TUGAS UAS RESUME DARI BUKU BUSINESS ETHICS Etika bisnis memberikan suatu pandangan dasar bagi pelatihan seseorang manajer bisnis. Etika bisnis mempunyai lingkup umum dan tujuan yang melintasi berbagai displing ilmu seperti strategi pemasaran, teori organisasi, dan keuangan. Etika bisnis mempelajari kualitas moral kebijaksanaan. Konsep-konsep umum dan standar untuk perilaku moral dalam bisnis. Bab I Sifat dan tujuan pemekiran etika 1.1 Permulaan penyelidikan Etika Etika bisnis mempelajari kebijakan yang ada dan mempengaruh kuat terhadap kesejahteraan manusia dan lingkungan. Kebijakan dan perilaku yang nyata ini mencakup moral bisnis, yang dinyatakan sebagai sesuatu kumpulan pendirian dan kegiatan yang diberikan, baik diluar maupun di dalam perusahaan, tentang pokok bahasan bisnis. 1.2 Definisi etika Etika adalah suatu cabang ilmu filsafat. Tujuannyan adalah mempelajari perilaku, baik moral maupun inmoral, dengan tujuan membuat pertimbangan yang cukup beralsan dan akhirnya sampai pada rekomendasi yang memadai. Dalam buku ini, etika berhubungan dengan filsafat moral atau etika normatif. Etika tidak indentik dengan persoalan utamanya, yaitu dugaan moral dan pertimbangan konvensional dari perilaku moral. Etika adalah suatu penyelidikan normatif, bukan suatu ilmu murni yang deskriptif. Etika normatif tidak memberikan pilihan-pilaihan yang netral dari praktek moral yang ada, tapi mengatur pokok persoalannya dalam suatu kerangka penilaian yang tegas. 1,3 Tujuan Ganda Etika mempunyai tujuan ganda yaitu menilai praktek-praktek manusiawi dengan menggunakan standar moral, dan mungkin juga membrikan nasehat yang jelas tentang bagaimana bertindak secara moral pada situasi tertentu. Tujuan pertama secara tidak langsung menyatakan analisis dan penilaian. Tujuan ini mengarah kepada diagnosis etis terhadap tindakan dan peristiwa yang terjadi. Analisis mengcakup penjelasan standar dan berbagai perbedaan pendapat , sampai disini etika sudah dapat bermamfaat, karena orang sering tidak menyadari nilai-niali moral dan kebiasaan berpikir. Dan Tujuan yang kedua adalah memberikan nasehat untuk perbaikan. 1.4 Persoalan Utama Etika Perilaku Moral kita membedakan studi atau disiplin (pemekiran etika) dari sasarannya atau bidang studi (pertimbangan moral konvensional dan perilaku moral yang sebenarnya). Pembedaan ini menunjukkan bahwa etika mempunyai pendekatan tersendiri terhadap moralitas, dan tidak ditelan oleh pokok persoalannya. Dalam prakteknya perbedaan antara pemikiran etika dan perilaku moral konvensional tidak jelas, sebab contoh-contoh yang terbaik dari pemikiran etika tampa ditemukan diantara para praktisi. Khususnya, mereka yang hidup dalam situasi yang adat kebudayaan yang berbeda menyebabkan tuntutan yang bertentangan, mengebangkan pemikiran etika. Kalau kita terbenam dalam satu aturan moral, maka kita sering mengambil standar moral yang diperbolehkan. 1.5 Suatu Persoalan Etika Utama Relativisme 1. 2. 3. 4. Herodotus perbedaan kebudayaan Menerapkan Perbedaan Antara Norma dan Nilai Dasar Kebudayaan: Metode kelangsuangan Hidup Yang Diteruskan Posisi Dalam Perdebatan Relativismei 1.6 Perbedaan Metode Dalam Teknologi Moral Perdebatan moral di Eropa tidak lagi merupakan hak istimewa teologi. Sekalipun kita tidak bermaksud mengeluarkan teologi morla dari perdebatan moral,perlu kiranya menekankan beberapa perbedaan besar antara etika dan teologi. Etika normatif adalah bagian dari ilmu filsafat. 1.7 Pertimbangan Moral Adalah Pertimbangan Normatif Dua subbab berikut ini berhubangan dengan analisis aspek-aspek formal dari argumentasi yang digunakan dalam pertimbangan moral. Pertama-tama, kita menjelaskan gagasan bahwa etika hanya mempelajari satu jenis pertimbangan normatif, yaitu pertimbangan moral. Kedua, kita kembali pada cirri-ciri standar moral, yaitu bahwa pertimbangan moral dihasilkan dari evaluasi terhadap fakta-fakta dengan menggunakan suatu standar moral dan bahwa standar-standar ini seringkali tetap dan biasanya diambil sebagaimana adanya oleh agen-agen moral. 1.7.1 Pertimbangan Deskriptif Dan Pertimbangan Normatif Pertimbangan morla tidak pernah hanya menggambarkan, tetapi juga mempertimbangkan dan menetapkan. Pertimbangan-pertimbangan itu tidak hanya menunjuk fakta-fakta, tetapi juga menyangkut norma-norma dan standar-standar untuk membuat rekomendasi mengenai bagaimana berprilaku yang baik atau tidak berprilaku baik. Sama seperti pertimbangan lainnya yang menggunakan suatu standar, pertimbangan moral adalah normatif. Pernyataan deskriptif melukiskan keadaan berbagai kejadian; ia hanya merumuskan informasi yang factual. Pernyataan deskriptif tidak baebicarakan norma-norma dan nilai-nialai; tidak berkomentar tapi hanya menyatakan bagaimana keadaan sesuatu. Pernyatan normatif (atau yang memberikan petunjuk) mengandung suatu penilaian. Pernyataan ini menyatakan suatu pendapat atau sikap mengenai beberapa topik. Pernyataan tersebut membuat suatu taksiran yang bersifat menilai suatu pokok masalah. Penyataan itu mungkin saja menyatakan perintah, harapan, permintaan, dorongan, laranagan, peringatan, atau pendapat lain. Kalimat normatif tidak akan pernah hanya berhubungan dengan keadaan suatu kejadian, tetapi selalu mewarnai kebenaran dengan menambah beberapa pertimbangan mengenai kebenarannya atau sifat yang diingininya. 1.7.2 Pertimbangan Normatif Legal Dan Pertimbangan Normatif Moral Pertimbangan moral hanyalah salah satu dari sejumlah besar pertimbangan normatif . setiap kegitan umat manusia dengan aturan yang telah ditetapkan dengan baik memiliki norma-norma. Sebagai contoh, pertimbangan normatif dapat dibuat selama suatu pertandingan olahraga (misalnya ‘aku katakan, bola itu masuk’). Disini kita hanya akan membahas rincian pertimbangan normatif legal dan morla. Pertimbangan normatif legal menggunakan norma-norma legal yang diterima dalam situasi yang khusus. Sebagai contoh, Mengancam seorang penduduk dari Negara lain seperti Rushdie dengan kematian adalah bertentangan dengan aturan-aturan yang telah diterima hukum internasional.’Sebaliknya, dengan pertimbangan normatif moral,standar ini menggunakan standarstandar moral yang diterima suatu masyarakat, kelompok atau perorangan. 1.7.3 Norma-Norma Legal, Strategik, Dan Moral Dalam Bisnis Ekspor Internasional Di dalam satu bangsa perbedaan-perbedaan yang terjadi di atas antara kebutuhan-kebutuhan moral yang ada sebelumnya (standar moral) dan kodifikasinya oleh hukum (norma-norma legal) tetap ada. Namun demikian, dalam masyarakat modern terdapat perubahan-perubahan internasional yang makin banyak kekuasaan yang dominan berusaha memberlakukan aturan-aturan mereka. 