Pertemuan Keenam Mata kuliah: Etika Profesi dan Budi Pekerti Materi: Good Corporate Governance(GCG) Sumber buku acuan: Etika bisnis dan profesi, Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana Latar belakang munculnya GCG Runtuhnya system ekonomi komunis dan berkembangnya system kapitalis menyebabkan timbulnya perusahan-perusahaan swasta besar yang aktifitas dan kekuasaan melebihi batas negara. Dengan konsep pasar bebas dan globalisasi perekonomian, perusahaan swasta besar tersebut bukan hanya berkembang semakin besar melainkan dapat mempengaruhi dan mengarahkan kebijakan yang dipimpin oleh para pemimpin politik suatu negara untuk kepentingan kelompok perusahaan mereka dengan kekuatan uang yang dimilikinya. Dominasi kekuatan perusahaan tersebut seperti “monster raksasa” yang mempengaruhi hampir seluruh kehidupan kita seperti: apa yang kita makan, apa yang kita lihat,apa yang kita pakai, apa yang kita hasilkan dan apa yang kita kerjakan. Pemerintah sebagai pengawas, penegak hukum dan pengendali kegiatan perusahaan tersebut tidak berdaya menghadapi penyimpangan yang dilakukan pelaku bisnis tersebut. Kondisi yang tidak terkendali tersebut menyebabkan krisis yang melanda dunia dan banyak perusahaan raksasa yang bangkrut disebabkan pola perilaku yang tidak etis bahkan cenderung kriminal dari para pelaku bisnis. Di Indonesia krisis tahun 1997 diawali dengan aksi spekulan mata uang asing yang memberi tekanan pada mata uang local dibarengi dengan hutang perusahaan dalam dolar yang tinggi menyebabkan tekanan rupiah semakin besar yang berimbas pada krisis perbankandan krisis ekonomi, politik dan social yang kompleks. Timbulnya krisis tersebut disebabkan oleh tata kelola perisahaan yang buruk yang member peluang praktek korupsi, kolusi dan nepotisme yang tercermin dalam: mudahnya spekulan mata uang mempermainkan pasar valuta asing, mudahnya konglomerat meminjam dana perbankan, banyak direksi BUMN yang tidak independen, banyak komisaris BUMN yang tidak professional, banyak profesi yang terkait dengan kegiatan bisnis yang diajak kerjasama untuk merekayasa berbagai laporan keuangan, dan BLBI yang diselewengkan oleh pemilik bank untuk kepentingan sendiri. Krisis di amerika tahun 2000 dan tahun 2008 juga memunculkan pemahaman bahwa perilaku tidak etis bahkan cenderung criminal baik yang dilakukan oleh korporasi maupun direksinya harus diatasi agar pola bisnis yang dikembangkan berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik. Pengertian GCG 1. Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus/pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal maupun eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka; atau dengan kata lain suatu system yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.(Cadbury Committee of United Kingdom) 2. Suatu struktur yang terdiri atas pemegang saham, direktur, manajer, seperangkat tujuan yang akan dicapai perusahaan, dan alat-alat yang akan digunakan dalam mencapai tujuan dan memantau kinerja.(Organization for Economic Cooperation and Development) Konsep BCG 1. wadah: organisasi(perusahaan, social, pemerintah) 2. Model: suatu system, proses dan seperangkat peraturan, termasuk prinsip-prinsip, serta nilai-nilai yang melandasi praktek bisnis yang sehat. 3. Tujuan: Meningkatkan kinerja organisasi, Menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan, mencegah dan mengurangi manipulasi serta kesalahan yang signifikan dalam pengelolaan organisasi, meningkatkan upaya agar para pemangku kepentingan tidak dirugikan. 4. Mekanisme: Mengatur dan mempertegas kembali hubungan, peran, wewenang dan tanggung jawab: pemilik/pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi(dalam arti sempit) dan seluruh pemangku kepentingan (dalam arti luas) Prinsip-prinsip GCG 1. Perlakuan yang setara (fairness) merupakan prinsip agar para pengelola memperlakukan semua pemangku kepentingan secara adil dan setara, baik pemengku kepentingan primer (pemasok, pelanggan, karyawan, pemodal) maupun sekunder (pemerintah, masyarakan dan lainnya). Konsep stakeholders bukan stockholders. 2. Prinsip transparansi (transparency, keterbukaan) artinya kewajiban bagi para pengelola untuk menjalankan prinsip keterbukaan dalam proses keputusan dan penyampaian informasi. Informasi harus lengkap, benar dan tepat waktu bagi semua kepentingan tidak boleh dirahasiakan, disembunyikan, ditutup-tutupi atau ditunda-tunda pengungkapannya. 3. Prinsip akuntabilitas(accountability) adalah prinsip dimana para pengelola berkewajiban untuk membina system akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. 4. Prinsip pertanggungjawaban (responsibility) adalah prinsip dimana para pengelola wajib memberikan pertanggungjawaban atas semua tindakan dalam mengelola perusahaan kepada para pemangku kepentingan sebagai ujud kepercayaan yang diberikan kepadanya. Meliputi: dimensi ekonomi(keuntungan ekonomis bagi pemangku kepentingan), dimensi hokum (ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku), dimensi moral (dirasakan keadilan bagi semua pemangku kepentingan), dimensi sosial (program CSR sebagai wujud kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat dan kelestarian alam di lingkungan perusahaan, dimensi spiritual (mewujudkan aktualisasi diri atau telah dirasakan sebagai bagian dari ibadah sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya.) 5. Prinsip kemandirian (independency) yaitu suatu keadaan dimana para pengelola dalam mengambil keputusan bersifat professional, mandiri, bebas dari konflik kepentingan dan bebas dari tekanan/pengaruh dari manapun yang bertentangan dengan perundangundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan yang sehat. Manfaat GCG 1. Para investor institusional lebih menaruh kepercayaan terhadap perusahaan-perusahaan di asia yang telah menerapkan GCG 2. Berdasarkan berbagai analisis, ternyata ada indikasi keterkaitan antara terjadinya krisis financial dan krisis yang berkepanjangan di asia dengan lemahnya tata kelola perusahaan. 3. Internasionalisasi pasar, termasuk liberalisasi pasar financial dan pasar modal, menuntut perusahaan untuk menerapkan GCG. 4. Kalaupun GCG bukan obat mujarab untuk keluar dari krisis, system ini dapat menjadi dasar bagi berkembangnya system nilai baru yang lebih sesuai dengan lanskap bisnis yang kini telah banyak berubah. 5. Secara teoritis, prktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan. Kesimpulan Konsep GCG merupakan upaya perbaikan terhadap system, proses, dan seperangkat peraturan dalam mengelola suatu organisasi yang pada esesensinya mengatur dan memperjelas hubungan, wewenang, hak, dan kewajiban semua pemangku kepentingan dalam arti luas dan khususnya organ RUPS, dewan komisaris dan dewan direksi dalam arti sempit. Namun harus disadari bahwa betapapun baiknya system dan perangkat hokum yang ada, pada akhirnya yang menjadi penentu utama adalah kualitas dan tingkat kesadaran moral dan spiritual dari para actor/pelaku bisnis itu sendiri.