(akp) kurang dan angka kecukupan protein

advertisement
Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.1.Januari 2012
PERBANDINGAN ANTARA
ANGKA KECUKUPAN PROTEIN (AKP) KURANG DAN
ANGKA KECUKUPAN PROTEIN (AKP) CUKUP TERHADAP
KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD WONOSOBO
Suryanti *)
*) Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap
Korespondensi : [email protected]
ABSTRAK
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Angka kecukupan protein
(AKP) adalah jumlah konsumsi protein per hari. Rumah Sakit Wonosobo merupakan rumah sakit rujukan,
sebagian besar kasus rujukan kebidanan adalah ketuban pecah dini.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah potong silang, yaitu meneliti lebih jauh perbandingan
angka kecukupan protein (AKP) kurang dan angka kecukupan protein (AKP) cukup terhadap kejadian ketuban
pecah dini. Pada penelitian ini melibatkan variabel karakteristik responden yaitu (umur, paritas dan penambahan
berat badan ibu hamil). Analisis data menggunakan prosedur analisis korelasi pearson dan uji perbedaan (uji t).
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara statistik angka kecukupan protein (AKP) berkorelasi positif
dengan kejadian ketuban pecah dini (r: 0,823; p:0,000). Terdapat perbedaan antara angka kecukupa protein
(AKP) kurang dan Angka kecukupan potein (AKP) cukup terhadap kejadian ketuban pecah dini (t: 3,284, p:
0,003). Karakteristik responden (umur, paritas dan kenaikan berat badan) mempunyai korelasi positif dengan
kejadian ketuban pecah dini (p<0.05).
Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang bermakna antara angka kecukupan
protein (AKP) kurang dan Angka kecukupan protein (AKP) cukup dengan kejadian ketuban pecah dini.
Kata Kunci: Angka kecukupan protein (AKP) kurang, Angka Kecukupan Protein (AKP) cukup, ketuban pecah
dini.
1
Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.1.Januari 2012
PENDAHULUAN
Infeksi yang banyak dialami oleh ibu dan bayi sebagian besar akibat
komplikasi/penyulit kehamilan dan sebanyak 65% adalah karena ketuban pecah dini (KPD)
(Prawirohadjo, 2002). Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban secara spontan
sebelum adanya kontraksi uterus atau his. Ketuban pecah dini merupakan masalah obstetric
yang cukup besar, salah satu yang menyertai yaitu prematuritas dan infeksi. Ketuban pecah
dini disebabkan karena kurangnya kekuatan membran atau meningkatnya kekuatan
intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh
adanya mikroorganisme pathogen yang masuk ke dalam rahim yang berasal dari vagina dan
serviks. Ketuban pecah dini ini dapat terjadi infeksi intrapartum (pada ketuban pecah 6 jam
resiko infeksi meningkat satu kali, ketuban pecah 24 jam resiko infeksi meningkat dua kali
lipat) (Marjono A.B, 1999). Selain itu dapat dijumpai juga infeksi puerperalis (nifas),
peritonitis, septicemia dan partus kering atau dry labor (Mochtar, 1998). Menurut Eastman
insidens ketuban pecah dini kira-kira 12 % dari semua kehamilan (Mochtar, 1998).
Sedangkan kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung sebesar 17,7
% (Usman, 2003).
Sebagian besar bukti mengarah bahwa ketuban pecah dini berhubungan dengan
proses biokimia meliputi rusaknya kolagen antar matriks ekstraseluler amnion dan korion
dan programmed death of cell pada membrane janin dan lapisan uteri maternal (desidua)
sebagai respon terhadap berbagai rangsangan seperti peregangan membrane (membrane
stretching) dan infeksi saluran reproduksi, yang menghasilkan mediator seperti prostaglandin,
sitokin dan hormone protein yang mengatur aktivitas enzim degradasi matriks. Komponen
utama matriks ekstraseluler adalah protein berserat. Protein sangat dibutuhkan untuk ibu
hamil selain untuk perkembangan janin, protein juga dibutuhkan untuk pembentukan jaringan
pada tubuh ibu termasuk jaringan ikat pada selaput ketuban.
2
Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.1.Januari 2012
RSUD Wonosobo merupakan rumah sakit rujukan, di wilayah Wonosobo dan
sekitarnya. Sebagian besar kasus rujukan kebidanan adalah pasien dengan ketuban pecah dini
(KPD). Kasus KPD rata-rata menyumbangkan kurang lebih 36% dari seluruh kasus
kebidanan setiap bulan. Dilihat dari demografinya wonosobo terletak di daerah pegunungan
Dieng dengan karakteristik mata pencaharian penduduk adalah petani sayuran. Tingkat social
ekonomi penduduk sebagian besar
adalah menengah keatas dengan status gizi cukup.
Tingginya kejadian KPD merupakan masalah yang harus segera ditangani. Berkaitan dengan
hal tersebut perlu dikaji lebih mendalam tentang status kecukupan gizi (protein) antara yang
kurang dan yang cukup terhadap kejadian ketuban pecah dini.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan cross sectional yaitu memperoleh data
dengan cara melakukan anamnesa pada pasien tentang asupan makanan yang mengandung
protein dan melakukan pemeriksaan selaput ketuban pada ibu bersalin. Penelitian dilakukan
di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosobo KRT Setjonegoro kabupaten Wonosobo, Jawa
Tengah periode bulan April sampai dengan Mei 2011. Populasi adalah seluruh ibu bersalin di
Rumah Sakit Umum Daerah Wonosobo KRT Setjonegorokabupaten Wonosobo, Jawa
Tengah periode bulan April sampai dengan Mei 2011. dengan kriteria inklusi: ibu bersalin
dengan ketuban pecah dini spontan. Sedangkan kriteria ekslusi adalah ibu bersalin karena
trauma, induksi persalinan, penyakit infeksi genetalia dan kelainan letak janin.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pemariksaan Ketuban
Pecah Dini, daftar pertanyaan terkait dengan status protein. Data hasil penelitian dianalisis
dengan analisis korelasi product moment untuk mengetahui hubungan dua variabel data
kuantitatif, Uji t untuk membandingkan perbedaan dua rata-rata variable independent dan
variable dependent. Semua pengujian analisis data menggunakan program SPSS versi 13.00.
3
Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.1.Januari 2012
HASIL DAN PEMBAHASAN
Subjek penelitian berjumlah 30 ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Wonosobo KRT Setjonegorokabupaten Wonosobo, Jawa Tengah periode bulan April sampai
dengan Mei 2011 . Responden yang diteliti bervariasi dilihat dari tingkatan umur, paritas,
kenaikan berat badan pada waktu hamil. Berikut tabel distribusi karakteristik responden
berdasarkan umur, paritas, kenaikan berat badan pada waktu hamil
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum Daerah
Wonosobo KRT Setjonegoro periode bulan April sampai dengan Mei 2011
No
1.
2.
3.
Total
Karakteristik
Frekuensi (orang)
Presentasi (%)
<20
6
20
20-35
22
73,3
>35
2
6,67
≤1
12
40
2-4
15
50
≥5
3
10
<5
10
33,3
6-12
19
63,3
>12
1
3,3
30
100
Umur (tahun)
Paritas
Kenaikan BB (Kg)
4
Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.1.Januari 2012
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui dari 30 ibu bersalin yang dilakukan
penelitian didapatkan distribusi usia paling banyak adalah antara 20-35 tahun (73,3%) atau
usia reproduktif tahun. Sedangkan paritas paling banyak adalah antara 2-4 (50%) dan
kenaikan BB paling banyak adalah antara 6-12 kg (63,3%). Untuk menyatakan hubungan
antara angka kecukupan protein dengan kejadian ketuban pecah dini, dilakukan perhitungan
dengan menggunakan analisis korelasi sebagai berikut.:
Tabel 2. Hubungan Angka Kecukupan Protein dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Rumah
Sakit Umum Daerah Wonosobo KRT Setjonegoro periode bulan April sampai
dengan Mei 2011
Ketuban Pecah Dini
No
1.
