Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015 ABSTRAK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 BANJARBARU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH Oleh: Risma Zuraida, Muhammad Zaini, Bunda Halang Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) merupakan salah satu inovasi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran Biologi SMA Negeri 2 Banjarbaru di kelas X pada tahun 2011/2012, masih dilakukan secara konseptual dan jarang melakukan kegiatan praktikum. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar dan aktivitas siswa pada proses pembelajaran, mendeskripsikan aktivitas guru, serta mengetahui respon siswa dan respon guru terhadap kegiatan pembelajaran konsep Pencemaran Lingkungan dengan menggunakan model PBM. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus, setiap siklus 2 kali pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas X.3 SMA Negeri 2 Banjarbaru sebanyak 28 orang siswa. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan model PBM dapat meningkatkan kemampuan belajar konsep Pencemaran Lingkungan pada siswa kelas X.3 SMA Negeri 2 Banjarbaru tahun ajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan oleh hasil belajar produk siswa pada siklus 1 sebesar 65,38% dan pada siklus 2 sebesar 92,59%. Sedangkan hasil belajar proses siswa pada siklus 1 sebesar 84,61% dan pada siklus 2 sebesar 88,88%. Hasil selama proses pembelajaran pada siklus 1 maupun siklus 2 tergolong kategori baik sekali. Keterampilan berpikir, kemampuan berkarakter dan keterampilan sosial siswa pada siklus 1 dan siklus 2 tergolong baik. Proses pembelajaran berpusat pada siswa, dan pembelajaran ini mendapatkan respon yang positif dari siswa dan guru. Kata Kunci: Konsep Kemampuan Belajar. Pencemaran 22 Lingkungan, Model PBM, Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015 PENDAHULUAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Hanafi, 2011). Tugas guru dalam KTSP adalah bagaimana memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, agar mereka mampu berinteraksi dengan lingkungan eksternal (Mulyasa, 2009). Guru dituntut sebagai fasilitator seperti didalam KTSP yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan kemudahan belajar siswa dan pembelajaran yang dilakukan berpusat pada siswa. Perubahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subjek dalam proses pembelajaran menjadi titik tolak banyak ditemukannya berbagai pendekatan pembelajaran yang inovatif. Salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa bukan belajarnya guru (Rusman, 2010). Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan cara yang tepat untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga siswa dapat mengerti dan memahami konsep tersebut. Berdasarkan informasi yang diberikan salah satu guru biologi di SMA Negeri 2 Banjarbaru pada observasi awal yang dilakukan, pembelajaran konsep pencemaran lingkungan tahun ajaran sebelumnya yaitu tahun 2011/2012 masih dilakukan secara konseptual dengan standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75, dan siswa belum tuntas secara keseluruhan pada konsep tersebut. Jika guru tidak melakukan inovasi dalam pembelajaran sedangkan KKM setiap tahun terus mengalami kenaikan, maka hal ini akan menyulitkan bagi siswa dalam proses belajar dan dalam mencapai KKM tersebut. 23 Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015 Guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu alternatif pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, Pembelajaran mendukung menyatakan dan koneksi) dalam Berdasarkan PBM adalah bahwa memecahkan Masalah teori siswa (PBM). belajar harus masalah Teori belajar konstruktivisme. menemukan adalah yang Teori sendiri ini dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai (Rusman, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa, meningkatkan aktivitas siswa, mendeskripsikan aktivitas guru, memaparkan respon siswa dan respon guru Kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru pada pembelajaran konsep pencemaran lingkungan melalui model PBM. Menurut Trianto (2009) PBM merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir, mengembangkan kemandirian, dan kepercayaan diri. METODE PENELITIAN Penelitian tentang meningkatkan kemampuan belajar konsep pencemaran lingkungan pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru melalui model PBM ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dengan 4 kali pertemuan. Siklus pertama dilaksanakan 2 kali pertemuan, dan siklus kedua dilaksanakan 2 kali pertemuan. Siklus 2 dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus 1. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi semua komponen indikator kuantitatif dan indikator kualitatif. Kedua indikator di atas dilihat dari pergeseran hasil siklus 1 dan siklus 2. Ketuntasan belajar 24 Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015 siswa secara klasikal tercapai bila terdapat ≥ 85% siswa yang memperoleh nilai minimal 75. Hasil selama proses pembelajaran penetapannya sama seperti ketuntasan klasikal. Keterlaksanaan aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran ≤ 50% tergolong rendah dari semua parameter pengamatan. Keterlaksanaan aktivitas siswa selama proses pembelajaran 50% tergolong tinggi dari semua parameter pengamatan. Keterlaksanaan perilaku berkarakter 50% dari jumlah siswa dalam 1 kelompok tergolong baik. Keterlaksanaan keterampilan sosial 50% dari jumlah siswa dalam 1 kelompok tergolong baik. Keterlaksanaan pembelajaran tergolong kategori baik. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil-hasil penelitian di atas dapat dimaknai lebih lanjut dengan cara membandingkan kedua hasil yang diperoleh pada siklus 1 dan siklus 2. a. Hasil Belajar Produk pada Siklus 1 dan Siklus 2 Ringkasan hasil belajar produk berupa pre test dan post test pada siklus 1 dan siklus 2 seperti seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Ringkasan Rata-rata Ketuntasan Belajar pada Siklus 1 dan 2 Siklus 1 2 Test Pre test Post test Pre test Post test Skor Maksimum 100 100 100 100 25 Ketuntasan klasikal (%) 7,69% 65,38% 14,81% 92,59% Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015 Pada Tabel 1 hasil ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil pre test dan pos test pada siklus 1 belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu ≥85%. Sedangkan untuk ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil post test pada siklus 2 sudah mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu sebesar 92,59%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil post test pada siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan. b. Hasil Belajar Proses pada Siklus 1 dan Siklus 2 Ringkasan hasil belajar proses berupa pre test dan post test pada siklus 1 dan siklus 2 seperti seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Ringkasan Rata-rata Ketuntasan Belajar pada Siklus 1 dan 2 Skor Ketuntasan klasikal (%) Maksimum Pre test 100 0% 1 Post test 100 84,61% Pre test 100 0% 2 Post test 100 88,88% Pada Tabel 2 hasil ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil pre test Siklus Test dan pos test pada siklus 1 belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu ≥85%. Sedangkan untuk ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil post test pada siklus 2 sudah mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu sebesar 88,88%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil post test pada siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan tetapi untuk hasil post test dari siklus 1 ke siklus 2 adalah tetap yaitu 0%. 26 Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015 c. Hasil Selama Proses Pembelajaran pada Siklus 1 dan Siklus 2 Hasil selama proses pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2 seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Ringkasan Hasil Belajar Proses Selama Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2 Siklus Pertemuan Jumlah Skor Skor % Kategori kelompok RataMaksimum rata 1 1 6 81,66 100 81,66 Baik sekali 2 6 88,33 100 88,33 Baik sekali Rata-rata 84,99 100 84,99 Baik sekali 2 1 dan 2 6 88,33 100 88,33 Baik sekali Rata-rata 88,33 100 88,33 Baik sekali Keterangan: 100% = Istimewa; 76-99% = Baik sekali; 66-75% = Baik; <60% = Kurang (Bahri. 2000) Pada Tabel 3 menunjukkan hasil selama proses pembelajaran yang diperoleh dari LKS pada siklus 1 dan siklus 2 baik pertemuan 1 dan pertemuan 2 tergolong baik sekali. Hasil belajar proses mengalami peningkatan dengan rata-rata 84,99% pada siklus 1 meningkat menjadi 88,33% pada siklus 2. Hal ini disebabkan karena sudah ada pengetahuan awal yang berasal dari siklus 1. d. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus 1 dan Siklus 2 Ringkasan aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 diperlihatkan seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2 Siswa yang Siklus Parameter yang diamati (%) diamati 1 2 3 4 5 6 7 Akhmad 1 19, 17,0 14,8 10,6 8,51 8,5 19,1 Junaidi 15 2 9 4 1 5 2 20, 24,0 3,7 9,26 1,85 3,7 25,9 37 7 3 Aulia 1 27, 3,03 15,1 18,1 0 3,0 27,2 Wibowo 27 5 8 3 7 2 25, 15,6 5,88 15,6 0 0 25,4 49 9 9 9 Chandra Ali 1 27, 13,8 8,33 11,1 2,78 5,5 25 27 8 2,1 3 11, 11 6,0 6 11, 76 5,5 Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015 Rutandi 78 25 9 11,5 3 0 1 6 6 2 5,76 11,5 1,92 5,7 26,9 11, 3 6 2 53 Tery Devara 1 38, 17,6 11,7 0 2,9 26,4 2,9 24 5 6 4 7 4 2 23, 6,98 9,30 23,2 0 4,6 32,5 0 26 6 5 6 Kategori Aktivitas Siswa < 10% rendah (buruk), ≥ 10% tinggi (baik). Keterangan parameter: 1. Memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain. 2. Membaca LKS atau buku-buku yang relevan. 3. Melakukan pengamatan/percobaan. 4. Berdiskusi antar siswa /kelompok/guru. 5. Melakukan analisis dan mengevaluasi informasi dari hasil percobaan. 6. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru. 7. Menyusun/melaporkan dan menyajikan hasil percobaan. 8. Membuat/menulis kesimpulan pelajaran. Pada Tabel 4 memperlihatkan aktivitas siswa pada pembelajaran siklus 1 dan siklus 2. Aktivitas siswa yang mengalami kenaikan dari siklus 1 ke siklus 2 yaitu pada parameter 2, 4, 6, 7, dan 8. Sedangkan aktivitas siswa yang mengalami penurunan dari siklus 1 ke siklus 2 yaitu pada parameter 1, 3, dan 5. e. Deskripsi aktivitas Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2 Aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Aktivitas Guru dalam pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2 Parameter 1 2 3 4 5 6 7 8 1 9,09 7,27 5,45 27,27 9,09 14,55 14,55 12,73 7,27 7,27 7,27 34,55 9,09 14,55 9,09 10,9 2 Kategori Aktivitas Guru: < 10% rendah (baik), ≥ 10% tinggi (buruk). Siklus Keterangan parameter: 1. Memotivasi siswa/menghubungkan dengan pembelajaran yang lalu, menyampaikan TP. 2. Mengorientasi siswa pada masalah. 28 Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015 3. 4. 5. 6. 7. 8. Mengorganisasi siswa untuk belajar. Membimbing siswa melakukan percobaan. Membimbing siswa menyajikan hasil percobaan. Membimbing siswa melakukan diskusi. Membimbing siswa melakukan refleksi atau evaluasi. Membimbing siswa menarik kesimpulan. Pada Tabel 5 terlihat bahwa aktivitas guru pada siklus 1 dapat dikatakan masih mendominasi, hal ini dapat dilihat dari persentasi aktivitas guru yang dilakukan pada 4 parameter dari 8 parameter yang diamati masih di atas 10 %. Sedangkan pada siklus 2 aktivitas guru sudah baik karena aktivitas guru kurang mendominasi dalam proses pembelajaran. Respon siswa terhadap proses pembelajaran Respon siswa terhadap proses pembelajaran seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Respon siswa terhadap proses pembelajaran No Soal Respon 1. Pendapat siswa mengenai LKS, cara guru mengajar, cara belajar, dan proses pembelajaran a. menyenangkan 2. 3. 4. b. tidak menyenangkan bahkan membosankan Pendapat siswa mengenai LKS, cara guru mengajar, cara belajar, dan proses pembelajaran a. Merupakan hal baru dan sangat membantu siswa dalam relajar b. Merupakan hal yang tidak baru tetapi membantu siswa dalam belajar c. Merupakan hal yang tidak baru dan tidak membantu siswa dalam belajar Kegiatan yang dilakukan selama berlangsungnya proses belajar a. Dapat menyatakan pendapat untuk menjawab pertanyaan b. Dapat melakukan penyelidikan/pengamatan untuk menjawab pertanyaan c. Berminat untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti ini Siswa dapat memahami dengan baik LKS atau buku-buku sumber yang digunakan 29 F % 2 7 0 100 2 7 0 100 0 0 2 6 2 7 2 7 2 7 96,3 0 0 100 100 100 Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015 5. Menurut siswa susunan kalimat, gambar atau tabel dalam LKS atau buku-buku sumber yang digunakan 1) Tidak baik 2) Cukup baik 3) Baik 4) Sangat baik 0 3 1 7 7 Ada 27 orang siswa (100%) menyatakan senang dengan pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru. Pembelajaran semacam ini merupakan hal yang baru dan sangat membantu dalam belajar bagi 27 orang siswa (100%), karena dalam pembelajaran ini siswa dapat menyatakan pendapat untuk menjawab pertanyaan bagi 26 orang siswa (96,3%), dapat melakukan pengamatan untuk menjawab pertanyaan bagi 27 orang siswa (100%), dan berminat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran selanjutnya yang dinyatakan oleh 27 orang siswa (100%). LKS dan buku-buku yang digunakan dapat dipahami oleh 27 orang siswa (100%), karena susunan kalimat, gambar atau tabel yang digunakan dianggap cukup baik bagi 3 orang siswa (11,1%), baik bagi 17 orang siswa (62,9%) dan sangat baik bagi 7 orang siswa (25,9%). Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa siswa SMA Negeri 2 Banjarbaru memberikan respon yang pembelajaran. 30 positif terhadap kegiatan 0 11,1 62,9 25,9 Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015 Respon guru terhadap proses pembelajaran Respon guru terhadap proses pembelajaran seperti pada Tabel 7. Tabel 7. Respon guru terhadap proses pembelajaran No Soal Respon . 1. Penilaian anda terhadap komponen pembelajaran a. Lembar kegiatan siswa b. Rencana pembelajaran c. Proses pembelajaran dengan menggunakan model yang telah dipilih d. Lembar evaluasi 2. Pendapat Anda terhadap rencana pembelajaran 3. Tuliskan keuntungan yang diperoleh dari merencanakan dan melaksanakan rencana pelajaran dengan model yang Anda gunakan 4. Tuliskan hambatan-hambatan yang muncul selama merencanakan dan melaksanakan rencana pelajaran dengan model yang Anda gunakan. 5. Respon guru Membantu Membantu Membantu Cukup membantu Mudah dilaksanakan Siswa menjadi lebih aktif dan bekerja sama (memupuk kebersamaan). Waktu yang dibutuhkan umumnya kurang, karena pelaksanaan pembelajaran bisa tidak sesuai dengan rencana. Tuliskan saran-saran untuk perbaikan Perencanaan harus proses pembelajaran setelah matang, dan memerlukan merencanakan dan melaksanakan waktu persiapan. rencana pelajaran dengan model yang Anda gunakan. Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan model PBM mendapat respon positif dari guru kelas X.3 SMA Negeri 2 Banjarbaru. 31 Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015 PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian pembelajaran dengan menggunakan model PBM berdasarkan data kualitatif dan kuantitatif selanjutnya digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Kemampuan Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran Kemampuan belajar meliputi kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif berupa hasil belajar produk dan proses berupa post test pada siklus 1 dan pada siklus 2. Pada siklus 2, hasil belajar siswa baik produk maupun proses mengalami ketuntasan secara klasikal, hal ini berarti pengunaan model PBM dapat meningkatkan hasil belajar siswa. a. Hasil Belajar Produk (Pre test dan Post test) Hasil penelitian pembelajaran dengan menggunakan model PBM dapat meningkatkan hasil belajar produk. Berdasarkan data kuantitatif pembelajaran dengan menggunakan model PBM telah mencapai batas ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥85% dengan peningkatan sebesar 27,21%. Peningkatan ini lebih besar dari penelitian sebelumnya yaitu 22,99% (Aulia, 2012), 5,13% (Mildawati, 2012) dan 2,86% (Aslamna, 2006). Temuan ini juga sejalan dengan penelitian yang telah dilaporkan sebelumnya bahwa PBM dapat meningkatkan hasil belajar produk siswa (Aslamna, 2006; Aulia, 2012; Mildawati, 2012). b. Hasil Belajar Proses (Pre test dan Post test) Hasil penelitian pembelajaran dengan menggunakan model PBM dapat meningkatkan hasil belajar proses. Berdasarkan data kuantitatif pembelajaran dengan menggunakan model PBM telah mencapai batas ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥85%. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang telah dilaporkan sebelumnya bahwa PBM dapat meningkatkan hasil belajar proses siswa (Supramono, 2005). 32 Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015 c. Hasil Selama Proses Pembelajaran (LKS) Pembelajaran dengan menggunakan model PBM dapat meningkatkan hasil selama proses pembelajaran. Ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilaporkan Aulia (2012). Hasil selama proses pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2 selama proses pembelajaran pada siklus 1 maupun siklus 2 tergolong kategori baik sekali. d. Psikomotor Siswa Selama Proses Pembelajaran Pembelajaran menggunakan model PBM dapat meningkatkan psikomotor siswa. Psikomotor di ukur dari keterampilan yang dilakukan siswa saat proses pembelajaran berlangsung yang mengacu pada rincian tugas kinerja (RTK). Penilaian ini didasarkan pada penilaian siswa dalam kelompok dan penilaian dari guru. Pada siklus 1 dan siklus 2, semua siswa yang diamati tergolong kedalam kategori baik sekali dengan skor berkisar antara 76-99% (Bahri, 2000). Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan psikomotor siswa adalah baik. e. Keterampilan Berpikir Siswa Selama Proses Pembelajaran Keterampilan berpikir siswa pada pembelajaran siklus 1 termasuk dalam kategori baik dilihat dari rata-rata skor yang diperoleh yaitu pada LKS 1 sebesar 3,49 dan pada LKS 2 sebesar 3,33 yang keduanya termasuk dalam kategori baik. Demikian juga pada pembelajaran siklus 2 keterampilan berpikir siswa juga termasuk dalam kategori baik dilihat dari rata-rata skor yang diperoleh yaitu 3,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir siswa adalah baik. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Banurea (2009) melalui penerapan pembelajaran problem based learning (PBL) menyatakan bahwa (PBL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan hasil belajar siswa. Kemampuan berpikir siswa dapat diketahui dari nilai tingkat keberhasilan kemampuan bertanya dan menjawab siswa. Skor kemampuan bertanya siswa dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 35,84% dan skor kemampuan menjawab siswa dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 24,67%. 33 Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015 f. Kemampuan Berkarakter dan Keterampilan Sosial Siswa Selama Proses Pembelajaran Rata-rata kemampuan berkarakter siswa pada siklus 1 didominasi dengan kategori B yaitu baik pada kedua parameter yang diamati yaitu teliti dan peduli. Kategori A (sangat baik) dan C (cukup baik) di isi oleh beberapa siswa. Pada siklus 2 terjadi peningkatan kemampuan berkarakter, kedua parameter yang diamati rata-rata menduduki kategori B (baik). Kategori A (sangat baik) di isi oleh satu orang siswa, sedangkan kategori C (cukup baik) dan D (kurang baik) sudah tidak terdapat lagi. Keterampilan sosial siswa meliputi 2 parameter pengamatan yaitu menyumbangkan ide/pendapat dan bekerjasama. Pada siklus 1 kategori A (sangat baik) tidak terisi oleh siswa, sedangkan kategori B (baik) dan C (cukup baik) diisi oleh siswa pada semua parameter. Pada siklus 2 terjadi peningkatan kategori B (baik) diisi secara merata oleh semua siswa dan kategori C (cukup baik) hanya diisi oleh beberapa siswa. Pada pengamatan keterampilan sosial, rata-rata keterampilan sosial siswa di SMA Negeri 2 Banjarbaru berada pada kategori B (baik). Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Aktivitas siswa pada pembelajaran konsep Pencemaran Lingkungan melalui model PBM mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 dan dapat dikatakan sudah baik. Dalam proses pembelajaran siswa terlihat aktif dan antusias. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran sudah berpusat pada siswa. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan aktivitas siswa sudah baik dan mengalami peningkatan. Sejalan dengan penelitian sebelumnya Aslamna (2006) menyatakan bahwa melalui PBL siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Trianto (2009) PBM merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, 34 Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015 mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir, mengembangkan kemandirian, dan kepercayaan diri. Aktivitas Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran Aktivitas guru pada pembelajaran konsep Pencemaran Lingkungan melalui model PBM dapat dikatakan sudah baik karena aktivitas guru dalam pembelajaran telah berkurang. Penurunan aktivitas guru ini disebabkan karena siswa sudah lebih aktif dalam pembelajaran. Hal ini menunjukkan pembelajaran sudah berpusat pada siswa dan guru sudah sesuai menjalankan tugasnya yakni hanya sebagai fasilitator dan motivator. Sejalan dengan penelitian sebelumnya Aulia (2012) juga mengungkapkan bahwa aktivitas guru dengan menggunakan model PBM sudah dapat dikatakan baik. Respon Guru dan Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran melalui model PBM ini mendapat respon positif dari guru dan siswa kelas X.3 SMA Negeri 2 Banjarbaru. Hal ini karena lembar kegiatan siswa, rencana pembelajaran dan proses pembelajaran yang digunakan membantu dalam proses pembelajaran dan lembar evaluasi cukup membantu bagi guru. Rencana pembelajaran mudah dilaksanakan, guru dan siswa menjadi lebih aktif serta membuat siswa bekerjasama dan memupuk rasa kebersamaan antar siswa. Guru menuliskan hambatan yang muncul selama merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran yakni waktu yang tersedia umumnya kurang serta harus dimulai dengan persiapan yang maksimal. Untuk perbaikan proses pembelajaran guru menyarankan pengaturan waktu dan persiapan dalam proses pembelajaran agar lebih baik lagi. 35 Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015 Pembelajaran dengan menggunakan model PBM pada konsep Pencemaran Lingkungan berarti mengajak siswa melakukan pengamatan dan percobaan. Hal ini merupakan pengalaman belajar yang baru bagi siswa, karena dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam mencari informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari. Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2 Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 dilihat dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir termasuk dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari terpenuhinya kegiatan yang dirancang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut Trianto (2012) RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan disilabus. RPP juga dapat menjadi panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang meningkatkan kemampuan belajar konsep pencemaran lingkungan pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru melalui model PBM dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil belajar produk siswa pada konsep Pencemaran Lingkungan dengan mengunakan model PBM telah mencapai batas ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥85%. Hal ini ditandai dengan peningkatan hasil pembelajaran sebesar 27,21% dari siklus 1 ke siklus 2. Begitu juga dengan hasil belajar proses siswa pada konsep Pencemaran Lingkungan dengan mengunakan model PBM telah mencapai batas ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥85%. Hal ini ditandai dengan peningkatan hasil pembelajaran 36 Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015 sebesar 4,27% dari siklus 1 ke siklus 2. Keterampilan berpikir siswa kelas X.3 SMA Negeri 2 Banjarbaru pada pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 termasuk dalam kategori baik dilihat dari rata-rata skor yang diperoleh. Kemudian tentang kemampuan berkarakter siswa kelas X.3 SMA Negeri 2 Banjarbaru yaitu teliti dan peduli termasuk dalam kategori baik sekali pada siklus 1 maupun siklus 2. Begitu juga dengan keterampilan sosial siswa kelas X.3 SMA Negeri 2 Banjarbaru yaitu bekerjasama dan menyumbangkan ide termasuk dalam kategori baik sekali pada siklus 1 maupun siklus 2. 2. Aktivitas siswa pada pembelajaran konsep Pencemaran Lingkungan melalui model PBM meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. 3. Aktivitas guru pada siklus 1 dapat dikatakan masih mendominasi, hal ini dapat dilihat dari persentasi aktivitas guru yang dilakukan pada 4 parameter dari 8 parameter yang diamati masih di atas 10 %. Sedangkan pada siklus 2 aktivitas guru sudah baik karena aktivitas guru kurang mendominasi dalam proses pembelajaran yang berlangsung. 4. Pembelajaran dengan menggunakan model PBM mendapatkan respon yang positif dari siswa SMA Negeri 2 Banjarbaru. 5. Pembelajaran dengan menggunakan model PBM mendapatkan respon yang positif dari guru SMA Negeri 2 Banjarbaru. Saran-saran yang dapat peneliti berikan sebagai hasil dari pengalaman yang telah didapatkan dalam penelitian adalah pada pembelajaran dengan menggunakan model PBM memerlukan waktu yang lebih lama dari pertemuan biasa yaitu 2x45 menit. Jadi diharapkan pembelajaran dengan model PBM ini mendapatkan jatah waktu yang lebih banyak agar proses pembelajaran berjalan maksimal. Selain itu juga untuk penelitian selanjutnya aktivitas siswa yang mengalami penurunan dari siklus 1 ke siklus 2 masih perlu diperhatikan dan diperbaiki lagi. 37 Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan. Aditya Media, Yogyakarta. Aslamna. 2006. Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Konsep “Perubahan Lingkungan” Pada Siswa Kelas XD SMA Negeri 1 Gambut Tahun Pelajaran 2005/2006 Melalui Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Skripsi Sarjana. Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Tidak dipublikasikan. Aulia, Risa. 2012. Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Banjarbaru Pada Pembelajaran Konsep Sistem Peredaran Darah Pada Manusia Melalui Pendekatan Problem Based Learning. Skripsi Sarjana. Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Tidak dipublikasikan. Banurea, Mariana. 2009. Penerapan pembelajaran problem based learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan hasil belajar biologi materi pencemaran pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Malang. Diakses melalui http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=39796 pada tanggal 2 Juni 2013. Bahri, Syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta, Jakarta. Hanafi, Surya. 2011. Kurikulum KTSP dan Implementasinya. Diakses melalui http://sahabatguru.com/2011/02/24/kurikulum-ktsp-dan implementasinya/ pada tanggal 29 Desember 2012. Mildawati. 2012. Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Banjarbaru Pada Konsep Mekanisme Transpor Melalui Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Skripsi PMIPA FKIP UNLAM. Banjarmasin. Tidak dipublikasikan. Mulyasa, 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta. Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta. Supramono. 2005. Pengembangan Model Perangkat Pembelajaran dan Penerapannya dalam Kegiatan Belajar Mengajar dengan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Hasil 38 Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015 Belajar dan Keterampilan Berpikir Siswa SD. Disertasi Universitas Negeri Malang. Tidak dipublikasikan. Trianto. 2009. Mendesain Kencana, Jakarta. Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara, Jakarta. 39