A. Latar Belakang Hokum Perdagangan

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Kewirausahaan,
Etika Profesi dan
Hukum Bisnis
Undang-Undang Perpajakan,
UU Pelarangan Usaha Bidang
Tertentu, Perspektif
Internasional Hukum Bisnis
Fakultas
Program Studi
Pascasarjana
Magister Akuntansi
Tatap Muka
15
Kode MK
Disusun Oleh
550059
Cecep Winata
Abstract
Kompetensi
Undang-Undang Perpajakan mengatur
besarnya pajak dan usaha-usaha yang
kena pajak
Mahasiswa diharapkan mampu
memahami undang-undang perpajakan
termasuk UU Pelarangan usaha tertentu
Pembahasan
UU Perpajakan, UU Pelarangan Usaha Bidang/Produk Tertentu,
Perspektif Hukum Bisnis International
UU PERPAJAKAN
1. Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang ketentuan umum dan
tata cara perpajakan yang berlaku sejak 1 Januari 1984 adalah Undang-undang Nomor 6
tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Undang-undang Nomor
6 tahun 1983 ini dilandasi falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang
didalarnnya tertuang ketentuan yang menjunung tinggi hak warga negara dan menetapkan
kewajiban perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan dan merupakan sarana peran serta
rakyat dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Undang-undang ini
membuat ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang pada prinsipnya berlaku bagi
undang-undang pajak materiil, kecuali dalam undang-undang pajak yang bersangkutan
telah mengatur sendiri mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakannya.
2. Dalam pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun
1984, disadari masih terdapat hal-hal yang belum tertampung sehingga menuntut
perlunya penyempurnaan sejalan dengan perkembangan sosial ekonomi dan
kebijaksanaan pemerintah Selain itu harapan masyarakat terhadap adanya aparatur
perpajakan yang makin mampu dan bersih, tetap diperhatikan dalam berbagai ketentuan
yang bersifat pengawasan dalain Undang-undang ini.
3. Falsafah dan landasan yang menjadi latar belakang dan dasar Undang- undang ini
tercermin dalam ketentuan-ketentuan yang mengatur sistem dan mekanisme pemungutan
pajak Sistem dan mekanisme tersebul menjadi ciri dan corak tersendiri dalam sistem
perpajakan Indonesia karena kedudukan Undang-undang ini akan menjadi "ketentuan
umum" bagi perundang-undangan perpajakan yang lain.
Ciri dan corak tersendiri dart sistem pemungutan pajak tersebut adalah:
a. bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran
sertaWajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban
perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional;
b. tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak sebagai pencerminan
kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat Wajib Pajak sendiri.
Pemerintah, dalam hal ini aparat perpajakan, sesuai dengan fungsinya berkewajiban
melakukan pembinaan, pelayanan, dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban
perpajakan berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan perundangundang perpajakan;
c. anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan
kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang (self assessment), sehingga
2015
2
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
melalui sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan
rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat Wajib
Pajak
Sistem pemungutan pajak tersebut mempunyai arti bahwa penentuan penetapan besarnya
pajak yang terutang dipercayakan kepada Wajib Pajak sendiri dan melaporkan secara
teratur jumlah pajak yang terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam
peraturan perundang- undangan perpajakan. Dengan sistem ml diharapkan pula
pelaksanaan administrasi yang terlalu membebani Wajib Pajak dan birokratis akan dapat
dihindari. Sejalan dengan harapan dalam upaya peningkatan pelayanan masyarakat
tersebut wewenang Direktorat Jenderal Pajak yang berisi teknik administratif dapat
dilimpahkan kepada aparat bawahannya.
Dalam Undang-undang ini digariskan bahwa administrasi perpajakan berperan aktif
dalam melaksanakan tugas-tugas pembinaan, pelayanan, pengawasan, dan penerapan
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan. Pembinaan masyarakat Wajib
Pajak dapat dilakukan melalui berhagai upaya, antara lin pemberian penyuluhan
pengetahuan perpajakan baik melalui media rnassa maupun penerapan langsung kepada
masyarakat.
4. Dengan berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum keadilan, dan kesederhanaan,
maka arah dan tujuan penyempurnaan Undang-undang perpajakan ini mengacu pada
kebijaksanaan pokok sebagai berikut:
a. menuju kemandirian bangsa dalam pembiayaan negara dan pembiayaan pembangunan
yang sumber utamanya berasal dari penerimaan pajak;
b. menunjang usaha pembangunan secara merata, mendorong investasi secara merata di
seluruh wilayah Republik Indonesia, terutama untuk mendorong pembangunan di
daerah terpencil yang selama ini dirasakan terbelakang atau terlambat
perkembangannya, baik dalam rangka pemerataan pembangunan dan pendayagunaan
sumber daya alam maupun dalam rangka peningkatan penerimaan pajak dan jangka
panjang;
c. menunjang usaha peningkatan ekspor, terutama ekspor non migas, barang hasil
olahan, dan jasa konstruksi-jasa dalam rangka meningkatkan perolehan devisa;
d. menunjang usaha pengembangan usaha kecil untuk mengoptimalkan pengembangan
potensinya, dan dalam rangka pengentasan sebagian masyarakat dan kemiskinan;
e. menunjang usaha pengembangan sumber daya manusia, ilmu pengetahuan, dan
teknologi;
f. menunjang usaha pelestarian ekosistem, suinber daya alam, dan lingkungan hidup;
g. menunjang usaha meningkatkan keadilan dalam partisipasi masyarakat dalam
pembiayaan pembangunan sesuai dengan kemampuannya; dan
h. menunjang usaha terciptanya aparat perpajakan yang makin mampu dan bersih,
peningkatan pelayanan kepada Wajib Pajak termasuk penyederhanaan dan
2015
3
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kemudahan prosedur dalam pemenuhan kewajiban perpajakan, peningkatan
pengawasan atas pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan tersebut, serta
peningkatan penegakan pelaksanaan ketentuan hukum yang berlaku.
UU PELARANGAN USAHA BIDANG/PRODUK TERTENTU
Barang Larangan dan Pembatasan
Barang Larangan dan Pembatasan adalah barang yang dilarang atau dibatasi pemasukkan dan
pengeluarannya ke/dari wilayah Republik Indonesia tanpa ijin dari instansi berwenang.
Pelanggaran terhadap ketentuan ini berakibat dengan tindakan hukum.
Barang yang termasuk dalam kategori tersebut antara lain:
1. Narkotika
2. Psikotropika
3. Bahan peledak
4. Senjata api dan amunisi
5. Petasan
6. Buku dan barang cetakan tertentu
7. Media rekam audio dan/atau visual
8. Alat-alat telekomunikasi
9. Mesin fotocopi berwarna, bagian/suku cadang dan peralatannya
10. Beberapa jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi serta bagian-bagiannya
11. Beberapa jenis ikan tertentu
12. Obat-Obatan
13. Makanan dan minuman yang tidak terdaftar pada Departemen Kesehatan Rl
14. Bahan-bahan berbahaya
15. Pestisida
16. Bahan perusak lapisan ozon dan Barang yang menggunakan bahan perusak lapisan ozon
17. Limbah
18. Benda Cagar budaya
19. Produk tertentu
20. Uang Rupiah dengan jumlah tertentu
Narkotika
Dasar hukum: UU No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika No. 22 of 1997.
Menurut tujuan penggunaan dan kemampuannya mengakibatkan ketergantungan, narkotika
dibagi kedalam 3 (tiga) golongan :
Narkotika Golongan I Adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Jenis yang termasuk golongan ini, diantaranya:
• Opium, termasuk tanamannya (Papaver Somniferum), Opium mentah, Opium masak
seperti Candu, Jicing dan Jicingko. Opium (papaver somniferum),
• Koka, termasuk tanamannya (Erythroxylon Cocca) daun Koka dan kokain mentah.
2015
4
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
•
•
•
Kokain.
Ganja/Marijuana, termasuk tanamannya (Cannabis Sativa), hasil olahannya, damar Ganja
dan Hasis. Ganja
Heroin Heroin
Narkotika Golongan II Adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Jenis yang termasuk golongan ini, diantaranya: The types of narcotics of these groups are :
• Morfin
• Mirofina
• Garam-garam serta turunannya
Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan.
Jenis yang termasuk golongan ini, diantaranya:
• Kodein
• Polkodina
• Campuran dari Opium dengan bahan lain bukan Narkotika
Dilarang keras memasukkan/mengeluarkan dari Wilayah Rl, memiliki, menyimpan,
mempunyai dalam persediaan, memproduksi, mengolah, menggunakan dan mengedarkan
narkotika tanpa seijin Instansi berwenang (Departemen Kesehatan Rl, Departemen
Perindustrian dan Perdagangan dan Kepolisian Rl).
Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut diancam pidana sesuai UU No 22 Tahun 1997
tentang Narkotika dengan hukuman yang tercantum, paling berat pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau pidana denda maksimal tujuh milyar rupiah.
Zat- zat psikotropika
Dasar hukum :
• UU Rl No. 5 th. 1997 tentang tentang Psikotropika
• Peraturan Menteri Kesehatan Rl No. 88/Menkes/Per/VII/97 tentang Peredaran
Psikotropika
• Peraturan Menteri Kesehatan Rl No. 85/Menkes/Per/VII/97 tentang Ekspor dan Impor
Psikotropika adalah zat atau bahan baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
berkasiat proaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika dibagi dalam 4 (empat) golongan, yaitu :
• Gol I : Brolamfetamina (DOB, DET), ecstacy (MDM),dll
• Gol II: Amfetamina, Metamfetamina, dll
• Got III: Amobarbital, Siklobarbital, dll
• Gol IV. Diazepam, Etil amfetamina, dll
2015
5
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dilarang keras memasukkan/mengeluarkan dari wilayah Rl, memiliki, memproduksi,
mendistribusi, mengedarkan zat-zat psikotropika kecuali untuk kegiatan ilmu pengetahuan
setelah mendapat persetujuan Departemen Kesehatan Rl c.q. Direktur Jenderal Pengawasab
Obat dan Makanan.
Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut diancam pidana sesuai UU No. 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika dengan hukuman paling ringan 4 ( empat) tahun dan paling berat hukuman mati
atau pidana seumur hidup dan denda Rp 750.000.000.00.
Bahan Peledak
Dasar hukum: Keputusan Presiden Rl No. 14 Tahun 1997 jo Kep Presiden Rl No 86 Tahun
1994 jo Keppres Rl No. 5 Tahun 1988 tentang Pengadaan Bahan Peledak
Yang termasuk bahan peledak, yaitu :
1. Semua jenis mesiu, bom bakar, ranjau dan granat tangan.
2. Semua barang yang dapat meledak.
3. Bahan peledak yang digunakan untuk barang yang dapat meledak lainnya.
Dilarang keras memasukkan ke dalam wilayah Rl bahan peledak tersebut, kecuali untuk
keperluan militer dan industri, yang diatur dengan ketentuan khusus.
Pemasukan bahan peledak untuk keperluan militer seperti TNT, Nitro Gliserin hams
mendapatkan ijin dari Departemen Pertahanan dan Keamanan c.q.
Pemasukan bahan peledak untuk keperluan industri seperti Amonium Nitrat dan dinamit
dilaksanakan oleh PT.Dahana dengan seijin Kepolisian Rl.
Senjata api dan amunisi
Dasar hukum: UU Senjata Api Tahun 1936 jo Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1976
tentang Pengawasan dan Pengendalian SenjataApi
Yang termasuk senjata api dan amunisi, yaitu :
1. Senjata api dan bagiannya
2. Meriam/penyembur api dan bagiannya
3. Senjata tekanan udara/pegas ( senapan angin ) dan pistol angin kaliber 4,5 mm
4. Senjata imitasi, pistol alarm, pistol start, senjata gas air mata, senjata kejutan listrik,
senjata panah dan benda-benda lain serupa itu yang dapat digunakan untuk mengancam
atau mengejutkan serta bagian-bagiannya
5. Segala pengisi senjata (mesiu/peluru)
6. Selongsong peluru (mantel kogels)
7. Proyektil untuk menyebarkan gas berbahaya
Dilarang keras memasukkan kedalam wilayah Rl senjata api dan amunisi kecuali dengan
seijin Kepolisian Rl
Petasan Yang termasuk petasan, yaitu :
1. Segala jenis dan ukuran petasan
2. Happy Crackers/Halic yaitu sejenis kembang api yang mudah meledak
2015
6
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dilarang keras memasukkan ke dalam wilayah Rl segala jenis dan ukuran petasan dan Happy
Crackers.
Buku dan barang cetakan tertentu
Dasar hukum: UU No 4/PNPS/1963 tentang Pengamanan terhadap barang-barang cetakan
yang isinya dapat mengganggu ketertiban umum
Buku dan barang cetakan yang dilarang dimasukkan ke dalam wilayah Rl adalah :
1. Segala macam barang cetakan dari kertas dalam bahasa Indonesia dan daerah
2. Segala macam barang cetakan dengan huruf dan bahasa Cina
3. Barang cetakan dari kertas untuk pembungkus rokok dan etiket obat-obatan yang
berbahasa Indonesia maupun sekedar menggunakan bahasa asing
4. Barang cetakan yang melanggar norma-norma kesusilaan yang dianggap dapat merusak
nilai moral masyarakat
Pemasukan buku dan barang cetakan dalam bahasa Cina diperbolehkan untuk keperluan
ilmiah, namun harus seijin Kejaksaan Agung dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Rl
Pemasukan buku dan barang cetakan pada butir 1 dan 3 dapat diberikan dalam hal:
 Kelaziman diplomatik sesuai PP No 8 th. 1957
 Kepentingan pendidikan/pengajaran, termasuk yang berhuruf Braille, atas rekomendasi
dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Rl
 Etiket obat-obatan dan bungkus rokok yang melekat pada barang tersebut
 Media rekam audio dan/atau visual
 Surat Jaksa Agung eq Jaksa Agung Muda Intelijen No : B-253/D/4/1979 tentang
Penelitian terhadap video cassette yang dimasukkan dan diedarkan ke dalam wilayah Rl
 UU No 8 Tahun 1992 tentang Perfilman jo Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 1994
tentang Penyelenggaraan Usaha Perfilman
 Kep. Menteri Penerangan Rl No. 215/Kep/Menpen/1994 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Penyelenggaraan Usaha Perfilman
Dilarang memasukkan ke dalam wilayah Rl film seluloid dan rekaman video dalam bentuk
rekaman video ( kaset video) atau piringan video ( laser disc(LD), video compact disc(VCD),
digital video disc(DVD) ) oleh perseorangan, baik sebagai barang bawaan dari luar negeri
maupun sebagai barang kiriman pos (parcel) atau barang kiriman dari perusahaan jasa
pengiriman barang lainnya.
Pemasukan film seluloid dan rekaman video untuk tujuan komersial hanya boleh dilakukan
oleh Perusahaan Perfilman dengan melalui pemeriksaan Kejaksaan Agung dan Badan Sensor
Film.
Dikecualikan dari ketentuan tersebut untuk Korps Diplomatik dan lembaga-lembaga
Intemasional yang ditentukan oleh pemerintah
Alat-alat telekomunikasi
Dasar hukum: • UU No 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi
• Kep. Dirjen Pos dan Telekomunikasi No. 34/Dirjen/95 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Sertifikasi dan Penandaan Mat/ Perangkat Telekomunikasi
2015
7
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
•
Kep. Menparpostel Rl No. KM.102/UM.001/MPPT.96 tentang Penandaan Alat/Perangkat
Telekomunikasi
Yang termasuk alat-alat telekomunikasi yang diatur pemasukannya ke dalam wilayah Rl
yaitu alat-alat transiver seperti pemancar radio, Handy Talky, Cordless Phone, PSTN/ Sirkit
sewa, Telex, Perangkat Komunikasi Radio dan sejenisnya.
