I. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan Alamat Agama Tanggal Masuk RS Tanggal Keluar RS : Ny. W : 20 tahun : Perempuan : PRT : SMP : Jl. Batu Ampar : Islam : 25 Mei 2015 : II. ANAMNESIS Anamnesis dilakukan secara: Autoanamnesa Keluhan Utama : Pasien adalah pasien rujukan dari Klinik Rebo degangan keluhan keluar air – air sejak 2 jam SMRS. Keluhan Tambahan: Mulas-mulas. III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien G2P0A1 hamil cukup bulan datang ke IGD RSUD Pasar Rebo atas rujukan klinik Cabra dengan keluhan keluar air-air dari jalan lahir sejak pukul 22:30 WIB SMRS. Pasien mengeluh keluar air-air dirasakan masih merembes sampai sekarang. Pasien mengatakan bahwa air tidak berbau dan berwana bening. Pasien menyangkal adanya pusing, mual, dan demam. Adanya riwayat berhubungan badan, trauma keluar lendir ataupun darah dari jalan lahir disangkal pasien. IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU - Riwayat Hipertensi sebelum kehamilan (-) - Riwayat Diabetes Melitus (-) - Riwayat Asma (-) - Riwayat alergi obat (-) V. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA - Riwayat Diabetes Melitus dari Ibu pasien, terkontrol. VI. RIWAYAT OBSTETRI Paritas : G2P0A1 HPHT : Juli 2014 HPL : 2 Juni 2015 Usia Kehamilan : 38 minggu VII. RIWAYAT PERSALINAN NO Jenis Kelamin 1 Usia Jenis Kehamilan Persalinan Penolong Usia BB lahir Anak Hamil ini 1 VIII. RIWAYAT MENSTRUASI a. Haid pertama : Usia 13 tahun b. Siklus haid : Teratur c. Lama haid : 5 hari IX. RIWAYAT KONTRASEPSI Meminum pil KB 3 hari X. STATUS GENERALIS XI. Keadaan Kesadaran Tekanan FN RR Suhu Umum Baik Compos Darah 110/70 84x/menit 20x/menit 37 o C Mentis mmHg PEMERIKSAAN FISIK 1. Kepala: Normocephal 2. Mata : Conjunctiva anemis -/- . Sklera ikterik -/3. Leher : Trakea berada di tengah, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening 4. Payudara : - Tampak besar dan menengang - Papilla mamae lebih menonjol - Hiperpigmentasi areola mamae - Tuberkel montgomerry tampak terlihat jelas 5. Thorax : a. Paru-paru: - Inspeksi: Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada dalam keadaan statis dan dinamis simetris. - Palpasi: Fremitus taktil dan vocal kanan dan kiri simetris, tidak teraba masa. - Perkusi: Sonor di seluruh lapang paru. - Auskultasi: Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/b. Jantung: - Inspeksi: Iktus cordis tidak terlihat. - Palpasi: Iktus cordis teraba. - Perkusi: Batas jantung dalam batas normal. - Auskultasi: BJ I/II normal, murmur (-), gallop (-) 6. Abdomen : - Buncit, mennegang, simetris - Terdapat linea nigra - Striae gravidarum (+) - Bising usus (+) 7. Genitalia : Tidak tampak adanya kelainan 8. Extremitas : - Akral hangat ++/++ - Edema --/-XII. STATUS OBSTETRIK - TFU : 30 cm - DJJ : 134x/menit - TBJ : 2500 gram 2 - Presentasi His : Kepala :+ XIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG - Laboratorium: 25 Mei 2015 Hematologi Hemoglobin Hematokrit Leukosit - HbsAg Nitrazin Tes Hasil 11.4 35,8 7.2 Nilai Rujukan 11.7 - 15.5 32 - 47 3.6 - 11 0,593 biru Satuan g/dL % 103/µL (< 1 N reac) (pink) XIV. DIAGNOSIS Ibu : G2P0A1 H38 minggu kala I fase laten dengan Ketuban Pecah Anak Dini : Lahir bayi laki-laki (partus spontan), BB: 3100 gr, PB: 50 cm, XV. LK: 30 cm, A/S: 8/9 tanggal 26 Mei 2015 PENATALAKSANAAN Infus RL 20 tpm Inj. Cefotaxime 3 x 1 XVI. PROGNOSIS a. Quo ad vitam b. Quo as functionam c. Quo ad sanationam : ad bonam : ad bonam : ad bonam XVII. ANALISA KASUS Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu. Pada pasien ini terdapat pecahnya ketuban sebelum proses persalinan dimulai. Pasien ini mengeluhkan keluarnya air yang merembes dan air berwana bening tidak berbau. Kedua gejala ini tanda terlah terjadinya ketuban yang pecah. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Pasien diberikan penatalaksanaan sesuai dengan literatur. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Ketuban Pecah Dini ( amniorrhexis – premature rupture of the membrane PROM ) adalah pecahnya selaput korioamniotik sebelum terjadi proses persalinan. Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu hamil mengalami pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian untuk kepentingan klinis waktu 1 jam tersebut merupakan waktu yang disediakan untuk melakukan pengamatan adanya tanda-tanda awal persalinan. Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu maka peristiwa tersebut disebut KPD Preterm (PPROM = preterm premature rupture of the membrane - preterm amniorrhexis. KPD memanjang merupakan KPD selama >24 jam yang berhubungan dengan peningkatan risiko infeksi intra-amnion.1 Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstraselular amnion, korion, dan apoptosis membran janin. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin, dan protein hormone yang merangsang aktivitas “matrix degrading enzyme”.1 Arti klinis ketuban pecah dini : 1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka kemungkinan terjadinya prolapsus tali pusat atau kompresi tali pusat menjadi besar 4 2. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian terendah yang masih belum masuk pintu atas panggul sering kali merupakan tanda adanya gangguan keseimbangan foto pelvik. 3. KPD sering diikuti dengan adanya tanda – tanda persalinan sehingga dapat memicu terjadinya persalinan preterm. 4. Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam (prolonged rupture of membrane) seringkali disertai dengan infeksi intrauterin. 5. Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka panjang kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. Etiologi Penyebab ketuban pecah dini meliputi : 1. Serviks inkopeten menyebabkan dinding ketuban yang paling bawah mendapatkan tekanan yang semakin tinggi. 2. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, dan kelainan genetik) 3. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban seperti infeksi genitalia dan meningkatnya enzim proteolitik. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadinya kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase laten makin tinggi kemungkinan infeksi. Makin muda usia kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin dan komplikasi ketuban pecah dini meningkat. 4. Multipara, grandemultipara, pada kehamilan yang terlalu sering akan mempengaruhi proses embriogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan lebih tipis dan yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum tanda – tanda inpartu. 5. Overdistensi uterus pada hidramnion, kehamilan ganda, dan sevalopelvik disproporsi. Hidramnion atau sering disebut polihidramnion adalah banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Hidramnion dapat terjadi pada kasus anensefalus, atresia esophagus, gemeli, dan ibu yang mengalami diabetes melitus gestasional. Ibu dengan diabetes melitus gestasional akan melahirkan bayi dengan berat badan berlebihan pada semua usia kehamilan sehingga kadar cairan amnion juga akan berlebih. Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih sehingga kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar. 6. Kelainan letak yaitu letak lintang. 7. Penduluran abdomen (perut gantung) 8. Usia ibu yang lebih tua 9. Riwayat KPD sebelumnya 10. Merokok selama kehamilan 5 1. Inkompetensia serviks Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengahtengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Serviks smemiliki suatu kelainan anatomi yang nyata, yang bisa disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks sehingga memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi.2 2. Peninggian tekanan inta uterin Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya : a. Trauma : hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis b. Gemelli Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadikarena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.5 3. Makrosomia Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang, tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.6 4. Hidramnion Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000 mL. uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah 6 peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.2 5. Kelainan letak Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.2 6. Penyakit infeksi .Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. Penelitian menunjukkan infeksi sebagai penyebab utama ketuban pecah dini.Membrana khorioamniotik terdiri dari jaringan viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat rentan untuk pecah disebabkan adanya aktivitas enzim kolagenolitik.Infeksi merupakan faktor yang cukup berperan pada persalinan preterm denganketuban pecah dini. Grup B streptococcus mikroorganisme yang sering menyebabkan amnionitis.3 Patofisiologi Dua belas hari setelah ovum dibuahi , terrbentuk suatu celah yang dikelilingi amnion primitif yang terbentuk dekat embryonic plate. Celah tersebut melebar dan amnion disekelilingnya menyatu dengan mula-mula dengan body stalk kemudian dengan korion yang akhirnya menbentuk kantung amnion yang berisi cairan amnion. Cairan amnion , normalnya berwarna putih , agak keruh serta mempunyai bau yang khas agak amis dan manis. Cairan ini mempunyai berat jenis 1,008 yang seiring dengan tuannya kehamilan akan menurun dari 1,025 menjadi 1,010. Asal dari cairan amnion belum diketahui dengan pasti , dan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Diduga cairan ini berasal dari lapisan amnion sementara teori lain menyebutkan berasal dari plasenta.Dalam satu jam didapatkan perputaran cairan lebih kurang 500 ml.1 Amnion atau selaput ketuban merupakan membran internal yang membungkus janin dan cairan ketuban. Selaput ini licin, tipis, dan transparan. Selaput amnion melekat erat pada korion (sekalipun dapat dikupas dengan mudah). Selaput ini menutupi