BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Wirausaha Pengertian

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Wirausaha
Pengertian wirausaha berdasarkan pendapat Stephen P. Robbins dan Mary
Coulter (2010, p46) adalah proses di mana seseorang atau sekelompok orang
menggunakan usaha dan sarana yang terorganisasi untuk mengejar peluang guna
menciptakan nilai dan bertumbuh dengan memenuhi keinginan dan kebutuhan
melalui inovasi dan keunikan.
Josseph C. Schumpeter menyatakan bahwa seorang wirausaha adalah
orang yang mampu menghancurkan keseimbangan pasar yang baru dan
mengambil keuntungan-keuntungan atas perubahan-perubahan tersebut.
Berdasarkan pendapat Retno Dewanti (2008) wirausahawan secara umum
adalah
orang-orang
yang
mampu
menjawab
tantangan-tantangan
dan
memanfaatkan peluang- peluang yang ada.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah disampaikan
sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa wirausaha adalah sebuah
pemikiran yang inovatif, kreatif, yang dijalankan dengan memperhitungkan
resiko-resiko yang akan dihadapinya dalam persaingan bisnis di sebuah industri
yang akan dimasukinya. Seorang wirausaha merupakan seseorang yang dapat
memberi inovasi, kreatifitas, memimpin dan juga mengarahkan apa yang menjadi
bisnisnya saat itu.
6
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gheorghe Savoiu (2010)
menyebutkan bahwa terdapat empat hal yang perlu dimiliki oleh seorang
wirausahawan yaitu :
1) Proses ide, inovasi, dan kreasi
Yaitu memiliki ide untuk membuat inovasi atau mengkreasikan sesuatu
yang baru dengan menambahkan nilainya. Pertambahan nilai ini tidak
hanya diakui oleh wirausahawan semata namun juga pasar yang akan
menggunakan hasil inovasi/kreasi tersebut
2) Komitmen yang tinggi
Semakin besar fokus dan perhatian yang diberikan dalam usaha ini maka
akan mendukung proses inovasi dan kreasi yang akan timbul dalam
kewirausahaan
3) Memperkirakan resiko
Dalam hal ini resiko yang mungkin terjadi berkisar pada resiko keuangan,
fisik dan resiko sosial.
4) Memperoleh reward
Dalam hal ini reward yang terpenting adalah independensi atau kebebasan
yang diikuti dengan kepuasan pribadi. Sedangkan reward berupa materi
biasanya dianggap sebagai suatu bentuk derajat dalam mengukur
kesuksesan usahanya.
7
2.1.1 Faktor keberhasilan Entrepreneur
Dari analisis pengalaman di lapangan, beberapa faktor wirausaha untuk
dapat berhasil diantaranya, yaitu :

Bersikap jujur dan berani, seorang wirausahawan perlu bersikap berani
mengambil resiko terhadap bisnis yang akan dijalankannya.

Pandangan strategic, wirausahawan perlu mempunyai pandangan untuk
massa depan seperti: langkah apa yang harus diambil dimasa depan?produk
apa yang harus diluncurkan? Operasional perusahaan harus dikonsolidasi
atau expansi?

Leadership, seorang wirausaha yang baik adalah yang dapat memberikan
panduan dan inspirasi bagi para karyawannya.
Kompetensi perlu dimiliki oleh wirausahawan seperti halnya profesi lain
dalam kehidupan, kompetensi ini mendukungnya ke arah kesuksesan. Dan &
Bradstreet business Credit Service (1993 : 1) mengemukakan 10 kompetensi yang
harus dimiliki, yaitu :

Knowing your business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan.
Dengan kata lain, seorang wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu
yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan.

Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar
pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan
mengenalikan
perusahaan,
termasuk
dapat
memperhitungkan,
memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan
8
usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses
dan pengelolaan semua sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien.

Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap
usaha yang dilakukannya. Dia harus bersikap seperti pedagang,
industriawan, pengusaha, eksekutif yang sunggung-sungguh dan tidak
setengah hati.

Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak
hanya bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati
merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu,
cukup uang, cukup tenaga, tempat dan mental.

Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan / mengelola
keuangan, secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan
menggunakannnya secara tepat, dan mengendalikannya secara akurat.

Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien
mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan
kebutuhannya.

Managing
people,
yaitu
kemampuan
merencanakan,
mengatur,
mengarahkan / memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam
menjalankan perusahaan.

Statisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi
kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa
yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan.
9

Knowing Hozu to Compete, yaitu mengetahui strategi / cara bersaing.
Wirausaha harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan
(weaks), peluang (opportunity), dan ancaman (threat), dirinya dan pesaing.
Dia harus menggunakan analisis SWOT sebaik terhadap dirinya dan
terhadap pesaing.

Copying with regulation and paper work, yaitu membuat aturan / pedoman
yang jelas tersurat, tidak tersirat. (Triton, 2007 :137 – 139)
2.1.2 Faktor Kegagalan Entrepreneur
Dalam menjalankan sebuah bisnis terkadang resiko kegagalan dan
kerugian dapat timbul karena banyaknya ketidakpastian yang terjadi dimasa yang
akan datang. Perusahaan perlu mempersiapkan cadangan strategi dalam
menghadapi resiko kegagalan tersebut.
Ciputra Group mengungkapkan beberapa faktor yang menjadi penyebab
kegagalan dalam bisnis, diantaranya adalah:

Kurang kemampuan manajerial Kebanyakan bisnis dimulai oleh orangorang yang tidak memiliki pengalaman. Banyak orang berpendapat bahwa
manajemen merupakan hal umum. Padahal, jika para pengusaha tidak tahu
bagaimana mengambil keputusan bisnis, kemungkinan besar dalam jangka
panjang mereka akan gagal dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini dapat
Anda siasati dengan mengikuti training manajerial.

Lalai. Setelah pembukaan bisnis, biasanya para entrepreneur mundur dan
tidak fokus pada usahanya. Sikap itu akan membuat usaha yang telah
dibangun akan mati dengan sendirinya. Padahal, memulai suatu bisnis
10
membutuhkan suatu komitmen waktu dan kerja keras yang sungguhsungguh.

Kurang pengendalian, Sistem pengendalian membantu para pengusaha
memonitor biaya, tingkat produksi, dan beberapa hal yang lain dalam
berbisnis. Bila sistem kontrol tidak menunjukkan kontrol pada tingkat
awal, maka para entrepreneur akan kesulitan menghadapi masalah besar
berikutnya.

