HUBUNGAN ANTARA KETUBAN MEKONIUM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR Yufi Aris Lestari*, R. Luluk Arzukah** STIKes Dian Husada Mojokerto ABSTRACT Meconium and amniotic newborn asphyxia cause high infant mortality rate. The condition of the baby is experiencing fetal distress before birth and due suck thick meconium into the lungs may experience an inability to breathe spontaneously and regularly in the first minute after birth. This study aimed to determine the relationship between amniotic meconium with newborn asphyxia. This study used a correlational design with retrospeksif approach. The population of 132 respondents. Variable research is meconium and amniotic newborn asphyxia. Samples were taken with a total sampling, data collection using medical record data is written in the observation sheet. Test the relationship of two variables with a correlation coefficient of contingency (C). The results showed 69 respondents (52%) newborns with meconium amniotic mild asphyxia (AS 7-10) number of 68 respondents (51.5%), moderate asphyxia (AS 4-6) number of 61 respondents (46.2%) and severe asphyxia occurs in three respondents (4.3%) with amniotic meconium. Test results obtained statistics there are strong positive relationship between amniotic fluid and meconium in the newborn asphyxia with significance level / significance 0,000(α <0.05) and correlation coefficient = 0.341 contingency. Based on these results, the necessary training and seminars to improve the skills of health workers, so that the handling and care of the newborn with amniotic meconium who suffered asphyxia, can be dealt with quickly and precisely, so that the death of a newborn baby can be minimized. Keywords: amniotic meconium, asphyxia, newborn mendapatkan PENDAHULUAN Ketuban Mekonium merupakan masalah yang selalu perhatian perawat dalam penanganan segera melakukan menjadi penyedotan cairan ketuban yang perhatian karena menjadi salah satu terdapat pada saluran pernafasan dan penyebab utama kematian neonatal. melakukan Ketuban Mekonium adalah cairan Penilaian amnion mengandung penilaian SCOR DOWN ,melakukan mekonium terjadi pada gawat janin resusitasi pada bayi baru lahir karena yang di sebabkan oleh beberapa asfiksia neonatorum yang terjadi faktor antara lain ; partus lama, pada bayi ketuban mekonium dapat lilitan tali pusat, ketuban pecah dini, memperberat prognosa bayi tersebut postmatur atau usia kehamilan lebih dan dapat menyebabkan kematian. yang dari 37 – 42 minggu, toxemia gravidarum dan (Prawiroharjo, 2010). lainnya pemantauan APGAR dengan SCOR dan Menurut laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia, yaitu World Ketuban Health Organisasi (WHO, 2007), mekonium dan asfiksia bayi baru bahwa setiap tahunnya kira-kira 3% lahir menja di penyebab tingginya (3,6 angka kematian bayi (AKB) di mengalami asfiksia. Hampir 1 juta Indonesia. Karena kondisi bayi sudah bayi ini kemudian meninggal. Di mengalami gawat janin sebelum lahir Indonesia dari seluruh kematian bayi, dan akibat menghisap mekonium sebanyak 57% meninggal pada masa kental dapat bayi baru lahir (usia dibawah 1 ketidakmampuan bulan) dan setiap 6 menit terdapat 1 masuk dalam mengalami paru juta) 120 juta bayi pada menit-menit pertama kelahiran, kematian bayi baru lahir di Indonesia yang di sebut asfiksia neonatorum. adalah bayi berat badan lahir rendah Fakta di lapangan kejadian asfiksia (29%), asfiksia (27%), dan lain- neonatorum seringkali terjadi pada lainnya 44% (JNPK-KR, bayi yang ketubannya mekonium. Angka kematian bayi di Propinsi Hal tersebut merupakan masalah Jawa Timur pada tahun 2006 sebesar penting 35/1000 kelahiran hidup. Pada tahun harus segera meninggal. bayi bernafas secara spontan dan teratur yang lahir dari Penyebab 2008). 