MODUL PERKULIAHAN Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis ETHICS AND DECISION MAKING Fakultas Program Studi Pascasarjana Magister Akuntansi Tatap Muka 06 Kode MK Disusun Oleh 550059 Cecep Winata Abstract Kompetensi Pemahaman etika begitu penting bagi pengambilan keputusan suatu bisnis. Mahasiswa mampu memahami bagaimana memahami pentingnya etika dalam pengambilan keputusan Pembahasan ETHICS AND DECISION MAKING A. Pengertian Etika Etika (ethics) berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan. Perkembangan etika yaitu Studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya. Menurut Kamus Besar Bhs. Indonesia (1995) Etika adalah Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika adalah Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Menurut Maryani & Ludigdo (2001) “Etika adalah Seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi”. 1. Macam – Macam Etika Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya prilaku manusia: a. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil. b. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus member norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan. Etika secara umum dapat dibagi menjadi: a. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat 2015 2 Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnisl Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori. b. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya. 2. Etika Bisnis Definisi etika bisnis sangat beraneka ragam tetapi memiliki satu pengertian yang sama, yaitu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial, dan penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis (Muslich, 1998:4). Ada juga yang mendefinisikan etika bisnis sebagai batasan-batasan sosial, ekonomi, dan hukum yang bersumber dari nilai-nilai moral masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan oleh perusahaan dalam setiap aktivitasnya (Amirullah & Imam Hardjanto, 2005). Pada kesempatan lain, ada juga yang mengemukakan pengertian etika bisnis secara sederhana adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan berbisnis yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri, juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana menjalankan bisnis secara adil sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak bergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam bisinis seringkali ditemukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh hukum. Dari berbagai pendapat diatas, ada banyak pengertian tentang etika bisnis. Yang terpenting bagi pelaku bisnis adalah bagaimana menempatkan etika pada kedudukan yang pantas di dunia bisnis. Tugas pelaku bisnis adalah berorientasi pada norma-norma moral. 2015 3 Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnisl Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari dia selalu berusaha dalam kerangka ‘etis’, yaitu tidak merugikan siapapun secara moral. 3. Prinsip – prinsip Etika Bisnis Etika bisnis mempunyai prinsip-prinsip yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar mempunyai standar baku yang mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasional perusahaan. Muchlish (1998:31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut: a. Prinsip otonomi Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya. b. Prinsip kejujuran Kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan perusahaan. Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik internal maupun eksternal perusahaan. Jika prinsip kejujuran ini dapat dipegang teguh oleh perusahaan, maka akan dapat meningkatkan kepercayaan dari lingkungan perusahaan tersebut. c. Prinsip tidak berniat jahat Prinsip ini ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran. Penerapan prinsip kejujuran yang ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu. Sony Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut: a. Prinsip otonomi Prinsip otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. b. Prinsip kejujuran 2015 4 Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnisl Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan. c. Prinsip keadilan Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan. d. Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle) Pada prinsip ini, pebisnis dituntut agar menjalankan bisnis sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak. e. Prinsip integritas moral Terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orangorangnya maupun perusahaannya. 4. Pentingnya Etika Bisnis Perilaku etik penting untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis. Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif, baik lingkup makro maupun mikro, yang akan dijelaskan sebagai berikut: a. Perspektif Makro pertumbuhan suatu negara tergantung pada market system yang berperan lebih efektif dan efisien daripada command system dalam mengalokasikan barang dan jasa. Beberapa kondisi yang diperlukan market system untuk dapat efektif, yaitu: a) Hak memiliki dan mengelola properti swasta b) Kebebasan memilih dalam perdagangan barang dan jasa c) Ketersediaan informasi yang akurat berkaitan dengan barang dan jasa. Jika salah satu subsistem dalam market system melakukan perilaku yang tidak etis, maka hal ini akan mempengaruhi keseimbangan sistem dan menghambat pertumbuhan sistem secara makro. b. Pengaruh dari perilaku tidak etik pada perspektif bisnis makro adalah sebagai berikut: 2015 5 Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnisl Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a) Penyogokan atau suap; hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kebebasan memilih dengan cara mempengaruhi pengambil keputusan. b) Coercive act; mengurangi kompetisi yang efektif antara pelaku bisnis dengan ancaman atau memaksa untuk tidak berhubungan dengan pihak lain dalam bisnis. Deceptive information Pecurian dan penggelapan; dan unfair discrimination. c. Perspektif Bisnis Mikro dalam Iingkup ini perilaku etik identik dengan kepercayaan atau trust. Dalam Iingkup mikro terdapat rantai relasi di mana supplier, perusahaan, konsumen, karyawan saling berhubungan kegiatan bisnis yang akan berpengaruh pada Iingkup makro. Tiap mata rantai penting dampaknya untuk selalu menjaga etika, sehingga kepercayaan yang mendasari hubungan bisnis dapat terjaga dengan baik. 5. Langkah – Langkah Dalam Menciptakan Etika Bisnis Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: a. Pengendalian Diri artinya pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing – masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut. Walau keuntungan yang diperoleh merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memerhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang "etik". b. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility) pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggungjawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian 2015 6 Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnisl Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan dan lain – lain. c. Mempertahankan Jati Diri; mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang - ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis. Namun demikian bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi. d. Menciptakan Persaingan yang Sehat; persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut. e. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan”; dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-“ekspoitasi” lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar. f. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar; artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan “katabelece” dari “koneksi” serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait. g. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusaha; untuk menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif” harus ada sikap saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis. 2015 7 Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnisl Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id h. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama; semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua etika bisnis telah disepakati, sementara ada “oknum”, baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan “kecurangan” demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan “gugur” satu semi satu. i. Memelihara Kesepakatan; memelihara kesepakatan atau menumbuh kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis. Jika etika ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis. j. Menuangkan ke dalam Hukum Positif; perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi Peraturan Perundang - Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika saat sekarang ini sudah dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi dimuka bumi ini. Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu akan dapat diatasi. Ahli pemberdayaan kepribadian Uno (2004) menjelaskan bahwa mempraktikkan bisnis dengan etiket berarti mempraktikkan tata cara bisnis yang sopan dan santun sehingga kehidupan bisnis menyenangkan karena saling menghormati. Etiket berbisnis diterapkan pada sikap kehidupan berkantor, sikap menghadapi rekan-rekan bisnis, dan sikap di mana kita tergabung dalam organisasi. Itu berupa senyum sebagai apresiasi yang tulus dan terima kasih, tidak menyalah gunakan kedudukan, kekayaan, tidak lekas tersinggung, kontrol diri, toleran, dan tidak memotong pembicaraan orang lain. Dengan kata lain, etiket bisnis itu memelihara suasana yang menyenangkan, menimbulkan rasa saling menghargai, meningkatkan efisiensi kerja, dan meningkatkan citra pribadi dan perusahaan. Sedangkan berbisnis dengan etika bisnis adalah menerapkan aturan-aturan umum mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan. Jadi intinya adalah bagaimana kita mengontrol diri kita sendiri untuk dapat menjalani bisnis dengan baik dengan cara peka dan toleransi. B. Pengambilan Keputusan 2015 8 Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnisl Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pengambilan keputusan (decision making) merupakan bagian kunci bagi manajer. Akan tetapi pengambilan keputusan khususnya memainkan peran penting bila manajer terlibat dalam perencanaan. Dalam suatu proses perencanaan, para manajer memutuskan masalah-masalah seperti apa tujuan organisasi, kesempatan apa yang digunakan, siapa yang akan mengerjakan tugas yang diperlukan. Keseluruhan proses perencanaan melibatkan para manajer dalam suatu rangkaian situasi pengambilan keputusan yang berkesinambungan. 