tradisi demokrasi dalam islam

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
AGAMA ISLAM
( MEMBANGUN MASYARAKAT ISLAM MODERN)
ISLAM DAN DEMOKRASI
Fakultas
Program
Studi
Kode MK
Disusun Oleh
EKONOMI DAN
BISNIS
11
AKUNTANSI
90001
Abstract
Drs. SUMARDI, M. Pd
Kompetensi
Saat ini banyak sekali Negara yang Dalam perkuliahan ini Anda akan
menganut
Sistem
Demokrasi mempelajari
sebagai sistem pemerintahannya. terhadap
Demokrasi sendiri artinya sistem modern
yang
berasal
dari
rakyat,
diartikan
penghargaan
demokrasi.
menekankan
sangat
Dunia
demokrasi
menghormati
sebagai demokrasi. Islam mempunyai tradisi
terhadap
hak-hak dalam
demokrasi
asasi manusia, partisipasi dalam memberikan
pengambilan
Islam
oleh dalam kehidupan segala kehidupan.
rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi Islam
sering
isu
bagaimana
keputusan,
dan
contoh
dan melaksanakan
nabi
bagaimana
demokrasi
di
persamaan hukum. Dalam tradisi Madinah. Pada bagian lain, Anda
Barat, demokrasi didasarkan pada akan
penekanan
seharusnya
bahwa
menjadi
rakyat pandangan
menjadi
bagaimana
Islam
terhadap
pemerintah pluralisme dan kedudukan wanita
bagi dirinya sendiri dan wakil rakyat (isu
seharusnya
mempelajari
gender),
serta
bagaimana
pengendali implementasi demokrasi di negara-
yang bertanggung jawab terhadap negara Islam. Pada bagian akhir
tugasnya. Oleh karena rakyat tidak
mungkin
rakyat
Anda
mengambil tentang
akan
membahas
demokrasi
di
kasus
Indonesia
keputusan karena jumlah terlalu sebagai negara berpenduduk Islam
besar
maka
dibentuklah
dewan terbesar di dunia.
perwakilan rakyat. Sistem ini popular
karena
melibatkan
masyarakat
merupakan komponen utamanya.
Pemerintah dipilh langsung oleh
rakyat
yang
penyalur
berfungsi
aspirasi
dan
sebagai
membuat
kebijakan untuk kepentingan rakyat
demi kesejahteraan rakyat. Sistem
Demokrasi
2015
2
AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
juga
digunakan
di
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Indonesia
dengan
berdasarkan
Pancasila. Indonesia memiliki Badan
Legislatif
yang
anggotanya
merupakan wakil rakyat. Rakyat
juga
berwenang
untuk
memilih
Presiden dan Wakil Presiden secara
langsung. Dalam Islam, demokrasi
sudah diajarkan oleh Rasulullah.
Contohnya, pada saat Perang Badar
beliau
mendengarkan
saran
sahabatnya mengenai lokasi perang
walaupun itu bukan pilihan yang
diajukan olehnya. Pada saat ini,
banyak Negara yang mengadaptasi
sistem Demokrasi yang berasal dari
Negara
Barat.
demokrasi
Padahal,
tersebut
sistem
belum
tentu
sesuai dengan kaidah-kaidah Islam.
Sistem Demokrasi di Barat memiliki
tujuan-tujuan yang sifatnya duniawi
dan materialistis. Oleh karena itu,
kita
perlu
mempelajari
Sistem
Demokrasi yang sejalan
dengan
aturan Islam
2015
3
AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan
TRADISI DEMOKRASI DALAM ISLAM
(Drs. SUMARDI, M. Pd)
Apakah ada konflik antara Islam dan demokrasi? Dan apakah Islam sesuai dengan demokrasi?
Pertanyaan ini banyak diajukan oleh berbagai kalangan, apakah ilmuan dari Barat atau dari kalangan
Islam sendiri.
Kalau selama ini ada nada sinisme terutama dari beberapa ilmuwan dari kalangan Barat yang
menyatakan bahwa Islam tidak relevan dengan kehidupan demokrasi. Ternyata tidak semua orang
berpendapat dengan kelompok yang sinis dengan Islam. Bahkan mereka baik dari kalangan nunmuslim (individual dan institusi) yang menilai bahwa tidak terdapat konflik antara Islam dan
demokrasi dan mereka ingin melihat dunia Islam dapat membawa perubahan dan transformasi menuju
demokrasi. Robin Wright, pakar Timur Tengah dan dunia Islam yang cukup terkenal menulis di
Journal of Democracy (1996) bahwa Islam dan budaya Islam bukanlah penghalang bagi terjadinya
modernitas politik.
