku, melainkan
produk atau hasil interaksi antara actor dan penonton. Artinya self mengerahkan
tingkah lakunya sesuai dengan harapan penonton yang diperoleh aktor ketika
berinteraksi dengan penonton. Oleh karena self adalah produk atau hasil dari
interaksi antara aktor dan penonton maka ada kemungkinan bahwa interaksi
44
selama pertunjukan itu bisa terganggu. Dalam pendekatan dramaturgi ini, goffman
ingin menyelidiki proses-proses yang ditempuh oleh aktor untuk mengatasi
gangguan-gangguan yang mungkin saja timbul dalam interaksi tersebut.
Goffman mempunyai asumsi bahwa ketika individu-individu berinteraksi
atau memainkan lakon-lakon dalam panggung sandiwara, maka mereka ingin
supaya diri (self) mereka terima. Tetapi pihak lain, ketika mereka memainkan
peran-perannya, mereka tetap menyadari kemungkinan akan adanya penonton
yang bisa mengganggu pertunjukan mereka. Oleh karena itu, para aktor harus
selalu menyesuaikan dirinya dengan keinginan dan harapan penonton, terutama
menyangkut elemen-elemen hal yang bisa mengganggu. Para aktor itu berharap
bahwa self atau diri yang mereka tampilkan dalam pertunjukan itu, cukup kuat
atau mengesankan sehingga para penonton bisa memberikan definisi (deskripsi)
tentang diri mereka (aktor-aktor) itu sesuai dengan keinginan aktor-aktor itu
disendiri.
Bagian Depan Panggung
Dalam mengikuti analogi teater ini, goffman juga berbicara tentang bagian
depan panggung (front stage). Bagian depan panggung itu berfungsi untuk
mendefinisikan situasi. Kemudian goffman masih membedakan bagian-bagian
dari front-stage itu. Ada bagian yang disebut setting. Setting adalah bagian-bagian
yang secara fisik (alat-alat) yang harus berada disana apabila si aktor tampil.
Setting itu bagi seorang aktor yang menyanyi bisa berarti sound-system, mike,
45
piano, gitar, jazz, dan lain-lain. Tanpa setting itu seorang aktor tidak mungkin
tampil.
Goffman mengatakan bahwa oleh karena orang pada umumnya berusaha
menampilkan suatu self atau diri yang yang diidealkan front stage, maka mau
tidak mau mereka harus menyembunyikan hal-hal tertentu dalam pertunjukan atau
performance itu. Pertama, aktor misalnya menyembunyikan hal-hal yang bersifat
negatif seperti minum mabuk atau kecanduan obat bius karena hal-hal itu tidak
kompotibel dengan pertunjukan yang sedang dijalankan. Demikian seorang dokter
yang harus menyembunyikan hal-hal negatif dalam kehidupannya yang
berlawanan dengan profesinya sebagai dokter ketika ia menjalankan tugas sebagai
dokter.
Kedua, aktor mungkin juga ingin menyembunyikan kekeliruan-kekeliruan
yang terjadi selama latihan menjelang pertunjukan dan juga langkah-langkah yang
telah diambil untuk memperbaiki kekeliruan itu. Misalnya seorang sopir taksi
tidak akan menunjukkan kepada penumpangnya bahwa ia telah mengambil jalur
yang salah. Seorang dokter dalam proses perawatan tidak akan mengatakan
kepada pasien bahwa ia telah melakukan diagnosa yang salah.
Ketiga, aktor mungkin merasa perlu untuk menunjukkan hanya hasil dari
usahanya dan tidak menunjukkan usaha yang dilakukan menghabiskan berjamjam menyiapkan bahan kuliah, tetapi dia mungkin ingin berbuat seolah-olah dia
sudah selalu menguasai bahan itu.
46
Keempat,
Mungkin
juga
seorang
aktor
merasa
perlu
untuk
menyembunyikan dari hadapan penonton bahwa ia menggunankan cara-cara yang
kotor dalam melakukan usahanya hingga mencapai tujuan seperti yang
diharapkan. Pekerjaaan kotor itu bisa berarti cara-cara yang tidak legal, melawan
hukum, kejam, paksaan dan lain-lain. Misalnya seorang aktor harus minum obat
terlarang supaya tetap mempunyai gaya hidup yang terkesan mewah. Dalam
kehidupan sosial, misalnya, seorang individu harus menyogok atasannya supaya
bisa menduduki jabatan tertentu. Atau seorang mahasiswa nyontek supaya lulus
ujian.
Kelima, di dalam melakukan pertunjukan atau performance si aktor bisa
saja mengesampingkan standar-standar lain. Penjelasannya hampir sama dengan
bagian yang terdahulu. Dalam menyontek misalnya, seorang mahasisswa
mengabaikan nilai-nilai yang lain, seperti kejujuran, kerja keras, tanggung jawab
dan lain-lain.
Keenam, aktor mungkin saja merasa perlu untuk menyembunyikan
perasaan sakit hati, direndahkan dan lain-lain sehingga pementasan bisa berjalan
terus. Artinya sekalipun ada kritik, kekecewaan, perasaan tidak puas, kehidupan
tidak berjalan terus. Pada umumnya aktor menyembunyikan hal-hal ini dari
penonton karena mereka mempunyai kepentingan didalamnya.
Salah satu aspek dari dramaturgi atau pertunjukan panggung, khususnya
dalam front stage ialah bahwa si aktor atau si aktris sering kali mencoba untuk
memberikan kesan bahwa mereka lebih dekat dengan penonton dari pada
47
kenyataan yang sebenarnya. Misalnya si aktor mungkin mencoba untuk
memperkuat kesan bahwa pementasan yang sedang berlangsung adalah satu-satu
pementasan yang mereka lakukan atau pementasan yang paling penting dalam
kehidupan mereka.
Bagian Belakang Panggung.
Goffman juga mendiskusikan Back Stage (bagian belakang panggung).
Dimana bermacam-macam tindakan atau tingkah laku non-formal, boleh muncul.
Bagian belakang panggung biasanya tertutup atau terpisah. Dari bagian depan
panggung atau tidak tidak bisa dilihat dari bagian depan panggung. Para pembawa
acara atau aktor mengharapkan dan selalu mengusahakan supaya para penonton
tidak boleh muncul pada bagian belakang panggung (back stage). Performance
akan menjadi cukup sulit apabila mereka tidak berhasil mencegah penonton
memasuki back stage.
Dalam dunia sosial, back stage ini adalah tempat atau situasi dimana
seseorang individu tidak perlu beringkah laku sesuai dengan harapan-harapan
orang dan statusnya itu. Misalnya, didalam keluarga seorang tentara tidak harus
menunjukkan muka suram. Atau waktu reaksi, seorang iman tidak harus selalu
sopan dan jalan dengan kepala miring. Disana ia bisa tertawa dan membuat lucu.
Jadi, Back stage adalah dunia yang sedikit bersifat pribadi dimana orang-orang
lain tidak perlu menyaksikan aktivitas pribadinya.
Gabriel Tarde: Kearah Sumber-Sumber Psikologi Sosial
48
Gabriel Tarde (1843-1904) adalah salah satu pendiri psikologi sosial dan
kriminologi. Meskipun teorinya tentang peniruan (imitasi) pada saat ini
terlewatkan, namun demikian ia telah ikut memberi kontribusi dalam
mengemansipasi ilmu-ilmu kemanusiaan dari penjelasan biologisnya dengan cara
menunjukkan bobot determinisme sosial dan psikis perilaku manusia.
Lahir sebagai anak laki-laki seorang ahli hukum didaerah pedalaman,
Gabriel Tarde dibesarkan di lingkungan keluarga penganut ordo Jesuit. Pada
awalnya ia belajar matematika namun kemudian ditinggalkannya dan beralih ke
hukum serta meneruskan pekerjaan ayahnya. Pada tahun 1876 ia ditunjuk sebagai
hakim karena keahlian. Namun hasil karyanya yang pada masa itu sangat dihargai
segera menyebabkan dirinya terpilih dalam Direksi Statistik Pengadilan pada
Kementrian Keadilan (1894). Dan kemudian terpilih masuk ke College de France
pada tahun 1900 dalam bidang perkuliahan filsafat modern.
