MANUSKRIP LAPORAN KASUS PENGELOLAAN NYERI PADA Ny. S DENGAN POST SEKSIO SESAREA INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG BOUGENVILLE RSUD AMBARAWA Oleh : ENI SRI REJEKI 0121604 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2015 PENGELOLAAN NYERI PADA Ny. S DENGAN POST SEKTIO SESAREA INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG BOUGENVILLE RSUD AMBARAWA Eni Sri Rejeki1, Eko Mardiyaningsih2, Dewi Siyamti3 123Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Persalinan merupakan suatu proses membuka dan menipisnya serviks dan kemudian turun ke jalan lahir. Seksio sesarea adalah tindakan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dengan cara membuat sayatan pada dinding uterus di dinding depan perut. Nyeri adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam merespon suatu rangsangan berbahaya. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pengelolaan nyeri pada pasien dengan post seksio sesarea indikasi ketuban pecah dini di RSUD Ambarawa. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa relaksasi nafas dalam untuk perawatan pasien dalam memenuhi kebutuhan kenyamanan. Pengelolaan nyeri dilakukan selama 2 hari pada Ny. S. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang. Hasil pengelolaan didapatkan nyeri berkurang dan tidak menyebabkan masalah komplikasi lain akibat dari tindakan post seksio sesarea indikasi ketuban pecah dini pada Ny. S. Saran bagi perawat di rumah sakit agar menerapkan teknik relaksasi nafas dalam terhadap pengontrolan terjadinya nyeri untuk meningkatkan kenyamanan pada pasien. LATAR BELAKANG Menurut Sukarni (2013), menyatakan bahwa kehamilan adalah suatu transisi dimana pergantian antara masa kehidupan sebelum memiliki anak dan masa setelah anak tersebut lahir. Kehamilan merupakan suatu masa yang sangat penting dimana hal tersebut dapat menentukan mutu seorang anak yang akan dilahirkan, karena hal tersebut sangatlah penting maka perlu untuk dijaga. Hamil sendiri merupakan suatu keadaan alamiah yang dialami oleh setiap wanita, selama 9 bulan di dalam rahim perempuan terjadi pembentukan dari sel yang kemudian menjadi janin. Setelah semua organ janin matang dimana memerlukan waktu 32 minggu sehingga janin siap untuk dilahirkan, proses untuk mengeluarkan hasil konsespi atau janin yang sudah matang di sebut dengan persalinan. Persalinan merupakan suatu proses membuka dan menipisnya serviks dan kemudian turun ke jalan lahir. Persalinan spontan adalah suatu proses persalinan pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) dengan presentasi belakang kepala, tanpa disertai komplikasi baik untuk janin maupun ibu (Sukarni, 2013). Beberapa komplikasi yang tidak diduga terkadang muncul, komplikasi yang dimaksud antara lain yaitu preeklamsi, perdarahan, dan ketuban pecah dini (Bobak, 2005). Ketuban pecah dini adalah suatu keadaan dimana ketuban pecah sebelum waktunya terjadi persalinan yang sebenarnya. Ketuban pecah dini merupakan masalah yang sangat penting yang berkaitan dalam dunia obstetri dimana dapat menyebabkan kelahiran prematuritas dan dapat mengakibatkan infeksi sampai sepsis pada ibu (Prawirohardjo, 2009). Tanda dan gejala yang sering muncul dalam KPD biasanya yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah (Nugroho, 2012) Kebanyakan ibu dengan ketuban pecah dini mengalami persalinan spontan namun ada beberapa bahaya bagi ibu dengan ketuban pecah dini yang melakukan persalinan spontan, bahaya tersebut meliputi infeksi, tali pusat menumbung sehingga perlunya dilakukan induksi dengan cara pembedahan atau seksio caesarea (Chapman, 2006). Insiden Ketuban pecah Dini (KPD) di Jawa tengah berkisar antara 8-10% dari semua kehamilan. Angka kejadian KPD yang dilaporkan, bahwa lebih banyak terjadi pada kehamilan yang cukup bulan daripada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95% pada kehamilan yang cukup bulan daripada yang tidak cukup bulan atau KPD pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34% semua kelahiran prematur. Insidens ketuban pecah dini adalah 2,7 persen sampai 17 persen, bergantung pada lama periode laten yang digunakan untuk menegakan diagnosis. Insiden ketuban pecah dini lebih tinggi pada wanita dengan serviks inkompeten, polihidramnion, malpresentasi, janin, kehamilan kembar, atau infeksi vagina (Helen Varney, 2007). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar merupakan akibat dari adanya komplikasi / penyulit kehamilan, seperti febris, koriomanionitis, infeksi saluran kemih,dan sebanyak 65% adalah karena ketuban pecah dini (KPD) yang banyak menimbulkan infeksi pada ibu dan bayi dan keberadaannya meningatkan kejadian ketuban pecah dini dan persalinan kurang bulan. Seksio sesarea adalah tindakan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dengan cara membuat sayatan pada dinding uterus di dinding depan perut (Sugeng dan Weni, 2012). Indikasi seksio sesarea adalah disproporsi sevalopelvik, gawat janin, plasenta previa, distosia, pernah seksio sesarea sebelumnya, kelainan letak, incorordinate uterine action, eklamsi, hipertensi dan ketuban pecah dini. Dari data yang didapatkan penulis disimpulkan bahwa angka kejadian post seksio sesarea di RSUD Ambarawa tertinggi terjadi pada bulan Desember 2015 yaitu terjadi 50 kasus, dan terendah pada bulan Januari 2015 yaitu 21 kasus dengan berbagai indikasi. Menurut data yang didapatkan penulis dari RSUD Ambarawa ditemukan angka kejadian ketuban pecah dini pada bulan Januari 2014 - bulan Februari 2015 adalah sebagai berikut. Pada bulan Januari 2014 terdapat 28 kasus, bulan Februari 2014 18 kasus, bulan Maret 2014 17 kasus, bulan April 2014 16 kasus, bulan Mei 2014 23 kasus, bulan Juni 2014 29 kasus, bulan Juli 2014 19 kasus, bulan Agustus 2014 10 kasus, bulan September 2014 18 kasus, bulan Oktober 2014 10 kasus, bulan November 2014 26 kasus, bulan Desember 2014 22 kasus, bulan Januari 2015 23 kasus, dan bulan februari 2015 21 kasus. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa prevalensi kejadian ketuban pecah dini pada bulan Januari 2014 – Februari 2015 di RSUD Ambarawa setiap bulannya mengalami fluktuasi dengan prevelensi tertinggi pada bulan juni 2014. Beberapa masalah yang muncul karena tindakan pembedahan seksio sesarea pada ketuban pecah dini meliputi nyeri, resiko infeksi, mual dan muntah, gangguan mobilisasi dan lain-lain. Nyeri adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam merespon suatu rangsangan berbahaya. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial ( Brunner and Suddart, 2014) Dari data yang sudah penulis dapatkan penulis merasa tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengelolaan nyeri pada NY.S dengan post Seksio sesarea atas indikasi Ketuban Pecah Dini” di Ruang Bougenville RSUD Ambarawa. METODE PENGELOLAAN PENGKAJIAN Menurut Wong (2009), pengkajian adalah suatu proses yang kontinu yang dilakukan untuk fase pemecahan masalah dan menjadi dasar untuk pengambilan keputusan yang meliputi informasi, biofisik, psikologis, sosiokultural dan spiritual pasien. Format yang dilakukan untuk pengkajian riwayat kesehatan dapat dilakukan secara langsung ( autoanamnesa) dan tidak langsung ( alloanamnesa). Dalam nyeri untuk melakukan pengkajian nyeri secara umum yaitu memantau tingkat skala nyeri dengan standart PQRST. Dimana P (provocative): mengacu pada penyebab nyeri, Q (quality): menjelaskan lokasi nyeri, R (region): mengacu pada daerah nyeri, S (scale): menjelaskan tingkat keparahan nyeri yaitu dengan melihat identitas skala nyeri, T (time): menjelaskan waktu terjadinya nyeri. TINDAKAN KEPERAWATAN Intervensi yang dapat diberikan pada masalah nyeri meliputi lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karaktristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, rasional: Nyeri dirasakan, dimanifestasikan dan ditoleransikan secara individual; Pantau tanda-tanda vital, rasional: kecepatan jantung biasanya meningkat karena nyeri; Identifikasi atau tingkatkan posisi nyaman (semiflower) menggunakan alat bantu bila perlu, rasional: Meningkatkan kenyamanan; Identifikasi atau pdorong penggunaan perilaku seperti bimbingan imajinasi, visualisasi, nafas dalam, rasional: Teknik relaksasi pada penanganan stres meningkatkan rasa sehat dan dapat menurunkan kebutuhan analgesik dan meningkatkan penyembuhan; Berikan obat sesuai indikasi, rasional: biasanya diberikan untuk kontrol nyeri adekuat dan menurunkan tegangan otot yang memperbaiki kenyamanan pasien dan meningkatkan penyembuhan. HASIL PENGELOLAAN Hasil pengelolaan didapatkan nyeri berkurang dan tidak menyebabkan masalah komplikasi lain akibat dari tindakan post seksio sesarea indikasi ketuban pecah dini pada Ny. S. PEMBAHASAN Pada Ny. S ditemukan masalah nyeri akut sehingga penulis melakukan tindakan keperawatan menentukan sifat, lokasi, dan durasi nyeri, dengan data yang diperoleh penulis dapat menilai nyeri yang dialami pasien dan membuat tingkatan dari nyeri sehingga perawat dapat mengidentifikasi atau menentukan karakteristik nyeri, faktor yang menyebabkan nyeri dan yang penanganan yang tepat untuk mengatasi rasa nyeri pada pasien (Smeltzer & Bare, 2002). Selanjutnya adalah memberikan posisi yang nyaman untuk mengurangi nyeri dengan memberikan posisi semiflower dan teknik distraksi yaitu bertujuan untuk mengalihkan perhatian pasien apabila nyeri muncul, dengan tujuan untuk membantu reduksi ansietas dan ketegangan serta meningkatkan