MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam Islam dan Demokrasi Tradisi Islam dalam demokrasi Pandangan Islam tentang pluralisme Kedudukan wanita dalam Islam Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 12 Kode MK 90002 Abstract 1 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Dian Febrianingsih, M.S.I Kompetensi Sistem demokrasi yang dianut masyarakat modern adalah bersumber dari semboyan yang dibawa Revolusi Perancis yaitu liberte, egalite, dan fraternite. Di Indonesie, gagasan demokrasi dan demokratisasi terus bergulir seiring dinamiks politik. Bagi kalangan neo-modernis Islam, demokrasi dan agama sesungguhnya layak dipertemukan. Demokrasi dipandang sebagai aturan politik yang paling layak, sementara agama diposisikan sebagai wasit moral dalam aplikasi demokrasi. 2015 Disusun Oleh - Mampu memahami tradisi Islam dalam demokrasi - Mampu menjelaskan pelaksanaan praktek demokrasi di Madinah sebagai contoh pelaksanaaan demokrasi dalam Islam - Mampu menguraikan implementasi demokrasi Islam dalam bentuk kehidupan sosial kemasyarakatan - Mampu menjelaskan pandangan Islam tentang pluralisme - Mampu menjelaskan pandangan Islam tentang kedudukan wanita - Mampu memahami pelaksanaan demokrasi pada negara Islam Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tradisi Islam dalam demokrasi Pengertian Demokrasi Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata demos yang berarti rakyat dan kratein yang berarti pemerintahan ataupun kratos yang berarti pemerintah atau penguasa. Gabungan dari kedua kata dimaksud, berarti pemerintahan oleh rakyat, atau pemerintahan yang dilaksanakan oleh rakyat. Berikut adalah beberapa definisi dari demokrasi: 1. Menurut Hedar Nashir: Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demokratia. Demos artinya rakyat (people) dan kratos artinya pemerintahan atau kekuasaan (rule). 2. Menurut Giddens: demokrasi mengandung arti suatu sistem politik yang kekuasaan tertingginya dipegang oleh rakyat, bukan kekuasaan oleh raja atau kaum bangsawan Amien Rais dalam Peter Calvert mengemukakan bahwa sedikitnya terdapat tiga alasan dasar mengapa banyak negara setelah perang Dunia II menilai demokrasi sebagai sistem politik yang tepat, yaitu: 1) Demokrasi merupakan bentuk vital dan terbaik bagi suatu pemerintahan yang mungkin diciptakan, yang merupakan doktrin luhur pemberi manfaat bagi kebanyakan negara 2) Demokrasi sebagai sistem politik dan pemerintahan dianggap mempunyai akar sejarah yang panjang, sehingga ia tahan banting dan dapat menjamin terselenggaranya suatu lingkungan politik yang stabil 3) Demokrasi dipandang sebagai suatu sistem yang paling alamiah dan manusiawi, sehingga semua rakyat dalam suatu negara akan memiliki demokrasi bila ia diberi kebebasan untuk melakukan pilihannya. Islam dan Demokrasi Masyarakat modern menurut analisis Haekal adalah masyarakat yang yakin akan kemampuan dan kebebasan dirinya, dengan tanggung jawab sosial sebagai faktor asasi dalam kehidupan bersama. Oleh karena itu, melalui pemerintahan yang demokratis, peradaban manusia akan lebih berkembang. Selain, masyarakat modern lebih menyukai pemerintahan demokratis. Sistem demokrasi yang dianut masyarakat modern adalah bersumber dari semboyan yang dibawa revolusi Perancis, yaitu liberte, egalite dan fraternite (kebebasan, persamaan dan persaudaraan) yang ternyata telah membawa perubahan mendasar bagi peta sosial politik. 