UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER PADA SISWA KELAS IV SDN SIDOREJO LOR 06 KOTA SALATIGA 2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam OLEH : AHMAD ALFIYAN FAKHRONI NIM: 11510055 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014 1 UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER PADA SISWA KELAS IV SDN SIDOREJO LOR 06 KOTA SALATIGA 2014 2 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam OLEH : AHMAD ALFIYAN FAKHRONI NIM: 11510055 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014 3 4 5 Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. NIP.19670112 199203 1005 6 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Jadilah Seseorang Yang Tersenyum, Bukan Orang Yang Tertawa. Teruskanlah Berdakwah, Dan Jangan Menjadi Orang Yang Tanpa Tujuan. Janganlah Kamu Melakukan Kekhilafan Lagi Dan Perputus Asa. Dam Menangislah Disebabkan Karena Kekhilafan Yang Kamu Lakukan Itu. ( NasehatNabiKhidirKepadaMusa AS) Menjadi Apapun Kamu, Maknailah Dengan Hatimu. PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk : 1. Kedua Orang TuaSaya Yang Selalu Mendidikku Dan Memotivasiku. 2. Adik-Adikku Yang Ada Di Lampung, AdikkuYangLagiMenyelesaikanKuliahnya Serta Di JeparaSemogaDenganKarya Kecil IniDapatMemberiMotivasi Kalian. 3. Kepada DEDE Yang SelamaIniSudahMemberiSemangatBuatku, TrimakasihBanyakAtasBantuannya. TrimakasihBanyakBuatKebersamaannya. Dan Semoga Engkau Mendapatkan Yang Terbaik Dari Padaaku. 4. My Best Frend, Ahmad Syaifudin, Yang TelahMengajariku Serta MembimbingkuSelamaIni. 5. TakLupa Serta Teman-TemanSeperjuangannku di JurusanTarbiyah STAIN Salatiga 2010. 7 KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha Rahman Dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai keistimewaan. Dan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis mempunyai kemauan dan kemampuan sehingga penulis dapan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Uswatun Hasanah Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang. Semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin. Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya dengan bekal kemauan dan tekad yang kuat serta bantuan dari berbagai pihak, maka terselesaikanlah sekripsi yang sederhana ini dengan judul “ UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DI SDN SIDOREJO LOR 06 KOTA SALATIGA TAHUN2014 dengan tersusunnya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih banyak yang tiada taranya kepada : 1. Bapak Dr. RahmadHariyadi M.Pd.selakuKetua STAIN Salatiga. 2. BapakSumarnoWidjadipa, M.Pdselakudosenpembimmbing yang denganikhlassertadengansabarmemberikanbimbingannyahinggatersusu nskripsiini. 3. KaryawanPerpustakaan STAIN Salatiga yang telahmenyediakanfasilitasnya. 4. Terimakasih pula kepadakaryawanperpusda memberikanfasilitasnya pula. 8 yang 5. Bapakdanibukutercinta yangtelahmemberikankasihsayangnyadenganikhlassertamotivasidanba ntuan yang beliauberikan. 9 ABSTRAK Ahmad Alfiyan Fakhroni. 2014.UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DI SDN SIDOREJO LOR 06 KOTA SALATIGA TAHUN 2014. Skripsi. Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Salatiga. Pembimbing: Sumarno Widjadipa, M.Pd. Kata Kunci : Tulang Napier, Hasil Belajar,Operasi Hitung Perkalian Banyak siswa di SDN Sidorejo Lor 06 mengangap mata pelajaran matematika itu sulit sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar mereka. Untuk itu penulis menerapkan pembelajaran matematika pada operasi hitung perkalian menggunakan alat peraga tulang napier agar dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga. Penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Urutan kegiatan penelitian mencakup : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan tes formatif. Sedangkan untuk analisanya menggunakan teknik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil tes individu pada post tes siklus I sebesar 33,3% atau sebanyak 10 siswa dari 33 siswa dinyatakan lulus pada standar KKM individu/kelas. Sedangkan yang gagal 23 siswa atau sebesar 69,7%. Sedangkan pada standar KKM nasional/ideal 12,1% atau 4 siswa dinyatakan lulus dan yang gagal sebanyak 29 siswa atau 87,9%. Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan alat peraga tulang napier selama 2 siklus. Kemudian pada siklus II meningkat menjadi 75,8% atau sebanyak 25 siwa dari 33 siswa yang dinyatak lulus pada standar KKM individu/kelas, sedangkan yang gagal sebanyak 8 siswa atau sebesar 24,2%. Pada standar nasional/ideal sebanyak 12 siswa atau sebesar 36,3% yang dinyatakan lulus, yang gagal sebanyak 21 siswa atau sebesar 63,7%. Kemudian pada siklus III meningkat menjadi 87,9% atau sebanyak 29 siswa dari 33 siswa yang dinyatakan lulus pada standar KKM individu/kelas, dan yang gagal sebanyak 4 siswa atau sebanyak 12,1%. Sedangkan pada standar nasional/ideal sebanyak 22 siswa atau 66,7% yang dinyatakan lulus, sedangkan yang gagal sebanyak 11 siswa atau sebesar 33,3%. Hal ini menunjukkan bahwa 50% lebih siswa berhasil mempelajari operasi hitung perkalian pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga tulang napier. 10 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL i LEMBAR BERLOGO ii JUDUL iii PERSETUJUAN PEMBIMBING iv PENGESAHAN KELULUSAN v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN vi MOTO DAN PERSEMBAHAN vii KATA PENGANTAR viii ABSTRAK x DAFTAR ISI xi DAFTAR TABEL xv DAFTAR LAMPIRAN xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah 4 C. Tujuan Penelitian 4 D. Manfaat Penelitian 5 E. Definisi Operasional 7 F. Hipotesis 8 11 G. Metode Penelitian 9 H. Sistematika Penulisan 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 17 1. Ciri-ciri Belajar 18 2. Prinsip Belajar 19 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar 19 B. Matematika 20 1. Pengertian 21 2. Fungsi dan Tujuan 21 3. Ruang Lingkup 22 C. Tulang Napier 23 1. Pengertian 23 2. Prinsip dan Cara Menggunakan Alat Peraga Tulang Napier 24 3. Operasi Perkalian 27 D. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 29 1. Pengertian 29 2. KKM Nasional, Kelas, dan Individu 29 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 12 A. Deskripsi Pra Siklus 33 B. Deskripsi Siklus I 33 1. Perencanaan 33 2. Tindakan 35 3. Observasi 37 4. Refleksi 37 C. Deskripsi Siklus II 38 1. Perencanaan 38 2. Tindkan 39 3. Observasi 40 4. Refleksi 40 D. Deskripsi Siklus III 41 1. Perencanaan 41 2. Tindakan 41 3. Observasi 42 4. Refleksi 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 44 1. Standar Pencapaian KKM 44 2. Pra Siklus 45 3. Siklus I 45 13 4. Siklus II 49 5. Siklus III 55 B. Pembahasan 62 1. Hasil Rekapitulasi 62 2. Kondisi Awal 65 3. Kondisi Akhir 65 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 68 B. Saran 69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP 14 DAFTAR TABEL Tabel 4.1Hasil tes formatif pada siklus I Tabel 4.2 tes formatif siklus II Tabel 4.3 perbandingan hasil belajar siklus I dan siklus II Tabel 4.4 Hasil tes formatif siklus III Tabel 4.5 Perbandingan hasil belajar pada siklus II dan III 4.6Hasil rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siklus I,II, dan III pada Tabel standar KKM individu/kelas 4.7 hasil rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siklus I,II, dan III pada Tabel standar KKM nasional/ideal Tabel 4.8 Rekapitulasi perbandingan hasil belajar siklus I,II, dan III 15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Silabus Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus I Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus II Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus III Lampiran 5 Lembar Soal Post Tes Matematika Siklus I, II dan III Lampiran 6 Lembar Jawab Siklus I, II dan III Lampiran 7 Lembar Pengamatan Pembelajaran Terhadap Guru Siklus I Lampiran 8 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I Lampiran 9 Lembar Pengamatan Pembelajaran Terhadap Guru Siklus II Lampiran 10 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II Lampiran 11 Lembar Pengamatan Pembelajaran Terhadap Guru Siklus III Lampiran 12 Lembar Pengamatan Siswa Siklus III Lampiran 13 Lampiran Foto Siklus I Lampiran 14 Lampiran Foto Siklus II Lampiran 15 Lampiran Foto Siklus III Lampiran 16 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian Lampiran 17 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 18 Biografi Penulis 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok, mata pelajaran wajib yang ada disetiap jenjang pendidikan dasar dan menengah. Matematika juga menjadi salah satu dari tiga pelajaran wajib yang mulai tahun ajaran 2009/2010 dimasukan dalam UASBN. Sampai sekarang masih ada siswa yang kurang berminat terhadap matematika dan prestasi belajar matematikapun belum menunjukan hasil yang optomal. Siswa sekolah dasar mulai mengenal oprasi hitung perkalian ketika berada di kelas II. Seharusnya mereka sudah mengetahui konsep dasarnya ketika berada di kelas rendah dan sudah bisa mengaplikan konsep tersebut ke dalam materi yang lainnya ketika berada di kelas yang lebih tinggi yaitu kelas IV, V dan VI. Kenyataannya siswa kelas V yang termasuk kelas tinggi, banyak yang belum hafal perkalian dasar.Sepeti halnya yang dihadapi oleh SDN Sidorejo lor 06 Kota Salatiga, masih adanya sebagian siswa yang belum memahami atau pun mengerti tentang perkalian. Untuk mengerjakan perkalian dua angka atau lebih mereka masih kesulitan. Kesulitan itu terlihat pada oprasi hitung perkalian ketika tes akhir pembelajaran matematika , untuk oprasi hitung perkalian di kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga menunjukan hasi yang kurang memuaskan. 