abstrak meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

advertisement
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
ABSTRAK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI
IPA SMA PGRI 6 BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM
PEREDARAN DARAH MANUSIA MELALUI PEMBELAJARAN
BERDASARKAN MASALAH
Oleh : Noor Janah, Aminuddin P.Putra, Asri Lestari
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk
meningkatkan aktivitas siswa dan jumlah siswa yang mencapai kriteria
ketuntasan belajar biologi selama proses pembelajaran melalui penerapan
Pembelajaran Berbasis Masalah pada siswa kelas XI IPA SMA PGRI 6
Banjarmasin. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA sebanyak 34
orang. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa pada Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia. Siswa
menjadi lebih aktif selama proses pembelajaran. Indikator keberhasilan
dilihat dari meningkatnya ketuntasan klasikal sebanyak 52,7% dari Siklus I
ke Siklus II (35,3% menjadi 88,0%). Hasil LKS meningkat sebanyak 9,09%
dari Siklus I ke Siklus II (78,4% menjadi 87,5%) dengan kategori baik.
Sebanyak 70,5% siswa memberikanrespon positif pada penggunaan
model ini.
Kata kunci: Aktivitas dan Hasil Belajar, Konsep Sistem Peredaran Darah,
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM)
44
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
PENDAHULUAN
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan
saat ini menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak
hanya mengajarkan tentang konsep, teori dan fakta, tetapi juga
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu dalam Standar
Nasional Pendidikan (Peraturan Pemerintah Nomor 19, 2005) dijelaskan
bahwa
standar
proses
pembelajaran
pada
satuan
pendidikan
diselenggarakan secara interaksi, inspiratif, menyenangkan, menantang
dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), konsep
sistem peredaran darah merupakan salah satu materi ajar pembelajaran
biologi pada siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI IPA
pada pokok bahasan akhir pengajaran semester ganjil. Pada konsep ini
siswa dituntut untuk mampu menjelaskan keterkaitan antara struktur,
fungsi dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem
peredaran darah (BSNP 2006). Indikator keberhasilan yang harus dicapai
diantaranya menyebutkan komponen penyusun darah pada manusia,
menjelaskan penggolongan darah manusia, menjelaskan alat-alat/proses
peredaran darah dan mengenal berbagai kelainan/penyakit pada sistem
peredaran darahproses peredaran darah pada manusia.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan salah
satu guru biologi yang mengajar di SMA PGRI 6 Banjarmasin diketahui
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah pada
tahun ajaran sebelumnya, yaitu tahun 2011/2012 adalah sebesar
75.Pembelajaran biologi yang dilakukan juga masih menggunakan
pembelajaran klasik yang berpusat pada guru (teacher centered),
meskipun terkadang pada kegiatan belajar mengajar juga melakukan
45
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
pembelajaran secara kooperatif dengan menggunakan metode diskusi
kelompok maupun memanfaatkan media berupa charta, namun aktivitas
siswa masih terlihat pasif dan hasil belajar siswa pun hanya mencakup
50% ketuntasan klasikal.
Perbaikanpembelajaran
antara
lain
dapat
ditempuh
melalui
perbaikan metodeyang digunakan guru dalam mengajar. Penggunaan
metode pembelajaran yangtepat dapat meningkatkan efisiensi dan
efektifitas dalam proses pembelajaran itusendiri. Namun kenyataan di
lapangan banyak dijumpai metode mengajar yang kurangbervariasi dan
belum memanfaatkan kemampuan secara maksimal. Penggunaanmetode
pembelajaran
yang
kurang
tepat
dapat
menyebabkan
proses
belajarmengajar yang dilaksanakan menjadi tidak efektif dan kurang
optimal.
Menurut Arends (2008) Problem Based Learning dirancang
terutama untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir,
keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya.
Dengan
menggunakanPembelajaran
Berdasarkan
Masalah
(PBM),
aktivitassiswa dapat lebih terlihat, karena siswa akan berpartisipasi aktif
dalam kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan penyelesaian atas
masalah yang muncul.Selain itu, Woods (2000) dalam Amir (2010)
menyebutkan Problem Based Learning lebih dari sekedar lingkungan yang
efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. Ia dapat membantu
pemelajar
membangun
kecakapan
sepanjang
hidupnya
dalam
memecahkan masalah, kerja sama tim, dan berkomunikasi.