Pembuatan, perakitan dan pemasukan ke wilayah Rl harus memenuhi persyaratan teknis yang
ditetapkan oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi dan juga harus seijin
Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Rl serta mengikuti ketentuan sertifikasi dan
penandaan.
mesin fotokopi berwarna, bagian/suku cadang dan peralatannya
Dasar hukum: Kep Menteri Perdagangan dan Koperasi No: 03/KP/IV/1978 tentang Impor
mesin fotokopi berwama
Dilarang memasukkan ke dalam wilayah Rl mesin fotokopi berwarna, bagian/suku cadang
dan peralatannya.
Pengecualian dari ketentuan tersebut jika telah mendapat ijin dari Departemen Perindustrian
dan Perdagangan serta ijin dari Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu
(BOTASUPAL)
Beberapa jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi serta bagian-bagiannya
Dasar hukum: • UU Rl Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya
•
•
•
Keputusan Presiden Rl No. 43 Tahun 1978 tentang Ratifikasi
Kep Menteri Perhutanan Ri No. 62/Kpts-ll/98 tentang Tata Usaha Peredaran Tumbuhan
dan Satwa Liar
Kep. Menperindag No. 182/MPP/Kep/4/1998 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor
Dilarang mengeluarkan dari wilayah Rl, tumbuhan dan satwa yang dilindungi atau bagianbagiannya dalam keadaan hidup atau mati, kecuali dilakukan untuk keperluan penelitian,
ilmu pengetahuan dan/atau penyelamatan jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi dengan
ijin dari Departemen Pertanian dan Departemen Kehutanan Rl.
Beberapa jenis tumbuhan yang dilindungi, diantaranya:
1. Kina ( Linchan Species)
2. Anggrek alam Dendrobium, Vanda dan anggrek lainnya
3. Agave Sp
4. Musa Textilles Mees
5. Ranwoefia Sp
6. Rafflesia Sp
Beberapa jenis satwa liar yang dilindungi, diantaranya:
1. Badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus)
2. Orang Utan/Mawas (Pongo pygmaeus)
3. Tapir (Tapirus indicus)
4. Banteng (Bosjavanicus)
2015
8
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
5. Menjangan/Rusa (Cervus timorensis)
6. Kancil (Tragulusjavanicus)
7. Anoa (Bubalus depressicornis)
8. Kuntul (Egretta sp)
9. Burung Cendrawasih (Paradisae sp)
10. Burung Kakatua Raja, Kakatua hitam
11. Kupu raja Odromas (Troides andromane) dan sebagainya.
Pengedar tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi dari hasil penangkaran ke dan dari luar
negeri hanya dapat dilakukan oleh Perseroan Terbatas, Firma, Koperasi atau perseroan
komanditer dengan ijin Ditjen PHPA, Departemen Pertanian dan Departemen Kehutanan Rl
Selain ketentuan larangan tersebut, untuk pemasukan tanaman hidup dan bibit tanaman serta
binatang hidup kedalam wilayah Rl, harus melalui pemeriksaan karantina, Departemen
Pertanian dan Departemen Kehutanan Rl.
Beberapa jenis ikan tertentu
Dasar hukum:
• Kep Menperindag RI No 182/MPP/Kep/4/1998 tentang Ketentuan umum dibidang ekspor
The
• Kep Menteri Pertanian Rl No. 179/Kpts/Um./3/1982 tentang Larangan Pemasukan
beberapa jenis ikan berbahaya dari Luar Negeri
Larangan pemasukan jenis ikan tertentu ke dalam wilayah Rl didasarkan pada dua alasan
utama yaitu :
1. untuk melestarian ekosistem dan melindungi spesies langka dan berbahaya,
2. untuk menjaga persediaan dalam negeri dan mempertahankan keunggulan Indonesia
dalam ekspor beberapa jenis ikan tertentu.
Jenis ikan tertentu yang dilarang di keluarkan dari wilayah Rl adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ikan dan anak ikan Arowana ( Selerophages Formosus dan Selerophages Leichardti)
Benih ikan Sidat (Anguilla Sp) dengan ukuran di bawah 5 mm
Ikan hias air tawar jenis Botia Macracarthus dengan ukuran di atas 15 cm (calon induk)
Udang Galah (udang air tawar/sungai) dengan ukuran di bawah 8 cm Galah
Induk dan calon induk Udang Windu (Pemeidae Sp)
Ikan Napoleon Wrasse (Cheilinus Undulatus)
Jenis ikan langka dan bebahaya yang dilarang di masukkan ke dalam wilayah Rl, diantaranya:
1. Ikan Piranha (Serrasalmus Sp)
2. Ikan Vampire Catfish (Vandelia Sp)
3. Ikan Aligator Gar (Lepisostous Sp)
4. Ikan Silurus Slane
5. Ikan Esex Masouniongy
6. Belut Listrik (Electrophorus Electicus)
7. Tetrodaoden Sp
8. Dan sebagainya
2015
9
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pengecualian untuk larangan pemasukan/pengeluaran jenis ikan di atas diberikan untuk
keperluan khusus seperti ilmu pengetahuan atau untuk kebun binatang dengan ijin dari
Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian Rl.
Obat-obatan
Dasar hukum: Kep Menperindag No 314/Kp/VIII/1974 tentang Peredaran, impor dan ekspor,
makanan-minuman, alat kecantikan dan alat kesehatan
dilarang keras memasukkan ke dalam wilayah Rl, obat jadi produksi luar negeri termasuk
obat jadi tradisional Cina, dalam bentuk kapsul, pil, serbuk, cairan dan bentuk sediaan
lainnya, yang tidak terdaftar pada Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (POM)
Pengecualian untuk ketentuan ini, untuk:
•
•
Pemasukan obat jadi atau obat tradisional untuk dipakai sendiri atau untuk
diperdagangkan dapat dilakukan setelah mendapat ijin dari Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan (POM), Departemen Kesehatan Rl.
Terhadap obat jadi atau obat tradisional dalam jumlah kecil untuk pemakaian sendiri
dapat dimasukkan oleh penumpang laut/udara sepanjang dapat dibuktikan dengan resep
dokter.
makanan dan minuman yang tidak terdaftar pada departemen kesehatan rl
Dasar hukum: Peraturan Menteri Kesehatan Rl No 329/Menkes/Per/XII/1976 tentang
Produksi dan peredaran makanan
Dilarang memasukkan ke dalam wilayah Rl makanan dan minuman yang tidak terdaftar pada
Departemen Kesehatan Rl, kecuali dalam jumlah yang wajar yang dibawa oleh penumpang
kapal laut/pesawat udara untuk keperluan selama perjalanan.
Bahan-bahan berbahaya
Dasar hukum: Peraturan Menteri Kesehatan Rl No : 472/Menkes/Per/V/1996 tentang
Pengamanan bahan berbahaya bagi kesehatan Yang dimaksud dengan bahan-bahan
berbahaya adalah : Zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun
campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung
maupun tidak langsung, yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik,
korosif dan iritasi.
Dilarang memasukkan ke dalam wilayah Rl bahan-bahan berbahaya, kecuali dengan ijin dari
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan serta dari
Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Pestisida
Dasar hukum: Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
230/MPP/Kep/7/1997 tentang Barang yang diatur tata niaga impomya
Rl
No
:
1. Pentakloro fenol dan garamnya
2. Dikloro difenil trikloro etana (DDT)
3. Pestisida Etilen Dibromida (EDB)
Dilarang memasukkan pestisida ke dalam wilayah Rl kecuali setelah memperoleh ijin dari
Departemen Pertanian.
2015
10
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bahan perusak lapisan ozon dan barang yang menggunakan bahan perusak lapisan ozon
Dasar hukum:
• Kep. Menperindag No : 110/MPP/Kep/1/1998 tentang Larangan memproduksi dan
memperdagangkan bahan perusak lapisan ozon serfa memproduksi dan
memperdagangkan barang bam yang menggunakan bahan perusak lapisan ozon (Ozone
Depleting Substances)
• Kep Menperindag No, 411/MPP/Kep/9/1998 jo Kep Menperindag No :
111/MPP/Kep/1/1998 tentang Perubahan Kep Menperindag No 230/MPP/Kep/7/1997
tentang barang yang diatur tata niaga impomya
Yang termasuk bahan perusak lapisan ozon contohnya freon untuk AC atau lemari es dengan
rumus kimia CFC-11, CFC-13, CFC-112 atau bahan lainnya sesuai lampiran Kep
Menperindag No: 111/MPP/Kep/1/1998.
Yang termasuk barang yang menggunakan bahan perusak lapisan ozon contohnya lemari es
rumah tangga, tipe kompresi, tipe penyerapan listrik, pistol semprot dan barang lain sesuai
lampiran Kep Menperindag No: 111/MPP/Kep/1/1998.
Dilarang memasukkan ke wilayah Rl bahan dan barang yang mengandung bahan yang dapat
merusak lapisan ozone. Dikecualikan dari ketentuan tersebut, masih diperkenankan
memasukkan CFC-12 sampai dengan 31 Desember 2003 melalui PT. Dharma Niaga dengan
persetujuan
Limbah
Dasar hukum:
• Peraturan Pemerintah Rl No. 12 Tahun 1995 jo PP No 19 Tahun 1994 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Beracun
• UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, disingkat limbah B3, adalah setiap limbah yang
mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya
atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan
mencemarkan lingkungan hidup dan dapat membahayakan kesehatan manusia.
1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik yaitu limbah B3 yang berasal bukan dari proses
utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pengemasan dan
lain-lain.
2. Limbah B3 dari sumber spesifik yaitu limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan
tertentu.
3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, dan buangan produk
yang tidak memenuhi spesifikasi.
Dilarang memasukkan/mengeluarkan dari wilayah Rl limbah B3 kecuali dengan ijin
Departemen Perindustrian dan Perdagangan setelah mendapat pertimbangan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL)
(Daftar limbah B3 sesuai lampiran Peraturan Pemerintah Rl No 19 Tahun 1994)
Benda cagar budaya
Dasar hukum:
2015
11
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
•
•
UU No.5 Tahun1992 tentang Benda cagar budaya
Peraturan Pemerintah Rl No. 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1992
tentang Benda Cagar Budaya
Yang dimaksud dengan Benda Cagar Budaya adalah :
1. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak, baik bagian atau sisanya, yang
berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh ) tahun, serta dianggap mempunyai nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan nasional.
2. Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan nasional.
Dilarang keras membawa keluar dari wilayah Rl benda cagar budaya kecuali dengan ijin dari
Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Rl serta ijin dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan Rl.
Pelanggaran dari ketentuan di atas, diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 10
(sepuluh) tahun dan atau denda setinggi-tingginya Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah),
sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada UU No 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya.
Produk tertentu
Dasar hukum:
Kep Menperindag Rl No : 177/KP/VI/1992 tentang Ketentuan ekspor kulit jo Kep
Menperindag Rl No : 124/MPP/Kep/5/1996 tentang Ketentuan umum dibidang ekspor
Produk barang tertentu yang diiarang dikeluarkan dari wilayah Rl, adalah:
1. Jangat dan kulit mentah termasuk pickled dan wet blue dari binatang melata atau reptil
2. Karet bongkah ( karet dengan spesifikasi tehnis yang tidak memenuhi standar mutu SIR)
3. Karet yang merupakan bahan-bahan remiling dan rumah asap seperti slabs, lumps, scraps,
karet tanah, un smoked sheet, blanked sheet dengan kualitas tertentu
Dilarang mengeluarkan produk tertentu tersebut dari wilayah Rl
Uang rupiah dengan jumlah tertentu
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1998 tentang Pengeluaran atau pemasukan mata uang
rupiah dari atau ke dalam wilayah Rl
Setiap orang yang membawa uang rupiah keluar atau masuk wilayah Rl secara tunai:
• Lebih dari Rp. 5.000.000,00 ( lima juta rupiah ) wajib mengisi formulir yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia. Pelanggaran terhadap ketentuan ini dikenakan sanksi administrasi
berupa denda maksimal Rp. 10.000.000,00 ( sepuluh juta rupiah )
• Lebih dari Rp. 10.000.000,00 wajib terlebih dahulu memperoleh ijin dari Bank Indonesia
c.q. Urusan Luar Negeri. Pelanggaran terhadap ketentuan ini dikenakan sanksi
administrasi berupa denda maksimal Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
Izin untuk membawa uang rupiah ke Indonesia dapat diperoleh dari Bl Pusat atau cabang
setempat dan bagi orang yang berasal dari luar wilayah Rl dapat diperoleh melaui Kantor
Perwakilan Bl di luar negeri/Kantor Perwakilan Rl terdekat.
2015
12
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
PERSPEKTIF HUKUM BISNIS INTERNATIONAL
A. Latar Belakang Hokum Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional merupakan salah satu bagian dari kegiatan ekonomi atau kegiatan
bisnis yang akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Istilah hokum
ekonomi pertama kali dikenal diEropa Barat terutama di Inggris dan prancis sekitar abad ke18 sebelum terjadinya revolusi industry diinggris, peraturan-peraturan yang menjadi landasan
dari kebijakan ekonomi adalah hokum feodel yang lahir dari pemerintahan yang bersifat
absolute.
Sebagai akibat dari kebijakan yang bersifat restriktif dan protektif tersebut menimbulkan
hambatan hambatan dalam lalu lintas barang, jasi maupun modal antarnegara di Eropa,
mereka berusaha untuk mennguasai Negara-negara di asia dan Afrika dengan cara
menerapkan paham marketilisme (merchantilism). Hal ini menyebabkan kehidupan
perekonomian dan politik di Eropa menjadi semakin meluas dan terkonsentrasi kepada
kegiatan perdagangan, bukan saja terhadap perdagangan local dan regional antarnegara
Eropa, tetapi meluas ke luar Eropa.
Adanya norma hukum yang memberikan kebebasan kepada pelaku ekonomi dalam
melaksanakan kontrak termasuk mengejar keuntungan sebesar-besarnya telah berlangsung
selama puluhan tahun semenjak 1760. Selain itu asas kebebasan kontrak juga merupakan
prinsif dan hokum yang mendorong terjadinya llibralisasi disektor industry dan perdagangan.
Timbulnya kebebasan dalam melaksanakan perdagangan antarnegara, atau disebut dengan
perdagangan internasional termotivasi oleh paham atau teori yang dikemukakan oleh Adam
Smith dalam bukunya berjudul “the wealth of nations” , yang menyatakan bahwa
kesejahteraan masyarakat suatu Negara justru akan semakin meningkat, jika perdagangan
internasional dilakukan dalam pasar bebas dan intervensi pemerintah dilakukan seminimal
mungkin.
Teori yang dikemukakan oleh Adam Smith diatas disebut dengan “teori keunggulan
absolute” adalah teori yang melandaskan pada asumsi bahwa setiap Negara memiliki
keunggulan absolute nyata terhadap mitra dagangnya. Menurut teori ini , suatu Negara yang
mempunyai keunggulan absolut relative terhadap Negara mitra dagangnya dalam
memproduksi barang atau komoditi tertentu, akan mengespor komoditi tersebut ke Negara
mitra yang akan memeiliki keunggulan absolute (absoluth disadmventage). Dengan system
perdagangan bebas, sumber daya yang akan digunakan secara lebih efisien, sehingga
kesejahteraan yang dicapai akan lebih optimal. Namun , dalam kenyataannya justru yang
akan terjadi dieropa adalah ketidak adilan dan kesenjangan social antara para pengusaha yang
kaya raya dengan kaum buruh atau petani yang miskin. Untuk menguranngi kesenjangan
social dan ketidakadilan dalam system industrialisasi di inggris yang telah berlangsung
selama bertahun-tahun, seorang ekonom yang bernama Robert Owen mengajukan protes
kepada pemerintah, sehingga Sir Robert peel berupaya untuk menguranngi jam kerja anakanak disektor industry.
Sejalan dengan sejarah berkembangnya hokum ekonomi di Inggris , keadaan yang hamper
sama juga terjadi diprancis, Revolusi industry prancis dimulai sekitar 1830-1840 telah
didahului oleh:
2015
13
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Revolusi Prancis dengan semboyan “kemerdekaan, Persamaan Hak dan Persaudaraan
(liberte, fraternite)
2. Adanya unifikasi hokum dan komodifikasi hokum dagang Prancis ke dalam Code Civil
dan code du commerce, juga di bidang hokum pidana kedalam code penal.
Menurut sunaryati Harsono dalam T.Mulya lubis “hokum ekonomi (droite ekonomique)
adalah pembatasan kaidah-kaidah , hokum perdata dan hokum dagang oleh kaidah huukum
administrasi Negara (droite admisntatif) , berpangkal pada konsepsi Negara kesejahteraan
(melfare sate), yang mewajibkan Negara secara aktif menyelenggarakan kepentingan umum,
dan tidak (sebagaimana menjadi pendirian paham libral) hanya menyerahkan kepada warga
Negara sendiri saja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan saja”.
Selanjutnya sunaryati hartono menyatakan bahwa “kaidah kaidah hokum baru merupakan
hokum ekonomi untuk sebagian besarnya tidak lagi berpegang pada asas-asas hokum perdata
maupun hokum public yang konvensional.
Hubungan perdagangan antarnegara atau perdagangan internasional, adalah sebagai akibat
dari adanya saling ketergantungan antarnegara, baik ditingkat global seperti General
agreement on Tariff and Trade (GATT) dan world Trade Organization (WTO) maupun pada
tingkat regional seperti asean free trade area (AFTA) dan lain-lain. Dengan terbentuknya
WTO sebagai organisasi perdagangan iternasional yang merupakan penerusan dari GATT,
diharapkan mampu menjadi wadah dan pengayom guna tercapainya suatu perdagangan dunia
yang lebih tertib, lancer, bebeas dan transfaran terutama dalam upaya penyelesaian sengketa
perdagangan antar bangsa secara adil.
B. Dasar peraturan perdagangan iternasional
Kondifikasi hokum perdata dan hokum dagang yang mengatur tentang kegitan bisnis dan
perdagangan di Indonesia adalah berasal dari code civil dan code du commerce prancis tahun
1808, kemudian berlaku di Negara belanda tahun 1828 menjadi Burgelijk Wetboek (BW) dan
Wetboek Van kophandel (WvK). Menurut T.Mulya lubis , perubahan dibidang hokum mutlak
dilakukan terutama pengembangan dibidang hokum perdata dan hokum dagang. Dimana
hokum merupakan alat untuk menentukan berhasil tidaknya pembangunan itu sendiri, lebihlebih Indonesia akan menghadapi globalisasi di bidang perdagangan internasional baik pada
tataran global (GATT-WTO) maupun regional (AFTA,APEC,CAFTA).
Fungsi hokum dalam pembangunan Indonesia adalah sebagai sarana pembahruan masyrakat .
hal ini diadasarkan anggapan bahwa adanya ketertiban didalam pembanguanan merupakan
suatu yang dipandang penting dan sangat diperlukan. Menurut sunaryati Hartono. Kaidah
kaidah hokum baru yang merupakan hokum ekonomi sebagian besar tidak lagi berpegang
pada asas-asas hokum perdata maupun hokum public yang konvesional.
Indonesia sebagai salah satu Negara yang ikut serta dalam pertemuan double WTO, tidak
terlepas dari rangkaian kebijakasanaan disektor perdagangan. Sebagai salah satu Negara yang
telah menjadi anggota organisasi perdagangan internasional , Indonesia terikat untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan perdagangan internasional yang disepakati dalam perundingan
GATT-WTO. Konsekwensi internal Indonesia harus melakukan harmonisasi peraturan
oerundang-undangan nasional dengan ketentuan hasil kesepakatan WTO, artinya dalam
melakukan harmonisasi Indonesia harus tetap memikirkan kepentingan nasional namun tidak
melanggar rambu-rambu ketentuan WTO.
2015
14
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam menghadapi era globalisasi di bidang ekonomi khususnya perdagangan internasional,
peranan hokum bisnis terutama hokum perdagangan internasional sangat diperlukana dalam
melakukan hubungan hokum atau transaksi antarbangsa. Hubungan tersebut neyangkut
kegiatan perniagaan atau pertukaran barang,jasa modal maupun tenaga kerja , yang
memasukan barang kedalam daerah pabean , dan kegiatan mengespor adalah mengeluarkan
barang dari daerah pabean. Pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan perundangundangan yang menjadi dasar pengaturan perdagangan internasional antara lain.
1. Undang-undang Nomer 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
2. Undang-Undang Nomer 17 Tahun 2006 tentang perubahan Undang-undang Nomer 10
tahun 1995 tentang Kepabeanan
3. Peraturan pemerintah Nomer 34 Tahun 1996 tentang Bea masuk Antidamping dan Bea
Masuk Imbalan,
4. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomer 136/MPP/Kep/6/1996 tentang
Pembentukan Komite Antidumping Indonesia,
5. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomer 172/MPP/Kep/10/ 2000
tentang Organisasi dan cara Kerja Tim Organisasi Antidumping,
6. Keputusan Menteri Perindustrian dan perdanganan Nomer 427/MPP/Kep/10/2000 tentang
Komite antidumping Indonesia,
7. Keputusan Menteri Perindustrian dan perdagangan Nomer 428/MPP/kep/10/2000 tentang
Pengangkatan Anggota Komite antidumping Indonesia,
8. Keputusan Menteri Perindustrian dan perdagangan Nomer 216/MPP/Kep/7/2001 tentang
Perubahan keputusan Menteri perindustrian Nomer 261/MPP/kep/9/1996 tentang tata cara
Persyaratan pengajuan Penyelidikan Atas Barang Dumping dan barang Mengandung
Subsidi.
9. praturan Menteri perdagangan Repoblik Indonesia Nomer 37/M-Dag/per/9/2008 tentang
surat keterangan Asala (certificate of origin) Terhadap Barang Impor yang dikenakan
tindakan pengamanan (safeguard).
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM PERDAGANGAN INTENASIONAl
A. Pengertian Hukum Perdagangan Internasional
Istilah perdagangan internasional (internastional trade) atau disebut dengan perdagangan
antarbangsa-bangsa , pertama kali dikenal di benua Eropa yang kemudian berkembang di
Asia dan Afrika. Menurut sumantoro, pengertian perdagangan internasional adalah : the
exchange of goods and services between nations dan selanjutnya “as used, it generally refers
to the total goods and service exchange among all nations” intinya mengandung pengertian
pertukaran seluruh barang dan jasa antara semua Negara/bangsa.
Istila perdagangan internasional sebenarnya adalah kegiatan pertukaran barang, jasa dan
modal antar penduduk suatu Negara dengan penduduk Negara lain. Beberapa sarjana telah
memberikan defines tetang hukum perdagangan internasional sebagai mana dikemukakan
oleh Huala Adolf masing-masing sebagai berikut:
1. Schmitthoff mengemukakan bahwa hukum perdagangan internasional sebagai : . . . the
body kof rules governing commercial relationship of private law nature involving
different nations’. Schmittohoff menegasakan bahwa wilayah hukum perdagangan
internasional tidak termasuk aturan-aturan hukum internasional public yang mengatur
hubungan dagang dalam kerangka GATT atau mengatur blok blok perdagangan regional.
2015
15
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. M. Rafiqul Islam mengemukakan bahwa perdagangan internasional adalah “… a wide
ranging, transnational, commercial exchange of goods and service between individual
bisness persons, trading bodies and states”. Berdasarkan definisi diatas bahwa hubungan
financial terkait erat dengan perdagangan internasional.
3. Michelle Sanson menyatakan bahwa , ”international trade law can be defined as the
regulation of the conduct of parties involved in the exchange of googs, service and
technology between nations”. Meskipun definisi ini sedikit mengambang , namun sanson
membagi hukum perdagangan internasional kedalam dua bagian utama, yaitu hukum
perdagangan internasional public(public international trade law), dan hukum perdagangan
internasional privat(private intenational trade law).
public international trade law adalah hukum yang mengatur prilaku dagang antarnegara.
Adapun private international trade law adalah hukum yang mengatur prilaku dagang
secara orang perorang (private tenders) dinegara yang berbeda.
4. Hercules Booysens mengemukakan definisi hukum perdagangan internasional dalam tida
unsure sebagai berikut,
a. Hukum perdagangan internasionl dapat dipandang sebagai suatu cabang kkhusus dari
hukum internasional
b. Hukum perdagangan internasional adalah hukum internasional yang berlaku terhadap
perdagangan barang,jasa dan perlindungan hak atas kekayaan intelektual.
c. Hukum perdagangan internasional terdiri dari aturan aturan hukum yang memiliki
pengaruh langsung terhadap perdagangan internasional secara umum.
B. Ruang lingkup hukum perdagangan internasional
Bertitik tolak dari definisi diatas bahwa dalam hukum perdagangan internasional selain
melibatkan Negara-negara dan lembaga-lembaga internasional berdasrkan ketentuan GATTWTO , juga melibatkan para pihak dari Negara yang berbeda yang melakukan transaksi
dagang internasional.
Ruang linngkup hukum perdagangan internasional public merupakan bagian dari hukum
internasional terkait dengan hak dan kewajiban Negara dan organisasi internasional dalam
urusan iternasional, artinya bahwa dalam perdagangan internasional melibatkan Negaranegara dan lembaga-lembaga internasional baik scara global maupun regional yang mengacu
pada ketentuan dan prinsip-prinsip hukum internasional yang disepakati dalam GATT-WTO.
Adapun ruang lingkup hukum perdagangan internasional private adalah bagian dari hukum
internasional yang terkait dengan hak dan kewajiban individu (para pihak) dan lembaga
internasional non pemerintah dalam urusan internasional yang mangacu pada kaidah prinsipprinsip hukum perjanjian /kontrak internasional yang disepakati oleh para pihak, dan
konvensi perdagangan internsional.
SEJARAH PERDAGANGAN
PERANG DUNIA II)
INTERNASIONAL
(ZAMAN
A. Periode Kolonial Sebelum Abad Ke-19 (1500-1750)
2015
16
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
KOLONIAL
PASKA
Perdagangan internasional atau disebut dengan perdagangan antar bangsa –bangsa, pertama
kali berkembang di Eropa yang kemudian ke Asia dan Afrika. Terjadinya perdagangan antara
Negara-negara di dunia, menurut david Ricardo dalam martin Khor kok Peng, pada awalnya
didasarkan pada prinsip pembagian kerja secara internasional sesuai dengan teori keunggulan
komparatif yang dimiliki oleh tiap-tiap Negara. Artinya setiap Negara mengkhususkan diri
pada kegiatan ekonomi yang didasarkan pada keunggulan komperatif.
Menurut Huala Adolf, ada beberapa motif atau alas an mengapa Negara atau subjek hukum
(pelaku dalam perdagangan) melakukan transaksi dagang internasional adalah karena
perdagangan internasional merupakan tulang punggung bagi Negara untuk menjadi makmur,
sejahtera, dan kuat. Jauh sebelum bangsa Eropa mengenal perdagangan internasional ,
sebenarnya bangsa cina telah dahulu melakukan perdagangan antarbangsa terutama
perdagangan sutera, sehingga memeberikan kemakmuran dan kejayaan terhadap bangsa cina.
Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh jonathan reuvid dalam Huala Adolf, bahwa besarnya
kejayaan Negara-negara didunia tidak terlepas dari keberhasilan dan aktivitas Negara-negara
tersebut dalam perdagangan internasional.
Kesadaran untuk melakukan transaksi dagang internasional juga telah cukup lama disadari
oleh para pelaku dagang di tanah air terutama pada suku bugis . hal ini dinyatakan oleh PH.
O. L.Tobing dalam Huala Adolf bahwa bangsa Indonesia telah mengenal perdagangan
internasional sejak abad ke-17 . salah satunya adalah Amanna Gappa, kepada suku bugis
yang sadar akan pentingnya dagang (dan pelayaran) bagi kejahteraan sukunya.
Motivasi komersial yang semula menjadi tujuan utama keberadaan bangsa eropa menjadi
tergeser oleh kepentingan yang lebih luas, yakni kepentingan pengusahaan politik melalui
kekuatan militer untuk menguasai ekonomi yang lebih luas. Menurut Ellsworth dalam H. S.
Kartadjoemena, secara skematis paham merkantilisme yang berkembang di Eropa pada abad
ke -16 dan ke-17 berlandaskan pada factor fundamental yang mencakup hal-hal sebagai
berikut.
1. Pergeseran perkembangan dalam kegiatan ekonomi
2. Peningkatan peranan saudagar/pedagang kapitalis sebagai kelas social yang penting.
3. Perkembangan Negara kebangsaan(national state).
Pada abad ke-16 dan ke-17, upaya sentralisasi dibawah kekuasaan raja mulai berhasil.
Ketiga fator tersebut menjadi landasan ekonomi, social dan politik dalam menerapkan paham
merkantilisme. Untuk meningkatkan kegiatan perdagangan, pemeritah pusat (raja)
mempunyai kekuasaan yang bersifat absolute yang menghendaki agar Negara kebangsaan
atau nasional state menjadi kuat, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun militer. Pola
piker yang berkembang pada abad ke-16 dan ke—17 kegitan ekonomi harus dipusatkan pada
upaya memperoleh sumber daya atau kekayaan(wealth) sebanyak mungkin guna mendukung
kekuatan politis maupun militer.
B. Zaman Keemasan Perdagangan Bebas
Dalam perspektif sejarah ekonomi, periode libralisasi dalam bidang perdagangan pernah
mengalami masa keemasan di Eropa sejak lahir perang Napoleon tahun 1815 hingga saat
meletusnya perang dunia I tahun 1914. Periode tersebut merupakan satu abad yang sangat
gemilang dalam perdagangan internasional, karena perdagangan dunia berjalan dengan bebas
2015
17
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tanpa adda hambatan atau pembatasan, sehingga setiap Negara dieropa dapat melakukan
kegiatan perdagangannya berdasarkan keunggulan komperatif masing-masing Negara.
Liberalisasi perdagangan internasional mengalami pertumbuhan yang sangat pesat pada abad
ke-19, sehingga memberikan keuntungan dalam bidang ekonomi di Eropa, namun kebebasan
perdagangan tersebut tidak dapat dinikmati oleh bangsa lainya diluar eropa, terutama di asia
maupun afrika, hal ini disebabkan karena Asia dan Afrika merupaka wilayah colonial atau
jajahan dari Negara-negara eropa, sehingga dalam bidang perdagangan bangsa Asia dan
Afrika tidak mendapat kan kesempatan dan kebebasan sama seperti bangsa eropa.. dengan
demikian , yang memegang kekuasaan ekonomi maupun politik pada periode liberal ini
adalah bangsa eropa, sebaliknya bangsa asia maupun afrika tidak mempunyain kekuasaan
maupun politik di negaranya sendiri.
Periode perdagangan bebas 1815-1914 diwarnai oleh kekuatan landasan filsafat perdagangan
liberal berdasarkan atas teori keunggulan komparatif, bahwa suatu Negara akan
mengkhususkan diri pada produksi dan ekspor, sebab Negara tersebut mempunya biaya yang
lebih rendah daripada Negara mitra dagang.
Teori yang dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya “the wealth of nations” .
membantah pendapat kaum merkantilistis yang mengatakan bahwa melakukan hambatan
perdagangan adalah jalan untuk meningkatkan kesejahteraan masyrakat suatu Negara.
Menurut adam smith , kesejahteraan masyrakat suatu Negara justru akan semakin meningkat,
jika perdagangan internasional dilakukan dipasar bebas dan itervensi pemerintah dilakukan
seminimal mungkinm. Dengan system perdagangan bebas, sumber daya yang akan digunakan
secara lebih efisien, sehingga kesajteraan yang akan dicapai akan lebih optimal. Teori
tersebut di atas dinamakan teori keunggulan absolute. Pandangan yang dikemukakan oleh
Adam Smith telah membuka jalan yang kemungkinan bahwa specialisasi dalam perdagangan
dapat timbul, apabila suatu Negara melakukan pemusatan pada bidang keunggulan absolute
yang dimiliki.
Menurut david Ricardo …. “suatu Negara akan memperoleh keunggulan (gain from trade)
apabila memusatkan kegiatan pada bidang –bidang yang biayanya relative lebih rendah
daripada kegiatan alternative lainnya dinegara itu walaupun Negara mitranya mempunyai
keunggulan absolute disemua bidang. Dan menurut Robert Gilpin, jalan pikiran yang dimiliki
oleh Ricardo memungkinkan semua pihak yang berdagang untuk memeperoleh keuntungan
dari perdagangan yang memusatkan kegiatan pada bidang-bidang yang mempunyai
keunggulana komperatif, secara skematis paham libralisasi yang mewarnai perekonomian
dunia pada abad ke -19 mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Perubahan utama yang bersifat fundamental dan yang merupakan landasan yang bertolak
belakang dengan merkantilisme adalah peranan utama yang dipegang oleh mekanisme
pasar sebagai penggerak dalam kegiatan perekonomian.
2. Agar mekanisme pasar ini dapat bergerak sesuai dengan logika permintaan dan
penawaran, maka hambatan terhadap kegiatan ekonomi dalam bentuk regulasi dan
berbagai jenis larangan yang menimbulkan distrosi pasar harus dihapus.
3. Kegiatan perdagangan antar bangsa dapat berkembang secara saling menguntungkan,
karena perbedaan struktur biaya secara alamiah akan menimbulkan spesialisasi bagi
masing-masing pihak yang akan memusatkan kegiatan pada bidang-bidang dimana
Negara tersebut memiliki keunggulan komparatif.
2015
18
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
C. Fragmentasi dan Disintegrasi di eropa
System perdagangan internasional yang menitik beratkan pada landasan liberalisme,mulai
mengalami fragmentasi selama satu abat setelah mengalami keemasan dari tahun 1914
hingga 1945.pasar bebas dan perdagangan bebas mulai menghadapi berbagai macam distorsi
sebagai akibat diterapkannya kebijaksanaan yang menyimpang dari paham
liberal.kebijaksanaan distortif semakin mengarahkan perekonomian kepada kegiatan yang
mengesampingkan mekanisme pasar.
Menurut H.S.kartadjoemena,periode disentegrasi system perdagangan bebas 1914-9145,yakni
dari perang perang Dunia 1 tahun 1914 hingga berakhirnya perang Dunia II tahun 1945
merupakan periode disintegrasi ,karena tidak terciptanya suasana yang dapat mengembalikan
sepenuhnya keadaan dan system yang berlaku pada periode zaman keemasan perdagangan
internasional ataupun system alternatip yang koheren. Dalam perkembangannya,yang timbul
adalah kebijaksanaan perekonomian nasional yang sempit dan semakin meningkatnya
nasionalisme yang berbentuk negatif, dan bukan berbentuk patriotism yang konstruktif.
Selama perang Dunia I (1914-1918),Negara-negara Eropa telah melakukan langkah-langkah
swasembada dalam segala bidang berkaitan dengan suasana ketegangan yang semakin
meningkat.Untuk mengembangkan sektor pertanian,Negara-negara Eropa menerapkan
larangan impor ,subsidi,dan peningkatan tarif .Hal ini menimbulkan ketegangan dengan
negara-negara mitra dagang,baik diEropa maupun diluar Eropa .
Tahun 1922 hingga 1927 perekonomian dunia masih mengalami pertumbuhan , hal ini
disebabkan karena adanya peningnkatan investasi yang cukup besar diamerika serikat,
terutama dibidang industry otomotif, perluasan penggunaan tenaga listrik disertai
pengembangan proyek tenaga listrik, dan peningkatan yang pesat dibidang kontruksi di
amerika serikat.
Pada 1929 terjadi krisis secara menyelurh di amerika serikat. Krisis ini timbul Karen situasi
investasi dalam bidang-bidang penting mengalami kolepse atau kebangkrutan. Dampak krisis
ekonomi yang dialami oleh amerika serikat pada 1929 juga dirasakan oleh Negara-negara
lainnya. Impor amerika serikat pada periode 1925 hingga 1939 bergerak sama dengan
produksi industrinya sendiri, pada 1930, kongres amerika serikat menerapkan legislasi yang
dikenal sebagai smoot Hawley tarif act 1930, suatu langkah yang sama sekali tidak
menunjang upaya untuk meningkatkan kegiatan ekonomi yang terhenti karena penurunan
kegiatan diseluruh dunia.
Menurut pandangan anggota kongres dari sektor pertanian, bahwa perkembangan industry di
amerika serikat sebagai akibat dari adanya pkroteksi. Adanya kebijaksanaan pkroteksi pada
sektor-sektor penting diamerika serikat tentunya memberikan dampak yang kurang baik
mterhadap arus pergerakan barang dan jasa, terutama d alam hubungan dengan Negaranegara mitra dagangnya, baik dieropa maupun di asia.
Etika Bisnis Internasional (Tulisan)
Posted on January 2, 2013 by anditanurul
Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan etika
bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua
2015
19
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika
(patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi.
Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan
mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus
selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis dunia internasional sudah tentu harus
disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait
lainnya.
Hubungan perdagangan dengan pengertian “asing” rupanya masih membekas dalam bahasa
Indonesia, karena salah satu arti “dagang” adalah “orang dari negeri asing”. Dengan saran
transportasi dan komunikasi yang kita miliki sekarang, bisnis internasional bertambah
penting lagi. Berulang kali dapat kita kita dengar bahwa kini kita hidup dalam era globalisasi
ekonomi: kegiatan ekonomi mencakup seluruh dunia, sehingga hampir semua negara
tercantum dalam “pasar” sebagaimana dimengerti sekarang dan merasakan akibat pasang
surutnya pasar ekonomi. Gejala globalisasi ekonomi ini berakibat positif maupun negatif.
Internasionalisasi bisnis yang semakin mencolok sekarang ini menampilkan juga aspek etis
yang baru. Tidak mengherankan jika terutama tahun-tahun terakhir ini diberi perhatian
khusus kepada aspek-aspek etis dalam bisnis internasional. Dalam bab ini kita akan
membahas beberapa masalah moral yang khusus berkaitan dengan bisnis pada taraf
internasional.
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat
karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat
menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat
dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya
adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan
dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan
lain-lain.