17 Masalah yang sering muncul adalah siswa dalam kondisi terpaksa harus menghafal secara mekanis apa-apa yang telah disampaikan oleh guru, sehingga menjadikan para siswa tidak memiliki kebranian untuk mengemukakan pendapat, tidak kreatif dan mandiri, apa lagi tuk berfikir inovatif. Selain itu, pendekatan pembelajaran matematika masih menggunakan pendekatan tradisional , yaitu duduk dengan catat dan hafal. Pembelajaran jadi membosankan , tidak menerik dan hasilnya tidak memuaskan. Waktu mengerjakan soalpun lebih lama, sehingga tidak semua soal dapat terjawab dengan cepat dan benar. Mata pelajaran matematika diberikan kepada siswa kelas IV SD pada semester 1 untuk membekali siswa tuk berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mampu bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengolah, dan memanfaatkan informasi tuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Untuk menguasai mata pelajaran matematika secara baik, diperlukan pemahaman konsep dan prosedur secara baik pula. Pemahaman konsep matematika tidak lahir dengan sendirinya , tetapi diproses melalui tatanan kehidupan pembelajaran. Tatanan kehidupan pembelajaran di sekolah secara formal yang paling dominan adalah pembelajaran. Berarti, praktik pembelajaran di sekolah idealnya dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Akan tetapi, ada sebagian praktik pembelajaran model pada pelajaran matematika belum secara serius dikembangkan berdasarkan 18 prinsip-prinsip yang benar untuk memberikan peluang siswa belajar cerdas, kritis, kreatif, dan memecahkan masalah. Sebagian besar praktik pelajaran di sekolah masih menggunakan cara-cara lama yang dikembangkan dengan menggunakan intuisi, atau berdasarkan pengalaman sejawat. Mata pelajaran matematika tentang operasi hitung perkalian dilaksanakan semester gasal tahun 2014/2015, sehingga belum tahu kesenjangannya. Namun kesenjangan tersebut dapat diasumsikan relevan dengan kesenjangan yang ada pada mata pelajaran matematika yang diupayakan guru kelas pada SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga. Asumsi ini peneliti ambil, karena peneliti berkolaborasi bersama guru kelas sekaligus materi ajar, sarana prasarana lingkungan sekolah serta karakteristik siswanya tidak jauh berbeda. Mata pelajaran matematika yang diupayakan guru kelas atau guru matematika belum menunjukan suatu proses peningkatan pemahaman konsep siswa. Proses pembelajaran masih sebatas sebagai proses trasfer of knowladge, bersifat verbalistik dan cenderung bertumpu pada kepentingan guru, bukan pada kebutuhan siswa yang lazim disebut teacher. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian dengan judul : “ UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA 19 TULANG NAPIER PADA SISWA KELAS IV SDN SIDOREJO LOR 06 KOTA SALATIGA 2014 “. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : “Apakah penggunaan peraga tulang napier dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada operasi hitung perkalian pada siswa kelas IV SD Negri Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga tahun pelajaran 2014? “ C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada oprasi hitung perkalian dan pencapaian target KKM siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga dengan menggunakan alat peraga tulang napier sehingga dihasilkan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan dan akhirnya dapat mencapai dapat mencapai hasil pembelajaran dengan tuntas. 20 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar matematika pada operasi hitung perkalian dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga tulang napier. 2. Manfaat Praktis Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut : a. Bagi Siswa 1) Agar siswa dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal matematika terutama pada indikator penelitian dua angka atau lebih dengan menggunakan alat peraga Tulang Napier. 2) Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan kemampuan menyelesaikan soal matematika pada operasi hitung perkalian dengan menggunakan peraga tulang napier. 3) Siswa harus mengikuti pembelajaran dengan aktif, kreatif, dan menyenangkan. b. Bagi guru dan peneliti 21 1) Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas 2) Dengan pelaksanaan penelitian ini, guru dapat meningkatkan pencapaian target KKM yang sudah ditentukan. 3) Guru mampu mendeteksi permasalahan yang ada di dalam proses pembelajaran, sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat. 4) Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada operasi hitung perkalian. 5) Hasil penelitian ini dapat digunkan sebagai langkah awal untuk penelitian selanjutnya. c. Bagi Sekolah 1) Sebagai masukan bagi guru SD / MI dalam mengajarkan matematika pada operasi hitung perkalian. 2) Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika melalui peraga tulang napier. 22 E. Definisi Oprasional Agar tidak terjadi perbedaan antara penafsiran dengan maksud utama penulisan dalam penggunaan kata pada judul maka akan dijelaskan dalam definisi oprasional sebagai berikut : 1. Upaya peningkatan Upaya adalah usaha atau ikhtiyar untuk mencapai maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2003 :3). Peningkatan merupakan suatu perubahan keaadaan menjadi lebih baik. Upaya peningkatan merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka membuat perubahan kearah yang lebih baik. 2. Hasil Belajar Hasil adalah suatu yang ada akibat suatu usaha yang dilakukan. Sedangkan belajar adalah berusaha supanya mendapatkan suatu kepandaian ( Purwadamita, 2006: 121). Hasil belajar adalah kompetisi yang telah dicapai siswa setelah pembelajaran. Hasil belajar merupakan semua yang dapat diterima, dicerna dan disimpan oleh siswa saat berlangsung pembelajaran sehingga dapat mengubah pengetahuan atau prilaku siswa setelah pembelajaran. Hasil belajar merupakan puncak proses pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 2006:20). Hasil belajar diperoleh dari evaluasi yang dilakukan guru pada akhir pembelajaran. 23 3. Matematika Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada tingkat sekolah dasar yang berkaitan dengan oprasi hitung ( pengurangan, penambahan, perkalian, dan pembagian). Matematika adalah ilmu tentang bilangan,hubungan antar bilangan dan prosedur oprasional yang digunakan sebagai penjelas masalah mengenai bilangan (poerwadaminta, 2006: 554). 4. Tulang Napier Batang napier atau disebut pula tulang napier adalah alat bantu hitung yang dikenalkan oleh jhon Napier pada sebuah karya di Edinburgh pada tahun 1617. Batang Napier ini dapat digunakan untuk menghitung hasil perkalian dan pembagian bilangan bulat. (P4TK Matematika, 2013) Tulang Napier merupakan alat peraga berupa potongan-potongan melamin panjang yang telah diberi angka-angka yang digunakan sebagai alat bantu hitung perkalian. F. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling mungkin tingkat kebenarannya atau jawaban sementara atas masalah yang hendak dipecahkan karena belum diuji kebenarannya (basrowi dan suwandi, 2008: 90) 24 Dalam penelitian ini, rumusan hipotesisnya adalah sebagai beriku : ``Penggunaan alat peraga Tulang Napier dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belaljar Matematika pada operasi hitung perkalian serta dapat meningkatkan pencapaian KKM siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga tahun ajaran 2014 G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secara lazim sesuai dengan prinsip Penelitian Tindakan Kelas yaitu meliputi 4 tahap: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Alasan dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas adalah adanya kendala dari siswa khususnya kelas IV adalah rendahnya tingkat hafalan perkalian dan prestasi belajar matematika. 2. Subjek Penelitian a. Subjek Penelitian Penentuan subjek penelitian merupakan masah pokok yang perlu diperhatikan dalam sebuah penelitian, karena tingkat validitas suatu penelitian sangat dipengaruhi oleh pengambilan subjek penelitian. Dalam penelitian ini, yang penulis jadikan sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas IVSD N Sidorejo Lor 06 Kota Salatigan tahun ajaran 25 2014, yang berjumlah 33 anak terdiri dari 16 anak laki-laki dan 17 anak perempuan. b. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD N Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga. c. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 september 2014 sampai selesai. Pada semester satu. 3. Langkah-Langkah Menurut Arikunto (2008: 74), ada empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Rancangan atau rencana awal, sebelum mengadakan penelitian , peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk didalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari penerapan isi rancangan. Refleksi, yakni peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 26 Menurut Suyadi (2010: 50-64) langkah-langkah awal untuk dapat menyusun proposal PTK yaitu: Perencanaan Refleksi Siklus I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi Siklus II Pelaksanaan Pengamatan Siklus III ? a. Perencanaan PTK tidak ubahnya seperti penelitian-penelitian ilmiah lain yang selalu dipersiapkan secara matang. Langkah pertama adalah melakukan perencanaan secara matang dan teliti. b. Pelaksanaan Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa tahap ini, tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa. 27 c. Observsi Observasi yang dimaksud dalam tahap III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. d. Refleksi Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. 4. Instrumen Penelitian Menurut Kunandar (2011: 124) “instrumen penelitian adalah alat pengumpul data”. Instrumen penelitian yang dilakukan yang dilakukan dalam penelitian tindakan ini adalah : a. Silabus Matematika kelas IV b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran c. Tes tertulis d. Lembar Observasi 5. Pengumpulan Data Data merupakan informasi-informasi tentang objek penelitian. Data digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan dan menguji hipotesis. Pengumpulan data adalah metode yang digunakan peneliti dalam merekam data (informasi) informasi yang dibutuhkan (Suyadi, 2010: 84). Dalam penelitian ini penulis menggunakan 3 metode yaitu: 28 a. Tes Formatif Menurut Purwanto (1988: 143) tes formatif adalah tes yang diberikan kepada murid-murid pada setiap akhir program suatu pelajaran. Fungsinya untuk mengetahui sampai di mana pencapaian hasil belajar murid dalam penguasaan bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah dirumuskan di dalam satuan pelajaran tersebut. Teknik ini peneliti gunakan untuk mengukur ketuntasan dan peningkatan prestasi siswa. Siswa dikatakan telah mencapai tingkat penguasaan materi apabila telah mencapai nilai minimal 70 dari target yang ditentukan. b. Observasi Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya. Oleh karena itu observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja alat pancaindra mata serta dibantu pancaindra lainnya (burhan 2005: 133) Observasi adalah kegiatan pengamatan atau pengambilan data untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (Yonny, 2012:58). Observasi ini dilakukan terhadap peserta didik dan guru selama pembelajaran berlangsung untuk mengetahui tingkat kelebihan dan 29 kekurangan dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga Tulang Napier. c. Dokumentasi Metode Dokumentasi adalah data sekunder yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsiparsip resmi (Azwar, 2007:36). Menurut Arikunto (2005: 64) Dokumentasi dalam arti sempit dapat diartikan sebagai kumpulan data verbal yang berbentuk tulisan sedang dalam arti luas dokumentasi berupa sertifikat, foto, dan lain-lain. Digunakan untuk mencari data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian. 6. Analisis Data Analisis data yang telah terkumpul guna mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2010: 85). Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka analisis data dilakukuan dengan menggunakan analisis dan refleksi dalam setiap siklusnya berdasarkan hasil observasi yang terekam dalam catatan lapangan dan format pengamatan lainnya. Analisis reflektif dilakukan peneliti bersama dengan kolaborator sebagai pijakan untuk menentukan progam aksi pada siklus selanjutnya atau untuk mendeteksi bahwa kajian tindakan kelas ini sudah mencapai tujuannya. 30 Penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif yang digunakan berupa persentase sebagai berikut : ∑ Keterangan: M = nilai rata-rata ∑ = jumlah semua nilai N = jumlah siswa (Djamarah,2006: 64) Untuk mengetahui perbandingan antar siklus I dengan siklus II, siklus II dengan siklus III, maka digunakan rumus sebagai berikut : ̅ ∑ √∑ Keterangan : t : uji beda D : perbedaan antar siklus ̅ : rerata dari nilai perbedaan : kuadrat dari rerata N : jumlah siswa Hasil perhitungan diperoleh t hitung kemudian dibandingkan dengan t tabel dengan derajat kebebasan (db = n-1) pada taraf signifikasi 5%. 31 H. Sistematika Penulisan Dalam skripsi ini terdiri dari beberapa bab yang saling berkaitan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut : Bab I: merupakan bab pendahuluanyang menguraikan gambaran singkat dari penelitian ini, bab I ini tersiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II: akan diuraikan mengenai kajian pustaka yang meliputi Hasil Belajar (ciri-ciri belajar, prinsip-prinsip belajar dan faktor-faktor yangmempengaruhi belajar), Matematika (pengertian, fungsi dan tujuan, ruang lingkup), dan Tulang Napier (pengertian, prinsip dan cara menggunakan alat peraga tulang napier, oprasi perkalian). Bab III : pada bab ini akan diuraikan mengenai pelaksanaan penelitian deskripsi pra siklus, deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II, dan deskripsi pelaksanaan siklus III Bab IV : pada bab ini akan diuraikan analisa penulis mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi standar pencapaian KKM dan deskripsi per siklus dengan pembahasan. BAB V : merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan pembahasan penelitian dan saran penulis. 32 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. HASIL BELAJAR Sebelum membicarakan pengertian hasil belajar terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan hasil dan apa yang dimaksud dengan belajar. Menurut Mulyanto (2011:16) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa hasil adalah suatu pendapatan atau perolehan dari suatu yang telah dikerjakan. Belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian. Belajar menurut morgan, dan kawan-kawan dalam buku (Baharuddin, 2008:12) adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.Sementar itu bahrudin (2008:12) sendiri menambahkan belajar adalah usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu dan merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum di punyai sebelumnya. Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa ketrampilan dan prilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh. Dari hal ini, Gagne dan Briggs mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar ( Sam`s, 2010:23) Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai oleh siswa berupa ketrampilan yang dinyatakan dalam penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan. 33 1. Ciri-ciri belajar Bahrudin(2008:150) menyatakan beberapa ciri-ciri dari belajar: a. Belajar di tandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat di amati dari tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar; b. Perubahan perilaku relative permanen. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup; c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat di amati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial. d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman; e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan susatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku. 2. Prinsip-prinsip belajar Soekamto dan wintaputra dalam (Burhanuddin:2008:16) menyatakan bahwa guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip belajar yang sebgai berikut: a. Dalam setiap kondisi belajar siswa yang harus belajar bukan orang lain, 34 b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang di lakukan selama proses belajar. d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang di lakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti, e. Motivasi belajar akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab akan kepercayaan penuh atas belajarnya. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Dalam proses belajar pada individu seseorang agar mengalami keberhasilan dalam prestasi atau hasil belajar, maka diperlukan factor-faktor yang menunjang pada saat proses belajar berlangsung. Seperti yang dikemukaan sebelumnya Baharuddin menjelaskan, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar antara lain, 1) factor internal dan 2) faktor internal. Jika kedua factor tersebut dapat dimiliki seseorang individu dengan baik maka, ketercapaian dalam hasil belajar dapat maksimal. Menurut Slameto (1988:56) yang tergolong faktor internal adalah : a. Faktor jasmaniyah, baik yang berupa bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya kesehatan, cacat dan lain sebagainya. b. Faktor psikologi terdiri atas : 1) Faktor intelektif/intelegensi 35 a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki 2) Faktor non-intelektif , yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, minat, bakat, kebiasaan, dan penyesuaian diri. c. Faktor fisik maupun psikis Yang termasuk faktor eksternal adalah : 1) Faktor social yang terdiri atas : a) Linkungan keluarga b) Lingkungan sekolah c) Lingkungan masyarakat d) Lingkungan kelompok B. Matematika 1. Pengertian Kata `` matematika ``berasal dari kata mathema dalam bahasa yunani yang diartikan sebagai ``sains, ilmu pengetahuan, atau belajar``, juga mathematikos yang diartikan sebagai `` suka belajar``. Dalam kurikulum standar kompetensi tahun 2004, matematika berasal dari bahas latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau yang dipelajari. Dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Cirri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu 36 kebenaran suatu konsep atau pernyataan sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. (Depag RI, 2004: 173) Menurut Jonhson dan Myklebust (1967: 244) matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubunganhubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. 