Menurut Merriam, Webster Dictionary, demokrasi dapat didefinisikan sebagai “pemerintahan
oleh rakyat; khususnya, oleh mayoritas; pemerintah di mana kekuasaan tertinggi tetap pada rakyat dan
dilakukan oleh mereka baik langsung atau tidak langsung melalui sebuah sistem perwakilan yang
biasanya dilakukan dengan cara mengadakan pemilu bebas yang diadakan secara periodik; rakyat
umum khususnya untuk mengangkat sumber otoritas politik; tiadanya distingsi kelas atau privilese
berdasarkan keturunan atau kesewenang-wenangan”.
Realitasnya adalah bahwa Islam tidak hanya kompatibel dengan aspek-aspek definisi atau
gambaran demokrasi di atas, tetapi yang lebih penting lagi, aspek-aspek tersebut sangat esensial bagi
Islam. Apabila kita dapat melepaskan diri dari ikatan lebel dan skematik, maka akan kita dapatkan
bahwa pemerintahan Islam, apabila disaring dari semua aspek yang korelatif, memiliki setidaknya tiga
unsur pokok, yang berdasarkan pada petunjuk dan visi Al-Qur’an di satu sisi dan preseden Nabi dan
empat Khalifah sesudahnya (Khulafa al-Rasyidin) di sisi lain.
Setelah 13 tahun Nabi Muhammad SAW membangun landasan tauhid sebagai dasar tatanan
masyarakat di Mekkah, Allah SWT memberinya petunjuk untuk hijrah ke Yatsrib. Sesampai di sana,
oleh beliau, Yatsrib diubah namanya menjadi Madinah (kota). Di Madinah itulah, Nabi Muhammad
SAW beserta kelompok-kelompok masyarakat, secara konkret, meletakan dasar-dasar masyarakat
madani dengan merumuskan ketentuan hidup bersama, yaitu Mitsaq al-Madinah (Piagam Madinah).
Upaya Nabi Muhammad SAW tersebut, secara tidak langsung, adalah sebuah pernyataan atau
proklamasi untuk mendirikan dan membangun sebuah komunitas negara-kota yang berdab (Al
Madinah Al Munawarah), sebagai lawan terhadap masyarakat jahiliah di Makkah. Dalam dokumen
2015
4
AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
itu, umat manusia untuk pertama klainya, diperkenalkan wawasan kebebasan, keadilan, pluralisme
dan toleransi.
Semua unsur masyarakat tanpa membedakan agama dan suku (SARA) ikut terlibat
merumuskan aturan kemasyarakatan tersebut. Semuanya terhimpun dalam umat yang satu (ummah
wahidah) dengan hak dan kewajiban yang sama.
Peristiwa tersebut telah mengubah peta baru dalam sejarah Islam dan menjadi tonggak awal
menata komunitas masyarakat yang maju dan beradab. Dari sinilah, konstruksi masyarakat madani,
yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW sejak hijrah ke Madinah, punya arti penting bagi
perkembangan demokrasi, sebagai ciri khas dari negara bangsa modern.
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW untuk hijrah, dari masyarakat jahili menuju masyarakat
madani, tidak lepas dari ajaran tauhid yang dibawanya. Dalam hal ini, doktrin tauhid la ilaaha illah
Allah SWT (tiada Tuhan selain Allah SWT), seperti diungkap John Obert Voll, adalah bentuk
manifestasi penolakan terhadap segala bentuk loyalitas kelompok dan kesewenang-wenangan para
elite Makkah saat itu. Prinsip inilah yang melandasi pembentukan masyarakat madani generasi
Muslim awal, yang punya implikasi komitmen manusia kepada Allah SWT sebagai satu-satunya
tujuan hidup dan sumber nilai.
Dengan semangat inilah Nabi Muhammad SAW berhasil mempersatukan berbagai unsur
masyarakat. Madinah yang pluralistik ke dalam satu kekuatan sosial politik, yang oleh Robert N
Bellah, disebut sebagai lompatan yang luar biasa untuk masa itu. Hal ini tercermin dari komitmen,
keterlibatan dan partisipasi yang tinggi dari anggota masyarakat , serta penghargaannya terhadap hakhak individu.
Dari sini, angaknya sikap fanatisme atau sentimen SARA yang berlebihan, yang kini
dipertontonkan oleh masyarakat kita, khususnya lapisan bawah (grass-root), kiranya menjadi
perhatian yang sangat serius karena sikap-sikap seperti ini tidak sekedar sebagai bentuk persaingan
yang akan menetaskan konflik vertikal.
Fanatisme tersebut bisa menjadi bumerang yang merugikan semua pihak (horizontal) bagi
keberadaan masyarakat kita sekarang. Efeknya lebih berlebihan lagi bagi perjuangan politik yang
berakar pada identitas sektarian dan partikularistik, seperti agama, etnisitas, ras dan kelas. Ini jelas
bertentangan dengan pesan semangat demokrasi yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
PRAKTEK BERDEMOKRASI DI MADINAH
Agama Islam, sejak kemunculannya di Mekkah tahun 611 M dan disebarkan oleh Nabi
Muhammad sudah harus bersentuhan dengan kekuasaan politik. Ajaran tauhid yang di ajarkan Nabi
Muhammad membawa dampak sosial, budaya dan politik, karena menawarkan agama tauhid,
persamaan derajat manusia dan keadilan, kepada masyarakat jahiliah yang sudah memiliki
2015
5
AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kepercayaan menyembah banyak dewa, memberlakukan perbedaan status manusia dan penumpukkan
harta pribadi.
Dalam ajaran tauhid, setiap orang harus tunduk pada Allah, bukan kepada manusia. Manusia
bukanlah sumber kebenaran melainkan tidak lebih dari hamba-Nya semata. Oleh sebab itu bagi eliteelite Mekkah, ajaran Nabi Muhammad mengancam kekuasaan dan ekonomi yang mereka miliki dan
sudah terbangun. Bagi mereka ajaran Islam merupakan gerakan yang mengancam kedudukan mereka,
sehingga mereka menolak dan menggalang kekuatan untuk menghentikan dakwah Nabi Muhammad
SAW.
Setelah kegagalan Nabi Muhammad berdakwah di Thaif, daerah luar Mekkah, terjadilah
peristiwa yang menggembirakan bagi kemajuan penyebaran agama yang dibawahnya. Kemajuan
datang dari adanya keinginan beberapa pendudukan dari suku Aus dan Khazraj, dua suku mayoritas
penduduk Tasrib seraya menjadi penengah di antara mereka. Pada 622 M, Nabi Muhammad SAW
sampai di kota Yatsrib sedekah melewati proses yang melelahkan dan mencekam di bawah ancaman
pembunuhan elite-elite Quraisy. Nama Kota Yatsrib kemudian diubah Nabi Muhammad menjadi
Madinah Munawwaroah (kota yang memancarkan cahaya).
Kedatangan Nabi Muhammad pun disambut penduduk Madinah dengan suka cita dan di
Madinah ini kedudukan Nabi tidak lagi seperti di Mekkah. Di Madinah, nabi bukan saja sebagai
kepala agama yang memiliki wewenang dan kedudukan sebagai Rasul tetapi juga kepala negara yang
memiliki kekuasaan mengurusi soal-soal keduniaan.
Nabi diharapkan oleh fakta bahwa di internal masyarakat Madinah terdiri dari berapa suku yang
selama ini kurang harmonis dan saling bermusuhan seperti suku Arab, suku Aus, suku Khazrai, dan
penganut agama Yahudi. Begitu juga dengan di eksternal Madinah, Nabi dihimpit oleh kekuasaan
sekelilingnya. Di Mekkah berdiri kekuasaan Quraisy, di Barat terdapat imperium Romawi dan di
Timur Imperium Persia.
Dalam knotek sikap demokratis yang ditunjukan Nabi Muhammad dalam memimpin kota
Madinah adalah keinginan dari masyarakat di Madinah agar nabi mempersatukan mereka dan
memulihkan ketertiban dan keamanan bagi masyarakat Madinah karena di antara suku utama
penduduk Madinah, Aus dan Khazraj, terdapat permusuhan yang dalam, sehingga sering kali terjadi
peperangan di antara mereka.
Terdapat beberapa upaya Nabi Muhammad dalam menyelesaikan perseteruan diinternal suku di
Madinah dan eksternal Madinah secara demokratis seperti :
1. Nabi Muhammad SAW menjadikan institusi masjid sebagai wadah memperkenalkan ikatan
berdasarkan agama (Ukhuwwah Islamiyah), mengantikan ikatan lama yang berdasarkan suku
dan keturunan. Nabi membentuk masyarakat sosial yang didasarkan pada solidaritas sesama
Muslim dan kesetiaan pada wahyu. Nabi mempersaudarakan kaum Muslimin Mekkah yang
hijrah (muhajirin) dan mempersatukan kekuatan bangsa Arab di bawah landasan dan motivasi
2015
6
AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
keimanan, yang karena itulah dalam tahap sejarah kemudian bangsa Arab menjadi terhormat,
padahal sebelumnya mereka sebagai bangsa yang terbelakang di dunia.
2.
Setelah melakukan kontrak sosial pertama sesama warga Madinah, kemudian Nabi
memperluas kontraknya melalui penyelenggaraan perjanjian dengan warga Kota Madinah di
luar kaum Muslimin, yaitu Kaum Yahudi. Perjanjian tersebut dinamakan Piajam Madinah
yang ditujukan kepada Kaum Muhajirin, Kaum Anshor, dan Kaum Yahudi. Ada dua landasan
bagi kehidupan bernegara yang diatur dalam Piagam Madinah, yaitu:
a. Semua pemeluk Islam adalah satu umat walaupun berbeda suku
b. Hubungan antara masyarakat muslim dan nonmuslim didasarkan pada prinsip: (i)
bertetangga baik; (ii) saling membantu dalam menghadapi musuh bersama; (iii) membela
mereka yang teraniaya; (iv) menasehati, (v) menghormati kebebasan beragama.
Menurut ahli sejarah, piagam ini andalan naskah asli yang tidak diragukan kebenarannya.
Secara sosiologis, piagam tersebut merupakan antisipasi dan jawaban terhadap kenyataan
dimasyarakat. Piagam Madinah mengatur kehidupan sosial penduduk Madinah. Walaupun mereka
heterogen, kedudukannya sama, masing-masing memiliki kebebasan untuk memeluk agama dan
melaksanakan aktivitas dalam bidang sosial dan ekonomi. Setiap pihak memiliki kewajiban yang
sama untuk membela Madinah, tempat tinggal mereka. Secara strategis, piagam ini bertujuan untuk
menciptakan keserasian politik dengan mengembangkan toleransi sosial-agaama dan budaya seluasluasnya.
Piagam ini bersifat revolusioner karena menentang tradisi kesukuan orang-orang Arab pada
saat itu. Piagam ini adalah karya Nabi Muhammad yang secara demokratis berusaha menjadikan
suku-suku di Madinah selama ini saling berkonfrontasi dapat hidup damai.
Nabi Muhammad SAW dalam menyelesaikan persoalan kemasyarakatan dan persoalan Ayn
mempunyai dampak luas pada masyarakat senantiasa bertindak secara demokratis yaitu dengan cara
bermusyawarah atau dengan cara yang melibatkan partisipasi orang lain. Bahkan Nabi pun
bermusyawarah dalam masalah pribadi. Sehingga Abu Hurairah menuturkan: “Aku tidak pernah
melihat seorang yang paling banyak melakukan musyawarah dengan rekan-rekannya melebihi
Rasulullah SAW”. Nabi pun bila memanggil para pembantu dan pengikutnya sebagai Shahabat, suatu
kata yang telah diserap Bahasa Indonesia sebagai “sahabat” yang berarti teman.
KEPEDULIAN SOSIAL NABI MUHAMMAD CERMIN SIKAP BERDEMOKRATIS
Menelaah karakter dan pribadi Nabi Muhammad SAW kita akan mendapati keteladanan tiada
tara. Selama melaksanakan dakwahnya, Rasulullah menunjukkan kualitas moral paling baik dan sikap
paling jujur dengan mengemukakan logika yang paling masuk akal.
2015
7
AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Beliau memperlakukan semua orang sebagai saudara dan sederajat, tidak pernah membedabedakan antara kawan dan orang asing, warna kulit dan keturunan. Di bidang hukum, beliau
memberikan perlakuan sama terhadap tiap orang. Baik pada kelompok ningrat maupun rakyat kecil.
Bahkan, terhadap keluarganya sendiri, dengan sabdanya, “Jika putriku Fatimah mencuri akan
kupotong tangannya”.
“Nabi juga tidak pernah memperlakukan seseorang dengan hak-hak istimewa hingga yang
bersangkutan melebihi yang lain. Beliau tidak duduk di singgasana atau di tempat duduk paling atas
dalam majelisnya. Bila bepergian, beliau naik kendaraan tanpa upacara-upacara khusus.
Apabila beliau menerima hadiah, beliau membeginikan kelebihan kebutuhan pokoknya pada orang
miskin. Sedangkan beliau sendiri kekurangan. Istrinya Aisyah mengatakan, “perut beliau tidak pernah
kenyang”. Nabi juga seorang penyantun dan penyayang. “Dan sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam:4)
Kepeduliannya terhadap orang miskin diperlihatkan ketika Nabi menegur seorang kaya yang
datang di majelisnya. Orang ini menghindar duduk berdampingan dengan seorang fakir yang
berpakaian kurang sempurna. Menurut akhlak Islam, siapa saja yang akan hadir ke suatu majelis, dia
harus duduk ditempat kosong tanpa memandang status sosial dan pangkat. Nabi yang melihat hal itu
menegurnya, “Apakah engkau khawatir kefakirannya akan menular kepadamu?” Dijawab, “Tidak ya
Rasulullah.” “Kamu takut pakaianmu akan kotor?” Dijawab, “Tidak ya Rasulullah.” “Lalu kenapa
kamu menghindarinya?” Dijawab, “Aku mengaku keliru dan bersalah, ya Rasulullah.”
Islam tidak membenarkan seseorang memiliki sifat ghurur (berbangga diri), hanya karena dia
dikaruniai harta benda. Beliau sendiri berulang kali menekankanpada umatnya, bahwa kaum
Muslimin itu bersaudara dan tidak membenarkann seseorang menjauhkan diri dari saudaranya hanya
karena berbeda status.
Dalam kaitan solidaritas sosial yang dikumandangkan Islam sejak 15 abad lalu itu, perlu dapat
perhatian semua pihak. Karena ketidakpedulian kaum berpunya terhadap kaum miskin merupakan
bahaya terbesar bagi terciptanya stabilitas nasional yang dapat kita rasakan pada saat ini. Untuk
menegah hal ini Islam memerintahkan mereka yang berpunya untuk memberikan sebagian harta
kekayaannya pada kaum miskin. Baik berupa zakat, infak, dan bentuk sedekah lainnya.
10.1 PLURALISME DALAM ISLAM
2015
8
AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Mohammed Arkoun seorang intelektual Muslim terkemuka dari Aljazair, menyatakan, Islam
akan meraih kejayaan jika umat Islam membuka diri terhadap pluralisme pemikiran, seperti pada
masa awal Islam hingga abad pertengahan. Pluralisme bisa dicapai bila pemahaman agama dilandasi
paham kemanusiaan, sehingga umat Islam bisa bergaul dengan siapa pun.
Arkoun mengungkapkan, paham kemanusiaan di Arab muncul pada abad ke-10 di Irak dan Iran,
pada saat munculnya gerakan yang kuat untuk membuka diri terhadap seluruh kebudayaan di Timur
Tengah yang didasarkan pada pendekatan kemanusiaan manusia. Para ahli teologi, hukum, ilmuwan,
dan ahli-ahli filsafat berkumpul untuk berbicara dan bertukar pikiran.
Namun, memasuki abad ke-13, umat Islam mulai melupakan filsafat maupun debat teologi.
Dalam masa kejayaan Islam klasik para filosof dan ilmuwan musim ketika berdiskusi mereka
didasarkan pada pendekatan keragaman budaya, keragaman pemikiran, dan keragaman filsafat
sehingga terjadi perdebatan yang seru bagaimana menafsirkan makna ayat-ayat Al-Qur’an dan
menuangkan menjadi produk hukum yang didasarkan pada teks suci.
Dengan menjaga tradisi pemikiran pluralisme, seseorang akan tetap menjadi kritis.
Pemahaman kepada konsep pluralisme inilah yang hilang dalam Islam. Islam harus mempertahankan
kebebasan bagi setiap muslim untuk berpartisipasi dalam ijtihad. Pemahaman ini penting untuk
membangun demokrasi di negara-negara Islam dan untuk memulihkan kembali kebebasan berpikir
dalam Islam.
Untuk melahirkan Muslim yang berpikir pluralisme dan berjiwa demokratis perlu
menekankan penting pendidikan yang didasarkan pada humanisme. Dalam kaitan itu, di perguruan
tinggi perlu diajarkan multibahasa asing, sejarah, dan antropologi, serta perbandingan sejarah dan
antropologi agama-agama agar mahasiswa terbuka pada semua kebudayaan dan terbuka pada semua
pemikiran.
PANDANGAN ISLAM TERHADAP WANITA
Mendiskusikan pandangan Islam terhadap peran dan kedudukan tak akan dapat di lepaskan dari
pandangan Al-Qur’an sebagai petunjuk dari Allah SWT yang lugas memaparkan hak asasi perempuan
dan laki-laki yang sama, hak itu meliputi hak dalam beribadah, keyakinan, pendidikan, potensi
spiritual, hak sebagai manusia, dan eksistensi menyeluruh padah hampir semua sektor kehidupan.
Di antara 114 surat yang terkandung di dalamnya terdapat satu surat yang didedikasikan untuk
perempuan secara khusus memuat dengan lengkap hak asasi perempuan dan aturan-aturan yang
2015
9
AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mengatur bagaimana seharusnya perempuan berlaku di dalam lembaga pernikahan, keluarga dan
sektor kehidupan. Surat ini dikenal dengan surat An-Nisa’, dan tidak satupun surat secara khusus
ditujukan kepada kaum laki-laki. Lebih jauh lagi, Islam datang seabagai revolusi yang
menghancurkan sikap dan pandangan yang diskriminatif dari kaum Jahiliyah atas perempuan dengan
pemberian hak warisan, menegaskan persamaan status dan hak dengan laki-laki, pelarangan nikah
tanpa jaminan hukum bagi perempuan dan mengeluarkan aturan pernikahan yang mengangkat derajat
perempuan masa itu
Maka bergantilah era represif masa pra-Islam berlaku dengan kedatangan Islam yang
mengembalikan perempuan sebagai manusia utuh setelah mengalami hidup dalam kondisi yang
menegaskan tanpa kredibilitas apapun dan hanya sebagai komoditi tanpa nilai. Penghargaan Islam
atas eksistensi perempuan ditauladankan dalam sisi kehidupan Nabi Muhammad SAW. Terhadap
istri-istri beliau, anak maupun hubungan beliau dengan perempuan di masyarakatnya.
Kondisi dinamis perempuan masa risalah tercermin dalam kajian-kajian yang dipimpin langsung
Rasulullah yang melibatkan para sahabat dan perempuan dalam satu majelis. Terlihat jelas bagaimana
perempuan masa itu mendapatkan hak untuk menimba ilmu, mengkritik, bersuara, berpendapat dan
atas permintaan Muslimah sendiri meminta Rasul satu majelis terpisah untuk mendapat kesempatan
lebih banyak berdialog dan berdiskusi dengan Rasulullah.
Terlihat juga dari helat aktivitas perempuan sahabat Rasulullah dalam panggung bisnis, politik,
pendidikan, keagamaan dan sosial, dan ikut serta dalam peperangan dengan sektor yang mereka
mampu melakukan. Kisah kehidupan istri-istri Rosul pun mengindikasikan aktivitas di mana Ummul
mukminin Khadijah re. Adalah salah satu konglomerat wanita pada masa itu, Aisyah re. Adalah
perawi hadis dan banyak memberikan fatwa karena kecerdasannya. Bahwa semangat kesadaran peran
wanitapun telah terdengar dari suara-suara protes dan pertanyaan yang diajukan Ummu Salamh re.
Atas eksistensi perempuan.
Dari sini terlihat bahwa era risalah telah mengubur masa dominasi kaum laki-laki atas wanita dan
mengganti dengan masa yang lebih segar. Bagi perjalanan hidup perempuan selanjutnya. Sejarah awal
Islam telah memaparkan kenyataan bahwa Islam justru mendorong dan mengangkat kemuliaan
perempuan yang belum pernah diberikan sebelumnya oleh suku bangsa manapun sebelumnya dan
peradaban tua sebelum Islam.
Meski demikian hal di atas tidak membebaskan Islam dari pandangan negatif oleh Barat tentang
perlakuan Islam terhadap perempuan. Di mana seolah-olah perempuan oleh Islam dikebiri hak
asasinya untuk maju dan berkembang, melakukan aktivitas di luar rumah,
mengaktualisasikan
kemampuannya dan terhalangi oleh aturan-aturan kaku Islam yang justru mendorong perempuan
2015
10
AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
untuk terjerat dalam mata rantai tugas-tugas domestik dari dapur, sumur, kasur, mengurus anak dan
hal-hal yang jauh dari penghargaan. Terjadinya kasus tindak kekerasan yang menimpa kaum wanita,
tidak adanya perlindungan kerja dan kecilnya peluang partisipasi perempuan di sektor politik,
pelayanan publik dan fasilitas khusus untuk perempuan dalam pendidikan, kesehatan, dan sosial.
Ditambah lagi dengan himpitan kenyataan nasib kaum perempuan di banyak negara yang secara
representatif mewakili dunia Islam seperti Saudi Arabia, Sudan, Pakistan, Bangladesh, Afghanistan,
Iran, dan lain sebagainya.
Terhadap hal ini, telah terjadi keracunan dalam memandang Barat terhadap Islam itu sendiri,
karena pada saat Barat membicarakan tentang keberadaan perempuan dimasyarakat Islam yang
mereka lontarkan adalah masalah yang berkaitan dengan kaitan perempuan dengan persoalan
pernikahan, keluarga, perceraian, pakaian, hak waris, hak persaksian di pengadilan, dan pendidikan
yang sesungguhnya sangat berkaitan dengan persoalan tradisi dan kebiasaan masyarakat bukan
merupakan ajaran yang sesungguhnya dari Islam. Maka perlu mengembalikan cara pandang terhadap
persoalan perempuan dalam France yang benar. Sehingga Islam dilihat secara holistik bukan secara
parsial yaitu bukan sekedar melihat kedudukan perempuan lewat fenomena yang terjadi di negaranegara Islam, sebaiknya melihat kedudukan perempuan dalam Islam lewat ajaran-ajaran dan sejarah
Islam yang praktekkan dimasa Nabi Muhammad dan para sahabat.
Tapi umat Islam pun tidak bisa menutup mata bahwa kenyataan yang ada akan melahirkan
gambaran-gambaran negatif, karena nonsens bila keagungan aturan tidak dibarengi dengan
pelaksanaan yang riil tentang keagungan ajaran Islam untuk keberadaan perempuan dari para
penganutnya. Dan bila yang terjadi adalah kesalahan dalam membaca nahas agama, dengan
menginterpretasikan suatu aturan secara subjektif, menghilangkan pesan yang dibawa dan justru
menyembunyikan maksud sebenarnya pesan Al-Qur’an dengan manipulasi ajaran diganti dengan
budaya-budaya yang merugikan kaum perempuan itu sendiri.
Telah dipaparkan di atas bagaimana sejarah Islam dan aturan yang dibawa Al-Qur’an dan AsSunnah ingin memberikan hak dan kemerdekaan perempuan, mendorong perempuan untuk maju,
berkarya mendapat perlindungan.
Bila demikian tinggal bagaimana umat Islam benar-benar ingin tampil elegan dan menepis
gambaran negatif yang ada dengan sikap proaktif atau santai saja. Lalu mengapa Muslimah enggan
maju? Masih adakah kungkungan psikologis dan kultur yang menghalangi? Bukankah Islam telah
menancapkan kakinya sebagai suporter tersebar dan mempelopori gerakan penghargaan terhadap
keberadaan perempuan dari era risalah hingga masa kini. Tentunya, kamu muslimin perlu upaya dan
karya Bill terhadap pemasalahan ini
2015
11
AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
PELAKSANAAN DEMOKRASI DI DUNIA MUSLIM
Telah menjadi keyakinan universal bahwa demokrasi merupakan alternatif tunggal sistem politik,
yang dapat mengantarkan kepada kesejahteraan umum. Demokrasi akan melahirkan sebuah tatanan
pemerintahan yang lebih kuat atas dasar legitimasi populis dari rakyat, yang akan memberi kontribusi
terhadap proses pembangunan di bidang lain: ekonomi, sosial, dan budaya.
Keyakinan ini bahkan sudah menjadi kebenaran yang bersifat faktual, yang dalam banyak hal
memang tak terbantahkan. Kita pun menyaksikan betapa sepanjang abad ke-20, fenomena gerakan
demokrasi telah menjadi gejala dunia dan merupakan puncak pencapaian tertinggi ketika satu demi
satu sebuah negara dengan sistem politik totaliter berguguran dan berganti dengan sistem politik
demokratis. Menurut sebuah survei, sebanyak 81 negara di dunia (29 di Sub-Sahara Afrika, 23 di
Eropa, 14 di Amerika Latin, 10 di Asia, dan 5 di Arab) sedang berada dalam masa transisi menuju
demokrasi (Human Development Report, 2002).
Pada tataran formal atau kelembagaan, beberapa negara-negara muslim modern menganut sistem
demokratis atau paling tidak semi demokrasi dalam arti negara muslim tersebut hanya memberikan
setengah kebebasan. Ini karena dari 39 negara-negara Muslim, termasuk yang memiliki konstitusi
dalam pengertian modern seperti Turki, Maroko, Kuwait, Yordania, Tunisia, Aljazair, Mesir, Syiria,
Libanon, Irak, Yaman, Nigeria, dan Senegal dan lain-lain.
Indonesia dan Praktek Demokrasi
Di Indonesia tampaknya prospek demokrasi cukup baik, bahkan lebih bisa di harapkan. Rakyat
dan bangsa Indonesia telah menorehkan sumbangsih mereka dalam sejarah demokrasi di Asia
Tenggara. Sebagai salah satu agenda reformasi politik, pada 1999, rakyat Indonesia membuktikan
kepada dunia bahwa rakyat dan bangsa Indonesia yang mayoritas Islam telah mampu melaksanakan
pemilihan umum yang jujur sepanjang 30 tahun, kemudian rakyat dan bangsa Indonesia juga
membungkam keragu-raguan dunia soal kesanggupan rakyat dan bangsa Indonesia melaksanakan
pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung dengan jumlah pemilih terbesar dalam sejarah
manusia yaitu 117 juta penduduk Indonesia secara bebas memilih.
Tampaknya proses demokrasi yang sedang berlangsung di Indonesia dapat dilihat dari beberapa
indikasi seperti :
1. Fungsi kontrol parlemen kepada pemerintah sudah bekerja cukup baik
2. Penerapan sistem Multi partai
3. Adanya kebebasan pers dan kebebasan akademik
4. Munculnya kelompok menengah yang berpendidikan dan kritis
2015
12
AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Di Indonesia muncul dukungan dari kaum intelektual muslim terhadap penerapan demokrasi di
Indonesia diantaranya seperti alm Nurcholish madjid, Abdurrahman Wahid dan Amien Rais. Sebagai
intelektual Muslim yang berpikir demokratis mereka senantiasa melhat ide-ide dan pencapaian
demokrasi dengan merujuk pada ayat-ayat Al-Qur’an dan tradisi Nabi Muhammad, bukan melihat
Islam hanya sebatas suatu ajaran ibadah biasa tetapi sebagai inspirasi yang bernilai yang harus
diimplementasikan. Mereka berpandangan bahwa, demokrasi merupakan barang kaum muslimin yang
hilang beberapa waktu.