A. Norma-norma Moral yang umum pada taraf Internasional
Salah satu masalah besar yang sudah lama disoroti serta didiskusikan dalam etika filosofis
adalah relatif tidaknya norma-norma moral. Kami berpendapat bahwa pandangan yang
menganggap norma-norma moral relatif saja tidak bisa dipertahankan. Namun demikian, itu
tidak berarti bahwa norma-norma moral bersifat absolut atau tidak mutlak begitu saja. Jadi,
pertanyaan yang tidak mudah itu harus bernuansa. Masalah teoritis yang serba kompleks ini
kembali lagi pada taraf praktis dalam etika bisnis internaasional. Apa yang harus kita lakukan
,jika norma di Negara lain berbeda dengan norma yang dianut sendiri? Richard De George
membicarakan tiga jawaban atas pertanyaan tersebut, ada 3 pandangan mengenai pertanyaan
di atas sebagai berikut :
a.
Menyesuaikan Diri
Untuk menunjukkan sikap yang tampak pada pandangan ini menggunakan peribahasa
**Kalau di Roma, bertindaklah sebagaimana dilakukan orang roma** Artinya perusahaan
harus mengikuti norma dan aturan moral yang berlaku di negara itu, yang sama dengan
peribahasa orang Indonesia **Dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung**. Norma-norma
moral yang penting berlaku di seluruh dunia. Sedangkan norma-norma non-moral untuk
2015
20
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
perilaku manusia bisa berbeda di berbagai tempat. Itulah kebenaran yang terkandung dalam
pandangan ini. Misalnya, norma-norma sopan santun dan bahkan norma-norma hukum di
semua tempat tidak sama. Yang di satu tempat dituntut karena kesopanan, bisa saja di tempat
lain dianggap sangat tidak sopan.
b.
Regorisme Moral
Pandangan kedua memilih arah terbalik. Pandangan ini dapat disebut “rigorisme moral”,
karena mau mempertahankan kemurnian etika yang sama seperti di negerinya sendiri.
Mereka mengatakan bahwa perusahaan di luar negeri hanya boleh melakukan apa yang boleh
dilakukan di negaranya sendiri dan justru tidak boleh menyesuaikan diri dengan norma etis
yang berbeda di tempat lain. Mereka berpendapat bahwa apa yang dianggap baik di negerinya
sendiri, tidak mungkin menjadi kurang baik di tempat lain.
Kebenaran yang dapat ditemukan dalam pandangan regorisme moral ini adalah bahwa kita
harus konsisten dalam perilaku moral kita. Norma-norma etis memang bersifat umum. Yang
buruk di satu tempat tidak mungkin menjadi baik dan terpuji di tempat di tempat lain. Namun
para penganut rigorisme moral kurang memperhatikan bahwa situasi yang berbeda turut
mempengaruhi keputusan etis.
c.
Imoralisme Naif
Menurut pandangan ini dalam bisnis internasional tidak perlu kita berpegang pada normanorma etika. Kita harus memenuhi ketentuan-ketentuan hukum (dan itupun hanya sejauh
ketentuan itu ditegakkan di negara bersangkutan), tetapi selain itu, kita tidak terikat normanorma moral. Malah jika perusahaan terlalu memperhatikan etika, ia berada dalam posisi
yang merugikan, karena daya saingnya akan terganggu.
Kasus : Bisnis dengan Afrika Selatan yang Rasistis
Setelah kita mempelajari dua pandangan tentang peranan etika dalam bisnis internasional ini,
perlu kita simpulkan bahwa tidak satu pun di antaranya bisa dipertahankan. Dalam
pandangan “menyesuaikan diri” dapat kita hargai perhatian untuk peranan situasi. Situasi
yang berbeda-beda memang mempengaruhi kualitas etis suatu perbuatan, tetapi tidak sampai
menyingkirkan sifat umum dari norma-norma moral, seperti dipikirkan pandangan pertama
ini. Pandangan kedua, rigorisme moral, terlalu ekstrem dalam menolak pengaruh situasi,
sedangkan mereka benar dengan pendapat bahwa kita tidak meninggalkan norma-norma
moral di rumah, biola kita berangkat bebisnis ke luar negeri. Norma-norma moral mempunyai
sifat universal.
Dalam etika jarang prinsip-prinsip moral bias diterapkan dengan mutlak, karena kondisi
konkret sering kali sangat kompleks. Hal ini dapat diilustrasikan pada bisnis internasional
dengan Afrika Selatan yang mempunyai sistem politik didasarkan pada diskriminasi ras
(Apartheid) bahkan sistem Apartheid ini didasarkan atas Undang-undang Afrika Selatan sejak
1948.
Kebijakan Apartheid Afrika Selatan menimbulkan kesulitan moral untuk perusahaan asing
yang mengadakan bisnis di Afrika Selatan karena mereka wajib mengikuti sistem Apartheid.
2015
21
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam mencari jalan keluar dari dilema ini banyak perusahaan Barat memegang pada The
Sullivan Principles yang dirumuskan dan dipraktekkan oleh Leon Sullivan. Prinsip-prinsip
Sullivan :
1.
2.
Leon Sullivan sebagai General Motors tidak akan menerapkan undang-undang
Apartheid.
Menghapus undang-undang Apartheid.
B.
Masalah “Dumping” dalam Bisnis Internasional
Salah satu topik yang jelas termasuk etika bisnis internasional adalah dumpin produk, karena
praktek kurang etis ini secara khusus berlangsung dalam hubungan dengan negara lain. Yang
dimaksudkan dengan dumpingadalah menjual sebuah produk dalam kuantitas besar di suatu
negara lain dengan harga di bawah harga pasar dan kadang-kadang malah di bawah biaya
produksi. Dapat dimengerti bahwa yang merasa keberatan terhadap praktek dumping ini
bukannya para konsumen, melainkan para produsen dari produk yang sama di negara di mana
dumping dilakukan. Para konsumen justru merasa beruntung – sekurang-kurangnya dalam
jangka pendek – karena dapat membeli produk dengan harga murah, sedangkan para
produsen menderita kerugian, karena tidak sanggup menawarkan produk dengan harga
semurah itu.
C.
Aspek etis dari Korporasi Multinasional
Fenomena yang agak baru di atas panggung bisnis dunia adalah korporasi multinasional,
yang juga disebut korporasi transnasional. Yang dimaksudkan dengannya adalah perusahaan
yang mempunyai investasi langsung dalam dua negara atau lebih. Jadi, perusahaan yang
mempunyai hubungan dagang dengan luar negeri, dengan demikian belum mencapai status
korporasi multi nasional (KMN), tetapi perusahaan yang memilki pabrik di beberapa negara
termasuk di dalamnya.
Bentuk pengorganisasian KMN bisa berbeda-beda. Biasanya perusahaan-perusahaan di
negara lain sekurang-kurangnya untuk sebagian dimiliki oleh orang setempat, sedangkan
manajemen dan kebijakan bisnis yang umum ditanggung oleh pimpinan perusahaan di negara
asalnya. KMN ini untuk pertama kali muncul sekitar tahun 1950-an dan mengalami
perkembangan pesat. Contoh KMN seperti Coca-Cola, Johnson & Johnson, General Motors,
IBM, Mitsubishi, Toyota, Sony,Unilever yang memiliki kegiatan di seluruh dunia dan
menguasai nasib jutaan manusia.
2015
22
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Undang Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
2. M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, 2013
3.http://perusahaan.web.id/badan-usaha/pt-badan-usaha/persiapan-pendirianperseroan- terbatas-pt.html
4. http://www.anneahira.com/perusahaan-perseroan.htm
5. http://rinesaa.blogspot.com/2012/12/perseroan-terbatas-pt.html
6.http://www.academia.edu/7007496/MAKALAH_HUKUM_DAGANG_PERSEROAN
_TERBATAS_PT
2015
23
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download