22 abstrak meningkatkan kemampuan belajar konsep pencemaran

advertisement
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
ABSTRAK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR KONSEP PENCEMARAN
LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 BANJARBARU
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH
Oleh: Risma Zuraida, Muhammad Zaini, Bunda Halang
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) merupakan salah satu
inovasi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran Biologi
SMA Negeri 2 Banjarbaru di kelas X pada tahun 2011/2012, masih
dilakukan secara konseptual dan jarang melakukan kegiatan praktikum.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar dan
aktivitas siswa pada proses pembelajaran, mendeskripsikan aktivitas guru,
serta mengetahui respon siswa dan respon guru terhadap kegiatan
pembelajaran konsep Pencemaran Lingkungan dengan menggunakan
model PBM. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas dengan 2
siklus, setiap siklus 2 kali pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas
X.3 SMA Negeri 2 Banjarbaru sebanyak 28 orang siswa. Hasil penelitian
menunjukkan penggunaan model PBM dapat meningkatkan kemampuan
belajar konsep Pencemaran Lingkungan pada siswa kelas X.3 SMA
Negeri 2 Banjarbaru tahun ajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan oleh hasil
belajar produk siswa pada siklus 1 sebesar 65,38% dan pada siklus 2
sebesar 92,59%. Sedangkan hasil belajar proses siswa pada siklus 1
sebesar 84,61% dan pada siklus 2 sebesar 88,88%. Hasil selama proses
pembelajaran pada siklus 1 maupun siklus 2 tergolong kategori baik
sekali. Keterampilan berpikir, kemampuan berkarakter dan keterampilan
sosial siswa pada siklus 1 dan siklus 2 tergolong baik. Proses
pembelajaran berpusat pada siswa, dan pembelajaran ini mendapatkan
respon yang positif dari siswa dan guru.
Kata Kunci: Konsep
Kemampuan Belajar.
Pencemaran
22
Lingkungan,
Model
PBM,
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
PENDAHULUAN
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah
kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Hanafi,
2011). Tugas guru dalam KTSP adalah bagaimana memberikan
kemudahan
belajar
kepada
peserta
didik,
agar
mereka
mampu
berinteraksi dengan lingkungan eksternal (Mulyasa, 2009).
Guru dituntut sebagai fasilitator seperti didalam KTSP yang
bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan kemudahan
belajar siswa dan pembelajaran yang dilakukan berpusat pada siswa.
Perubahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subjek
dalam proses pembelajaran menjadi titik tolak banyak ditemukannya
berbagai
pendekatan
pembelajaran
yang
inovatif.
Salah
satu
kecenderungan yang sering dilupakan adalah melupakan bahwa hakikat
pembelajaran adalah belajarnya siswa bukan belajarnya guru (Rusman,
2010). Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan cara yang
tepat untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga
siswa dapat mengerti dan memahami konsep tersebut.
Berdasarkan informasi yang diberikan salah satu guru biologi di
SMA Negeri 2 Banjarbaru pada observasi awal yang dilakukan,
pembelajaran konsep pencemaran lingkungan tahun ajaran sebelumnya
yaitu tahun 2011/2012 masih dilakukan secara konseptual dengan standar
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75, dan siswa belum tuntas secara
keseluruhan pada konsep tersebut. Jika guru tidak melakukan inovasi
dalam pembelajaran sedangkan KKM setiap tahun terus mengalami
kenaikan, maka hal ini akan menyulitkan bagi siswa dalam proses belajar
dan dalam mencapai KKM tersebut.
23
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
Guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat
memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam
pengalaman
belajarnya.
Salah
satu
alternatif
pembelajaran
yang
memungkinkan dikembangkannya keterampilan berpikir siswa (penalaran,
komunikasi,
Pembelajaran
mendukung
menyatakan
dan
koneksi)
dalam
Berdasarkan
PBM
adalah
bahwa
memecahkan
Masalah
teori
siswa
(PBM).
belajar
harus
masalah
Teori
belajar
konstruktivisme.
menemukan
adalah
yang
Teori
sendiri
ini
dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru
dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu
tidak lagi sesuai (Rusman, 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar
siswa, meningkatkan aktivitas siswa, mendeskripsikan aktivitas guru,
memaparkan respon siswa dan respon guru Kelas X SMA Negeri 2
Banjarbaru pada pembelajaran konsep pencemaran lingkungan melalui
model PBM. Menurut Trianto (2009) PBM merupakan suatu model
pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik
dengan
maksud
untuk
menyusun
pengetahuan
mereka
sendiri,
mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir, mengembangkan
kemandirian, dan kepercayaan diri.
