1 Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Lama Persalinan pada Ibu Inpartu di RSUD Dr. R. Koesma Tuban The Corelation between Early Membrane Rupture and The Labor Duration in In-partu Mothers in Dr. Koesma Public Hospital Mokhammad Nurhadi STIKES NU TUBAN ABSTRAK Pendahuluan: Berdasarkan rujukan komplikasi persalinan di RSUD dr. R. Koesma Tuban dari 33 puskesmas se-kabupaten Tuban tahun 2011 didapatkan 68% dan tahun 2012 didapatkan 75% dengan komplikasi ketuban pecah dini. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ketuban pecah dini dengan lama persalinan pada ibu inpartu di RSUD Dr. R.Koesma Tuban. Metode: Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan populasi 74 ibu dengan ketuban pecah dini, sehingga didapatkan besar sampel 62 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling dan pengumpulan data menggunakan teknik observasi, sedangkan uji statistik yang digunakan adalah uji koefisien phi. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada saat inpartu yaitu 55% dan sebagian besar responden mengalami waktu persalinan yang lama yaitu 71 %. Setelah dianalisa dengan uji koefisien phi α = 0,05 didapatkan hasil p = 0,006 < 0,05 maka H1 diterima artinya terdapat hubungan ketuban pecah dini dengan lama persalinan pada ibu inpartu di RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Kesimpulan: Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini dapat mempengaruhi lama persalinan, maka diharapkan bagi ibu hamil yang mengalami ketuban pecah dini untuk lebih menghemat tenaganya saat persalinan agar persalinannya tidak berlangsung lama sehingga tidak menyebabkan infeksi terhadap ibu maupun janin. Kata kunci : Ketuban pecah dini, lama persalinan, kala 1 ABSTRACT Introduction: Based on the baby delivery complication records in Dr. Koesma Public Hospital Tuban as well as 33 Public Health Centers in whole Tuban regency in the year of 2011, it was found that the case of Early Membrane Rupture complication reached at 68 % in 2011 and 75 % in 2012. Therefore this study is, this study is aimed to find out the Correlation between Early Membrane Rupture and The Labor Duration in In-Partu mothers in Dr. Koesma Public Hospital. Method: This research is using an analytical design and cross sectional approach with the number of population as many as 74 mothers with early membrane ruptures, and there were 62 respondents. The sample taking technique is using accidental sampling where as the data gathering was done by means of observation technique. Also, statistical test was using phi test coefficient. Result: Based on research findings it was found that most of early membrane ruptures cases, that is, 55 % and most of the respondents were experiencing long time labor, exactly 71 %. After analyzing the data by means of phi test coefficient it was found that α = 0,05 and p = 0,006 < 0,05, therefore, H1 is accepted which means that there is correlation between early membrane rupture and the labor duration in in-partu mothers in Dr. Koesma Public Hospital.Discution: From the explanation above it can be concluded that early membrane rupture can influence the duration of labor. Accordingly, ot is recommended that pregnant women experiencing early membrane rupture save their energy and power during labor time so that the labor will not happen for a long time. That away, it can keep both mother and fetus from getting infection. Keywords: Early membrane rupture, duration of labor, one periode 2 PENDAHULUAN Proses persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori yang kompleks. Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor yang mengakibatkan mulainya partus (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan SDKI tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara target MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Data yang diperoleh dari Laporan Kematian Ibu (LKI) kab/kota se-jatim menunjukkan AKI Jawa Timur pada tahun 2009 adalah 90,70 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2010 adalah 101,40 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2011 adalah 104,3 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut data dinas kesehatan kabupaten Tuban tentang angka kematian maternal didapatkan data tahun 2010 angka kematian maternal sebanyak 16 orang dan tahun 2011 sebanyak 18 orang (Laporan Dinkes Tuban, 2011). Sedangkan berdasarkan survey awal peneliti tentang rujukan komplikasi persalinan di RSUD Dr. R. Koesma Tuban dari 33 puskesmas se-kabupaten Tuban tahun 2012 didapatkan 75 % adalah ketuban pecah dini. Kerja hidrostatik selaput ketuban janin salah satunya untuk menimbulkan pendataran dan dilatasi serviks. Bila selaput ketuban pecah bagian terbawah janin yang menempel ke serviks dan membentuk segmen bawah uterus berfungsi sama sehingga akan mengakibatkan proses persalinan berlangsung lama. Dalam hal ini KPD sangat mempengaruhi waktu atau lamanya persalinan (Cunningham, 2006). Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian tentang hubungan ketuban pecah dini dengan lama persalinan pada ibu inpartu di RSUD Dr. R. Koesma Tuban. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan waktu cross sectional. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah ketuban pecah dini dan variabel dependennya adalah lama persalinan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu KPD pada bulan Maret sampai April 2013 di RSUD Dr. R. Koesma Tuban sejumlah 74 orang, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu KPD di RSUD Dr. R. Koesma Tuban sejumlah 62 responden.Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik accidental sampling. Instrumen yang digunakan adalah rekam medis dan lembar observasi partograf. HASIL DAN PEMBAHASAN Ketuban Pecah Dini Tabel 1 Distribusi Ketuban Pecah Dini di RSUD Dr. R. Koesma Tuban Bulan April Tahun 2013 No f % 1 Ketuban Pecah Dini Inpartu 34 55 2 Belum Inpartu 28 45 Jumlah 62 100 Sumber : Data Sekunder Rekam Medis Rujukan Persalinan Tahun 2013 Dari tabel 1 sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada saat inpartu yaitu 34 (55 %). Hal ini dibuktikan dengan banyaknya rujukan persalinan di RSUD Dr. R. Koesma Tuban terutama ketuban pecah dini sudah memasuki kala 1 fase aktif. Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan (Sujiyatini, 2009). Tanda yang terjadi pada ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin dikarenakan cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila digunakan untuk duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara (Sujiyatini, 2009). Ketuban pecah dini merupakan komplikasi persalinan yang harus dilakukan tindakan segera dengan cara melakukan induksi persalinan apabila masih belum ada kemajuan persalinan. Faktor yang menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini 3 salah satunya adalah multigravida dan pernah mengalami riwayat ketuban pecah dini sebelumnya. Hal ini disebabkan pada multigravida yang sudah pernah mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya akan menyebabkan komposisi membran selaput ketuban mudah rapuh dan kandungan kolagen semakin menurun pada kehamilan berikutnya. Selain itu ketuban pecah dini juga bisa terjadi pada primigravida yang diakibatkan oleh kondisi fisiologis, sakit saat hamil, aktifitas yang berlebihan saat hamil terutama pada trimester kedua dan ketiga, gangguan psikologis seperti emosi dan kecemasan akan kehamilannya. Alternatif tindakan terakhir dalam menangani ketuban pecah dini adalah sectio sesarea. Hal ini disebabkan ketuban pecah dini dapat menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut terutama bagi ibu maupun janin. Maka dari itu sangat diperlukan pengetahuan lebih lanjut bagi ibu hamil terutama dalam mengetahui tanda maupun gejala ketuban pecah dini. Lama Persalinan Tabel 2 Distribusi Lama Persalinan di RSUD Dr. R. Koesma Tuban Bulan April Tahun 2013 No Lama f % Persalinan 1 Sesuai 18 29 2 Tidak sesuai 44 71 Jumlah 62 100 Dari tabel 2 sebagian besar responden mengalami waktu persalinan yang lama yaitu 44 (71 %). Lamanya waktu yang diperlukan dalam persalinan salah satunya dipengaruhi oleh pembukaan serviks yang sangat lambat diakibatkan seviks sudah melunak. Sehingga bagian terbawah dari janin juga mengalami penurunan yang lama. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori yang kompleks. Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor yang mengakibatkan mulainya partus. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus, antara lain penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron. Seperti diketahui progesteron merupakan penenang bagi otot uterus. Menurunya kedua hormon ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai (Prawirohardjo, 2007). Kala 1 dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lender kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis pecah karena pergeseran ketika serviks membuka (Prawirohardjo, 2007). Pada primigravidakala 1 berlangsung kira-kira 13 jam sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam (Manuaba, 2009). Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Pada primigravida kala II berlangsung 1,5-2 jam dan pada multigravida berlangsung 0,5-1 jam. Persalinan dikatakan lama jika kala 1 dan kala II lebih dari 15 jam untuk primigravida dan lebih dari 8 jam untuk multigravida (Prawirohardjo,2007). Lama persalinan sangat dipengaruhi oleh perubahan dasar panggul seluruhnya yang dihasilkan oleh tekanan yang diberikan oleh bagian terbawah janin. Apabila selaput ketuban sudah pecah sebelum ada tanda-tanda inpartu akan mengakibatkan rongga panggul menyempit sehingga tekanan yang diberikan saat persalinan semakin besar dan tenaga yang dibutuhkan juga semakin besar. Analisa Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan lama Persalinan pada Ibu Inpartu di RSUD Dr. R. Koesma Tuban Tahun 2013 Tabel 3 Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Lama Persalinan pada Ibu Inpartu di RSUD Dr. R. Koesma Tuban Bulan April Tahun 2013 Ketuban Lama persalinan Jumlah (%) Pecah Dini Tidak Sesuai sesuai Inpartu 15 (54 %) 13 (46 %) 28 (100 %) Belum Inpartu Jumlah 29 (85 %) 5 (15 %) 34 (100 %) 44 (71 %) 18 (29 %) 62 (100 %) Hasil uji koefisien Phi 0,348 p = 0,006 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa pada responden dengan kategori lama persalinan tidak sesuai prosentase yang mengalami ketuban pecah dini saat inpartu (54%) lebih rendah dibanding dengan yang 4 belum inpartu (85%). Sebaliknya pada responden dengan kategori lama persalinan sesuai prosentase yang mengalami ketuban pecah dini saat inpartu (46%) jauh lebih tinggi bila dibandingkan yang belum inpartu (15%). Dengan demikian pada kelompok yang mengalami ketuban pecah dini saat belum inpartu cenderung persalinannya lama, sedangkan pada kelompok inpartu waktu persalinannya cenderung sesuai. Setelah dianalisa data menggunakan uji Koefisien Phi dengan tingkat kemaknaan α = 0,005 dengan menggunakan program SPSS 11,5 for windows didapatkan hasil p = 0,006 < 0,05 maka H1 diterima artinya terdapat hubungan ketuban pecah dini dengan lama persalinan pada ibu inpartu di RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa ketuban pecah dini sangat mempengaruhi lama persalinan. Pada kala 1 persalinan selaput ketuban dan bagian terbawah janin memainkan peran untuk membuka bagian atas vagina. Namun, setelah ketuban pecah perubahan-perubahan dasar panggul seluruhnya dihasilkan oleh tekanan yang diberikan oleh bagian terbawah janin. Sehingga kerja hidrostatik selaput ketuban janin untuk menimbulkan pendataran dan dilatasi serviks. Bila selaput ketuban sudah pecah bagian terbawah janin yang menempel ke serviks dan membentuk segmen bawah uterus berfungsi sama hal ini akan mengakibatkan terjadinya proses persalinan yang lama (Cunningham, 2006). Persalinan lama sangat beresiko sekali untuk memacu terjadinya komplikasi lebih lanjut bagi ibu maupun janin. Ketuban pecah dini adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi waktu persalinan hal ini dikarenakan apabila selaput ketuban pecah sebelum inpartu akan mengakibatkan rongga panggul semakin menyempit. Untuk mencegah terjadinya persalinan yang lama maka bagi ibu yang mengalami ketuban pecah dini harus menghemat tenaganya saat persalinan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Sebagian besar ketuban pecah dini di RSUD Dr. R. Koesma Tuban terjadi pada saat inpartu. 2. Sebagian besar responden di RSUD Dr. R. Koesma Tuban mengalami waktu persalinan yang lama. 3. Terdapat hubungan ketuban pecah dini dengan lama persalinan pada ibu inpartu di RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Saran 1. Bagi pihak rumah sakit sebaiknya lebih meningkatkan upaya pelayanan kesehatan terutama pada ibu hamil dalam melakukan penatalaksanaan ketuban pecah dini secara cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi persalinan lebih lanjut. 2. Bagi masyarakat khususnya ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara teratur sehingga tidak terjadi komplikasi maupun penyulit dalam persalinan. 3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan variabel yang lain. 4. Bagi institusi diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam meningkatkan kualitas mahasiswa khususnya dalam ilmu keperawatan maternitas. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Chapman, Vicky. Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. Jakarta:EGC.2006 Cunningham, Gary F. ObstetriWilliam Edisi 21. Jakarta : EGC.2006 HK, Joseph. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri (Obsgyn) Untuk Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.2010 Manuaba. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC.2009 Morgan, Geri.. Obstetri & Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta : EGC.2009 Prawirohardjo. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2007 Rayburn, William F. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Widya Medika.2001 Sujiyatini, dkk. Asuhan Patologi Kebidanan : plus contoh asuhan kebidanan. Nuha Medika : Yogjakarta.2009 Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardj.2007 5