2008 menjadi 32,2/1000 kelahiran yang mempengaruhi antara lain; hidup. Angka kematian neonatal partus lama, fetal distress, ketuban sebesar 21/1000 kelahiran hidup pecah (SDKI, 2007). Penyebab kematian postmatur atau usia kehamilan lebih bayi kebanyakan BBLR (41,39%), dari asfiksia gravidarum (19%), infeksi (4,92%), dini, lilitan 37–42 tali minggu, pusat, Toxemia dan lainnya trauma lahir (12,79%), insidens air (Prawiroharjo, 2010) sehingga bayi ketuban keruh terjadi pada 6%-25% di kelahiran hidup, namun tidak semua mengalami kondisi stress atau gawat neonatus janin sebelum lahir ini dapat terjadi yang mengalami AKK berkembang menjadi SAM. dalam akibat kandungan kekurangan maka anus) akan sphincter menghirup mekonium sewaktu di terbuka atau otot menutup anus dalam rahim atau saat napas pertama, melemah sehingga terjadi mekonium sedangkan yang Menurut (Mansjoer, 2005). Bayi mempunyai AKK 11% berkembang lahir mengalami kesulitan bernafas menjadi berbagai pada menit-menit awal kelahiran derajat (Sari, 2009). Pada studi karena akibat ketuban mekonium di pendahuluan di hisap bayi masuk dalam paru-paru, bulan SAM Mei dengan Ruang Perinatal 2014, didapatkan (otot O2 Neonatus dengan AKK 2%-36% neonatus ani sudah maka kekurangan O2 terjadi hipoksia kelahiran dengan ketuban mekonium sehingga 10 bayi dan mengalami asfiksia 6 neonatorum. Berbagai faktor yang bayi (60%). Sedangkan dari data menyebabkan kematian bayi pada bulan Mei 2014 asfkisia di antaranya persalinan lama, di RSU Dr. Wahidin 1 bayi yang oligohydramnion, kehamilan lewat lahir dengan ketuban mekonium , waktu/postterm, pre-eklampsi dan neonatus aterm, asfiksia, MAS dan faktor sepsis. mekonium bayi baru lahir mengalami Ketuban mekonium adalah Air mengalami bayi lain. asfiksia Akibat neonatorum, suatu asfiksia mengalami ketuban yang ketuban yang berwarna hijau di merupakan kejadian sebabkan karena beberapa faktor kedaruratan neonatal dan sangat berisiko untuk terjadinya kematian kebelakang (Hidayat, 2005). data dimulai dari efek atau akibat Penatalaksaan artinya pengumpulan untuk yang telah terjadi. Kemungkinan dari menurunkan bayi baru lahir (BBL) efek tersebut di telusuri penyebabnya karena asfiksia, persalinan harus atau dilakukan oleh tenaga kesehatan mempengaruhi yang (Notoatmodjo, 2003) memiliki kemampuan dan variable-variable yang tersebut. ketrampilan manajemen asfiksia Populasi target dalam penelitian pada baru (BBL). ini adalah semua bayi yang lahir di Manajemen asfiksia pada bayi baru Ruang Perinatal RSU Dr.Wahidin lahir (BBL), difokuskan pada : Sudiro Husodo Kota Mojokerto. menyiapkan resusitasi, mengambil Sampel Penelitian bayi keputusan lahir dilakukan Sampel dalam penelitian ini resusitasi, asuhan pasca resusitasi mengunakan total sampling yaitu dan pencegahan infeksi (JNPK-KR, bayi yang lahir pada bulan mei - - 2008). Oleh karena itu erat kaitannya oktober 2015 di Ruang Perinatal antara ketuban mekonium terhadap RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo kejadian asfiksia bayi baru lahir. Kota Mojokerto. Maka perlunya penulis tertarik untuk Teknik sampling melakukan penelitian lebih lanjut digunakan dalam penelitian yaitu mengenai hubungan ketuban adalah Total Sampling. yang ini mekonium dengan kejadian asfiksia Penelitian direncanakan pada bayi baru lahir di Ruang Perinatal bulan November 2015 - Maret 2016 RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo dengan melihat data rekam medik Kota Mojokerto. pada 1 Mei – 31 Oktober 2014 di Ruang Perinatal RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto. METODE PENELITIAN Penelitian penelitian pendekatan ini merupakan korelasional retrospeksif dengan yaitu penelitian yang berusaha melihat HASIL PENELITIAN 1. Kejadian Ketuban Mekonium No 1 2 Jenis ketuban Ketuban tidak mekonium Ketuban mekonium Total N 63 % 48 % 69 52 % 132 100 % 3. Hubungan Ketuban Mekonium dengan Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir. Jenis ketuban Sumber : data sekunder rekam medik 2014 Berdasarkan tabel di atas Menunjukkan lebih dari setengah responden mekonium ketubannya sejumlah 69 Ketuban tidak mekonium Ketuban mekonium Total Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir Asfiksia Asfiksia Asfiksi ringan sedang a berat (AS 7 – (AS 4 – (AS 0 – 10) 6) 3) N % N % N % 44 69.8 19 30.2 0 0 24 34.8 42 60.9 3 68 51.5 61 46.2 3 4. 3 2. 3 responden (52 %). Tabulasi 2. Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir No 1 2 3 Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir Asfiksia Ringan (AS 7 – 10) Asfiksia Sedang (AS 4 – 6) Asfiksia Berat (AS 0 – 3) Total N % terlihat pada tabel yang di atas menunjukkan bahwa hubungan ketuban mekonium dengan 68 51.5 % kejadian asfiksia bayi baru lahir 61 46.2 % yaitu asfiksia ringan terjadi pada 3 2.3 % 24 responden (34.8%) dengan 132 100 % Sumber : data sekunder rekam medik 2014 Berdasarkan silang di atas ketuban mekonium. Asfiksia sedang terjadi pada 42 responden (60.9%) dengan ketuban Kejadian Asfiksia Bayi Baru mekonium. Sedangkan Asfiksia Lahir berdasarkan apgar skor berat terjadi pada 3 responden sebagian besar adalah Asfiksia (4.3%) Ringan (AS 7 – 10) sejumlah 68 mekonium. dengan ketuban (51.5 %) dan Berdasarkan hasil analisa Asfiksia Sedang (AS 4 – 6) data dengan tingkat kemaknaan / sejumlah 61 responden (46.2 %). signifikansi responden menunjukkan 0,000 < 0,05, bawah ada hubungan antara ketuban mekonium dengan kejadian Tot al % 63 100 69 100 132 100 asfiksia bayi baru lahir. Hasil besar (BAB). Faktor penyebab korelasi koefisien kontingensi (ρ) ketuban mekonium antara lain : 0,341, yang menyatakan bahwa gangguan yang terjadi pada tali terdapat hubungan cukup kuat pusat yang mengganggu aliran antara ketuban mekonium dengan darah misalnya lilitan tali pusat, kejadian asfiksia bayi baru lahir ketuban pecah dini atau ketuban pecah prematur, usia kehamilan PEMBAHASAN yang lewat waktu (> 41 minggu), 1. Kejadian Ketuban Mekonium Pada Bayi Baru Lahir Berdasarkan toxemia gravidarum. di atas didapatkan hasil bahwa lebih dari setengah (52%) bayi baru lahir di Ruang perinatal RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto oligohidramnion, partus lama dan ketubannya mekonium yaitu sejumlah 69 bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ketuban mekonium lebih dominan dari pada bayi yang mengalami ketuban normal. Walaupun tidak diketahui secara pasti penyebab ketuban mekonium yang terjadi pada tiapMenurut Altshuler (2004) mekonium berasal dari produk sisa pencernaan bayi (BAB) yang berada dalam ususnya. Berwarna hijau karena memang pewarnaan hijau yang berasal dari hasil pencernaan si bayi yang disebabkan oleh empedu bayi. Mekonium ini seharusnya tidak keluar secara langsung tetapi diserap sedikit demi sedikit oleh tubuh bayi. Baru setelah bayi lahir, keluar sebagai buang air tiap responden yang mengalaminya, namun penanganan yang dilakukan pada bayi yang mengalami ketuban mekonium dilakukan penanganan berdasarkan prosedur seperti membersihkan dan mengeringkan badan bayi, membersihkan jalan nafas, menjalankan perawatan intensif untuk neonatal pada ruangan khusus atau Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Meskipun tidak diketahui penyebab pasti kejadian bayi diketahui setelah bayi dilahirkan yang sehingga si ibu tidak mengetahui mengalami ketuban mekonium, namun terdapat data dan yang dapat dikaitkan dengan penanganan kejadian Tingginya ketuban mekonium tidak bisa melakukan secara angka dini. ketuban seperti yang paling tinggi adalah mekonium pada kelahiran bayi Ketuban Pecah Prematur (KPP) lebih banyak diakibatkan oleh sebesar 32%, partus lama sebesar faktor ibu, selain terjadi kelainan 23% dan post date sebesar 11%. pada tali pusat dan kesulitan saat Faktor-faktor diatas proses kelahiran yang tidak bisa dapat diprediksi, kemungkinan ketuban menyebabkan mekonium juga diakibatkan oleh secara tersebut akumulatif berkontribusi terjadinya ketuban mekonium faktor kelelahan dari si ibu atau pada bayi. Seperti pada kasus kurangnya persiapan fisik dan ketuban yang mental ibu untuk melahirkan menjadi bayinya. dimana dijaman modern stress. Pada kondisi stres di ini ibu rumah tangga menjalani dalam pecah menyebabkan dini bayi kandungan, bayi serangkaian aktivitas yang cukup oksigen maka melelahkan ditambah lagi dengan kekurangan sphincter ani (otot anus) akan beban terbuka atau otot yang mengatur tersebut penutupan anus akan melemah makanan yang penuh dengan dan terbuka, sehingga terjadi pengawet dan pewarna mekonium yang akan mengotori lingkungan yang banyak polusi air ketuban. Karena mekonium dari berwarna hijau maka otomatis air mungkin ketuban pun akan hijau. faktor pencetus terjadinya stress Selain itu pekerjaan apabila bekerja. asap Paparan kendaraan menjadi ibu salah juga yang satu ketuban pada ibu sehingga menyebabkan mekonium tidak bisa dideteksi stress pada janin yang pada secara nyata pada waktu masih akhirnya menyebabkan ketuban didalam kandungan dan baru mekonium. 2. Kejadian Asfiksia Bayi Baru gemelli, berat badan janin lebih Lahir di Ruang Perinatal Berdasarkan asfiksia kejadian bayi pusat antara janin dan jalan lahir, baru lahir kecil dari standart (IUGR), anomali congenital, persalinan berdasarkan apgar skore di ruang prematur, perinatal presentasi, dan lain-lain) serta adalah lebih dari setengah asfiksia ringan serotinus, jenis yaitu faktor persalinan (partus lama, sebesar 68 bayi (51,5%) dan partus tindakan) (Winkjosastro, hampir 2007). setengah mengalami asfiksia sedang sejumlah 61 bayi (46,2%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi yang Asfiksia adalah keadaan mengalami asfiksia ringan lebih dimana bayi tidak dapat segera dominan, namun hal tersebut bernafas tidak secara spontan dan dapat dianggap sepele teratur setelah lahir. Hal ini karena bayi yang mengalami disebabkan oleh hipoksia janin asfiksia sedang masih cukup dalam uterus dan hipoksia ini tinggi yaitu sebanyak 46,2% dan berhubungan faktor dengan faktor- yang mengalami asfiksia berat timbul dalam sebesar 2,3%. Banyaknya bayi yang kehamilan, persalinan atau segera yang lahir (Sarwono, 2002). Terdapat dimungkinkan beberapa faktor antara lain faktor ibu dan faktor etiologi dan mengalami asfiksia oleh predisposisi terjadinya asfiksia, janin. antara lain hipoksia ibu, faktor menunjukkan placenta (23%) mengalami partus lama, (solutio plasenta, Hasil beberapa post penelitian 16 responden pendarahan pada plasenta previa, dan plasenta tipis, plasenta kecil, responden (16 %) selain itu juga plasenta tak menempel pada terdapat ibu yang mengalami tempatnya), faktor janin (tali preeklampsi ringan-berat pusat menumbung, tali pusat sebanyak 4 orang (6%). Faktor melilit ke leher, kompresi tali janin juga date sebanyak didukung 11 dengan terdapat 2 responden (3%) yang atau tidak, buka jalan nafas mengalami lilitan tali pusat dan 1 dengan cara meletakkan bayi responden (1,4%) plasenta previa secara imatur. dengan Kondisi tersebut telentang leher atau agak miring ekstensi/ menyebabkan penurunan suplai tengadah, hisap cairan dari mulut darah pada uterus berkurang dan dan berakibat pada penurunan perfusi bercampur darah pada paru bayi sehingga cairan dari trakea, selanjutnya oksigenasi ke jaringan tubuh menjaga terganggu dan bayi mengalami dengan cara meletakkan bayi di asfiksia. Yang terpenting adalah dalam bagaiamana membungkus kita dapat hidung, bila ketuban mekonium, bayi infant hisap tetap hangat warmer bayi atau dengan melakukan penanganan asfiksia handuk dan selimut hangat dan tersebut secara cepat dan tepat yang terakhir adalah pemberian sehingga tidak tindakan VTP (Ventilasi Tekanan dan segera Positif) serta pemberian obat- asfiksia berlansung lama teratasi. Bayi yang mengalami obatan asfiksia penatalaksanaan ditempat penelitian penunjang. Dengan yang tepat langsung mendapatkan perawatan asfiksia dapat ditangani dengan yang intensif mulai dari tindakan tepat dan kematian membersihkan dan mengeringkan lahir dapat diturunkan. bayi dengan kain melakukan kering, resusitasi, menempatkan diruangan hangat dan perkembangan yang 3. Hubungan Antara selama Ketuban Mekonium Dengan Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir. mencatat bayi bayi baru Berdasarkan analisa data dengan hasil tingkat mendapatkan perawatan intensif. kemaknaan / signifikansi 0,000 < Setelah 0,05, menunjukkan bawah ada bayi lahir segera diidentifikasi atau dikenal secara hubungan antara ketuban cepat supaya tidak di bedakan mekonium dengan kejadian antara bayi yang perlu resusitasi asfiksia bayi baru lahir. Hasil korelasi koefisien kontingensi (ρ) sehingga 0,341, yang menyatakan bahwa neonatorum. terdapat hubungan cukup kuat mengalami Kondisi bayi asfiksia yang antara ketuban mekonium dengan mengalami ketuban mekonium kejadian asfiksia bayi baru lahir mempunyai kemungkinan besar Hasil penelitian mengalami asfiksia sedang menunjukkan kesesuaian antara bahkan berat. Kondisi asfiksia fakta dilapangan dengan teori dapat menyebabkan komplikasi yang oleh seperti apne kejang, hipertensi, Prawiroharjo (2010) di mana hipotensi, nekrosis tubuler akut Ketuban mekonium dan asfiksia dan bayi baru lahir menjadi penyebab Penanganan secara cepat pada tingginya angka kematian bayi bayi asfiksia ditempat penelitian (AKB) di Indonesia. Karena sudah dilakukan sesuai SOP yang sudah mengalami terdapat dirumah sakit sehingga gawat janin sebelum lahir dan dapat meminimalisir terjadinya akibat kematian dikemukakan kondisi bayi menghisap mekonium kondisi bahaya pada bayi kental masuk dalam paru dapat mempunyai kegawatan mengalami berupa asfiksia. ketidakmampuan bernafas secara spontan teratur pada menit – menit neonatorum. yang nafas dan pertama kelahiran, yang di sebut asfiksia lain. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hidayat Berdasarkan hasil penelitian (2005) juga menyatakan ketuban dengan mekonium ketuban mekonium dengan kejadian lahir menyebabkan bayi mengalami judul hubungan antara kesulitan asfiksia bayi baru lahir di Ruang bernafas pada menit-menit awal Perinatal RSU Dr. Wahidin Sudiro kelahiran karena akibat ketuban Husodo Kota Mojokerto pada 132 mekonium di hisap bayi masuk responden melalui data sekunder dalam didapatkan paru-paru, maka kekurangan O2 terjadi hipoksia berikut : kesimpulan sebagai 1. Lebih dari setengah bayi baru kehamilan tentang kebutuhan lahir yang di rawat di Ruang nutrisi ibu dan bayi dan juga Perinatal RSU Dr. Wahidin kebutuhan Sudiro Husodo pemberian mekonium ketubannya yaitu sejumlah 69 responden (52 %) sebagian apgar besar dengan leaflet dan pemasangan banner di tempat tunggu pasien dan keluarga, 2. Asfiksia Bayi Baru Lahir berdasarkan lainnya skor adalah Asfiksia Ringan (AS 7 – 10) supaya meminimalkan resiko bayi lahir dengan ketuban mekonium dan asfiksia. 2. Masyarakat sejumlah 68 responden (51.5 Manyarakat khususnya ibu %) dan Asfiksia Sedang (AS hamil 4 – 6) sejumlah 61 responden ilmu tentang kehamilan dan (46.2 %). persalinan 3. Terdapat kuat hubungan antara cukup ketuban lebih meningkatkan sehingga mengalami tidak keterlambatan untuk mendapatkan mekonium dengan kejadian pelayanan asfiksia bayi baru lahir di bener-benar membutuhkan Ruang Perinatal RSU kesehatan saat 3. Peneliti Selanjutnya Dr.Wahidin Sudiro Husodo Hasil penelitian ini dapat Kota dijadikan data dasar untuk Mojokerto dengan tingkat dilakukan penelitian kemaknaan/signifikansi 0,000 lanjut tentang asfiksia pada < 0,05 dan korelasi koofisien bayi kontigensi (ρ) 0,341. ketuban selain dari mekonium lebih faktor yaitu seperti dari faktor ibu dan faktor janin. Saran 1. Rumah Sakit Pihak Rumah Sakit harus memberikan edukasi pada ibu yang masih menjalani DAFTAR PUSTAKA Aliyah Anna, dkk. 1997. Resusitasi Neonatal. Jakarta : Perkumpulan perinatologi Indonesia (Perinasia). Altshuler, Sanlialpc. 2004. Assesment of the Visual Diagnosis of Mekonium Stained Amniotic Fluid. Pakimed Sci. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT Rineka Cipta Depkes RI. 2008. Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Hidayat. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika Keperawatan Indrasanto Eriyanti, dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetridan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) : Asuhan Keperawatan Esensial. Jakarta : Bina Pelayanan Medik & JNPK-KR. Mansjoer A.,2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius. Manuaba, IBG, 2002. Gawat – Darurat, Ginekologi dan Obstetri – Genekologi untuk Profesi bidan, Jakarta : EGC Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC Marjono AB. 2008. Resusitasi dan Perawatan Intensif Neonatus. Jakarta : FKUI. Marks AD, Divon MY., 1992 : Longitudidal study of amniotic fluit index in post date pregnancy. Obstetri Gynecol. Nazir. 2005. Metodologi Penelitian. Bogor : Ghalia Pustaka Utama. Notoatmodjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Prawirohardjo,S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Prawirohardjo,S. 2010. Buku Acuan Neonatal Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Rohsiswatmo, Rinawati. 2012. Atasi Keracunan Meconium : Departemen Kesehatan Anak FKUI. Saifuddin. 2002. Buku Acuan Pelayanan .Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Setiadi. 2007.Konsep dan Penelitian Riset Keperawatan. Edisi pertama. Yogyakarta : Graha ilmu Steven P. Shelov, dkk. 2005. The American Academy of Pediatrics : Panduan Lengkap Perawatan untuk Bayi dan Balita. Jakarta : Arcan. Sugiono. 2007. Statistik Non parametric Untuk Penelitian. Cetakan 7. Bandung: CV Alfabeta Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC