MODUL PERKULIAHAN Business Ethic And Good Governance Management : Performance Fakultas Program Studi FEB Magister Manajemen Tatap Muka 14 Kode MK Disusun Oleh MK35040 Cecep Winata Abstract Kompetensi Kinerja sebuah perusahaan dinilai berdasarkan kinerja manajemennya Mahasiswa diharapkan mampu memahami kierja perusahaan yang didasarkan knerja manajemennya Pembahasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja merupakan suatu prstasi atau tingkat keberhasilan yang dicapai oleh individu atau organisasi dalam melaksanakan pekerjaan pada suatu periode tertentu. Kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu prestasi yang dicapai dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dalam suatu periode. Peningkatan kinerja tidak dapat terwujud apabila tidak ada pengelolaan atau manajemen yang baik, yang dapat mendorong upaya-upaya institusi untuk meningkatkan kinerja. Pangastuti (2008-28) mengungkapkan “ bahwah usaha-usaha manejemen kinerja ditunjukan untuk mendorong kinerja dalam mencapai tingkat tertinggi organisasi”. Lebih lanjut, (Propper dan Wilson, 2003) menyebutkan bahwa manajemen kinerja dapat meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Manajemen berbasis kinerja adalah proses perencaan, pengukuran, penilaian dan evaluasi kinerja pegawai untuk mewujudkan tujuan organisasi serta mengobtimalkan potensi diri pegawai. Manajemen kinerja merupakan suatu siklus yang harus dibangun secara berkelanjutan dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja baik pegawai maupun organisasi secara keseluruhan. Praktikpraktik manajemen berbasis kinerja melibatkan spesifikasi sasaran yang hendak dicapai, alokasi sumber daya, mengukur serta mengevaluasi kinerja (Kloot, 1999). Spesifikasi sasaran merupakan elemen penting dalam menyusun kebijakan dan program dimana kebijakan dan program disusun untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Peningkatkan kinerja dapat diukur/dinilai dengan adanya system pengukuran kinerja. Ginting (2009) mengindikasikan bahwa penilaian kinerja dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Robertson (dalam Mahmudi, 2005) mengungkapkan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian 2012 2 Business Ethic and Good Governance Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kemajuan pekerjaan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yagn telah ditentukan, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa, perbandingan hasil kegiatan dengan target, dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan. 2012 3 Business Ethic and Good Governance Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id PEMBAHASAAN 1.2 Management Perfomance Manajemen perfomance terdiri dari kata manajemen dan perfomance (kinerja). Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan sebelumnya (James A.F.Stoner, 2006: Organisasi.org) sedangkan kinerja Menurut Moeheriono (2009:60), adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi Manajemen perfomance adalah rangkaian kegiatan untuk mengidentifikasi,mendorong, mengukur, mengevaluasi, meningkatkan dan memberikan penghargaan atau hukuman kepada karyawan atas kinerja karyawan. Menurut Hendry, Bradley dan Perkins (1997) adalah suatu pendekatan sistematik untuk meningkatkan kinerja individu atau tim dalam mencapai tujuan atau target organisasi. Sedangkan menurut Moeheriono (2009:60), pengertian kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Menurut Dessler (2003:322) definisi Manajemen Kinerja adalah: Proses mengonsolidasikan penetapan tujuan, penilaian, dan pengembangan kinerja ke dalam satu sistem tunggal bersama, yang bertujuan memastikan kinerja karyawan mendukung tujuan strategis perusahaan. Menurut Udekusuma (2007) Manajemen kinerja adalah suatu proses manajemen yang dirancang untuk menghubungkan tujuan organisasi dengan tujuan individu sedemikian rupa, sehingga baik tujuan individu maupun tujuan perusahaan dapat bertemu. Dalam hal ini bagi pekerja bukan 2012 4 Business Ethic and Good Governance Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id hanya tujuan individunya yang tercapai tetapi juga ikut berperan dalam pencapaian tujuan organisasi, yang membuat dirinya termotivasi serta mendapat kepuasan yang lebih besar. 