G. Tarde menjadi lebih dikenal karena pernah mengusulkan sebuah teori
tentang kebersamaan manusia dalam bermasyarakat yaitu peniruan (imitasi)
sebagai fundamen psikologi social atau sosiologi (ia mempergunakan kedua
istilah tersebut secara berbeda). Meskipun teori ini ternyata cukup menonjol
namun G. Tarde menjadi lebih tertarik dengan kontribusinya terhadap psikologi
criminal massa dan psikologi ekonomi.
Teori Peniruan (Imitasi)
Kata imitasi berasal dari bahasa inggris to imitate yang berarti mencontoh,
mengikuti suatu pola, istilah imitasi ini secara populer di artikan secara meniru.
49
Menurut Tarde masyarakat tidak lain dari pengelompokan manusia. Di mana
individu mengimitasi individu yang lain dan sebaliknya. Pendapat Tarde tersebut
ternyata banyak mendapatkan kritikan seperti yang di kemukakan Chorus, yang
antara lain mengatakan bahwa teori Tarde ternyata berat sebelah. Walaupun Tarde
tidak di terima secara mutlak namun olehnya telah di kemukakan suatu factor
yang memegang peranan penting pergaulan sosial antara lain manusia.
Gabriel Tarde beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial sebenarnya
berdasarkan faktor imitasi. Walaupun pendapat ini ternyata berat sebelah, peranan
imitasi dalam interaksi sosial itu tidak kecil. Misalnya bagaimana seorang anak
belajar berbicara. Mula-mula ia mengimitasi dirinya sendiri kemudian ia
mengimitasi kata-kata orang lain. Ia mengartikan kata-kata juga karena
mendengarnya dan mengimitasi penggunaannya dari orang lain. Lebih jauh, tidak
hanya berbicara yang merupakan alat komunikasi yang terpenting, tetapi juga
cara-cara lainnya untuk menyatakan dirinya dipelajarinya melalui proses imitasi.
Misalnya, tingkah laku tertentu, cara memberikan hormat, cara menyatakan terima
kasih, cara-cara memberikan isyarat tanpa bicara, dan lain-lain.
Selain itu, pada lapangan pendidikan dan perkembangan kepribadian
individu, imitasi mempunyai peranannya, sebab mengikuti suatu contoh yang baik
itu dapat merangsang perkembangan watak seseorang. Imitasi dapat mendorong
individu atau kelompok untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik.
Peranan imitasi dalam interaksi social juga mempunyai segi-segi yang
negatif. Yaitu, apabila hal-hal yang diimitasi itu mungkinlah salah atau secara
50
moral dan yuridis harus ditolak. Apabila contoh demikian diimitasi orang banyak,
proses imitasi itu dapat menimbulkan terjadinya kesalahan kolektif yang meliputi
jumlah serba besar.
Selain itu, adanya proses imitasi dalam interaksi sosial dapat menimbulkan
kebiasaan di mana orang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, seperti yang
berlangsung juga pada faktor sugesti. Dengan kata lain, adanya peranan imitasi
dalam interaksi sosial dapat memajukan gejala-gejala kebiasaan malas berpikir
kritis pada individu manusia yang mendangkalkan kehidupannya.
Imitasi bukan merupakan dasar pokok dari semua interaksi sosial seperti
yang diuraikan oleh Gabriel Tarde, melainkan merupakan suatu segi dari proses
interaksi sosial, yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi
keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku di antara orang banyak.
Teori Tarde selanjutnya sangat dekat dengan teori sugesti dari Hippolyte
Bernheim. Dikatakan bahwa G. Tarde jauh lebih menekankan pada kesadaran dan
hubungan antar manusia. Dalam hal ini teori tersebut berisi suatu kritik yang
sangat jelas perihal kecenderungan-kecederungan fisiologis yang sangat tereduksi
dari psikologi di zaman itu. Bagi G. Tarde (yang secara total setuju dengan
pendapat Durkheim dalam hal ini) manusia (lebih dari segalanya) ditentukan oleh
napsu dan keyakinan yang ditempanya dalam masyarakat tempat mereka hidup,
dan bukan karena pewarisan secara biologis. Pada point ini G. Tarde terlihat
betul-betul modern dan hal ini akan teruji dalam beberapa bidang analisis.
51
Tarde kemudian banyak membahas dan menulis topic tentang kejahatan
sebagai peristiwa social, psikologi massa, dan psikologi serta hubungan psikologi
dengan ilmu ekonormi. Dalam buku-bukunya tentang masalah criminal ia
menentang paradigma lama cara orang memandang para criminal dari sisi teori
biologis. Tarde berpendapat bahwa kejahatan itu memiliki penyebab psikologis
dan social karena bisa dibuktikan secara statistic. Beda dengan cara bandang lama
yang barbar.
Tarde kemudian sangat mempengaruhi dan menginspirasi pemikiran G. Le
Bon tentang psikologi massa yang menjadi tren pada masa itu. Pada zaman itu
orang mulai kawatir dengan peningkatan kelompok massa yang bersemangat
revolusioner dan kelas buruh yang berbahaya. Zaman itu juga menjadi zaman
ketika media informasi dan suksesi skandal serta affair dalam kehidupan public
meningkat sangat pesat. G. Tarde sangat mencurigai hal ini: “Menyingkapkan
atau menemukan suatu kabar dan objek kebencian dengan memanfaatkan public
masih menjadi salah satu cara yang pasti demi menjadi salah satu raja dalam
jurnalisme,,,”.
Salah satu tema lain yang disukai G. Tarde adalah perilaku ekonomi
individu dalam masyarakat (La Psychology economique, 1902). Disini ia berbeda
posisi dengan utilitarianisme dan teori tentang homo economicus yang berbunyi
bahwa kebutuhan manusia hendaknya bersifat “alamiah” dan pilihan konsumsi
hanya tergantung pada sebuah kalkulasi rasional sederhana menyangkut
biaya/keuntungan. Sebaliknya G. Tarde berusaha menunjukkan bahwa kebutuhan
merupakan hasil dari keinginan dan keyakinan yang terpisah dari suatu
52
masyarakat atau sub-kelompok dalam masyarakat. Ia membuat pemetaan psikososiologi tentang kegemaran dan kebiasaan konsumsi. Sayangnya tak lama
kemudian G. Tarde berusaha menjelaskan semuanya kembali dengan hukumhukum imitasinya. Ia gagal dengan abstraksinya sendiri.
Meski sebenarnya ketika masih hidup ia lebih dihargai dibanding
Durkheim namun G. Tarde sangat cepat didominasi oleh lawan-lawannya yaitu
sekelompok lulusan universitas yang pandai mempersiapkan suatu program
penilitian yang lebih cermat.
Selain hukum-hukum imitasinya yang terkenal, G. Tarde praktis tidak
memiliki apa-apa. Namun ia penulis yang secara historis sangat penting dan
pernah ikut memberi kontribusi kepada beberapa ilmu-ilmu kemanusiaan dengan
menjadikannya otonom dari ilmu biologi, dan dengan menunjukkan arti penting
kesadaran serta afektivitas dalam perilaku.
I. Perkembangan Konsep Moral
Anak-anak yang dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang trerdidik dan
memiliki tingkat sosial ekonomi yang cukup, jelas akan memiliki kesempatan
yang sangat banyak untuk memperoleh sosialisasi dan mengaktualisasi diri dalam
proses pertumbuhannya.
Tahir (2004), menyebutkan Perkembangan anak-anak merupakan tanggung
jawab bersama keluarga, masyarakat dan pemerintah, termasuk didalamnya
adalah lingkungan pergaulannya. Anak-anak yang tumbuh pad lingkungan yang
bebas tanpa aturan yang ketat, maka anak-anak juga memiliki kebebasan yang tak
53
terkendali, terutama dalam melihat, menyaksikan dan berbuat apa saja, yang dapat
merusak moral dan sekaligus masa depan pendidikannya.
Perkembangan moral bergantung dari perkembangan kecerdasan. Ia terjadi
dalam tahapan yang dapat diramalkan yang berkaitan dengan tahapan dalam
perkembangan kecerdasan. Dengan berubahnya kemampuan menangkap dan
mengerti, anak-anak bergerak ke tingkat perkembangan moral yang lebih tinggi.
Sementara urutan tahapan perkembangan moral tetap, usia anak mencapai tahapan
ini berbeda menurut tingkat perkembangan kecerdasan mereka (19, 78).
Pada masa perkembangan kecerdasan mencapai tingkat kematangannya,
perkembangan moral juga harus mencapai tingkat kematangannya. Bila hal ini
tidak terjadi, individu dianggap sebagai orang yang “tidak matang secara moral,”
yakni yakni seorang yang secara intelektual mampu berprilaku moral secara
matang, namun berprilaku moral pada tingkat seorang anak.
Fase Perkembangan Moral
Bila moralitas yang sesungguhnya harus dicapai, perkembangan moral
harus terjadi dalam dua fase yang jelas; Pertama, perkembangan perilaku moral
dan Kedua, perkembangan konsep moral. Pengetahuan moral tidak menjamin
tingkah laku moral karena prilaku dimotivasi oleh factor yang lain dari
pengetahuan. Tekanan sosial, bagaaimana perasaan anak tentang dirinya,
bagaimana mereka diperlakukan oleh anggota keluarganya dan teman sebayanya,
keinginannya pada saat itu dan banyak factor lain mempengaruhi bagaimana anak
akan bersikap bila suatu pilihan harus diambil.
54
Perkembangan perilaku moral anak dapat belajar untuk berperilaku sesuai dengan
cara yang disetujui melalui cara coba ralat, melalui pendidikan langsung, atau
melalui identifikasi. Diantaea ketiganya, pendidikan langsung dan identifikasi
bukan saja merupakan metode terbaik, tetapi juga yang paling luas digunakan.
Bagaimana masing-masing metode menunjang perkembangan perilaku moral di
uraikan sebagai berikut:
1. Belajar dengan Coba-ralat.
Bila anak belajar untuk bersikap seperti sesuai dengan apa yang diterima
secara sosial oleh masyarakat dengan cara coba ralat, mereka melakukannya
dengan mencoba suatu pola perilaku untuk melihat apakah itu memenuhi standar
sosial dan memperoleh persetujuan sosial Bila tidak mereka mencoba metode lain
dan seterusnya hingga suatu saat, secara kebetulan dan bukan karena
direncanakan, mereka menemukan metode yang memberi hasil yang diinginkan.
Metode ini menghabiskan waktu dan tenaga, dan hasil akhirnnya seringkali jauh
memuaskan.
2. Pendidikan Langsung
Dalam belajar berperilaku sesuai dengan tuntunan masyarakat, anak pertamatama harus belajar memberi reaksi terutama yang ntepat dalam situasi terttentu.
Ini mereka lakukan dengan mematuhi peraturan yang diberi orangtua dan
oranglain berwewenang. Bila aspek obyektif dari berbagai situasi ini serupa, anak
mengalihkan pola perilaku yang telah dipelajarinnya dalam situasi kesituasi lain
yang serupa.Sebaliknya, bila aspek obyek tersebut berbeda, anak akan gagal
55
melihat bagaimana hal yang mereka pelajari dala msituasi dapat diterapkan
kesituasi yang lain.
3. Identifikasi
Bila anak mengidentifikasi dengan orang yang dikaguminya, merreks meniru pola
perilaku dari orang tersebut, biasannya secara tidak sadar dan tanpa tekanan dari
mereka. Identifikasi sebagai sumber belajar perilaku moral semakain penting
tatkala anak bertambah besar dan melawan terhadap disiplin di rumah dan di
sekolah. Memiliki seseorang untuk identifikasi dari akan mengisi kesenjangan dan
memberi pegangan yang diperlukan bagi perkembangan perilaku moral.
1. Perkembangan Konsep Moral
Fase kedua dari perkembangan moral adalah fase belajar tentang konsep moral
adalah fase belajar tentang konsep moral, atau prinsip-prinsip benar atau salah
dalam bentuk abstrak dan verbal. Ini tentu saja terlalu sulit bagi seorang anak
kecil. Latihan dalam prinsip moral karenanya harus menunggu hingga anak telah
mempunyai kemampuan mental untuk membuat generalisasi dan memtransfer
prinsip tingkah laku dari satu situasi ke situasi yang lain.
2. Peran orang tua Dalam Pembinaan Moral anak
Dalam proses sosialisasi, dengan terjadinya sikap-sikap atau pendirianpendirian anak yang nyata-nyata bertentangan dengan ketentuan-ketentuan sosial,
maka orangtua dituntut secara langsung peranannya untuk meluruskan kembali
sikap dan perilaku anak. Orangtua selain bertanggung jawab atas sosialisasi anak-
56
anaknya dianggap oleh masyarakat atau wakil masyarakat dalam lingkungan
hidup keluarganya.
Terjadinya
kontras
antara
moral
dan
ketentuan-ketentuan
dalam
menjalankan peranan-peranan kemasyarakatan, telah banyak diuraikan. Cukup
banyak perasaan orangtua yang keliru ( the guilt feelings of parents), moral
mereka terlalu mendominasi superego, sehingga menimbulkan keinginan baginya
untuk memaksakan kepada anak yang sedang dalam proses sosialisasi, segala
gagasan atau cita-citanya, anak dipaksa dengan dukungan sanksi-sanksi yang
secara psikologis dapat dirasakan terlalu berat oleh anak. Akibatnya jiwa anak
menjadi tertekan, perasaan takut selalu menghantuinya, sehingga selalu berada
dalam kemurungan, di antara pesimistis dan frustrasi.
Sejalan dengan perkembangan anak pada kedewasaannya, kenyataankenyataan yang terdapat pada mereka yang memperkenalkan dirinya pada
lingkungan keluarga, lingkungan keluarga besar dan masyarakat, ternyata faktafakta yang berkaitan dengan moral masih banyak yang terselubung, rupa-rupanya
masih banyak yang dirahasiakan olehnya.
Dalam mengungkapkan apa yang masih dirahasiakannya itu, pada
akhirnya ibu (para ibu) terpaksa menempuh jalan yang lebih halus, mendorongnya
untuk melakukan pembicaraan dari hati kehati dengan anak-anak perempuannya
sehingga para ibu secara berangsur-angsur dapat mengenali rahasia-rahasia
mereka, dan disamping itu dapat mengenali rahasia-rahasia mereka, dan
disamping itu dapat lebih meresapkan serta menerapkan nasihat-nasihat, petunjuk-
57
petunjuk serta pengarahan-pengarahannya pada anak gadis (para anak gadisnya).
Sedangkan ayah (ayah-ayah mereka) serta berangsur-angsur pula menyampaikan
kebijakan-kebijakan kepada anak lelaki (para anak laki-lakinya). Folkwys dan
mores atau segal bentuk kebiasaan yang berkaitan dengan kejantanan para pria
terutama kelompok anak-anak yang telah mencapai kedewasaan, tentang usaha
dan profesinya, tentang kehidupan politik dan masyarakat.
J. Peran Media Massa
Media Massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu
sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigm utama media masssa.
Dalam mempelajari paradigm media massa berperan:
1. Sebagai institusi pencerahan masyarakat
2. Sebagai media informasi dan edukasi
3. Sebagai media hiburan.
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan lokasi Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan selama kurung lebih satu bulan yaitu
dimulai pada bulan Maret sampai bulai April, tahun 2012.
2. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini mengambil lokasi di SD Impres Kampus
Unhas I, kelurahan Tamalanrea Jaya kecamatan Tamalanrea kota Makassar.