1.7.4 Silogisme Moral: Fakta, Standar Dan Pertimbangan Pada umumnya semua pertimbangan normatif berhubungan dengan standar. Kini etika mempelajari perilaku moral dan pertimbangan moral. Jadi untuk merumuskan suatu pendekatan yang produktif pada etika, kita harus menyingkirkan pendapat bahwa pertimbangan moral adalah sesuatu yang sama sekali individual atau berubah-ubah. Sebagaiman untuk pertimbangan normatif lainnya, kita harus membedakan fakta, standar dan pertimbangan. Pertimbangan ini menawarkan kesempatan yang sungguh-sungguh untuk studi lebih lanjut mengenai pengambialan-pengambilan keputusan normatif. 1.8 Sifat-sifat standar moral Pertama-tama, pentingnya ditekankan bahwa dalam pengertian yang sangat praktis standar-standar moral mengandung suatu permohonan normatif. Standar –standar moral menetapkan tuntutan atas perilaku manusia, standar-standar ini menyatakan kriteria apa yang harus dikerjakan. Disampin sifat standar moral yang lebih mendalam ini, yaitu, bahwa keabsahan normatif mereka adalah tetap meskipun atau bahkan diperkuat oleh pelanggaran-pelanggaran, Velasquez (1992) menemukan lima standar lainnya: 1. Umumnya semua standar moral berhubungan dengan hal-hal yang (juga) mempunyai konsekuensi serius untuk kesejahteraan umat manusia. Standar-standar moral ini juga berhubungan dengan kesejahteraan hewan, dan rasa hormat kita kepada lingkungan alamiah kita. 2. Standar -standar moral tidak dapat ditetapkan atau diubah begitu saja oeh keputusankeputusan badan-badan berwewenang tertentu. 3. Semua standar moral diharapkan menolak kepentingan diri sendiri. Pernyataan ini terlalu umum .ini berguna untuk egoisme yang mencolok mata,yang sebenarnya adalah tidak bermoral. 4. Semua standar moral didasarkan pada pertimbangan yang adil. Pendapat tentang perlakuan yang sama untuk kasus yang dapat diperbandingkan adalah dasar untuk pemikiran moral. Ini berhubungan dengan konsep peradilan yang tidak berpihak. Kebanyakan orang yang beradab sebenarnya merumuskan norma-norma dan nilai-nilai yang adil berdasar pendirian dasar bahwa semua anggota dari rumpun manusia mempunyai hak-hak yang sama. 5. Semua standar moral berhubungan dengan perasaan-perasaan khusus dan suatu perbendaharaan khusus. Tetapi perasaan dan perbendaharaan kata khusus tidak menjamin kita membuat pertimbangan yang benar. Jika orang bertindak berlawanan dengan standar moral, perasaan tidak sepakat yang kuat akan muncul pada orang lain. Orang normal dengan seperangkat normal dan kepercayaan intern cukup bertanggung jawab untuk bereaksi dengan cara ini. Sifat ini tetap berlaku jika kita tetap berada dalam suatu kode moral yang disepakati. Tetapi berbahaya jika hanya menggunakan narma-norma moral kita sendiri begitu saja ketika kita mempertimbangkan sikap manusia dengan kode moral konvensional yang berbeda. Jika kita melakukannya,kita melakukan entnosentrime atau absolutism moral yaitu, kita menganggap hanya kode moral kita sendiri yang valid. Absolutism moral yang akan menghalangi kita untuk membuka dimensi etika apapun dalam keyakinan morak kita ; kita tidak akan betul-betul mencoba mengerti perilaku yang “aneh”, karena kita menolak menganalisis normal-normal di balik perilaku tersebut dan tidak ingin memeriksa nilai-nilai yang lebih dalam. Orang dalam situasi tidak menentu yang menggantungkan diri pada suatu jenis kode moral etnosentris yang egresip mungkin mampu menimbulkan pembunuhan , penyiksaan, dan pemusnahan secara teratur pada mereka yang mereka anggap bukan “kelompok mereka”. Dalam hal ini , perasaan moral yang kuat mungkin salah jalan, bahkan mungkin tidak etis. Meskipun demikian, walau perasaan tidak selalu menyatakan apakah pokok persoalan itu diperkirakan secara betul, sifat kelima ini mempunyai nilai tertentu; dalam keadaan normal sifat ini membantu mendeteksi topic minat public dalam moralitas yang konvensional. 