METODE PENELITIAN
Penelitian tentang meningkatkan kemampuan belajar konsep
pencemaran lingkungan pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru
melalui
model PBM
ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dengan 4 kali pertemuan. Siklus pertama
dilaksanakan 2 kali pertemuan, dan siklus kedua dilaksanakan 2 kali
pertemuan. Siklus 2 dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus 1.
Penelitian
ini dikatakan
berhasil apabila
memenuhi semua
komponen indikator kuantitatif dan indikator kualitatif. Kedua indikator di
atas dilihat dari pergeseran hasil siklus 1 dan siklus 2. Ketuntasan belajar
24
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
siswa secara klasikal tercapai bila terdapat ≥ 85% siswa yang
memperoleh nilai minimal  75. Hasil selama proses pembelajaran
penetapannya sama seperti ketuntasan klasikal. Keterlaksanaan aktivitas
guru dalam pengelolaan pembelajaran ≤ 50% tergolong rendah dari
semua parameter pengamatan. Keterlaksanaan aktivitas siswa selama
proses pembelajaran  50% tergolong tinggi dari semua parameter
pengamatan. Keterlaksanaan perilaku berkarakter  50% dari jumlah
siswa dalam 1 kelompok tergolong baik. Keterlaksanaan keterampilan
sosial  50% dari jumlah siswa dalam 1 kelompok tergolong baik.
Keterlaksanaan pembelajaran tergolong kategori baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil-hasil penelitian di atas dapat dimaknai lebih lanjut dengan
cara membandingkan kedua hasil yang diperoleh pada siklus 1 dan siklus
2.
a.
Hasil Belajar Produk pada Siklus 1 dan Siklus 2
Ringkasan hasil belajar produk berupa pre test dan post test pada
siklus 1 dan siklus 2 seperti seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Ringkasan Rata-rata Ketuntasan Belajar pada Siklus 1 dan 2
Siklus
1
2
Test
Pre test
Post test
Pre test
Post test
Skor
Maksimum
100
100
100
100
25
Ketuntasan klasikal (%)
7,69%
65,38%
14,81%
92,59%
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
Pada Tabel 1 hasil ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil pre test
dan pos test pada siklus 1 belum mencapai ketuntasan klasikal yang
ditetapkan yaitu ≥85%. Sedangkan untuk ketuntasan klasikal yang
diperoleh dari hasil post test pada siklus 2 sudah mencapai ketuntasan
klasikal yang ditetapkan yaitu sebesar 92,59%.
Hal ini menunjukkan
bahwa hasil post test pada siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan.
b. Hasil Belajar Proses pada Siklus 1 dan Siklus 2
Ringkasan hasil belajar proses berupa pre test dan post test pada
siklus 1 dan siklus 2 seperti seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Ringkasan Rata-rata Ketuntasan Belajar pada Siklus 1 dan 2
Skor
Ketuntasan klasikal (%)
Maksimum
Pre test
100
0%
1
Post test
100
84,61%
Pre test
100
0%
2
Post test
100
88,88%
Pada Tabel 2 hasil ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil pre test
Siklus
Test
dan pos test pada siklus 1 belum mencapai ketuntasan klasikal yang
ditetapkan yaitu ≥85%. Sedangkan untuk ketuntasan klasikal yang
diperoleh dari hasil post test pada siklus 2 sudah mencapai ketuntasan
klasikal yang ditetapkan yaitu sebesar 88,88%. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil post test pada siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan
tetapi untuk hasil post test dari siklus 1 ke siklus 2 adalah tetap yaitu 0%.
26
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
c. Hasil Selama Proses Pembelajaran pada Siklus 1 dan Siklus 2
Hasil selama proses pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2
seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Ringkasan Hasil Belajar Proses Selama Pembelajaran Siklus 1
dan Siklus 2
Siklus Pertemuan
Jumlah
Skor
Skor
%
Kategori
kelompok
RataMaksimum
rata
1
1
6
81,66
100
81,66
Baik sekali
2
6
88,33
100
88,33
Baik sekali
Rata-rata
84,99
100
84,99
Baik sekali
2
1 dan 2
6
88,33
100
88,33
Baik sekali
Rata-rata
88,33
100
88,33
Baik sekali
Keterangan: 100% = Istimewa; 76-99% = Baik sekali; 66-75% = Baik;
<60% = Kurang (Bahri. 2000)
Pada Tabel 3 menunjukkan hasil selama proses pembelajaran yang
diperoleh dari LKS pada siklus 1 dan siklus 2 baik pertemuan 1 dan
pertemuan 2 tergolong baik sekali. Hasil belajar proses mengalami
peningkatan dengan rata-rata 84,99% pada siklus 1 meningkat menjadi
88,33% pada siklus 2. Hal ini disebabkan karena sudah ada pengetahuan
awal yang berasal dari siklus 1.
d. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus 1 dan Siklus 2
Ringkasan aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus 1 dan siklus 2
diperlihatkan seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2
Siswa yang Siklus
Parameter yang diamati (%)
diamati
1
2
3
4
5
6
7
Akhmad
1
19, 17,0 14,8 10,6 8,51 8,5 19,1
Junaidi
15
2
9
4
1
5
2
20, 24,0 3,7 9,26 1,85 3,7 25,9
37
7
3
Aulia
1
27, 3,03 15,1 18,1
0
3,0 27,2
Wibowo
27
5
8
3
7
2
25, 15,6 5,88 15,6
0
0
25,4
49
9
9
9
Chandra Ali
1
27, 13,8 8,33 11,1 2,78 5,5
25
27
8
2,1
3
11,
11
6,0
6
11,
76
5,5
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
Rutandi
78
25
9
11,5
3
0
1
6
6
2
5,76 11,5 1,92 5,7 26,9 11,
3
6
2
53
Tery Devara
1
38,
17,6 11,7
0
2,9 26,4 2,9
24
5
6
4
7
4
2
23, 6,98 9,30 23,2
0
4,6 32,5
0
26
6
5
6
Kategori Aktivitas Siswa < 10% rendah (buruk), ≥ 10% tinggi (baik).
Keterangan parameter:
1. Memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain.
2. Membaca LKS atau buku-buku yang relevan.
3. Melakukan pengamatan/percobaan.
4. Berdiskusi antar siswa /kelompok/guru.
5. Melakukan analisis dan mengevaluasi informasi dari hasil percobaan.
6. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru.
7. Menyusun/melaporkan dan menyajikan hasil percobaan.
8. Membuat/menulis kesimpulan pelajaran.
Pada Tabel 4 memperlihatkan aktivitas siswa pada pembelajaran siklus 1
dan siklus 2. Aktivitas siswa yang mengalami kenaikan dari siklus 1 ke
siklus 2 yaitu pada parameter 2, 4, 6, 7, dan 8. Sedangkan aktivitas siswa
yang mengalami penurunan dari siklus 1 ke siklus 2 yaitu pada parameter
1, 3, dan 5.
e. Deskripsi aktivitas Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran Siklus 1
dan Siklus 2
Aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran disajikan pada
Tabel 5.
Tabel 5. Aktivitas Guru dalam pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2
Parameter
1
2
3
4
5
6
7
8
1
9,09
7,27 5,45 27,27 9,09 14,55 14,55 12,73
7,27
7,27 7,27 34,55 9,09 14,55 9,09 10,9
2
Kategori Aktivitas Guru: < 10% rendah (baik), ≥ 10% tinggi (buruk).
Siklus
Keterangan parameter:
1. Memotivasi siswa/menghubungkan dengan pembelajaran yang lalu,
menyampaikan TP.
2. Mengorientasi siswa pada masalah.
28
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mengorganisasi siswa untuk belajar.
Membimbing siswa melakukan percobaan.
Membimbing siswa menyajikan hasil percobaan.
Membimbing siswa melakukan diskusi.
Membimbing siswa melakukan refleksi atau evaluasi.
Membimbing siswa menarik kesimpulan.
Pada Tabel 5 terlihat bahwa aktivitas guru pada siklus 1 dapat dikatakan
masih mendominasi, hal ini dapat dilihat dari persentasi aktivitas guru
yang dilakukan pada 4 parameter dari 8 parameter yang diamati masih di
atas 10 %. Sedangkan pada siklus 2 aktivitas guru sudah baik karena
aktivitas guru kurang mendominasi dalam proses pembelajaran.