Sebagai model pembelajaran, PBM memiliki beberapa ciri utama
yang membedakannya dari model pembelajaran yang lain. Menurut
Arends (2010) para pengembang Problem Based Learning (Cognition &
Technology Group at Vanderbilt, 1990, 1996a, 1996b; Gordon et al., 2001;
Krajcik et al., 2003; Slavin, Maden, Dolan, & Wasik, 1994; Torp & Sage,
1998)
mendeskripsikan
bahwa
model
karakteristik, yaitu:
46
instruksional
ini
memiliki
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
a) Pertanyaan atau masalah perangsang, pembelajaran berdasarkan
masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan
masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi
bermakna untuk siswa
b) Fokus interdisipliner, Meskipun PBM berpusat pada pelajaran tertentu,
misalnya IPA, masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam
pemecahannya siswa dapat meninjau dari berbagai mata pelajaran
yang lain.
c) Investigasi
autentik,
PBM
mengharuskan
siswa
melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap
masalah nyata.Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan
masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis
informasi/data,
melakukan
percobaan,
membuat
inferensi,
dan
merumuskan simpulan.
d) Produksi
artefak
dan
exhibit,
PBM
menuntut
siswa
untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan
memamerkannya. Karya tersebut dapat berupa rekaman debat,
laporan, model fisik, video, program komputer, surat kepada
seseorang atau instansi, atau poster. Pada tingkat yang lebih tinggi,
hasil karya di dalam PBM dapat berupa makalah, tesis, atau disertasi.
e) Kolaborasi, PBM dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan
lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat
dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk
berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan
sosial dan keterampilan berpikir.
Tabel 1. Sintaks PBM
Tahap
Tahap 1
Orientasi siswa kepada
masalah
Tingkah Laku Guru
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilihnya
47
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
Tahap
Tahap 2
Mengorganisasi siswa untuk
belajar
Tahap 3
Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok
Tahap 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Tahap 5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Sumber : Arends (2008)
Tingkah Laku Guru
Guru membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
tersebut
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, video dan
model serta membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya
Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses
yang mereka gunakan
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian
mengenai “Meningkatkan Aktivitas danHasil Belajar Siswa
Kelas XI IPA SMA PGRI 6 Banjarmasin Pada Konsep Sistem Peredaran
Darah
Manusia
Melalui Pembelajaran Berdasarkan
Masalah”,yang
bertujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa dan jumlah siswa yang
mencapai kriteria ketuntasan belajar biologi selama proses pembelajaran
melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah pada siswa kelas XI
IPA SMA PGRI 6 Banjarmasin.
48
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakanPenelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan
tahapan-tahapan
pelaksanaan
meliputi:
(1)
perencanaan,
(2)
pelaksanaan, (3) pengamatan , dan (4) refleksi. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas XI IPA SMA PGRI 6 Banjarmasin.
Tahap-tahap Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, tiap
siklus memiliki tahapan sebagai berikut: 1) tahap perencanaan, 2) tahap
pelaksanaan tindakan, 3) tahap pengamatan dan pengumpulan data, 4)
tahap refleksi. Siklus I dan II berlangsung sebanyak empat kali pertemuan
(8 jam pelajaran).
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:
a) Peneliti meminta kesediaan sekolah dan guru mata pelajaran Biologi
di SMA PGRI 6 Banjarmasin yang bersangkutan sebagai mitra dalam
pelaksanaan PTK.
b) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, soal pretes, soal
postes dan kisi-kisi soal untuk konsep sistem peredaran darah
manusia.
c) Membuat ringkasan tentang konsep sistem peredaran darah manusia.
d) Membuat LKS dan jawaban LKS tentang konsep sistem peredaran
darah manusia.
e) Menentukan
hasil
karya/produk
yang
sesuai
dengan
materi
pembelajaran.
f)
Menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar, format
pengelolaan pembelajaran, aktivitas siswa danguru, dan angket siswa
terhadap tindakan yang dilakukan.
49
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini merupakan tahap pelaksanaan RPP yang telah
disusun dengan menggunakan kegiatan pembelajaran yang mengacu
pada sintaks PBM berikut:
Melakukan kegiatan pembelajaran sesuai pola berikut:
a. Orientasi siswa pada masalah, meliputi
b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah
f. Melakukan evaluasi sebagai hasil akhir dari pelaksanaan siklus.
c. Observasi dan Evaluasi Tindakan
Kegiatan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a) Mengobservasi aktivitas pengelolaan pembelajaran guru dan siswa
dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Observasi dilakukan
pada setiap pertemuan untuk mengetahui perkembangan proses
pembelajaran, yang akan dijadikan bahan pertimbangan dalam
melakukan refleksi untuk memasuki siklus kedua.
b) Penguasaan materi diperoleh dari hasil belajar dengan menggunakan
instrumen berupa pretest, postest. Seluruh data yang diperoleh dicatat
dan direkam untuk dijadikan bahan pertimbangan atau sebagai
refleksi untuk memasuki siklus berikutnya.
d. Refleksi Tindakan
Tahap ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat pada
saat dilakukan pengamatan. Refleksi juga merupakan upaya untuk
mengkaji apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan
pada pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil
observasi dari pengamatdan hasil evaluasi di akhir siklus maka akan
dijadikan pertimbangan memasuki Siklus II.
