MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam Islam dan Globalisasi Peranan dan fungsi muslim dalam globalisasi Islam sebagai agama yang universal Peran agama Islam dalam perdamaian Konsep Islam tentang gender, kemanusiaan, kepemimpinan dan demokrasi Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 13 Kode MK 90002 Abstract 1 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Dian Febrianingsih, M.S.I Kompetensi Era globalisasi sudah di depan mata. Ibarat tamu yang sudah berada dalam rumah. Kedatangan tamu bisa memberikan beberapa permasalahan negatif atau tantangan yang positif, bergantung pada kacamata apa yang digunakan. Mahasiswa muslim diharapkan dapat menghadapi era globalisasi secara tepat dengan segala kemampuan dan kompetensi yang dimiliki. 2015 Disusun Oleh - Mampu mengetahui peranan dan fungsi muslim dalam fenomena globalisasi - Mampu menguraikan implementasi agama Islam sebagai agama universal - Mampu menjelaskan peran agama Islam dalam perdamaian baik konsepsi maupun implementasi - Memahami konsep Islam dalam masalah gender, kemanusiaan, kepemimpinan dan demokrasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Peranan dan Fungsi Muslim dalam Fenomena Globalisasi Muslim saat ini, terutama generasi muda muslim menyadari bahwa dunia adalah global village dimana jaringan informasi telah merajut kehidupan manusia dalam satu keterikatan image. Kesadaran ini membangkitkan semangat keagamaan yang terbangun oleh suatu kesadaran global mengenai realitas keagamaan dan umat manusia di selurug dunia. Melalui teknologi media massa, kesadaran itu muncul bahwa saat ini, umat Islam di seluruh dunia sedang terpuruk dan Barat sedang berjaya. Dalam konteks ini, kaum muda muslim yang memiliki akses kepada media dapat berperan sebagai pewarna kesadaran global kebangkitan Islam. Melalui mereka, gaya hidup, nilai-nilai dari ideologi kebangkitan Islam mewarnai masyarakat. Mahasiswa sebagai salah satu unsur pemuda yang notabene kaum intelektual dan penjaga norma-norma sosial, adalah aset bangsa yang potensial. Penguasaan sains dan teknologi bukan suatu alternatif, namun sudah menjadi keharusan. Akan tetapi penguasaan teknologi harus selaras dengan pemaknaan tauhid (ilahi). Disamping itu, perlu disusun pola akademis yang mengarah kepada langkah kuratif terhadap semakin parahnya degradasi moral imbas dari sains dan teknologi yang bebas nilai dan cenderung destruktif. Penguasaan mahasiswa Islam akan sains dan teknologi yang dilandasi konsep keimanan akan memancarkan cahaya yang memerangi gerak langkah peradaban dunia. Berikut ini sikap dasar yang harus dimiliki generasi muda muslim dalam menghadapi era globalisasi: 1. Setiap generasi muda seharusnya memiliki sikap percaya diri yang terbangun melalui proses aktualisasi secara terus menerus terhadap potensi riil yang dimilikinya. Sikap ini akan mampu melahirkan partisipasi dan kepastian prakarsa, yang tidak lagi didasari sikap mengandalkan dukungan maupun kemudahan dari orang lain. 2. Setiap generasi muda semestinya kian memperbesar sikap kemandirian dalam memecahkan permasalahan. Kemandirian di sini bukanlah sikap individualistis yang tidak memiliki kepedulian sosial, tetapi suatu sikap yang secara sadar dibentuk untuk menjauhkan kemungkinan keterpaksaan melakukan sesuatu. 3. Sudah saatnya sikap generasi muda mengemas kemampuan profesionalnya. Dalam pengertian ini, setiap orang tidak lagi cukup hanya mengetahui fungsi dan peranannya masing-masing, tetapi bagaimana mengembangkan fungsi dan peranannya secara profesional. 