Dengan alasan, karena anak siswa Sekolah Dasar lebih cenderung menirukan
perilaku tokoh kartun dan juga sekolah ini memiliki populasi siswa yang
beragam,yang orangtuanya berlatar belakang tentara, dosen dan tukang becak.
Dengan unit analisa yang dipilih adalah anak-anak.
B. Tipe dan Dasar
1. Tipe Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif-kualitatif, dengan
mengacu pada metode Deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui apakah anakanak menonton film kartun sebagai media hiburan.
2. Dasar Penelitian
59
Dasar penelitian yang digunakan adalah survey yaitu penelitian yang
dilakukan dengan berupaya membahas persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
obyek yang akan diteliti dengan tujuan untuk memperoleh informasi.
3. Populasi dan sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu diambil jumlah siswa kelas IV dan V
sebanyak 91 siswa SD INPRES KAMPUS UNHAS I Kota Makassar. Dengan
perincian jumlah siswa kelas IV dan V yakni:
Tabel 1. Populasi Penelitian
No
Kelas
1
IV A
IV B
2
Perempuan
Jumlah
10
14
24
10
13
23
VA
11
11
22
VB
11
11
22
49
91
Total
Sumber: Hasil Penelitian, 2012
Laki-Laki
42
60
b. Sampel
Standar ukuran minimal pengambilan populasi dalam sampel yaitu 10%
dari jumlah populasi, tetapi melihat dari jumlah populasi yang sedikit, maka
dengan demikian penelitian menetapkan 33 responden.
3. Teknik Pengambilan sampel
Dengan Pengundi unsur-unsur penelitian atau satuan-satuan elemeter dalam
populasi. Terlebih dahulu semua unit penelitian (unit elemeter) kemudian dari
kerangka sampling ditarik sebagai sampel beberapa unsur atau satuan-satuan yang
diteliti. Dalam hal ini pengambilannya harus dengan cara undian sehingga setiap
unit punya peluang yang sama untuk dapat dipilih. Misalnya setiap nomor unit
penelitian dalam daftar kerangka sampling ditulis dengan dalam secarik kertas.
Kertas-kertas tersebut kemudian digulung dan dimasukkan kedalam sebuah kotak.
Setelah dikocok, sejumlah gulungan kertas diambil sesuai dengan jumlah sampel
yang direncakan. Nomor-nomor yang terambil, menjadi unit elemeter yang
terpilih sebagai sampel.
4. Teknik Pengumpulan data
a. Kuesioner
Dalam hal ini, penulis membagikan daftar pertanyaan kepada responden
yang dianggap dapat mewakili untuk memberikan informasi yang baik dan akurat
sehubungan dengan obyek peneliti.
b. Observasi
61
Penulis mengadakan pengamatan langsung di lokasi penelitian. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui obyek yang diteliti.
c. Interview
Interview ini dimaksudkan sebagai suatu instrument untuk memperoleh
data dengan cara bertatap muka langsung dan mengadakan dialog secara langsung
dengan responden.
5. Sumber data.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi:
a. Data primer yaitu data yang bersumber dari hasil waewancara atau
interview
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kajian sejumlah majalah,
surat kabar, Internet dan penelitian kepustakan.
6. Teknik analisa Data.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dianalisis secara
deskriptif kuantitatif dengan menggunakan table frekuensi, kemudian diuraikan
dalam bentuk penjelasan.
7. Proses Penelitian Survei
Salah satu metode penelitian sosial yang amat luas penggunaannya adalah
penelitian survey. Ciri khas penelitian ini adalah data dikumpulkan dari responden
62
yang banyak jumlahnya dengan menggunakan kuesioner. Salah satu keuntungan
utama dari penelitian ini adalah mungkinnya pembuatan generalisasi untuk
populasi yang besar.
Proses penelitian survai tidak terlalu berbeda dari penelitian ilmiah lainnya
dan merupakan usaha yang sistermatis untuk mengungkapkan suatu fenomenon
sosial yang menarik perhatian peneliti.
63
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Sekolah Dasar Inpres Kampus Unhas I adalah merupakan salah satu Sekolah
Dasar yang berada di Perumahan Dosen Unhas Tamalanrea Kota Makassar.
Gedung SD Inpres Kampus Unhas I satu lingkungan dengan SD Inpres Kampus
Unhas. SD Inpres Kampus Unhas I berada di tengah-tengah perumahan Dosen
Unhas yang menjadikan sekolah ini banyak diminati oleh masyarakat sekitaran
perumahan dosen Unhas Tamalanrea,` Dalam Perumahan Dosen Unhas
Tamalanrea, terdapat dua perkampungan, yaitu Kampung Parang dan Kampung
Tambasa’, dan juga ada kompleks tentara Intel Kaveleri, yang membuat SD Inpres
Kampus Unhas I memiliki siswa yang berstratifikasi sosial yang beragam.
Upaya menjadikan Kota Makassar sebagai kota berpendidikan, tidaklah hanya
menyiapkan piranti keras dan lunaknya saja. Yang lebih mendasar adalah agar
masyarakat yang terdidik. Masyarakat yang sadar betul bahwa mereka dalam
proses pendidikan. Karena itu, sentuhan yang ingin dibangun dalam konteks
menjadikan kota Makassar sebagai kota pendidikan yakni bagaimana membangun
sebuah kultur pedidikan dalam masyarakat.
SD Inpres Kampus Unhas I didirikan pada tahun pada akhir 1979 samapai
awal tahun 1980, dan sekolah ini memulai kegiatan belajar mengajar Tahun 1980
dengan jumlah pengajar saat itu 4 tenaga pengajar ditambah dengan kepala
64
sekolah dengan jumlah siswa kelas I ± 40 orang, kelas II ± 30 orang dan kelas III
± 5 orang yang dimana saat itu mayoritas orang kampung.
Seiring dengan perkembangan SD Inpres Kampus Unhas I kota Makassaar ini
mengalami dua kali renovasi gedung yang memungkinkan terciptanya kelancaran
dalam proses belajar mengajar. Tahun 2008 mengalami tahap kedua kalinya
renovasi yang dimana saat itu gedung kelas dan kantor sudah mulai agak rubuh.
Seiring renovasi Pada Tahun 2008, gedung sekolah selesai dengan sarana dan
prasarana yang cukup memadai yang terdiri dari:
-Ruangan Kepala Sekolah
- Ruangan Guru
- kantin Sekolah
- Pos Satpam
- WC/Toilet
- Taman Bermain
Dalam Perkembangannya SD Inpres Kampus Unhas I telah mengalami
pergantian pimpinan yaitu sebagai berikut:
1. H. Made Amin Pada Tahun 1980-1990
2. Hj. A. Marhannah Pada Tahun 1990-2003
3. Dijabat oleh UPTD tahun 2003-2005
4. Hartina, A.Md 2005-2006
65
5. Suryani, S.Pd, M. Si Pada tahun 2006 samapai sekarang.
1. Keadaan Guru
Keadaan Guru SD Inpres Kampus Unhas I Kota Makassar
Tahun Ajaran 2011-2012
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1. PNS
-
12
12
2. Honorer
4
6
Uraian
Tenaga Pengajar
10
22
66
2. Keadaan Siswa
Keadaan murid yang ada di SD Inpres Kampus Unhas I adalah saat ini ( 20112012) adalah sebanyak 360 murid yang dirinci dalam tabel sebagai berikut ini:
No
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
I
40
37
77
2
II
49
34
83
3
III
31
29
60
4
IV
20
27
47
5
V
22
22
44
6
VI
32
17
49
Jumlah
194
166
360
Data: Absensi SD Inpres Kampus Unhas I
67
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Dampak Menonton Film kartun terhadap Perilaku Sosial Anak
Seberapa besar pengaruh film kartun terhadap prilaku anak tidak bisa
dilihat dari satu sisi saja, karena banyak faktor yang turut menentukan besamya
pengaruh itu, diantaranya adalah:
a. Apa yang diperoleh anak dari film bergantung pada kebutuhan dan latar
belakangnya. Misalnya anak dengan agresi rendah biasanya lebih agresif setelah
melihat film dengan tema yang agresif. Melihat adegan agresi di film memberi
isyarat persetujuan dan mendorong mereka untuk melepaskan agresivitas yang
dikekangnya.