2. Fungsi dan Tujuan Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan, pengurangan, geometri , dan pengelolaan data.Tujuan pembelajaran matematika adalah : a. Melatih cara berfikir dan menalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukan kesamaan, perbedaan, konsisten, inkonsisten. b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi dengan mengembangkan pemikiran ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba. c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah 37 d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. 3. Ruang lingkup Menurut Mulyanto (2011: 28) ruang lingkup materi pada standar kompetensi matematika ini adalah bilangan,pengukuran, geometrid an pengelolaan data. Kompetensi dalam bilangan ditekankan pada kemampuan melakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan. Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan mengidentifikasi sifat dan unsur bangun serta menentukan keliling, luas dan volume dalam pemecahan masalah. Pengelolaan data ditekankan pada kemampuan mengumpulkan,menyajikan, dan mengelolah data (Depag RI, 2004: 174). C. Tulang Napier 1. Pengertian Batang napier atau disebut juga tulang napier adalah alat bantu hitung yang dikenalkan oleh John Napier pada sebuah karya di Edinburgh Skotlandia pada tahun 1617. Batang Napier ini dapat digunakan utuk menghitung hasil perkalian dan pembagian bilangan bulat. (P4TK Matematika, 2013) 38 Nama alat peraga tulang napier diambil dari nama orang yang menemukan alat tersebut, yaitu yang bernama John Napier yang lahir di Kastil Merchiston tahun 1550. John Napier adalah seorang matematikawan abad ke 16 yang mengembangkan logaritma dengan tulang atau keping. Menurut Jhon Napier dalam bukunya yang berjudul Rabdologiae, Napier menerangkan berhitung dengan memindahkan keping-keping perhitungan pada papan catur dan untuk selanjutnya, keping-keping tersebut dinamakan keping atau tulang napier, dan belakangan alat tersebut lebih dikenal dengan nama Tulang Napier. Selanjutnya, alat peraga tulang napier ini digunakan sebagai alat pembantu dalam menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan operasi perkalian khususnya untuk perkalian dengan bilangan yang besar. Berikut adalah contoh alat peraga tulang napier yang dimaksud dalam tulisan ini. 39 Tulang Napier ini terkait dengan bilangan basis sepuluh atau sistem desimal yang terdiri dari 10 tulang atau keping atau kartu yang jika kita cermati susunan bilangan-bilangan yang ada pada masing-masing tulang tersebut, maka sebenarnya dalam alat peraga tulang napier berisi daftar perkalian untuk suatu sistem bilangan basis dalam basis 10. 2. Prinsip dan Cara Menggunakan Alat Peraga Tulang Napier Prinsip dasar yang harus dipahami pada penggunaan alat peraga tulang napier adalah terkait dengan penempatan bilangan-bilangan yang akan dikalikan dan bilangan pengalinya. Untuk menentukan bilangan yang akan dikalikan kita harus menunjuk pada bilangan-bilangan yang berfungsi sebagai penunjuk kartu (bilangan petunjuk), sedangkan bilangan pengalinya ditunjukkan oleh bilangan-bilangan yang ada pada baris atau indeks. Dalam alat peraga tulang napier, bilangan yang akan dikalikan letaknya paling atas dan di tata secara horizontal. Sementara itu, bilangan pengali letaknya pada kolom yang paling kiri dan tersusun secara vertikal. Ketika kedua hal tersebut telah ditentukan, maka prinsip selanjutnya adalah menentukan keping-keping yang menjadi cikal bakal hasil perkaliannya dan keping-keping ini harus dikeluarkan dari papan alat peraga dan diletakkan berimpitan pada salah satu sisinya. Dari kondisi yang terakhir ini, kita harus menjumlahkan angka-angka yang terdapat pada keping-keping 40 secara diagonal dari kanan atas ke kiri bawah atau dari kiri bawah ke kanan atas. Hasil penjumlahan inilah yang dikatakan sebagai hasil perkalian bilangan-bilangan yang dimaksud. Agar lebih jelas, simak ilustrasinya di halaman berikut. Misalkan akan diperagakan bagaimana menentukan hasil kali 6 x 54. Untuk menentukan hasil kali 6 x 54 tersebut, mula-mula pandang seluruh kartu dalam tulang napier basis 10, lalu susun keping napier dengan bilangan petunjuk 5 dan 4 seperti peragaan di sebelahnya. Setelah tersusun seperti itu, sekarang perhatikan pada indeks untuk baris ke 6 lalu lepaskanlah keping-keping yang terletak pada baris ke 6 tersebut untuk disusun tersendiri seperti gambar di sebelahnya lagi. Setelah keping-keping terpisah dan tersusun seperti itu, lalu jumlahkan angka-angka yang ada pada keping 41 tersebut secara diagonal dan didapatlah hasil kalinya, yaitu 324. Jadi 6 x 54 = 324. Selanjutnya, akan diperagakan contoh perkalian untuk bilangan besar. Misalnya, akan diperagakan bagaimana menentukan hasil kali dari 582 x 726. Untuk menentukan hasil kali 582 x 726, mula-mula pandang seluruh kartu dalam tulang napier basis 10, lalu susun keping napier dengan bilangan petunjuk 7, 2 dan 6 seperti peragaan di sebelahnya.Setelah tersusun seperti itu, sekarang perhatikan pada indeks untuk baris ke 5, 8 dan 2 lalu lepaskanlah keping-keping yang terletak pada baris ke 5, 8 dan 2 tersebut untuk disusun tersendiri seperti gambar di sebelahnya lagi. Setelah keping-keping terpisah dan tersusun seperti itu, lalu jumlahkan angka-angka yang ada pada keping 42 tersebut secara diagonal dan didapatlah hasil kalinya, yaitu 422532. Jadi 582 x 726 = 422532. 3. Operasi Perkalian Arti perkalian pada suatu bilangan dari berbagai referensi didefinisikan sebagai a x b = b + b + . . . . + b + b, dengan b sebanyak a kali. Ini artinya jika ada perkalian 3 x 4, maka akan sama artinya dengan 4 + 4 + 4 + 4 (3 x 4 = 4 + 4 + 4). Terhadap konsep ini, sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam memahaminya. Masih banyak yang siswa yang menafsirkan konsep a x b sebagai a + a + a + . . . + a, dengan a sebanyak b kali. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh bahasa jawa yang memberikan makna berbeda terhadap konsep tersebut. Misal, untuk perkalian 3 x 4 orang jawa memaknainya sebagai telu ping papat. Ini artinya orag jawa menafsirkan 3 x 4 sebagai 3 + 3 + 3 + 3 = 12. Tentu kondisi yang demikian akan memberikan dampak terhadap kakacauan pola pikir siswa dalam memahami konsep tersebut. Perkalian merupakan salah satu konsep dalam matematika yang mulai dikenalkan kepada siswa di sekolah dasar kelas 3 dengan teknik penyampaian yang masih sangat rendah. Teknik berhitung perkalian yang masih sering diajarkan di sekolah adalah dengan cara menghafal tabel perkalian bilangan 1 sampai 10. Sementara itu, untuk bilangan yang besarnya di atas 10 guru masih mengandalkan teknik perkalian bersusun. Terhadap konsep ini, ternyata 43 masih banyak dijumpai siswa di sekolah dasar mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal perkalian dengan cepat. Menurut pengamatan, siswa masih mengalami kebingungan terhadap digit yang akan dikalikan. Mana hasil yang akan disimpan dan mana hasil yang akan dituliskan, bilangan yang diuraikanpun terlihat menumpuk. Dengan teknik tersebut, tentu akan membuat mata yang melihatnya mengalami kebosanan. Apakah kondisi ini akan dibiarkan terus-menerus sebagaimana apa adanya? Dalam menghadapi berbagai permasalahan pendidikan matematika di sekolah, hal pertama yang harus dilakukan adalah menumbuhkan kembali minat siswa terhadap pelajaran matematika. Sebab, tanpa adanya minat, siswa akan sulit untuk belajar dengan baik. Untuk menumbuhkan kembali minat siswa ini, tentu terkait dengan berbagai aspek yang mempengaruhi proses pembelajaran matematika di sekolah. Aspek-aspek yang dimaksud meliputi: pendekatan dan metodologi pembelajaran yang digunakan guru. Selain itu, untuk menumbuhkan minat ini dalam penyajiannya harus diupayakan dengan cara yang lebih menarik bagi siswa. Dalam pembelajaran matematika, sebenarnya memiliki banyak sisi yang menarik. Namun, hal itu seringkali diabaikan, sehingga matematika dikenal siswa hanya sebagai kumpulan rumus dan simbol-simbol belaka. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menarik minat dan menghilangkan kejenuhan siswa di kelas adalah dengan menggunakan alat permainan matematika. 44 Dalam matematika, cukup banyak topik yang dapat disajikan dengan menggunakan alat permainan matematika. Salah satu topik tersebut adalah tentang perkalian dengan alat permainannya berupa tulang napier. D. Kriteria Ketuntasan Minimum ( KKM) 1) Pengertian KKM Menurut Permendiknas No 20 Tahun 2007, Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. 2) KKM Nasional, Kelas, dan Individu 1. KKM Nasional KKM nasional disebut dengan KKM ideal. KKM nasional adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan secara nasional. (Permendiknas N0 20 Tahun 2007) Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0%-100%. Kriteria ketuntasan ideal untuk masing-masing indikator adalah 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pendidikan. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal. (BNSP, 2006:10). 45 Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kriteria ketuntasan minimal nasional adalah 75%. KKM nasioanal dijadikan patokan dalam penentuan KKM di setiap satuan pendidikan. Setiap satuan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan KKM agar dapat mencapai KKM nasional sebesar 75%. 2. KKM Kelas KKM kelas adalah kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai dalam suatu kelas. Di SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga KKM kelas adalah 85%, jadi siswa yang tuntas dalam SK/KD harus minimal 85% dari jumlah siswa. Subjek penelitian berjumlah 33 siswa, maka 85% dari 25 harus tuntas/lulus. 85% dari 33 siswa adalah . Jadi siswa yang harus tuntas dalam SK/KD pelajaran tersebut dalam satu kelas harus mencapai 28 orang siswa. 3. KKM Individu Kriteria ketuntasan minimal individu adalah kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai oleh individu siswa. KKM individu mata pelajaran Matematika yang harus dicapai siswa sebesar 60% atau 60. Dalam setiap melakukan penilaian siswa minimal nilai yang harus dicapai adalah 60, kalau mendapat nilai dibawah 60 maka siswa tersebut dianggap tidak tuntas. Sedangkan siswa yang mendapat nilai 60 atau lebih besar dari 75, siswa tersebut dianggap tuntas. 46 3) Fungsi KKM a) Sebagai acuan bagi guru untuk menilai kompetensi peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar (KD) suatu mata pelajaran atau standar nompetensi (SK). b) Sebagai acuan bagi peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti pembelajaran. c) Sebagai target pencapaian penguasaan materi sesuai dengan SK/KD. d) Sebagai salah satu instrumen dalam melakukan evaluasi pembelajaran. e) Sebagai kontrak pedagogik antara pendidik, peserta didik, dan masyarakat (khususnya orang tua dan wali murid). (Jaya, 2013). 4) Penentuan KKM Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelomppok kerja guru yang disahkan oleh kepala sekolah/madrasah, selanjutnya disampaiakan kepada pihak yang bersangkutan seperti: peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan setalah itudicantumkan dalam hasil belajar atau rapor. Yang menjadi pertimbangan dalam penentuan KKM adalah kompleksitas, daya dukung dan intake. Kompleksitas mengacu kepada tingkat kesulitan kompetensi dasar yang bersangkutan. Daya dukung meliputi kelengkapan mengajar seperti: buku, ruang belajar, laboratorium (jika diperlukan) dan lain-lain. Sedangkan intake merupakan kemampuan penalaran dan daya pikir peserta didik. 47 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Pra Siklus Pada penelitian pra siklus difokuskan untuk mencari data tentang metode serta alat-alat peraga yang digunakan pada mata pelajaran matematika. Pelaksanaan pra siklus dilaksanakan 3 kali yaitu pada tanggal 5 september 2014 sampai selesai. Data diambil saat observasi ke sekolah dan dokumentasi pra siklus. B. Deskripsi siklus I Pelaksanaan silkus I terdiri dari empat tahapan yaitu : 1. Perencanaan Tahap perencanaan meliputi : a) Menyiapkan materi matematika dengan pokok bahasan oprasi hitung perkalian. b) Membuat lembar observasi siswa selama proses pembelajaran c) Membuat lembar observasi guru d) Membuat soal pretest untuk mengetahui daya serap siswa dalam pembelajaran matematika e) Membuat lembar soal ulangan atau pos tes untuk mengetahui hasil belajar siswa. 48 f) Menyusun indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran g) Memberi instrumen penelitian, yaitu : 1. Lembar observasi kegiatan siswa, yaitu untuk mengumpulkan data tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran. Data observasi dimaksudkan untuk mengetahui minat dan perhatian siswa 2. Lembar observasi kegiatan guru, yaitu untuk mengumpulkan data tentang pengelolaan kelas oleh guru. 3. Tes formatif sebagai alat pengukur tingkat penguasaan konsep pada mata pelajaran matematika. 4. Lembar catatan lapangan. Digunakan untuk mengumpulkan data yang tidak terobservasi melalui lembar observasi kegiatan siswa atau guru. h) Mnyiapkan alat pembelajaran. i) Merancang sekenario pembelajaran sebagai pedoman tindakan kelas. 1. Pra pembelajaran. Menyiapkan alat pembelajaran berupa, buku paket matematika kelas IV, alat peraga. 2. Kegiatan awal (5 menit) Membuka pelajaran dengan do`a dan absensi siswa. 3. Kegiatan inti (50 menit) 49 a) Guru memberikan apersepsi kepada siswa tentang oprasi hitung perkalian. Guru menerangkan materi oprasi hitung perkalian mengunakan metode klasikal sebagai pengantar. b) Guru memberikan materi tentang oprasi hitung perkalian. c) Guru memberikan cara mudah dalam menyelesaikan oprasi hitung perkalian. d) Guru memberikan tugas kepada siswa. e) Waktu mengerjakan dibatasi selama 15 menit f) Saat kegiatan berlangsung guru memeriksa tugas siswa. g) Guru memberikan kepada siswa untuk mengerjakan soal tersebut dipapan tulis. Jika tidak ada siswa yang berkenan guru menunjuk beberapa siswa. h) Guru bersama siswa menyimpulkan pemebelajaran i) Guru memberikan penjelasan kepada siswa jika ada pemahaman siswa yang keliru. 4. Kegiatan akhir a) Guru mengadakan evaluasi b) Pembelajaran ditutup dengan salam. 2. Tindakan a) Pra pembelajaran 50 Menyiapkan alat-alat pembelajaran b) Kegiatan awal (5 menit) Membuka pelajaran dengan do`a, salam, dan absensi siswa. c) Kegiatan inti (50 menit) 1) Guru memberikan apsersepsi kepada siswa tentang oprasi hitung perkalian. Guru menerangkan materi oprasi hitung perkalian dengan menggunakan metode klasikal/ceramah sebagai pengantar. 2) Guru menerangkan tentang sifat-sifat perkalian. 3) Guru meminta siswa mengerjakan soal. 4) Waktu mengerjakan dibatasi 15 menit. 5) Saat kegiatan berlangsung guru memeriksa tugas siswa. 6) Guru memberikan kepada siswa untuk mengerjakan soal tersebut dipapan tulis. Jika tidak ada siswa yang berkenan guru menunjuk beberapa siswa. 7) Mempersilahkan peserta lain untuk menanggapinya. 8) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran. 9) Guru memberikan penjelasan pada siswa jika ada pemahaman siswa yang keliru. 10) Guru memberikan pujian kepada siswa yang telah maju kedepan sebagai reward. d) Kegiatan akhir 51 1) Guru mengadakan evaluasi. 2) Pembelajaran ditutup dengan salam. 3. Observasi Tahap observasi dikumpulkan data dari lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi guru, tes formatif, dan catatan lapangan. Hasil observasi menunjukkan beberapa hambatan dalam pelaksanaan. penelitian tindakan penerapan alat peraga tulang napier pada pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian. Hambatan tersebut berupa : a) Siswa sering berbicara sendiri ketika guru menerangkan. b) Ada sebagian siswa belum paham dalam perkalian c) Siswa kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran. d) Waktu pembelajaran melebihi batas waktu yang diberikan. 4. Refleksi Hasil observasi dilapangan dijadikan bahan refleksi untuk perbaikan rencana pada siklus berikutnya. Refleksi ini meliputi : a) Bagaimana agar siswa ketika pembelajaran siswa tidak berbicara sendiri. b) Bagaimana agar semua siswa dapat menguasai perkalian. c) Bagaimana agar siswa pada saat pembelajaran siswa fokus dan aktif pada pembelajaran. 52 d) Bagaimana agar waktu pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan. C. Siklus II Perencanaan siklus II meliputi : 1) Perencanaan Tahap perencanaan meliputi : a) Menentukan waktu pelaksanaan siklus II yaitu pada tanggal 9 september 2014. b) Menyiapkan alat pembalajaran. c) Menentukan indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran. d) Membuat instrumen penelitian yaitu lembar observasi kegiatan guru, lembar kegiatan siswa, catatan lapangan dan tes formatif. e) Membuat sekenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan tindakan kelas. Pelaksanaan siklus II hamper sama dengan siklus I.Tetapi terdapat rencana yang akan direvisi, yaitu : (1) Sebelum pembelajaran, guru mengarahkan dan memotivasi siswa supanya mendengarkan dan memperhatikan apa yang akan diterangkan oleh guru. (2) Pada awal pembelajaran, guru menjelaskan maksud dan langkahlangkah kegiatan secara lengkap agar siswa mengerti. 53 (3) Sebelum pembelajaran guru menyiapkan alat peraga yang akan digunakan. (4) Guru menjelaskan cara penggunaan alat peraga tersebut sampai siswa mengerti. 2) Tindakan a) Pra pembelajaran Menyiapkan alat peraga tulang napier. b) Kegiatan awal (10 menit) (1) Guru membuka pelajaran dengan salam. (2) Membaca do`a. (3) Guru memotivasi siswa. c) Kegiatan inti (55 menit) (1) Guru menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung. (2) Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok, setiap siswa yang berprestasi diletakkan satu ditiap-tiap kelompok (3) Masing siswa yang berprestasi diminta untuk mengajari teman sekelompoknya tentang cara penyelesain perkalian menggunakan alat peraga tulang napier. (4) Setiap kelompok diberi tugas yang sama. 54 (5) Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas yang telas diberikan secara individu bukan secara kelompok. Pembagian kelompok dimaksudkan agar tugas dapat merata dan tidak menghabiskan waktu pembelajaran. (6) Waktu dibatasi selama 20 menit (7) Guru menyimpulkan pembelajaran dan memberikan penjelasan yang lebih mendalam. d) Kegiatan akhir (10 menit) (1) Guru mengadakan evaluasi. (2) Guru menutup pelajaran dengan salam. 3) Observasi Hasil observasi masih ditemukan hambatan, yaitu : a) Ada siswa yang belum aktif dalam pembelajaran. b) Siswa masih banyak berbicara sendiri. c) Ada beberapa siswa yang belum menguasai cara penggunaan alat peraga. 4) Refleksi Dari hasil observasi saat tindakan berlangsung dijadikan dasar untuk melakukan refleksi untuk siklus berikutnya. Refleksi ini meliputi : 55 1) Bagaimana agar siswa yang belum aktif dapat mengikuti pelajaran dengan aktif dan perhatian penuh. 2) Bagaimana agar siswa tidak berbicara sendiri. 3) Bagaimana agar beberapa siswa yang belum biasa menguasai penggunaan alat peraga dapat menguasainya. D. Siklus III 1. Perencanaan Tahap perencanaan siklus III a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus III pada tanggal 11 september 2014 b. Menyiapkan alat pembelajaran. c. Menentukan indikator yang ingin dicapai setalah pembelajaran. d. Membuat instrument penelitian, yaitu lembar observasi kegiatan guru, lembar kegiatan siswa, catatan lapangan dan tes formatif. e. Membuat sekenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan tindakan kelas dengan format terlampir. Perencanaan tindakan kelas siklus III hamper sama dengan siklus II. Tetapi ada rencana yang akan direvisi, yaitu : 1) Setelah siswa sudah menguasai penggunaan alat peraga tulang napier, siswa disuruh untuk mengerjakan tugas secara individu. 2) Disediakan hadiah untuk siswa yang mendapatkan nilai terbaik. 56 2. Tindakan a. Pra pembelajaran Menyiapkan buku rujukan dan alat peraga b. Kegiatan awal (5 menit) 1) Guru membuka pelajaran dengan salam. 2) Membaca do`a. 3) Absensi siswa. c. Kegiatan inti (50 menit) 1) Guru menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung dan member materi tentang perkalian. 2) Guru menerangkan lagi bagaimana cara penggunaan alat peraga tulang napier. 3) Guru membagikan tugas kepada siswa secara individu. 4) Waktu dibatasi selama 20 menit 5) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran dan memberikan penjelasan yang lebih mendalam. 6) Guru memberikan hadiah kepada siswa yang mendapatkan nilai terbaik. d. Kegiatan akhir (15 menit) 1) Guru mengadakan evaluasi. 2) Guru menutup pelajaran dengan salam. 57 3. Observasi Hasil dari pengamatan menunjukkan bahwa hampir semua siswa telah ikut berpartisipasi dan tidak bicara sendiri saat pembelajaran. Adanya hadiah membuat siswa lebih bersemangat untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. 4. Refleksi Refleksi pada siklus III yaitu didapatkan suatu alat peraga pembelajaran baru untuk mata pelajaran matematika pada oprasi hitung perkalian. Pada siklus III semua siswa telah aktif dan partisipatif dalam mengikuti pembelajaran. Penguasaan konsep pada pokok bahasan tersebut terjadi peningkatan, dilihat dari indikator siswa penguasaan konsep yaitu hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan. 58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Standar Pencapain KKM Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga yang peneliti lakukan, sekolah menetap standar pencapaian KKM individu/kelas yaitu dengan nilai minimal 60. Sedangkan kriteria ketuntasan minimum (KKM) pada standar nasional/ideal mengikuti persentase tingkat nasional, sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan 59 minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik. 2. Pra Siklus Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti juga melakukan pra siklus yang dilaksanakan pada tanggal 05-09-2014. Hal tersebu bertujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi serta bagaimana cara seorang guru dalam melaukan proses pembelajaran serta untuk mengeahui keadaan siswa yang dijadikan obyek penelitian. Dalam pra siklusyang dilakukan didapatkankan bahwasannya guru kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 jarang sekali menggunakan alat peraga yang dapat membantu dalam proses pembelajaran. Dan lebih banyak menggunakan pembelajaran secara konvensional yaitu dengan menggunakan metode ceramah dan memberikan tugas. 3. Siklus I a. Hasil Penelitian Pada siklus I dicari data menggunakan tes formaif sebagai instrumen pengumpulan data. Dalam memberikan penilaian terhadap hasil beajar siswa, penelitian mengacu pada pencapaian target KKM siswa 60 terhadap jalannya pembelajaran dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut : 1. Tuntas , apabila nilai siswa mencapai target KKM yang ditentukan yaitu 60. 2. Tidak Tuntas , apabila nilai siswa tidak mencapai target KKM yang ditentukan. Pada penelitian yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga tahun 2014 selama pelaksanaan pada siklus I, maka diperoleh data sebagai berikut : Table 4.1 Hasil tes formatif pada siklus I KKM No Nama Nilai Ketuntasan Individu Nasional/Ideal 1. A 90 60 75 T T 2. B 0 60 75 TT TT 3. C 40 60 75 TT TT 4. D 90 60 75 T T 5. E 50 60 75 TT TT 6. F 0 60 75 TT TT 7. G 60 60 75 T TT 61 8. H 40 60 75 TT TT 9. I 30 60 75 TT TT 10 J 80 60 75 T T 11. K 50 60 75 TT TT 12. L 50 60 75 TT TT 13. M 40 60 75 TT TT 14. N 60 60 75 T TT 15. O 50 60 75 TT TT 16. P 40 60 75 TT TT 17. Q 40 60 75 TT TT 18. R 70 60 75 T TT 19. S 60 60 75 T TT 20. T 30 60 75 TT TT 21. U 40 60 75 TT TT 22. V 40 60 75 TT TT 23. W 50 60 75 TT TT 24. X 0 60 75 TT TT 25. Y 60 60 75 T TT 26. Z 60 60 75 T TT 27. AB 40 60 75 TT TT 28. CD 40 60 75 TT TT 62 29. EF 80 60 75 T T 30. GH 30 60 75 TT TT 31. IJ 30 60 75 TT TT 32. KL 40 60 75 TT TT 33. MN 30 60 75 TT TT Rata-rata 45,75 Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I ini, dari 33 siswa ternyata banyak siswa yang tidak tuntas pada standar KKM individu dan standar KKM nasional/ ideal, pada standar indivisu siswa yang tuntas hanya 10 siswa (33,3%) sedagkan pada standar KKM nasional/ ideal siswa tuntas hanya 4 siswa (12,1%).Dan berdasarkan jumlah siswa diperoleh jumlah rata-rata kelasnya adalah 45,75. Hal ini desebabkan karena siswa kurang memperhatikan dalam pembelajaran, masih banyak siswa yang bermain sendiri serta berbicara sendiri ketika pembelajaran berlangsung, serta kurang kurangnya guru dalam memberikan alat peraga terhadap siswa sehingga siswa belum bisa menerima cara baru yang diberikan dalam mempermudah perhitungan oprasi hitung perkalian. Banyak sekali siswa yang masih berbicara sendiri serta bermain sendiri ketika pembelajaran berlangsung. Model alat peraga yang baru dikenal ternyata banyak siswa yang masih bingung dalam memahaminya. 63 b. Refleksi Dalam melakukan refleksi peneliti menggunakan hasil data yang berupa nilai serta kejadian-kejadian yang menghambat pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap hasil pembelajaran hal yang harus menjadi perbaikan pada siklus berikutnya adalah sebagai beriku : 1. Banyak siswa yang belum mencapai target KKM yang ditentukan, baik pada standat KKM individu maupun standar KKM nasional/ ideal. 2. Banyak murid yang belum tahu serta memahami tentang alat peraga yang baru saya kenalkan. 3. Dari guru, sosialisasi alat peraga ini belum dapat diterima oleh siswa sehingga siswa kebingungan dalam memahaminya. 4. Adanya beberapa siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan minimum. Hal ini disebabkan karena alat peraga yang baru dikenalkan. Secara garis besar siklus I berjalan belum kondusif, dan hasil belajar siswa belum mencapai standar KKM yang ditentukan. Hal ini harus dijadikan suatu yang harus dibenahi dalam pelaksanaan siklus II. 3. Siklus II 64 a. Hasil Penelitian Dari pengamatan yang dilakukan dari hasil belajar siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga tahun 2014 selama pelaksanaan siklus II, maka diperoleh data sebagai berikut : Adapun dari hasil tes formatif pada siklus II ini didapatkan hasil sebagaimana terdapat pada table berikut ini : Tabel 4.2 Hasil tes formatif siklus II KKM No Nama Nilai Ketuntasan Individu Nasonal/ideal 1. A 80 60 75 T T 2. B 60 60 75 T TT 3. C 60 60 75 TT TT 4. D 80 60 75 T T 5. E 60 60 75 T TT 6. F 60 60 75 T TT 7. G 60 60 75 T TT 8. H 60 60 75 T TT 9. I 80 60 75 T T 10 J 80 60 75 T T 11. K 40 60 75 TT TT 65 12. L 80 60 75 T T 13. M 40 60 75 TT TT 14. N 60 60 75 T TT 15. O 60 60 75 T TT 16. P 40 60 75 TT TT 17. Q 60 60 75 T TT 18. R 80 60 75 T T 19. S 60 60 75 T TT 20. T 40 60 75 TT TT 21. U 40 60 75 TT TT 22. V 60 60 75 T TT 23. W 60 60 75 T T 24. X 60 60 75 T T 25. Y 60 60 75 T TT 26. Z 80 60 75 T T 27. AB 80 60 75 T T 28. CD 80 60 75 T T 29. EF 80 60 75 T T 30. GH 40 60 75 TT TT 31. IJ 40 60 75 TT TT 32. KL 60 60 75 T TT 66 33. MN Rata-rata 40 60 75 TT TT 61,21 Pada siklus II siswa sudah mulai mengerti apa yang diajarkan dan di instruksikan oleh guru dibandingkan pada siklus I, hal ini dikarenakan guru mengadakan sosialisasi terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai. Dari hasil belajar siswa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, terbukti dari 33 siswa 25 siswa (75,8%) tuntas dan 8 siswa (24,2%) tidak tuntas. Sedangkan pada penilain standar KKM nasional/ideal belum mencapai target yang diharapkan, tetapi sudah cukup baik dalam pencapain standat nasional, yaitu 12 siswa (36,3%) tuntas (T) lebih baik dari siklus I yaitu hanya 4 siswa. Berarti ada peningkatan kemampuan siswa dalam hasil belajar. b. Refleksi Setelah adanya pengamatan dalam pembelajaran pada siklus II didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Siswa sudah tidak merasa bingung tentang cara penyelesaian perkalian menggunakan alat peraga tulang napier. 2. Siswa sudah fokus terhadap ap yang di instruksikan oleh guru. 67 3. Sudah 50% lebih siswa sudah benar dalam menjawab soal-soal tes formatif. Yaitu dapat dilihat dari pencapaian standar KKM individu. 4. Pada pencapain standar Nasional belum mencapai target pencapaian KKM, tetapi sudah cukup bagus. 5. Dari guru, tidak ada kendala dalam mempersiapkan pembelajaran tersebut karena sebelumnya siswa diajarkan terlebih dahulu pada akhir pelajaran pada siklus I. Secara garis besar pelaksanaan pada siklus II sudah berjalan baik. Dari hasil belajar siswa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, terbukti dari 33 siswa 25 siswa (75,8%) tuntas dan 8 siswa (24,2%) tidak tuntas. Berarti ada peningkatan kemampuan siswa dalam hasil belajar siswa. Meskipun sudah 50% lebih siswa yang tuntas dalam mengerjakan tes formatif pada siklus II akan tetapi nilai yang nilai yang diperoleh belum cukup memuaskan sehingga perlu diadakan siklus III Tabel 4.3 Perbandingan hasil belajar siklus I dan siklus II Kode No Nilai siklis Nilai siklus Responden D I 68 II 1. A 90 80 -10 100 2. B 0 60 60 3600 3. C 40 60 20 400 4. D 90 80 -10 100 5. E 50 60 10 100 6. F 0 60 60 3600 7. G 60 60 0 0 8. H 40 60 20 400 9. I 30 80 50 2500 10. J 80 80 0 0 11/ K 50 40 -10 100 12. L 50 80 30 900 13. M 40 40 0 0 14. N 60 60 0 0 15. O 50 60 10 100 16. P 40 40 0 0 17. Q 40 60 20 400 18. R 70 80 10 100 19. S 60 60 0 0 20. T 30 40 10 100 21. U 40 40 0 0 69 22. V 40 60 20 400 23. W 50 60 10 100 24. X 0 60 60 3600 25. Y 60 60 0 0 26. Z 60 80 20 400 27. AB 40 80 40 1600 28. CD 40 80 40 1600 29. EF 80 80 0 0 30. GH 30 40 10 100 31. IJ 30 40 10 100 32. KL 40 60 20 400 33. MN 30 40 10 100 1510 2020 510 20900 Jumlah Untuk mengetahui perbandingan siklus I dan siklus II digunakan rumus sebagai berikut : ̅ √∑ ∑ = √ 70 = = = √ √ √ = 145,29 Nilai t hitung sebesar 145,29 jika dibandingkan dengan t tabel 5% dengan db = 33-1 sebesar 2,040 maka t hitung memiliki nilai yang lebih besar, artinya terdapat perbedaan antara siklus I dan siklus II. 4. Siklus III a. Hasil Pengamatan Dari pengamatan yang dilakukan dari hasil belajar siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga tahun 2014 selama pelaksanaan siklus II, maka diperoleh data sebagai berikut : Adapun dari hasil tes formatif pada siklus III didapatkan hasil sebagaimana terdapat pada table sebagai berikut : 71 Tabel 4.4 Hasil tes formatif siklus III KKM No Nama Nilai Ketuntasan Individu Nasional/ideal 1. A 100 60 75 T T 2. B 80 60 75 T T 3. C 80 60 75 T T 4. D 100 60 75 T T 5. E 60 60 75 T TT 6. F 80 60 75 T T 7. G 80 60 75 T T 8. H 80 60 75 T T 9. I 80 60 75 T T 10 J 80 60 75 T T 11. K 80 60 75 T T 12. L 100 60 75 T T 13. M 60 60 75 T T 14. N 60 60 75 T TT 15. O 40 60 75 TT TT 16. P 60 60 75 T TT 17. Q 80 60 75 T T 72 18. R 80 60 75 T T 19. S 60 60 75 T TT 20. T 80 60 75 T T 21. U 80 60 75 T T 22. V 60 60 75 T TT 23. W 40 60 75 TT TT 24. X 40 60 75 TT TT 25. Y 60 60 75 T TT 26. Z 80 60 75 T T 27. AB 80 60 75 T T 28. CD 80 60 75 T T 29. EF 80 60 75 T T 30. GH 40 60 75 TT TT 31. IJ 80 60 75 T T 32. KL 60 60 75 T TT 33. MN 80 60 75 T T Rata-rata 72,12 Pada siklus III hampir semua siswa fokus dan memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru, hal ini dikarenakan guru mempersiapkan pembelajaran secra maksimal. Selain itu pembelajaran 73 yang dilaksanakan pada siklus III sudah tidak asing lagi bagi siswa. Hal itu dapat dilihat dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yang mengamati minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dari hasil belajar siswa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, terbukti dari 33 siswa 29 siswa (87,9%) tuntas dan 4 siswa (12,1%) tidak tuntas. Bahkan pada standar tingkat nasional sudah mencapai lebih dari 50%, yaitu bisa dilihat dari 33 siswa 22 siswa (66,7%) tuntas. Bahkan pula ada 3 siswa yang mendapat nilai 100, berarti ada peningkatan yang signifikan kemampuan siswa terhadap hasil belajar dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga tulang napier. Serta standar keberhasilan pembelajaran manakala dari total siswa 33 minimal 85% telah mencapai KKM individu, maka hasil pada siklus III ini ada 29 siswa (87,9%) tuntas. Berarti bahwa PTK yang mengangkat judul upanya peningkatan hasil belajar matematika kelas IV pada oprasi hitung perkalian menggunakan alat peraga tulang napier di SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga telah tuntas. Tingkat keberhasilan tersebut dapat dilihat dari tercapainya target KKM kelas minimal 85%. 74 b. Refleksi Setelah adanya pengamatan dalam pembelajaran pada siklus III didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Siswa sudah mengerti tentang penggunaan alat peraga tulang napier. 2. Sebagian besar siswa sudah fokus mengikuti instruksi yang disampaikan guru. 3. Sudah memenuhi target KKM kelas. 4. Sebagian besar siswa sudah benar dalam menjawab soal-soal tes formatif, ada 3 siswa yang menjawab soal benar semua. Secara garis besar pelaksanaan siklus III sudah berjalan baik. Dari hasil belajar siswa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, terbukti dari 33 siswa 29 siswa (87,9%) tuntas dan 4 siswa (12,1%) tidak tuntas. Bahkan ada 3 siswa yang mendapat nilai 100, berarti ada peningkatan yang signifikan kemampuan siswa dalam hasil belajar siwa pada matematika dengan menggunakan alat peraga tulang napier pada oprasi hitung perkalian. Pada siklus III ini sudah dikatakan berhasil baik dilihat dari segi hasil belajar siswa. 75 Tabel 4.5 Perbandingan hasil belajar pada siklus II dan III Kode No Nilai siklus Nilai II siklusIII Responden D 1. A 80 100 20 400 2. B 60 80 20 400 3. C 60 80 20 400 4. D 80 100 20 400 5. E 60 60 0 0 6. F 60 80 20 400 7. G 60 80 20 400 8. H 60 80 20 400 9. I 80 80 0 0 10. J 80 80 0 0 11/ K 40 80 40 1600 12. L 80 100 20 400 13. M 40 60 20 400 14. N 60 60 0 0 15. O 60 40 -20 400 16. P 40 60 20 400 76 17. Q 60 80 20 400 18. R 80 80 0 0 19. S 60 60 0 0 20. T 40 80 40 1600 21. U 40 80 40 1600 22. V 60 60 0 0 23. W 60 40 -20 400 24. X 60 40 -20 400 25. Y 60 60 0 0 26. Z 80 80 0 0 27. AB 80 80 0 0 28. CD 80 80 0 0 29. EF 80 80 0 0 30. GH 40 40 0 0 31. IJ 40 80 40 1600 32. KL 60 60 0 0 33. MN 40 80 40 1600 2020 2380 360 13600 Jumlah 77 ̅ √∑ ∑ = √ = = = √ √ √ = 119.01 Nilai t hitung sebesar 119,01 jika dibandingkan dengan db = 33-1 sebesar 2,040 maka t hitung memiliki nilai yang lebih besar, artinya terdapat perbedaan antara siklus II dan siklus III. B. Pembahasan 1. Hasil Rekapitulasi Dari hasil penelitian tersebut dapat kita lihat dalam rekapitulasi berikut ini : a. Hasil rekapitulasi hasil belajar matematika dengan menggunakan alat peraga tulang napier (hasil beljar). 78 Tabel 4.6 Hasil rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siklus I,II, dan III pada standar KKM individu/kelas Pelaksanaan Siklus I Siklus II Siklus III 10 siswa 25 siswa 29 siswa (33,3%) (75,8%) (87,9%) 23 siswa 8 siswa 4 siswa (69,7%) (24,2%) (12,1%) Hasil Tuntas Tidaktuntas Tabel 4.7 Hasil rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siklus I,II, dan III pada standar KKM nasional/ideal Pelaksanaan Siklus I Siklus II Siklus III 12 siswa 22 siswa (36,3%) (66,7%) 29 siswa 21 siswa 11 siswa (87,9%) (63,7%) (33,3%) Hasil Tuntas Tidaktuntas 4 siswa (12,1%) 79 Tabel 4.8 Rekapitulasi perbandingan hasil belajar siklus I,II, dan III No Kode Nilai siklis Nilai siklus Nilai siklus Responden I II III 1. A 90 80 100 2. B 0 60 80 3. C 40 60 80 4. D 90 80 100 5. E 50 60 60 6. F 0 60 80 7. G 60 60 80 8. H 40 60 80 9. I 30 80 80 10. J 80 80 80 11/ K 50 40 80 12. L 50 80 100 13. M 40 40 60 14. N 60 60 60 15. O 50 60 40 16. P 40 40 60 17. Q 40 60 80 80 18. R 70 80 80 19. S 60 60 60 20. T 30 40 80 21. U 40 40 80 22. V 40 60 60 23. W 50 60 40 24. X 0 60 40 25. Y 60 60 60 26. Z 60 80 80 27. AB 40 80 80 28. CD 40 80 80 29. EF 80 80 80 30. GH 30 40 40 31. IJ 30 40 80 32. KL 40 60 60 33. MN 30 40 80 Jumlah 1510 2020 2380 Rata-rata 45,75 61,21 72,12 81 2. Kondisi Awal Dari hasi pengamatan saya, ternyata pembelajaran matematika di SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga Tahun 2014 sebelumnya tidak menggunakan alat peraga sama sekali, guru hanya mengajarkan perkalian dengan cara menyimpan. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab kenapa hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di sekolah tersebut rendah. padahal guru dituntut agar bisa lebih kreatif lagi dalam pelaksanaan pembelajaran. Ada sebagian siswa yang belum bisa atau belum mampu dalam mengerjakan soal perkalian. Hasil belajarnya pun juga kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditentukan. 3. Kondisi Akhir Setelah diadakannya pembelajaran Matematika dengan menggunakan alat peraga Tulang Napier di SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga Tahun 2014 dapat kita lihat ternyata minat siswa dalam mengikuti pelajaran Matematika cukup tinggi, karena ada hal yang baru dalam pembelajaran tersebut, meskipun pada awalnya (siklus I) hanya beberapa siswa saja yang memperhatikan dan hasil belajar pada tes formatif juga masih kurang dari KKM yang telah ditentukan, itu dikarenakan adanya sesuatu alat peraga yang baru mereka kenal. 82 Akan tetapi setelah diadakannya siklus II hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Matematika sudah terlihat, hal ini dapat dilihat sudah lebih dari 50% siswa fokus mengikuti pembelajaran Matematika dengan menggunakan alat peraga Tulang Napier. Hal ini dikarenakan guru telah mengadakan sosialisasi terlebih dahulu terhadap siswa sebelum pembelajaran dimulai. Bahwa pembelajaran Matematika pada oprasi hitung perkalian menggunakan alat peraga Tulang Napier, akan mempermudah siswa dalam mengerjakan soal-soal. Tingkat hasil belajar siswa pun meningkat, halini terlihat dari hasi tes formatif yang telah dilakukan, lebih dari 50% siswa tuntas dalam belajar. Pada siklus III siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran Matematika dengan menggunakan alat peraga Tulang Napier, sehingga guru hanya fokus dalam mengamati siswa dan mengkoreksi hasil kerja siswa. Sebagian siswa fokus dalam mengikuti pembelajaran Matematika hanya satu dua siswa yang masih bercanda dan main-main dengan temannya. Dan hanya ada satu dua anak pula yang nilai masih terlihat kurang dari target KKM yang ditentukan, hal tersebut karena siswa tersebut adalah siswa pindahan dari sekolah lain. Dan dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan, kemampuan siswa tersebut kurang, baik dari menulis, prilalaku serta mental anak. Dari 33 siswa 29 siswa atau 87,9% sudah memperoleh nilai sesuai dengan KKM yang telah ditentukan bahkan ada 3 siswa yang mendapatkan 83 nilai sempurna yaitu 100. Berarti bahwa PTK yang mengangkat judul upanya peningkatan hasil belajar matematika kelas IV pada oprasi hitung perkalian menggunakan alat peraga tulang napier di SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga telah tuntas. Tingkat keberhasilan tersebut dapat dilihat dari tercapainya target KKM kelas minimal 85%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika dengan menggunakan alat peraga Tulang Napier dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Matematika. 84 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang diperoleh dari penulis dengan judul “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Operasi Hitung Perkalian Menggunakan Alat Peraga Tulang Napier Pada Siswa Kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga 2014”. Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga Tulang Napier ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran MATEMATIKA pada pokok bahasan operasi hitung perkalian pada siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga. Hal ini dapat dilihat dari presentase hasil belajar yang meningkat dari para siswa yang dapat dilihat dari hasil pembelajaran siklus I, II dan siklus III. Pada pengamatan yang dilakukan dalam siklus I dilanjutkan dengan tes formaif didapatkan data berupa hasil rata-rata kelas yaitu 45,75. Pada siklus II rata-rata hasil tes formaif siswa 61,21 dan adanya perbedaan antara siklus I dan II membuktika adanya peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus III rata-rata hasil tes formaif adalah 72,12 Sedangkan pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang dicapai oleh siswa sudah tercapai sesuai dengan standar pencapaian KKM kelas yaitu 87,9 % . 85 Jadi pembelajaran matematika pada pokok bahasan oprasi hitung perkalian dapat meningkatkan minat serta hasilbelajar siswa pada kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga. B. Saran-saran 1. Kepada para guru sebaiknya lebih kreatif lagi dalam pengelolaan pembelajaran di kelas sehingga siswa lebih bersemangat dan lebih memahami materi dengan mudah, serta siswa tidak mengalami rasa kejenuhan di dalam kelas 2. Memberikan peluang dan motivasi kepada guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas. 3. Agar memberikan kesempatan kepada guru dalam mengembangkan profesinya sehingga dapat meningkatkan kinerja dalam mengelola peserta didik dan kinerjanya dalam pembelajaran. 4. Sebelum melaksanakan pembelajaran, sebaiknya guru menyiapkan segala kebutuhan baik itu metode, media maupun alat peraga sebaik-baiknya. DAFTAR PUSTAKA 86 Abdurrohman. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan belajar. Jakarta : Rineka Cipta Ahmad Susanto. 2013. Teori belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Arikunto, Suharsini. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Baharudin, Wahyuni. 2008. Teori belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media DEPAG RI, 2002. Progam Guru Mata Pelajaran Matematika Mi Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik. Jakarta : PT. Rineka Cipta Erawati, DKK. 2011. Teori-Teori belajar. Salatiga: STAIN Pres. Mujiono dan Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta Rostiyan. 1986. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta : PT. Bina Aksara Sriyanto. 2007. Stategi Sukses Menguasai Matematika. Jogjakarta : Indonesia Cerdas Suyadi. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta : Diva pres Wiriatmadja. 2008. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. http://www.alatperagatulangnapier.com/2010/10/alat-peraga-tulang-napier.html, diakses 14 Agustus 2014 pukul 14.15 WIB. 87 http://www.hasiltesguru.com/2012/04/pengertian-hasil-belajar.html, diakses Agustus 2014 pukul 13.30 WIB http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-matematika-menurut-ahli.html, diakses 14 Agustus 2014 pukul 14.15 WIB. 88 23 89 90 91 92 Nama : Ahmad Alfiyan Fakhroni Program Studi : PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) Nim : 11510055 Dosen PA : Miftachur Rif’ah Mahmud, M.Ag. Jurusan : Tarbiyah NO 1. 2. 3. KEGIATAN OPAK STAIN SALATIGA 2010 WAKTU KEGIATAN AGUSTUS 3 PESERTA 3 PESERTA 3 PESERTA 6 PESERTA 5 PAM-PLN 2010 20-25 OLEH PERPUS STAI SEPTEMBE SALATIGA R 2010 KE-20 KETERANGAN 25-27 USER EDUCATION PLCPP XX RACANA POINT 8-11 OKTOBER 2010 WORKSHOP KOPMA FATAWA 2010 4. “NATIONAL 19 WORKSHOP OF DESEMBER ENTREPENEURSHIP 2010 AND BASIC COOPERATION “ 5 KURSUS PEMBINA 25-30 PRAMUKA MAHIR JANUARI TINGKAT LANJUTAN 2011 93 (KML) KE-3 Se-JAWA SEMINAR POLITIK OLEH DEMA Dengan 6. Tema “ Pilwakot Yang 27 JANUARI Ideal Untuk Masa Depan 2011 3 PESERTA Salatiga Yang Lebih Baik” 7. REKA KERJA “ Temu Prestasi dan Penegak “ 18-20 FEBRUARI 3 REKA KERJA 2011 LATGAB PERTI Se- 8. JAWA BRIGSUS 25-27 NOGO SOSRO SABUK FEBRUARI INTEN DAN BRIGSUS 2011 3 PESERTA 4 JURI 3 LITBANG 4 PANITIA NAGA SANDHI JURI “ Galang Tangkas 9. se-Eks Karisidenan Surakarta” 7-8 MEI 2011 SK KETUA STAIN SALATIGA “ Pengangkatan 10. Pengurus Racana Kusuma Dilaga – Woro 23 MARET 2011 Srikandi Masa Bakti 2011/2012” 11. PLCPP Ke-21 30 RACANA KUSUMA SEPTEMBE 94 DILAGA WORO R–3 SRIKANDI OKTOBER 2011 LATGAB Se- JAWA 12. BRIGSUS NAGA 5-7 APRIL SANDI – NOGO 2012 4 PANITIA 20 MEI 2012 6 PESERTA 17 MEI 2012 2 PESERTA 19 MEI 2012 6 PESERTA 4 JURI 3 PESERTA 6 PESERTA SOSRO SABUK INTEN SEMINAR MASIONAL 13. KRISTOLOGI DAN TABLIG AKBAR BEDAH BUKU LDK 14. STAIN SALATIGA “ Dari Minder Jadi Super “ SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN HMJ 15. “ Pendidikan Multikultutural Sebagai Pilar Karakter Bangsa” GALANG TANGKAS 15. Ki/Nyi AHMAD DAHLAN UMS 16. SEMINAR BAHASA OLEH ITTAQO 26-27 MEI 2012 2 JUNI 2012 PWN PERGURUAN 17. TINGGI AGAMA 1-7 JUNI ISLAM IX TAHUN 2012 2012 BATAM, 95 KEPUALAUAN RIAU ARR RACANA KE-14 18. STAIN SALATIGA OPAK STAIN 2012 3-7 AGUSTUS 2012 4 PANITIA 3 PANITIA 5 PESERTA 3 PESERTA 3 PESERTA 4 PESERTA 3 KAREKA 5-7 19. OPAK STAIN 2012 SEPTEMBE R 2012 20. 21. KMD KWARTIR 12-17 CABANG NOVEMBE SUKOHARJO R 2012 WORKSHOP 26 PENELITIAN oleh NOVEMBE DINAMIKA R 2012 PERTANDINGAN FUTSAL 23. PERSAHABATAN RACANA Se- KOTA SEMARANG DAN 1 DESEMBER 2012 SEKITARNYA KEMAH BAKTI Ke-V 24. RACANA Se – JAWA 12 – 13 TENGAN DAN JANUARI PENEGAK Se - 2013 JEPARA 25. KMD RACANA STAIN SALATIGA 27 MARET – 1 APRIL 2013 96 LATGAB BRIGSUS 26. PERGURUAN TINGGI Ke VIII 27. 28. 29. ARR RACANA XV 4- 6 MEI 2013 25 – 28 JULI 2013 PLCPP Ke- 23 20 -23 RACANA STAIN SEPTEMBE SALATIGA R 2013 TPPP Ke- 2 RACANA STAIN SALATIGA 4 SATGAS 4 REKA KERJA 4 REKA KERJA 3 REKA KERJA 6 PESERTA 5–6 OKTOBER 2013 SEMINAR NASIONAL 30. HMJ TARBIYAH 18 “Guru Kreatif Dalam NOVEMBE Implementasi Kurikulum R 2013 2013” 97 98