2015 2 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Di dalam masyarakat Islam, terdapat petunjuk yang cukup kuat bahwa sebagian dari para ulama dan para penguasa politik berpandangan bahwa dalam Islam tidak ada tempat bagi paham demokrasi. Secara harfiah, demokrasi berarti kekuasaan berada dalam genggaman rakyat. Doktrin Islam mengatakan bahwa hanya Tuhan yang memiliki kekuasaan. Lebih dari itu, sebagian ulama juga mengklaim bahwa Islam adalah agama yang serba lengkap, yang mengatur seluruh aspek kehidupan, maka tak ada aturan hidup kecuali yang telah diputuskan Allah swt dalam al Qur’an dan sunnah Rasul. Oleh karena itu, demokrasi dari mayoritas rakyat tidak bisa diberlakukan. Justru sejarah menunjukkan bahwa para Rasul Tuhan selalu merupakan kekuatan minoritas yang melawan arus suara mayoritas. Dapat disimpulkan bahwa ada dua problem tentang hubungan agama dan demokrasi yaitu sebagai berikut: 1. Problem filosofis yaitu jika klaim agama terhadap pemeluknya sedemikian total maka akan menggeser otonomi dan kemerdekaan manusia yang berarti juga menggeser prinsip-prinsip demokrasi 2. Problem historis-sosiologis, ketika kenyataannya peran agama tidak jarang digunakan oleh penguasa untuk mendukung kepentingan politiknya. Bagi kalangan neo-modernis Islam, demokrasi dan agama sesungguhnya dapat dipertemukan. Demokrasi dipandang sebagai aturan politik yang paling layak, sementara agama diposisikan sebagai wasit moral dalam aplikasi demokrasi. Demokrasi dalam Islam tertumpu pada empat prinsip berikut: 1. Al musawah (persamaan) Semua warga negara adalah sama hak, kewajiban dan kedudukannya, baik hak politik, hak agama, hak pekerjaan dan hak pengajaran. Dalam istilah Barat one man one vote, satu orang satu suara, entah itu perempuan, laki-laki, tua, muda. 2. Al ‘adalah (keadilan) Keadilan merupakan landasan demokrasi, dalam arti terbukanya pekuang kepada semua orang untuk mengatur hidupnya sesuai dengan apa yang diinginkan. Masalah keadilan penting dalam arti seseorang mempunyai hak untuk menentukan jalan hidupnya. Selain itu, orang tersebut harus dihormati haknya dan diberi peluang serta kemudahan untuk mencapainya. Sebuah negara akan sejahtera dan dapat eksis jika prinisp yang diusungnya adalah keadilan sekalipun negara itu kafir. Sebaliknya, sebuah negara akan hancur jika prinsip yang diusungnya kedzaliman sekalipun negara itu Islam. Islam menekankan sekali bahwa keadilan harus ditegakkan. 2015 3 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Al syuura (musyawarah) Islam disini tidak mengambil konsep Barat yaitu voting, sebaliknya menekankan musyawarah, karena dalam musyawarah mampu melindungi hak-hak minoritas. Hasil dari musyawarah mengakomodir kepentingan-kepentingan minoritas. Kalau kepentingan tidak terakomodir dalam musyawarah, bukan musyawarah lagi tetapi memaksakan kehendak. Yang menang yang diuntungkan, yang kalah tidak terakomodir. Musyawarah itu dapat juga diartikan sebagai bentuk atau cara memelihara kebebasan dan memperjuangkan keadilan lewat jalur permusyawaratan. 4. Al hurriyat (kebebasan) Prinsip kebebasan merupakan prinsip Islam yang paling mulia sejak agama ini muncul ke dunia, dan dalam kebebasan ini, bentuk kebebasan yang tersurat dan tersirat dalam revolusi Perancis adalah yang terpenting yaitu kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat. Dari empat prinsip tersebut di atas, Islam dapat beriringan dengan demokrasi. Adapun seluk beluk demokrasi banyak berlandaskan pada Al Qur’an yang meliputi: a. Kebebasan dan tanggungjawab individual, sesuai dengan QS Al An’aam (6): 94 b. Kebebasan eksperimen, sesuai dengan QS Al Kahfi (18): 29 c. Kebebasan beragama, sesuai dengan QS Yunus (10): 99 d. Keadilan, sesuai dengan QS Al Maidah (5): 58 dan QS An Nisa (4): 135 e. Musyawarah, sesuai dengan QS Ali Imran (3): 159 dan Asy Syuura (42): 38 Nilai-nilai fundamental tersebut menjadi pesan mendasar dalam Al Qur’an yang menuntut kaum muslim mampu mengoperasionalkannya. Sistem politik demokrasi dapat berjalan sealur dengan misi agama. Demokrasi bahkan dapat disebut yang paling baik dan paling tepat, karena dengan mekanismenya yang wajar, demokrasi bisa menghindarkan adanya tirani baik mayoritas maupun minoritas. Kekuatan demokrasi terletak pada: 1) Jaminan berlangsungnya checks and balances antara mereka yang sedang berkuasa dan mereka yang sedang tidak berkuasa (pemerintah dan rakyat). 2) Jaminan kebebasan asasi, yaitu kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan berserikat, kebebasan beragama dan kebebasan dari rasa takut. 3) Dalam sistem politik yang demokratis berlaku prinsip the people control the leaders, lawan the leaders control the mass yang menjadi prinsip otoriterisme. 4) Dalam alam demokrasi, ada kesediaan sharing of power atau kesediaan membagi kekuasaan dengan pihak lain agar tercapai keseimbangan harmonis antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. 2015 4 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Perbedaan Hukum Barat dan Hukum Islam Perbedaan paling mendasar antara sistem hukum Barat dan sistem hukum Islam terletak pada sumbernya masing-masing. Seperti diketahui civil law dan common law yang dikenal sebagai buatan manusia (man made law). Sebaliknya dua sumber primer hukum Islam adalah Al Qur’an dan Sunnah. Berikut adalah perbedaan-perbedaan fundamental antara hukum Islam dan hukum manusia: 1. Hukum manusia tergambar dari namanya adalah kreasi dari manusia, sementara syariah berasal dari wahyu Tuhan. Jadi keduanya merefleksikan kualitas perbuatannya masing-masing. Hukum manusia tersebut tidak sempurna dan tidak dapat mencapai kesempurnaan hingga manusia itu sendiri menjadi sempurna. Hukum Tuhan merefleksikan kesempurnaan dan keagungan penciptanya dan cahaya dari Yang Maha Mengetahui. 2. Hukum manusia yang aturan-aturannya sementara dan tidak abadi, suatu masyarakat menetapkan untuk mengatur urusan-urusannya dan memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi aturan-aturan tersebut tidak memimpin masyarakat, melainkan tumbuh dalam derajat yang sama dengan masyarakat. Syariat Islam adalah kumpulan dari aturan-aturan di mana Allah telah menentukan aturan bagi urusan-urusan masyarakat manusia sepanjang waktu. Syariat Islam abadi dan tidak memungkinkan perubahan. Karakter itu hanya dalam syariat Islam. 3. Masyarakat menyusun suatu hukum dan mencetaknya sesuai dengan kebiasaan, tradisi dan latar belakang sejarahnya. Syariat Islam bukan produk masyarakat manusia dan bukan pula hasil perkembangan berikutnya. Syariat berasal dari Tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu. Allah telah menjadikannya suatu model kesempurnaan. 2015 5 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pembentukan Negara Madinah Pada periode Madinah, Islam merupakan suatu kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad saw mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai pemimpin agama/ kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri Nabi, terkumpul dua kekuasaan, yaitu kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis merupakan kepala negara. Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru Madinah, Nabi Muhammad segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat yaitu: 1. Pembangunan masjid Tujuan utama adalah untuk tempat shalat. Selain itu, juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, disamping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Masjid pada masa Nabi, berfungsi sebagai pusat pemerintahan. 2. Ukhuwah islamiyah Persaudaraan sesama muslim. Nabi mempersaudarakan antara golongan muhajirin dan anshar. Diharapkan setiap muslim merasa terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Apa yang dilakukan Rasulullah ini berarti menciptakan suatu bentuk persaudaraan baru yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah. 3. Hubungan persahabatan dengan pihak lain yang tidak beragama Islam Di Madinah, disamping orang-orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Rasulullah mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka. Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu komunitas dikeluarkan. Perjanjian ini dalam pandangan ketatanegaraan sekarang, sering disebut dengan Konstitusi Madinah/ Piagam Madinah/ Madinah Charter. Piagam Madinah berisikan beberapa hal berikut ini: a. Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan b. Kemerdekaan beragama dijamin c. Seluruh anggota masyarakat berkewajiban untuk mempertahankan keamaan negeri dari serangan luar d. Pengangkatan Rasulullah sebagai kepala pemerintahan berkaitan dengan otoritas mutlak kepada beliau tentang peraturan dan tata tertib umum. e. Meletakkan dasar persamaan antar sesama manusia. 2015 6 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Menurut analisis Suyuti Pulungan, naskah Piagam Madinah mengandung beberapa prinsip: a. Prinsip persatuan dan persaudaraan b. Persamaan c. Kebebasan d. Tolong menolong e. Membela yang teraniaya f. Hidup bertetangga g. Keadilan h. Musyawarah i. Pelaksanaan hukum dan sanksi hukum j. Kebebasan beragama dan hubungan antar pemeluk agama k. Pertahanan dan perdamaian l. Amar ma’ruf nahi munkar m. Kepemimpinan n. Tanggungjawab pribadi dan kelompok o. Ketakwaan/ ketaatan Dasar politik negeri Madinah adalah: 1) Prinsip keadilan yang harus dijalankan kepada setiap penduduk tanpa pandang bulu. 2) Prinsip musyawarh untuk memecahkan segala macam persoalan Lebih jauh, keputusan politik yang diambil Nabi dilakukan dengan empat cara yaitu: a) Mengadakan musyawarah dengan kalangan sahabat senior b) Meminta pertimbangan kalangan profesional c) Melemparkan masalah-masalah yang biasanya berdampak luas bagi masyarakat ke dalam forum yang lebih besar d) Megambil keputusan sendiri Langkah-langkah Rasulullah dalam menjalankan pemerintahan di negara Madinah: 1) Menjadi hakim yang mengadili perkara-perkata yang terjadi di tengah masyarakat 2) Membentuk lembaga hisbah yang bertugas melakukan penertibban atas perilaku perdagangan di pasar-pasar 3) Mengangkat para gubernur atau hakim untuk pemerintahan daerah 4) Mengelola zakat, pajak, dan harta rampasan perang/ ghanimah untuk kesejahteraan penduduk 5) Mengorganisasi militer, mengumumkan perang dan langsung memimpin peperangan serta mengangkat panglima perang/ komandan. 6) Menjalankan hubungan diplomatik dengan negara-negara sahabat 7) Mengangkat duta-duta ke negara-negara sahabat 2015 7 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pelaksanaan demokrasi pada negara Islam Pemerintahan Islam (khilafah) tidak mengenal adanya lembaga tertinggi dalam pemerintahan (mewakili rakyat), akan tetapi rakyat secara langsung membaiat khalifah. Struktur pemerintahan dalam kekhalifahan langsung penentu kebijakannya adalah khalifah dengan mekanisme rakyat yang langsung menyetujui kebijakan. Lain halnya kepemimpinan presiden di Indonesia bahwa kebijakan harus mendapat persetujuan DPR/ MPR. Syariat Islam tidak menentukan sistem pemerintahan, apakah bentuk kerajaan, demokrasi atau lainnya diserahkan dalam musyawarah umat, namun yang terpenting adalah bahwa dalam pemerintahan itu