Respon siswa terhadap proses pembelajaran
Respon siswa terhadap proses pembelajaran seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Respon siswa terhadap proses pembelajaran
No
Soal Respon
1. Pendapat siswa mengenai LKS, cara guru mengajar, cara
belajar, dan proses pembelajaran
a. menyenangkan
2.
3.
4.
b. tidak menyenangkan bahkan membosankan
Pendapat siswa mengenai LKS, cara guru mengajar, cara
belajar, dan proses pembelajaran
a. Merupakan hal baru dan sangat membantu siswa dalam
relajar
b. Merupakan hal yang tidak baru tetapi membantu siswa
dalam belajar
c. Merupakan hal yang tidak baru dan tidak membantu siswa
dalam belajar
Kegiatan yang dilakukan selama berlangsungnya proses
belajar
a. Dapat menyatakan pendapat untuk menjawab pertanyaan
b. Dapat
melakukan
penyelidikan/pengamatan
untuk
menjawab pertanyaan
c. Berminat untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar
seperti ini
Siswa dapat memahami dengan baik LKS atau buku-buku
sumber yang digunakan
29
F
%
2
7
0
100
2
7
0
100
0
0
2
6
2
7
2
7
2
7
96,3
0
0
100
100
100
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
5.
Menurut siswa susunan kalimat, gambar atau tabel dalam
LKS atau buku-buku sumber yang digunakan
1) Tidak baik
2) Cukup baik
3) Baik
4) Sangat baik
0
3
1
7
7
Ada 27 orang siswa (100%) menyatakan senang dengan pembelajaran
yang telah dilakukan oleh guru. Pembelajaran semacam ini merupakan
hal yang baru dan sangat membantu dalam belajar bagi 27 orang siswa
(100%), karena dalam pembelajaran ini siswa dapat menyatakan
pendapat untuk menjawab pertanyaan bagi 26 orang siswa (96,3%), dapat
melakukan pengamatan untuk menjawab pertanyaan bagi 27 orang siswa
(100%), dan berminat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran selanjutnya
yang dinyatakan oleh 27 orang siswa (100%). LKS dan buku-buku yang
digunakan dapat dipahami oleh 27 orang siswa (100%), karena susunan
kalimat, gambar atau tabel yang digunakan dianggap cukup baik bagi 3
orang siswa (11,1%), baik bagi 17 orang siswa (62,9%) dan sangat baik
bagi 7 orang siswa (25,9%).
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa siswa SMA Negeri 2
Banjarbaru
memberikan
respon
yang
pembelajaran.
30
positif
terhadap
kegiatan
0
11,1
62,9
25,9
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
Respon guru terhadap proses pembelajaran
Respon guru terhadap proses pembelajaran seperti pada Tabel 7.
Tabel 7. Respon guru terhadap proses pembelajaran
No
Soal Respon
.
1. Penilaian anda terhadap komponen
pembelajaran
a. Lembar kegiatan siswa
b. Rencana pembelajaran
c. Proses pembelajaran dengan
menggunakan model yang telah
dipilih
d. Lembar evaluasi
2. Pendapat Anda terhadap rencana
pembelajaran
3. Tuliskan keuntungan yang diperoleh
dari merencanakan dan melaksanakan
rencana pelajaran dengan model yang
Anda gunakan
4. Tuliskan hambatan-hambatan yang
muncul selama merencanakan dan
melaksanakan
rencana
pelajaran
dengan model yang Anda gunakan.
5.
Respon guru
Membantu
Membantu
Membantu
Cukup membantu
Mudah dilaksanakan
Siswa menjadi lebih aktif
dan bekerja sama
(memupuk kebersamaan).
Waktu yang dibutuhkan
umumnya kurang, karena
pelaksanaan
pembelajaran bisa tidak
sesuai dengan rencana.
Tuliskan saran-saran untuk perbaikan Perencanaan harus
proses
pembelajaran
setelah matang, dan memerlukan
merencanakan
dan
melaksanakan waktu persiapan.
rencana pelajaran dengan model yang
Anda gunakan.
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa proses pembelajaran dengan
menggunakan model PBM mendapat respon positif dari guru kelas X.3
SMA Negeri 2 Banjarbaru.
31
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian pembelajaran dengan menggunakan
model PBM berdasarkan data kualitatif dan kuantitatif selanjutnya
digunakan untuk menjawab tujuan penelitian.
Kemampuan Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran
Kemampuan belajar meliputi kognitif, afektif dan psikomotor.
Kognitif berupa hasil belajar produk dan proses berupa post test pada
siklus 1 dan pada siklus 2. Pada siklus 2, hasil belajar siswa baik produk
maupun proses mengalami ketuntasan secara klasikal, hal ini berarti
pengunaan model PBM dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
a. Hasil Belajar Produk (Pre test dan Post test)
Hasil penelitian pembelajaran dengan menggunakan model PBM
dapat meningkatkan hasil belajar produk. Berdasarkan data kuantitatif
pembelajaran dengan menggunakan model PBM telah mencapai batas
ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥85% dengan
peningkatan sebesar 27,21%. Peningkatan ini lebih besar dari penelitian
sebelumnya yaitu 22,99% (Aulia, 2012), 5,13% (Mildawati, 2012) dan
2,86% (Aslamna, 2006). Temuan ini juga sejalan dengan penelitian yang
telah dilaporkan sebelumnya
bahwa PBM dapat meningkatkan hasil
belajar produk siswa (Aslamna, 2006; Aulia, 2012; Mildawati, 2012).
b. Hasil Belajar Proses (Pre test dan Post test)
Hasil penelitian pembelajaran dengan menggunakan model PBM
dapat meningkatkan hasil belajar proses. Berdasarkan data kuantitatif
pembelajaran dengan menggunakan model PBM telah mencapai batas
ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥85%. Temuan ini
sejalan dengan penelitian yang telah dilaporkan sebelumnya bahwa PBM
dapat meningkatkan hasil belajar proses siswa (Supramono, 2005).
32
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
c. Hasil Selama Proses Pembelajaran (LKS)
Pembelajaran
dengan
menggunakan
model
PBM
dapat
meningkatkan hasil selama proses pembelajaran. Ini sejalan dengan
penelitian yang pernah dilaporkan Aulia (2012). Hasil selama proses
pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2 selama proses pembelajaran
pada siklus 1 maupun siklus 2 tergolong kategori baik sekali.
d. Psikomotor Siswa Selama Proses Pembelajaran
Pembelajaran menggunakan model PBM dapat meningkatkan
psikomotor siswa. Psikomotor di ukur dari keterampilan yang dilakukan
siswa saat proses pembelajaran berlangsung yang mengacu pada rincian
tugas kinerja (RTK). Penilaian ini didasarkan pada penilaian siswa dalam
kelompok dan penilaian dari guru. Pada siklus 1 dan siklus 2, semua
siswa yang diamati tergolong kedalam kategori baik sekali dengan skor
berkisar antara 76-99% (Bahri, 2000). Jadi dapat disimpulkan bahwa
kemampuan psikomotor siswa adalah baik.
e. Keterampilan Berpikir Siswa Selama Proses Pembelajaran
Keterampilan berpikir siswa pada pembelajaran siklus 1 termasuk
dalam kategori baik dilihat dari rata-rata skor yang diperoleh yaitu pada
LKS 1 sebesar 3,49 dan pada LKS 2 sebesar 3,33 yang keduanya
termasuk dalam kategori baik. Demikian juga pada pembelajaran siklus 2
keterampilan berpikir siswa juga termasuk dalam kategori baik dilihat dari
rata-rata skor yang diperoleh yaitu 3,5. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa keterampilan berpikir siswa adalah baik.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Banurea (2009)
melalui
penerapan
pembelajaran
problem
based
learning
(PBL)
menyatakan bahwa (PBL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan
hasil belajar siswa. Kemampuan berpikir siswa dapat diketahui dari nilai
tingkat keberhasilan kemampuan bertanya dan menjawab siswa. Skor
kemampuan bertanya siswa dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar
35,84% dan skor kemampuan menjawab siswa dari siklus I ke siklus II
meningkat sebesar 24,67%.
33
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
f. Kemampuan Berkarakter dan Keterampilan Sosial Siswa Selama
Proses Pembelajaran
Rata-rata kemampuan berkarakter siswa pada siklus 1 didominasi
dengan kategori B yaitu baik pada kedua parameter yang diamati yaitu
teliti dan peduli. Kategori A (sangat baik) dan C (cukup baik) di isi oleh
beberapa
siswa.
Pada
siklus 2
terjadi peningkatan
kemampuan
berkarakter, kedua parameter yang diamati rata-rata menduduki kategori
B (baik). Kategori A (sangat baik) di isi oleh satu orang siswa, sedangkan
kategori C (cukup baik) dan D (kurang baik) sudah tidak terdapat lagi.
Keterampilan sosial siswa meliputi 2 parameter pengamatan yaitu
menyumbangkan ide/pendapat dan bekerjasama. Pada siklus 1 kategori A
(sangat baik) tidak terisi oleh siswa, sedangkan kategori B (baik) dan C
(cukup baik) diisi oleh siswa pada semua parameter. Pada siklus 2 terjadi
peningkatan kategori B (baik) diisi secara merata oleh semua siswa dan
kategori C (cukup baik) hanya diisi oleh beberapa siswa. Pada
pengamatan keterampilan sosial, rata-rata keterampilan sosial siswa di
SMA Negeri 2 Banjarbaru berada pada kategori B (baik).
Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran
Aktivitas
siswa
pada
pembelajaran
konsep
Pencemaran
Lingkungan melalui model PBM mengalami peningkatan dari siklus 1 ke
siklus 2 dan dapat dikatakan sudah baik. Dalam proses pembelajaran
siswa terlihat aktif dan antusias. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pembelajaran sudah berpusat pada siswa.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan aktivitas siswa sudah
baik dan mengalami peningkatan. Sejalan dengan penelitian sebelumnya
Aslamna (2006) menyatakan bahwa melalui PBL siswa lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Menurut Trianto (2009) PBM merupakan suatu
model pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang
autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
34
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir, mengembangkan
kemandirian, dan kepercayaan diri.
Aktivitas Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran
Aktivitas guru pada pembelajaran konsep Pencemaran Lingkungan
melalui model PBM dapat dikatakan sudah baik karena aktivitas guru
dalam pembelajaran telah berkurang. Penurunan aktivitas guru ini
disebabkan karena siswa sudah lebih aktif dalam pembelajaran. Hal ini
menunjukkan pembelajaran sudah berpusat pada siswa dan guru sudah
sesuai menjalankan tugasnya yakni hanya sebagai fasilitator dan
motivator. Sejalan dengan penelitian sebelumnya Aulia (2012) juga
mengungkapkan bahwa aktivitas guru dengan menggunakan model PBM
sudah dapat dikatakan baik.
Respon Guru dan Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran melalui model PBM ini mendapat respon positif dari
guru dan siswa kelas X.3 SMA Negeri 2 Banjarbaru. Hal ini karena lembar
kegiatan siswa, rencana pembelajaran dan proses pembelajaran yang
digunakan membantu dalam proses pembelajaran dan lembar evaluasi
cukup membantu bagi guru. Rencana pembelajaran mudah dilaksanakan,
guru dan siswa menjadi lebih aktif serta membuat siswa bekerjasama dan
memupuk rasa kebersamaan antar siswa. Guru menuliskan hambatan
yang
muncul
selama
merencanakan
dan
melaksanakan
proses
pembelajaran yakni waktu yang tersedia umumnya kurang serta harus
dimulai dengan persiapan yang maksimal. Untuk perbaikan proses
pembelajaran guru menyarankan pengaturan waktu dan persiapan dalam
proses pembelajaran agar lebih baik lagi.
35
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
Pembelajaran dengan menggunakan model PBM pada konsep
Pencemaran Lingkungan berarti mengajak siswa melakukan pengamatan
dan percobaan. Hal ini merupakan pengalaman belajar yang baru bagi
siswa, karena dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat
langsung dalam mencari informasi dan pengetahuan yang berhubungan
dengan konsep yang dipelajari.
Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2
Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 dilihat
dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir termasuk dalam
kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari terpenuhinya kegiatan yang
dirancang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut
Trianto (2012) RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
manajemen pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan disilabus. RPP juga dapat
menjadi panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan.
PENUTUP
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan
tentang
meningkatkan kemampuan belajar konsep pencemaran lingkungan pada
siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru melalui model PBM dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil belajar produk siswa pada konsep Pencemaran Lingkungan
dengan mengunakan model PBM telah mencapai batas ketuntasan
klasikal yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥85%. Hal ini ditandai
dengan peningkatan hasil pembelajaran sebesar 27,21% dari siklus 1
ke
siklus 2. Begitu juga dengan hasil belajar proses siswa pada
konsep Pencemaran Lingkungan dengan mengunakan model PBM
telah mencapai batas ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu
sebesar ≥85%. Hal ini ditandai dengan peningkatan hasil pembelajaran
36
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
sebesar 4,27% dari siklus 1 ke siklus 2. Keterampilan berpikir siswa
kelas X.3 SMA Negeri 2 Banjarbaru pada pembelajaran siklus 1 dan
siklus 2 termasuk dalam kategori baik dilihat dari rata-rata skor yang
diperoleh. Kemudian tentang kemampuan berkarakter siswa kelas X.3
SMA Negeri 2 Banjarbaru yaitu teliti dan peduli termasuk dalam
kategori baik sekali pada siklus 1 maupun siklus 2. Begitu juga dengan
keterampilan sosial siswa kelas X.3 SMA Negeri 2 Banjarbaru yaitu
bekerjasama dan menyumbangkan ide termasuk dalam kategori baik
sekali pada siklus 1 maupun siklus 2.
2. Aktivitas siswa pada pembelajaran konsep Pencemaran Lingkungan
melalui model PBM meningkat dari siklus 1 ke siklus 2.
3. Aktivitas guru pada siklus 1 dapat dikatakan masih mendominasi, hal
ini dapat dilihat dari persentasi aktivitas guru yang dilakukan pada 4
parameter dari 8 parameter yang diamati masih di atas 10 %.
Sedangkan pada siklus 2 aktivitas guru sudah baik karena aktivitas
guru
kurang
mendominasi
dalam
proses
pembelajaran
yang
berlangsung.
4. Pembelajaran dengan menggunakan model PBM mendapatkan respon
yang positif dari siswa SMA Negeri 2 Banjarbaru.
5. Pembelajaran dengan menggunakan model PBM mendapatkan respon
yang positif dari guru SMA Negeri 2 Banjarbaru.
Saran-saran yang dapat peneliti berikan sebagai hasil dari
pengalaman yang telah didapatkan dalam penelitian adalah pada
pembelajaran dengan menggunakan model PBM memerlukan waktu yang
lebih lama dari pertemuan biasa yaitu 2x45 menit. Jadi diharapkan
pembelajaran dengan model PBM ini mendapatkan jatah waktu yang lebih
banyak agar proses pembelajaran berjalan maksimal. Selain itu juga untuk
penelitian selanjutnya aktivitas siswa yang mengalami penurunan dari
siklus 1 ke siklus 2 masih perlu diperhatikan dan diperbaiki lagi.
37
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan. Aditya Media, Yogyakarta.
Aslamna. 2006. Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Konsep
“Perubahan Lingkungan” Pada Siswa Kelas XD SMA Negeri 1
Gambut Tahun Pelajaran 2005/2006 Melalui Pembelajaran
Berdasarkan Masalah. Skripsi Sarjana. Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.
Aulia, Risa. 2012. Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Kelas XI IPA
1 SMA Negeri 2 Banjarbaru Pada Pembelajaran Konsep Sistem
Peredaran Darah Pada Manusia Melalui Pendekatan Problem
Based Learning. Skripsi Sarjana. Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.
Banurea, Mariana. 2009. Penerapan pembelajaran problem based
learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan hasil
belajar biologi materi pencemaran pada siswa kelas VII SMP
Negeri
3
Malang.
Diakses
melalui
http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=39796
pada
tanggal 2 Juni 2013.
Bahri, Syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Rineka Cipta, Jakarta.
Hanafi, Surya. 2011. Kurikulum KTSP dan Implementasinya. Diakses
melalui
http://sahabatguru.com/2011/02/24/kurikulum-ktsp-dan
implementasinya/ pada tanggal 29 Desember 2012.
Mildawati. 2012. Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Kelas XI IPA 1
SMA Negeri 3 Banjarbaru Pada Konsep Mekanisme Transpor
Melalui Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Skripsi
PMIPA FKIP UNLAM. Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.
Mulyasa, 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bumi
Aksara, Jakarta.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. PT Rajagrafindo Persada,
Jakarta.
Supramono. 2005. Pengembangan Model Perangkat Pembelajaran dan
Penerapannya dalam Kegiatan Belajar Mengajar dengan Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Hasil
38
Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015
Belajar dan Keterampilan Berpikir Siswa SD. Disertasi Universitas
Negeri Malang. Tidak dipublikasikan.
Trianto. 2009. Mendesain
Kencana, Jakarta.
Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara, Jakarta.
39
Download