kenyamanan sehubungan dengan nyeri yang timbul karena adanya kontraksi otot dan pergerakan ( Smeltzer & Bare, 2002). Tindakan keperawatan selanjutnya yang dilakukan penulis yaitu mengajarkan teknik relaksasi dengan menarik nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkan lewat mulut bila nyeri muncul dengan tujuan agar dapat menurunkan rasa nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menyebabkan nyeri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan rasa nyeri pasca operasi (Smeltzer & Bare, 2002). Dari hasil penelitian yang berjudul pengaruh teknik relaksasi terhadap intensitas nyeri, didapatkan hasil dari 11 orang (55,0%) dengan intensitas nyeri hebat setelah dilakukan teknik relaksasi berkurang menjadi 10 orang dengan intensitas nyeri sedang dan 1 orang dengan intensitas nyeri tidak nyeri. Hal yang serupa juga terjadi pada 8 orang (40,0%) dengan intensitas nyeri sedang setelah dilakukan tindakan relaksasi berkurang menjadi intensitas nyeri ringan, 1 orang (5,0%) dengan intensitas nyeri ringan menjadi tidak nyeri. Terdapat kesamaan hasil penelitian dimana terjadi perubahan intensitas nyeri setelah dilakukan teknik relaksasi. Kesamaan ini dikarenakanteknik relaksasi yang dilakukan secara berulang dapat menimbulkan rasa nyaman pada pasien. Adanya rasa nyaman inilah yang menyebabkan timbulnya toleransi terhadap nyeri yang dirasakan. Menarik nafas dalam dan mengisi udara dalam paru-paru dapat merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh insisi (trauma) jaringan pada saat pembedahan. Relaksasi otot-otot ini akan meningkatkan aliran darah kedaerah yang mengalami insisi sehingga mempercepat penyembuhan dan menurunkan (menghilangkan) sesasi nyeri (Lukman, 2013). KESIMPULAN Setelah dilakukan implementasi keperawatan, penulis menyimpulkan jika kriteria hasil belum tercapai. Hal ini dibuktikan dengan skala nyeri pasien yang sudah turun menjadi skala 5, sedangkan skala nyeri yang diharapkan dari implementasi keperawatan yang telah dilakukan adalah skala nyeri pasien menjadi 3. Evaluasi yang didapat berdasarkan data yang diperoleh yaitu data subyektif pasien mengatakan nyeri berkurang dengan S: skala nyeri 5, T: nyeri dirasakan berkurang saat pasien melakukan mobilisasi. Data obyektif: pasien tampak rileks, tidak meringis kesakitan saat melakukan mobilisasi, hari ini merupakan luka post SC hari kedua. DAFTAR PUSTAKA Bobak, I. M. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternal. Jakarta: EGC. Carpenito, L. J. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC. Chapman, V. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta: EGC. Doengoes, M. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC. Doengoes, M. C, dkk. (2001). Rencana Perawatan Maternal atau Bayi. Edisi: 2. Jakarta: EGC. Lukman, T. V. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri pada pasien postoperasi Seksio Sesarea di RSUD. Prof. Dr. Aloei Saboe Kota gorontalo. Jurnal. Gorontalo: program studi Ilmu Keperawatan universitas Negeri Gorontalo. Marmi. (2014). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Peuperium Care”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika. Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika. Padila. (2014). Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika. Potter, A. P., & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC. Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan. PT. Jakarta: Bina Pustaka. Saifudin. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. FKUI: Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medikalbedah Edisi 8 Volume 1 & 2. Jakarta: EGC. Smeltzer S.C. (2014). Buku Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC. Sugeng, J. & Weni, K. (2010). Asuhan Keperawatan Pre Operasi. Yogyakarta: Nuha Medika. Sukarni, I. & Wahyu. (2013). Buku ajar keperawatan maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika. Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. CV Andi Offset: Yogyakarta. Verney, H, dkk. (2007). Ilmu Kandungan. Edisi: 2. Cetakan keempat. Jakarta: yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wilkinson. J. M. (2014). Buku Saku Diagnosis keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi Revisi. (Widiya, Syahirul Alini, Elsi Dwi Hapsari, Intan sari, Nurjanah, penerjemah). Jakarta: EGC. Winknjosastro, H. (2002). Ilmu Kandungan. Edisi: 2. Cetakan keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Winknjosastro, H. (2002). Ilmu Kandungan. Edisi: 4. Cetakan pertama. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wong, D. L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatric Judul Asli: Wong’ Essentials Of Yetti, A. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihana