upaya peningkatan hasil belajar matematika pada operasi hitung

advertisement
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA
OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA
TULANG NAPIER PADA SISWA KELAS IV SDN SIDOREJO LOR 06
KOTA SALATIGA 2014
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
OLEH :
AHMAD ALFIYAN FAKHRONI
NIM: 11510055
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2014
1
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA
OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA
TULANG NAPIER PADA SISWA KELAS IV SDN SIDOREJO LOR 06
KOTA SALATIGA 2014
2
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
OLEH :
AHMAD ALFIYAN FAKHRONI
NIM: 11510055
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2014
3
4
5
Dr. Rahmat Hariyadi,
M.Pd.
NIP.19670112 199203
1005
6
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Jadilah Seseorang Yang Tersenyum, Bukan Orang Yang Tertawa.
Teruskanlah Berdakwah, Dan Jangan Menjadi Orang Yang Tanpa Tujuan.
Janganlah Kamu Melakukan Kekhilafan Lagi Dan Perputus Asa. Dam
Menangislah Disebabkan Karena Kekhilafan Yang Kamu Lakukan Itu.
( NasehatNabiKhidirKepadaMusa AS)
Menjadi Apapun Kamu, Maknailah Dengan Hatimu.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Kedua Orang TuaSaya Yang Selalu Mendidikku Dan Memotivasiku.
2. Adik-Adikku
Yang
Ada
Di
Lampung,
AdikkuYangLagiMenyelesaikanKuliahnya
Serta
Di
JeparaSemogaDenganKarya Kecil IniDapatMemberiMotivasi Kalian.
3. Kepada
DEDE
Yang
SelamaIniSudahMemberiSemangatBuatku,
TrimakasihBanyakAtasBantuannya.
TrimakasihBanyakBuatKebersamaannya.
Dan
Semoga
Engkau
Mendapatkan Yang Terbaik Dari Padaaku.
4. My Best Frend, Ahmad Syaifudin, Yang TelahMengajariku Serta
MembimbingkuSelamaIni.
5. TakLupa Serta Teman-TemanSeperjuangannku di JurusanTarbiyah
STAIN Salatiga 2010.
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan
yang Maha Rahman Dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan
berbagai keistimewaan. Dan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis
mempunyai kemauan dan kemampuan sehingga penulis dapan menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Uswatun Hasanah Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang. Semoga beliau senantiasa dirahmati
Allah SWT. Amin. Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas
penulisan ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas
yang berat. Akhirnya dengan bekal kemauan dan tekad yang kuat serta
bantuan dari berbagai pihak, maka terselesaikanlah sekripsi yang sederhana
ini dengan judul “ UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA KELAS IV PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN
MENGGUNAKAN ALAT PERAGA
TULANG NAPIER
DI SDN
SIDOREJO LOR 06 KOTA SALATIGA TAHUN2014 dengan tersusunnya
skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih banyak yang tiada taranya kepada :
1. Bapak Dr. RahmadHariyadi M.Pd.selakuKetua STAIN Salatiga.
2. BapakSumarnoWidjadipa,
M.Pdselakudosenpembimmbing
yang
denganikhlassertadengansabarmemberikanbimbingannyahinggatersusu
nskripsiini.
3. KaryawanPerpustakaan
STAIN
Salatiga
yang
telahmenyediakanfasilitasnya.
4. Terimakasih
pula
kepadakaryawanperpusda
memberikanfasilitasnya pula.
8
yang
5. Bapakdanibukutercinta
yangtelahmemberikankasihsayangnyadenganikhlassertamotivasidanba
ntuan yang beliauberikan.
9
ABSTRAK
Ahmad Alfiyan Fakhroni. 2014.UPAYA MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV PADA OPERASI
HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA
TULANG NAPIER DI SDN SIDOREJO LOR 06 KOTA
SALATIGA TAHUN 2014. Skripsi. Sekolah Tinggi Agama Islam
Negri (STAIN) Salatiga. Pembimbing: Sumarno Widjadipa, M.Pd.
Kata Kunci
: Tulang Napier, Hasil Belajar,Operasi Hitung Perkalian
Banyak siswa di SDN Sidorejo Lor 06 mengangap mata pelajaran
matematika itu sulit sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar mereka.
Untuk itu penulis menerapkan pembelajaran matematika pada operasi hitung
perkalian menggunakan alat peraga tulang napier agar dapat meningkatkan
hasil belajar matematika pada kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga.
Penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Urutan kegiatan
penelitian mencakup : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4)
refleksi. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik observasi,
dokumentasi, dan tes formatif. Sedangkan untuk analisanya menggunakan
teknik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil tes individu
pada post tes siklus I sebesar 33,3% atau sebanyak 10 siswa dari 33 siswa
dinyatakan lulus pada standar KKM individu/kelas. Sedangkan yang gagal 23
siswa atau sebesar 69,7%. Sedangkan pada standar KKM nasional/ideal
12,1% atau 4 siswa dinyatakan lulus dan yang gagal sebanyak 29 siswa atau
87,9%. Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan alat peraga tulang
napier selama 2 siklus. Kemudian pada siklus II meningkat menjadi 75,8%
atau sebanyak 25 siwa dari 33 siswa yang dinyatak lulus pada standar KKM
individu/kelas, sedangkan yang gagal sebanyak 8 siswa atau sebesar 24,2%.
Pada standar nasional/ideal sebanyak 12 siswa atau sebesar 36,3% yang
dinyatakan lulus, yang gagal sebanyak 21 siswa atau sebesar 63,7%.
Kemudian pada siklus III meningkat menjadi 87,9% atau sebanyak 29 siswa
dari 33 siswa yang dinyatakan lulus pada standar KKM individu/kelas, dan
yang gagal sebanyak 4 siswa atau sebanyak 12,1%. Sedangkan pada standar
nasional/ideal sebanyak 22 siswa atau 66,7% yang dinyatakan lulus,
sedangkan yang gagal sebanyak 11 siswa atau sebesar 33,3%. Hal ini
menunjukkan bahwa 50% lebih siswa berhasil mempelajari operasi hitung
perkalian pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga
tulang napier.
10
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL
i
LEMBAR BERLOGO
ii
JUDUL
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
iv
PENGESAHAN KELULUSAN
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
vii
KATA PENGANTAR
viii
ABSTRAK
x
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Penelitian
4
D. Manfaat Penelitian
5
E. Definisi Operasional
7
F. Hipotesis
8
11
G. Metode Penelitian
9
H. Sistematika Penulisan
16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
17
1. Ciri-ciri Belajar
18
2. Prinsip Belajar
19
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
19
B. Matematika
20
1. Pengertian
21
2. Fungsi dan Tujuan
21
3. Ruang Lingkup
22
C. Tulang Napier
23
1. Pengertian
23
2. Prinsip dan Cara Menggunakan Alat Peraga Tulang Napier
24
3. Operasi Perkalian
27
D. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
29
1. Pengertian
29
2. KKM Nasional, Kelas, dan Individu
29
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
12
A. Deskripsi Pra Siklus
33
B. Deskripsi Siklus I
33
1. Perencanaan
33
2. Tindakan
35
3. Observasi
37
4. Refleksi
37
C. Deskripsi Siklus II
38
1. Perencanaan
38
2. Tindkan
39
3. Observasi
40
4. Refleksi
40
D. Deskripsi Siklus III
41
1. Perencanaan
41
2. Tindakan
41
3. Observasi
42
4. Refleksi
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
44
1. Standar Pencapaian KKM
44
2. Pra Siklus
45
3. Siklus I
45
13
4. Siklus II
49
5. Siklus III
55
B. Pembahasan
62
1. Hasil Rekapitulasi
62
2. Kondisi Awal
65
3. Kondisi Akhir
65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
68
B. Saran
69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
14
DAFTAR TABEL
Tabel
4.1Hasil tes formatif pada siklus I
Tabel
4.2 tes formatif siklus II
Tabel
4.3 perbandingan hasil belajar siklus I dan siklus II
Tabel
4.4 Hasil tes formatif siklus III
Tabel
4.5 Perbandingan hasil belajar pada siklus II dan III
4.6Hasil rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siklus I,II, dan III pada
Tabel
standar KKM individu/kelas
4.7 hasil rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siklus I,II, dan III pada
Tabel
standar KKM nasional/ideal
Tabel
4.8 Rekapitulasi perbandingan hasil belajar siklus I,II, dan III
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Silabus
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus I
Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus II
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus III
Lampiran 5
Lembar Soal Post Tes Matematika Siklus I, II dan III
Lampiran 6
Lembar Jawab Siklus I, II dan III
Lampiran 7
Lembar Pengamatan Pembelajaran Terhadap Guru Siklus I
Lampiran 8
Lembar Pengamatan Siswa Siklus I
Lampiran 9
Lembar Pengamatan Pembelajaran Terhadap Guru Siklus II
Lampiran 10
Lembar Pengamatan Siswa Siklus II
Lampiran 11
Lembar Pengamatan Pembelajaran Terhadap Guru Siklus III
Lampiran 12
Lembar Pengamatan Siswa Siklus III
Lampiran 13
Lampiran Foto Siklus I
Lampiran 14
Lampiran Foto Siklus II
Lampiran 15
Lampiran Foto Siklus III
Lampiran 16
Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian
Lampiran 17
Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 18
Biografi Penulis
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok, mata pelajaran
wajib yang ada disetiap jenjang pendidikan dasar dan menengah. Matematika
juga menjadi salah satu dari tiga pelajaran wajib yang mulai tahun ajaran
2009/2010 dimasukan dalam UASBN. Sampai sekarang masih ada siswa yang
kurang berminat terhadap matematika dan prestasi belajar matematikapun belum
menunjukan hasil yang optomal.
Siswa sekolah dasar mulai mengenal oprasi hitung perkalian ketika berada
di kelas II. Seharusnya mereka sudah mengetahui konsep dasarnya ketika berada
di kelas rendah dan sudah bisa mengaplikan konsep tersebut ke dalam materi
yang lainnya ketika berada di kelas yang lebih tinggi yaitu kelas IV, V dan VI.
Kenyataannya siswa kelas V yang termasuk kelas tinggi, banyak yang belum
hafal perkalian dasar.Sepeti halnya yang dihadapi oleh SDN Sidorejo lor 06 Kota
Salatiga, masih adanya sebagian siswa yang belum memahami atau pun mengerti
tentang perkalian. Untuk mengerjakan perkalian dua angka atau lebih mereka
masih kesulitan. Kesulitan itu terlihat pada oprasi hitung perkalian ketika tes akhir
pembelajaran matematika , untuk oprasi hitung perkalian di kelas IV SDN
Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga menunjukan hasi yang kurang memuaskan.