b. Semakin erat kaitan film dengan pengalaman yang dimiliki anak, semakin besar
kemungkinan bagi anak untuk memahami dan mengingat film itu. Sebaliknya,
film yang menegangkan cenderung membekukan sikap kritis sehingga anak akan
mengingatnya dengan cara yang tidak kritis dan ini memperbesar pengaruhnya
tehadap mereka. Karena anak yang kurang cerdas cenderung kurang kritis
dibanding anak yang lebih cerdas, mereka cenderung lebih terpengaruh oleh
adegan film dibanding dengan anak yang lebih cerdas.
c. Ketika anak mengidentifikasi diri secara erat dengan salah satu tokoh yang
tampil di layar, mereka akan berusaha menghubungkannya dengan berbagai
68
pengalaman,
seolah-olah
mengalami
sendiri
pengalaman
tersebut
ini
mempengaruhi prilaku mereka kelak.
Mengingat daya khayal dan daya serap anak-anak relatif dalam
mengadaptasi adegan-adegan yang disajikan dalam film kartun, maka adeganadegan itu akan tertinggal dan membekas dalam diri anak yang selanjutnya akan
mempengaruhi prilakunya. Sesuai perkembangannya, mulai umur 7-8 tahun anak
mulai kritis terhadap lingkungannya dan membutuhkan penjelasan konkret dan
masuk akal. Ketika anak memasuki umur belasan, menurut Jean Piaget, anak
mulai berpikir secara abstrak dan pandai memberikan respon dan Jawaban
alternatif terhadap stimulus. Pada masa ini anak mulai mempertanyakan
lingkungan dan diri mereka serta menaruh perhatian terhadap berbagai stimulus
yang menggelitik pikiran mereka. Daya kritis anak, pada tahap ini mulai
berkembang secara progresif.
69
A. Identitas Responden
Latar belakang Pekerjaan Orang Tua responden
Pekerjaan Ayah Responden
Jenis pekerjaan
Frekuensi
Persen
TNI
2
6.1
PNS
12
36.4
12
36.4
Pedagang
7
21.2
Total
33
100.0
Karyawan
Swasta
Pekerjaan Ibu Responden
Jenis Pekerjaan
PNS
Frekuensi
Persen
10
30.3
1
3.0
2
6.1
20
60.6
33
100.0
Karyawan
Swasta
Pedagang
Ibu
Rumahtangga
Total
Sumber: Hasil Pengolahan data kuisioner
70
Dari tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 33 siswa responden yang
diteliti, maka terdapat variasi keadaan latar belakang orangtua, meskipun untuk
anak-anak yang orangtuanya bekerja pada sektor pemerintahan maupun swasta
masih lebih dominan.
Meskipun demikian di SD Inpres Kampus Unhas I
merupakan pada umunya adalah kelas menengah yaitu berprovesi sebagai
pegawai dan karyawan swasta. Untuk pekerjaan ibu persentasi terbesar adalah ibu
rumah tangga. Hal menunjukkan bahwa peranan ibu rumah tangga yang lebih
banyak meluangkan waktunya dirumah seperti memantau perkembangan perilaku
sosial anak lebih lanjut dengan membimbing atau mengarahkan anak untuk
melihat atau menonton televise.
Dalam perkembangan kehidupan sosial yang begitu cepat berubah, seiring
dengan kemajuan teknologi sebagai implikasi dan kemajuan ilmu pengetahuan
yang diusahan oleh manusia itu sendiri, telah membuat komunitas masyarakat
dunia semakin dekat satu sama lainnya, batas-batas komunitas dalam tatanan
kebudayaan, perilaku dan berbagai dimensi sosial budaya lainnya hanya dibatasi
kesempatan saja oleh masing-masing orang.
71
Tabel 2
Jumlah televisi yang dimiliki responden
kepemilikan
televisi
Frekuensi
Persen
3 televisi
8
24.2
2 televisi
10
30.3
1 televisi
15
45.5
Total
33
100.0
Sumber: Hasil Pengolahan data kuisioner
Dengan demikian dapat dipastikan seluruh responden yang diteliti
menikmati siaran televisi setiap harinya dan lebih dekat bersama keluarganya.
Dengan latar belakang sosial ekonomi keluarga yang relative cukup memadai
tersebut, maka sebagian responden penelitian tersebut memiliki televise lebih dari
satu dirumahnya, bahkan terdapat 8 responden yang memiliki 3 televisi, 10
responden memiliki 2 televisi dan 15 responden memiliki 1 televisi.
72
Tabel 3
Media Elektronik yang dimiliki responden
Jenis Media elektronik
Frequency
Percent
Televisi
24
72.7
Komputer
1
3.0
Playstation
2
6.1
6
18.2
33
100.0
Televisi, radio,
komputer, playstation
Total
Sumber : Hasil Pengolahan data kuisioner
Tabel hasil menunjukkan bahwa rata-rata responden anak memiliki 1
televisi sebanyak 15 orang, 2 televisi sebanyak 10 responden dan 3 televisi
sebanyak 8 orang. Hal ini erat kaitannya dengan media elektronik yang dimiliki
seperti computer (1 orang), playstation (2 orang), radio (6 orang) dan yang paling
tinggi adalah media televisi (24 orang). Ini mengindikasikan bahwa televise
adalah media yang paling banyak pengaruhya karena lebih sering ditonton/dilihat
tergantung dari kebiasaan anak-anak untuk melihat jenis siaran yang disukai.
73
B. Bentuk Kebiasaan Menonton Film
Tabel 4
Kebiasaan Menonton Televisi Responden
Kebiasaan menonton
Frekuensi
Persen
11
33.3
kadang-kadang
21
63.6
jarang sekali
1
3.0
Total
33
100.0
sering/hampir tidak
pernah
Sumber:Hasil Pengolahan hasil Responden
Berdasarkan tabel kebiasaan menonton, terlihat persentase frekuensi
keseringan (33,3%), kadang-kadang (63,6%) dan jarang sekali (3%). Masingmasing anak memiliki kecenderungan yang berbeda terhadap kebiasaan ini,
terlebih karena porsi waktu (durasi) mereka untuk menonton paling banyak 1-2
jam (72,2%) sedangkan yang menghabiskan waktu hingga 3-4jam hanya (27,3%),
hal ini tentunya sangat mempengaruhi bagaimana sikap-sikap untuk memilih
waktu mereka untuk belajar, bermain diluar, menonton hal-hal yang mereka sukai
saja, karena apa yang menjadi kebiasaan akan terus mereka (anak-anak)
pertahankan/perhatikan. Sehingga menjadi lebih focus pada siaran-siaran yang
umumnya digemari anak-anak.
74
Tabel 5
Jenis Siaran yang dinonton Responden
Jenis Siaran
Frekuensi
Persen
5
15.2
siaran music
7
21.2
Kartun
21
63.6
Total
33
100.0
siaran berita dan
informasi
Sumber, Hasil Pengolahan data kuisioner
Berkaitan dengan hal ini, anak-anak cenderung memilih film kartun
(63,6%) dibandingkan dengan siaran music (21,2%) dan siaran berita/informasi
(15,2%). Hal ini dipicu oleh karena pada usia anak-anak seperti ini perilaku sosial
mereka dapat dipengaruhi oleh hasil tontonan, selain karena factor lingkungan
dang factor internal keluarga sebagai factor utama.
75
Tabel 6
Tokoh Kartun yang Disukai Responden
Karakter Tokoh
Kartun
Frekuensi
Persen
Lucu
25
75.8
Cantik/Gagah
3
9.1
Pemberani
5
15.2
Total
33
Sumber, Hasil Pengolahan data kuisioner
100.0
. Dari hasil kajian penelitian, anak-anak cenderung menyukai tokoh kartun
yang menimbulkan perasaan senang atau tertawa karena kelucuan dari tokoh yang
diperankan (75,8%), dibanding tokoh yang bersifat pemberani (15,2%) dan tokoh
yang lebih gagah/cantik (9,1%). Hal ini disebabkan oleh cara penyampaian tokoh
kartun lebih memilih “cara aman” untuk menyenangkan pemirsa kecilnya agar
dapat bertahan sampai habis waktu pemutarannya, dan agar anak merasa tidak
cepat bosan atau jenuh dengan waktu yang lama berlangsungnya siaran kartun
tersebut. Sehingga terdapat kepuasan tersendiri setelah menikmati jam
penayangan film kartun kesukaan masing-masing.
76
Tabel 7
Jam Tayang Film Kartun Responden Tahu
Jawaban
Responden
Frekuensi
Persen
Ya
24
72.7
Tidak
9
27.3
Total
33
100.0
Sumber: Hasil Pengolahan data kuisioner
Hal ini dapat pula dilihat melalui table hasil mengetahui jam tayang film
kartun yang menyatakan tersebut antara lain ya (72,2%) dan tidak mengetahui jam
tayang (27,3%). Ini menunjukkan bahwa waktu penayangan sesuai dengan waktu
keberadaaan anak dirumah atau bahkan menyempatkan diri melihat/menonton
sebelum anak-anak mengerejakan pekerjaan lain seperti belajar, makan atau
setelah pulang dari kegiatan lain (ekstrakulikuler).
Tabel 8
Arahan Dari Orangtua Responden
Jawaban
Responden
Frekuensi
Persen
Ya
27
81.8
Tidak
6
18.2
Total
33
Sumber: Hasil Pengolahan data Kuisioner
100.0
77
Begitu pentingnya perhatian orang tua terhadap anak, maka perlu
diperhatikan hal yang signifikan dengan perkembangan perilaku anak pada saat
melihat siaran televisi dan membimbing anak untuk melihat hal-hal yang positif
yang berguna bagi perkembangan pendidikan fisik dan mental untuk bersikap
lebih baik, seperti yang ditampilkan pada table hasil arahan orangtua yang
menyatakan persetujuannya (81,8%) dan tidak mendapatkan arahannya (18,2%).
Hal ini dapat dilihat bahwa murid masih mendapatkan arahan dari orangtua saat
menonton televisi.
Tabel 9
Kegemaran dengan Adegan Perkelahian Responden
Jawaban Responden
Frekuensi
Persen
Sangat Suka
8
24.2
Suka
6
18.2
Tidak Suka
19
57.6
Total
33
100.0
Sumber: Hasil Pengolahan data kuisioner
78
C. Bentuk Perilaku Sosial Anak Atas Kebiasaan Menonton Kartun
Tabel 10
Sikap Memanfaatkan Waktu Pulang Sekolah Responden
Jawaban Responden
Frekuensi
Persen
Pulang Tepat Waktu
13
39.4
Kadang-kadang Tidak
Tepat Waktu
19
57.6
Sering Tidak Tepat
Waktu
1
3.0
Total
33
100.0
Sumber: Hasil Pengolahan data kuisioner
Tabel 11
Sikap Memanfaatkan Waktu luang Responden
Jawaban Responden
Frekuensi
Persen
dimanfaatkan penuh
bermain
6
18.2
kurang memanfaatkan
bermain
19
57.6
tidak memanfaatkan
bermain
8
24.2
Total
33
Sumber: Hasil Pengolahan data kuisioner
100.0
Dari tabel 9, 10 dan tabel 11 Jika dilihat dari segi perilaku sosial terhadap
kegemaran adegan perkelahian, maka banyak diantara anak yang menyatakan
tidak suka (57,6%), dibandingkan dengan sangat suka (24,2%) dan suka (18,2%).
79
Ini tentunya berkaitan dengan arahan orangtua yang melarang melihat adegan
berbahaya (perkelahian dan pertengkaran). Dari semua sikap/perilaku sosial ini,
berpengaruh pula terhadap sikap anak untuk memanfaatkan waktu pulang sekolah
yang mengatakan bahwa anak pulang tepat waktu (39,4%), kadang tidak tepat
waktu (57,6%) dan sering tidak tepat waktu (3,6%). TIngginya angka kadang
tidak tepat waktu lebih banyak di sebabkan karena pada saat pulang sekolah anakanak hampir dirumah teman dan bermain, sehingga frekuensi memanfaatkan
waktu luang untuk bermain secara penuh (57,6%), disebabkan kesadaran anak dan
telah mendapat nasehat/bimbingan dari orangtua untuk segera pulang beristirahat
dirumah bahkan tidak memanfaatkan untuk bermain (24,2%) dikarenakan anak
mempunyai jadwal kegiatan ekstrakulikuler dan akan terganti waktu luang
tersebut pada akhir pecan untuk menghabiskan waktu libur mereka dengan
menonton televisi special kartun dirumah.
80
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan Pembahasan dalam Bab sebelumnya, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan yang dimana Terdapat dampak positif dan
negatif
dari
kebiasaan
menonton
film
kartun,
yaitu,
Dampak Positifnya Seorang anak Sekolah dasar menirukan karakter dari tokoh
yang di idolakannya yang membuat daya imajinasi dari anak Sekolah dasar
tersebut tinggi dan daya fantasi anak terkontaminasi dari perilaku anak karena
karakter film kartun. Jika seorang anak mengidolakan karakter Superhero, maka
menciptakan karakter suka menolong. Dan dampak negatifnya Daya agresifitas
seorang anak sangat mudah terkontaminasi dari apa yang di tonton. ini tentunya
sangat mempengaruhi bagaimana sikap-sikap untuk memilih waktu mereka untuk
belajar, bermain diluar, menonton hal-hal yang mereka sukai saja, karena apa
yang menjadi kebiasaan akan terus mereka (anak-anak) pertahankan/perhatikan.
Sehingga menjadi lebih fokus pada siaran-siaran yang umumnya digemari anakanak.
Perilaku anak yang menonton film kartun di SD Inpres Kampus Unhas I
ternyata kadang-kadang siswanya menonton film kartun. Hal ini mempengaruhi
bagaimana sikap-sikap untuk memilih waktu mereka untuk belajar, bermain
diluar, menonton hal-hal yang mereka sukai saja, karena apa yang menjadi
81
kebiasaan akan terus mereka (anak-anak) pertahankan/perhatikan. Sehingga
menjadi lebih fokus pada siaran-siaran yang umumnya digemari anak-anak.
B. Saran
1. Perlu adanya perhatian orang tua terhadap anak, maka perlu diperhatikan
hal yang signifikan dengan perkembangan perilaku anak pada saat melihat
siaran televisi terutama film kartun dan membimbing anak untuk melihat
hal-hal yang positif yang berguna bagi perkembangan pendidikan fisik dan
mental untuk bersikap lebih baik,.
2. Perlunya ketegasan Pemerintah membatasi film-film kartun yang berbaur
kontak fisik dan ucapan-ucapan kasar dan mengutamakan siaran film
kartun yang dapat mendidik anak-anak di usia dini.
82
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Acuan
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Pers, 2009.
G. Kartasapoetra, L. J. B. Kreimers, Sosiologi Umum, Jakarta, Bina aksara, 1987.
Singarimbun Masri, Effendi Sofian, Metode Penelitian Survey, Jakarta, Lembaga
Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 2011.
Elizabeth. B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, Jakarta, Erlangga, 1989.
Littlejohn, Stephen W & Karen A, Teori Komunikasi: Theories Of Human
Communication, Jakarta, Salemba Humanika, 2009
Suprapto, Tommy, Pengantar Teori Dan Manajemen Komunikasi, Yogyakarta,
Media Pressindo , 2009.
West, Richard dan Lyn Turner, Pengantar Teori Komunikasi “Analisis dan
Aplikasi”, Jakarta Salemba Humanika, 2009.
Bernard Raho, SVD, Teori Sosiologi Modern, Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher,
2007.
Bungin Burhan, Sosiologi Komunikasi, Jakarta, Kencana Predana Media Group,
2006.
Eddy Yusuf, Psikologi Sosial (Teori dan Praktek), Makassar, Offset Setting
Perkasa, 2000
83
Warner J. Severin James W. Tankard JR, Teori Komunikasi Edisi Ke 5, Jakarta,
Kencana, 2005
Poerwadarminta W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,
1976
Bambang Hanifn Purnomo, Memahami Dunia Anak-anak, Jakarta, Mandar
Maju, 1990
2. Lain-lain
www.google.com
www.wikipedia.com
Blogspot.Com/2007/12?Pengertian
84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
85
KUIESIONER PENELITIAN
Kueisioner ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh kebiasaaan terhadap perilaku
sosial anak Sd Inpres Kampus Unhas I
PETUNJUK PENGISIAN
1. Dimohon anda menjawab dengan tanda (x) pada jawaban yang anda
anggap benar.
2. Jawaban yang anda berikan merupakan bantuan yang tak trnilai bagi
penelitian kami, untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih
A. Identitas Responden
1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
2. Umur
a. 10 Tahun
b.
11 Tahun
c. 12 Tahun
3. Pekerjaan Orang Tua:
A. Ayah
a. TNI
b. Pegawai Negeri Sipil
c. Karyawan swasta
d.
Pedagang
B. Ibu
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Karyawan swasta
c.
Pedagang
d. Ibu Rumah Tangga
86
B. KEPEMILIKAN MEDIA DAN PENGGUNAANNYA
4. Media Elektronik apa saja yang adik miliki di rumah (pilihan Boleh
lebih dari satu ) ?
a. Televisi
b. Radio
c. Komputer
d. Playstation/PS
5. Berapa Media Televisi yang adik miliki di rumah?
a. 3 Televisi
b. 2 Televisi
c. 1 Televisi
6. Apakah adik sering Menonton Televisi?
a. Sering/ Hampir setiap hari
b. Kadang-kadang
c. Jarang Sekali
7. Biasanya dalam sehari Adik menonton televisi berapa jam?
a. 1-2 Jam
b. 3-4 Jam
c. 5-6 Jam
d. > 6 jam
87
C. JENIS TAYANGAN YANG DISUKA OLEH ANAK-ANAK
8. Manakah dari jenis siaran di bawah ini yang paling sering adik nonton?
a. Siaran berita dan Informasi
b. Siaran Musik
c. Olahraga
d. Kartun
9. Jika adik senang dengan film kartun, jenis film kartun apa yang adik
sukai?
a. Kepahlawanan
b. pertualangan
c. Lelucon
d. Persahabatan
10. Tokoh film kartun apa yang adik sukai?
a. Lucu
b. Cantik/gagah
c. Pemberani
11. Apakah adik mengetahui jam tayang film kartun?
a. Ia
b. Tidak
88
12. Apakah adik diberi tuntunan dari orangtua yang cocok untuk
dinonton?
a. ia
b. tidak
13. Apakah adik suka dengan dengan film kartun yang beradegan
perkelahian?
a. Sangat suka
b. suka
c. Tidak suka
D. PERILAKU SOSIAL ANAK TERHADAP AKTIVITAS DAN
DILINGKUNGANNYA.
14. Apakah adik pernah mengabaikan tugas pekerjaan rumah dari sekolah
karena menonton film kartun?
a. Ia
b. Tidak
15. Bagaimana sikap adik sehari-hari di rumah?
a. Cenderung anak/agresif
b. Cenderung Pendiam
c. Cenderung Peramah
16. Bagaimana Sikap adik dalam memanfaatkan waktu peluang sekolah?
a. Pulang tepat waktu
b. Kadang-kadang tidak tepat waktu
89
c. Sering tidak tepat waktu
17. Bagaimana sikap adik terhadap teman-teman sebaya ditetangga?
a. Cenderung bermain dengan teman tetangga siapa saja
b. cenderung bermain dengan teman tetangga tertentu
c. Kurang bergaul dan Cenderung hanya bermain dirumah
18. Bagaimana memanfaatkan waktu-waktu luang adik di sekolah?
a. Dimanfaatkan penug untuk bermain
b. Kurang memanfaatkan bermain
c. Tidak memanfaatkan untuk bermain
90
Untuk tahun 2011-2012 Sekolah ini dipimpin oleh kepala sekolah Ibu Suryani,
S.Pd, M.Si, Sumber daya manusia yang lain, secara detail data guru sebagai
berikut:
Data Guru SD Inpres Kampus Unhas I Kota Makassar
NO
NAMA
JABATAN
1
Suryani, S.Pd, M.Si
Kepala Sekolah
2
Dra. Hj. Nurhayati
IA
3
Andi mardiana, A. Ma
IB
4.
Irdiaty, S.Pd
II A
5
Rahmayanti, A. MA
II B
6.
Yakomina S. Pd
III A
7.
Nurdaliah, S.Pd
III B
8.
Salmiah said, S. Pd
IV A
9.
Nuriati Pahan, S.Pd
IV B
10.
Damaris L, S.Pd
VA
11
mardawiah, S.Pd
VB
12
Marce, S.Pd
VI A
13.
Ernina Dewi SS, S.Pd
VI B
14.
St. maryati R, S.Pd
Olahraga
15.
Hj. Aminah Anas, A. Ma
Agama islam kelas I A – VI
A
16.
Nur Asia A, Ma
Bidang Studi SBK
17.
Bismawati, S.Ag
Agama Islam Kelas I B – VI
91
B
18.
Abdul Fajar, SS
Bahasa Inggris Kelas III - VI
19.
Ardiansyah, SE
Bahasa Inggris I - II
20.
Sulfikar, S.Pd
Olahraga
21.
Akhwani Mutiara D
Operator
22.
Ical
Bujang
92
KELAS I B
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
Fadil Muhammad
Abid Muhammad Farhan
Abdullah naufal Az-zuldy
Ahmad aidil fitrah
Achmad ma’ruf wahab
Ammar Mufliyanto
Andi Muh. Nadhir
Annas Muhammad
Haerul Anwar
Hikmal Akbar
Imam Arifuddin
Jouri All paskal
Laode Ilham Khalifatul
Muammar Qikhan K
Muhammad Fadlan A
Muhammad Fikhar S
Muhammad Anugrah
Muh. Ibrani M
Muh. Aiman Ali
M. Ba’ali Moehadi
M. Al-fareza M
Ramadan Aksa Nasir
Rizky Rhamadhani
Sabda Dewa Pantiro R
Wisnu kurniawan
ALfiah
Andi Lulu Tenri Pakkua
Arifah Nursyahbani
Eka
Indri Reskiah Harid
Muthia Az’zahra
Nadia
Nur Salsabila Insya’ Ira
Putri Zahrani Nur
Reghina Nabila Rhamadhany
Rizkha Dewi Putri
Sitti Annisa Fanyyah M
Sitti Sulis Ul Azisa Ibrahim
Sri Astuti R
Tasya Nurul Sakina P
Defensa Mughniyah
Ivone Khaira Purba
93
Kelas I A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
Ahmad Marannuang
Ahmad Mufli Ramadhan
Asriel Demmarampang
Ahmad Basith hamdan
Akbar
Ariel Wisnu Ramadhan
Aidil Awalsyah Ramli
Bintang Mattaraung
Gelbert Peri Pasa Bu’tu
Joshuandi Saung
Kornelius Edwar
Muhammad Ahlan Faiz. K
Muhammad Taqy DZaki M
Muh. Adhrian
Muh. Akram Muhadzdzib
Maulana Arsyad
Muh.Fadly
Muhammad Rizqan Erwin
Nur. Misbah M
Nur Afif
Rafli
Resky Aditya
Raynaldy Yulius Lopang
A. Nur Nabila Syalwani
A. Nadyiah Angraeni
Chika Amelia Septiani
Chiki Amelia Septiani
Diva Jesica Artamepia
Kiki Rezky Amelia
Lilis Auliya Ramadhani
Mutiara Yusuf
Nur salsa Firdausiiah
Putri Ayu Indhira
Rachma Dewi Anintyas
Syahra Melani Putri
St. Aisyah Putri Sakinah
Putri Aprilia Ariesty
Vira
Meisyah Sodrianti Putri
Nayla Mutia A
94
Kelas II B
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
Anugrah
Fajri
Idzani Dzakwan N. S
Indrawan Saputra D. L
Javi Jagad
Jihad Ramadhan
Muh. Abyan Naufal
Muh. Alif Irham Ilyas
Muh. Alif Mutalib
Muh.Chaerul Irsam
Muh. Alim Alkhawarizmi
Muh. Isdariandi
Muh. NurFadly saputra
Michael Toding
Tiar
Tri Aditya Setiawan
Wandy Apriyan
Yudli Naufal Lail Ramadhan
Zulkifli
Gilang Ega Patria
Razul
Ferdhi Adhi Tama
Alya Aryani Matulada
Ananda RAmadhani
Anggita Putra
Irdayanti
Nita Nurul Fauziah
Nur Marwah Alfiani
Nur salsa isnainun
Nurul Qhairul
Reskyawati
ST. Firsya Tsamara
St. Nur Aisyah
Wili Grensia
Riska Demallilin
Kelas II A
1. Andi Ahmad Fail Fudhail
95
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
Armin Anugrah
Idzal Fikri
Muh. Ikhlas
Muh. Nur Alim
Muh. Zulfikar
Muh. Fadil marsuq
Muh. FAthona Sibali
Muh.Ichsan Pratama
Muh. Firmansayah
Ivan Swarna Dwipayana
Randi
Vernando Sarang Allo
Alisya Rianti Saputri
Andi Nirmala Putri
Audri Avitasari
Alfiani masyhrufah
Almadhea Suba
Amira Maraya Sakira
Dela Puspita
Destini Mercy
Dian Ayu Lestari
Muchlisah Amalia
Mihaela Az’zahra
Nursita Apriliani
Nurul Afifiah Edi
Nurul Nitami Ahmady
Nurul Syahri Ramadhani
Putri Nakita Munsi
Putri Nur Wildana
Rezky Mahardika N
Rifka Putri Dwi Utami
Syahrani Dwi Putri
St. Yaumil Ramadhan. S
Thalita Nasywa Sabrilla
Nabila Gita Salsabila
Kelas III B
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Fajri Ramadhan
Linda
Dhini Cesarina Triandi
Muh. Rijal Akbar
Misbah Ramadhan
Muh. Ikhsan A
96
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
Muh. Andika
Nabila
Muh. Akbar Dzulkifli
Nadita Anatasya
Nuralfi Ramadhani
Aan Syawal
Dinda Ambar saputri
Muh. Rezky
Ade Tri Saputra
Nurwahyuni
Benyamin Edgar
Nur Fadhillah Putri
Ditria
Ainul Haq Durhan
Ermario Ayatullah M
Putiani
Erna Kurnia
Rifaldi
Martalina
Reka Syahrani
Rezky Suci Ramadhani
Ainun Mardiah
Farhan
Andini Ade Susanto
Auliah Iswan Tehryaki
Risq Rafi Eswandi
Kelas III A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Abdul Muqsid Fadil
Abdullah Alif H
Kurniawan
Muh. Chaerul Malik S
Muh. Fajrul Miftah
Muh. Fiqri
Muh.Farhan Dzacky
Muh. Fadel Fiqram
Muh. Muhaimin Nur
Muh. Nur Alim Safwan
Muh. Rafly Andriansyah
Muh. Rezky Putra Dewa
Muh. Sadiq Aditya
Muh. Setiaraja Muhadi
97
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Muh. Wahyu Imam Saputra
Rahmat Noval Arbain
Rafli Ahmad
Welly Eaglewanis S
Aqilah Nur Aqidah
Andi Munifah Musabbina
Fahrizah Muntihani
Farin Pratika Wibowo
Nurul Muflihah
Riska
Kelas IV B
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Afian
Bagas Adi Saputra
Dani Ishak
Hans Stanly
Khaidir Ali
Muh. Iksan K
Muh. Irfansyah
Muh. Naufal
Muh. Rifky
Resky Alamsyah
Rezky Indrayanto
Yahya Dhiya M
Muh. Ikhsan N
Alyia Ramadhillah
Khusnul Khatimah
Meliana
Monalisa Putri Nabila
Nur Rizky Ramadhani
Seril Nur Fadillah
Tiara
Yasinta Tallu Padang
Kurnia
Wiwik Novita P
Kelas IV A
1.
2.
3.
4.
5.
Izudding
Rezky Rahmat R
Muh. Farhan Chalid
A. Akmad Haidir
Hafiz Sidiq
98
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Rezky Grah Perkasa
Muh. Ikram Ardika
Kevin
Mahesa Al Mubarak
Dandi
Putri Maharani
Faliha Ataya
Nur Fauzi Zaahirah
Zahira Adnan
A. Ainun Anugrah
Nur Fitri Chaerani
Hemaswija Anugrah
Nurfaidah
Fitra Kusuma Pratiwi
Nisrina Assifah
St. Umni Rafida Yamin
Nurul Ramadhani
Zahra
Sitti nurul khotimah
Kelas V B
1. Muh. Alfarizy
2. Adyaksa Pratama
3. Kelvin Adiyansa
4. Imran
5. Muh. Asril Harid
6. Bagas Osnada
7. Ansyari Zahir
8. Muh. Hidayat
9. Suhardi
10. Muslimin
11. Febriansyah
12. Raihan Maulana
13. Nurul Hikmah
14. Indi Wulandari
15. Nur Afiah
16. Sri Awaliah
17. Oktaviana
18. Tiara Tresya
19. Nurcahyani
20. Maya Puji Astuti
21. Yehezkilla S. R Wior
22. Maudana Hadija
Kelas V A
99
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Fadli Hasdin
Rian Putra Hafikar
Andi Muh. Fahrizal
Muh. Fadhil Banjar
Irja Pratama
Irvan Khaidir
Anshari Zhahir
Almira Safa Aryani
Laili Nur Amalia
Cristina Ayunda Raraz
Laila Arsih Ramadhina
Andi Aan Mugniah
Nurul Salsabila Syam
Aini Mulyani
Nurul Aulia Rahman
Agista Apriani
Elvira Salsabila
Tiara Tharesya
Mita Amanda
Ashanty mulan
Fadhilah Ramadhani
Nurul fitri
Kelas VI B
Abdul Musawir
Al Gazali
Al Qadri
Awaluddin
Bobby Panarya
Dwi yanto
Henrawan Tobing
Mahdi
Muh. Irfan
Arvan
Ramadhani
Zulfadli
Muh. Nurwahyuda
Muhammad Zulrijal
Miftahul Rozi
Arman Sugianto
Dewi Putri
Dewi Sartika
Elsa Julianti
100
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
Masyita Annisa
Nadya Eka Putri
Nurhikmah Indah
Rahmawati
Okty Munawwara H
Sofiah
Muh. Zulfikar
Kelas VI A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
George Andre P
Muh. Farhan
Muh. Fikkri Fadullah
Muh. Nabil Putra
Ahya Adnan
Ahmad Akbar Latamba
Agung Gunardi
Henra Maraya
Ikhsan Mujahid
Rahmadi Usrah
Erwin
Anang Murlia
Muh. Fajri Nur
Nur Aksan
Andi Wahba
Rifdah Afifiah G
A. Cipta Magfirah
A. Nurul Isri Indayani
Rahma Syaripuddin
Amelia Magfirah
Julieta Tito
Fauzyiah Yashari
Fanila Indinata
Muh. Zulfikar
101
Download