1.9 Sinopis 1. Etika hanya mempelajari suatu jenis pertimbangan normatik : pertimbangan moral diperlukan dalam praktek moral setiap hari. 2. Pertimbangan moral dihasilkan dari penilaian fakta-fakta dengan menggunakan standar moral. Standar-standar ini seringkali tetap implitis dan secara umum diambil sebagaimana adanya oleh agen moral. 3. Standar-standar moral terpisah dari harapan normatif lainnya, meskipun ada hal-hal yang tumpang tindih. Dari sudut pandang praktis, adalah penting untuk menghargai harapan moral yang dirasakan secara mendalam, yang mungkin malahan diperkuat oleh perasaan pemberontakan setelah suatu kekerasan yang serius. Secara umum, standar-standar moral: 1. Berkaitan dengan hal-hal yang berakibat serius bagi kesejahteraan manusia,hewan dan lingkungan; 2. Tidak diadakan hanya karena keputusan dari penguasa legal; 3. Mengatasi minat egosentris tanpa pertimbangan terhadap hal lainnya; 4. Menyatakan beberapa kesamaan dan keadilan yang ideal; dan 5. Melibatkan perasaan emosi tertentu dan pikiran memberontak dan kemarahan. 4. Etika deskriptif hanya menjelaskan perilaku dan pertimbangan moral. 5. Etika normatif merumuskan secara filsafat teori-teori yang masuk akal dengan suatu dorongan yang memberikan petunjuk. Sebuah etika normatif tidak hanya member gambaran bila ia menilai praktek yang ada berdarkan standara moral yang eksplisit yang menunjukkan apa yang harus dilakukan dalam situasi itu. 6. Etika normatif adalah suatu cabang ilmu filsafat yang mempelajari pertimbangan moral. Tujuannya menilai perilaku moral masa lalu dengan menggunakan standar-standar moral yang telah didefinisikan dengan jelas, dan mencoba merumuskan petunjuk untuk situasi yang baru. Dengan menguraikan standar-standar moral denga jelas supaya dapat digunakan untuk pokok persoalan moral yang nyata, etika dapat memberikan kerangka pemikiran yang menyeluruh dari pokok persoalan moral ini. Jadi etika normatif adalah suatu refleksi filsafat pada moralitas konvensional. 7. Pendapat umum kita tentang etika normatif bertahan bahwa sebernarnya petunjuk yang nyata sangat bervariasi,dan norma-norma morla berbeda. Tetapi, nilai-niali umum tertentu memang ada. Manusia beradab, termasuk kebanyakan orang bisnis, berhubungan langsung dengan kesusilaan dan kehormatan umat manusia. Nilai-nialaidasar yang dapat dirumuskan dengan baik dengan cara negatif : jangan meembunuh,menyiksa, memperkosa atau mengesplotir. 8. Relativisme etika atau normatif ditolak, karena menyatakan perilaku moral dan normal moral hanya diuji berdasarkan standar-standar tertentu dari kebudayaan individu yang bersangkutan. Berlawanan dengan ini kita menjaga bahwa nilai antar kebudayaan tertentu harus berlaku. Nilainilai ini adalah milik tulang punggung kemanusiaan. 9. Relativisme antropologi atau deskriptif cukup dapat diterima dan memiliki kemampuan dasar dalam komunikasi manusia. Ia juga mensyaratkan bahwa untuk memperoleh tanggapan sah dari teman berbicara kita, kita perlu mengenal betul norma-norma, nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan budayanya. Akibatnya kebiasaan asing tidak boleh dinilai dengan menggunakan norma-norma kita sendiri. 