1. Pengertian Keputusan Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan‟ dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Setelah pengertian keputusan disampaikan, kiranya perlu pula diikuti dengan pengertian tentang “pengambilan keputusan”. Ada beberapa definisi tentang pengambilan keputusan, dalam hal ini arti pengambilan keputusan sama dengan pembuatan keputusan, misalnya Terry, definisi pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih (tindakan pimpinan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatifalternatif yang dimungkinkan). Menurut Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Dari kedua pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada. 2. Macam – Macam Keputusan 2015 9 Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnisl Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Menurut H.A. Simon, keputusan yang dibuat oleh manajer dalam mengambil berbagai keputusan dihadapkan pada dua tipe pada situasi yang berbeda, yaitu: a. Keputusan yang terprogram (programed decision) Keputusan ini dibuat untuk mengatasi hal-hal yang bersifat rutin dan terjadi berulangulang pada pekerjaan yang sama, digunakan untuk mengatasi masalah yang mempunyai sebab-akibat secara jelas dalam suatu organisasi. Contohnya: Manajer personalia membuat keputusan tentang ketenagakerjaan, manajer keuangan membuat keputusan tentang berbagai macam yang berkaitan dengan keuangan (jangka pendek), manajer pemasaran membuat keputusan tentang program-program pemasaran dalam meningkatkan penjulan. b. Keputusan yang tak terprogram (non programmed decision) Keputusan tidak akan diprogramkan jika sifatnya baru dan tidak terstruktur, unik dan kompleks. Oleh karena itu tidak ada prosedur tertentu secara pasti yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul, karena masalah tersebut tidak muncul dengan cara yang sama dengan sebelumnya. Contohnya: Manajer produksi membuat inovasi baru tentang sebuah produk, perusahaan membuka cabang. Sedangkan Menurut Mc Farland, dia mengklasifikasikan macam keputusan menjadi keputusan dasar dan keputusan rutin. a) Keputusan dasar Keputusan dasar merupakan keputusan unit, investasi dalam jumlah besar, keputusan yang satu kali menyangkut komitmen jangka panjang dan relative permanent, serta derajat pentingnya sangat tinggi karena satu kesalahan pengambilan keputusan akan berpengaruh terhadap organisasi secara keseluruhan. Sebagai contoh keputusan besar adalah keputusan tentang penentuan lokasi usaha, penentuan produk baru, penggunaan teknologi baru dan hal-hal lain yang berkaitan dengan komitmen jangka panjang. Sekali keputusan dibuat, sulit untuk mengubahnya dan akan menekan biaya yang besar. b) Keputusan rutin Merupakan keputusan-keputusan setiap hari, bersifat repetitive (berulangulang) dan mempunyai sedikit dampak terhadap organisasi secara keseluruhan. Keputusan rutin mempunyai proporsi yang besar dalam suatu organisasi dibandingkan keputusan dasar. Contoh keputusan rutin adalah 2015 10 Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnisl Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id manajer personalia melakukan penarikan tenaga kerja baru, memberi upah harian dan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan rutin organisasi. 3. Faktor –Faktor Pengambilan Keputusan Membuat keputusan di dalam usaha atau bisnis adalah pekerjaan yang tidak mudah. Di dalam membuat keputusan perlu memperhatikan factor-faktor yang dapat mempengaruhinya sebagai berikut: a. Faktor orang Dalam membuat keputusan, perlu diperhatikan dan dipertimbangkan orang-orang yang akan merasakan masalah, sebagai akibat dari adanya keputusan. b. Faktor psikologis Dalam membuat keputusan, perlu memperhatikan dan mempertimbangkan factor psikologis, baik yang terasa maupun yang tidak terasa seperti : emosional, pikiran, perasaan, kekecewaan, maupun kejiwaan lainnya c. Faktor fisik Membuat keputusan merupakan pekerjaan mental. Maka dari itu, didalam membuat keputusan, perlu ditransferkan kearah tindakan fisik. d. Faktor sasaran Dalam membuat keputusan, harus memperhatikan dan mendorong arah usaha atau bisnis dalam rangka pencapaian sasaran yang sudah ditetapkan oleh seorang wirausahawan e. Faktor waktu Dalam membuat keputusan, waktu efektif dan efisien harus cukup menganilisis datadata dan permasalahan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan menurut George R Terry, yaitu: a. Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan. b. Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi. c. Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan kepentingan organisasi. 2015 11 Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnisl Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id d. Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah altenatif- alternatif tandingan. e. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus diubah menjadi tindakan fisik. f. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama. g. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. g. Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar. h. Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai berikutnya. i. Proses Pengambilan Keputusan Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan keputusan pada hakikatnya sama saja dengan analisis proses kebijakan. Proses pengambilan keputusan meliputi : Identifikasi masalah Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu mengindentifikasikan masalah yang ada di dalam suatu organisasi. Pengumpulan dan penganalisis data Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat membantu memecahkan masalah yang ada. Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu diusahakan adanya alternatif-alternatif beserta konsekuensinya, baik positif maupun negatif. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan perkiraan sebaikbaiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya informasi yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik. Pemilihan salah satu alternatif terbaik Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam 2015 12 Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnisl Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan alternative yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya. Pelaksanaan keputusan Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain. Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan yang telah dibuat. 4. Dasar Pengambilan Keputusan Menurut George R. Terry yang disarikan Ibnu Syamsi, dasar pengambilan keputusan dibedakan menjadi lima macam yaitu sebagai berikut: a. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu: a) Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan. b) Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan. Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan. b. Pengambilan Keputusan Rasional Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah–masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu. c. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta 2015 13 Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnisl Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan. Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit. d. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul. Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah. e. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya. Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas. 2015 14 Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnisl Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 5. Kekuatan Dari Pengambilan Keputasan Kekuatan yang dibutuhkan dalam pembuatan keputusan individual dan kelompok Sondang P. Siagian menyatakan bahwa ada tiga kekuatan yang selalu mempengaruhi suatu keputusan yang dibuat. Tiga kekuatan itu: a. Dinamika individu di dalam organisasi. Sebuah organisasi merupakan sekumpulan dari beberapa individu. Individu-individu ini memiliki ide dan pemahaman yang sama dalam visi dan tujuan ke masa depan. Mereka membentuk organisasi dalam rangka mewujudkan visi dan tujuan masa depan yang menjadi impian dan cita-citanya. Pengaruh individu dalam organisasi sangat terasa hal ini terlihat pada pemimpinnya. Seorang pemimpin yang mempunyai kepribadian yang kuat, pendidikan yang tinggi, pengalaman yang banyak akan memberi kesan dan pengaruh yang besar terhadap bawahannya dalam rangka mewujudkan visi dan tujuan tersebut. Pemimpin yang baik akan selalu membimbing anggota organisasinya untuk membuat keputusan yang mengarah kepada kepentingan organisasi dan bukan pada kepentingan individu yang menunjukkan keinginan pribadi seorang. Faktor – faktor yang dapat mendukung dinamika individu dalam organisasi adalah sebagai berikut: a) Rasa tanggung jawab yang baik secara individu maupun kolektif. Setiap anggota organisasi yang menyadari makna tanggung jawab individu dan kolektif sangat menguatkan keputusan yanng diambil dalam organisasi. Kekutatan keputusan ini dapat memperlancar dalam menjalankan rencana kerja dan meraih visi dan misi yang telah ditetapkan. b) Apa yang sudah dipelajari individu dalam organisasi harus segera diaplikasikan dalam pekerjaan. Ilmu yang tidak diaplikasikan bagaikan kapas diterpa angin dan tidak ada bobot sama sekali. Ilmu yang baru saja dipelajari akan menunjukkan bobot dan nilai jika segera diaplikasikan. Nilai tersebut dapat dilihat dari rencana-proses-hasil ketika mengaplikasikan ilmu itu. c) Menjalankan teknik akselerasi. Artinya sebisa mungkin mendukung kegiatan setiap individu agar proses berorganisasi terjadi dengan lebih cepat dan baik. Setiap individu anggota organisasi harus menyadari bahwa mereka satu sama lain saling berhubungan dan bekerja sama. Teknik akselerasi yang ada di dalam organisasi adalah kerjasama dan sikap saling mendukung satu sama lain. Teknik akselerasi ini harus selalu dikembangkan pada individu supaya 2015 15 Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnisl Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id saling mendukung dan membantu anggota organisasi ketika memiliki rencana dan program kerja. Atas dukungan yang diberikan maka rencana dan program kerja akan berhasil. d) Rencana pengembangan personal artinya individu harus mengerti bahwa sebuah organisasi tidak dapat menjamin mereka tentang lapangan pekerjaan seumur hidup namun organisasi dapat membantu individu untuk mengembangkan karir mereka. Harus ada kerjasama antara organisasi dan individu untuk menciptakan pengembangan karir jangka panjang. e) Tersedia kesempatan yang seluas – luasnya untuk mengembangkan karir. Karir anggota individu di dalam organisasi dapat berkembang dilihat dari kemampuan dirinya dalam membuat keputusan. Keputusan yang diambil selalu membawa muatan kepentingan organisasi. Dari kemampuan tersebut secara tidak langsung individu tersebut dapat memimpin realisasi program kerja maupun organisasi itu. f) Pembelajaran individu harus dihubungkan kepada pembelajaran organisasi secara struktur dan lebih eksplisit agar sinergis. Pembelajaran individu dan pembelajaran organisasi harus sejalan supaya tidak ada konflik yang akhirnya menggangu perkembangan satu sama lain. Keselarasan pembelajaran individu dan organisasi dalam penerapannya selalu berpedoman pada visi dan misi organisasi maka keselaran ini secara langsung dapat membuat organisasi semakin kuat dan berkembang. b. Dinamika kelompok orang-orang di dalam organisasi. Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan kata Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama. Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami. Dinamika kelompok mempunyai pengaruh besar dalam rangka mengembangkan dan membuat rencana organisasi berhasil. Untuk mewujudkan ini maka pemimpin organisasi hendaknya mengusahakan agar kelompok di dalam organisasi dapat lebih cepat berkembang menjadi dewasa. Berkembang dan mengarahnya kelompok organisasi ke arah semakin dewasa memberikan keuntungan bagi organiasi dalam rangka menerapkan rencana kerja dan mewujudkan visi dan misi. 2015 16 Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnisl Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain: a) Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup. Kelompok-kelompok organisasi yang dapat bekerjasama dan saling membantu dalam menjalankan rencana kerja maka akan mempermudah dalam mengatasi persoalan organisasi. Persoalan yang seharusnya dipecahkan dan ditanggung oleh satu atau sebagian kelompok akan menjadi mudah pemecahan dan penyelesaiannya ketika semua kelompok terlibat bekerjasama saling membantu. Kerjasama ini harus selalu ditanamkan dan dikembangkan di dalam organisasi tersebut agar kedewasaan kelompok semakin matang. b) Memudahkan pekerjaan. Dinamika kelompok yang dapat berjalan dengan baik di mana masing-masing kelompok dapat memberikan informasi dan kontribusi positif bagi kelompok yang lain maka secara langsung pekerjaan dapat berjalan lancar dan selesai tepat waktu. Informasi dan kontribusi yang diberikan oleh satu kelompok merupakan bahan atau sumber modal kerja bagi kelompok yang lainnya. Ketidakatifan salah satu kelompok dalam sebuah organisasi dapat membuat organisasi tersebut berhenti berkerja dikarena informasi maupun kelompok kerja tidak bisa diandalkan. Kerjasama kelompok yang baik dan konsisten dengan rencana kerja dapat meningkatkan kinerja organisasi. Kinerja yang harmonis dalam organisasi bukan saja hanya akumulasi keahlian dan pengetahuan individu dalam kelompok tetapi hasil dari keseluruhan keahlian anggota kelompok yang bekerja sebagai satu kesatuan yang tidak terpisah dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi. c) Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga selesai lebih cepat, efektif dan efisien. Kelompok-kelompok kecil yang dibentuk di dalam organisasi memiliki tujuan untuk memperlancar kerja organisasi. Salah satu tujuan adanya kelompok kecil adah pembagian pekerjaan sesuai bagian kelompoknya masing-masing atau sesuai keahlian. Keuntungan dengan pembagian pekerjaan adalah : pekerjaan dan masalah tidak harus selalu diselesaikan di pusat, informasi mudah diperoleh karena setiap kelompok memiliki kontribusi sesuai dengan pembagian pekerjaan, keputusan dapat diambil cepat dan akurat, dan beban pekerjaan dapat dibagi sesuai berat ringannya sebuah pekerjaan. 2015 17 Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnisl Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id d) Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan berorganisasi dengan memungkinkan setiap individu memberikan masukan, interaksi, dan memiliki peran yang sama dalam organisasi. Dinamika kelompok secara tidak langsung membangun sistem demokrasi yang baik di dalam sebuah organisasi melalui kelompok kecil ketika merumuskan rencana kerja dan memecahkan masalah ketika ada persoalan. Kemufakatan demokrasi lebih mudah dibuat di dalam kelompok kecil dari pada lingkup organisasi yang besar. Hal ini bisa terjadi karena tiap anggota kelompok kecil mudah untuk disatukan visi, misi, tujuan, pemecahan masalah. c. Dinamika lingkungan organisasi. Pengaruh lingkungan juga memegang peranan yang cukup penting untuk diperhatikan. Antara organisasi dan lingkungan itu saling mempengaruhi. Dinamika lingkungan organisasi tersebut dapat dilihat dibawah ini. a) Dinamika lingkungan organisasi internal, dinamika internal yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan adalah: Adanya visi, misi, paradigma dan filosofi baru di dalam organisasi, Perubahan strategi organisasi yang baru, Dilakukannya redefinisi tentang core bussinis, Dilakukannya restrukturisasi dan reengineering organisasi, Kondisi sumber daya manusia dalam organisasi, Perubahan budaya organisasi dan kegiatan utama organisasi. b) Dinamika lingkungan organisasi eksternal, dinamika eksternal yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan meliputi 4 unsur yaitu kondisi skala lokal, nasional, regional dan Internasional. Dari keempat unsur tersebut dapat dirangkum hal-hal yang memberi pengaruh pada pengambilan keputusan seperti: Situasi politik, nilai-nilai sosial, etika dan budaya di masyarakat, Perubahan kondisi pasar dan konsumen, Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Adanya peraturan dan undang-undang baru dari pemerintah. 2015 18 Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnisl Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka http://alviyana.student.fkip.uns.ac.id/2012/01/03/makalah-etika-bisnis-apakah-kegiatanberbisnis-di-indonesia-sesuai-dengan-etika-bisnis/ http://www.tempointeraktif.com/hg/peraturan/2004/06/09/prn,20040609-04,id.html http://risaseptiani.blogspot.com/2011/11/makalah-etika-bisnis.html http://edukasi.kompasiana.com http://id.wikipedia.org/wiki/Dinamika_kelompok http://indosdm.com http://pembuatan-keputusan.blogspot.com http://tpers.net 2015 19 Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnisl Cecep Winata Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id