2015 2 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Untuk menghadapi tantangan di era globalisasi, seorang muslim diharapkan dapat bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Bila mengabaikan, maka kemungkinan akan terbawa arus jahiliyah yang mengitarinya. Tanggung jawab tersebut adalah: 1) Membina diri menjadi pribadi muslim yang memiliki ciri-ciri: iman kepada Allah, takwa sebenar-benar takwa, islamisasi kehidupan (tingkah laku, pemikiran, pergaulan, pendidikan, kemasyarakatan, ruhiyah, ukhuwah islamiyah, cerdas dan berilmu, berkualitas, rohani dan jasad yang sehat, dan kebal terhadap pengaruh budaya Barat) 2) Membentuk diri menjadi pribadi dai yang mempunyai ciri-ciri: berdakwah kepada kebaikan, menyuruh berbuat ma’ruf, dan melarang berbuat munkar) 3) Membimbing keluarga dan masyarakat dengan melakukan: ceramah dan diskusi, membuat buletin dan artikel, kegiatan sosial dan ilmiah, penataran dan penyuluhan, mengisi pembangunan masyarakat dan ikut serta dalam kegiatan ma’ruf. Implementasi Agama Islam sebagai Agama Universal Agama Islam bagi kehidupan manusia merupakan rahmatan lil ‘alamin atau universal bagi seluruh umat manusia. Rahmat dimaksud berdasarkan QS Al Anbiya (21): 107 yang berarti “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. Ayat tersebut menunjukkan bahwa ajaran Islam bukan hanya merupakan rahmat dab kasih sayang kepada non-Islam, bahkan seluruh makhluk dan isi alam ini. Mewujudkan kasih sayang dalam perilaku hidup setiap muslim tidak dibatasi oleh dinding agama dan keyakinan, bahkan perwujudan kasih sayang hendaknya sampai juga kepada seluruh alam hewani, nabati dan jamadi. Islam mengenal ajaran bahwa seluruh umat manusia adalah keluarga besar yang sama sebagai hamba Allah swt dan diberi tugas yang sama yaitu beribadah (mengabdi) kepada Allah swt. Dasar hukum yang digunakan adalah QS Al Hujurat: 13. Kedudukan agama Islam di antara agama-agama lain; dalam pengertian bahwa Allah menurunkan nabi dan rasul terakhir sepeninggal nabi Isa as, yakni nabi Muhammad saw adalah dilatarbelakangi oleh keadaan (sejarah) sebagai berikut: 1. Karena ajaran-ajaran Allah yang diwahyukan kepada nabi-nabi terdahulu itu telah banyak yang dipalsukan, ditambah dan dikurangi, sehingga ajaran-ajaran agama tersebut tidak murni lagi, bahkan telah mengalami penyimpangan-penyimpangan. 2015 3 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Keadaan demikian menjadi penyebab utama diutusnya seorang rasul untuk meluruskan kembali ajaran-ajaran Allah swt. 2. Ajaran-ajaran Allah yang dibawa oleh nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad saw memang belum sempurna. Ajarannya masih bersifat lokal yang hanya diperuntukkan suatu bangsa, kaum dan wilayah tertentu saja. Untuk itu Allah swt mengutus rasul terakhir dengan membawa ajaran agama Islam yang telah disempurnakan dan ajarannya bersifat universal. 3. Kitab-kitab suci terdahulu (Taurat, Zabur, Injil) sudah banyaj mengalami distorsi (penyimpangan) dan kitab suci tersebut sudah tidak ada yang asli lagi, bahkan isinya sudah banyak yang bertentangan satu dengan yang lain. Dari latar belakang tersebut, dapat diambil simpulan bahwa berdasarkan logika yang sehat bahwa agama yang terakhirlah yang sempurna, lengkap, utuh dan ajarannya bernilai benar. Karakteristik agama Islam yang khas dibandinglan dengan agama yang datang sebelumnya. Dengan memahami karakteristik Islam, maka akan menghasilkan pemahaman Islam yang komprehensif. Berikut adalah beberapa karakteristik agama Islam, yaitu: 1. Rabbaniyah Bersumber langsung dari Allah swt. Islam bukam buatan manusia, melainkan konsep Allah swt merupakan manhaj Rabbani baik dari aspek aqidah, ibadah, akhlak, syariat, dan peraturannya semua bersumber dari Allah swt. 2. Insaniyah ‘alamiyah Humanisme yang bersifat universal. Islam ditampilkan sebagai cahaya petunjuk bagi seluruh umat manusia, bukan hanya untuk suatu kaum atau golongan tertentu. Islam merupakan milik seluruh manusia yang ada di muka bumi, tanpa mengkhususkan bangsa Arab yang merupakan tempat diturunkannya agama ini. Hukum Islam bersifat universal, untuk seluruh umat manusia yang ada di muka bumi serta dapat diberlakukan di setiap bangsa dan negara 3. Syamil mutakamil Integral, menyeluruh dan sempurna. Islam membicarakan seluruh sisi kehidupan manusia, dari mulai masalah yang kecil sampai masalah yang sangat besar. Islam telah memformat dengan sempurna melalui pengaturannya serta menerangkan hukum-hukumnya. 4. Al basathah Elastis, fleksibel, mudah. Islam adalah agama fitrah bagi manusia. Manusia niscaya akan mampu melaksanakan segala perintahNya tanpa ada kesulitan, tetapi pada umumnya yang menjadikan sulit adalah manusia itu sendiri. Islam merupakan solusi dari berbagai permasalahan bukan untuk membebani manusia dengan satu kewajiban, semuanya terukur sesuai kemampuan diri manusia. 2015 4 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 5. Al ‘adalah Islam datang untuk mewujudkan keadilan yang sebenar-benarnya, untuk mewujudkan persaudaraan dan persamaan di tengah-tengah kehidupan manusia, serta memelihara darah (jiwa), kehormatan, harta, dan akal manusia. 6. Keseimbangan Equilibrum, balans, moderat. Islam dan seluruh ajarannya mengajarkan untuk senantiasa menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum, antara kebutuhan material dan spritual, serta antara dunia dan akherat. Ajaran Islam memenuhi jalan tengah, jalan yang imbang, tidak terlalu berat ke kanan mementingkan kejiwaan (rohani) dan tidak terlalu berat ke kiri mementingkan kebendaan (jasmani). Inilah yang diiistilahkan dengan teori keseimbangan, menyelaraskan di natara kenyataan dan fakta. 7. Perpaduan antara keteguhan prinsip dan fleksibilitas Ciri khas agama Islam adalah perpaduan antara hal-hal yang bersifat prinsip (tidak berubah oleh apapun) dan menerima perubahan sepanjang tidak menyimpang dari batas syariat. Dengan sifat yang prinsip, maka ajaran Islam tidak bisa larut dan tunduk terhadap setiap persoalan zaman dan perputaran waktu. Dengan sifat fleksibilitas, agama Islam dapat menyesuaikan diri dengan dinamika perkembangan zaman, serta dapat sesuai dengan setiap keadaan yang baru timbul. 8. Graduasi (berangsur-angsur/ bertahap) Allah swt sebagai pembuat hukum adalah Maha Bijaksana. Hukum atau ajaranajaran yang diberikan kepada manusia secara psikologis sesuai dengan fitrah manusia. Akan menjadi sangat sulit bila hukum tersebut datang sekaligus. Oleh karena itu, Allah menetapkannya secara bertahap atau berangsur-angsur, tidak sekaligus secara radikal dan revolusioner. 9. Argumentatif filosofis Ajaran Islam merupakan ajaran yang argumentatif, tidak bersifat doktriner. Dengan demikian, Al Qur’an dalam menjelaskan setiap persoalan senantiasa diiringi dengan bukti-bukti atau keterangan-keterangan yang argumentatif dan dapat diterima dengan akal pikiran yang sehat (rasional religius). 2015 5 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Peran Agama Islam dalam Perdamaian Kajian tentang peran umat beragama dalam mewujudkan kedamaian, perlu menguraikan contoh di dalam agama Islam, yaitu khotbah yang pertama diucapkan oleh Nabi Muhammad saw, setibanya di Madinah yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Salam (salah seorang sahabat dekat Nabi Muhammad saw) yang mengungkapkan sebagai berikut: “Wahai segenap umat manusia, sebarluaskan salam itu (salam yang mencakup arti kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, keamanan) dengan amal perbuatan dan ucapan kata-kata. Semuanya dilaksanakan sehari-hari”. Berdasarkan hadits di atas, dapat diketahui dan dipahami langkah-langkah di dalam ajaran agama Islam untuk mewujudkan perdamaian, yaitu: 1. Umat Islam diperintahkan untuk menyebarluaskan salam Salam dalam pengertian mewujdukan kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, keamanan, melalui ucapan dan perbuatan. Oleh karena itu, ajaran Islam menghendaki orang Islam mewujudkan kedamaian. Konsep kedamaian dalam Islam adalah melakukan interaksi sosial dalam arti komodatif. Hal ini menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial sesama manusia yang harmonis antara seseorang dengan orang lain, antara satu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Interaksi sosial dimaksud adalah diawali dengan ucapan salam ketika bertemu sesama muslim atau seaqidah. Salam sebagai semboyan dari setiap muslim menjumpai sesamanya dan merupakan doa kepada Allah swt untuk memohon kedamaian dan keamanan serta saling kasih sayang. Setiap muslim yang mengucapkan salam kepada sesama muslim berarti memohon kepada Allah swt keselamatan dan kedamaian. Hal tersebut berarti mengucapkan salam sesama muslim merupakan sesuatu yang sangat penting. 2. Memberikan makanan kepada fakir miskin, anak yatim dan semacamnya Perintah Allah dalam QS At Taubah merupakan tuntutan kepada setiap muslim yang mempunyai kemampuan untuk memberikan makanan kepada fakir miskin, anak yatim, dan semacamnya. Perintah dimaksud, disebut zakat, baik dalam bentuk zakat fitrah maupun dalam bentuk zakat mal. Namun masyarakat muslim yang belum mempunyai kriteria wajib zakat, ia dianjurkan memberikan hartanya dalam bentuk infaq dan atau sedekah kepada orang yang berhak menerimanya. 2015 6 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Hal ini menunjukkan bahwa orang Islam berkewajiban melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan perintah agama, baik dalam bentuk kewajiban untuk mengeluarkan zakat maupun dalam bentuk sunnah untuk mengeluarkan infaq dan atau shadaqah. Semua bentuk pengeluaran harta dimaksud, selain berfungsi ibadah kepada Allah swt dalam aspek tertentu dan dalam aspek lainnya berfungsi sosial kemasyarakatan yang berpengaruh dalam interaksi sosial di antara sesama manusia. 3. Bersilaturrahmi atau menjalin hubungan baik dengan kerabat Perintah agama dalam bersilaturrahmi atau menjalin hubungan baik dengan kerabat merupakan hubungan sesama manusia secara horizontal yang harus berkesinambungan baik terhadap si kaya dengan si miskin, pejabat dengan rakyat, si majikan dengan buruh, maupun terhadap manusia yang status pekerjaannya sebagai petani, nelayan, dan sebagainya terhadap manusia lainnya. Hal ini berarti ajaran Islam tidak mengenal pemisahan sesama muslim yang dilatarbelakangi oleh pekerjaan, status sosial, jabatan dan sebagainya, melainkan yang membedakan hubungan sesama manusia di hadapan Allah swt adalah kualitas ketaqwaan. 4. Melakukan shalat di waktu malam ketika umat lain sedang tidur Melakukan shalat di waktu malam ketika umat lain sedang tidur biasa disebut dengan shalat lail atau shalat tahajud. Shalat dimaksud dilaksanakan oleh setiap muslim yang mencari keridhaanNya di luar shalat wajib yang diperintahkan oleh Allah swt dan RasulNya. Shalat lail atau shalat tahajud dijelaskan oleh Allah swt dalam QS Al Isra’ (17): 79. Dengan melakukan sholat malam, bertambah naik martabat jiwa umat yang melakukan shalat malam itu, sehingga mencapai tempat yang terpuji (maqam mahmudah). Konsep Islam dalam masalah gender, kemanusiaan, kepemimpinan dan demokrasi Konsep Islam dalam masalah gender Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, semuanya dalam alam dirahmati oleh Allah swt, sebagaimana dalam QS Al Anbiya’: 107. Laki-laki dan perempuan, merupakan insan yang saling melengkapi antara satu dan lainnya, bagaikana peralatan benda komplementer (tidak dapat digunakan tanpa ada yang lain), dan karenanya Allah swt menyatakan dalam QS Al Baqarah: 187 yaitu “Mereka kaum wanita, adalah pakaian bagi 2015 7 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kaum pria, dan kaum pria adalah pakaian bagi kaum wanita”. Dari ayat tersebut, Allah memberikan kedudukan yang sama antara pria dan wanita. Wanita muslim di tengah-tengah masyarakat Islam menempati kedudukan yang tinggi dan terhormat; satu kedudukan yang dapat menjaga martabat, kemanusiaan dan kesuciannya. Islam sama sekali tidak menganggap wanita sebagai suatu bakteri yang mengandung penyakit sebagaimana persepsi orang-orang Yahudi dan Nasrani. Islam mengakui kebenaran azali (eternal) yang dapat menghilangkan kehinaan. Islam beda dengan agaman-agama lain yang cenderung aniaya kepada kaum wanita. Islam datang untuk melepaskan wanita dari belenggu-belenggu kenistaan dan perbudakan terhadap sesama manusia. Islam memandang wanita sebagai makhluk yang mulia dan terhormat; makhluk yang memiliki beberapa hak yang telah disyariatkan oleh Allah swt. Di dalam Islam, haram hukumnya berbuat aniaya dan memperbudak wanita. Dan, Allah swt akan mengancam orang yang berani melakukan perbuatan itu dengan ancaman siksa yang sangat pedih. Dari aspek kemanusiaan, Islam memandang sama antara laki-laki dan perempuan, dalam artian bahwa keduanya adalah sama-sama manusia, sesuai dengan QS Al Hujurat: 13. Islam menganggap mereka sama saja dalam soal memikul sebagian besar beban-beban keimanan, sesuai dengan QS Al Buruuj: 10. Islam menganggap mereka sama dalam hal menerima balasan akherat, sesuai dengan QS An Nisa: 124. Islam menganggap mereka sama dalam hal saling tolong menolong, sesuai dengan QS At Taubah: 71 Allah swt juga menerangkan salah satu kedudukan wanita dalam Islam, dimana kehormatan dan kemuliaannya dijaga demikian ketat, dalam QS An Nuur: 4. Dalam Islam, kaum wanita berhak mendapatkan bagian sesuai kedekatannya dengan si mayit, yang dinyatakan dalam QS An Najm: 22. Islam juga mengatur masalah perceraian, sesuai dengan QS Al Baqarah: 229. Konsep Islam dalam masalah kemanusiaan Seperti makhluk lainnya, manusia adalah ciptaan Allah swt. Ia diciptakan secara alamiah karena Allah menciptakan Adam dari tanah, jika diorganisir ke dalam diri manusia akan menghasilkan ekstrak sulalah (air mani). Jika masuk ke dalam rahim, air ini akan mengalami sebuah proses kreatif. Penciptaan manusia dalam proses alami (sunnatullah) terdiri dari dua aspek pokok: 1. Aspek material Aspek material adalah jasmaniah (jasad), yaitu jisim manusia, tubuh atau badan. Realitas jasad adalah realitas manusia yang dharuri (siginifikan, pokok), tanpa adanya jasad tidak dapat dipahami adanya manusia, karena dengan jasadlah 2015 8 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id realitas dan eksistensi manusia dapat dilihat pada aktivitas ruang dan waktu tertentu. 2. Aspek immaterial Aspek immaterial adalah rohaniah. Aspek rohaniah sifatnya abstrak dan tidak dapat direalitaskan. Ia hanya terlihat dari adanya aktivitas jasmaniah. Ia memberikan nilai kepada jasmaniahh dalam setiap aktivitasnya. Imam Al Ghazali membagi aspek rohaniah ini dalam dua bentuk yaitu: a) Al ruuh Daya manusia untuk mengenal dirinya sendiri, mengenal Tuhannya, dan mencapai ilmu pengetahuan, sehingga dapat menentukan manusia berkepribadian, berakhlak mulia serta menjadi motivator sekaligus penggerak bagi manusia dalam melaksanakan perintah Allah swt b) Al nafs Panas alami yang mengalir pada pembuluh-pembuluh nadi, otot-otot dan syaraf manusia. Ia sebagai tanda adanya kehidupan pada diri manusia. Dalam konteks ini, al nafs diistilahkan dengan nyawa yanng membedakan manusia dengan benda mati, tetapi tidak menbedakannya dengan makhluk lainnya, karena sama-sama memiliki al nafs. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah akan memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan di bumi ini. Peran manusia dalam Islam tidak akan terlepas dari beberapa konsep berikut ini: 1. Konsep al basyr Manusia dipandang dari pendekatan biologis yang terdiri dari unsur materi, sehingga menampilkan sosok dalam bentuk fisik material. Ini menjadikan manusia tak jauh beda dengan makhluk biologis lainnya, maka kehidupan manusia terikat kepada kaidah prinsip kehidupan biologis. Hal ini sesuai dengan QS Al Mu’minun (23): 12-14 dan QS Al Ahqaf (46): 67. 2. Konsep al insan Konsep ini mengacu pada potensi yang dianugerahkan Allah swt kepada manusia, yaitu potensi untuk bertumbuh dan berkembang biak secara fisik dan juga potensi untuk bertumbuh dan berkembang secara spiritual. Konsep ini mengacu pada bagaimana manusia dapat memerankan dirinya sebagai sosok pribadi yang mampu mengembangkan dirinya agar menjadi sosol ilmuwan yang seniman serta berakhlak mulia secara utuh. 2015 9 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Konsep an nas Konsep ini berhubungan dengan fungsi manusia sebagai mahluk sosial, sesuai dengan QS Al Hujurat: 13. Sejalan dengan konteks kehidupan sosial, maka peran manusia dititikberatkan pada upaya untuk menciptakan keharmonisan hidup bermasyarakat mulai dari keluarga dan antarbangsa. 4. Konsep bani adam Konsep ini mengacu kepada penghormatan pada nilai-nilai kemanusiaan. Konsep ini menitikberatkan pada upaya pembinaan hubungan persaudaraan antarsesama manusia. Menyatukan visi bahwa manusia pada hakekatnya berawal dari nenek moyang yang sama yaitu Adam as. Dalam tataran ini, manusia berstatus ebagai sebuah keluarga yang bersaudara, apapun latar belakang sosio-kultur, agama, bangsa dan bahasanya. Semuanya perlu saling menghargai, menghormati dan memuliakan. 5. Konsep al ins Konsep ini berangkat dari konsep penciptaan manusia yang berstatus sebagai pengabbdi Allah. Dalam hidupnya, manusia akan selalu menyadari hakekat ini. Ia dituntut untuk dapat memerankan dirinya sebagai pengabdi Allah secara konsisten dengan ketaata penuh. Ketaatan kepada Allah merupakan peran puncak manusia dalam segala aspek kehidupannya, karena atas dasar dan tujuan tersebut pulalah manusia diciptakan, sesuai dengan QS Adz Dzariyat: 56. 6. Konsep ‘abd Allah Konsep ini mengandung arti abdi atau hamba Allah. Konsep ini mengacu bahwa ‘abd Allah tidak dapat berdiri sendiri dalam kehidupan dan seluruh aktivitasnya dalam kehidupan. Kata ‘abd juga berarti ibadah, sebagai pernyataan kerendahan diri. Ibadah kepada Allah merupakan sikap dan pernyataan kerendahan diri yang paling puncak dan sempurna dari seorang hamba. Ibadah itu sendiri berupa pengabdian yang hanya diperuntukkan kepada Allah semata, sesuai dengan QS Yusuf (12): 40. 7. Konsep khalifah Allah Sebagai khalifah Allah, manusia diberikan tanggung jawab untuk mengatur dan memelihara alam semesta. Semua diserahkan pada manusia untuk dipergunakan seluas-luasnya demi kesejahteraan manusia. Untuk dapat melaksanakan amanahnya sebagai khalifah, manusia diberi akal oleh Allah swt. Hal tersebut sesuai dengan QS Al Baqarah (2): 31. 