haruslah terwujud keadilan. Karena dengan tidak terwujudnya keadilan, maka Islam mewajibkan untuk mengganti pemerintahan itu karena sudah terjebak dalam kezaliman yang dimurkai Allah swt. Masyarakat Madani Penggagas teori tentang masyarakat madani adalah hasil pengamatan dari Ibnu Khaldun pada masyarakat nomad di Arab yang hidupnya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain dan selanjutnya teorinya tentang masyarakat perkotaan (madani). Ia berpendapat bahwa masyarakat ini merupakan hadarah sebagai kebalikan dari badawah. Masyarakat hadarah merupakan masyarakat yang beradab (memiliki peradaban) dan bersifat sekuler (dapat memisahkan antara yang sakral dan bukan sakral). Perbedaan lainnya yang terlihat pula antara masyarakat madani dan bukan madani, terlihat dalam anggapan bahwa alam menurut masyarakat madani dipengaruhi oleh peradaban manusia, sedangkan pada masyarakat bukan madani, alam tidak berpengaruh pada kehidupan manusia dan alam mempunyai kekuatan (totem, manna). Masyarakat madani menurut pandangan Ibnu Khaldun, dapat mewujudkan ketakwaan karena dapat memisahkan antara yang sakral dan yang bukan sakral, sehingga dengan perilaku sekuler ini mereka dapat mewujudkan ketakwaan hakiki seperti yang pernah dicontohkan Rasulullah ketika membangun masyarakat Madinah. Teori Ibnu Khaldun ini merujuk adanya pemikiran Al Qur’an yaitu QS Al A’raaf: 96 Keadilan yang bersifat universal yang mewujudkan ketakwaan bagi masyarakat madani seperti keadilan yang dikehendaki oleh Allah swt. Berbeda dengan keadilan parsial yang merupakan wujud sifat kezaliman yaitu memperbedakan hak dan kewajiban masyarakat antara muslim dan nonmuslim. 2015 8 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pandangan Islam tentang Pluralisme Umat Islam di Indonesia mempunyai wadah dalam menyelesaikan segala macam persoalan umat Islam termasuk tentang pluralisme. Wadah tersebut adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI). MUI pada musyawarah nasional MUI VII pada 26-29 Juli 2005 telah mengeluarkan fatwa MUI tentang pluralisme, liberalisme dan sekularisme agama. Rujukan fatwa tersebut adalah: 1. QS Ali Imran (3): 85 2. QS Ali Imran (3): 19 3. QS Al Kafirun (109): 6 4. QS Al Ahzab (33): 36 5. QS Al Mumtahanah (60): 8-9 6. QS Al Qashash (28): 77 7. QS Al An’aam (6): 116 8. QS Al Mu’minun (23): 71 Fatwa MUI tersebut menyatakan: 1. Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga. 2. Pluralitas agama adalah sebuah kenyataan bahwa di negara atau daerah tertentu terdapat berbagai pemeluk agama yang hidup secara berdampingan. 3. Pluralisme, sekulerisme dan liberalisme agama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. 4. Umat Islam haram mengikuti paham pluralisme, sekulerisme dan liberalisme agama. 5. Bagi masyarakat muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain (pluralitas agama), dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah, umat Islam bersifat inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain sepanjang tidak saling merugikan. Hakekat kebersamaan dalam pluralitas beragama meliputi dua hal yang menjadi pokok kajian yaitu: 1) Kerukunan umat beragama Kerukunan umat beragama adalah kesepakatan untuk hidup bersama dalam mengamalkan ajaran agama bagi masing-masing pemeluk agama yang mendiami negara Indonesia. 