Industri Hijau Makin Vital Katrol Daya Saing Hasilkan Produk Ramah Lingkungan Kamis, 22/05/2014 NERACA Semarang - Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri (BPKIMI), Arryanto Sagala mengatakan, meskipun pembangunan industri telah memberikan dampak positif, namun pembangunan industri juga memberikan dampak yang negatif terhadap lingkungan. Pasalnya, dalam skala makro terjadi ketimpangan pembangunan industri dimana Pulau Jawa menjadi terlalu berkembang, sementara daerah di luar Pulau Jawa relatif tertinggal. Pada skala mikro, terjadi degradasi kualitas lingkungan sebagai akibat pemanfaatan sumber daya alam yang tidak efisien dan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah industri. “Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka tuntutan untuk mendukung beralihnya sektor industri nasional dari business as ussualmenjadi industri yang berwawasan lingkungan telah menjadi isu penting dan mutlak untuk segera dilaksanakan guna tercapainya efisiensi produksi serta menghasilkan produk yang ramah lingkungan," ujar Arryanto saat membuka, acara pembukaan “Seminar Nasional Teknologi Industri Hijau 1” di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (21/5). Lebih lanjut, Kepala BPKIMI mengatakan saat ini tuntutan untuk menghasilkan produk ramah lingkungan (green product) melalui penerapan konsep industri hijau (green industry) menjadi isu yang semakin penting dan strategis guna peningkatan daya saing, mulai dari pengadaan dan penggunaan material input yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan menggunakan mesin atau teknologi ramah lingkungan serta penanganan limbah yang efektif. "Pengembangan dapat dilakukan melalui beberapa penerapan seperti produksi bersih (cleaner production), konservasi energi, efisiensi sumberdaya (resource efficiency), ecodesign, proses daur ulang, dan teknologi industri hijau (low-carbon technology), penerapan teknologi industri hijau dapat dilakukan antara lain melalui inovasi teknologi yang berbasis nano teknologi dan bioteknologi," papar Arryanto. Menurutnya, bila ditinjau dari segi biaya dan waktu, operasional proses industri dalam jangka pendek penerapan industri hijau cenderung memerlukan investasi yang besar karena perlu penyesuaian teknologi dengan mengganti/modifikasi/penambahan peralatan, namun dalam jangka panjang biaya produksi akan menjadi lebih efisien. Sehingga bisa mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dan pasar yang lebih luas karena investasi dalam pengadaan mesin dan teknologi ramah lingkungan ini akan digantikan oleh tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Saat ini Gerakan industri hijau bukan hal mustahil dilakukan, karena bukan merupakan cost tapi menjadi asset bagi industri, step by step industri nasional harus mengimplementasikan. Ada dua bentuk strategi pendekatan menuju industri hijau, yaitu Mengembangkan Industri yang sudah ada menuju Industri Hijau (Greening of Existing Industries), membangun Industri baru dengan prinsip Industri Hijau (Creation of New Green Industries). Mengingat hal tersebut, Kementerian Perindustrian terus berupaya mengembangkan industri hijau dengan menetapkan industri hijau sebagai salah satu tujuan pembangunan industri yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Selain itu kemenperin juga sedang menyusun Standar Industri Hijau yang akan dirumuskan menurut jenis/komoditi industri dan pada tahap awal, Standar Industri Hijau akan diberlakukan secara sukarela, selanjutnya secara bertahap diberlakukan secara wajib, ketika semua infrastruktur pendukung industri hijau dan pelaku industri telah siap dan perusahaan yang tidak dapat memenuhi standar industri hijau akan dikenakan sanksi. Guna mendukung gerakan tersebut maka Seminar Nasional Teknologi Industri Hijau 1 yang bertema “Litbangyasa untuk Mendukung Realisasi Industri Hijau” diharapkan menjadi forum yang memberikan kesempatan bagi para peneliti, perekayasa, praktisi industri, ilmuwan dan para akademisi untuk mempresentasikan hasil penelitian/pengembangan/perekayasaan/kajian yang telah dilakukan. Penyampaian segala temuan maupun gagasan yang terkait industri hijau diharapkan dapat mempercepat penerapan industri hijau dan dapat menunjang pencapaian program Pemerintah yaitu MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025). Pembangunan industri berdampak positif dalam skala makro yang terlihat dari hasil-hasil pembangunan industri yang ditunjukkan dalam share Produk Domestik Bruto (PDB), share export, dan terciptanya peluang kerja. Sedangkan dalam skala mikro dapat dilihat dari terjadinya percepatan pertumbuhan fisik dan terciptanya kesempatan kerja bagi daerah sekitar. “Pada tahun 2013, penyerapan tenaga kerja oleh sektor industri mencapai 14,88 juta orang,”katanya. Dtempat yang sama, Kepala Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI), Sudarto mengatakan negara yang membangun industri hijaunya dengan bagus sampai saat ini adalah Korea Selatan (Korsel). “Kita memang belajar ke sana untuk membangun industri hijau ini,” kata dia. Menurutnya saat ini, tuntutan untuk menghasilkan produk ramah lingkungan menjadi isu yang semakin penting dan strategis untuk peningkatan daya saing. Di tambah lagi, kata dia, tren pasar global yang semakin mengarah pada produk ramah lingkungan merupakan peluang yang perlu segera diantisipasi sekaligus dimanfaatkan industri nasional. Pasalnya, selain dapat meningkatkan industri nasional, juga sebagai benteng terhadap masuknya produk impor. Sumber: http://www.neraca.co.id/article/41712/Industri-Hijau-Makin-Vital-Katrol-DayaSaing