17
Masalah yang sering muncul adalah siswa dalam kondisi terpaksa harus
menghafal secara mekanis apa-apa yang telah disampaikan oleh guru, sehingga
menjadikan para siswa tidak memiliki kebranian untuk mengemukakan pendapat,
tidak kreatif dan mandiri, apa lagi tuk berfikir inovatif. Selain itu, pendekatan
pembelajaran matematika masih menggunakan pendekatan tradisional , yaitu
duduk dengan catat dan hafal. Pembelajaran jadi membosankan , tidak menerik
dan hasilnya tidak memuaskan. Waktu mengerjakan soalpun lebih lama, sehingga
tidak semua soal dapat terjawab dengan cepat dan benar.
Mata pelajaran matematika diberikan kepada siswa kelas IV SD pada semester 1
untuk membekali siswa tuk berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif
serta mampu bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat
memiliki kemampuan memperoleh, mengolah, dan memanfaatkan informasi tuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Untuk menguasai mata pelajaran matematika secara baik, diperlukan pemahaman
konsep dan prosedur secara baik pula.
Pemahaman konsep matematika tidak lahir dengan sendirinya , tetapi
diproses
melalui
tatanan
kehidupan
pembelajaran.
Tatanan
kehidupan
pembelajaran di sekolah secara formal yang paling dominan adalah pembelajaran.
Berarti, praktik pembelajaran di sekolah idealnya dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa. Akan tetapi, ada sebagian praktik pembelajaran model
pada pelajaran matematika belum secara serius dikembangkan berdasarkan
18
prinsip-prinsip yang benar untuk memberikan peluang siswa belajar cerdas, kritis,
kreatif, dan memecahkan masalah. Sebagian besar praktik pelajaran di sekolah
masih menggunakan cara-cara lama yang dikembangkan dengan menggunakan
intuisi, atau berdasarkan pengalaman sejawat.
Mata pelajaran matematika tentang operasi hitung perkalian dilaksanakan
semester gasal tahun 2014/2015, sehingga belum tahu kesenjangannya. Namun
kesenjangan tersebut dapat diasumsikan relevan dengan kesenjangan yang ada
pada mata pelajaran matematika yang diupayakan guru kelas pada SDN Sidorejo
Lor 06 Kota Salatiga. Asumsi ini peneliti ambil, karena peneliti berkolaborasi
bersama guru kelas sekaligus materi ajar, sarana prasarana lingkungan sekolah
serta karakteristik siswanya tidak jauh berbeda.
Mata pelajaran matematika yang diupayakan guru kelas atau guru
matematika belum menunjukan suatu proses peningkatan pemahaman konsep
siswa. Proses pembelajaran masih sebatas sebagai proses trasfer of knowladge,
bersifat verbalistik dan cenderung bertumpu pada kepentingan guru, bukan pada
kebutuhan siswa yang lazim disebut teacher.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan
penelitian dengan judul :
“ UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA
OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA
19
TULANG NAPIER PADA SISWA KELAS IV SDN SIDOREJO LOR 06 KOTA
SALATIGA 2014 “.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas,
maka peneliti dapat merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
“Apakah penggunaan peraga tulang napier dalam pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar matematika pada operasi hitung perkalian pada
siswa kelas IV SD Negri Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga tahun pelajaran 2014?
“
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil
belajar matematika pada oprasi hitung perkalian dan pencapaian target KKM
siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga dengan menggunakan alat
peraga tulang napier sehingga dihasilkan proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
menyenangkan dan akhirnya dapat mencapai dapat mencapai hasil pembelajaran
dengan tuntas.
20
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam
dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan
bahwa peningkatan hasil belajar matematika pada operasi hitung perkalian
dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga tulang napier.
2. Manfaat Praktis
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan
sebagai berikut :
a. Bagi Siswa
1) Agar siswa dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
matematika terutama pada indikator penelitian dua angka atau lebih
dengan menggunakan alat peraga Tulang Napier.
2) Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan kemampuan
menyelesaikan soal matematika pada operasi hitung perkalian dengan
menggunakan peraga tulang napier.
3) Siswa harus mengikuti pembelajaran dengan aktif, kreatif, dan
menyenangkan.
b. Bagi guru dan peneliti
21
1) Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman tentang penelitian tindakan
kelas
2) Dengan pelaksanaan penelitian ini, guru dapat meningkatkan
pencapaian target KKM yang sudah ditentukan.
3) Guru mampu mendeteksi permasalahan yang ada di dalam proses
pembelajaran, sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang
tepat.
4) Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas dalam
rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika pada operasi hitung perkalian.
5) Hasil penelitian ini dapat digunkan sebagai langkah awal untuk
penelitian selanjutnya.
c.
Bagi Sekolah
1) Sebagai masukan bagi guru SD / MI dalam mengajarkan matematika
pada operasi hitung perkalian.
2) Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah
pada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika melalui peraga tulang napier.
22
E. Definisi Oprasional
Agar tidak terjadi perbedaan antara penafsiran dengan maksud utama
penulisan dalam penggunaan kata pada judul maka akan dijelaskan dalam definisi
oprasional sebagai berikut :
1. Upaya peningkatan
Upaya adalah usaha atau ikhtiyar untuk mencapai maksud,
memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya (Tim Penyusun
Kamus Pusat Bahasa, 2003 :3). Peningkatan merupakan suatu perubahan
keaadaan menjadi lebih baik. Upaya peningkatan merupakan usaha yang
dilakukan dalam rangka membuat perubahan kearah yang lebih baik.
2. Hasil Belajar
Hasil adalah suatu yang ada akibat suatu usaha yang dilakukan.
Sedangkan belajar adalah berusaha supanya mendapatkan suatu kepandaian
( Purwadamita, 2006: 121). Hasil belajar adalah kompetisi yang telah dicapai
siswa setelah pembelajaran. Hasil belajar merupakan semua yang dapat
diterima, dicerna dan disimpan oleh siswa saat berlangsung pembelajaran
sehingga
dapat
mengubah pengetahuan atau prilaku siswa setelah
pembelajaran. Hasil belajar merupakan puncak proses pembelajaran (Dimyati
dan Mudjiono, 2006:20). Hasil belajar diperoleh dari evaluasi yang dilakukan
guru pada akhir pembelajaran.
23
3. Matematika
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada
tingkat sekolah dasar yang berkaitan dengan oprasi hitung ( pengurangan,
penambahan, perkalian, dan pembagian). Matematika adalah ilmu tentang
bilangan,hubungan antar bilangan dan prosedur oprasional yang digunakan
sebagai penjelas masalah mengenai bilangan (poerwadaminta, 2006: 554).
4. Tulang Napier
Batang napier atau disebut pula tulang napier adalah alat bantu hitung
yang dikenalkan oleh jhon Napier pada sebuah karya di Edinburgh pada tahun
1617. Batang Napier ini dapat digunakan untuk menghitung hasil perkalian
dan pembagian bilangan bulat. (P4TK Matematika, 2013)
Tulang Napier merupakan alat peraga berupa potongan-potongan melamin
panjang yang telah diberi angka-angka yang digunakan sebagai alat bantu
hitung perkalian.
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara
teoritis dianggap paling mungkin dan paling mungkin tingkat kebenarannya atau
jawaban sementara atas masalah yang hendak dipecahkan karena belum diuji
kebenarannya (basrowi dan suwandi, 2008: 90)
24
Dalam penelitian ini, rumusan hipotesisnya adalah sebagai beriku :
``Penggunaan alat peraga Tulang Napier dalam pembelajaran dapat meningkatkan
hasil belaljar Matematika pada operasi hitung perkalian serta dapat meningkatkan
pencapaian KKM siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga tahun ajaran 2014
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
yang dilaksanakan secara lazim sesuai dengan prinsip Penelitian Tindakan
Kelas yaitu meliputi 4 tahap: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi.
Alasan dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas adalah adanya
kendala dari siswa khususnya kelas IV adalah rendahnya tingkat hafalan
perkalian dan prestasi belajar matematika.
2. Subjek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Penentuan subjek penelitian merupakan masah pokok yang perlu
diperhatikan dalam sebuah penelitian, karena tingkat validitas suatu
penelitian sangat dipengaruhi oleh pengambilan subjek penelitian.
Dalam penelitian ini, yang penulis jadikan sebagai subjek penelitian
adalah siswa kelas IVSD N Sidorejo Lor 06 Kota Salatigan tahun ajaran
25
2014, yang berjumlah 33 anak terdiri dari 16 anak laki-laki dan 17 anak
perempuan.
b. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD N Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga.
c. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 september 2014 sampai selesai.
Pada semester satu.
3. Langkah-Langkah
Menurut Arikunto (2008: 74), ada empat kegiatan utama yang ada
pada setiap siklus yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Rancangan atau rencana awal, sebelum
mengadakan penelitian ,
peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk didalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta
mengamati hasil atau dampak dari penerapan isi rancangan.
Refleksi, yakni peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan
hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar
pengamatan yang diisi oleh pengamat.
26
Menurut Suyadi (2010: 50-64) langkah-langkah awal untuk dapat
menyusun proposal PTK yaitu:
Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan
Siklus III
?
a. Perencanaan
PTK tidak ubahnya seperti penelitian-penelitian ilmiah lain yang
selalu dipersiapkan secara matang. Langkah pertama adalah melakukan
perencanaan secara matang dan teliti.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada
tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa tahap
ini, tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah
dan tidak direkayasa.
27
c. Observsi
Observasi yang dimaksud dalam tahap III adalah pengumpulan
data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk memotret seberapa
jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.
d. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
telah dilakukan.