2015 9 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Kerjasama antarumat beragama/ tasamuh (toleransi) Toleransi dalam ajaran Islam adalah toleransi sosial kemasyarakatan dan bukan toleransi di bidang aqidah dan atau keimanan atau keyakinan. Islam mempunyai keyakinan yaitu agama Islam adalah satu-satunya agama Allah swt yang benar lagi sempurna, sesuai dengan QS Ali Imran (3): 85. Sikap sinkretisme dalam agama yang menganggap bahwa semua agama adalah benar tidak sesuai dengan keimanan seorang muslim dan tidak relevan dengan pemikiran yang logis. Tasamuh atau toleransi berfungsi sebagai penertib, pengaman, pendamai dan pemersatu dalam komunikasi dan interaksi sehingga terpelihara kelestarian lingkungan hidup dan terwujudnya hubungan baik pada masyarakat. Kedudukan Wanita dalam Islam Wanita muslim di tengah-tengah masyarakat Islam menempati kedudukan yang tinggi dan terhormat; satu kedudukan yang dapat menjaga martabat, kemanusiaan dan kesuciannya. Islam sama sekali tidak menganggap wanita sebagai suatu bakteri yang mengandung penyakit sebagaimana persepsi orang-orang Yahudi dan Nasrani. Islam mengakui kebenaran azali (eternal) yang dapat menghilangkan kehinaan. Islam beda dengan agaman-agama lain yang cenderung aniaya kepada kaum wanita. Islam datang untuk melepaskan wanita dari belenggu-belenggu kenistaan dan perbudakan terhadap sesama manusia. Islam memandang wanita sebagai makhluk yang mulia dan terhormat; makhluk yang memiliki beberapa hak yang telah disyariatkan oleh Allah swt. Di dalam Islam, haram hukumnya berbuat aniaya dan memperbudak wanita. Dan, Allah swt akan mengancam orang yang berani melakukan perbuatan itu dengan ancaman siksa yang sangat pedih. Dari aspek kemanusiaan, Islam memandang sama antara laki-laki dan perempuan, dalam artian bahwa keduanya adalah sama-sama manusia, sesuai dengan QS Al Hujurat: 13. Islam menganggap mereka sama saja dalam soal memikul sebagian besar beban-beban keimanan, sesuai dengan QS Al Buruuj: 10. Islam menganggap mereka sama dalam hal menerima balasan akherat, sesuai dengan QS An Nisa: 124. Islam menganggap mereka sama dalam hal saling tolong menolong, sesuai dengan QS At Taubah: 71 Allah swt juga menerangkan salah satu kedudukan wanita dalam Islam, dimana kehormatan dan kemuliaannya dijaga demikian ketat, dalam QS An Nuur: 4. Dalam Islam, kaum wanita berhak mendapatkan bagian sesuai kedekatannya dengan si mayit, yang dinyatakan dalam QS An Najm: 22. Islam juga mengatur masalah perceraian, sesuai dengan QS Al Baqarah: 229. 2015 10 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kepemimpinan gender wanita menurut Islam Islam sebagai agama yang predikatnya rahmatan lil-‘alamin dalam pengertian bahwa semua dalam alam dirahmati oleh Allah swt, sebagaimana dalam QS Al Anbiya: 107. Wanita dan pria merupakan insan yang saling melengkapi antara satu dan lainnya, dan karenanya Allah swt mengemukakan dalam QS Al Baqarah: 187. Ayat tersebut memperlihatkan bahwa Allah memberikan kedudukan yang sama antara pria dan wanita. Terdapat anggapan bahwa pria itu menjadi pimpinan wanita dengan merekomendasi pemikiran QS An Nisa: 34. Hadits Rasulullah juga menyatakan bahwa tidak ada pelarangan kepemimpinan wanita bahkan pertanggungjawab di bidang tugas masing-masing (pria dan wanita) memfungsikan kesamaan dalam tanggung jawab di hadapan Allah swt. 2015 11 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Alim, Muhammad. 2011. Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Aminuddin, dkk. 2014. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia Didin Saefuddin Buchori. 2009. Sejarah Politik Islam. Jakarta: Pustaka Intermasa Haya binti Mubarok Al Barik. 1424 H. Ensiklopedi Wanita Muslimah. Jakarta: Darul Falah www.mui.or.id Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Zainuddin Ali, Haji. 2012. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara 2015 12 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id