Kenyataan itulah yang membuat Anders Uhlin berkesimpulan bahwa Islam di Indonesia
khususnya
bukanlah ancaman bagi demokrasi, tetapi justru menumbuhkembangkan demokrasi. Ia melihat
demokrasi sebagai nilai-nilai yang bukan hanya milik Barat, tetapi juga milik Islam.
Dukungan masyarakat yang relatif besar terhadap demokrasi. Paling tidak berdasarkan hasil
sebuah penelitian bahwa sekitar 71% masyarakat Indonesia yang setuju bahwa demokrasi adalah
sistem pemerintahan terbaik.
KAJIAN KASUS:
DUKUNGAN UMAT ISLAM MENSUKSESKAN PEMILU
Indonesia Melangkah Lebih Percaya Diri...
Kemampuan Indonesia menyelenggarakan tiga kali pemilihan umum dalam satu tahun, termasuk
pemilihan presiden secara langsung tahun 2004, yang berjalan aman, lancar dan damai memang
memberikan berkah yang besar pada tampilan Indonesia di mata dunia. Bangsa Indonesia kini bisa
berbangga karena mampu menunjukkan kepada dunia bahwa rakyat Indonesia sudah mampu
berdemokrasi dengan baik, jauh lebih baik dari kebanyakan negara berkembang di kawasan Asia
Tenggara, bahkan di seluruh dunia.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Hssan Wirajuda menguraikan, pencapaian demokrasi itu merupakan
aset, sebuah modal yang penting, tetapi tidak secara otomatis mengubah segalanya. “Pencapaian
penting dalam hal demokrasi tidak secara langsung mengubah arah kebijakan. Tetapi dari penilaian
kami, dengan arah demokrasi yang berkembang baik sebagai aset, kita terjemahkan itu misalnya
dalam konteks ASEAN Security Community. Dalam Plan of Action-nya dari enam komponen utama,
salah satunya adalah pembangunan masyarakat ASEAN yang demokratis. Itu refleksi dari demokrasi
sebagai aset di dalam negeri,” katanya.
Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Phillips Jusario Vermonte, berpendapat
bahwa pemilihan umum (pemilu) yang demokratis itu memang merupakan basis yang penting bagi
2015
13
AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
diplomasi Indonesia. “Indonesia makin dilihat sebagai negara yang demokratis, sukses dengan
transformasi politiknya yang berlangsung dengan cara yang damai dan dewasa. Ini menjadi basis
penting bagi diplomasi Indonesia punya legitimasi kuat untuk mengajak pemerintah dan rakyat negeri
itu melaksanakan transformasi politik secara damai, sebagaimana kita melakukannya. Ini akan
memberikan sumbangan besar bagi perdamaian dunia,” ungkapnya.
Diplomat senior Ali Alatas, mengatakan partisipasi umat Islam sangat signifikan menunjang
keberhasilan proses demokratisasi sehingga menimbulkan Citra baru yang positif tentang Indonesia
dimata dunia.
Membangun sebuah Citra baru yang lebih baik dari sebelumnya tentulah bukan upaya yang mudah.
Dalam bisnis, perusahaan yang terpuruk karena melakukan kesalahan dalam aktivitasnya biasanya
berusaha meraih pencitraan baru itu melalui brand-image yang baru, serta beriklan yang sangat gencar
untuk mengampanyekan Brand-image yang baru tersebut. Pemilu demokratis yang sukses
diselenggarakan jelas memberikan suatu Band-image yang baru. Tetapi, bagaimana pengaruhnya
sangat bergantung pada “produk/jasa” yang disajikannya, serta kesesuaian antara brand-image yang
diiklankan secara gencar itu dan realitas dilapangan.
Bagaimana posisi Indonesia di tengah perubahan dunia yang sangat cepat? Menurut Phillips,
Indonesia tidak mempunyai pilihan lain selain semakin menjadi lebih kreatif untuk memberikan ideide dan lebih argumentatif dalam menawarkan ide-ide tersebut. Dengan menjalankan peran yang aktif
seperti itu, Indonesia pun akan ikut berperan dalam perubahan dunia sehingga juga tidak terkagetkaget melihat dan menyikapi berbagai perubahan yang cepat itu.
2015
14
AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2015
15
AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
2015
16
AGAMA ISLAM
Drs. SUMARDI, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download