permukaan fetal pada plasenta sampai pada insertio tali pusat dan kemudian berlanjut sebagai pembungkus tali 7 pusat yang tegak lurus hingga umbilikus janin. Sedangkan korion merupakan membran eksternal berwarna putih dan terbentuk dari vili – vili sel telur yang berhubungan dengan desidua kapsularis. Selaput ini berlanjut dengan tepi plasenta dan melekat pada lapisan uterus.1 Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degenerasi ekstraseluler matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivasi kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.1 8 9 Dalam keadaan normal jumlah cairan amnion pada kehamilan cukup bulan sekitar 1000 – 1500 cc, keadaan jernih agak keruh, steril, bau khas, agak manis, terdiri dari 98% 99% air, 1- 2 % garam anorganik dan bahan organik (protein terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, verniks kaseosa, dan sel – sel epitel dan sirkulasi sekitar 500cc/jam.7 Minggu gestasi 16 28 36 40 Janin 100 1000 2500 3300 Plasenta 100 200 400 500 Cairan amnion 200 1000 900 800 Persen Cairan 50 45 24 17 Fungsi cairan amnion7: 1. 2. 3. 4. 5. Proteksi : Melindungi janin terhadap trauma dari luar Mobilisasi : Memungkinkan ruang gerak bagi bayi Hemostatis : Menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam basa Mekanik : Menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruang intrauteri Pada persalinan, membersihkan atau melicinkan jalan lahir dengan cairan steril sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir Mekanisme KPD antara lain1 : 1. Terjadinya premature serviks. 2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi a. Devaskularisasi b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan adanya infeksi yang mencegah enzim proteolitik dan enzim kolagenase. 10 Patogenesis Penelitian terbaru mengatakan KPD terjadi karena meningkatnya apoptosis dari komponen sel dari membran fetal dan juga peningkatan dari enzim protease tertentu. Kekuatan membran fetal adalah dari matriks ekstraselular amnion. Kolagen interstitial terutama tipe I dan tipe III yang dihasilan dari sel mesenkim juga penting dalam mempertahankan kekuatan membran fetal.1 Matriks metalloprotease (MMP) adalah kumpulan proteinase yang terlibat dalam remodeling tissue dan degenerasi kolagen. MMP – 2, MMP – 3, dan MMP – 9 ditemukan dengan konsentrasi tinggi pada kehamilan dengan ketuban pecah dini. Aktivasi protease ini diregulasi oleh tissue inhibitor of matrix metalloprotease (TIMPs). TIMPs ini pula rendah dalam cairan amnion pada wanita dengan ketuban pecah dini. Peningkatan enzim protease dan penurunan inhibitor mendukung bahwa enzim ini mempengaruhi kekuatan membran fetal.1 Selain itu terdapat teori yang mengatakan meningkatnya marker – marker apoptosis dimembran fetal pada ketuban pecah dini berbanding dengan membran pada kehamilan normal. Banyak penelitian yang mengatakan aktivasi aktivitas degenerasi kolagen dan kematian sel yang membawa kelemahan pada dinding membran fetal. 11 Faktor Ibu Faktor Janin Gemeli Malposisi Berat Janin berlebih Serviks Inkopeten Multipara Hidramnion CPD, usia Riwayat KPD Merokok KELEMAHAN DINDING MEMBRAN JANIN RUPTURNYA MEMBRAN AMNION DAN KHORION SEBELUM TANDA – TANDA PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI INFEKSI PADA IBU Diagnosis Diagnosis dapat ditegakan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. 1. Anamnesis Dari anamnesis dapat menegakkan 90% dari diagnosis. Kadang kala cairan seperti urin dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion. Penderita merasa basah dari vaginanya atau mengeluarkan cairan banyak dari jalan lahir. 2. Inspeksi Pengamatan biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah, dan jumlah airnya masih banyak, pemeriksaan ini akan makin jelas. 3. Pemeriksaan Inspekulo 12 Merupakan langkah pertama untuk mendiagnosis KPD karena pemeriksaan dalam seperti vaginal toucher dapat meningkatkan resiko infeksi, cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, bau, dan PH nya, yang dinilai adalah a) Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan perdarahan dari serviks. Dilihat juga prolapsus tali pusat atau ekstremitas janin. Bau dari amnion yang khas juga harus diperhatikan. b) Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior mendukung diangnosis KPD. Melakukan perasat valsava atau menyuruh pasien untuk batuk untuk memudahkan melihat pooling c) Cairan amnion di konfirmasikan dengan menggunakan nitrazine test. Kertas lakmus akan berubah menjadi biru jika PH 6 – 6,5. Sekret vagina ibu memiliki PH 4 – 5, dengan kerta nitrazin ini tidak terjadi perubahan warna. Kertas nitrazin ini dapat memberikan positif palsu jika tersamarkan dengan darah, semen atau vaginisis trichomiasis. 4. Mikroskopis (tes pakis). Jika terdapat pooling dan tes nitrazin masih samar dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopis dari cairan yang diambil dari forniks posterior. Cairan diswab dan dikeringkan diatas gelas objek dan dilihat dengan mikroskop. Gambaran “ferning” menandakan cairan amnion 5. Dilakukan juga kultur dari swab untuk chlamydia, gonnorhea, dan stretococcus group B1,4 Pemeriksaan Lab5 1. Pemeriksaan alpha – fetoprotein (AFP), konsentrasinya tinggi didalam cairan amnion tetapi tidak dicairan semen dan urin 2. Pemeriksaan darah lengkap dan kultur dari urinalisa 3. Tes pakis 4. Tes lakmus Pemeriksaan USG5 13 Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban sedikit (Oligohidramnion atau anhidramnion). Oligohidramnion ditambah dengan hasil anamnesis dapat membantu diagnosis tetapi bukan untuk menegakkan diagnosis rupturnya membran fetal. Selain itu dinilai amniotic fluid index (AFI), presentasi janin, berat janin, dan usia janin. Penatalaksanaan 1. Konservatif Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4x500mg atau eritromisin bila tidak tahan dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan kurang dari 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif berikan dexametason, observasi tanda – tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada usia kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi setelah 24 jam. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda – tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda – tanda infeksi intrauterin). Pada usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomietin tiap minggu. Dosis betametason 12mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam selama 4 kali.1 2. Aktif Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitoksin. Bila gagal seksio sesarea. Bila tanda – tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan terminasi persalinan. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan pelviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil lakukan seksio sesarea. Bila skor pelviks > 5 lakukan induksi persalinan.1 14 15 Komplikasi Persalinan Prematur Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu persalinan dalam 24 jam.Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.3,6 16 Infeksi Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini.Pada ibu terjadi korioamnionitis.Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, omfalitis.Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi.Pada Ketuban Pecah Dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.3 a) Komplikasi Ibu: - Endometritis - Penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia) - Sepsis (daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi sangat banyak) - Syok septik sampai kematian ibu. b) Komplikasi Janin - Asfiksia janin - Sepsis perinatal sampai kematian janin. Gambar: Infeksi intrauterin progresif pasca ketuban pecah dini pada kehamilan prematur Hipoksia dan Asfiksia 17 Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.3,6 Sindrom Deformitas Janin Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan oelh kompresi muka dan anggota badan janin serta hipoplasi pulmonary.3,6 Pencegahan Pada pasien perokok, diskusikan tentang pengaruh merokok selama kehamilan usaha untuk menghentikan, motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil, anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trimester akhir.3 Prognosis Prognosis pada ketuban pecah dini sangat bervariatif tergantung pada : a) Usia kehamilan b) Adanya infeksi / sepsis c) Factor resiko / penyebab d) Ketepatan Diagnosis awal dan penatalaksanaan Prognosis dari KPD tergantung pada waktu terjadinya, lebih cepat kehamilan, lebih sedikit bayi yang dapat bertahan. Bagaimanapun, umumnya bayi yang lahir antara 34 dan 37 minggu mempunyai komplikasi yang tidak serius dari kelahiran premature.6 18 DAFTAR PUSTAKA 1. Soewarto S. Ketuban Pecah Dini. Dalam Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Bagian Ketiga: Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir. Edisi Keempat. Cetakan Kedua. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009. hal 677-82. 2. Manuaba I.B.G, Chandranita Manuaba I.A, Fajar Manuaba I.B.G.(eds) Pengantar Kuliah Obstertri. Bab 6: Komplikasi Umum Pada Kehamilan. Ketuban Pecah Dini. Cetakan Pertama. Jakarta. Penerbit EGC. 2007. Pp 456-60. 3. Nili F., Ansaari A.A.S. Neonatal Complications Of Premature Rupture Of Membranes. Acta Medica Iranica. [Online]. Vol 41. No.3. 2003.Diunduh dari http://journals.tums.ac.ir/upload_files/pdf/59.pdf. 4. Cunningham Gary F, Leveno J Kenneth , Bloom L Steven , Hauth C John , III Gilstrap Larry , Wenstrom D Katharine . Williams Obstetrics Edisi 22.2005 . 5. Saifudin, Abdul B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002. 6. Saifuddin, Abdul B. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010. 7. Lily Yulaikhah. Kehamilan: Seri Asuhan Kebidanan. Penerbit: Buku Kedokteran EGC. 2006. 8. Carpenito, Lynda Jual. Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa Monica Sster, S.Kp. Jakarta:EGC. 2000. 19