4. Instrumen Penelitian
Menurut Kunandar (2011: 124) “instrumen penelitian adalah alat
pengumpul data”. Instrumen penelitian yang dilakukan yang dilakukan
dalam penelitian tindakan ini adalah :
a. Silabus Matematika kelas IV
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
c. Tes tertulis
d. Lembar Observasi
5. Pengumpulan Data
Data merupakan informasi-informasi tentang objek penelitian. Data
digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan dan menguji
hipotesis. Pengumpulan data adalah metode yang digunakan peneliti dalam
merekam data (informasi) informasi yang dibutuhkan (Suyadi, 2010: 84).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan 3 metode yaitu:
28
a. Tes Formatif
Menurut Purwanto (1988: 143) tes formatif adalah tes yang diberikan
kepada murid-murid pada setiap akhir program suatu pelajaran. Fungsinya
untuk mengetahui sampai di mana pencapaian hasil belajar murid dalam
penguasaan bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan sesuai
dengan tujuan instruksional khusus yang telah dirumuskan di dalam
satuan pelajaran tersebut. Teknik ini peneliti gunakan untuk mengukur
ketuntasan dan peningkatan prestasi siswa. Siswa dikatakan telah
mencapai tingkat penguasaan materi apabila telah mencapai nilai minimal
70 dari target yang ditentukan.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain
pancaindra lainnya. Oleh karena itu observasi adalah kemampuan
seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja alat
pancaindra mata serta dibantu pancaindra lainnya (burhan 2005: 133)
Observasi adalah kegiatan pengamatan atau pengambilan data untuk
memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (Yonny,
2012:58). Observasi ini dilakukan terhadap peserta didik dan guru selama
pembelajaran berlangsung untuk mengetahui tingkat kelebihan dan
29
kekurangan dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat
peraga Tulang Napier.
c. Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah data sekunder yang diperoleh dari
sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsiparsip resmi (Azwar, 2007:36). Menurut Arikunto (2005: 64) Dokumentasi
dalam arti sempit dapat diartikan sebagai kumpulan data verbal yang
berbentuk tulisan sedang dalam arti luas dokumentasi berupa sertifikat,
foto, dan lain-lain. Digunakan untuk mencari data-data yang diperlukan
dalam melakukan penelitian.
6. Analisis Data
Analisis data yang telah terkumpul guna mengetahui seberapa besar
keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi,
2010: 85). Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka analisis
data dilakukuan dengan menggunakan analisis dan refleksi dalam setiap
siklusnya berdasarkan hasil observasi yang terekam dalam catatan lapangan
dan format pengamatan lainnya. Analisis reflektif dilakukan peneliti bersama
dengan kolaborator sebagai pijakan untuk menentukan progam aksi pada
siklus selanjutnya atau untuk mendeteksi bahwa kajian tindakan kelas ini
sudah mencapai tujuannya.
30
Penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif yang digunakan
berupa persentase sebagai berikut :
∑
Keterangan:
M
= nilai rata-rata
∑
= jumlah semua nilai
N
= jumlah siswa (Djamarah,2006: 64)
Untuk mengetahui perbandingan antar siklus I dengan siklus II, siklus
II dengan siklus III, maka digunakan rumus sebagai berikut :
̅
∑
√∑
Keterangan :
t
: uji beda
D
: perbedaan antar siklus
̅
: rerata dari nilai perbedaan
: kuadrat dari rerata
N
: jumlah siswa
Hasil perhitungan diperoleh t hitung kemudian dibandingkan dengan t
tabel dengan derajat kebebasan (db = n-1) pada taraf signifikasi 5%.
31
H. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini terdiri dari beberapa bab yang saling berkaitan, yang
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Bab I: merupakan bab pendahuluanyang menguraikan gambaran singkat
dari penelitian ini, bab I ini tersiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, kegunaan
penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II: akan diuraikan mengenai kajian pustaka yang meliputi Hasil
Belajar
(ciri-ciri
belajar,
prinsip-prinsip
belajar
dan
faktor-faktor
yangmempengaruhi belajar), Matematika (pengertian, fungsi dan tujuan, ruang
lingkup), dan Tulang Napier (pengertian, prinsip dan cara menggunakan alat
peraga tulang napier, oprasi perkalian).
Bab III : pada bab ini akan diuraikan mengenai pelaksanaan penelitian
deskripsi pra siklus, deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus
II, dan deskripsi pelaksanaan siklus III
Bab IV : pada bab ini akan diuraikan analisa penulis mengenai hasil
penelitian dan pembahasan yang meliputi standar pencapaian KKM dan deskripsi
per siklus dengan pembahasan.
BAB V : merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan pembahasan
penelitian dan saran penulis.
32
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. HASIL BELAJAR
Sebelum membicarakan pengertian hasil belajar terlebih dahulu akan
dikemukakan apa yang dimaksud dengan hasil dan apa yang dimaksud dengan
belajar. Menurut Mulyanto (2011:16) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
hasil adalah suatu pendapatan atau perolehan dari suatu yang telah dikerjakan.
Belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian.
Belajar menurut morgan, dan kawan-kawan dalam buku (Baharuddin,
2008:12) adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai
hasil latihan atau pengalaman.Sementar itu bahrudin (2008:12) sendiri
menambahkan belajar adalah usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu dan
merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan mendapatkan ilmu atau
kepandaian
yang belum di punyai sebelumnya. Hasil belajar pada dasarnya
adalah suatu kemampuan yang berupa ketrampilan dan prilaku baru sebagai
akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh. Dari hal ini, Gagne dan
Briggs
mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh
seseorang sesudah mengikuti proses belajar ( Sam`s, 2010:23)
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu
yang dicapai oleh siswa berupa ketrampilan yang dinyatakan dalam penguasaan,
pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan.
33
1. Ciri-ciri belajar
Bahrudin(2008:150) menyatakan beberapa ciri-ciri dari belajar:
a. Belajar di tandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior).
Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat di amati dari tingkah laku,
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa
mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak dapat mengetahui ada
tidaknya hasil belajar;
b. Perubahan perilaku relative permanen. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah
laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak
berubah-ubah. Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang
seumur hidup;
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat di amati pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman;
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan susatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah
tingkah laku.
2. Prinsip-prinsip belajar
Soekamto dan wintaputra dalam (Burhanuddin:2008:16) menyatakan
bahwa guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip belajar yang sebgai berikut:
a. Dalam setiap kondisi belajar siswa yang harus belajar bukan orang lain,
34
b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya
c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada
setiap langkah yang di lakukan selama proses belajar.
d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang di lakukan siswa akan
membuat proses belajar lebih berarti,
e. Motivasi belajar akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab akan
kepercayaan penuh atas belajarnya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Dalam proses belajar pada individu seseorang agar mengalami
keberhasilan dalam prestasi atau hasil belajar, maka diperlukan factor-faktor
yang menunjang pada saat proses belajar berlangsung. Seperti yang
dikemukaan sebelumnya Baharuddin menjelaskan, faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar antara lain, 1) factor internal dan 2) faktor
internal. Jika kedua factor tersebut dapat dimiliki seseorang individu dengan
baik maka, ketercapaian dalam hasil belajar dapat maksimal. Menurut
Slameto (1988:56) yang tergolong faktor internal adalah :
a. Faktor jasmaniyah, baik yang berupa bawaan maupun yang diperoleh.
Yang termasuk faktor ini misalnya kesehatan, cacat dan lain sebagainya.
b. Faktor psikologi terdiri atas :
1) Faktor intelektif/intelegensi
35
a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki
2) Faktor non-intelektif , yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, minat, bakat, kebiasaan, dan penyesuaian diri.
c. Faktor fisik maupun psikis
Yang termasuk faktor eksternal adalah :
1) Faktor social yang terdiri atas :
a) Linkungan keluarga
b) Lingkungan sekolah
c) Lingkungan masyarakat
d) Lingkungan kelompok
B. Matematika
1. Pengertian
Kata `` matematika ``berasal dari kata mathema dalam bahasa yunani
yang diartikan sebagai ``sains, ilmu pengetahuan, atau belajar``, juga
mathematikos yang diartikan sebagai `` suka belajar``. Dalam kurikulum
standar kompetensi tahun 2004, matematika berasal dari bahas latin
manthanein atau mathema yang berarti belajar atau yang dipelajari. Dalam
bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti yang kesemuanya berkaitan
dengan penalaran. Cirri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu
36
kebenaran suatu konsep atau pernyataan sebagai akibat logis dari kebenaran
sebelumnya sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika
bersifat konsisten. (Depag RI, 2004: 173)
Menurut Jonhson dan Myklebust (1967: 244) matematika adalah
bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubunganhubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah
untuk memudahkan berpikir.
2. Fungsi dan Tujuan
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,
mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika sederhana
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan,
pengurangan, geometri , dan pengelolaan data.Tujuan pembelajaran
matematika adalah :
a. Melatih cara berfikir dan menalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukan
kesamaan, perbedaan, konsisten, inkonsisten.
b. Mengembangkan aktivitas kreatif
yang melibatkan imajinasi dengan
mengembangkan pemikiran ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan
serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
37
d. Mengembangkan
kemampuan
menyampaikan
informasi
atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
3. Ruang lingkup
Menurut Mulyanto (2011: 28) ruang lingkup materi pada standar
kompetensi matematika ini adalah bilangan,pengukuran, geometrid an
pengelolaan data. Kompetensi dalam bilangan ditekankan pada kemampuan
melakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan. Pengukuran
dan geometri ditekankan pada kemampuan mengidentifikasi sifat dan unsur
bangun serta menentukan keliling, luas dan volume dalam pemecahan
masalah.
Pengelolaan
data
ditekankan
pada
kemampuan
mengumpulkan,menyajikan, dan mengelolah data (Depag RI, 2004: 174).
C. Tulang Napier
1. Pengertian
Batang napier atau disebut juga tulang napier adalah alat bantu hitung
yang dikenalkan oleh John Napier pada sebuah karya di Edinburgh Skotlandia
pada tahun 1617. Batang Napier ini dapat digunakan utuk menghitung hasil
perkalian dan pembagian bilangan bulat. (P4TK Matematika, 2013)
38
Nama alat peraga tulang napier diambil dari nama orang yang
menemukan alat tersebut, yaitu yang bernama John Napier yang lahir di Kastil
Merchiston tahun 1550. John Napier adalah seorang matematikawan abad ke
16 yang mengembangkan logaritma dengan tulang atau keping.
Menurut Jhon Napier dalam bukunya yang berjudul Rabdologiae,
Napier
menerangkan
berhitung
dengan
memindahkan
keping-keping
perhitungan pada papan catur dan untuk selanjutnya, keping-keping tersebut
dinamakan keping atau tulang napier, dan belakangan alat tersebut lebih
dikenal dengan nama Tulang Napier.
Selanjutnya, alat peraga tulang napier ini digunakan sebagai alat
pembantu dalam menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan operasi
perkalian khususnya untuk perkalian dengan bilangan yang besar. Berikut
adalah contoh alat peraga tulang napier yang dimaksud dalam tulisan ini.
39
Tulang Napier ini terkait dengan bilangan basis sepuluh atau sistem
desimal yang terdiri dari 10 tulang atau keping atau kartu yang jika kita
cermati susunan bilangan-bilangan yang ada pada masing-masing tulang
tersebut, maka sebenarnya dalam alat peraga tulang napier berisi daftar
perkalian untuk suatu sistem bilangan basis dalam basis 10.
2. Prinsip dan Cara Menggunakan Alat Peraga Tulang Napier
Prinsip dasar yang harus dipahami pada penggunaan alat peraga tulang
napier adalah terkait dengan penempatan bilangan-bilangan yang akan
dikalikan dan bilangan pengalinya. Untuk menentukan bilangan yang akan
dikalikan kita harus menunjuk pada bilangan-bilangan yang berfungsi sebagai
penunjuk kartu (bilangan petunjuk), sedangkan bilangan pengalinya
ditunjukkan oleh bilangan-bilangan yang ada pada baris atau indeks. Dalam
alat peraga tulang napier, bilangan yang akan dikalikan letaknya paling atas
dan di tata secara horizontal. Sementara itu, bilangan pengali letaknya pada
kolom yang paling kiri dan tersusun secara vertikal.
Ketika kedua hal tersebut telah ditentukan, maka prinsip selanjutnya
adalah menentukan keping-keping
yang menjadi cikal bakal
hasil
perkaliannya dan keping-keping ini harus dikeluarkan dari papan alat peraga
dan diletakkan berimpitan pada salah satu sisinya. Dari kondisi yang terakhir
ini, kita harus menjumlahkan angka-angka yang terdapat pada keping-keping
40
secara diagonal dari kanan atas ke kiri bawah atau dari kiri bawah ke kanan
atas. Hasil penjumlahan inilah yang dikatakan sebagai hasil perkalian
bilangan-bilangan yang dimaksud. Agar lebih jelas, simak ilustrasinya di
halaman berikut. Misalkan akan diperagakan bagaimana menentukan hasil
kali 6 x 54.
Untuk menentukan hasil kali 6 x 54 tersebut, mula-mula pandang
seluruh kartu dalam tulang napier basis 10, lalu susun keping napier dengan
bilangan petunjuk 5 dan 4 seperti peragaan di sebelahnya. Setelah tersusun
seperti itu, sekarang perhatikan pada indeks untuk baris ke 6 lalu lepaskanlah
keping-keping yang terletak pada baris ke 6 tersebut untuk disusun tersendiri
seperti gambar di sebelahnya lagi. Setelah keping-keping terpisah dan
tersusun seperti itu, lalu jumlahkan angka-angka yang ada pada keping
41
tersebut secara diagonal dan didapatlah hasil kalinya, yaitu 324. Jadi 6 x 54 =
324.
Selanjutnya, akan diperagakan contoh perkalian untuk bilangan besar.
Misalnya, akan diperagakan bagaimana menentukan hasil kali dari 582 x 726.
Untuk menentukan hasil kali 582 x 726, mula-mula pandang seluruh
kartu dalam tulang napier basis 10, lalu susun keping napier dengan bilangan
petunjuk 7, 2 dan 6 seperti peragaan di sebelahnya.Setelah tersusun seperti itu,
sekarang perhatikan pada indeks untuk baris ke 5, 8 dan 2 lalu lepaskanlah
keping-keping yang terletak pada baris ke 5, 8 dan 2 tersebut untuk disusun
tersendiri seperti gambar di sebelahnya lagi. Setelah keping-keping terpisah
dan tersusun seperti itu, lalu jumlahkan angka-angka yang ada pada keping
42
tersebut secara diagonal dan didapatlah hasil kalinya, yaitu 422532. Jadi 582 x
726 = 422532.
3. Operasi Perkalian
Arti perkalian
pada suatu bilangan dari
berbagai referensi
didefinisikan sebagai a x b = b + b + . . . . + b + b, dengan b sebanyak a kali.
Ini artinya jika ada perkalian 3 x 4, maka akan sama artinya dengan 4 + 4 + 4
+ 4 (3 x 4 = 4 + 4 + 4). Terhadap konsep ini, sebagian besar siswa masih
mengalami kesulitan dalam memahaminya. Masih banyak yang siswa yang
menafsirkan konsep a x b sebagai a + a + a + . . . + a, dengan a sebanyak b
kali. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh bahasa jawa yang
memberikan makna berbeda terhadap konsep tersebut. Misal, untuk perkalian
3 x 4 orang jawa memaknainya sebagai telu ping papat. Ini artinya orag jawa
menafsirkan 3 x 4 sebagai 3 + 3 + 3 + 3 = 12. Tentu kondisi yang demikian
akan memberikan dampak terhadap kakacauan pola pikir siswa dalam
memahami konsep tersebut.
Perkalian merupakan salah satu konsep dalam matematika yang mulai
dikenalkan kepada siswa di sekolah dasar kelas 3 dengan teknik penyampaian
yang masih sangat rendah. Teknik berhitung perkalian yang masih sering
diajarkan di sekolah adalah dengan cara menghafal tabel perkalian bilangan 1
sampai 10. Sementara itu, untuk bilangan yang besarnya di atas 10 guru masih
mengandalkan teknik perkalian bersusun. Terhadap konsep ini, ternyata
43
masih banyak dijumpai siswa di sekolah dasar mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal-soal perkalian dengan cepat. Menurut pengamatan, siswa
masih mengalami kebingungan terhadap digit yang akan dikalikan. Mana
hasil yang akan disimpan dan mana hasil yang akan dituliskan, bilangan yang
diuraikanpun terlihat menumpuk. Dengan teknik tersebut, tentu akan
membuat mata yang melihatnya mengalami kebosanan. Apakah kondisi ini
akan dibiarkan terus-menerus sebagaimana apa adanya?
Dalam menghadapi berbagai permasalahan pendidikan matematika di
sekolah, hal pertama yang harus dilakukan adalah menumbuhkan kembali
minat siswa terhadap pelajaran matematika. Sebab, tanpa adanya minat, siswa
akan sulit untuk belajar dengan baik. Untuk menumbuhkan kembali minat
siswa ini, tentu terkait dengan berbagai aspek yang mempengaruhi proses
pembelajaran matematika di sekolah. Aspek-aspek yang dimaksud meliputi:
pendekatan dan metodologi pembelajaran yang digunakan guru. Selain itu,
untuk menumbuhkan minat ini dalam penyajiannya harus diupayakan dengan
cara yang lebih menarik bagi siswa. Dalam pembelajaran matematika,
sebenarnya memiliki banyak sisi yang menarik. Namun, hal itu seringkali
diabaikan, sehingga matematika dikenal siswa hanya sebagai kumpulan rumus
dan simbol-simbol belaka. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
menarik minat dan menghilangkan kejenuhan siswa di kelas adalah dengan
menggunakan alat permainan matematika.
44
Dalam matematika, cukup banyak topik yang dapat disajikan dengan
menggunakan alat permainan matematika. Salah satu topik tersebut adalah
tentang perkalian dengan alat permainannya berupa tulang napier.
D. Kriteria Ketuntasan Minimum ( KKM)
1) Pengertian KKM
Menurut Permendiknas No 20 Tahun 2007, Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan
oleh satuan pendidikan.
2) KKM Nasional, Kelas, dan Individu
1. KKM Nasional
KKM nasional disebut dengan KKM ideal. KKM nasional adalah
kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan secara nasional. (Permendiknas
N0 20 Tahun 2007)
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah
ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0%-100%.
Kriteria ketuntasan ideal untuk masing-masing indikator adalah 75%.
Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta
kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pendidikan.
Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar
secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal. (BNSP,
2006:10).
45
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kriteria
ketuntasan minimal nasional adalah 75%.
KKM nasioanal dijadikan
patokan dalam penentuan KKM di setiap satuan pendidikan.
Setiap
satuan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan KKM agar dapat
mencapai KKM nasional sebesar 75%.
2. KKM Kelas
KKM kelas adalah kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai
dalam suatu kelas. Di SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga KKM kelas adalah
85%, jadi siswa yang tuntas dalam SK/KD harus minimal 85% dari
jumlah siswa. Subjek penelitian berjumlah 33 siswa, maka 85% dari 25
harus tuntas/lulus. 85% dari 33 siswa adalah
. Jadi
siswa yang harus tuntas dalam SK/KD pelajaran tersebut dalam satu kelas
harus mencapai 28 orang siswa.
3. KKM Individu
Kriteria ketuntasan minimal individu adalah kriteria ketuntasan
minimal yang harus dicapai oleh individu siswa. KKM individu mata
pelajaran Matematika yang harus dicapai siswa sebesar 60% atau 60.
Dalam setiap melakukan penilaian siswa minimal nilai yang harus dicapai
adalah 60, kalau mendapat nilai dibawah 60 maka siswa tersebut dianggap
tidak tuntas. Sedangkan siswa yang mendapat nilai 60 atau lebih besar
dari 75, siswa tersebut dianggap tuntas.
46
3) Fungsi KKM
a) Sebagai acuan bagi guru untuk menilai kompetensi peserta didik
sesuai dengan kompetensi dasar (KD) suatu mata pelajaran atau
standar nompetensi (SK).
b) Sebagai acuan bagi peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam
mengikuti pembelajaran.
c) Sebagai target pencapaian penguasaan materi sesuai dengan SK/KD.
d) Sebagai salah satu instrumen dalam melakukan evaluasi pembelajaran.
e) Sebagai kontrak pedagogik antara pendidik, peserta didik, dan
masyarakat (khususnya orang tua dan wali murid). (Jaya, 2013).
4) Penentuan KKM
Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelomppok kerja guru
yang disahkan oleh kepala sekolah/madrasah, selanjutnya disampaiakan
kepada pihak yang bersangkutan seperti: peserta didik, orang tua, dan
dinas pendidikan setalah itudicantumkan dalam hasil belajar atau rapor.
Yang menjadi pertimbangan dalam penentuan KKM adalah kompleksitas,
daya dukung dan intake. Kompleksitas mengacu kepada tingkat kesulitan
kompetensi dasar yang bersangkutan. Daya dukung meliputi kelengkapan
mengajar seperti: buku, ruang belajar, laboratorium (jika diperlukan) dan
lain-lain. Sedangkan intake merupakan kemampuan penalaran dan daya
pikir peserta didik.
47
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Pra Siklus
Pada penelitian pra siklus difokuskan untuk mencari data tentang metode
serta alat-alat peraga yang digunakan pada mata pelajaran matematika.
Pelaksanaan pra siklus dilaksanakan 3 kali yaitu pada tanggal 5 september 2014
sampai selesai. Data diambil saat observasi ke sekolah dan dokumentasi pra
siklus.
B. Deskripsi siklus I
Pelaksanaan silkus I terdiri dari empat tahapan yaitu :
1. Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi :
a) Menyiapkan materi matematika dengan pokok bahasan oprasi hitung
perkalian.
b) Membuat lembar observasi siswa selama proses pembelajaran
c) Membuat lembar observasi guru
d) Membuat soal pretest untuk mengetahui daya serap siswa dalam
pembelajaran matematika
e) Membuat lembar soal ulangan atau pos tes untuk mengetahui hasil belajar
siswa.
48
f) Menyusun indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran
g) Memberi instrumen penelitian, yaitu :
1. Lembar observasi kegiatan siswa, yaitu untuk mengumpulkan data
tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran. Data observasi
dimaksudkan untuk mengetahui minat dan perhatian siswa
2. Lembar observasi kegiatan guru, yaitu untuk mengumpulkan data
tentang pengelolaan kelas oleh guru.
3. Tes formatif sebagai alat pengukur tingkat penguasaan konsep pada
mata pelajaran matematika.
4. Lembar catatan lapangan. Digunakan untuk mengumpulkan data yang
tidak terobservasi melalui lembar observasi kegiatan siswa atau guru.
h) Mnyiapkan alat pembelajaran.
i) Merancang sekenario pembelajaran sebagai pedoman tindakan kelas.
1. Pra pembelajaran.
Menyiapkan alat pembelajaran berupa, buku paket matematika kelas
IV, alat peraga.
2. Kegiatan awal (5 menit)
Membuka pelajaran dengan do`a dan absensi siswa.
3. Kegiatan inti (50 menit)
49
a) Guru memberikan apersepsi kepada siswa tentang oprasi hitung
perkalian. Guru menerangkan materi oprasi hitung perkalian
mengunakan metode klasikal sebagai pengantar.
b) Guru memberikan materi tentang oprasi hitung perkalian.
c) Guru memberikan cara mudah dalam menyelesaikan oprasi hitung
perkalian.
d) Guru memberikan tugas kepada siswa.
e) Waktu mengerjakan dibatasi selama 15 menit
f) Saat kegiatan berlangsung guru memeriksa tugas siswa.
g) Guru memberikan kepada siswa untuk mengerjakan soal tersebut
dipapan tulis. Jika tidak ada siswa yang berkenan guru menunjuk
beberapa siswa.
h) Guru bersama siswa menyimpulkan pemebelajaran
i) Guru memberikan penjelasan kepada siswa jika ada pemahaman
siswa yang keliru.
4. Kegiatan akhir
a) Guru mengadakan evaluasi
b) Pembelajaran ditutup dengan salam.
2. Tindakan
a) Pra pembelajaran
50
Menyiapkan alat-alat pembelajaran
b) Kegiatan awal (5 menit)
Membuka pelajaran dengan do`a, salam, dan absensi siswa.
c) Kegiatan inti (50 menit)
1) Guru memberikan apsersepsi kepada siswa tentang oprasi hitung
perkalian. Guru menerangkan materi oprasi hitung perkalian dengan
menggunakan metode klasikal/ceramah sebagai pengantar.
2) Guru menerangkan tentang sifat-sifat perkalian.
3) Guru meminta siswa mengerjakan soal.
4) Waktu mengerjakan dibatasi 15 menit.
5) Saat kegiatan berlangsung guru memeriksa tugas siswa.
6) Guru memberikan kepada siswa untuk mengerjakan soal tersebut
dipapan tulis. Jika tidak ada siswa yang berkenan guru menunjuk
beberapa siswa.
7) Mempersilahkan peserta lain untuk menanggapinya.
8) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran.
9) Guru memberikan penjelasan pada siswa jika ada pemahaman siswa
yang keliru.
10) Guru memberikan pujian kepada siswa yang telah maju kedepan
sebagai reward.
d) Kegiatan akhir
51
1) Guru mengadakan evaluasi.
2) Pembelajaran ditutup dengan salam.
3. Observasi
Tahap observasi dikumpulkan data dari lembar observasi kegiatan
siswa, lembar observasi guru, tes formatif, dan catatan lapangan. Hasil
observasi
menunjukkan
beberapa
hambatan
dalam
pelaksanaan.
penelitian tindakan penerapan alat peraga tulang napier pada pembelajaran
matematika pokok bahasan perkalian. Hambatan tersebut berupa :
a) Siswa sering berbicara sendiri ketika guru menerangkan.
b) Ada sebagian siswa belum paham dalam perkalian
c) Siswa kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran.
d) Waktu pembelajaran melebihi batas waktu yang diberikan.
4. Refleksi
Hasil observasi dilapangan dijadikan bahan refleksi untuk perbaikan
rencana pada siklus berikutnya. Refleksi ini meliputi :
a) Bagaimana agar siswa ketika pembelajaran siswa tidak berbicara sendiri.
b) Bagaimana agar semua siswa dapat menguasai perkalian.
c) Bagaimana agar siswa pada saat pembelajaran siswa fokus dan aktif pada
pembelajaran.
52
d) Bagaimana agar waktu pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan.
C. Siklus II
Perencanaan siklus II meliputi :
1) Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi :
a) Menentukan waktu pelaksanaan siklus II yaitu pada tanggal 9 september
2014.
b) Menyiapkan alat pembalajaran.
c) Menentukan indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran.
d) Membuat instrumen penelitian yaitu lembar observasi kegiatan guru,
lembar kegiatan siswa, catatan lapangan dan tes formatif.
e) Membuat sekenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan tindakan
kelas. Pelaksanaan siklus II hamper sama dengan siklus I.Tetapi terdapat
rencana yang akan direvisi, yaitu :
(1) Sebelum pembelajaran, guru mengarahkan dan memotivasi siswa
supanya
mendengarkan
dan
memperhatikan
apa
yang
akan
diterangkan oleh guru.
(2) Pada awal pembelajaran, guru menjelaskan maksud dan langkahlangkah kegiatan secara lengkap agar siswa mengerti.
53
(3) Sebelum pembelajaran guru menyiapkan alat peraga yang akan
digunakan.
(4) Guru menjelaskan cara penggunaan alat peraga tersebut sampai siswa
mengerti.
2) Tindakan
a) Pra pembelajaran
Menyiapkan alat peraga tulang napier.
b) Kegiatan awal (10 menit)
(1) Guru membuka pelajaran dengan salam.
(2) Membaca do`a.
(3) Guru memotivasi siswa.
c) Kegiatan inti (55 menit)
(1) Guru menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung.
(2) Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok, setiap siswa yang
berprestasi diletakkan satu ditiap-tiap kelompok
(3) Masing siswa yang berprestasi diminta untuk mengajari teman
sekelompoknya tentang cara penyelesain perkalian menggunakan alat
peraga tulang napier.
(4) Setiap kelompok diberi tugas yang sama.
54
(5) Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas yang telas diberikan
secara individu bukan secara kelompok. Pembagian kelompok
dimaksudkan agar tugas dapat merata dan tidak menghabiskan waktu
pembelajaran.
(6) Waktu dibatasi selama 20 menit
(7) Guru menyimpulkan pembelajaran dan memberikan penjelasan yang
lebih mendalam.
d) Kegiatan akhir (10 menit)
(1) Guru mengadakan evaluasi.
(2) Guru menutup pelajaran dengan salam.
3) Observasi
Hasil observasi masih ditemukan hambatan, yaitu :
a) Ada siswa yang belum aktif dalam pembelajaran.
b) Siswa masih banyak berbicara sendiri.
c) Ada beberapa siswa yang belum menguasai cara penggunaan alat peraga.
4) Refleksi
Dari hasil observasi saat tindakan berlangsung dijadikan dasar untuk
melakukan refleksi untuk siklus berikutnya. Refleksi ini meliputi :
55
1) Bagaimana agar siswa yang belum aktif dapat mengikuti pelajaran dengan
aktif dan perhatian penuh.
2) Bagaimana agar siswa tidak berbicara sendiri.
3) Bagaimana agar beberapa siswa yang belum biasa menguasai penggunaan
alat peraga dapat menguasainya.
D. Siklus III
1. Perencanaan
Tahap perencanaan siklus III
a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus III pada tanggal 11 september 2014
b. Menyiapkan alat pembelajaran.
c. Menentukan indikator yang ingin dicapai setalah pembelajaran.
d. Membuat instrument penelitian, yaitu lembar observasi kegiatan guru,
lembar kegiatan siswa, catatan lapangan dan tes formatif.
e. Membuat sekenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan tindakan
kelas dengan format terlampir. Perencanaan tindakan kelas siklus III
hamper sama dengan siklus II. Tetapi ada rencana yang akan direvisi,
yaitu :
1) Setelah siswa sudah menguasai penggunaan alat peraga tulang napier,
siswa disuruh untuk mengerjakan tugas secara individu.
2) Disediakan hadiah untuk siswa yang mendapatkan nilai terbaik.
56
2. Tindakan
a. Pra pembelajaran
Menyiapkan buku rujukan dan alat peraga
b. Kegiatan awal (5 menit)
1) Guru membuka pelajaran dengan salam.
2) Membaca do`a.
3) Absensi siswa.
c. Kegiatan inti (50 menit)
1) Guru menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung dan member materi
tentang perkalian.
2) Guru menerangkan lagi bagaimana cara penggunaan alat peraga tulang
napier.
3) Guru membagikan tugas kepada siswa secara individu.
4) Waktu dibatasi selama 20 menit
5) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran dan memberikan
penjelasan yang lebih mendalam.
6) Guru memberikan hadiah kepada siswa yang mendapatkan nilai
terbaik.
d. Kegiatan akhir (15 menit)
1) Guru mengadakan evaluasi.
2) Guru menutup pelajaran dengan salam.
57
3. Observasi
Hasil dari pengamatan menunjukkan bahwa hampir semua siswa telah
ikut berpartisipasi dan tidak bicara sendiri saat pembelajaran. Adanya hadiah
membuat siswa lebih bersemangat untuk mengerjakan soal-soal yang
diberikan oleh guru.
4. Refleksi
Refleksi pada siklus III yaitu didapatkan suatu alat peraga
pembelajaran baru untuk mata pelajaran matematika pada oprasi hitung
perkalian. Pada siklus III semua siswa telah aktif dan partisipatif dalam
mengikuti pembelajaran. Penguasaan konsep pada pokok bahasan tersebut
terjadi peningkatan, dilihat dari indikator siswa penguasaan konsep yaitu hasil
belajar siswa yang mengalami peningkatan.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Standar Pencapain KKM
Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi
adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu
dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk
menyatakan
peserta
didik
mencapai
ketuntasan
dinamakan
Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
Pada SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga yang peneliti lakukan, sekolah
menetap standar pencapaian KKM individu/kelas yaitu dengan nilai minimal
60. Sedangkan kriteria ketuntasan
minimum
(KKM) pada standar
nasional/ideal mengikuti persentase tingkat nasional, sehingga dinyatakan
dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan
kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan
mencapai minimal 75.
Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta
didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya.
Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses
dengan mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan
59
minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai
acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.
2. Pra Siklus
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti juga melakukan pra siklus
yang dilaksanakan pada tanggal 05-09-2014. Hal tersebu bertujuan untuk
mengetahui situasi dan kondisi serta bagaimana cara seorang guru dalam
melaukan proses pembelajaran serta untuk mengeahui keadaan siswa yang
dijadikan obyek penelitian.
Dalam pra siklusyang dilakukan didapatkankan bahwasannya guru kelas IV
SDN Sidorejo Lor 06 jarang sekali menggunakan alat peraga yang dapat
membantu dalam proses pembelajaran. Dan lebih banyak menggunakan
pembelajaran secara konvensional yaitu dengan menggunakan metode
ceramah dan memberikan tugas.
3. Siklus I
a. Hasil Penelitian
Pada siklus I dicari data menggunakan tes formaif sebagai
instrumen pengumpulan data. Dalam memberikan penilaian terhadap hasil
beajar siswa, penelitian mengacu pada pencapaian target KKM siswa
60
terhadap jalannya pembelajaran dengan memperhatikan aspek-aspek
sebagai berikut :
1. Tuntas , apabila nilai siswa mencapai target KKM yang ditentukan
yaitu 60.
2. Tidak Tuntas , apabila nilai siswa tidak mencapai target KKM yang
ditentukan.
Pada penelitian yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa kelas
IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga tahun 2014 selama pelaksanaan
pada siklus I, maka diperoleh data sebagai berikut :
Table 4.1
Hasil tes formatif pada siklus I
KKM
No
Nama
Nilai
Ketuntasan
Individu
Nasional/Ideal
1.
A
90
60
75
T
T
2.
B
0
60
75
TT
TT
3.
C
40
60
75
TT
TT
4.
D
90
60
75
T
T
5.
E
50
60
75
TT
TT
6.
F
0
60
75
TT
TT
7.
G
60
60
75
T
TT
61
8.
H
40
60
75
TT
TT
9.
I
30
60
75
TT
TT
10
J
80
60
75
T
T
11.
K
50
60
75
TT
TT
12.
L
50
60
75
TT
TT
13.
M
40
60
75
TT
TT
14.
N
60
60
75
T
TT
15.
O
50
60
75
TT
TT
16.
P
40
60
75
TT
TT
17.
Q
40
60
75
TT
TT
18.
R
70
60
75
T
TT
19.
S
60
60
75
T
TT
20.
T
30
60
75
TT
TT
21.
U
40
60
75
TT
TT
22.
V
40
60
75
TT
TT
23.
W
50
60
75
TT
TT
24.
X
0
60
75
TT
TT
25.
Y
60
60
75
T
TT
26.
Z
60
60
75
T
TT
27.
AB
40
60
75
TT
TT
28.
CD
40
60
75
TT
TT
62
29.
EF
80
60
75
T
T
30.
GH
30
60
75
TT
TT
31.
IJ
30
60
75
TT
TT
32.
KL
40
60
75
TT
TT
33.
MN
30
60
75
TT
TT
Rata-rata
45,75
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I ini, dari 33 siswa
ternyata banyak siswa yang tidak tuntas pada standar KKM individu dan
standar KKM nasional/ ideal, pada standar indivisu siswa yang tuntas
hanya 10 siswa (33,3%) sedagkan pada standar KKM nasional/ ideal
siswa tuntas hanya 4 siswa (12,1%).Dan berdasarkan jumlah siswa
diperoleh jumlah rata-rata kelasnya adalah 45,75. Hal ini desebabkan
karena siswa kurang memperhatikan dalam pembelajaran, masih banyak
siswa yang bermain sendiri serta berbicara sendiri ketika pembelajaran
berlangsung, serta kurang kurangnya guru dalam memberikan alat peraga
terhadap siswa sehingga siswa belum bisa menerima cara baru yang
diberikan dalam mempermudah perhitungan oprasi hitung perkalian.
Banyak sekali siswa yang masih berbicara sendiri serta bermain sendiri
ketika pembelajaran berlangsung. Model alat peraga yang baru dikenal
ternyata banyak siswa yang masih bingung dalam memahaminya.
63
b. Refleksi
Dalam melakukan refleksi peneliti menggunakan hasil data yang
berupa nilai serta kejadian-kejadian yang menghambat pada saat
pembelajaran sedang berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan
terhadap hasil pembelajaran hal yang harus menjadi perbaikan pada siklus
berikutnya adalah sebagai beriku :
1. Banyak siswa yang belum mencapai target KKM yang ditentukan,
baik pada standat KKM individu maupun standar KKM nasional/
ideal.
2. Banyak murid yang belum tahu serta memahami tentang alat peraga
yang baru saya kenalkan.
3. Dari guru, sosialisasi alat peraga ini belum dapat diterima oleh siswa
sehingga siswa kebingungan dalam memahaminya.
4. Adanya beberapa siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan
minimum. Hal ini disebabkan karena alat peraga yang baru
dikenalkan.
Secara garis besar siklus I berjalan belum kondusif, dan hasil
belajar siswa belum mencapai standar KKM yang ditentukan. Hal ini
harus dijadikan suatu yang harus dibenahi dalam pelaksanaan siklus II.
3. Siklus II
64
a. Hasil Penelitian
Dari pengamatan yang dilakukan dari hasil belajar siswa kelas
IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga tahun 2014 selama pelaksanaan
siklus II, maka diperoleh data sebagai berikut :
Adapun dari hasil tes formatif pada siklus II ini didapatkan
hasil sebagaimana terdapat pada table berikut ini :
Tabel 4.2
Hasil tes formatif siklus II
KKM
No
Nama
Nilai
Ketuntasan
Individu
Nasonal/ideal
1.
A
80
60
75
T
T
2.
B
60
60
75
T
TT
3.
C
60
60
75
TT
TT
4.
D
80
60
75
T
T
5.
E
60
60
75
T
TT
6.
F
60
60
75
T
TT
7.
G
60
60
75
T
TT
8.
H
60
60
75
T
TT
9.
I
80
60
75
T
T
10
J
80
60
75
T
T
11.
K
40
60
75
TT
TT
65
12.
L
80
60
75
T
T
13.
M
40
60
75
TT
TT
14.
N
60
60
75
T
TT
15.
O
60
60
75
T
TT
16.
P
40
60
75
TT
TT
17.
Q
60
60
75
T
TT
18.
R
80
60
75
T
T
19.
S
60
60
75
T
TT
20.
T
40
60
75
TT
TT
21.
U
40
60
75
TT
TT
22.
V
60
60
75
T
TT
23.
W
60
60
75
T
T
24.
X
60
60
75
T
T
25.
Y
60
60
75
T
TT
26.
Z
80
60
75
T
T
27.
AB
80
60
75
T
T
28.
CD
80
60
75
T
T
29.
EF
80
60
75
T
T
30.
GH
40
60
75
TT
TT
31.
IJ
40
60
75
TT
TT
32.
KL
60
60
75
T
TT
66
33.
MN
Rata-rata
40
60
75
TT
TT
61,21
Pada siklus II siswa sudah mulai mengerti apa yang diajarkan
dan di instruksikan oleh guru dibandingkan pada siklus I, hal ini
dikarenakan guru mengadakan sosialisasi terlebih dahulu sebelum
pembelajaran dimulai. Dari hasil belajar siswa terjadi peningkatan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, terbukti dari 33 siswa
25 siswa (75,8%) tuntas dan 8 siswa (24,2%) tidak tuntas. Sedangkan
pada penilain standar KKM nasional/ideal belum mencapai target yang
diharapkan, tetapi sudah cukup baik dalam pencapain standat nasional,
yaitu 12 siswa (36,3%) tuntas (T) lebih baik dari siklus I yaitu hanya 4
siswa. Berarti ada peningkatan kemampuan siswa dalam hasil belajar.
b.
Refleksi
Setelah adanya pengamatan dalam pembelajaran pada siklus II
didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Siswa sudah tidak merasa bingung tentang cara penyelesaian
perkalian menggunakan alat peraga tulang napier.
2. Siswa sudah fokus terhadap ap yang di instruksikan oleh guru.
67
3. Sudah 50% lebih siswa sudah benar dalam menjawab soal-soal tes
formatif. Yaitu dapat dilihat dari pencapaian standar KKM
individu.
4. Pada pencapain standar Nasional belum mencapai target
pencapaian KKM, tetapi sudah cukup bagus.
5. Dari guru, tidak ada kendala dalam mempersiapkan pembelajaran
tersebut karena sebelumnya siswa diajarkan terlebih dahulu pada
akhir pelajaran pada siklus I.
Secara garis besar pelaksanaan pada siklus II sudah berjalan
baik. Dari hasil belajar siswa terjadi peningkatan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal, terbukti dari 33 siswa 25 siswa (75,8%)
tuntas dan 8 siswa (24,2%) tidak tuntas. Berarti ada peningkatan
kemampuan siswa dalam hasil belajar siswa. Meskipun sudah 50%
lebih siswa yang tuntas dalam mengerjakan tes formatif pada siklus II
akan tetapi nilai yang nilai yang diperoleh belum cukup memuaskan
sehingga perlu diadakan siklus III
Tabel 4.3
Perbandingan hasil belajar siklus I dan siklus II
Kode
No
Nilai siklis
Nilai siklus
Responden
D
I
68
II
1.
A
90
80
-10
100
2.
B
0
60
60
3600
3.
C
40
60
20
400
4.
D
90
80
-10
100
5.
E
50
60
10
100
6.
F
0
60
60
3600
7.
G
60
60
0
0
8.
H
40
60
20
400
9.
I
30
80
50
2500
10.
J
80
80
0
0
11/
K
50
40
-10
100
12.
L
50
80
30
900
13.