2015 10 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Konsep Islam dalam masalah kepemimpinan Kepemimpinan dalam Islam disebut dengan “imamah” . Imamah berasal dari kata “imam” yang artinya “pemimpin” atau “ketua” dalam suatu organisasi atau lembaga. Imamah juga disebut dengan “khalifah” atau “penguasa” dan “pemimpin tertinggi rakyat”. “Imam” juga berarti “pedoman”. Al Qur’an karena merupakan “pedoman” bagi umat manusia, disebut juga sebagai “imam”. Rasulullah saw dapat juga disebut sebagai imam sebab beliau adalah pemimpin para pimpinan yang sunahnya diikuti oleh seluruh pemimpin. Kata imam juga digunakan untuk orang yang mengatur kemaslahatan sesuatu, untuk pemimpin pasukan atau fungsi lainnya. Dalam Al Qur’an, “imamah” disebut dengan “imam” atau “aimmah” (pemimpin). Hal tersebut sesuai dengan QS Al Baqarah (2): 124. Dalam masalah penilaian terhadap kepemimpinan yang adil dapat diamati melalui beberapa fenomena aktivitas kepemimpinan seorang pemimpin. Apabila terlaksana beberapa syarat berikut, kepemimpinannya terukur dalam keadilan, yaitu: 1. Pemimpin itu telah membela dan menghidupkan agama dalam kekuasaannya. 2. Mentanfidzkan hukum antara orang-orang yang berselisih atau mendamaikannya, begitu juga hukum yang bersangkutan dengan Allah sematamata (sebagai pengatur pengadilan). 3. Menjaga keamanan umum agar penghidupan segenap umat manusia terjamin dengan aman tenteram 4. Bermusyawarah dengan wakil-wakil rakyat dalam tiap-tiap urusan yang tidak ada pemikirannya dalam Al Qur’an dan Sunnah yang jelas dan tidak pula ada ijma’. 5. Mengatur perjuangan batas-batas negeri dengan sekuat-kuatnya 6. Jihad, melakukan peperangan terhadap musuk apabila telah sampai pada batasbatas yang diizinkan oleh agama, dalam hal mengatur ketentaraan. 7. Mengatur kemakmuran menurut apa yang diizinkan oleh agama 8. Menyesuaikan penyerahan pekerjaan dan kekuasaan menurut kecakapan dan keikhlasan orang yang diserahi serta diberi keleluasaan mengatur dan bertindak asal tidak bertentangan dengan dasar-dasar agama 9. Pemimpin itu bekerja sendiri untuk mengamati dan memperhatikan soal-soal yang diserahkannya kepada wakil-wakilnya. Pemimpin juga sebaiknya bergaul dengan seluruh lapisan masyarakat, tidak boleh mengasingkan diri dan bersenang-senang sendiri. Konsep kepemimpinan dalam Islam sebenarnya memiliki dasar-dasar yang sangat kuat dan kokoh. Ia dibangun tidak saja oleh nilai-nilai transendental, namun telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu oleh nabi Muhammad saw, para sahabat dan khulafaur rasyidin. 2015 11 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pijakan kuat yang bersumber dari Al Qur’an Sunnah serta dengan bukti empiriknya telah menempatkan konsep kepemimpinan Islam sebagai salah satu model kepemimpinan yang diakui dan dikagumi oleh dunia internasional. Dalam pandangan Islam, kepemimpinan merupakan amanah dan tanggungjawab yang tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinnya tetapi juga akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt. Pemimpin yang ideal merupakan dambaan bagi setiap orang, sebab pemimpin itulah yang akan membawa maju-mundurnya suatu organisasi, lembaga, negara dan bangsa. Oleh karena itu, pemimpin mutlak dibutuhkan demi tercapainya kemaslahatan umat. Konsep kepemimpinan dalam Islam merujuk pada beberapa ayat Al Qur’an yaitu: 1) QS Ali Imran: 26 2) QS An Nisa: 58 3) QS An Nisa: 144 4) QS Al Maidah: 56-57 5) QS At Taubah: 71 Konsep Islam dalam masalah demokrasi Bagi kalangan neo-modernis Islam, demokrasi dan agama sesungguhnya dapat dipertemukan. Demokrasi dipandang sebagai aturan politik yang paling layak, sementara agama diposisikan sebagai wasit moral dalam aplikasi demokrasi. Demokrasi dalam Islam tertumpu pada empat prinsip berikut: 1. Al musawah (persamaan) Semua warga negara adalah sama hak, kewajiban dan kedudukannya, baik hak politik, hak agama, hak pekerjaan dan hak pengajaran. Dalam istilah Barat one man one vote, satu orang satu suara, entah itu perempuan, laki-laki, tua, muda. 2. Al ‘adalah (keadilan) Keadilan merupakan landasan demokrasi, dalam arti terbukanya pekuang kepada semua orang untuk mengatur hidupnya sesuai dengan apa yang diinginkan. Masalah keadilan penting dalam arti seseorang mempunyai hak untuk menentukan jalan hidupnya. Selain itu, orang tersebut harus dihormati haknya dan diberi peluang serta kemudahan untuk mencapainya. Sebuah negara akan sejahtera dan dapat eksis jika prinisp yang diusungnya adalah keadilan sekalipun negara itu kafir. Sebaliknya, sebuah negara akan hancur jika prinsip yang diusungnya kedzaliman sekalipun negara itu Islam. Islam menekankan sekali bahwa keadilan harus ditegakkan. 2015 12 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Al syuura (musyawarah) Islam disini tidak mengambil konsep Barat yaitu voting, sebaliknya menekankan musyawarah, karena dalam musyawarah mampu melindungi hak-hak minoritas. Hasil dari musyawarah mengakomodir kepentingan-kepentingan minoritas. Kalau kepentingan tidak terakomodir dalam musyawarah, bukan musyawarah lagi tetapi memaksakan kehendak. Yang menang yang diuntungkan, yang kalah tidak terakomodir. Musyawarah itu dapat juga diartikan sebagai bentuk atau cara memelihara kebebasan dan memperjuangkan keadilan lewat jalur permusyawaratan. 4. Al hurriyat (kebebasan) Prinsip kebebasan merupakan prinsip Islam yang paling mulia sejak agama ini muncul ke dunia, dan dalam kebebasan ini, bentuk kebebasan yang tersurat dan tersirat dalam revolusi Perancis adalah yang terpenting yaitu kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat. Dari empat prinsip tersebut di atas, Islam dapat beriringan dengan demokrasi. Adapun seluk beluk demokrasi banyak berlandaskan pada Al Qur’an yang meliputi: a. Kebebasan dan tanggungjawab individual, sesuai dengan QS Al An’aam (6): 94 b. Kebebasan eksperimen, sesuai dengan QS Al Kahfi (18): 29 c. Kebebasan beragama, sesuai dengan QS Yunus (10): 99 d. Keadilan, sesuai dengan QS Al Maidah (5): 58 dan QS An Nisa (4): 135 e. Musyawarah, sesuai dengan QS Ali Imran (3): 159 dan Asy Syuura (42): 38 Nilai-nilai fundamental tersebut menjadi pesan mendasar dalam Al Qur’an yang menuntut kaum muslim mampu mengoperasionalkannya. Sistem politik demokrasi dapat berjalan sealur dengan misi agama. Demokrasi bahkan dapat disebut yang paling baik dan paling tepat, karena dengan mekanismenya yang wajar, demokrasi bisa menghindarkan adanya tirani baik mayoritas maupun minoritas. Kekuatan demokrasi terletak pada: 1) Jaminan berlangsungnya checks and balances antara mereka yang sedang berkuasa dan mereka yang sedang tidak berkuasa (pemerintah dan rakyat). 2) Jaminan kebebasan asasi, yaitu kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan berserikat, kebebasan beragama dan kebebasan dari rasa takut. 3) Dalam sistem politik yang demokratis berlaku prinsip the people control the leaders, lawan the leaders control the mass yang menjadi prinsip otoriterisme. 4) Dalam alam demokrasi, ada kesediaan sharing of power atau kesediaan membagi kekuasaan dengan pihak lain agar tercapai keseimbangan harmonis antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. 2015 13 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Alim, Muhammad. 2011. Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Aminuddin dkk. 2005. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia Haya binti Mubarok Al Barik. 1424 H. Ensiklopedi Wanita Muslimah. Jakarta: Darul Falah Tim Guru MGPK Provinsi Jawa Timur. 2012. Bahan Ajar Tafsir MAK. Mojokerto: CV Sinar Mulia Mojosari Zainuddin Ali, Haji. 2012. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara 2015 14 Pendidikan Agama Islam Dian Febrianingsih, M.S.I Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id