komitmen direksi dan dewan komisaris

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Kewirausahaan,
Etika Profesi dan
Hukum Bisnis
Kasus : Good and Bed
Corporate Governance
Fakultas
Program Studi
Pascasarjana
Magister Akuntansi
Tatap Muka
12
Kode MK
Disusun Oleh
550059
Cecep Winata
Abstract
Kompetensi
Badan usaha yang dibangun ada yang
good dan ada yang bad misalnya Bank
BRI dan PTKATARINA UTAMA,Tbk
Mahasiswa harus memahami
bagaimana perusahaan yang good dan
bad seperti contoh disini
Pembahasan
GOOD AND BAD CORPORATE GOVERNANCE
A. Kasus Good Corporate Governance
Penerapan good corporate governance pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
I. Latar Belakang
PT BRI (Persero), Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak
disektor perbankan dan telah go public, dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku,
telah mengimplementasikan prinsip-prinsipGood Corporate Governance (GCG) dalam
setiap aspek pengelolaan perusahaan. BRI menyadari bahwa keberlangsungan eksistensi
perusahaan tidak hanya diukur dari performa keuangan, dan peningkatan keuntungan,
melainkan juga melalui performa internal perusahaan yaitu etika dan Good Corporate
Governance.
Guna mendukung tercapainya tujuan perusahaan, BRI menetapkan komitmen untuk
menjalankan sistem perbankan yang sehat di Indonesia dengan berlandaskan pada
pengimplementasian prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).
Melalui implementasi prinsip-prinsip GCG secara konsisten dan berkesinambungan
diharapkan dapat memaksimalkan corporate value dan kepercayaan pasar. Hal ini
dilakukan agar Bank memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun
internasional serta mampu menjaga kelangsungan usaha dalam jangka panjang sehingga
tujuan Perseroan dapat tercapai.
II.
Tujuan Pelaksanaan Good Corporate Governance
Pelaksanaan GCG bertujuan untuk :
1. Mendukung pencapaian visi dan misi Bank
2. Mendukung pencapaian tujuan Bank melalui peningkatan kinerja yang signifikan;
3. Memaksimalkan nilai perusahaan
4. Memberikan keyakinan kepada pemegang saham dan stakeholderslainnya bahwa
pengurusan dan pengawasan Bank dijalankan secara profesional
5. Menjamin kesehatan dan kemajuan Bank secara berkesinambungan
2015
2
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6. Memberikan pedoman bagi Komisaris, Direksi dan Pekerja Bank dalam melaksanakan
tugasnya
7. Mendukung pengelolaan sumber daya Bank secara lebih efisien dan efektif
8. Mengoptimalkan hubungan risk – return yang konsisten dengan strategi bisnis
9. Mendukung terciptanya pengambilan keputusan oleh seluruh insan Bank yang didasari
pada prinsip-prinsip GCG
10. Mendukung penetapan kebijakan Bank yang didasari oleh prinsip-prinsip GCG
11. Membantu terwujudnya good corporate citizen.
III.
Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Sebagai lembaga intermediasi dan lembaga kepercayaan, dalam melaksanakan kegiatan
usahanya Bank wajib senantiasa menganut prinsip-prinsip GCG sebagai berikut:
a. Transparansi (Transparency)
Merupakan keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan
serta keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Mempunyai kebijakan untuk mengungkapkan berbagai informasi penting yang
diperlukan oleh pemangku kepentingan.
2. Mengungkapkan informasi sesuai dengan ketentuan perundang‐undangan yang
berlaku, antara lain meliputi tetapi tidak terbatas pada hal‐hal yang bertalian
dengan visi, misi, nilai‐nilai serta sasaran usaha dan strategi, kondisi keuangan,
susunan dan remunerasi Komisaris dan Direksi, pemegang saham pengendali,
struktur organisasi beserta pejabat eksekutif, manajemen risiko, sistem
pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta
tingkat kepatuhannya dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi
Bank.
3. Mengambil inisiatif untuk mengungkapkan hal-hal yang tidak hanya disyaratkan
oleh peraturan perundang‐undangan, tetapi juga hal‐hal lain yang diperlukan
untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, nasabah serta pemangku
kepentingan lainnya.
4. Tidak mengurangi kewajiban melindungi informasi rahasia mengenai Bank dan
nasabah sesuai dengan peraturan perundang‐undangan serta informasi yang dapat
mempengaruhi daya saing Bank.
