STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Program Studi D-III Kebidanan Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014 Desy Dwi Anggraeni 04011a020 GAMBARAN FAKTOR RESIKO KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RS DR ASMIR SALATIGA ABSTRAK Latar Belakang : Penyebab AKI di Indonesia terdiri dari langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung dari AKI bisa disenbabkan karena komplikasi pada masa persalinan yaitu salah satunya persalinan lama. Penyebab terjadinya persalinan lama salah satunya dikarenakan ketuban pecah dini. Ada beberapa hal yang menjadi faktor resiko penyebab KPD salah satunya adalah faktor obstetrik yaitu hidramnion, gameli, dan multiparitas. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor resiko ketuban pecah dini di RS Asmir Salatiga. Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling dengan total sampling. Jumlah sampel 113 ibu bersalin yang mengalami KPD dari bulan januari-desember 2013. Sumber data meggunakakn data sekunder dengan alat pengumpul data buku register. Analisa data menggunakan tabel distribusi frekuensi. Hasil : Berdasarkan distribusi frekuensi kejadian ketuban pecah dini yang mengalami polihidramnion sebanyak 6 ibu (5,3%). Distribusi frekuensi ketuban pecah dini yang mengalami gameli sebanyak 10 ibu (8,8%). Distribusi frekuensi ketuban pecah dini berdasarkan paritas pada primipara sebanyak 66 ibu (58,4%) dan multipara sebanyak 47 ibu (41,6%). Saran : Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawsan tentang metode penelitian. Bagi Tenaga Kesehatan diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan. Bagi masyarakat diharapkan menambah informasi tentang KPD dan pencegahannya. Kata Kunci : KPD, Polihidramnion, Gameli, Paritas GAMBARAN FAKTOR RESIKO KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RS DR ASMIR SALATIGA 1 STIKES Ngudi Waluyo Unggaran D-III Study Program Midwifery Scientific Paper, June 2014 Desy Dwi Anggraeni 04011a020 DESCRIPTION OF RISK FACTORS IN THE EVENT PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANES RS DR ASMIR SALATIGA ABSTRACT Background: The cause of AKI in Indonesia consists of direct and indirect. The immediate cause of AKI can disenbabkan due to complications during childbirth is one prolonged labor. The cause of prolonged labor due to one premature rupture of membranes. There are several things that a risk factor is the cause of the KPD one obstetric factors that hydramnios, Gameli, and multiparity. Objective: This study aims to describe the premature rupture of membranes risk factors in hospital Asmir Salatiga. Methods: The research method used was a descriptive cross-sectional approach. Sampling technique with a total sampling. The number of 113 maternal samples that had KPD from January-December 2013 data source meggunakakn secondary data with the data collection tool registry book. Analysis of the data using a frequency distribution table. Results: Based on the frequency distribution of the incidence of premature rupture of membranes having as many as 6 maternal polyhydramnios (5.3%). Frequency distribution that experienced premature rupture of membranes Gameli by 10 mothers (8.8%). Premature rupture of membranes frequency distribution based on parity with 66 primiparous mothers (58.4%) and a total of 47 multiparous mothers (41.6%). Suggestion: For researchers are expected to increase their knowledge and add wawsan about research methods. For Health Workers are expected to improve the quality of health services. Expected to add knowledge to the community in the prevention of pregnancy are at risk as the KPD Keywords: KPD, Polyhydramnios, Gameli, Parity PENDAHULUAN Latar Belakang Mortalitas dan morbiditas pada wanita bersalin merupakan masalah yang besar di negara berkembang seperti di Indonesia. Perdarahan hebat adalah penyebab yang paling utama dari kematian ibu bersalin di seluruh dunia. Diperkirakan 14 juta kasus dalam kehamilan setiap tahunnya; paling sedikit 128.000 perempuan mengalami komplikasi sampai meninggal. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 Angka Kematian Ibu masih tinggi yaitu 228/ 100.000 kelahiran hidup, hal ini erat kaitanya dengan kurang baiknya penanganan komplikasi obstetrik saat persalinan dan masih rendahnya status kesehatan ibu (Depkes, 2006).1 Derajat kesehatan di Provinsi Jawa Tengah digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), angka morbiditas beberapa penyakit dan status gizi (Dinkes Jateng, 2010)2. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan di suatu negara seluruh dunia. Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah, tahun 2007 adalah 116/100.000 kelahiran hidup, tahun 2008 menurun menjadi 114,4./100000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2009 naik menjadi 124,3/ 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu di Kabupaten Semarang dari tahun 2007 adalah 22 kasus (156,78/100.000 kelahiran hidup), turun pada tahun 2008 menjadi 16 kasus (107,23/100.000 kelahiran hidup) dan kemudian naik pada tahun 2009 menjadi 19 kasus (130,98/100.000 kelahiran hidup), dimana angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan AKI Propinsi Jawa Tengah. Penyebab AKI yang terbesar di Kabupaten Semarang adalah perdarahan (28,0%), kemudian eklampsi (24,0% ), ketuban pecah dini (16,0%), komplikasi puerporium (8,0%), abortus(5,0%), partus lama/partus macet (5,0%), emboli air ketuban (3,0%) dan infeksi (11,0%) (Dinkes Prov Jateng, 2010).3 Penyebab AKI terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung, penyebab langsung dari AKI disebabkan oleh komplikasi pada masa hamil, bersalin dan nifas atau kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan atau berbagai hal yang terjadi akibat-akibat GAMBARAN FAKTOR RESIKO KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RS DR ASMIR SALATIGA 2 tindakan tersebut yang dilakukan selama hamil, bersalin dan nifas, seperti perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklamsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran. Beberapa komplikasi persalinan salah satunya adalah persalinanlama (Dinkes, 2009)4. Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida dan atau 18 jam untuk multigravida (Mochtar, 1998), masalah yang terjadi pada persalinan lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir. Dilatasi serviks dikanan garis waspada pada persalinan fase aktif (Saifuddin, 2002)5. Faktor-faktor penyebab terjadinya partus lama antara lain adalah karena letak janin, kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar, kelainan kongenital, primitua perut gantung, grandemultiparadan ketuban pecah dini (Mochtar, 2008).6 Ketuban pecah dini (KPD) didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Sarwono, 2008)7. Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah infeksi. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD (Norma & Dwi, 2013).8 Faktor yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan. Beberapa faktor risiko dari KPD, antara lain inkompetensi serviks (leher rahim), polihidramnion (cairan ketuban berlebih), riwayat KPD sebelumya, kelainan atau kerusakan selaput ketuban, kehamilan kembar, traumadan infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis (Norma & Dwi, 2013).9 Ketuban pecah dini berpengaruh terhadap ibu dan janin. Komplikasi KPD pada ibu antara lain infeksi dalam persalinan, infeksi masa nifas, partus lama, perdarahan post partum, meningkatkan tindakan operasi obstetrik (khususnya seksio sesarea), morbiditas dan mortalitas maternal. Komplikasi KPD pada janin antara lain prematuritas, penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder, sindrom defornitas janin dan morbiditas dan mortalitas perinatal (Fadlun & Feryanto, 2011).10 Infeksi dalam rahim disebabkan oleh pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya atau persalinan yang sering disebut dengan ketuban pecah dini. Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada umur kehamilan diatas 37 minggu, sedangkan pada umur kehamilan kurang 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial obstetric dalam kaitannya dengan penyebabnya (Manuaba, 2008). Ketuban pecah dini yang tidak segera diikuti dengan adanya tanda persalinan memberikan peluang pada mikroorganisme (bakteri) masuk ke tubuh janin melalui vagina (Sunarto, 2008). Para ahli kebidanan menyepakati bahwa lama ketuban pecah lebih dari 18 jam dianggap sebagai risiko terjadinya infeksi neonatus (Sunarto, 2008).11 Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distres pernapasan, yang terjadi pada 1040% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD. Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabiia KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu (Norma, 2013).12 Faktor yang mempengaruhi KPD yaitu ada empat yaitu faktor umum yang meliputi infeksi Seksual Transmitted Deseases (STD)/Infeksi Menular Seksual, faktor sosial, perokok, peminum, keadaan sosial ekonomi yang rendah, faktor keturunan yaitu kelainan genetik faktor rendahnya vitamin dan ion dalam serum, faktor obstetrik meliputi serviks inkomprten, serviks konisasi/ menjadi pendek, terdapat sefalopelvik disproporumah sakiti (kepala janin belum masuk PAP), kelainan letak janin sehingga ketuban bagian bagian terendah langsung menerima tekanan intra uteri yang dominan, pandular abdomen, dan multiparitas, faktor obstetrik meliputi over distensi uterus yaitu hidramnion, kehamilan kembar dan multiparitas (Manuaba, 2008).13 Hidramnion atau polihidramnion adalah keadaan dimana banyaknya air ketuban melebihi 2000cc. Penambahan air ketuban ini bisa mendadak dalam beberapa hari disebut hidramnion akut, atau secara perlahan-lahan GAMBARAN FAKTOR RESIKO KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RS DR ASMIR SALATIGA 3 disebut hidramnion kronis. Hidramnion yang disertai dengan kelainan konginital, terutama dari susunan saraf sentral dan traktus gastrointestinal, cukup tinggi. Di samping itu, sering ditemukan pada kehamilan ganda dan beberapa penyakit ibu seperti diabetes mellitus, preeklampsia (Rachimhari, 2007).14 Hidramnion terjadi bila produksi air ketuban bertambah, bila pengaliran air ketuban terganggu atau kedua-duanya. Air ketuban dibentuk dari selsel amnion. Di samping itu ditambah oleh air seni janin dan cairan otak pada anensefalus. Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu cara pengeluaran ialah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban akan terganggu bila janin tidak bisa menelan seperti pada atresia esophagus atau tumor-tumor plasenta. Hidramnion dapat memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya (Maria, 2007).15 Kehamilan ganda (gemeli) adalah kehamilan dua janin atau lebih. Kehamilan kembar dapat memberikan resiko yang lebih tinggi baik bagi janin maupun ibu. Oleh karena itu, dalam menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan pengawasan hamil yang intensif. Faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur, dan paritas. Faktor resiko ketuban pecah dini pada kembar dua 50% dan kembar tiga 90% (2008). Hamil ganda dapat memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya (Maria, 2007).16 Penyebab KPD yaitu multiparitas. Multipara lebih besar kemungkinan terjadinya infeksi karena proses pembukaan serviks lebih cepat dari nulipara, sehingga dapat terjadi pecahnya ketuban lebih dini. Pada kasus infeksi tersebut dapat menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah. Pada multipara, karena adanya riwayat persalinan yang lalu maka keadaan jaringan ikatnya lebih longgar dari pada nulipara. Pada multipara jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang sehingga multipara lebih beresiko terjadi ketuban pecah dini dibandingkan nulipara (Manuaba, 2008).17 Hasil penelitian Wahyustin (2010), tentang gambaran kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Ungaran tahun 2009, yang mempunyai paritas lebih dari 4 persalinan sebanyak 63 orang (75,0%),yang mengalami anemia sebanyak 56 orang (66,7%), yang mengalami kehamilan ganda sebanyak 7 orang (8,3%), kelainan letak (sungsang dan lintang) 16 orang (19,0%). Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan oleh peneliti pada Bulan Agustus 2013 didapatkan data yang diperoleh dari Buku Laporan Pasien di Kamar Bersalin Rumah sakit Dr. Asmir Salatiga bulan Januari-Desember 2012 dari 1640 pasien, di mana ibu bersalin normal 786 (47,9%), beberapa kasus paling banyak yang terjadi diantaranya KPD sebanyak 98 orang (5,975%). Dari ibu yang mengalami KPD yang disebabkan oleh faktor gemeli sebanyak 14 orang (14,285%), polihidramnion sebanyak 4 orang (4,081%), sedangkan faktor paritas sebanyak 39 orang (39,795%) serta sebab lain sebanyak 41 orang (41,839%). Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Faktor Resiko Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Dr. Asmir Salatiga“. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran faktor resiko ketuban pecah dini di rumah sakit dr. Asmir Salatiga. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran faktor resiko KPD di Rumah sakit. dr. Asmir Salatiga berdasarkan cairan ketuban berlebih (polihidramnion). b. Mengetahui gambaran kejadian KPD di Rumah sakit. dr. Asmir Salatiga berdasarkan kehamilan kembar (gemeli). c. Mengetahui gambaran kejadian KPD di Rumah sakit. dr. Asmir Salatiga berdasarkan paritas. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penulisan ini pengalaman ilmiah berharga yang dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan peneliti tentang metode penelitian, gambaran faktor resiko dengan kejadian ketuban pecah dini dan penatalaksanaannya serta sebagei ilmu untuk diterapkan pada saat praktek. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Sebagei bahan informasi bagi Tenaga kesehatan terutama bidan untuk menambah wawasan tentang gambaran faktor resiko dan kejadian KPD serta masalah lain paada KPD yang berguna untuk memberikan pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan kepada klien sehingga meningkatkan mutu pelayanan kebidanan. GAMBARAN FAKTOR RESIKO KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RS DR ASMIR SALATIGA 4 3. Bagi Masyarakat Menambah informasi tentang kejadian ketuban pecah dini agar masyarakat mengetahui tanda dan gejala KPD sehingga diharapkan mereka tahu pencegahannya apabila menjumpai kasus KPD. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Notoatmodjo (2010), penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian ini akan menggambarkan faktor resiko kejadian ketuban pecah dini di rumah sakit. Dr. Asmir Salatiga. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Menurut Notoatmodjo (2010)18, cross sectional yaitu subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi kejadian ketuban pecah dini Berdasarkan polihidramnion Kejadian Frekuensi Persentase polihidramnion Tidak 107 94,7 Ya 6 5,3 total 113 100 Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa kejadian ketubanpecahdiniyang mengalami polihidranionyaitu 6 ibu (5,3%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi kejadian ketuban pecah dini berdasarkan kehamilan kembar. Kejadian gemeli Frekuensi Persentase Tidak 103 91,2 Ya 10 8,8 Jumlah 113 100 Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa kejadian ketuban pecah dini sebagian mengalami gemeli atau kehamilan kembar Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan kejadian ketuban pecah dini berdasarkan paritas. Kejadian paritas Frekuensi Persentase Primipara Multipara 66 47 58,4 41,6 Jumlah 113 100 Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa kejadian ketuban pecah dini yang menhalami primipara 66 (58,4%) dan multipara 47 ibu KPD (41,6%) Pembahasan 1. Gambaran Kejadian Ketuban Pecah Dini yang disebabkan karena faktor cairan ketuban berlebih (polihidramnion) Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa dari 113 ibu KPD yang mengalami polihidramnion dan cairan berlebihan (polihidramnion) yaitu 6ibu (5,37%) dan selain cairan berlebihan sebanyak 107 ibu (94,%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang mengalami KPD disebabkan oleh faktor cairan ketuban berlebih. Hasil penelitian menunjukkan kejadian polihidramnion pada ibu yang mengalami KPD, dengan adanya faktor resiko dimana terdapat kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu hedrosefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kecil kongenital. Adanya sumbatan atau penyempitan pada janin sehingga janin tersebut tidak dapat menelan air ketuban dan volume air ketuban meingkat drastis, kehamilan kembar karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni, tejadi proses infeksi kemudian ada hambatan prtumbuhanatau kecacatan yang menyangkut sistim syaraf pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan (Nugroho,2012).18 Menurut teori polihidramnion atau disebut juga dengan hidramnion adalah keadaan dimana air ketuban melebihi 2000 ml (Fadlun dan Feriyanto,2011).19 Hidramnion dapat terjadi karena produksi air ketuban bertambah, karena air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion, tetapi air ketuban dapt bertmbah cairan lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya urin janin dan cairan tak anensefalus. Naye dan blace (1972) adanya dilatasi tubulus ginjal dan kandung kemih ukuran besar akan meningatkan urin output pada awal periode pertumbuhan fetus. Hal inilah yang meningkatkan produksi urin fetus yang meningkatkn hidramniukan dan yang dibentuk secara rutin dikeluaron. Sedangkan pengalirn air ketuban terganggu dimana air ketuban yang dibentuk secara rutin yang dikeluarkan GAMBARAN FAKTOR RESIKO KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RS DR ASMIR SALATIGA 5 dan diganti dengan yang baru. Salah satu cara pengeluaran adalah ditelan oleh janin diabsorbsi oleh usus kemudian dialirkan keplasenta untuk akhirnya msuk kedalam peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban ini akan terganggu bila janin tidak bias menelan seperti pda atresia esophagus dan anesefalus. Pada penelitian ini dimana kejadian ibu yang mengalami polihidramnion di RS. Dr.Asmir Salatiga sebanyak 6 ibu (5,3%) polihidramnion. Adanya polihidramnion disebabkan karena proses infeksi, dimana infeksi yang terjdi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban yang dapat menyebabkan terjadinya KPD. 2. Gambaran Kejadian Ketuban Pecah Dini yang disebabkan karena faktor kehamilan kembar (gemeli) Hasil penelitian menunjukan dari 113 ibu yang mengalami kehamilan kembar sebanyak 10 ibu (8,8%) sedangkan yang tidak mengalami gemeli 103 ibu (91,2%). Hal ini sesuai dengan teori (fadlun 2011) bahwa kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan ganda termasuk dalam kehamilan resiko tinggi karena kemtian perinatal 3-5 kali lebih tinggi dari kehamilan tunggal, dan kematian neonatus dari kehamilan tunggal. Kematian perinatal janin pertama 9 kali dari hamil tunggal dan kematian perinatal janin kedua 11 kali dari hamil tunggal. Kehamilan ganda adalah kehamilan dua janin atau lebih. Kehamilan Hamil ganda dapat memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya (Maria, 2007).20 Kembar dapat memberikan resiko yang lebih tinggi baik bagi janin maupun ibu. Oleh karena itu, dalam menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan pengawasan hamil yang intensif. Factor yang dapat meningkatkan kemungkinan hamil kembar adalah factor ras, keturunan, umur, dan paritas. Factor resiko ketuban pecah dini pada kembar dua 50% dan kembar tiga 90% (Manuaba,dkk. 2007)21. Hasil penelitian menunjukkan kejadian gemeli pada ibu KPD, terjadi dengan adanya faktor ras, keturunn, factor umur dan paritas, factor terapi intefertilitas dan factor assisted reproductive technology (ART) 3. Gambaran Kejadian Ketuban Pecah Dini yang disebabkan karena faktor paritas. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa dari 113 ibu KPD yang mengalami paritas disebabkanoleh faktor primipara yaitu 66 ibu (58,4%) dan multiparitas yaitu 47 ibu (41,6%).Manuaba (2007), juga menambahkan penyebab KPD dapat terjadi karena bebrapa faktor, yaitu infeksi, serviks yang inkompetensia, tekanan intyra uteri, trauma, kelainan letak. Paritas merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan ketuban pecah dini karena peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama proses kelahiran sebelumnya dan teori Dr.Prasanthi (2009) yang menyebutkan bahwa risiko terjadinya ketuban pecah dini lebih banyak terjadi pada grandemultipara yang disebabkan oleh motilitas uterus berlebih, perut gantung, kelenturan leher rahim yang berkurang sehingga dapat terjadi pembukaan dini pada serviks, yang mengakibatkan terjadinya ketuban pecah dini. Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, namun menurut Sarwono Prawirohardjo kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah faktor multigraviditas/paritas. (Prawirohardjo,2010)21 Paritas 2-3 merupakan paritas yang dianggap aman ditinjau dari sudut insidensi kejadian ketuban pecah dini. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai risiko terjadinya ketuban pecah dini lebih tinggi. Pada paritas yang rendah (satu), alatalat dasar panggul masih kaku (kurang elastik) daripada multiparitas. Uterus yang telah melahirkan banyak anak (grandemulti) cenderung bekerja tidak efesien dalam persalinan (Cunningham)22 Nugroho (2010), juga menambahkan bahwa salah satu penyebab terjadinya KPD selain faktor lainnya yang paling berpengaruh adalah faktor paritas. Menurut Manuaba (2007), Paritas menyebabkan KPD karena semakin banyak paritas maka semakin kurang baik fungsi reproduksinya. Hal ini dikarenakan otot-otot rahim yang sudah melemah karena ibu sudah melahirkan > 1 kali sehingga uterus tidak kuat sebagi akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi serviks yang sudah membuka 1 cm, walaupun tidak terjadi inpartu sehingga bila terkena infeksi selaput ketuban menadi rapuh dan mudah pecah. Hasil ini juga sesuai dengan pernyataan Surya (2004), bahwa semakin tinggi paritas ibu akan makin mudah terjadi infeksi cairan GAMBARAN FAKTOR RESIKO KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RS DR ASMIR SALATIGA 6 amnion akibat rusaknya struktur serviks akibat persalinan sebelumnya, sehingga hal ini dapat meningkatkan terjadi ketuban pecah dini. Hal ini dikarenakan banyak faktor- faktor lain yang mempengaruhi KPD tidak hanya paritas saja sesuai dengan teori Sujiyatini (2008).22 SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kejadian KPD yang mengalami polihidramnion di Ruang Bersalin Bugenvil RS Dr. Asmir Salaatiga yaitu sebanyak 6 ibu (5,3%). 2. Kejadian KPD yang mengalmi gemeli atua kehamilan keembar di Ruang Bersalin Bugenvil RS. Dr. Asmir Salatiga yaitu 10 ibu (8,8%). 3. Kejadian KPD berdasarkan paritas pada primipara yaitu 66 ibu (58,4%) dan pad multi para yaitu 47 ibu (41,6%). Saran 1. Bagi Peneliti Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang metode penelitian, gambaran faktor resiko dengan kejadian ketuban pecah dini. 2. Bagi Tenaga kesehatan Diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan dapat menambah dan memperluas wawasan tentang faktor resiko terjadinya KPD untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan. 3. Bagi Masyarakat Menambah informasi tentang ketuban pecah dini agar masyarakat mengetahui tanda dan gejala KPD sehingga diharapkan mereka tahu pencegahannya apabila menjumpai kasus KPD. DAFTAR PUSTAKA Depkes. 2008. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Jakarta. Dinkes Jateng 2010. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2010. SemarangBrahm U, . Ragam Metode Kontrasepsi Jakarta : EGC ; 2007 Fadlun dan Feryanto. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika Hutahean.2009. Asuhan Keperawatan dalam maternitas dan ginekologi. Jakarta: CV. Trans Indonesia. Hidayat, AAA. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis. Jakarta : Salemba Medika Manuaba, 2008. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Maria, 2007. Ketuban Pecah Dini Berhubungan Erat Dengan Persalinan Preterem dan Infeksi Intrapaetum. Jakarta: EGC Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika Mochtar 2008. Sinopsis Obstetri : Obstetri operatif, obstetri sosial jilid 2. Jakarta: EGC Norma dan Dwi. 2013. Proses Sosial. Dalam J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (ed.). Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Notoatmojo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Prawirohardjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Rachimhari. 2007. Pre-eklamsia dan Eklamsia. Dalam Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung Sunarto. 2008. Hubungan antara kejadian ketuban pecah dini dengan kejadian sepsis neonatorum di rumah saki daerah kabupaten Madiun periode 2004-2007. Jurnal penelitian kesehatan suara forikes Varney. 2008. Asuhan Kebidanan, Jakarta : EGC. Wahyustin. 2010. Gambaran Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Ibu Berslin di RSUD Ungaran tahun 2009. Skripsi DIV. Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo. Walsh. 2008. Buku ajar Kebidanan komunitas alih bahasa, Handayani Wilda Ika (2th ed). Jakarta : EGC. Arikunto.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Depkes RI. 2006. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2005. Jakarta : Depkes RI. GAMBARAN FAKTOR RESIKO KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RS DR ASMIR SALATIGA 7 GAMBARAN FAKTOR RESIKO KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RS DR ASMIR SALATIGA ARTIKEL Oleh DESY DWI ANGGRAENI 04011A020 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2014 GAMBARAN FAKTOR RESIKO KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RS DR ASMIR SALATIGA 8