M
40
40
0
0
14.
N
60
60
0
0
15.
O
50
60
10
100
16.
P
40
40
0
0
17.
Q
40
60
20
400
18.
R
70
80
10
100
19.
S
60
60
0
0
20.
T
30
40
10
100
21.
U
40
40
0
0
69
22.
V
40
60
20
400
23.
W
50
60
10
100
24.
X
0
60
60
3600
25.
Y
60
60
0
0
26.
Z
60
80
20
400
27.
AB
40
80
40
1600
28.
CD
40
80
40
1600
29.
EF
80
80
0
0
30.
GH
30
40
10
100
31.
IJ
30
40
10
100
32.
KL
40
60
20
400
33.
MN
30
40
10
100
1510
2020
510
20900
Jumlah
Untuk mengetahui perbandingan siklus I dan siklus II
digunakan rumus sebagai berikut :
̅
√∑
∑
=
√
70
=
=
=
√
√
√
= 145,29
Nilai t hitung sebesar 145,29 jika dibandingkan dengan t tabel
5% dengan db = 33-1 sebesar 2,040 maka t hitung memiliki nilai yang
lebih besar, artinya terdapat perbedaan antara siklus I dan siklus II.
4.
Siklus III
a. Hasil Pengamatan
Dari pengamatan yang dilakukan dari hasil belajar siswa kelas
IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga tahun 2014 selama pelaksanaan
siklus II, maka diperoleh data sebagai berikut :
Adapun dari hasil tes formatif pada siklus III didapatkan hasil
sebagaimana terdapat pada table sebagai berikut :
71
Tabel 4.4
Hasil tes formatif siklus III
KKM
No
Nama
Nilai
Ketuntasan
Individu
Nasional/ideal
1.
A
100
60
75
T
T
2.
B
80
60
75
T
T
3.
C
80
60
75
T
T
4.
D
100
60
75
T
T
5.
E
60
60
75
T
TT
6.
F
80
60
75
T
T
7.
G
80
60
75
T
T
8.
H
80
60
75
T
T
9.
I
80
60
75
T
T
10
J
80
60
75
T
T
11.
K
80
60
75
T
T
12.
L
100
60
75
T
T
13.
M
60
60
75
T
T
14.
N
60
60
75
T
TT
15.
O
40
60
75
TT
TT
16.
P
60
60
75
T
TT
17.
Q
80
60
75
T
T
72
18.
R
80
60
75
T
T
19.
S
60
60
75
T
TT
20.
T
80
60
75
T
T
21.
U
80
60
75
T
T
22.
V
60
60
75
T
TT
23.
W
40
60
75
TT
TT
24.
X
40
60
75
TT
TT
25.
Y
60
60
75
T
TT
26.
Z
80
60
75
T
T
27.
AB
80
60
75
T
T
28.
CD
80
60
75
T
T
29.
EF
80
60
75
T
T
30.
GH
40
60
75
TT
TT
31.
IJ
80
60
75
T
T
32.
KL
60
60
75
T
TT
33.
MN
80
60
75
T
T
Rata-rata
72,12
Pada siklus III hampir semua siswa fokus dan memperhatikan
apa yang disampaikan oleh guru, hal ini dikarenakan guru
mempersiapkan pembelajaran secra maksimal. Selain itu pembelajaran
73
yang dilaksanakan pada siklus III sudah tidak asing lagi bagi siswa.
Hal itu dapat dilihat dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
yang mengamati minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dari
hasil belajar siswa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal, terbukti dari 33 siswa 29 siswa (87,9%) tuntas
dan 4 siswa (12,1%) tidak tuntas. Bahkan pada standar tingkat
nasional sudah mencapai lebih dari 50%, yaitu bisa dilihat dari 33
siswa 22 siswa (66,7%) tuntas. Bahkan pula ada 3 siswa yang
mendapat nilai 100, berarti ada peningkatan yang signifikan
kemampuan siswa terhadap hasil belajar dalam pembelajaran
matematika dengan menggunakan alat peraga tulang napier. Serta
standar keberhasilan pembelajaran manakala dari total siswa 33
minimal 85% telah mencapai KKM individu, maka hasil pada siklus
III ini ada 29
siswa (87,9%) tuntas. Berarti bahwa PTK yang
mengangkat judul upanya peningkatan hasil belajar matematika kelas
IV pada oprasi hitung perkalian menggunakan alat peraga tulang
napier di SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga telah tuntas. Tingkat
keberhasilan tersebut dapat dilihat dari tercapainya target KKM kelas
minimal 85%.
74
b. Refleksi
Setelah adanya pengamatan dalam pembelajaran pada siklus III
didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Siswa sudah mengerti tentang penggunaan alat peraga tulang
napier.
2. Sebagian besar siswa sudah fokus mengikuti instruksi yang
disampaikan guru.
3. Sudah memenuhi target KKM kelas.
4. Sebagian besar siswa sudah benar dalam menjawab soal-soal tes
formatif, ada 3 siswa yang menjawab soal benar semua.
Secara garis besar pelaksanaan siklus III sudah berjalan baik.
Dari hasil belajar siswa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal, terbukti dari 33 siswa 29 siswa (87,9%) tuntas
dan 4 siswa (12,1%) tidak tuntas. Bahkan ada 3 siswa yang mendapat
nilai 100, berarti ada peningkatan yang signifikan kemampuan siswa
dalam hasil belajar siwa pada matematika dengan menggunakan alat
peraga tulang napier pada oprasi hitung perkalian. Pada siklus III ini
sudah dikatakan berhasil baik dilihat dari segi hasil belajar siswa.
75
Tabel 4.5
Perbandingan hasil belajar pada siklus II dan III
Kode
No
Nilai siklus
Nilai
II
siklusIII
Responden
D
1.
A
80
100
20
400
2.
B
60
80
20
400
3.
C
60
80
20
400
4.
D
80
100
20
400
5.
E
60
60
0
0
6.
F
60
80
20
400
7.
G
60
80
20
400
8.
H
60
80
20
400
9.
I
80
80
0
0
10.
J
80
80
0
0
11/
K
40
80
40
1600
12.
L
80
100
20
400
13.
M
40
60
20
400
14.
N
60
60
0
0
15.
O
60
40
-20
400
16.
P
40
60
20
400
76
17.
Q
60
80
20
400
18.
R
80
80
0
0
19.
S
60
60
0
0
20.
T
40
80
40
1600
21.
U
40
80
40
1600
22.
V
60
60
0
0
23.
W
60
40
-20
400
24.
X
60
40
-20
400
25.
Y
60
60
0
0
26.
Z
80
80
0
0
27.
AB
80
80
0
0
28.
CD
80
80
0
0
29.
EF
80
80
0
0
30.
GH
40
40
0
0
31.
IJ
40
80
40
1600
32.
KL
60
60
0
0
33.
MN
40
80
40
1600
2020
2380
360
13600
Jumlah
77
̅
√∑
∑
=
√
=
=
=
√
√
√
= 119.01
Nilai t hitung sebesar 119,01 jika dibandingkan dengan db =
33-1 sebesar 2,040 maka t hitung memiliki nilai yang lebih besar,
artinya terdapat perbedaan antara siklus II dan siklus III.
B. Pembahasan
1. Hasil Rekapitulasi
Dari hasil penelitian tersebut dapat kita lihat dalam rekapitulasi berikut
ini :
a. Hasil rekapitulasi hasil belajar matematika dengan menggunakan alat
peraga tulang napier (hasil beljar).
78
Tabel 4.6
Hasil rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siklus I,II, dan III pada
standar KKM individu/kelas
Pelaksanaan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
10 siswa
25 siswa
29 siswa
(33,3%)
(75,8%)
(87,9%)
23 siswa
8 siswa
4 siswa
(69,7%)
(24,2%)
(12,1%)
Hasil
Tuntas
Tidaktuntas
Tabel 4.7
Hasil rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siklus I,II, dan III pada
standar KKM nasional/ideal
Pelaksanaan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
12 siswa
22 siswa
(36,3%)
(66,7%)
29 siswa
21 siswa
11 siswa
(87,9%)
(63,7%)
(33,3%)
Hasil
Tuntas
Tidaktuntas
4 siswa (12,1%)
79
Tabel 4.8
Rekapitulasi perbandingan hasil belajar siklus I,II, dan III
No
Kode
Nilai siklis
Nilai siklus
Nilai siklus
Responden
I
II
III
1.
A
90
80
100
2.
B
0
60
80
3.
C
40
60
80
4.
D
90
80
100
5.
E
50
60
60
6.
F
0
60
80
7.
G
60
60
80
8.
H
40
60
80
9.
I
30
80
80
10.
J
80
80
80
11/
K
50
40
80
12.
L
50
80
100
13.
M
40
40
60
14.
N
60
60
60
15.
O
50
60
40
16.
P
40
40
60
17.
Q
40
60
80
80
18.
R
70
80
80
19.
S
60
60
60
20.
T
30
40
80
21.
U
40
40
80
22.
V
40
60
60
23.
W
50
60
40
24.
X
0
60
40
25.
Y
60
60
60
26.
Z
60
80
80
27.
AB
40
80
80
28.
CD
40
80
80
29.
EF
80
80
80
30.
GH
30
40
40
31.
IJ
30
40
80
32.
KL
40
60
60
33.
MN
30
40
80
Jumlah
1510
2020
2380
Rata-rata
45,75
61,21
72,12
81
2. Kondisi Awal
Dari hasi pengamatan saya, ternyata pembelajaran matematika di SDN
Sidorejo Lor 06 Salatiga Tahun 2014 sebelumnya tidak menggunakan alat
peraga sama sekali, guru hanya mengajarkan perkalian dengan cara
menyimpan. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab kenapa hasil belajar
siswa pada mata pelajaran matematika di sekolah tersebut rendah. padahal
guru dituntut agar bisa lebih kreatif lagi dalam pelaksanaan pembelajaran.
Ada sebagian siswa yang belum bisa atau belum mampu dalam mengerjakan
soal perkalian. Hasil belajarnya pun juga kurang dari Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) yang telah ditentukan.
3. Kondisi Akhir
Setelah diadakannya pembelajaran Matematika dengan menggunakan
alat peraga Tulang Napier di SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga Tahun 2014 dapat
kita lihat ternyata minat siswa dalam mengikuti pelajaran Matematika cukup
tinggi, karena ada hal yang baru dalam pembelajaran tersebut, meskipun pada
awalnya (siklus I) hanya beberapa siswa saja yang memperhatikan dan hasil
belajar pada tes formatif juga masih kurang dari KKM yang telah ditentukan,
itu dikarenakan adanya sesuatu alat peraga yang baru mereka kenal.