Variabel
Angka Kecukupan
Protein (AKP)
r
p (uji 1 pihak)
0,823**
0,000**
r : Koefisien korelasi Pearson
**: Signifikan pada taraf α = 0,01
Berdasarkan tabel 2 di atas didapatkan hubungan yang sangat signifikan antara Angka
Kecukupan Protein dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Rumah Sakit Umum Daerah
Wonosobo KRT Setjonegoro periode bulan April sampai dengan Mei 2011 (p < 0,01).
Untuk menyatakan perbedaan antara angka kecukupan protein (AKP) cukup dan
angka kecukupan protein (AKP)
kurang , dilakukan perhitungan dengan menggunakan
analisis komparatif sebagai berikut.:
5
Dinamika Kebidanan
Tabel 3.
vol. 2 no.1.Januari 2012
Perbedaan antara angka kecukupan protein (AKP) cukup dan angka kecukupan
protein (AKP) kurang dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit
Umum Daerah Wonosobo KRT Setjonegoro periode bulan April sampai dengan
Mei 2011
Ketuban Pecah Dini
No
Variabel
t
p (uji 1 pihak)
1.
AKP Kurang
3,284
0,003*
2.
AKP Cukup
3,450
0,002*
t : Uji beda (t-test)
**: Signifikan pada taraf α = 0,05
Hasil analisis pada tabel 3 di atas dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara angka
kecukupan protein kurang dan angka kecukupan protein cukup terhadap kejadian ketuban
pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosobo KRT Setjonegoro periode bulan April
sampai dengan Mei dan secara statistik bermakna (p < 0,05).
Untuk menyatakan hubungan antara karakteristik responden dengan kejadian ketuban
pecah dini, dilakukan perhitungan dengan menggunakan analisis korelasi sebagai berikut.:
Tabel 4. Hubungan karakteristik responden dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah
Sakit Umum Daerah Wonosobo KRT Setjonegoro periode bulan April sampai
dengan Mei 2011
Ketuban Pecah Dini
No
Variabel
r
p (uji 1 pihak)
1.
Umur
0,476
0,008**
2.
Paritas
0,581
0,001**
3.
Kenaikan BB
0,536
0,002**
r : Koefisien korelasi Pearson
**: Signifikan pada taraf α = 0,01
6
Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.1.Januari 2012
Hasil analisis pada tabel 4 di atas dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan
antara karakteristik responden dengan kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum
Daerah Wonosobo KRT Setjonegoro periode bulan April sampai dengan Mei 2011(p<0,01).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
angka kecukupan protein dengan kejadian ketuban pecah dini hal ini dibuktikan secara statistic
nilai p < 0,01 (0,000), dan terdapat perbedaan yang bermakna antara angka kecukupan protein
(AKP) kurang dan Angka Kecukupan Protein (AKP) cukup terhadap kejadian ketuban pecah dini.
Secara statistic perbedaan antara AKP kurang dengan kejadian KPD adalah p=0,003 (p<0,01),
sedangkan AKP cukup dengan KPD adalah p=0,002 (p<0,01) artinya semakin tinggi nilai AKP
semakin kecil kejadian KPD dan semakin kecil AKP semakin besar kejadian KPD.
Pembahasan
Hal ini sejalan dengan FAO/WHO bahwa Angka Kecukupan Protein (AKP) orang
dewasa menurut hasil-hasil penelitian keseimbangan nitrogen adalah 0,75 gram/kg berat
badan, berupa protein patokan tinggi yaitu protein telur (mutu cerna/ digestibility dan daya
manfaat/utility telur adalah 100). Angka ini dinamakan taraf suapan terjamin. Angka
kecukupan protein untuk ibu hamil adalah +12, hal ini berarti adanya penambahan angka
kecukupan protein kurang lebih 12 gram pada masa kehamilan. Ibu hamil yang
mengkonsumsi protein kurang dari kebutuhan akan semakin tinggi resikonya untuk
mengalami kejadian ketuban pecah dini dibandingkan dengan ibu hamil dengan angka
kecukupan (AKP) cukup. Hal ini sejalan dengan pendapat Moore (2001) bahwa penyebab
terjadinya ketuban pecah dini berkaitan dengan kekurangan zat gizi.
Menurut Almatzier (2002) protein merupakan bagian dari zat gizi dan merupakan
bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, setengahnya ada
7
Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.1.Januari 2012
di dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit dan
selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Protein mempunyai fungsi yang khas
yang tidak dapat di gantikan oleh zat lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan
jaringan tubuh. Komponen utama dari selaput ketuban adalah kolagen, menurut Montes
(1996) dalam Casey and Macdonald menyebutkan serat kolagen merupakan komponen utama
dari ECM dan merupakan protein berserat yang terdiri dari tiga sebuah-rantai, yang
membentuk triple helix tali-seperti, memberikan kekuatan tarik ke ECM.
Sebagian besar bukti mengarah bahwa ketuban pecah dini berhubungan dengan proses
biokimia meliputi rusaknya kolagen antarmatriks ekstraseluler amnion dan korion. Matriks
ekstraseluler terdiri dari mesh serat tiga dimensi diisi dengan makromolekul yang berbeda seperti:
kolagen (terutama tipe I dan III), elastin, glukosaminoglikan, dan proteoglikan. Serat Kolagen
merupakan komponen utama dari ECM dan merupakan protein berserat yang terdiri dari tiga sebuah-
rantai, yang membentuk triple helix tali-seperti, memberikan kekuatan tarik ke ECM (Montes,
1996). Apabila ibu hamil kekurangan protein maka kolagen dan elastin pada ECM akan
berkurang menyebabkan daya regang ECM berkurang, selaput ketuban menjadi tipis, lemah
dan mudah pecah.
Menurut statistik karakteristik responden yang teriri dari umur, paritas dan
mempunyai korelasi bermakna dengan kejadian ketuban pecah dini. Hal ini sejalan dengan
pendapat Cuningham (2001) bahwa usia berpengaruh pada fungsi organ-organ reproduksi,
dalam hal ini termasuk fungsi dari selaput amnion. Sedangkan kenaikan berat badan
berkaitan dengan status nutrisi, kenaikan berat badan yang direkomendasikan selama hamil
adalah kurang lebih 12 kilo gram. Semakin sedikit kenaikan berat badan selama hamil
semakin buruk satus gizi ibu hamil. Sedangkan status gizi berkaitan dengan kejadian ketuban
pecah dini.
8
Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.1.Januari 2012
KESIMPULAN
1. Terdapat hubungan Angka Kecukupan Protein Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini di
RSUD KRT.Wonosobo periode bulan April-Mei 2011
2. Terdapat Perbedaan Angka Kecukupan Protein (AKP) kurang dan Angka Kecukupan
Protein (AKP) cukup Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
KRT.Wonosobo periode bulan April-Mei 2011
3. Terdapat hubungan karakteristik respondent terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini di
RSUD KRT.Wonosobo periode bulan April-Mei 2011
KEPUSTAKAAN
Almatsier, Sunita.2004.Dasar-dasar Ilmu Gizi.Jakarta:Bina Pustaka.
Budianto, A. K. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM Press.
Casey, ML, MacDonald, PC. Iterstitial Collagen Synthesis and Processing in human amnion:
a property of the mesenchymal cells. Biol Reprod 1996; 55:1253.
Cunningham, F.G., et-all,. 1993. Williams Obstetrics. 19th ed. Connecticut : Prentice-Hall
International Inc.
Krisnatuti, Diah. 2000. Menu Sehat Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui. Jakarta
Manuaba, I.B.G., 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : Arcan.
Mochtar, R. 1995. Sinopsis Obstetri; Obstetri Fisiologis; Obstetri Patologi. Cetakan V.
Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Prawirohardjo,Sarwono.2005.ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Saifudin, AB. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal.Jakarta
Sastroasmoro, S. 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.Jakarta:Sagung Seto
Seeley. 2003. Anatomy and Physiology. Newyork:Mc.Graw Hills
Sudarmadji, Slamet. 1989. Analisis Bahan Makanan dan pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Supariasa I Dewa Nyoman, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
Foezi C. Perubahan Fisiologi Ibu Hamil. [ diunduh 26 Oktober 2008]. Tersedia
dari http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/15
Yuswanti. http://www.jatengprov.go.id/?document_srl=5610 (di unduh 09 April 2010)
9
Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.1.Januari 2012
10
Download