50
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
Teknik Analisis Data
a) Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif dilakukan
secara deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dan
ketuntasan individual dengan rumusan sebagai berikut :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
Ketuntasan Individual =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100%
Ketuntasan Klasikal
=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
× 100%
Keterangan :
Ketuntasan individual : jika siswa mencapai ketuntasan ≥ 75
Ketuntasan klasikal : jika ≥ 85% dari seluruh siswa yang mencapai
ketuntasan individual ≥ 75 (KKM pelajaran biologi SMA PGRI 6
Banjarmasin)
a) Data kuantitatif yang diperoleh dari penilaian LKS menggunakan
kategori yakni baik (76-100%), sedang (56-75%), kurang (40-55%).
(Arikunto, 1998)
b) Data kuantitatif
yang diperoleh dari pretes-postes dan LKS, telah
dijelaskan sebelumnya.
Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kualitatif dilakukan
secara
deskriptif
tentang
observasi
aktivitas
siswa
dan
aktivitas
pengelolaan pembelajaran oleh guru, serta respon siswa terhadap
pembelajaran
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran
Peningkatan keaktifan siswa dari Siklus I ke Siklus II dapat dilihat
pada Tabel 2 berikut:
No.
Tindakan
Siklus I
Analisis Aktivitas Siswa
Pertemuan 1
Pertemuan 2
51
Refleksi
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
No.
Tindakan
1.
Siswa
melaksanakan
kegiatan
belajar
mengajar
(KBM)
sesuai
dengan
sintaks model PBM
pada RPP.
2.
Siswa
mendengarkan
tujuan
pembelajaran,
memperhatikan
logistik yang
dibutuhkan, terlibat
pada aktivitas
pemecahan
masalah.
Siswa
mendefinisikan dan
mengorganisasikan
tugas belajar yang
berhubungan
dengan masalah
tersebut
3.
4.
5.
6.
Siswa
mengumpulkan
informasi yang
sesuai,
melaksanakan
eksperimen untuk
mendapatkan
penjelasan dan
pemecahan
masalah
Siswa
merencanakan dan
menyiapkan karya
yang sesuai seperti
laporan, video dan
model serta
membantu mereka
untuk berbagi tugas
dengan temannya
Siswa melakukan
refleksi atau
evaluasi terhadap
penyelidikan
mereka dan prosesproses yang
mereka gunakan
Siklus I
Analisis Aktivitas Siswa
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Siswa masih
Siswa mengikuti
beradaptasi dalam pembelajaran
mengikuti
yang
pembelajaran
dilaksanakan oleh
yang dilakukan
guru
oleh guru
Refleksi
Dalam tahap tindakan ini siswa
terlihat masih beradaptasi,
diharapkan pada Siklus II
siswa sudah mulai terbiasa
dengan pembelajaran yang
dilaksanakan sehingga
aktivitas siswa dapat lebih
meningkat.
Siswa
mendengarkan
penjelasan dari
guru dan memilih
masalah yang
telah dimunculkan
untuk dipecahkan
Siswa
mendengarkan
penjelasan dari
guru dan memilih
masalah yang
telah dimunculkan
untuk dipecahkan
Pada aktivitas ini siswa
mendengarkan penjelasan
mengenai tujuan pembelajaran
dengan baik, dan diharapkan
pada Siklus II aktivitas siswa
dalam memilih masalah yang
akan dipecahkan meningkat
Siswa membentuk
kelompok &
melaksanakan
tugas belajar
berhubungan
dengan masalah
yang telah dipilih
pada materi
penggolongan
darah.
Siswa
mengumpulkan
informasi
&melakukan
eksperimen
mengenai
penggolongan
darah dg
bimbingan guru.
Siswa membentuk
kelompok &
melaksanakan
tugas belajar
berhubungan
dengan masalah
yang telah dipilih
pada materi
transfusi darah
Dalam berkelompok siswa
sudah terlihat baik dengan
teman sekelompoknya,
diharapkan pada Siklus II
kerjasama kelompok
meningkat
Siswa
megumpulkan
informasi dan
melakukan
eksperimen
mengenai
transfusi darah
Dalam eksperimen keaktifan
siswa sudah terlihat baik, pada
Siklus II diharapkan dalam
bereksperimen aktivitas siswa
dapat lebih meningkat.
Siswa
Siswa
merencanakan
merencanakan
dan menyiapkan
dan menyiapkan
hasil karya berupa hasil karya berupa
laporan mengenai skema proses
penggolongan
transfusi darah, &
darah, dalam
menyajikannya,
bimbingan guru,
masih dalam
dan
bimbingan guru.
menyajikannya.
Siswa masih
Siswa masih
dalam bimbingan
dalam bimbingan
guru untuk
guru untuk
merefleksi proses- merefleksi prosesproses
proses
penyelidikan yang penyelidikan yang
mereka gunakan
mereka gunakan
Siklus II
52
Dalam tahap tindakan ini siswa
sudah terlihat aktif, walaupun
masih memerlukan bimbingan
guru, diharapkan pada Siklus II
siswa dapat meningkatkan
aktivitasnya di tahapan ini.
siswa kurang begitu aktif,
dapat dikarenakan siswa
masih beradaptasi model
PBM, diharapkan pada Siklus
II aktivitas siswa pada tahap
ini lebih meningkat
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
No.
1.
2.
3.
Tindakan
Siswa
melaksanakan
kegiatan belajar
mengajar (KBM)
sesuai dengan
sintaks model PBM
pada RPP.
Siswa
mendengarkan
tujuan
pembelajaran,
memperhatikan
logistik yang
dibutuhkan, terlibat
pada aktivitas
pemecahan
masalah yang
dipilihnya
Siswa
mendefinisikan dan
mengorganisasikan
tugas belajar yang
berhubungan
dengan masalah
tersebut
4.
Siswa
mengumpulkan
informasi yang
sesuai,
melaksanakan
eksperimen untuk
mendapatkan
penjelasan dan
pemecahan
masalah
5.
Siswa
merencanakan dan
menyiapkan karya
yang sesuai seperti
laporan, video dan
model serta
membantu mereka
untuk berbagi tugas
dengan temannya
6.
Siswa melakukan
refleksi atau
evaluasi terhadap
penyelidikan
mereka dan prosesproses yang
Analisis Aktivitas Siswa
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Siswa mengikuti
Siswa mengikuti
pembelajaran
pembelajaran
yang dilakukan
yang
oleh guru dengan
dilaksanakan oleh
baik
guru dengan baik
Refleksi
Dalam tindakan ini aktivitas
siswa sudah lebih meningkat,
siswa sudah menyesuaikan
diri dengan PBM.
Siswa
mendengarkan
penjelasan dari
guru dan memilih
masalah yang
telah dimunculkan
untuk dipecahkan
dengan baik
Siswa
mendengarkan
penjelasan dari
guru dan memilih
masalah yang
telah dimunculkan
untuk dipecahkan
dengan baik
siswa memperhatikan
penjelasan mengenai tujuan
pembelajaran dengan lebih
baik, dan aktivitas siswa dalam
memilih masalah yang akan
dipecahkan sesuai tujuan
pembelajaran lebih meningkat.
Siswa membentuk
kelompok dg baik
dan
melaksanakan
tugas belajar
berhubungan
dengan masalah
yg dipilih pd
materi
kelainan/penyakit
pada sist.
peredaran darah
Siswa
mengumpulkan
informasi &
melakukan
eksperimen
megenai
kelainan/penyakit,
serta
menganalisis
pemecahan
masalah yang
didapat
Siswa
merencanakan
dan menyiapkan
hasil karya berupa
skema mengenai
kelainan/penyakit
pada sist.
peredaran darah
dengan bimbingan
guru, dan
menyajikannya.
Siswa dibimbing
guru untuk
merefleksi prosesproses
penyelidikan yang
mereka gunakan
Siswa membentuk
kelompok untuk
melaksanakan
tugas belajar
berhubungan
dengan masalah
yang telah dipilih
pada materi
teknologi yang
berkaitan dengan
sist. peredaran
darah
Siswa
mengumpulkan
informasi &
melakukan
eksperimen
mengenai
teknologi yang
berhubungan dg
sist. peredaran
darah&menganali
sis pemecahan
masalah
Siswa
merencanakan
dan menyiapkan
hasil karya berupa
laporan mengenai
teknologi yang
berhubungan
dengan
sist.peredaran
darah, dan
menyajikannya.
Siswa dibantu
oleh guru untuk
merefleksikan
proses-proses
penyelidikan yang
mereka gunakan
siswa terlihat lebih baik dalam
kerjasama dan berbagi tugas.
53
Dalam bereksperimen aktivitas
siswa terlihat lebih meningkat.
Dalam tahap tindakan ini
aktivitas siswa terlihat lebih
meningkat dari Siklus
sebelumnya.
Dalam tahap tindakan ini
aktivitas siswa sudah terlihat
lebih meningkat dari Siklus
sebelumnya
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
No.
Siklus II
Analisis Aktivitas Siswa
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Tindakan
Refleksi
mereka gunakan
Dari Tabel 2.tersebut dapat dilihat bahwa ada beberapa aktivitas
siswa yang mengalami peningkatan dari Siklus I ke Siklus II. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Persentase Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
85
70
68
Pertemuan 1
Gambar
1.
73
Grafik
Pertemuan2
Pertemuan 3
Pertemuan 4
Persentase Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran
Persentase
Keaktifan
Siswa
Selama
Proses
Pembelajaran
Aktivitas siswa pada saat mengikuti pembelajaran menggunakan model
PBM masih terlihat kurang begitu aktif pada Siklus I, hal ini dapat
disebabkan oleh belum terbiasanya siswa dengan pembelajaran model ini,
namun memasuki Siklus II aktivitas siswa terus meningkat.
Hasil Belajar
a. Hasil Ketuntasan Belajar
Peningkatan persentase nilai hasil ketuntasan belajar berdasarkan
analisis data hasil posttest siswa pada Siklus I dan Siklus II, dapat dilihat
pada Gambar 2.
Persentase (%)
100
84,84
80
60
91,17
60,6
40
20
0
10
Siklus I
Pertemuan 1
54
Siklus I
Pertemuan 2
Siklus II
Pertemuan 1
Siklus II
Pertemuan 2
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
Gambar 2. Grafik Hasil Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus 1 dan Siklus
II
Pada Gambar 2 di atas,terlihat adanya peningkatan jumlah siswa
yang mencapai kriteria ketuntasan dari Siklus I sampai pada Siklus II dan
mencapai ketuntasan klasikal.
b. Hasil LKS Selama Proses Pembelajaran
Analisis persentase hasil belajar selama proses pembelajaran
berlangsung pada Siklus I dan Siklus II diperoleh dari kemampuan siswa
dalam mengerjakan LKS.
Persentase (%)
100
80
87,4
73,8
87,6
83
60
40
Siklus I
20
Siklus II
0
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Rata-Rata Perolehan per Pertemuan
Gambar 3.Grafik Hasil LKS Selama Proses Pembelajaran
Berdasarkan Gambar 4.2 yang berupa hasil ringkasan data nilai
LKS pada Siklus I dan II, diketahui bahwa adanya peningkatan nilai dari
Siklus I ke Siklus II, dengan kategori baik, sesuai dengan kategori pada
Arikunto (1998).
55
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
c. Hasil Karya/Produk
Hasil karya/produk yang dihasilkan selama proses pembelajaran
berlangsung pada Siklus I dan Siklus IIdiperoleh dari kemampuan siswa
dalam
membuat
hasil
karya/produk
yang
sesuai
dengan
materi
pembelajaran. Peningkatan hasil karya/produk yang dihasilkan oleh siswa
dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Persentase (%)
100
81
74
75
80
69
60
Pertemuan1
40
Pertemuan 2
20
0
Siklus I
Siklus II
Rata-Rata Perolehan per Pertemuan
Gambar 4. Grafik Hasil Karya/Produk pada Siklus I dan Siklus II
Pada Gambar 4 di atas, diketahui bahwa adanya peningkatan nilai dari
Siklus I ke Siklus II
a.
Kinerja Proses
Kinerja proses selama proses pembelajaran berlangsung pada
Siklus I dan Siklus II diperoleh dari rincian kinerja tugas yang dilakukan
siswa
selama
proses
pembelajaran
menggunakan
berlangsung.
Persentase (%)
100
82
80
60
75,48
40
20
0
Siklus I
Siklus II
Rata-rata per Siklus
56
model
PBM
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
Gambar 5. Diagram Peningkatan Rata-rata Penilaian Proses pada Siklus I
dan Siklus II
b.
Penilaian Psikomotor
Penilaian psikomotor pada Siklus I dan Siklus II diperoleh dari
rincian kinerja tugas psikomotor yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran.
Persetase (%)
100
83,09
80
76,74
60
40
20
0
Siklus I
Siklus II
Rata-Rata per Siklus
Gambar 6. Diagram Ringkasan Hasil Penilaian Psikomotor pada Siklus I
dan Siklus II
c.
Pengamatan Perilaku Berkarakter
Pengamatan perilaku berkarakter diperoleh dari hasil observasi
perilaku kerja sama dan terbuka dan menghargai teman selama proses
pembelajaran menggunakan model PBM berlangsung.
Jumlah Persentase (%)
350
300
298
250
200
150
100
81
50
17,6
0
Nilai A
Nilai B
Nilai C
Nilai Pengamatan Perilaku Berkarakter
57
3,4
Nilai D
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
Gambar 7 Diagram Ringkasan Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter
pada Siklus Idan lSiklus II
d. Pengamatan Perilaku Keterampilan Sosial
Hasil pengamatan perilaku keterampilan sosial, diperoleh dari
pengamatan perilakuketerampilan bertanya, menyumbang ide/pendapat,
menjadi pendengar yang baik dan komunikasi, yang dilakukan oleh siswa
selama proses pembelajaran.
Jumlah Persentase (%)
300
262,3
250
200
150
100
85,9
50
40,95
10,85
0
Nilai A
Nilai B
Nilai C
Nilai D
Nilai Pengamatan Perilaku Keterampilan Sosial
Gambar 8. Diagram Ringkasan Hasil Pengamatan Perilaku Keterampilan
Sosial padaSiklus I & Siklus II
Respon Siswa
Respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model PBM,
diperoleh dari angket respon yang dibagikan pada siswa pada akhir
pembelajaran di Siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
Persentase (%)
9.
100
80
60
40
20
0
38,5
Sangat
Setuju
28,9
31,7
Setuju
Ragu-Ragu
0,2
Tidak
Setuju
0
Sangat
Tidak
Setuju
Respon Siswa terhadap Pernyataan
Gambar 9. Grafik Hasil Observasi Respon Siswa
58
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
Dapat dilihat dari Gambar 9 di atas yang merupakan hasil observasi
dari angket yang diberikan kepada setiap siswa pada akhir pembelajaran
di Siklus II.
2. Aktivitas Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran
Aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran menggunakan
model PBM diperoleh dari hasil observasi selama proses kegiatan belajar
mengajar berlangsung, yang sesuai dengan tahap-tahap PBM.
Mengenai
aktivitas
guru
dalam
pengelolaan
pembelajaran
menggunakan tahap-tahap pengajaran model PBM, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 10.
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
18
17,5
Siklus I
Siklus II
4
3,5
1
2
4
3,5
3,5
3
4
33,5
5
3,5
6
Parameter
Gambar 10. Grafik hasil observasi aktivitas guru dalam pengelolaan
pembelajaranmenggunakan model PBM pada Siklus I dan
Siklus II
Aktivitas guru yang diamati dalam pengelolaan pembelajaran pada Siklus I
dan Siklus II adalah aktivitas yang mengacu pada tahapan pembelajaran
menggunakan
model
PBM.
Aktivitas
tersebut
antara
lain
guru
melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan RPP (aktivitas 1),
mengorientasi siswa pada masalah (aktivitas 2), mengorganisasi siswa
untuk belajar (aktivitas 3), membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok (aktivitas 4), membantu siswa mengembangkan dan menyajikan
59
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
hasil karya (aktivitas 5), serta membantu siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah (aktivitas 6).
Pembahasan
Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran
Aktivitas siswa pada saat mengikuti pembelajaran menggunakan model
PBM masih terlihat kurang begitu aktif pada Siklus I, hal itu dapat dilihat
dari aktivitas siswa saat menanggapi masalah dan memilih masalah yang
muncul, dalam bekerjasama dan berbagi tugas dikelompoknya, dan juga
aktivitas untuk melakukan refleksi dalam proses-proses pemecahan
masalah. Belum terlihatnya keaktifan siswa dapat terjadi karena siswa
masih menyesuaikan diri dengan model pembelajaran ini.
Selanjutnya saat memasuki Siklus II, terlihat adanya peningkatan
yang lebih baik, aktivitas yang masih kurang pada siklus sebelumnya pun
mengalami peningkatan, hal ini dapat dikarenakan siswa sudah mulai bisa
menyesuaikan
diri
dengan
pembelajaran
model
PBM.
Dengan
meningkatnya aktivitas siswa, dapat berarti bahwa dominansi guru dalam
kegiatan belajar mengajar sudah berkurang.Peningkatan aktivitas yang
terjadi bukan hanya aktifitas siswa dalam hal aktif pada pembelajaran tapi
juga aktif dalam berfikir, karena menurut Arends (2010) PBM utamanya
dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir,
keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya.
Keaktifan anak didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi
juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan
mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran
tidak akan tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak
didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar pada
hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam seseorang setelah
berakhirnya melakukan aktivitas belajar (Djamarah & Zain 2010).
60
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
Hasil Belajar
a. Hasil Ketuntasan Belajar
Hasil ketuntasan siswa pada Siklus I pertemuan 1 persentase
siswa yang tuntas adalah 10%. Persentase pada pertemuan 2 juga belum
dapat
mencapai
persentasenya
ketuntasan
mencapai
klasikal
60,60%.
yang
Hal
diharapkan,
ini
meskipun
menunjukkan
bahwa
kemampuan awal siswa masih rendah, sehingga belum dapat mencapai
ketuntasan.
Meskipun terjadi peningkatan dari pertemuan 1 ke pertemuan 2
dengan meningkatnya nilai posttest sebanyak 50,60% (dari 10% menjadi
60,60%), namun belum dapat dikatakan telah mencapai ketuntasan
klasikal. Ketuntasan individual pada Siklus II pertemuan 1 juga belum
mencapai ketuntasan klasikal. Walaupun ketuntasan individual sudah
mencapai 84,84%, meskipun nilainya sudah mendekati ketuntasan
klasikal namun masih saja kurang dari ≥85% jumlah siswa yang
mengalami ketuntasan individual. Dan meningkat pada pertemuan 4
dengan persentase ketuntasan individual sebanyak 91,17%, pada
pertemuan ini syarat ketuntasan klasikal sudah terpenuhi.
Peningkatan ini juga terjadi karena siswa sudah mulai terbiasa
untuk menganalisis masalah dan mencari pemecahannya dengan
menggali materi dan menghubungkannya dengan kenyataan. Menurut
Trianto (2011) pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep,
atau kaidah yang siap diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa
perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna untuk dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
61
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
b. Hasil LKS
Hasil LKS berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, hasil rata-rata
LKS Siklus I dan Siklus II termasuk dalam kategori baik, sehingga sudah
memenuhi indikator keberhasilan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Arikunto (1998) bahwa nilai LKS tergolong kategori baik (76-100%),
sedang (56-75%), kurang (40-55%) dan buruk (< 40).
Dilihat dari rata-rata nilai hasil LKS, Siklus I dengan persentase
nilai 78,4% dan Siklus II dengan persentase nilai 87,5%, dari persentase
tersebut dapat dikatakan telah terjadi peningkatan yang signifikan, dan
masih dalam kategori yang sama yaitu tergolong kategori baik. Hal ini
dapat dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan anggota kelompok
lainnya dan dapat mulai bekerja sama dengan baik dalam melaksanakan
tugas yang diberikan.
Menurut Woods (2000) dalam Amir (2010) menyebutkan Problem
Based Learning lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk
mempelajari pengetahuan tertentu. Ia dapat membantu pemelajar
membangun
kecakapan
sepanjang
hidupnya
dalam
memecahkan
masalah, kerja sama tim, dan berkomunikasi.
c. Hasil Karya/Produk
Hasil
perolehan
nilai
hasil
karya/produk
selama
proses
pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan pada hasil karya/produk
yang dibuat oleh siswa dibandingkan dengan nilai dari Siklus I ke Siklus II.
Peningkatan nilai hasil karya/produk yang dibuat oleh siswa dari
Siklus I ke Siklus II dapat dikarenakan oleh siswa yang sudah mulai
terbiasa berbagi tugas dan bekerja sama dengan teman sekelompoknya
dalam melaksanakan eksperimen dan merencanakan hasil karya/produk
yang sesuai sehingga nilai hasil yang didapatkan menjadi meningkat.
Hasil karya/produk yang dihasilkan siswa pada Siklus II pada
pertemuan 1 berupa skema mengenai materi kelainan/penyakit pada
sistem peredaran darah, dan pada pertemuan 2 hasil karya/produk berupa
laporan mengenai materi teknologi yang berkaitan dengan sistem
62
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
peredaran darah. Dibawah ini merupakan salah satu contoh dari hasil
karya yang dibuat oleh siswa.
d. Kinerja Proses
Pada lembar penilaian proses pada, ada beberapa rincian tugas
kinerja
yang
dilakukan
oleh
siswa
selama
proses pembelajaran
berlangsung, terutama saat siswa melakukan diskusi untuk bereksperimen
(jika diperlukan) dan memecahkan masalah yang disajikan. Penilaian
dilakukan oleh siswa sendiri dan juga oleh guru yang diwakilkan pada
observer.
Hasil persentase rata-rata penilaian proses yang diperoleh pada
Siklus I adalah 75,48% dengan kategori sedang (Arikunto, 1998), dan
pada Siklus II diperoleh rata-rata 82,00%. Penilaian proses yang dilakukan
selama
pembelajaran
sebagai
bahan
refleksi
bagi
siswa
dalam
melaksanakan tugas yang diberikan. Proses yang diharapkan selama
pembelajaran adalah sebagai penunjang tumbuhnya nilai dan sikap siswa
terhadap pembelajaran.
e.Penilaian Psikomotor
Pada lembar penilaian psikomotor siswa, ada beberapa rincian
tugas kinerja yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran
berlangsung, terutama saat siswa berdiskusi. Penilaian psikomotor
menekankan
pada
keahlian
siswa
dalam
bereksperimen
dan
melaksanakan rincian kerja yang terdapat pada LKS serta dalam hal
pembuatan hasil karya/produk yang sesuai dengan pembelajaran.
Penilaian dilakukan oleh siswa sendiri dan juga oleh guru yang diwakilkan
pada observer.
Hasil persentase rata-rata penilaian psikomotor yang diperoleh
pada Siklus II meningkat menjadi 83,09% dibandingkan pada Siklus I
76,74%. Dilihat dari perolehan persentase penilaian psikomotor siswa
terus mengalami peningkatan setiap siklusnya. Dan dilihat dari perolehan
nilai yang mengalami peningkatan ini berarti siswa sudah belajar untuk
memahami cara pembelajaran dengan menggunakan model PBM.
63
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
f. Pengamatan Perilaku Berkarakter
Pengamatan perilaku berkarakter yang diamati yaitu kerja sama
dan terbuka dan menghargai teman, jumlah nilai rata-rata tertinggi adalah
B dengan kategori memuaskan, danpada Siklus II terlihat adanya
penurunan nilai C dan D. Peningkatan nilai A dan B di iringi dengan
menurunnya nilai C dan D, dapat dikatakan bahwa perilaku berkarakter
siswa sudah mengalami kemajuan selama model PBM ini diterapkan.
Menurut Slameto (2003) dalam Hamdani (2011)belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
g. Pengamatan Keterampilan Sosial
Pengamatan keterampilan sosial siswa diamati dari perilaku
sosialnya dalam keterampilan bertanya baik pada guru atau pun sesama
teman selama diskusi, menyumbang ide/pendapat, menjadi pendengar
yang baik dan komunikatif (berkomunikasi denggan baik dengan sesama
teman atau pun guru). Peroleh persentase rata-rata terbanyak dari
pengamatan yang dilakukan adalah B, dengan kategori memuaskan, dan
nilai A juga mengalami peningkatan, sementara nilai C mengalami
penurunan.
Sesuai dengan Djamarah & Zain (2010) bila hanya fisik anak yang
aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar
tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak
belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya.
Padahal belajar.
pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam
seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.
Respon Siswa
Perolehan respon siswa yang lebih dominan adalah pernyataan
sangat setuju dengan persentase sebesar 38,5%, sementara yang setuju
64
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
sebanyak 31,7%, yang menyatakan ragu-ragu sebesar 28,9% dan yang
tidak setuju 0,2%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa lebih dari
50% siswa menanggapi pembelajaran menggunakan model PBM dengan
respon positif.
Dari respon yang diberikan oleh siswa, maka dapat diketahui
minatnya pada suatu pembelajaran, semakin positif respon yang diberikan
maka semakin besar pula minat siswa. Menurut Slameto (2010) minat
merupakan faktor internal yang mempengaruhi belajar si siswa yang
ditunjukkan dengan adanya kecenderungan dan kegairahan siswa yang
tinggi atau keinginan siswa yang besar terhadap sesuatu. Minat sangat
besar pengaruhnya terhadap belajar.
Aktvitas Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dapat dikatakan secara
umum bahwa pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dengan menggunakan model PBM sudah meningkat menjadi lebih baik,
yang berarti guru bisa dengan baik melaksanakan tahapan-tahapan yang
ada dalam model PBM. Sementara itu untuk dominansi guru dalam
pembelajaran sudah menurun, hal tersebut dapat dilihat dengan
meningkatnya aktivitas yang dilakukan oleh siswa pada setiap tahapan
model PBM.
65
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dalam penggunaan model PBM, dapat
diambil kesimpulan dengan uraian sebagai berikut:
1. Terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar,
maka dapat dikatakan bahwa dominansi guru yang biasanya terjadi
sebelum memakai model PBM ini sudah berkurang, sehingga
pembelajaran berpusat pada siswa (student centered).
2. Terjadi peningkatan ketuntasan klasikal pada hasil belajar Siklus I ke
Siklus II sebesar 52,7% dan peningkatan hasil LKS selama proses
belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 9,09%.
3. Respon
siswa
menunjukkan
yang
memberikan
respon
positif
sebanyak 70,5% (≥ 50% jumlah siswa) yang berarti pembelajaran ini
telah diterima dengan baik dan diakui dapat membantu siswa dalam
belajar.
4. Aktivitas guru dalam hal pengelolaan pembelajaran sesuai dengan
tahapan-tahapan
model
PBM
dan
dominansi
guru
dalam
pembelajaran sudah menurun, dilihat dari meningkatnya aktivitas
siswa.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dalam penggunaan model PBM, maka
saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya pembelajaran Biologi dengan menggunakan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) telah digunakan pada
konsep materi sebelumnya, sebelum Penelitian Tindakan Kelas
dilakukan.
2. Sebelum
menerapkan
suatu
model
pembelajaran
guru
harus
memahami hal-hal yang berkaitan dengan model tersebut dan guru
juga harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang.
66
Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 2015
Sebelum menerapkan suatu model pembelajaran pada suatu
materi guru harus melihat dan meninjau kembali keefektifan model
tersebut pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based
Learning. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Arends, Richard I. 2010. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar.
Pustaka Pelajar, Jakarta.
Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Bumi Aksara, Jakarta.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta, Jakarta
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta, Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta,
Jakarta.
Djamarah, S.B. & A. Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta,
Jakarta.
Hamdani. 2010.Strategi Belajar Mengajar.Pustaka Setia. Bandung
Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan.Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka
Cipta, Jakarta
Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana
Prenada Media Group, Jakarta
67
Download