82
Akan tetapi setelah diadakannya siklus II hasil belajar siswa dalam
mengikuti pembelajaran Matematika sudah terlihat, hal ini dapat dilihat sudah
lebih dari 50% siswa fokus mengikuti pembelajaran Matematika dengan
menggunakan alat peraga Tulang Napier. Hal ini dikarenakan guru telah
mengadakan sosialisasi terlebih dahulu terhadap siswa sebelum pembelajaran
dimulai. Bahwa pembelajaran Matematika pada oprasi hitung perkalian
menggunakan alat peraga Tulang Napier, akan mempermudah siswa dalam
mengerjakan soal-soal. Tingkat hasil belajar siswa pun meningkat, halini
terlihat dari hasi tes formatif yang telah dilakukan, lebih dari 50% siswa
tuntas dalam belajar.
Pada siklus III siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran Matematika
dengan menggunakan alat peraga Tulang Napier, sehingga guru hanya fokus
dalam mengamati siswa dan mengkoreksi hasil kerja siswa. Sebagian siswa
fokus dalam mengikuti pembelajaran Matematika hanya satu dua siswa yang
masih bercanda dan main-main dengan temannya. Dan hanya ada satu dua
anak pula yang nilai masih terlihat kurang dari target KKM yang ditentukan,
hal tersebut karena siswa tersebut adalah siswa pindahan dari sekolah lain.
Dan dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan, kemampuan siswa tersebut
kurang, baik dari menulis, prilalaku serta mental anak.
Dari 33 siswa 29 siswa atau 87,9% sudah memperoleh nilai sesuai
dengan KKM yang telah ditentukan bahkan ada 3 siswa yang mendapatkan
83
nilai sempurna yaitu 100. Berarti bahwa PTK yang mengangkat judul upanya
peningkatan hasil belajar matematika kelas IV pada oprasi hitung perkalian
menggunakan alat peraga tulang napier di SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga
telah tuntas. Tingkat keberhasilan tersebut dapat dilihat dari tercapainya target
KKM kelas minimal 85%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran
Matematika dengan menggunakan alat peraga Tulang Napier dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Matematika.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang diperoleh dari
penulis dengan judul “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada
Operasi Hitung Perkalian Menggunakan Alat Peraga Tulang Napier Pada Siswa
Kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga 2014”. Pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga Tulang Napier ini dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran MATEMATIKA pada pokok bahasan operasi hitung
perkalian pada siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga. Hal ini dapat
dilihat dari presentase hasil belajar yang meningkat dari para siswa yang dapat
dilihat dari hasil pembelajaran siklus I, II dan siklus III.
Pada pengamatan yang dilakukan dalam siklus I dilanjutkan dengan tes
formaif didapatkan data berupa hasil rata-rata kelas yaitu 45,75. Pada siklus II
rata-rata hasil tes formaif siswa 61,21 dan adanya perbedaan antara siklus I dan II
membuktika adanya peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus III rata-rata hasil
tes formaif adalah 72,12
Sedangkan pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang
dicapai oleh siswa sudah tercapai sesuai dengan standar pencapaian KKM kelas
yaitu 87,9 % .
85
Jadi pembelajaran matematika pada pokok bahasan oprasi hitung
perkalian dapat meningkatkan minat serta hasilbelajar siswa pada kelas IV SDN
Sidorejo Lor 06 Salatiga.
B. Saran-saran
1. Kepada para guru sebaiknya lebih kreatif lagi dalam pengelolaan
pembelajaran di kelas sehingga siswa lebih bersemangat dan lebih memahami
materi dengan mudah, serta siswa tidak mengalami rasa kejenuhan di dalam
kelas
2. Memberikan peluang dan motivasi kepada guru untuk meningkatkan mutu
pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.
3. Agar memberikan kesempatan kepada guru dalam mengembangkan
profesinya sehingga dapat meningkatkan kinerja dalam mengelola peserta
didik dan kinerjanya dalam pembelajaran.
4. Sebelum melaksanakan pembelajaran, sebaiknya guru menyiapkan segala
kebutuhan baik itu metode, media maupun alat peraga sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
86
Abdurrohman. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan belajar. Jakarta : Rineka
Cipta
Ahmad Susanto. 2013. Teori belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Arikunto, Suharsini. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Baharudin, Wahyuni. 2008. Teori belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media
DEPAG RI, 2002. Progam Guru Mata Pelajaran Matematika Mi
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Erawati, DKK. 2011. Teori-Teori belajar. Salatiga: STAIN Pres.
Mujiono dan Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Rostiyan. 1986. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta : PT. Bina Aksara
Sriyanto. 2007. Stategi Sukses Menguasai Matematika. Jogjakarta : Indonesia Cerdas
Suyadi. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta : Diva pres
Wiriatmadja. 2008. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
http://www.alatperagatulangnapier.com/2010/10/alat-peraga-tulang-napier.html,
diakses 14 Agustus 2014 pukul 14.15 WIB.
87
http://www.hasiltesguru.com/2012/04/pengertian-hasil-belajar.html,
diakses
Agustus 2014 pukul 13.30 WIB
http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-matematika-menurut-ahli.html,
diakses 14 Agustus 2014 pukul 14.15 WIB.
88
23
89
90
91
92
Nama
: Ahmad Alfiyan Fakhroni
Program Studi
: PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah)
Nim
: 11510055
Dosen PA
: Miftachur Rif’ah Mahmud, M.Ag.
Jurusan
: Tarbiyah
NO
1.
2.
3.
KEGIATAN
OPAK STAIN
SALATIGA 2010
WAKTU
KEGIATAN
AGUSTUS
3
PESERTA
3
PESERTA
3
PESERTA
6
PESERTA
5
PAM-PLN
2010
20-25
OLEH PERPUS STAI
SEPTEMBE
SALATIGA
R 2010
KE-20
KETERANGAN
25-27
USER EDUCATION
PLCPP XX RACANA
POINT
8-11
OKTOBER
2010
WORKSHOP KOPMA
FATAWA 2010
4.
“NATIONAL
19
WORKSHOP OF
DESEMBER
ENTREPENEURSHIP
2010
AND BASIC
COOPERATION “
5
KURSUS PEMBINA
25-30
PRAMUKA MAHIR
JANUARI
TINGKAT LANJUTAN
2011
93
(KML) KE-3 Se-JAWA
SEMINAR POLITIK
OLEH DEMA Dengan
6.
Tema “ Pilwakot Yang
27 JANUARI
Ideal Untuk Masa Depan
2011
3
PESERTA
Salatiga Yang Lebih
Baik”
7.
REKA KERJA “ Temu
Prestasi dan Penegak “
18-20
FEBRUARI
3
REKA KERJA
2011
LATGAB PERTI Se-
8.
JAWA BRIGSUS
25-27
NOGO SOSRO SABUK
FEBRUARI
INTEN DAN BRIGSUS
2011
3
PESERTA
4
JURI
3
LITBANG
4
PANITIA
NAGA SANDHI
JURI “ Galang Tangkas
9.
se-Eks Karisidenan
Surakarta”
7-8 MEI
2011
SK KETUA STAIN
SALATIGA
“ Pengangkatan
10.
Pengurus Racana
Kusuma Dilaga – Woro
23 MARET
2011
Srikandi Masa Bakti
2011/2012”
11.
PLCPP Ke-21
30
RACANA KUSUMA
SEPTEMBE
94
DILAGA WORO
R–3
SRIKANDI
OKTOBER
2011
LATGAB Se- JAWA
12.
BRIGSUS NAGA
5-7 APRIL
SANDI – NOGO
2012
4
PANITIA
20 MEI 2012
6
PESERTA
17 MEI 2012
2
PESERTA
19 MEI 2012
6
PESERTA
4
JURI
3
PESERTA
6
PESERTA
SOSRO SABUK INTEN
SEMINAR MASIONAL
13.
KRISTOLOGI DAN
TABLIG AKBAR
BEDAH BUKU LDK
14.
STAIN SALATIGA
“ Dari Minder Jadi Super
“
SEMINAR NASIONAL
PENDIDIKAN HMJ
15.
“ Pendidikan
Multikultutural Sebagai
Pilar Karakter Bangsa”
GALANG TANGKAS
15.
Ki/Nyi AHMAD
DAHLAN UMS
16.
SEMINAR BAHASA
OLEH ITTAQO
26-27 MEI
2012
2 JUNI 2012
PWN PERGURUAN
17.
TINGGI AGAMA
1-7 JUNI
ISLAM IX TAHUN
2012
2012 BATAM,
95
KEPUALAUAN RIAU
ARR RACANA KE-14
18.
STAIN SALATIGA
OPAK STAIN 2012
3-7
AGUSTUS
2012
4
PANITIA
3
PANITIA
5
PESERTA
3
PESERTA
3
PESERTA
4
PESERTA
3
KAREKA
5-7
19.
OPAK STAIN 2012
SEPTEMBE
R 2012
20.
21.
KMD KWARTIR
12-17
CABANG
NOVEMBE
SUKOHARJO
R 2012
WORKSHOP
26
PENELITIAN oleh
NOVEMBE
DINAMIKA
R 2012
PERTANDINGAN
FUTSAL
23.
PERSAHABATAN
RACANA Se- KOTA
SEMARANG DAN
1
DESEMBER
2012
SEKITARNYA
KEMAH BAKTI Ke-V
24.
RACANA Se – JAWA
12 – 13
TENGAN DAN
JANUARI
PENEGAK Se -
2013
JEPARA
25.
KMD RACANA STAIN
SALATIGA
27 MARET –
1 APRIL
2013
96
LATGAB BRIGSUS
26.
PERGURUAN TINGGI
Ke VIII
27.
28.
29.
ARR RACANA XV
4- 6 MEI
2013
25 – 28 JULI
2013
PLCPP Ke- 23
20 -23
RACANA STAIN
SEPTEMBE
SALATIGA
R 2013
TPPP Ke- 2 RACANA
STAIN SALATIGA
4
SATGAS
4
REKA KERJA
4
REKA KERJA
3
REKA KERJA
6
PESERTA
5–6
OKTOBER
2013
SEMINAR NASIONAL
30.
HMJ TARBIYAH
18
“Guru Kreatif Dalam
NOVEMBE
Implementasi Kurikulum
R 2013
2013”
97
98
Download