10.Pemakaian praktis etika normatif yang terletak pada studi yang cermat tentang kasus-kasus tertentu, sering menjelajahi dilema antara nilai-nilai yang berlawanan. Analisis etis dan pertimbangan dimungkinkan dengan mengembangkan pendapat-pendapat yang lengkap tentang bagaimana menengahi berbagai nilai dan keprihatinan strategis jika menghadapi dilemma moral. Bab II Etika Bisnis: Menengahi Tuntutan dan Kepentingan Moral 2.1 Etika bisnis bersifat normatif Etika bisnis mempunyai dua tujuan yaitu diagnosis dan pengobatan normatif umum. Etika bisnis juga menilai perilaku moral dalam lingkungan bisnis dengan jelas, serta merinci petunjuk moral tertentu yang sesuai dengan isu bisnis yang sebenarnya. 2.2 Swatantra Relatif Moralitas Bisnis. 1. Posisi bisnis dalam masyarakat moderem Etika bisnis menilai dan menentukan standar-standar moral yang sesuai dengan sesuatu lingkungan tertentu dalam masyarakat moderem ,lingkungan bisnis. Sekarang ini bisnis merupakan bagian yang menonjol dalam masyarakat moderem, peraturan-peraturannya sendiri dan statusnya yang independen. Masyarakat moderen adalah yang terpecah-pecah, yang telah kehilangan rasa kebersatuannya. Masyarakat tersebut didasarkan pada perkembanganperbedaan-perbedaan fungsional antara berbagai lingkungana sosial, yang merupakan suatu gejala baru dalam manusia. Dua lingkungan fungsional yang mamainkan perang peting dalam masyarakat moderem adalah Sistem pasar yang bersifat berorientansi pada produksi rasional dan alokasi dari produk dan jasa. Lingkungan birokrasi yang menekankan organisasi rasional dari institusi dan jasa. 2. Pandangan Unitarian Pandangan ini menolak pendapat yang mengatakan bahwa pembauran adalah pandangan pra moderen. Pnadangan ini tidak mengenal sifat yang jelas dari lingkungan fungsional dalam masyarakat moderen, dan tegas menggunakan nilai-nilai dan standar-standar umum budaya secara keseluruhan untuk menialai kegiatan dalam wilayah teknologi, ekonomi, dan administrasi publik yang baru berkembang. 3. Pandanga Separatis Para ahli ekonomi klasik seperti Adam Smith sangat terkenal dalam pengembangan pandangan ini. Pandangan ini bertentangan dengan pendapat kesatuan yang tidak terbagi, dan menggambarkan lingkungan-lingkungan fungsional dalam masyarakat moderen sebagai pulau-pulau yang tidak berkaitan dan indenpenden secara radikal. Adam Smith-lah yang telah memperkenalkan perbedaan pendapat yang tersembunyi untuk menjelaskan bagaimana membuka suatu sistem pasar yang mungkin mengarah pada komunikasi yang menguntungkan secara sosial di antara pengejaran pribadi yang egois. Bagi para ahli ekonomi klasik, ini merupakan cara nonmoral yang menjelaskan bagaimana perusahaan-perusahaan bisnis yang mengejar kepentingan mereka sendiri dapat memberikan sumbangan kepada kesejahteraan umat manusia. Pandangan terhadap separatis melihat bisnis sebagai bagian dari sistem pasar yang betul-betul swantara. Kebenarannya secara mutlak terpisah dari lingkungan etika budaya dunia kehidupan. Para separatis menolak penerapan moral dibidang bisnis. Bagi mereka, bisnis mempunyai prinsip normatifnya sendiri, yaitu memasimalkan keuntungan pribadi, kurangi biaya. Ini dinyatakan sebagai prinsip amoral diluar tuntutan-tuntutan moral langsung. Keancaman terhadap etika bisnis sering diikuti oleh pandangan separatis tentang pembaruan. Di sini Jeurissen (1995) menggambarkan pandangan Milton Friedman mengenai tanggun jawab bisnis: Manajer harus mengejar satu tujuan saja dengan satu pikiran tunggal: maksimalkan keuntungan bagi kepentingan para pemegam sahamnya. Tangan pasra yang tak terlihat kemudian akan menjamin bahwa dengan cara yang terbaik tindakan-tindakan mereka memberikan sumbangan bagi kesejahteraan sosial. 4. Pandanga integrasi Pandangan ini tidajk terlalu optimis dan juga tidak terlalu ragu-ragu. Pandangan ini tahu bahwa seseorang yang tidak dapat langsung menrapka permintaan-permintaan dari masyarakat moral kepada lingkungan fungsional masyarakat moderen(tetapi pandangan ini tidak melebih-lebihkan kejelasan lingkungan fungsional), akan menhindari sikap skeptis yang menganggap alasan instrumental tidak terdapat disana. 2.3 Faktor-faktor lain dalam proses pengambilan keputusan moral Selai sistem niali etika, banyak factor lain yang berperan dalam proses pengambilan keputusan. Untuk menggambarkan ini, secara singkat kita berhubungan dengan model perilaku manajemen etika yang dirumuskan oleh Stead,Worell, dan Stead (1990), yang dibuat daftar filsafat etika berikut ini: utilitarianisme,hak-hak,dan keadilan. Sebagai tambahan, mereka menyebutkan berbagai factor lain yang turut berperan dalam perilaku moral dalam bisnis. 2.4 Studi-studi khusus dalam etika bisnis 1. Bisnis dan stakeholder internalnya 2. Bisnis dengan akhir atau konsumen 3.Bisnis dan lingkungan sosialnya 4. Bisnis dan lingkungan alam 2.5 Sinopsis 1. Etika bisnis menganut metode-metode dan tujuan etika normatif terhadap kebutuhankebutuhan spesifik suatu jenis pertimbangan moral tertentu, yaitu pertimbangan yang menyankut kebijakan bisnis, norma dan nilai bisnis. Etika ini manilai dan manentukan standar-standar moral yang sesuai dengan lingkngan spesifik dalam masyarakat moderen, yaitu bisnis. 2. Bisnis adalah bagian yang relatif swantantra dari masyarakat moderen, mempunyai kedalaman logika yang tepat,suatu prinsip yang kita rumuskan”maksimumkan keuntungan perusahaan, kurangi biaya perusahaan” Etika bisnis harus menghadapi situasi yang kedalaman logika rasionalitas bisnis menimbulkan ketenangan dan mungkin merugikan masyarakat moral.Etika bisnis merugikan permintan morar yang sah mengenai bisnis dengan mendasarkan fungsinya kepada teori yang sah mengenai hubungan antara bisnis dan masyarakat.Perusahan swasta tergabung dalam lingkungan masyarakat moral oleh pasar yang terbatas,peraturan nasional,dan oleh komintmen pribadi para manajer terhadap suatu pengertian tanggun jawab moral dan sosial. 3. Tugas utama etika bisnis dipusatkan pada mencari cara untuk menyelaraskan kepentingan strategis perusahaan dengan permintaan moral. Kepentingan strategis tidak seluruhnya terpisah dari perasaan moral, tetapi didalam kepentingan-kepentingan itu terkadung akibatakibat yang bermanfaat secara moral yang harus di nilai secara hati-hati. 4. Dalam bisnis orang menetapkan pilihan strategis dari pada pendirian berdasarkan nilai. Suatu alas an untuk menetapkan pilihan strategis adalah logika supsistem ini, yaitu keuntugan dan kelasungan hidup unit bisnis.Tetapi, suatu jalan strategis dapat juga cukup di terima dari sudut padang moral,jika pilihan ini mengadung permohonan moral yang kuat berdasarkan alansan yang menyakut akibat yang bermanfaat.Contoh-contoh alasan semacam itu adalah pencegahan kerusakan yang hebat dan luka bagi para pemilih atau suatu contoh yang menbakitkan semangat yang mungkin ditimbulkannya.