1.3 Pandangan Dasar Sistem Manajemen Kinerja Bacal (1998) mengungkapkan lima pandangan dasar dalam sistem manajemen kinerja. 1. Model integratif untuk kinerja organisasi. Pada pandangan ini, manajemen kinerja sebagai suatu struktur sistem integratif yang saling berkesinambungan antar aspek. Sehingga, keberhasilan manajemen kinerja ditentukan oleh keseluruhan aspek yang ada dalam suatu organisasi, tidak ditentukan bagian per bagian. 2. Fokus pada proses dan hasil. Manajemen kinerja menjadi suatu sistem yang tidak hanya berorientasi pada hasil (pandangan tradisional). Proses menjadi salah satu aspek penunjang yang penting dalam penentuan hasil yang baik. 3. Keterlibatan pihak yang berkaitan dalam pencapaian tujuan. Pekerja sebagai subyek utama yang melakukan proses bisnis organisasi secara langsung. Maka dari itu, keterlibatan pihak yang berkaitan (pekerja) menjadi penunjang dalam pencapaian tujuan organisasi. 4. Penilaian kinerja objektif dan mengena pada sasaran. Manajemen kinerja mencakup penilaian kinerja objektif dan sesuai dengan sasaran tiap bagian organisasi yang berkaitan. Akhirnya, hal ini berpotensi pada dampak positif dari penilaian kinerja yang sukses dan terstruktur. 5. Evaluasi dan pembelajaran antara atasan dan bawahan. Manajemen kinerja yang baik mampu menyediakan suatu hasil evaluasi kinerja terukur. Hasil evaluasi dapat memberikan informasi pada pihak terkait (atasan maupun bawahan). Informasi mengenai hasil evaluasi dapat menjadi sarana pembelajaran dan penentu tindakan perbaikan di masa mendatang. 1.4 2012 Tahapan Manajemen Kinerja 5 Business Ethic and Good Governance Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tahapan Manajemen Kinerja Menurut Williams (1998), terdapat empat tahapan utama dalam pelaksanaan manajemen kinerja. Tahapan ini menjadi suatu siklus manajemen kinerja yang saling berhubungan dan menyokong satu dengan yang lain. 1. Tahap pertama: directing/planning. Tahap pertama merupakan tahap identifikasi perilaku kerja dan dasar/basis pengukuran kinerja. Kemudian, dilakukan pengarahan konkret terhadap perilaku kerja dan perencanaan terhadap target yang akan dicapai, kapan dicapai, dan bantuan yang akan dibutuhkan. Indikator-indikator target juga didefinisikan di tahap ini. Menurut Khera (1998), penentuan target/goal akan efektif bila mengadopsi SMART. SMART merupakan singkatan dari Spesific, Measureable, Achievable, Realistic, dan Timebound (dalam Ilyas, 2006, p. 28). Sebuah target harus jelas apa yang akan dicapai dan bagaimana mencapainya (spesific), terukur keberhasilannya (measureable) dan orang lain dapat memahami/melihat keberhasilannya. Target harus memungkinkan untuk dicapai, tidak terlalu rendah atau berlebihan (achievable), masuk akal dan sesuai kondisi/realita (realistic), serta jelas sasaran waktunya (timebound). 2. Tahap kedua: managing/supporting. Tahap kedua merupakan penerapan monitoring pada proses organisasi. Tahap ini berfokus pada manage, dukungan, dan pengendalian terhadap jalannya proses agar tetap berada pada jalurnya. Jalur yang dimaksudkan disini adalah kriteria maupun proses kerja yang sesuai dengan prosedur berlaku dalam suatu organisasi. 3. Tahap ketiga: review/appraising. Tahap ketiga mencakup langkah evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan flashback/review kinerja yang telah dilaksanakan. Setelah itu, kinerja dinilai/diukur (appraising). Tahap ini memerlukan dokumentasi/record data yang berkaitan dengan obyek yang dievaluasi. Evaluator harus bersifat obyektif dan netral agar didapat hasil evaluasi yang valid. 4. Tahap keempat: developing/rewarding. Tahap keempat berfokus pada pengembangan dan penghargaan. Hasil evaluasi menjadi pedoman penentu keputusan terhadap action yang dilakukan 2012 6 selanjutnya. Keputusan Business Ethic and Good Governance Cecep Winata dapat berupa Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id langkah perbaikan, pemberian reward/punishment, melanjutkan suatu kegiatan/prosedur yang telah ada, dan penetapan anggaran. 1.5 Proses Manajeman Kinerja Empat langkah pokok dalam proses manajemen kinerja, yaitu : 1. Merencanakan manajemen kinerja. 2. Mengelola kinerja. 3. Meninjau kinerja. 4. Penilaian Kinerja. 1.5.1 Merencanakan Manajemen Kinerja Merencanakan manajemen Kinerja adalah proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana organisasi melalui berbagai kegiatan tahunan. Bagian-bagian penting dari merencanakan kinerja adalah mengidentifikasi bantuan yang disediakan manajer, mengidentifikasi kendala-kendala yang menghambat pencapaian serta cara-cara mengatasinnya, mengembangkan pemahaman bersama tentang arti penting realatif dari tugas-tugas kerja(prioritas) dan tingkat kewenangan. Menurut Wibisono (2006:26), terdapat empat kaidah dalam perancangan sistem manajemen kinerja yaitu: Mudah dimengerti Beriorentasi jangka panjang Berdasarkan atas basis waktu (umpan balik sesegera mungkin) Menggunakan pendekatan kuantitatif untuk memudahkan dalam menindak lanjuti perbaikan yang akan dilakukan. 1.5.2 Mengelola kinerja Proses pengelolaan kinerja merupakan hal dasar yang harus diketahui oleh pihak manajemen suatu perusahaan sebelum melakukan tahap- tahap lainnya seperti tahap penilaian dan evaluasi. Misalnya untuk dapat melakukan pengukuran terhadap kinerja, perlu diketahui terlebih 2012 7 Business Ethic and Good Governance Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dahulu mengenai proses atau cara kerja dari Kinerja. Dengan demikian dapat diketahui apakah proses pengelolaan kinerja suatu perusahaan sudah berjalan dengan semestinya atau belum dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Menurut Baird (1986) Tahapan proses mengelola kinerja adalah: 1. Defining the Desired Results (The Goal) Menetapkan Hasil (Tujuan) yang ingin dicapai. Jalan terbaik yang mempengaruhi pencapaian adalah dengan menetapkan secara jelas tujuan yang diinginkan. Dengan demikian, karyawan dapat melihat tujuan dari aktivitas mereka dan dapat memenuhi hasil sesuai yang diharapkan. 2. Communicating Performance Expectations Mengkomunikasikan harapan dari kinerja. Komunikasi harapan kinerja terdiri dari berbagai bentuk: mendeskripsikan tujuan akhir, menjelaskan apa yang perlu dilakukan, menjelaskan hasil terlebih dahulu, 3. Specifying and Managing the dan sebagainya.Activities to Be Performed. Menentukan dan mengelola aktivitas yang akan dilakukan. Upaya dan keahlian dari pekerja dapat difokuskan dan diarahkan dengan jenis aktivitas yang mereka minta, sehingga dapat ditetapkan orang- orang yang mampu mengerjakan. 4. Controlling Rewards the Person Receives. Mengontrol penghargaan yang diterima seseorang. Mengontrol penghargaan merupakan hal lazim yang dapat mempengaruhi motivasi. Asumsinya adalah setiap individu menginginkan penghargaan sebagai hasil pencapaian pribadi atas suatu aktivitas dan memperoleh kepuasan dari perolehan tersebut. 5. Controlling Information about Results. 2012 8 Business Ethic and Good Governance Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Mengelola informasi mengenai Hasil. Sering tidaknya umpan balik (feedback) memiliki pengaruh yang besar terhadap apa yang dilakukan karyawan karena memberikan pengalaman sukses maupun gagal sehingga dapat mengarahkan aktivitas mereka ke arah yang benar. Manajemen harus mengelola setiap langkah dari Proses pengelolaan kinerja dengan melakukan tindakan: Menciptakan cara yang efektif untuk mengkomunikasikan tujuan baru. Mempertimbangkan secara teliti bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan agar tujuan dapat tercapai, mendesain pekerjaan sehingga karyawan dapat saling berhubungan dan dapat menjadi lebih produktif, serta melakukan penilaian terhadap teknologi dan peralatan yang digunakan apakah perubahan pada area tersebut dapat meningkatkan kinerja. Melakukan pengawasan secara konstan terhadap perkembangan-perkembangan yang terjadi, apakah karyawan telah melakukan tugasnya serta perubahan apa yang perlu dibuat. 1.5.3 Meninjau kinerja. Peninjauan kinerja atau menilai kinerja merupakan bagian dari proses manajemen kinerja. Proses ini dilaksanakan pada setiap karyawan dan setiap pegawai berhak mengetahui bagaimana kinerja mereka dan manajemen berkewajiban memberi tahu mereka. Penilaian kinerja atau penilaian performance sering pula dikenal dengan istilah performance appraisal merupakan proses yang dilakukan organisasi untuk mengevaluasi performance pekerjaan. Penilaian ( appraisal ) seharusnya menghasilkan gambaran akurat dari performance pekerjaan secara individu. Ukuran kinerja merupakan ukuran atau standar kinerja yang dapat diandalkan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja. Agar terjadi penilaian yang kritis dalam menentukan kinerja, ukuran yang handal juga hendaknya dapat dibandingkan dengan cara lain dengan standar yang sama untuk mencapai kesimpulan sama tentang kinerja sehingga dapat menambah reliabilitas sistem penilaian. Ukuran kinerja yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 2012 9 Business Ethic and Good Governance Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id • Praktis, keterkaitan langsung dengan pekerjaan seseorang adalah bahwa penilaian ditujukan pada perilaku dan sikp yang menentukan keberhasilan menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. • Kejelasan standar, standar adalah merupakan tolak ukur seseorang dalam melakukan pekerjaannya. • Kriteria yang objektif. Kriteria yang dimaksud adalah ukuran-ukuran yang memenuhi persyaratan seperti mudah digunakan, handal, dan memberikan informasi tentang perilaku kritikal yang menentukan keberhasilan dalam melaksanakan pekerjaan Instrumen penilaian kinerja harus memenuhi syarat-syarat reliability, relevance, sensitivity, dan practicality. 1.5.4 Penilaian Kinerja Penilaian kinerja (Performance Appraisal) adalah proses evaluasi seberapa baik seorang karyawan mengerjakan pekerjakan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar dan kemudian mengkomunikasikannya dengan para karyawan. Penilaian kinerja ( performance appraisal ) kedengarannya cukup sederhana dan riset menunjukkan penggunaannya yang luas untuk mengadministrasi honor dan gaji, memberi umpan balik kinerja dan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan karyawan. Beberapa penggunaan dari performance appraisal yakni penggunaan administratif (kompensasi, promosi, pemberhentian, pengembangan(mengidentifikasi pengurangan kekuatan, dan mengidentifikasi PHK) bagian dan penggunaan untuk ditingkatkan, perencanaan pengembangan dan pembinaan dan perencanaan karier). Kinerja adalah suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang, sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kinerja juga merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya di perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan dan tujuan individu. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuannya.Jadi 2012 10 Business Ethic and Good Governance Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran ditempat kerja, dan sikap kooperatif. Evaluasi performance memerlukan performance standars. Standar-standar ini merupakan tanda untuk menentukan nilai performance yang diukur. Agar efektif standar perlu berhubungan dengan hasil yg diinginkan dari tiap pekerjaan. Hal tersebut dapat diuraikan dari analisis pekerjaan dengan menganalisis hubungannya dengan kinerja karyawan sekarang. Suatu perusahaan melakukan penilaian kerja didasarkan pada dua alasan pokok yaitu (1) manajer memerlukan evaluasi yang objektif terhadap kinerja karyawan pada masa lalu yang digunakan untuk membut keputusan di bidang SDM di masa yang akan datang, (2) Manajer memerlukan alat yang memungkinkan untuk membantu karyawannya memperbaiki kinerja, merencanakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk perkembangan karier dan memperkuat kualitas hubungan antara manajer yang dengan karyawannya. Selain itu penilaian kinerja dapat digunakan untuk ; 1. Mengetahui pengembangan, yang meliputi (a) identifikasi kebutuhan pelatihan, (b) umpan balik kinerja, (c) menentukan transfer dan penugasan, (d) identifikasi kekuatan dan kelemahan karyawan. 2. Pengambiln keputusan administratif yang meliputi; (a) keputusan untuk menentukan gaji, promosi, mempertahankan atau memberhentikan karyawan, (b) pengakuan kinerja karyawan, (c) pemutusan hubungan kerja. 3. Keperluan perusahaan yang meliputi; (a) perencanaan SDM, (b) menentukan kebutuhan pelatihan, (c) evaluasi pencapaian tujuan perusahaan, (d) informasi untuk identifikasi tujuan, (e) evaluasi terhadap sistem SDM dan (f) penguatan terhadap kebutuhan pengembangan perusahaan. 4. Dokumentasi yang meliputi; (a) kriteria untuk validasi penelitian, (b) dokumentasi keputusankeputusan tentang SDM, (c) membantu untuk memenuhi persyaratan hukum. 2012 11 Business Ethic and Good Governance Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sehubungan dengan pentingnya penilaian kinerja maka karyawan harus didorong untuk meninjau kinerja mereka sendiri dan memberi pendapat mengenai pekerjaan yang telah dilakukannya. Langkah-langkah dalam menilai kinerja terdiri atas : 1. Mendefinisikan pekerjaan, yaitu memastikan pekerjaan atasan dan bawahan 2. Menilai kinerja, berarti membandingkan kinerja aktual bawahan 3. Umpan balik, yaitu pembahasan kinerja atasan dan bawahan 1.6. Coaching Coaching adalah proses pengarahan yang dilakukan atasan atau senior untuk melatih dan memberikan orientasi kepada bawahannya tentang realitas di tempat kerja dan membantu mengatasi hambatan dalam mencapai prestasi kerja yang optimal. Kegiatan ini sangat tepat diberikan kepada orang baru, orang yang menghadapi pekerjaan baru, orang yang sedang menghadapi masalah prestasi kerja atau orang yang menginginkan pembinaan kinerja yang telah berhasil untuk memperbaiki kinerja yang bermasalah. Secara detil, terdapat lima langkah utama dalam melakukan performance coaching, yakni : Langkah 1 : Memetakan Masalah Kinerja secara Professional Saat Anda menggambarkan permasalahan, Anda harus lebih spesifik. Sebaiknya menunjuk ke level kinerja yang dapat diterima (kuantitas atau kualitas) dan tunjukkan secara langsung kepada karyawan jika hasil mereka tidak sesuai dengan level tersebut. Dengan mengacu ke data-data yang ada dapat membantu Anda dalam menunjukkan permasalahan yang ada kepada karyawan. Penting bagi Anda untuk membuka diskusi ini dengan cara yang positif, bukan dengan cara mengancam. 2012 12 Business Ethic and Good Governance Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Langkah 2 : Mendiskusikan Penyebab Masalah Kita sebaiknay melakukan proses diskusi dengan tetap santai dan bersahabat. Kumpulkan seluruh informasi yang Anda dapatkan mengenai permasalahan yang ada dengan menanyakan pertanyaan terbuka (pertanyaan umumnya dimulai dengan kata-kata seperti “Bagaimana”, “Apa”, “Siapa”, dan “Kapan”) . Pertanyaan ini akan membawa Anda semakin dekat dengan sumber permasalahan. Anda mungkin merasa inilah saatnya untuk menanyakan beberapa pertanyaan secara spesifik yang dirancang untuk memperjelas dan menunjukkan penyebabnya dengan tepat. Ketika karyawan mengungkapkan kekhawatiran atau kefrustasian dalam menjalani faktorfaktor yang tidak dapat dikendalikannya, maka itulah saat yang tepat bagi Anda untuk mendengarkan dan menanggapi dengan empati. Sejumlah faktor penyebab terjadinya kinerja yang tidak optimal antara lain adalah sbb : Faktor ketidakjelasan peran Faktor kompetensi atau kecakapan Faktor sarana kerja Faktor lingkungan kerja Faktor motivasi/masalah pribadi Dari uraian diatas terlihat bahwa masalah kinerja bukan semata karena masalah kompetensi. Ada sejumlah faktor lain yang mungkin menjadi penyebab seperti ketiadan sarana kerja yang mendukung atau kebijakan manajemen yang kurang relevan dengan tantangan yang ada. Identifikasi yang menyeluruh terhadap beragam faktor diatas merupakan bahan yang baik untuk dapat menyusun solusi yang tepat sasaran. Langkah 3 : Mengidentifikasi Solusi yang Mungkin Setelah Anda mengidentifikasi penyebab dari masalah kinerja, Anda akan merasa perlu untuk memutuskan bagaimana memperbaikinya. Karyawan merupakan orang yang terdekat dengan 2012 13 Business Ethic and Good Governance Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id permasalahan – maka tanyalah ide mereka dan catat. Karyawan akan lebih sungguh-sungguh dalam menyelesaikan permasalahan jika dia dapat ikut memberikan solusinya. Langkah 4 : Mengembangkan Rencana Tindakan Pengembangan dan Solusi Setelah ide mengenai solusi diperoleh, maka sebaiknya semua gagasan itu dituliskan secara detil dalam tabel rencana tindakan yang terperinci. Didalamnya disebutkan mengenai jenis tindakan apa yang akan diambil, kapan akan dilaksanakan, siapa saja yang akan terlibat, sumber daya apa yang dibutuhkan, dan juga hasil yang diharapkan dari tindakan tersebut. Langkah 5 : Mengatur Sesi Tindak Lanjut Mengatur tanggal untuk bertemu kembali, mengirim pesan kepada karyawan yang menangani masalah kinerja adalah penting buat Anda. Selain itu juga memberitahu karyawan bahwa Anda ingin mengetahui bagaimana dia menangani yang tindakan yang telah disetujui melewati batas. Pertemuan lanjutan memungkinkan Anda dan karyawan memperoleh waktu bersama-sama untuk mendiskusikan beberapa kemajuan atau permasalahan dan merencanakan tindakan selanjutnya. Manajemen kinerja yang efektif akan memberikan beberapa hasil diantaranya adalah : 1. Tujuan yang jelas bagi organisasi dan proses yang benar untuk mengidentifikasi, mengembangkan, mengukur, dan membahas tujuan. 2. Integrasi antara tujuan secara luas yang dibuat oleh manajemen senior dengan tujuan masing-masing pekerja. 3. Kejelasan yang lebih baik mengenai aspirasi dan tujuan organisasi. 4. Pengembangan ’budaya kinerja’, yang prioritas utamanya terletak pada hasil daripada hanya pada aspek kosmetik fungsi organisasi, seperti penyesuaian terhadap prosedur standar. 5. Pelaksanaan dialog berkelanjutan antara manajemen dengan pekerja. 6. Pengembangan lingkungan yang lebih terbuka. 7. Perusahaan dapat mencapai hasil yang diinginkan dan (8) Mendorong pengembangan pribadi. 2012 14 Business Ethic and Good Governance Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1.7 Tujuan Manajemen Kinerja Tujuan akhir Performance Management adalah mendapatkan kinerja terbaik karyawan dan organisasi untuk mencapai Profit dan Pertumbuhan sambil mengembangkan kompetensi karyawan dalam menghadapi tugas-tugas menantang. Adapun tujuan dari manajemen kinerja adalah (Williams, 1998; Armstrong & Baron, 2005; Wibisono, 2006): Mengatur kinerja organisasi dengan lebih terstruktur dan terorganisir. Mengetahui seberapa efektif dan efisien suatu kinerja organisasi. Membantu penentukan keputusan organisasi yang berkaitan dengan kinerja organisasi, kinerja tiap bagian dalam organisasi, dan kinerja individual. Meningkatkan kemampuan organisasi secara keseluruhan dengan perbaikan berkesinambungan. Mendorong karyawan agar bekerja sesuai prosedur, dengan semangat, dan produktif sehingga hasil kerja optimal. Manajemen kinerja yang efektif akan memberikan beberapa hasil, diantaranya adalah: Tujuan yang jelas bagi organisasi dan proses yang benar untuk mengidentifikasi, mengembangkan, mengukur, dan membahas tujuan. Integrasi antara tujuan secara luas yang dibuat oleh manajemen senior dengan tujuan masing-masing pekerja. 2012 Kejelasan yang lebih baik mengenai aspirasi dan tujuan organisasi. Pelaksanaan dialog berkelanjutan antara manajemen dengan pekerja. Pengembangan lingkungan yang lebih terbuka. Perusahaan dapat mencapai hasil yang diinginkan. Mendorong pengembangan pribadi. 15 Business Ethic and Good Governance Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Definisi ini menyinggung 3 hal penting, yaitu : 1. Sistematis. Pengaturan kinerja organisasi, baik secara individu maupun tim merupakan sebuah sistem yang terpadu dengan sistem lainnya, bukan sebuah aktivitas yang terlepas satu sama lain. 2. Individu atau Tim. Target atau tujuan organisasi harus diturunkan dan dibagi menjadi beberapa tugas kecil per posisi yang tentunya harus mendukung satu sama lain. Maka dari itu, hubungan sebab-akibatnya harus terjaga. 3. Tujuan atau target organisasi. Hanya ada 2 tujuan sebuah organisasi atau perusahaan, yaitu Profit (Keuntungan) dan Growth (Pertumbuhan). Semua hal yang dikerjakan oleh karyawan haruslah mendukung pencapaian kedua hal ini, bila tidak, maka perlu ditinjau ulang dan direvisi. Praktek pendekatan manajemen kinerja di dunia usaha dan industri sangat beragam, tapi bila ditarik benang merahnya dapat terbagi menjadi 4, yaitu : 1. Fase Plan : Performance Planning Membuat rencana kerja yang diselaraskan dengan Sasaran Strategis, Key Performance Indicator (KPI), Standar / Target, Aktivitas perusahaan secara SMART (Spesific, Measurable, Achiveable, Realistic, Time-Oriented). Sifatnya adalah Top Down, artinya CEO / President Director harus membuat target perencanaannya dulu, barulah diturunkan sampai ke level terendah. 2. Fase Do : On Going Feedback & Informal Coaching Melaksanakan rencana kerja dan melakukan pengawasan. Hal penting yang perlu dilakukan adalah memberikan umpan balik (feedback) terhadap karyawan dari atasan yang bersangkutan untuk kembali meluruskan apa yang mungkin tidak sesuai dengan rencana awal. Selain itu, umpan balik sangat penting untuk memberikan motivasi dan me-recharge energi yang mungkin mulai habis. 3. Fase Check : Performance Appraisal & Development Planning 2012 16 Business Ethic and Good Governance Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Mengevaluasi pencapaian kinerja dibandingkan dengan target / rencana kerja. Terlibat pada proses ini adalah Atasan, HRD, dan Top Management, serta karyawan yang bersangkutan. 4. Fase Action : On Going Feedback & Informal Coaching Memberikan penghargaan kepada karyawan atas kinerjanya dan memberikannya catatan pengembangan untuk perbaikan kualitas kerjanya di masa depan. 2012 17 Business Ethic and Good Governance Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 1. en.wikipedia.org/wiki/Performance_management 2. www.acas.org.uk/index.aspx?articleid=4668 3. hrcouncil.ca/hr.../keeping-people-performance-management.cfm 4. http://purnamasetiawan.blogspot.com/2014/10 5. Sadgrove, Kid. 2005. The Complete Guide to Business Risk Management. Gower Publishing Limited: Burlington. 6. https://www.spencerstuart.com/what-we-do/ceo-succession-planning 7. www.heidrick.com/What.../CEO-,-a-,-Executive-Succession-Planning 8. www.investopedia.com/terms/r/riskmanagement.asp 9. www.businessdictionary.com/definition/risk-management.html 10. www.investopedia.com/terms/s/stockoption.asp 11. en.wikipedia.org/wiki/Employee_stock_option 2012 18 Business Ethic and Good Governance Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id