5. Informasi tersebut secara tertulis dan dikomunikasikan kepada pemangku
kepentingan.
2015
3
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b. Akuntanbilitas (Accountability)
Merupakan kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ Bank
sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Menetapkan sasaran usaha jangka panjang dan target usaha jangka pendek untuk
dapat dipertanggungjawabkan kepada pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya.
2. Dewan Komisaris dan Direksi menyampaikan laporan tahunan dan
pertanggungjawaban keuangan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
serta menjelaskan pokok‐pokok isinya kepada pemangku kepentingan dan
masyarakat pada umumnya.
3. Menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku kepada otoritas
pengawas Bank dan kepada pemangku kepentingan lainnya sesuai ketentuan
yang berlaku.
4. Menetapkan tugas dan tanggung jawab yang jelas bagi masing‐masing organ,
anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta seluruh jajaran dibawahnya yang
selaras dengan visi, misi, nilai‐nilai perusahaan, sasaran usaha dan strategi Bank.
5. Memastikan bahwa masing‐masing anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta
seluruh jajaran pimpinan Bank harus membuat pertanggungjawaban atas
pelaksanaan tugasnya, secara periodik sesuai dengan ketentuan internal Bank.
6. Meyakini bahwa masing‐masing Dewan Komisaris dan Direksi maupun seluruh
jajaran dibawahnya mempunyai kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya
dan memahami perannya dalam pelaksanaan GCG.
7. Memastikan adanya struktur, sistem dan standard operating procedure (SOP)
yang dapat menjamin bekerjanya mekanisme check and balance dalam
pencapaian visi, misi, dan tujuan Bank.
8. Memiliki ukuran kinerja dan sistem remunerasi bagi masing‐masing anggota
Dewan Komisaris dan Direksi maupun seluruh jajaran dibawahnya berdasarkan
ukuran‐ukuran yang disepakati dan konsisten dengan visi, misi, nilai‐nilai
perusahaan, sasaran usaha dan strategi Bank serta memiliki sistem penghargaan
dan sanksi (reward and punishment system).
9. Memiliki sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan Bank.
10. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, masing‐masing insan Bank
harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku yang telah disepakati.
2015
4
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. Pertanggungjawaban (Responsibility)
Merupakan kesesuaian pengelolaan Bank dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan Bank yang sehat.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Insan Bank berpegang pada prinsip kehati‐hatian dan menjamin dilaksanakannya
peraturan perundang‐undangan, anggaran dasar serta peraturan internal Bank.
2. Menafsirkan secara baik ketentuan perundang‐undangan, anggaran dasar dan
peraturan internal Bank, tidak hanya dari perumusan kata‐kata yang tercantum
didalamnya, tetapi juga dari latar belakang yang mendasari dikeluarkannya
peraturan dan ketentuan tersebut.
3. Menghindari segala biaya transaksi yang berpotensi merugikan pihak ketiga
maupun pihak lain di luar ketentuan yang telah disepakati, seperti tersirat pada
undang-undang, regulasi, kontrak maupun pedoman operasional bank.
4. Memelihara kelestarian alam melalui kebijakan perkreditan dan kebijakan lain
yang mendukung terpeliharanya sumber daya alam.
5. Bertindak sebagai warga korporasi yang baik melalui tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
d. Independensi (Independence)
Merupakan pengelolaan Bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak
manapun.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Menghindari dominasi dari pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan
tertentu, bebas dari benturan kepentingan dan segala pengaruh atau tekanan
sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.
2. Melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar, peraturan
internal Bank dan peraturan perundang‐undangan, tidak saling mendominasi dan
atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain.
3. Melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan uraian tugas serta standar
operasi yang berlaku untuk jenis pekerjaan yang bersangkutan.
2015
5
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Merupakan keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang
timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Memberikan perlakuan yang wajar dan setara kepada pemangku kepentingan
sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada Bank.
2. Memberikan kesempatan kepada seluruh pemangku kepentingan untuk
memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan Bank serta
membuka akses terhadap informasi sesuai prinsip keterbukaan.
3. Dalam penerimaan pegawai dan pengembangan karir pekerja serta pelaksanaan
tugas secara profesional, Bank tidak membedakan suku, agama, ras, golongan,
jenis kelamin (gender) dan kondisi fisik.
IV.
Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance dikelola melalui penerapan :
a. Komitmen Good Corporate Governance
1. Visi dan Misi
Perusahaan mempunyai visi yang mencerminkan tujuan yang akan dicapai
pada masa yang akan datang dan misi yang memuat cara untuk mencapai
visi yang telah ditetapkan.
2. Nilai-nilai Perusahaan (Core Value)
Nilai-nilai Perusahaan mencakup nilai Budaya Kerja yang diterjemahkan
dalam Tindakan Budaya Kerja yang menjadi landasan cara berpikir,
berperilaku dan bertindak individu-individu dalam kelompok yang
dipergunakan secara terus menerus. Semua insan Bank diharuskan
bertindak sesuai nilai-nilai pokok tersebut dalam pelaksanaan tugas.
2015
6
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Pedoman Dewan Komisaris dan Direksi
Pedoman Dewan Komisaris dan Direksi Bank yang menjabarkan struktur,
tugas dan tanggung jawab, pembagian tugas, etika kerja, rapat, organisasi,
dan hubungan kerja dari Dewan Komisaris dan Direksi, sebagai acuan bagi
Dewan Komisaris dan Direksi dalam melaksanakan tugas masing-masing
untuk mencapai visi dan misi Bank.
4. Kode Etik (Code Of Conduct)
Kode Etik Bank merupakan pedoman yang menjelaskan etika usaha dan
tata perilaku insan Bank untuk melaksanakan praktik-praktik pengelolaan
perusahaan yang baik.
Kode Etik Bank menjadi standar perilaku yang wajar, patut dan dapat
dipercaya untuk semua insan Bank dalam melaksanakan kegiatan usaha
termasuk berinteraksi dengan pemangku kepentingan (stakeholder).
Kode Etik Bank berlaku bagi seluruh insan Bank diseluruh jenjang
organisasi Bank. Penerapan Kode Etik Bank secara terus menerus dan
berkesinambungan dalam bentuk sikap, perbuatan, komitmen dan
ketentuan mendukung terciptanya budaya Perusahaan.
5. Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
Perjanjian kerja bersama (PKB) mengatur syarat-syarat kerja yang
merupakan hasil perundingan dan kesepakatan antara Bank dengan serikat
pekerja di Bank, yang akan digunakan sebagai pedoman oleh kedua belah
pihak dalam melaksanakan hubungan kerja dan sebagai rujukan utama
dalam hal terjadi perselisihan perjanjian kerja bersama.
Kesepakatan tersebut merupakan amanat dari Undang-undang
Ketenagakerjaan yang pada prinsipnya merupakan acuan dalam membina
hubungan industrial yang harmonis antara Bank dan seluruh pekerja.
6. Pelestarian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Tanggung jawab terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan
hidup merupakan komitmen BRI untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Bank sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
2015
7
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam fungsinya melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan,
BRI memiliki strategi dan program tanggung jawab sosial dan lingkungan
yang terintegrasi dengan strategi bisnis BRI yang memperhatikan
pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan BRI dipublikasikan
kepada pemangku kepentingan dalam laporan secara berkala.
b. Struktur Governance
Struktur tata kelola Bank meliputi struktur organ perusahaan utama dan
pendukung serta kebijakan Bank dalam rangka pelaksanaan usaha, yaitu sbb :
1. Organ Utama
Terdiri atas :
a. Rapat Umum Pemegang Saham
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan forum dari instansi
tertinggi Organ Bank, yaitu pemegang saham. RUPS terdiri atas :
1. RUPS Tahunan, untuk mengesahkan beberapa agenda yang wajib
diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan
setelah tahun buku berakhir.
2. RUPS lainnya, dapat diselenggarakan setiap waktu berdasarkan
kebutuhan untuk kepentingan Perusahaan.
b. Dewan Komisaris
Dewan komisaris terdiri dari Komisaris dan Komisaris Independen.
Komisaris independen ditetapkan paling kurang 50% (lima puluh persen)
dari jumlah anggota Dewan Komisaris. Pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab Dewan Komisaris mengacu pada Anggaran dasar Bank, dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Direksi
Direksi bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial. Masing‐masing
anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan
sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya, tetapi pelaksanaan
tugas dari masing‐masing anggota Direksi akhirnya tetap merupakan
tanggung jawab bersama. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
2015
8
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mengacu pada Anggaran Dasar Bank, dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Hubungan kerja Dewan Komisaris dan Direksi adalah hubungan check and
balances dengan prinsip bahwa kedua organ tersebut mempunyai tugas
untuk menjaga kelangsungan usaha Bank dalam jangka panjang dan
mempunyai tujuan akhir untuk kemajuan dan kesehatan Bank.
2. Organ Pendukung
Terdiri dari :
a. Komite-komite
Komite di bawah Dewan Komisaris, antara lain :
1. Komite Audit
2. Komite Nominasi dan Remunerasi
3. Komite Pengawasan Manajemen Risiko.
Komite di bawah Direksi, antara lain :
1. Komite Manajemen Risiko /Risk Management Committee (RMC);
2. Komite Kebijakan Perkreditan (KKP);
3. Komite Kredit (KK);
4. Komite Aset dan Liabilitas / Asset-Liability Committee (ALCO);
5. Komite Pengarah Teknologi dan Sistem Informasi / IT Steering
Committee (ITSC);
6. Komite Kebijakan Sumber Daya Manusia; dan
7. Komite lainnya yang dapat ditetapkan kemudian
b. Sekretaris Dewan Komisaris
Sekretaris Dewan Komisaris merupakan organ Dewan Komisaris
yang diangkat oleh Dewan Komisaris yang bertugas membantu
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris.
2015
9
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. Sekretaris Perusahaan
Bank menunjuk Sekretaris Perusahaan untuk membantu Dewan
Komisaris dan Direksi dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab masing-masing terkait dengan pelaksanaan GCG serta untuk
mengelola komunikasi kepada pihak yang berkepentingan
(stakeholders) baik pihak intern maupun pihak ekstern.
d. Satuan Kerja Manajemen Risiko
Penerapan Manajemen Risiko meliputi :
1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi
2. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit
3. Proses Manajemen Risiko dan sistem informasi Manajemen Risiko
4. Sistem Pengendalian Internal
e. Satuan Kerja Kepatuhan
Satuan Kerja Kepatuhan merupakan Unit Kerja independen yang
bertanggungjawab dalam melaksanakan Fungsi Kepatuhan di BRI.
f. Satuan Kerja Audit Intern
Audit Intern merupakan unit kerja/satuan kerja yang secara
struktural berada dibawah pengawasan langsung Direktur Utama,
bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama dan memiliki
garis komunikasi dengan Komite Audit. Audit Intern melakukan
kegiatan pemberian keyakinan (assurance) dan konsultasi yang
bersifat independen dan objektif dengan tujuan untuk meningkatkan
nilai tambah dan memperbaiki operasional Bank melalui pendekatan
yang sistematis dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan
kecukupan dan efektifitas manajemen risiko, pengendalian intern
dan proses tata kelola perusahaan.
g. Audit Ekstern
Pemeriksaan terhadap Bank dilakukan pula oleh eksternal Auditor
yaitu Bank Indonesia, Badan Pemeriksa Keuangan, pemeriksa lain
sesuai regulasi dan Kantor Akuntan Publik. Bank wajib menunjuk
Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Bank
Indonesia dalam pelaksanaan audit laporan keuangan Bank.
2015
10
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Kebijakan
Terdiri dari :
a. Kebijakan Penyusunan Rencana Bank
Rencana Bank terdiri dari :
1. Rencana Jangka Panjang (RJP/corporate plan) untuk jangka waktu 5
(lima) tahun.
2. Rencana Bisnis Bank (RBB) Bank untuk jangka waktu 3 (tiga)
tahun.
3. Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) Bank untuk 1 (satu)
tahun.
b. Kebijakan Usaha
Kebijakan dan peraturan internal BRI termasuk standard operating
procedure (SE/SK/BPO/Juklak) harus sejalan dengan kebijakan GCG
yang telah ditetapkan. Asas GCG harus tercermin dalam semua kebijakan
dan peraturan internal Bank baik yang berkaitan dengan usaha Bank
maupun berkaitan dengan manajemen intern Bank.
Setiap pengembangan produk dan/atau aktivitas baru harus dikaji dengan
seksama kesesuaiannya dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan terkait
produk dan/atau aktivitas baru Bank diatur dalam ketentuan tersendiri.
c. Kebijakan Pengawasan
1. Pengawasan Bank diimplementasikan dengan konsep 3 (tiga) garis
pertahanan/three lines of defense yaitu:
a. First Line of Defense
b. Second Line of Defense
c. Third Line of Defense
2. Kebijakan Pengawasan BRI terdiri dari :
a. Kebijakan pengendalian internal
Kebijakan
pengendalian
internal
disusun
memperhatikan ruang lingkup sebagai berikut :
2015
11
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dengan
i.
Lingkungan
pengendalian,
konsep three line of defense;
contoh
penerapan
ii.
Pengkajian dan pengelolaan risiko usaha, contoh risk
assessment terhadap produk dan/atau aktivitas bisnis
bank;
iii.
Aktivitas pengendalian yang dilaksanakan disetiap
tingkatan struktur bank, contoh kebijakan pengawasan
atasan langsung,dual control dsb;
iv.
Sistem informasi dan komunikasi, contoh informasi
yang tersedia di dalam Data Ware House (DWH);
v.
Pemantauan, Evaluasi dan tindak lanjut atas aktivitas
pengendalian intern, contoh kebijakan penerapan
perangkat manajemen risiko.
b. Kebijakan pengawasan internal
Kebijakan pengawasan internal antara lain meliputi kebijakan
Audit Intern, Strategi AntiFraud, Hukum dan Kepatuhan.
c. Kebijakan pengawasan eksternal
Pengawasan eksternal dilakukan oleh auditor eksternal dan
lembaga pengawas perbankan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
d. Kebijakan transparansi dan Pengungkapan
Kebijakan internal Bank
terkait
pengungkapan tertuang dalam :
transparansi
dan
1. Panduan transparansi dan pengungkapan (transparency
and disclosure guidelines);
2. Kebijakan Rahasia Bank; dan
3. Kebijakan tentang pelaporan baik laporan internal
maupun eksternal termasuk laporan kepada otoritas
pengatur dan pengawas Bank, yang dituangkan dalam
kebijakan tersendiri menurut jenis laporan.
Evaluasi dan penyempurnaan kebijakan internal Bank dilakukan secara berkala oleh
unit kerja pembuat kebijakan (policy owner) sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan Bank.
2015
12
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. Proses Governance
Proses governance merupakan cara atau mekanisme yang dilakukan oleh organ
perusahaan dan jajaran dibawahnya dalam melakukan fungsi dan tugasnya untuk
mewujudkan
komitmen
dan
struktur
governance
sehingga
dapat
dicapai governance outcome yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.
Proses governance terdiri dari :
1. Rapat Umum Pemegang Saham
2. Pelaksanaan Fungsi, Tugas dan Tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi
3. Pelaksanaan Kegiatan Usaha Bank
4. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
5. Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan
6. Tata kelola teknologi informasi (IT governance)
7. Pengelolaan Anak Perusahaan
8. Sosialisasi kebijakan Bank
9. Dokumentasi Proses
d. Governance Outcome
Governance Outcome merupakan manifestasi dari pelaksanaan governance Bank yang
dimulai dari komitmen goaernance dan dilaksanakan melalui struktur governance dan
Proses governance secara terintegrasi.
Manifestasi pelaksanaan GCG di Bank dapat dilihat dari, antara lain :
2015
13

Kesinambungan Usaha

Perlindungan Nasabah

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Kemanfaatan Bank bagi masyarakat dan perekonomian nasional
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
V.
Transparansi Pelaksanaan Good Corporate Governance
a. Pengukuran Efektivitas Pelaksanaan Good Corporate Governance
Pengukuran efektifitas pelaksanaan GCG di Bank dilakukan melalui metode
assessment. Metode assessment pengakuran efektifitas pelaksanaan GCG di
Bank, dapat dilakukan secara:
1. Penilaian Sendiri (self assessment)
2. Penilaian GCG dari Pihak Lain (third party assessment)
b. Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance
i. Penyusunan laporan pelaksanaan GCG Bank atau laporan tata kelola
perusahaan berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia, Bapepam-LK
dan ketentuan eksternal lainnya yang mengatur penyusunan materi
laporan.
ii. Laporan pelaksanaan GCG Bank dimuat dalam laporan tahunan Bank
dalam bab tersendiri atau disajikan terpisah dari laporan tahunan Bank
yang disampaikan bersama-sama dengan laporan Tahunan Bank paling
lambat 5 (lima) bulan setelah tahun buku berakhir.
iii. Penyampaian laporan pelaksanaan GCG Bank kepada stakeholders,
mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, Bapepam-LK, dan
ketentuan eksternal lainnya.
KOMITMEN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS
Kode Etik BRI berlaku bagi seluruh Insan Bank diseluruh jenjang organisasi BRI. Penerapan
atas kode etik BRI secara terus menerus dan berkesinambungan dalam bentuk sikap,
perbuatan, komitmen dan ketentuan mendukung terciptanya budaya Perusahaan. Sejalan
dengan upaya untuk menerapkan menejemen yang profesional dan tata kelola perusahaan
yang baik, serta membangun perilaku yang sesuai standar etika Bank BRI dengan mengacu
pada praktik terbaik (best practice) dan memenuhi peraturan perundangan yang berlaku,
berkesinambungan dan konsisten melalui penerapan nilai-nilai Good Corporate
Governance (GCG)
yakni Transparency (Transparansi),Accountability (Akuntabilitas), Responsibility (Responsib
ilitas), Independence(Kemandirian), Fairness (Kewajaran) yang menjiwai isi Standar Etika
Perusahaan (Code of Conduct) dan Kebijakan Tata Kelola Perusahaan (Corporate
Governance Policy) BRI.
2015
14
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
B. Kasus Bad Corporate Governance
I.
Latar Belakang Masalah:
PT Katarina Utama Tbk (RINA) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
jasa pemasangan, pengujian dan uji kelayakan produk dan peralatan telekomunikasi. Direktur
Utama RINA adalah Fazli bin Zainal Abidin. RINA tercatat di BEI sejak 14 Juli 2009. Belum
lama ini RINA menggelar penawaran saham perdana kepada publik dengan melepas 210 juta
saham atau 25,93% dari total saham, dengan harga penawaran Rp 160,- per lembar saham.
Dari hasil IPO, didapatkan dana segar sebesar Rp 33,66 miliar. Rencananya seperti terungkap
dalam prospektus perseroan, 54,05% dana hasil IPO akan digunakan untuk kebutuhan modal
kerja dan 36,04% dana IPO akan direalisasikan untuk membeli berbagai peralatan proyek.
Pada Agustus 2010 lalu, salah satu pemegang saham Katarina, PT Media Intertel
Graha (MIG), dan Forum komunikasi Pekerja Katarina (FKPK) melaporkan telah terjadi
penyimpangan dana hasil IPO yang dilakukan oleh manajemen RINA. Dana yang sedianya
akan digunakan untuk membeli peralatan, modal kerja, serta menambah kantorcabang, tidak
digunakan sebagaimana mestinya. Hingga saat ini manajemen perseroan belum melakukan
realisasi sebagaimana mestinya. Dari dana hasil IPO sebesar Rp 33,66 miliar, yang
direalisasikan oleh manajemen ke dalam rencana kerja perseroan hanya sebesar Rp 4,62
miliar, sehingga kemungkinan terbesar adalah terjadi penyelewengan dana publik sebesar Rp
29,04 miliar untuk kepentingan pribadi. Selain itu, Katarina diduga telah memanipulasi
laporan keuangan audit tahun 2009 dengan memasukkan sejumlah piutang fiktif guna
memperbesar nilai aset perseroan. Bahkan Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah memutus
aliran listrik ke kantor cabang RINA di Medan, Sumatera Utara, karena tidak mampu
membayar tunggakan listrik sebesar Rp 9 juta untuk tagihan selama 3 bulan berjalan.
Akhirnya Cabang Di Medan ditutup secara sepihak tanpa meyelesaikan hak hak
karyawannya. Bahkan selama ini manajemen tidak menyampaikan secara utuh dana
jamsostek yang dipotong dari gaji karyawan, ada juga karyawan yang tidak mengikuti
jamsostek tetapi gajinya juga ikut dipotong. Bursa menghentikan perdagangan saham RINA
sejak awal September 2010. BEI kemudian melimpahkan kasus ini kepada Bapepam-LK
untuk ditindaklanjuti.
2015
15
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
II.
Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip GCG
1.
Keadilan/Kewajaran (Fairness)
PT Katarina Utama tidak memperlakukan secara adil para pemangku kepentingan
baik primer maupun sekunder, investor tidak diperlakukan secara adil dan tidak ada keadilan
pula bagi karyawan, saya mengambil salah satu contoh yang sangat jelas yaitu pada
pemotongan gaji untuk asuransi jamsostek para karyawan, telah dipaparkan diatas bahwa
para karyawan yang tidak mengikuti asuransi jamsostek gajinya tetap ikut dipotong tanpa
alasan yang jelas. Selain itu cabang RINA di Medan telah melakukan penutupan secara
sepihak tanpa menyelesaikan hak hak para karyawan dengan tidak membayar gaji sesuai
dengan pengorbanan yang telah mereka berikan kepada PT Katarina Utama, terbukti bahwa
manajemen RINA melanggar prinsip Keadilan.
2.
Prinsip Transparansi (Keterbukaan)
PT Katarina Utama tidak menyampaikan informasi dengan benar, seperti yang telah
disampaikan diatas Manajemen RINA telah memasukkan sejumlah piutang fiktif guna
memperbesar nilai aset perseroan, sehingga informasi yang diterima oleh para pemangku
kepentingan menjadi tidak akurat yang mengakibatkan para pemangku kepentingan seperti
investor menjadi salah mengambil keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa PT Katarina
Utama telah melanggar prinsip Transparansi (Keterbukaan) dalam penyampaian informasi.
3.
Prinsip Akuntabilitas
Telah terbukti bahwa Katarina Utama tidak merealisasikan dana hasil IPO sesuai
dengan prospektus perseroan dan melakukan penyelewengan dana untuk kepentingan pribadi
direktur, sehingga terjadi ketidak efektifan kinerja perseroan. Laporan Keuangan yang
dihasilkannya pun menjadi tidak akurat dan tidak dapat dipercaya. Hal ini jelas menjadi bukti
bahwa PT Katarina Utama gagal dalam menerapkan prinsip akuntabilitas.
4.
Prinsip Responsibilitas (Tanggung Jawab)
PT Katarina Utama Jelas sangat melanggar prinsip Responsibilitas dengan melakukan
penyelewengan dana milik investor publik hasil IPO sebesar Rp 29,04 miliar, Manajemen
RINA juga tidak meyelesaikan kewajibannya kepada karyawan dengan membayar gaji
mereka, selain itu RINA tidak membayar tunggakan listrik sebesar Rp 9 juta untuk tagihan
selama 3 bulan berjalan. Berdasarkan informasi yang dihimpun Seputar Indonesia (SI),
sebagian besar direksi dan pemangku kepentingan perseroan dikabarkan telah melarikan diri
ke luar negeri. Hal ini jelas menggambarkan bahwa RINA melanggar Prinsip Responsibilitas.
5.
Prinsip Kemandirian
Dengan adanya penyelewengan dana hasil IPO membuat perseroan menjadi tidak
efektif dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, tidak mampu membayar gaji karyawan,
dan tidak mampu membayar tunggakan listrik PLN sehingga menyebabkan ditutupnya
cabang PT Katarina Utama di Medan. Hal ini lah yang menyebabkan PT Katarina Utama
tidak dapat melaksanakan prinsip kemandirian.
2015
16
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
III.
Dampak terhadap Pelanggaran GCG.
1. Ketidakpercayaan para pemegang saham
2. Ketidakpercayaan karyawan, munculnya berbagai demo karyawan di berbagai cabang
PT Katarina Utama
3. Ketidakpercayaan Mitra Kerja, penggelembungan nilai aset dengan memasukkan
sejumlah piutang fiktif yang dituduhkan kepada satu pemegang saham Katarina, PT
Media Intertel Graha (MIG), membuat mitra kerja tersebut berbalik melaporkan
Manajemen RINA dan menimbulkan ketidakpercayaan kepada Manajemen RINA
4. Ketidakpercayaan Pemerintah, PLN memutus aliran listrik ke kantor cabang RINA di
Medan, Sumatera Utara, karena tidak mampu membayar tunggakan listrik sebesar Rp
9 juta untuk tagihan selama 3 bulan berjalan
5. Bursa menghentikan perdagangan saham RINA sejak awal September 2010
6. Tidak berjalannya kegiatan operasional perusahaan karena perusahaan tidak mampu
membiayai kegiatan operasional sehingga tidak ada pemasukan bagi perusahaan,
bahkan kantor cabang RINA di Medan akhirnya ditutup.
2015
17
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
http://www.scribd.com/doc/52046697/BEDAH-NERACA-PT-KATARINA-UTAMA-TBK)
http://www.bri.co.id/articles/165
2015
18
Kewirausahaan, Etika Profesi dan
Hukum Bisnisl
Cecep Winata
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download