Modal yang tidak cukup, Suatu bisnis harus memiliki cukup modal untuk
dapat bertahan tanpa pemasukan selama enam bulan. Pemilik bisnis baru
hampir pasti akan gagal bila mereka berharap dapat membayar semua
tagihan di bulan kedua dengan mengandalkan kuntungan di bulan pertama.
Sebuah riset yang dilakukan oleh Arthur, Gary dan Christine (2011)
mengenai berbagai penyebab umum sebuah kegagalan dalam bisnis. Menurutnya,
di dalam bisnis manapun dan dari negara manapun, umumnya terdapat 10 faktor
penting penyebab hancurnya sebuah bisnis, yaitu diantaranya (dan besarnya
pengaruh faktor tersebut pada kegagalan bisnisnya) :

Tidak memiliki perencanaan bisnis yang baik (berpengaruh 78%)

Terlalu optimis pada sales dan dana yang diperlukan (berpengaruh 73%)

Tidak mengenali atau mengabaikan kelemahan-kelemahannya dan tidak
berusaha mencari bantuan (berpengaruh 70%)

Lemah dalam keterampilan dan pemahaman manajemen arus kas
(berpengaruh 82%)

Tidak memiliki pengalaman bisnis yang cukup atau bisnisnya tidak
11
relevan dengan pengalaman berbisnis sebelumnya (berpengaruh 63%)

Tidak punya kebijakan harga dengan baik (berpengaruh 77%)

Tidak berusaha memahami atau bahkan mengabaikan kompetitornya
(berpengaruh 55%)

Merekrut karyawan yang tidak tepat (berpengaruh 56%)

Tidak mempromosikan bisnisnya dengan baik (berpengaruh 65%)

Tidak melakukan pemosisian perusahaannya dengan baik (berpengaruh
71%)
2.2 Pengertian Distribusi
Dalam pelaksanaan sebuah bisnis, perusahaan melakukan beberapa cara
untuk menyalurkan output perusahaan. Salah satunya adalah dengan distribusi,
dengan menggunakan jasa para distributor. Pengertian distribusi sendiri adalah
suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para
pemakai, sewaktu dan dimana barang atau jasa tersebut diperlukan. Proses
distribusi tersebut pada dasarnya menciptakan keguanaan (utility) waktu, tempat,
dan pengalihan hak milik.
Selain itu distribusi dapat diartikan pula merupakan kegiatan ekonomi
yang menjembatani kegiatan produksi dan konsumsi. Berkat distribusi barang dan
jasa dapat sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian kegunaan dari barang
dan jasa akan lebih meningkat setelah dapat dikonsumsi.
Pada dasarnya perdagangan merupakan kegiatan distribusi karena
distribusi merupakan kegiatan utama dalam sebuah sistem perdagangan. Dalam
pelaksanaan distribusi terdapat beberapa badan yang berhubungan langsung.
12
Mulai dari agen, makelar, komisioner, importir, eksportir, pedagang besar
(grosir), sampai dengan pedagang eceran. Sedangkan cara yang digunakan untuk
menyalurkan barang dan jasa tersebut dibedakan menjadi sistem distrbusi
langsung, sitem distribusi semi langsung, dan sistem distribusi tidak langsung.
1. Distribusi langsung
Distribusi secara langsung merupakan kegiatan menyalurkan barang atau jasa
langsung dari produsen kepada konsumen tanpa perantara. Sistem distribusi
langsung:
a. Lebih tepat untuk menyalurkan barang hasil produksi yang tidak tahan lama.
Misalnya: makanan, minuman, buah, sayur, daging, dan lain-lain.
Contoh
lainnya
adalah
penjual
sayur
berkeliling
kampung
untuk
menjual
dagangannya kepada pembeli.
b. Jarak antara produsen dan konsumen tidak jauh
2. Distribusi semi langsung
Distribusi semi langsung merupakan kegiatan menyalurkan barang dan jasa
melalui pihak atau toko yang dimilik produsen itu sendiri.
Sistem distribusi
semi langsung:
a. Lebih tepat untuk menyalurkan barang dan hasil produksi tahan lama tapi
mudah rusak, misalnya mesin jahit, TV dan lain-lain.
b. Sesuai untuk produsen yang ingin tetap menjaga mutu dan pelayanannya.
c. Jarak antara produsen dan konsumen jauh.
3. Distribusi tidak langsung
13
Distribusi secara tidak langsung merupakan kegiatan menyalurkan barang dan
jasa melalui pihak-pihak lain atau badan perantara seperti agen, makelar, toko
atau pedang eceran.
Sistem distribusi secara tidak langsung:
a. Lebih tepat untuk menyalurkan barang hasil produksi yang tahan lam dan
tidak mudah rusak, misalnya sabun, pasta gigi, sikat gigi, buku dan lain
sebagainya.
b.
Jarak antara produsen dan konsumen jauh.
Contoh distribusi secara tidak
langsung:
- Penjualan berbagai merk sabun mandi, sampo, pasta gigi
- Penjual koran harian pagi oleh pengecer koran keliling.
2.3 Analisis Porter
Persaingan yang terjadi di dalam suatu industri yang akan dimasuki
ataupun telah dimasuki oleh sebuah perusahaan merupakan sebuah persaingan
dalam mendapatkan pangsa pasar, penjualan output perusahaan, dan pembagian
market shared. Analisis Michael E. Porter yang menjelaskan bahwa sifat dan
tingkat persaingan dalam suatu industri tergantung pada lima faktor atau kekuatan
yaitu ancaman dari pendatang baru, kekuatan tawar-menawar pemasok, kekuatan
tawar-menawar pembeli, ancaman dari produk pengganti, dan tingkat persaingan
antar pesaing yang dijelaskan pada gambar 4.2 berikut:
14
Sumber: Michael Porter, Competitive strategy. 1980
Gambar 2.1 Lima Kekuatan Porter
Keterangan:
1. Ancaman Pendatang Baru (Threat of the New Entrants)
Dengan masuknya pendatang baru ke dalam sebuah industri, maka secara
otomatis perusahaan yang sudah ada di dalam industri tersebut akan terancam.
Hal ini karena adanya kapasitas baru yang bertambah, dan kemungkinan
direbutnya pangsa pasar yang ada. Pada prinsipnya semakin tinggi potensi
pendatang baru tersebut, maka semakin tinggi potensi ancaman yang akan
dihadapi oleh perusahaan yang telah ada di dalamnya.
15
2. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok (Bargain Power of Suppliers)
Dalam daya tawar-manawar pemasok apabila pemasok memiliki daya tawar
yang semakin kuat, maka dapat dikatakan bahwa industri tersebut kurang
menarik. Hal ini biasanya terjadi pada industri yang pemasoknya tergolong
sedikit, maka perusahaan yang ada di dalam industri tersebut tidak memiliki
alternatif pilihan pemasok yang lain.
3. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (Bargain Power of Buyers)
Pembeli yang memiliki daya tawar-menawar yang tinggi dapat mengamcam
daya saing perusahaan. Kekuatan tawar-menawar pembeli biasanya bisa
memaksa perusahaan untuk menurunkan harga atau menuntut peningkatan
produk/jasa. Namun pembeli atau pelanggan merupakan faktor yang sangat
penting dalam kelangsungan bisnis sebuah perusahaan.
4. Tekanan dari Produk Pengganti (Threat of subtitute Products or Service)
Persaingan yang harus dihadapi oleh sebuah perusahaan dalam sebuah industri
bukan hanya pada perusahaan yang memiliki produk sejenis atau sama persis.
Sering kali perusahaan juga harus mendapatkan tekanan dari produk subtitusi
atau pengganti dari produk perusahaan tersebut.
5. Tingkat Persaingan Para Pesaing yang Ada (Rivalry Among Exiting
Competitors)
Intensitas persaingan dalam sebuah industri ditentukan melalui beberapa
faktor, diantaranya adalah jumlah pelaku dalam industri, pesaing yang
memiliki kekuatan relatif sama, dan bagaimana kecepatan berkembang pelaku
di dalam industri tersebut.
16
2.4 Studi Kelayakan
Studi kelayakan proyek bisnis adalah penelitian yang menyangkut
berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek
manajemen dan keuangannya, dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian
studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu
proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan tidak dijalankan.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2012) studi kelayakan bisnis adalah suatu
kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha
yang akan dijalankan, untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis
dijalankan.
Menurut Husein Umar dalam bukunya yang berjudul “Studi Kelayakan
Bisnis” (2005) mengatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan penelitian
terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak
bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka
pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan,
misalnya rencana peluncuran produk baru.
Berdasarkan beberapa pengertian para ahli diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa studi kelayakan bisnis merupakan penelitian dan perhitungan yang
menyertakan seluruh aspek-aspek studi kelayakan untuk mencari tahu layak
tidaknya sebuah bisnis yang dijalankan atau yang akan dijalankan oleh sebuah
perusahaan.
17
Pada umumnya studi kelayakan bisnis akan menyangkut tiga aspek (Suad
Husnan, 1995), yaitu:
1. Manfaat ekonomis bagi usaha itu sendiri (sering pula disebut manfaat
finansial). Yang berarti apakah usaha yang akan dijalankan itu dipandang
cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan resikonya.
2. Manfaat ekonomis usaha tersebut bagi negara tempat usaha tersebut
dilaksanakan (sering disebut manfaat ekonomi nasional).
3. Manfaat sosial usaha tersebut bagi masyarakat sekitar usaha tersebut.
Pengertian studi kelayakan bisnis dengan rencana bisnis sering kali
membingungkan. Hal ini karena baik studi kelayakan bisnis maupun rencana bisni
menganalisis beberaoa aspek yang sama, yaitu aspek hukum, lingkungan, pasar
dan pemasaran. Teknis dan operasional, manajemen dan SDM, serta aspek
keuangan. Selain itu baik studi kelayakan bisnis maupun rencana bisnis
mempunyai fungsi membantu pengambilan keputusan bisnis.
Dr. Suliyanto (2010, p4) menyatakan beberapa perbedaan studi kelayakan
bisnis dengan rencana bisnis (business plan) berdasarkan sumber data penelitian,
penyusun penelitian, tujuan dari studi kelayakan dan rencana bisnis, waktu
penelitian, dan biaya yang dibutuhkan oleh masing-masing, seperti terlihat pada
Tabel 2.1 dibawah ini:
18
Tabel 2.1 Perbedaan Studi Kelayakan Bisnis Dengan Rencana Bisnis
NO
1
2
Faktor Pembeda
Studi Kelayakan Bisnis
Jenis data yang digunakan Menggunakan data
Sumber data yang
Rencana Bisnis
Menggunakan data
estimasi
empiris perusahaan
Data ekternal
Data internal
Pihak eksternal, dengan
Pihak internal, yang lebih
tujuan agar lebih
mengetahui kondisi
independen
perusahaan
Menilai kelayakan
Membuat rencana bisnis
sebuah ide bisnis
yang akan datang
Memakan waktu relatif
Memerlukan waktu yang
lama, karena harus
relatif pendek, karena
menggali data dari
data hanya bersumber
berbagai sumber
intern perusahaan
Memerlukan biaya yang
Memerlukan biaya yang
relatif besar
relatif besar
digunakan
3
4
5
6
Penyusun
Tujuan
Waktu
Biaya
Sumber: Dr. Suliyanto, Studi Kelayakan Bisnis (2010, p4)
2.4.1Aspek-Aspek Penilaian Studi Kelayakan Bisnis
2.4.1.1 Aspek Pasar dan Aspek Pemasaran
Dalam sebuah studi kelayakan bisnis aspek pasar dan pemasaran
merupakan salah satu aspek yang paling penting, karena aspek pasar dan
pemasaran menentukan hidup atau tidaknya sebuah perusahaan di dalam industri.
Apabila aspek pasar dan pemasaran tidak diteliti secara benar maka prospek
kedepan sebuah perusahaan tidak akan tercitrakan secara benar yang akan
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan perusahaan
Pengertian pasar secara sederhana adalah tempat bertemunya para penjual
19
dan pembeli untuk melakukan transaksi. Lebih jauh Kasmir dan Jakfar (2012)
dalam buku studi kelayakan bisnis menjelaskan bahwa pasar memiliki arti sebuah
tempat atau lokasi tertentu yang memungkinkan pembeli dan penjual bertemu
untuk melakukan transaksi jual beli produk baik barang maupun jasa.
Menurut Thamrin dan Francis Tantri (2012, p2) pemasaran adalah suatu
sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat
memuaskan keinginan dan jasa baik kepada konsumen saat ini maupun konsumen
potensial.
Pengertian pemasaran menurut Philip Kotler (2009, p5) adalah suatu
proses sosial dan manajerial dengan nama individu dan kelompok agar
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan
serta menukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.
Berdasarkan beberapa pengertian para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa
pemasaran adalah suatu proses sistem perencanaan dalam mempromosikan dan
mendistribusikan barang pemenuh kebutuhan konsumen.
Dalam menjalankan sebuah pemasaran bagi produk perusahaan,
manajemen pemasaran menjalankan 4 strategi pemasaran yang dikenal dengan
bauran pemasaran (marketing mix) atau 4p dalam pemasaran yang terdiri dari 4
empat komponen, yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place) dan
promosi (promotion). Masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
1. Strategi Produk
Produk adalah sesuatu yang mempunyai nilai tawar yang dapat memenuhi
20
kebutuhan dan keinginan konsumen di dalam pasar. Pengertian produk
menurut Dr. Suliyanto adalah sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk
mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat
memenuhi keinginan atau kebutuhan.
Berdasarkan tujuannya pemakaiannya produk dikelompokan menjadi dua
yaitu barang konsumsi dan barang industri. Barang konsumsi adalah barang
yang dibeli dengan tujuan untuk langsung dikonsumsi, sedangkan barang
industri adalah barang yang dibeli dengan tujuan untuk diproses lagi bagi
kepentingan industri. Barang konsumsi dibagi menjadi tiga golongan seperti
berikut:
a. Barang konvenien, yaitu barang yang mudah pemakaiannya, banyak
ditemukan dibanyak tempat, dan tersedia setiap waktu
b. Barang shopping, yaitu barang yang proses pembeliannya harus dengan
mencari
terlebih
dahulu
dan
proses
pembeliannya
memerlukan
pertimbangna yang matang dengan mempertimbangkan kualitas, harga,
kemasan, dan sebagainya
c. Barang spesial, yaitu barang yang mempunyai ciri khas tertentu sehingga
hanya tersedia ditempat tertentu.
2. Stategi Harga
Harga merupakan salah satu aspek yang penting dalam kegiatan marketing
mix. Harga adalah sejumlah uang yang diserahkan dalam penukaran untuk
mendapatkan suatu barang dan jasa yang nilainnya sama. Terdapat beberapa
metode dalam penetapan harga jual suatu produk perusahaan yang sering
21
digunakan yaitu:
a. Cost plus prising
Metode penentuan harga ini dengan menggunakan rumus:
FC
Harga pokok = VC +
Total Sales
Di mana:
VC = Variable cost
FC = Fix cost
TS = Total sales
b. Cost plus prising dengan mark up
Metode ini menggunakan rumus:
Harga pokok per unit
Harga dengan mark up = VC +
(1- laba yang diinginkan)
c. BEP atau Target pricing
Break Even Pricing adalah harga yang ditentukan berdasarkan titik impas
dengan rumus:
FC
BEP =
P - VC
Atau
FC
BEP =
1 – VC/P
d. Perceived value pricing
Perceived value pricing adalah harga yang ditentukan oleh kesan pembeli
(persepsi) terhadap produk yang ditawarkan.
3. Strategi Lokasi dan Distribusi
Kegiatan pemasaran yang berikutnya adalah penentuan lokasi dan distribusi
22
baik untuk kantor cabang, gudang, pabrik, dan kantor pusat. Perhitungan
lokasi dan distribusi perlu dipertimbangkan secara cermat agar konsumen
mudah menjangkau setiap lokasi dan mendistribusikan barang dengan lancar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan penentuan lokasi adalah
dengan pertimbangan sebagai berikut:

Dekat dengan kawasan industri

Dekat dengan lokasi perkantoran

Dekat dengan lokasi pasar

Dekat dengan pusat pemerintahan

Dekat dengan lokasi perumahan atau masyarakat

Mempertimbangkan jumlah pesaing yang ada dilokasi tersebut

Sarana dan prasarana (jalan, pelabuhan, listrik, dan lain-lain)
4. Strategi Promosi
Pengertian promosi menurut Stanton (1984) adalah kombinasi dari
periklanan, personal selling, dan alat promo lainnya yang direncanakan untuk
mencapai
tujuan
program
penjualan.
Sedangkan
Kotler
(2009,
p)
mendefinisikan promosi sebagai semua aktivitas yang dilakukan perusahaan
untuk mengomunikasikan dan mempromosikan produk pada target pasar.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
promosi adalah kegiatan perusahaan untuk mengenalkan, mengomunikasikan,
dan menarik konsumen terhadap produk yang ditawarkan perusahaan dengan
menggunakan alat-alat promosi. Kotlet membagi alat promosi menjadi
beberapa jenis, sebagai berikut:
23
a. Advertising (periklanan)
Periklanan adalah saranan promosi yang digunakan oleh perusahaan guna
menginformasikan, menarik, dan mempengaruhi calon konsumen perusahaan
dengan menggunakan media informasi.
b. Personal Selling (penjualan perorangan)
Penjualan perorangan merupakan kegiatan penjualan yang dilakukan oleh
para penjual yang mencoba dan membujuk pembeli untuk melakukan
pembelian.
c. Public Relation (publisitas)
Publisitas merupakan suatu kegiatan pengiklanan secara tidak langsung
dimana produk atau jasa suatu perusahaan disebarluaskan oleh media
komunikasi tanpa disponsori oleh perusahaan.
d. Sales Promotion (promo penjualan)
Promosi penjualan adalah suatu kegiatan yang ditunjukan untuk membantu
mendapatkan konsumen yang bersedia membeli produk atau jasa suatu
perusahaan, selain ketiga alat diatas.
Selain dengan menggunakan strategi marketing mix analisa di dalam aspek
pemasaran Thamrin dan Francis Tantri (2012, p65) mengatakan bahwa dapat
melakukan strategi menurut matrix Ansoff.
Terdapat empat strategi yang
diterapkan berdasarkan pada bagan ekspansi produk atau pasar menurut Ansoff
namun hanya tiga strategi tersebut yang dapat dipakai oleh manajemen
perusahaan dalam melakukan pengembangan bisnisnya, yaitu:
1. Strategi penetrasi pasar
24
Ansoff menyebutkan bahwa di dalam strategi ini managemen harus mencari
jalan untuk meningkatkan pangsa pasar produk saat ini di dalam pasar yang
sudah ada. Ada tiga pendekatan utama dalam strategi ini. Pertama,
manajemen perusahaan dapat meyakinkan perusahaan untuk membeli lebih
banyak produk perusahaan. Kedua, manajemen perusahaan dapat menarik
pelanggan dari perusahaan pesaing untuk beralih membeli dan menggunakan
produk perusahaannnya. Terakhir adalah manajemen perusahaan dapat
meyakinkan orang yang belum pernah mencoba dan membeli produknya
untuk mulai membeli dan menggunakan produk perusahaan.
2. Strategi pengembangan pasar
Pada strategi ini manajemen perusahaan harus mencari pasar baru yang
kebutuhannya dapat dipenuhi dengan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan.
3. Strategi pengembangan produk
Di dalam strategi ini perusahaan mungkin akan mengembangkan produk yang
telah dimiliki oleh perusahaan agar dapat menarik lebih banyak pelanggan.
Pengembangan produk dapat dilakukan dengan mengembangkan produk
perusahaan yang sudah ada atau perusahaan dapat membuat produk baru
dalam beberapa tingkatan kualitas produk. Perusahaan juga dapat
mengembangkan teknologi dalam pembuatan produk tersebut.
4. Strategi diversifikasi
Ada 3 bentuk strategi diversifikasi
konsentris, horizontal, dan konglomerat.
25
yakni : strategi diversifikasi
a. Strategi Diversifikasi Konsentris (Concentric Diversification Strategy)
Dijalankan dengan menambah produk baru yang masih terkait dengan produk
yang ada saat ini baik keterkaitan dalam kesamaan teknologi, pemanfaatan
fasilitas bersama, ataupun jaringan pemasaran yang sama. Pedoman
keberhasilan strategi diversifikasi konsentris adalah :
o Bersaing dalam industri yang tidak atau rendah pertumbuhannya
o Adanya produk baru yang terkait dengan produk yang ada saat ini
dapat menaikkan penjualan produk yang ada
o Produk baru ditawarkan pada harga yang kompetitif
o Produk yang ada saat ini berada pada tahap penurunan dalam daur
hidup produk Memiliki tim manajemen yang kuat.
b. Strategi Diversifikasi Horizontal (Horizontal Diversification Strategy)
Strategi
diversifikasi
horizontal
adalah
strategi
menambah
atau
menciptakan produk baru yang tidak terkait dengan produk saat ini kepada
pelanggan saat ini. Dasarnya adalah, bahwa perusahaan sudah sangat familiar
dengan pelanggannya saat ini dan pelanggan saat ini sangat loyal dengan
merk/brand perusahaan. Pedoman yang akan menjamin keberhasilan
strategi diversifikasi horizontal adalah :
o Tambahan produk baru akan meningkatkan revenue secara signifikan.
o Tingkat kompetisi yang tajam dalam industri yang tidak tumbuh, margin
dan return rendah.
o Saluran distribusi yang ada saat ini dapat dimanfaatkan.
c. Strategi Diversifikasi Konglomerasi (Conglomerate Diversification Strategy)
26
Penambahan produk baru dan dipasarkan pada pasar baru yang tak terkait
dengan yang ada saat ini. Ide dasar strategi ini terutama pertimbangan
profit. Untuk menjamin strategi diversifikasi konglomerasi efektif, ada
beberapa pedoman yang perlu diikuti, yakni:
o
Terjadi penurunan penjualan dan profit.
o Kemampuan manajerial dan modal untuk berkompetisi dalam industri
baru
o Tercipta sinergi financial antara perusahaan yang diakuisisi dengan
yang mengakuisisi pasar bagi produk saat ini sudah jenuh.
o Ada peluang untuk membeli atau memperoleh bisnis baru yang tak
terkait yang memiliki peluang investasi yang menarik.
o Jika ada tindakan antitrust atas bisnis yang terkonsentrasi pada bisnis
tunggal.
2.4.1.2 Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia
Dalam menganalisis studi kelayakan bisnis aspek manajemen dan SDM
penting dianalisis karena dalam menjalankan sebuah organisasi, manajemen satu
dengan yang lainnya memiliki keterkaitan pekerjaan. Suatu organisasi selalu
diibaratkan dengan sebuah tubuh, apabila akan melakukan sebuah perubahaan
namun sebagian dari organ tubuh tidak siap untuk menerima perubahan tersebut
maka perubahan yang telah direncanakan tidak akan dapat dijalankan.
Kasmir dan Jafar (2012, p169) menjelaskan fungsi manajemen dalam
sebuah gambar seperti dibawah ini:
27
Sumber: Kasmir dan Jafar, Studi Kelayakan Bisnis
Gambar 2.2 Fungsi Manajemen
a. Perencanaan
Adalah proses menentukan arah yang akan ditempuh dan kegiatankegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Pengorganisasian
Adalah proses pengelompokan kegiatan-kegiatan atau pekerjaanpekerjaan dalam unit-unit.
c. Pelaksanaan
Adalah proses untuk menjalankan kegiatan atau pekerjaan dalam
organisasi.
d. Pengawasan
Adalah proses untuk mengukur dan menilai pelaksanaan tugas
apakah telah sesuai dengan rencana atau tidak.
1. Macam-macam perencanaan
Proses perencanaan untuk menghasilkan suatu rencana atau rencanarencana dapat dilihat dari beberapa sisi penting, antara lain yaitu dari sisi jangka
waktu manfaat rencana serta dari sisi tingkat manajemen,yaitu dari sisi strategis
28
dan operasional sebagai berikut :
1) Sisi jangka waktu
Jika dilihat dari waktu yang digunakan untuk pengaplikasian suatu rencana,
dikenal tigas bentuk perencanaan, yaitu :
a. Perencanaan jangka panjang, perencanaan semacam ini menjangkau waktu
sekitar 5 sampai 10 tahun kedepan. Rencana-rencananya masih berbentuk
garis besar yang bersifat strategis dan umum.
b. Perencanaan jangka menegah, menjangkau sekitar 3 sampai 5 tahun kedepan.
Perencanaan
jangka
panjang
dipecah-pecah
menjadi
beberapa
kali
pelaksanaan rencana jangka menegah sehingga setiap tahap hendaknya
disesuaikan dengan prioritas.
c. Perencanaan jangka pendek, perencanaan ini menjangkau waktu paling lama
1 tahun. Perencanaa ini lebih konkret dan lebih terperinci, karena lebih jelas
sasaran yang harus dicapai termasuk dalam hal penggunaan sumber daya.
2) Sisi tingkatan manajemen
Pada umumnya perencanaan bila digolongkan ke dalam tingkatan manajemen
akan terbagi dua, yaitu :
a. Perencanaan strategis, perencanaan ini merupakan bagian dari manajemen
strategis. Perencanaan strategis lebih berfokus pada bagaimana puncak
menentukan visi, misi, falsafah, dan strategi perusahaan untuk mencapai
tujuan perusahaan dalam jangka panjang.
b. Perencanaan operasional, merupakan bagian dari strategi operasional yang
lebih mengarah pada bidang fungsional perusahaan.
29
3) Struktur organisasi
Struktur organisasi dapat diartikan sebagai susunan dan hubungan antara
bagian dan produksi dalam perusahaan. Struktur organisasi menjelaskan
pembagian aktifitas kerja, serta memperhatikan hubungan fungsi dan aktifitas
tersebut sampai batas-batas tertentu. Ada empat elemen dalam struktur, yaitu:
a. Spesialisasi aktifitas, mengacu dapat spesifikasi tugas-tugas perorangan dan
kelompok kerja di seluruh organisasi.
b. Standarisasi aktifitas, merupakan prosedur yang digunakan organisasi untuk
menuju kelayakan aktifitas.
c. Koordinasi aktifitas, adalah prosedur yang digunakan dalam memadukan
fungsi-fungsi sub-unit dalam organisasi.
d. Besar unit kerja, hubungan dengan jumlah pegawai yang berada dalam suatu
kelompok kerja.
2. Aspek Sumber Daya Manusia
Aspek selanjutnya yang perlu dianalisis adalah kesiapan perusahaan yang
berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia mulai dari pengadaan
karyawan sampai penempatan di jabatan tertentu.
Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2010, p343) memperkenalkan
sejumlah komponen penting dalam proses manajemen sumber daya manusia
sebuah organisasi, yang terdiri dari delapan kegiatan untuk mengisi staf organisasi
dan mempertahankan kinerja karyawan yang tinggi. Delapan kegiatan tersebut
adalah perencanaan sumber daya manusia, perekrutan/pengurangan karyawan,
penyelesaian, orientasi, pelatihan, manajemen kinerja, kompensasi dan tunjangan,
30
dan terakhir adalah pengembangan karir. Komponen tersebut dapat dilihat pada
gambar 2.3 berikut.
Sumber: Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, Manajemen (2010, p343)
Gambar 2.3 Proses Manajemen Sumber Daya Manusia
Keterangan:

Tiga kegiatan utama yaitu perencanaan sumber daya manusia, perekrutan/
pengurangan,
dan
penyelesaian
menjamin
bahwa
karyawann
yang
berkompeten yang dapat diidentifikasikan dan dipilih

Kedua kegiatan berikutnya yaitu orientasi dan pelatihan memberikan
pengetahuan dan keahlian yang up-to-date pada karyawan

Dan ketiga kegiatan terakhir yaitu manajemen kinerja, kompensasi dan
tunjangan, serta pengembangan karir mempertahankan karyawan yang
kompeten dan berkinerja baik yang mampu menghasilkan kinerja yang tinggi
31
dalam perusahaan.
Manajemen sumber daya manusia dapat dijabarkan dalam fungsi
manajerial yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan, dan fungsi operatif yang meliputi pengadaan, kompensasi,
pengembangan, integrasi, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja.

Analisis jabatan Menurut Dr. Suliyanto (2010, p173) analisis jabatan
diartikan sebagai sutu proses yang sistematis untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan menyintesiskan data jabatan. Uraian jabatan memuat halhal seperti identitas jabatan, fungsi jabatan, uraian tugas, wewenang,
tanggung jawab, dan lain sebagainya

Perencanaan SDM perencanaan SDM menurut Dr. Suliyanto (2012, p175)
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sistemati untuk meramalkan
kebutuhan SDM dalam suatu bisnis atau perusahaan.

Pengadaan Tenaga Kerja Dalam pengadaan tenaga kerja ini terdapat beberapa
tahap yaitu
o Prorecurement, merupakan upaya untuk memperoleh jumlah dan jenis tenaga
kerja yang tepat untuk memenuhi kebutuhan organisasi dalam mencapai
tujuan
o Recuitment, adalah upaya pencarian calon karyawan yang memenuhi syarat
tertentu sehingga dari mereka perusahaan dapat memilih orang-orang yang
tepat untuk mengisi lowongan yang ada
o Seleksi, adalah suatu proses untuk memilih tenaga kerja yang memenuhi
syarat yang telah ditentukan organisasi
32
o Penempatan, setelah seseorang diseleksi dan dinyatakan cocok dengan
jabatannya, maka selanjutnya dilakukan orientasi, di mana tugas digunakan
untuk menyampaikan informasi yang harus dilaksanakan dan standar kerja
yang layak.

Kompensasi
Kompensasi adalah penghargaan atau imbalan yang diterima oleh para tenaga
kerja atau karyawan atas kontribusinya dalam mewujudkan tujuan perusahaan

Pengembangan
Selanjutnya pihak manajemen perlu melaksanakan fungsi pengembangan
terhadap karyawannya melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan
pelatihan diberikan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
karyawan
sehingga
mampu
memenuhi
tuntutaan
organisasi
dalam
menghadapi persaingan

Integrasi
Integrasi merupakan fungsi operatif dari manajemen SDM yang berkaitan
dengan penyesuaian keinginan karyawan dengan organisasi

Pemeliharaan
Pihak manajemen harus terus berupaya memelihara karyawannya dengan
berbagai cara agar mereka tetap betah dan merasa dihargai dalam organisasi
tersebut

Pemutusan Hubungan Kerja
Banyak hal yang dapat menjadi faktor penyebab terjadinya pemutusan
hubungan kerja seorang karyawan dengan perusahaan beberapa diantaranya
33
adalah pensiun, permintaan pengunduran diri karena alas an pribadi, dan
pemecatan karena melakukan kesalahan.
2.4.1.3 Aspek Teknis dan Operasional
Langkah selanjutnya dalam penentuan kelayakan suatu rencana bisnis
adalah menganalisis aspek teknis dan teknologi. Evaluasi aspek teknis ini
mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis bisnis, seperti penentuan kapasitas
produksi, jenis teknologi yang dipakai, pemakaian peralatan dan mesin, lokasi
bisnis
dan
letak
perusahaan
yang
paling
menguntungkan.
Lalu
dari
kesimpulannya dapat dibuat rencana jumlah biaya pengadaan harta tetapnya.
Gugup Kismono (2011, p271) menyebutkan bahwa pengertian operasi itu
sendiri adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan rencana strategis agar perusahaan dapat terus beroperasi. Lebih
jauh Gugup Kismono menjelaskan fungsi operasional secara tradisional terdiri
dari fungsi pembelian, pengelolaan material, produksi, control persediaan dan
kualitas, serta pemeliharaan.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2012, p150) penentuan kelayakan teknis atau
operasi perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis atau
operasi, sehingga apabila tidak dianalisis dengan benar maka akan berakibat fatal
bagi perusahaan dalam perjalanannya dikemudian hari.
Lebih jauh Kasmir dan Jakfar menjelaskan beberapa hal yang ingin
dicapai dengan adanya penilaian aspek teknik atau operasional ini, yaitu:

Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi
pabrik, gudang, cabang, maupun kantor pusat
34

Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses
produksi yang dipilih, sehingga lebih efisien

Agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam
menjalankan produksinya

Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk
dijalankan sesuai dengan bidang usahaanya

Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan
di masa yang akan datang.
2.4.1.4 Aspek AMDAL (Analisa Dampak Lingkungan Hidup)
Pertumbuhan dan pekembangan perusahaan berpengaruh terhadap
lingkungan sekitar apakah membawa dampak negative atau positif terhadap
masyarakat sekitar atau sebaliknya apakah masyarakat sekitar membawa dampak
positif atau negative terhadap perusahaan. Analisia yang dilakukan terhadap aspek
ini bermanfaat untuk mengindentifikasi kelayakan bisnis yang dijalankan sesuai
dengan standar lingkungan hidup yang ada. Salah satu media dari aspek ini adalah
AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) yang sedang dan telah dikembangkan di
beberapa Negara maju dengan nama Environmental Impact Analysis atau
Envirinmental Impact Assessment (EIA).
Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2010, p127) pada buku
manajemen menyebutkan beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh
perusahaan dalam melakukan perannya dalam tanggung jawab lingkungan
terdapat tiga pendekatan yaitu pendekatan hukum, pasar, dan pemercaya.
1) Pendekatan hukum, yaitu perusahaan sekedar melakukan apa yang dituntut
35
oleh hukum. Dalam pendekatan ini organisasi dituntut untuk memperlihatkan
kepekaan lingkungan, salah satunya dengan mematuhi undang-undang dan
peraturan yang ada
2) Pendekatan pasar, yaitu posisi dimana perusahaan telah menjadi lebih peka
terhadap lingkungan. Perusahaan menjadi lebih menanggapi referensi
(kelebih-sukaan) lingkungan para pelanggannya
3) Pendekatan pemercaya, pada pendekatan ini perusahaan memilih untuk
menanggapi banyak tuntutan yang dibuat oleh para pemercaya seperti
karyawan, pemasok, investor, atau masyarakat.
Menurut Dr. Suliyanto (2010, p44) aspek lingkungan hidup secara spesifik
dalam studi kelayakan bertujuan untuk:
o Menganalisis kondisi lingkungan operasional yang terdiri dari pesaing,
pemasok, pelanggan, kreditor, dan pegawai untuk memperoleh jawaban
apakah kondisi lingkungan operasional memungkinkan atau tidak untuk
menjalankan suatu ide bisnis
o Menganalisis kondisi lingkungan industri yang terdiri dari pesaing antar
perusahaan, kekuatan pemasok, kekuatan pembeli, barang subtitusi, dan
hambatan masuk untuk memperoleh jawaban apakah kondisi lingkungan
industri memungkinkan atau tidak untuk menjalankan suatu ide bisnis
o Menganalisis kondisi lingkungan jauh yang terdiri dari lingkungan ekonomi,
sosial, politik, teknologi, dan global untuk memperoleh jawaban apakah
kondisi lingkungan jauh memungkinkan atau tidak untuk menjalankan suatu
ide bisnis
36
o Menganalisis dampak positif maupun dampak negatif bisnis terhadap
lingkungan, baik lingkungan operasional, lingkungan industri, maupun
lingkungan jauh
o Menganalisis usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalkan
dampak negatif bisnis terhadap lingkungan, baik lingkungan operasional,
lingkungan industri, maupun lingkungan jauh
2.4.1.5 Aspek Hukum
Analisis dalam aspek ini ditujukan untuk mengindentifikasi beberapa
factor yang dapat mempengaruhi layak atau tidaknya suatu rencana bisnis
dijalankan dari sisi hokum seperti siapa pelaksana bisnis, bisnis apa yang akan
dilaksanakan, waktu pelaksanaan bisnis, dimana bisnis akan dilaksanakan,
bagaimana bisnis dilaksanakan, dan peraturan-peraturan serta perundang-undang
yang berlaku. Analisis terhadap aspek ini penting untuk dilakukan untuk
menghindari pemberhentian suatu rencana bisnis oleh pihak yang berwajib atau
protes dari masyarakat.
Berdasarkan pendapat Suad Husnan dan Suwarsono Muhammad (2007)
aspek hukum dalam studi kelayakan menganalisis tentang:

Bentuk badan usaha yang akan dipergunakan

Jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber
dana berupa pinjaman. Berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan dan
sebagainya
Evaluasi terhadap aspek yuridis perlu dilakukan. Bagi pemilik bisnis,
evaluasi ini berguna antara lain untuk kelangsungan hidup bisnis serta dalam
37
rangka menyakinkan para kreditur dan investor bahwa bisnis yang akan dibuat
tidak menyimpang dari aturan yang berlaku.
Gugup Kismono (2011, p109) dalam bukunya mengutip pernyataan S.
Sembiring bahwa organisasi bisnis atau badan usaha dapat digolongkan
berdasarkan pada batas dan tanggungjawab pemilik atau anggota-anggotanya
terhadap kewajiban badan usaha tersebut. Dari pendapat tersebut maka dapat
disimpulkan badan usaha yang anggotanya bertanggungjawab penuh atas resiko
usaha perseorangan dan firma. Badan usaha yang anggotanya bertanggungjawab
secara terbatas terhadap kewajiban dan risiko usahanya adalah perseroan.
Seperti diketahui, dalam suatu bisnis dimana banyak pihak-pihak yang
berkepetingan bergabung dapat saja terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap
kewajiban dari masing-masing pihak, sehingga penegakan aturan menjadi penting
untuk dilaksanakan.
Kasmir dan Jafar (2012,p34) menyebutkan beberapa dokumen yang harus
diteliti di dalam aspek ini diantaranya adalah:

Bentuk Badan Usaha

Bukti Diri

Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Izin-izin Perusahaan
Dokumen-dokumen diatas perlu diteliti karena layak atau tidaknya sebuah
badan bisnis yang dijalankan badan usaha dapat dipengaruhi dengan factor resmi
atau tidaknya badan usaha tersebut.
38
2.4.1.6 Aspek Ekonomi dan Sosial
Dalam menjalankan sebuah bisnis, perusahaan memberikan dampak
positif dan negatif yang akan dirasakan oleh berbagai pihak. Pihak-pihak yang
mendapatkan dampak tersebut diantaranya perusahaan itu sendiri, pemerintah,
ataupun masyarakat luas.
Kasmir dan Jafar (2012, p200) menyebutkan beberapa dampak yang akan
mempengaruhi berbagai pihak tersebut, baik itu positif maupun negatif sebagai
berikut:

Dampak positif bagi masyarakat adanya sebuah bisnis ditinjau dari aspek
ekonomi
adalah
akan
memberikan
peluang
untuk
meningkatkan
pendapatannya. Sedangkan bagi pemerintah dampak positif yang diperoleh
adalah dari aspek ekonomi memberikan pemasukan berupa pendapatan.
Selain itu dampak positif lainnya adalah adanya yang mengatur dan
mengelola SDA yang belum terjamah

Dampak negatif sebuah bisnis ditinjau dari aspek ekonomi adalah eksplorasi
SDA yang berlebihan, masuknya pekerja dari luar daerah sehingga
mengurangi peluang bagi masyarakat sekitarnya.

Dampak positif sebuah bisnis ditinjau dari aspek sosial dari tinjauan
masyarakat secara umum adalah tersedianya sarana dan prasarana yang
dibutuhkan seperti pembangunan jalan, jembatan, listrik, dan sarana lainnya.

Dampak negatif sebuah bisnis ditinjau dari aspek sosial dari tinjauan
pemerintah adalah adanya perubahan demografi disuatu wilayah, perubahan
budaya, dan kesehatan masyarakat.
39
Saat ini tanggungjawab sebuah perusahaan bukan hanya dalam mencari
profit yang tinggi, saat ini perusaahaan juga memperhatikan tanggungjawab sosial
dalam menjalankan perusahaan. Irham Fahmi (2011, p212) menyatakan bahwa
tanggungjawab sosial (social responsibility) adalah kewajiban manajemen untuk
membuat pilihan dan mengambil tindakan yang berperan dalam mewujudkan
kesejahteraan dan masyarakat. Kewajiban tersebut dapat berbentuk perhatian
perusahaan pada masyarakat sekeliling maupun tanggungjawab pada pemerintah
dalam bentuk membayar pajak secara jujur dan tepat waktu.
Diharapkan dari aspek ekonomi dan sosial, yang akan dijalankan akan
memberikan dampak yang positif lebih banyak. Artinya dengan berdirinya sebuah
bisnis secara ekonomi dan sosial lebih banyak memberikan manfaat dibandingkan
dengan kerugiannya.
2.4.1.7 Aspek Keuangan
Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai
kelayakan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan melalui penilaian keuangan
perusahaan secara keseluruhan. Tujuan dari analisa aspek keuangan adalah
menentukan dan mengembangkan rencana investasi perusahaan dengan
melakukan perhitungan biaya dan manfaat yang akan diterima perusahaan pada
saat rencana investasi tersebut dikembangkan. Perhitungan tersebut dilakukan
dengan membandingkan pengeluaran dan pendapatan dari perusahaan seperti
ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan bisnis untuk membayar kembali
dana investasi tersebut dalam jangka waktu yang ditentukan dan juga penilaian
pada kelaykan bisnis untuk terus berkembang. Kebutuhan Dana dan Sumbernya
40
Dalam merealisasikan suatu bisnis, perusahaan membutuhkan dana untuk
investasi.
Gugup Kismono (2011, p410) menyatakan ada tiga keputusan penting
dalam manajemen keuangan sebuah perusahaan, yaitu:
1) Memperoleh dana (keputusan pendanaan), dalam keputusan ini manajemen
keuangan perusahaan dituntut untuk bertindak efisien dalam memperoleh
modal bagi perusahaan
2) Penggunaan dana (keputusan investasi), pada keputusan ini manajemen
keuangan perusahaan diharapkan dapat menghitung secara cermat bagaimana
dana yang telah diperoleh akan diinvestasikan. Pengembalian modal yang
cepat dan proyeksi pendapatan yang menguntungkan menjadi salah satu
pertimbangan manajemen dalam memilih investasi
3) Pembagian laba (kebijakan dividen), dalam kebijakan dividen ini manajemen
keuangan perusahaan dapat dengan cepat mengembalikan hak penghasilan
kepada stockholder atau pendapatan tersebut ditahan oleh perusahaan untuk
menambah jumlah modal perusahaan.
Kasmir dan Jafar (2012, p90) menyebutkan bahwa secara keseluruhan
penilaian aspek keuangan meliputi:

Sumber-sumber dana yang akan diperoleh

Kebutuhan biaya investasi

Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode
termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur
investasi
41

Proyeksi neraca dan laporan laba/rugi untuk beberapa periode ke depan

Kriteria penilaian investasi

Rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan.
Dalam peraktiknya kebutuhan modal untuk melakukan investasi terdiri
dari dua macam, yaitu modal investasi dan modal kerja. Modal investasi
digunakan untuk membeli aktiva tetap seperti tanah bangunan, mesin-mesin,
peralatan, serta inventaris lainnya dan biasanya modal investasi diperoleh dari
pinjaman yang berjangka waktu panjang (di atas satu tahun).
Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham (2010, p410) bahwa
Modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, kas, sekuritas
yang mudah dipasarkan, persediaan, dan putang usaha.
Jadi modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang
tunai, kas, surat berharga, piutang dan persediaan yang dapat digunakan untuk
membiayai aktiva lancar. Modal kerja juga dapat dikatan modal yang digunakan
untuk membiayai operasional perusahaan selama perusahaan beroperasi. Jangka
waktu penggunaan modal kerja relatif pendek, yaitu untuk satu atau beberapa
periode operasi perusahaan (satu tahun).
Dr. Suliyanto (2010, p186) menyatakan bahwa secara garis besar modal
dibagi menjadi dua yaitu modal asing dan modal sendiri. Penjelasan mengenai
jenis modal menurut Dr. Suliyanto adalah sebagai berikut:

Modal asing
Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan. Modal asing
merupakan utang yang harus dibayarkan kembali oleh perusahaan. Tiga jenis
42
utang modal asing adalah:
o Utang jangka pendek, yaitu utang yang waktu pengembaliannya kurang dari
satu tahun
o Utang jangka menengah, yaitu utang yang waktu pengembaliannya lebih dari
satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun
o Utang jangka panjang, yaitu utang yang waktu pengembaliannya lebih dari
sepuluh tahun

Modal sendiri
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang
tertanam di dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak tertentu. Tiga
jenis bentuk modal sendiri adalah:
o Modal saham, yaitu modal yang berasal dari saham yang merupakan tanda
ikut ambil bagian atau peserta dalam suatu perseroan terbatas
o Cadangan, adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan selama beberapa
waktu lampau atau dari tahun yang berjalan
o Laba ditahan, adalah sebagian keuntungan perusahaan yang ditahan oleh
perusahaan sebelum dibayarkan sebgaai dividen.
1. Aliran kas (cash flow)
Perusahaan perlu untuk menerpakan prinsip kehati-hatian dalam
menentukan tingkat likuiditas dari aliran kas (cash flow) perusahaan karena jika
tingkat likuiditasnya terlalu tinggi, yang mungkin disebabkan oleh tingkat
perputaran kas yang rendah, keuntungan yang diterima oleh perushaan akan
menjadi rendah. Demikian juga sebaliknya, jika tingkat likuiditas aliran kas
43
tersebut terlalu rendah, yang mungkin disebabkan oleh perputaran kas yang
tinggi, perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi namun aliran kas
menjadi tidak likuid jika terjadi kebutuhan dana yang mendadak.
Perhitungan terhadap aliran kas sangat penting untuk dilakukan karena arti
laba dalam akuntansi tidak sama dengan pengertian kas masuk bersih bagi
investor yang justru lebih penting untuk diketahui. Hal ini menjadi wajar karena
hanya dengan aliran kas bersih perusahaan dapat membiayai kewajiban
keuangannya. Menurut Kasmir dan Jafar (2012, p96), aliran kas mempunyai tiga
komponen utama yaitu Initial Cash Flow, Operational Cash Flow, dan Terminal
Cash Flow.
-
Initial Cash Flow merupakan pengeluaran pada awal periode yang
berhubungan dengan pengerluaran untuk investasi.
-
Operational Cash Flow merupakan kas yang diterima atau dikeluarkan pada
saat operasi usaha, seperti penghasilan yang diterima dan pengeluaran yang
dikeluarkan pada suatu periode.
-
Terminal Cash Flow merupakan aliran kas yang diterima pada saat usaha
tersebut berakhir dari nilai sisa aktiva tetap yang dianggap sudah tidak
mempunyai nilai ekonomis lagi dan pengembalian modal kerja awal.
Brigham dan Houston (2010, p97) berpendapat bahwa terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi saldo kas suatu perusahaan yang nantinya akan
mempengaruhi laporan arus kan perusahaan, diantaranya:
a. Arus kas. Hal ini dianggap tidak konstan karena sering digunakan untuk halhal lain.
44
b. Perubahan modal kerja. Kenaikan modal kerja (persediaan dan piutang)
dibayar dengan kas akan menurunkan jumlah kas, dan sebaliknya penurunan
modal kerja akan meningkatkan kas.
c. Asset tetap. Jika suatu perusahaan berinvestasi pada asset tetap maka posisi
kasnya akan turun. Sementara itu, jika perusahaan menjual asset tersebut
maka kas akan bertambah.
d. Transaksi efek dan pembayaran dividen. Jika perusahaan menerbitkan saham
atau obligasi pada tahun berjalan, dana yang dikumpulkan akan memperbaiki
posisi kasnya. Di lain pihak, jika perusahaan menggunakan kas untuk
melunasi utang yang belum jatuh tempo untuk membeli kembali sebagian
sahamnya atau membayar dividen kepada pemegang saham, maka akan
mengurangi kas perusahaan.
2.
Laporan Laba/Rugi
Salah satu media atau alat yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi
keuangan perusahaan adalah lapoaran laba/rugi. Laporan laba/rugi berisikan datadata yang menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan dalam suatu
periode
tertentu
sehingga
pihak-pihak
yang
berkepentingan
terhadap
perkembangan suatu perusahaan dapat mengetahui keadaan keuangan dari laporan
laba/rugi yang disusun dan disajikan oleh perusahaan. Pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap lapoaran laba/rugi anatara lain para pemilik perusahaan,
manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, investor,
karyawan, dan masyarakat.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:10) laporan laba rugi minimal
45
mencakup pos-pos pendapatan, laba rugi usaha, beban pinjaman, bagian dari laba
atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode
ekuitas, beban pajak, laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, pos luar
biasa, hak minoritas, dan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
Brigham dan Houston (2010, p99) menyatakan laporan laba/rugi adalah
laporan yang merangkum pendapatan dan beban usaha selama suatu periode
akuntansi, biasanya satu kuartal atau satu tahun.
3.
Analisis Kepekaan (Sensitivity Analysis)
Ketidakpastian adalah unsur yang perlu mendapat perhatian khusus dari
perusahaan karena dengan adanya unsure tesebut hasil perhitungan di atas kertas
dapat menyimpang jauh dari kenyataan yang terjadi. Ketidakpastiaan ini dapat
menyebabkan berkurangnya kapabilitas suatu proyek bisnis dalam beroperasi
untuk mencapai keuntungan maksimal bagi perusahaan. Manfaat dari analisis
kepekaan ini adalah untuk memaksa manajer mengindentifikasikan variablevariabel yang belum diketahui dan mengungkapkan taksiran-taksiran yang tidak
tepat. Kekurangan dari analisis ini adalah bahwa nilai-nilai dari optimistis dan
pesimistis bersifat sangat relative dan bahwa, bisa jadi variable-variabel yang
mendasarinya saling berhubungan.
Analisis sensivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui
akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja
system produksi dalam menghasilkan keuntungan. Sebuah bisnis sangat sensitive
terhadap beberapa perubahan yaitu perubahan harga, keterlambatan pelaksanaan,
kenaikan biaya, dan ketidakpastian perkiraan hasil produksi.
46
Dengan melakukan analisis sentivitas maka akibat yang mungkin terjadi
dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisifikasi sebelumnya.
Contoh dari analisis sensitivitas adalah terjadinya perubahan biaya produksi dapat
mempengaruhi tingkat kelayakan. Alasan dilakukannya analisis sentivitas adalah
untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan berikut :
a) Adanya cost over, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi, biaya
bahan baku, produksi, dan berbagai kenaiakan biaya lainnya
b) Penurunan produktivitas
c) Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek
Menilai apa yang terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan
investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau
manfaat maka dapat dijabarkan beberapa tujuan perusahaan melakukan analisis
sensitivitas diantaranya adalah:
1. Analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perhitungan umumnya di
dasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang
apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang
2. Analisis pasca criteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan
terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisis bisnis jika terjadi perubahan
atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau manfaat.
4.
Penilaian dan Pemilihan Investasi
Perusahaan yang memiliki beberapa usulan proyek investasi dengan dana
yang terbatas maka perlu menerapkan prioritas terhadap beberapa usulan tersebut.
Penilaian terhadap investasi dan melakukan analisis terhadap urutan prioritas
47
dapat dilakukan dengan beberapa cara. Metode Penilaian Investasi Dalam aspek
keuangan perlu dilakukan analisis terhadap aliran kas yang akan terjadi. Terdapat
empat metode yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk dipakai
dalam penilaian aliran kas dari investasi, yaitu metode payback period, net
present value, internal rate of return, dan profitability index.
a. Payback period (PP)
Menurut keown, Scott, martin, dan petty (2001, p308), payback period (PP)
adalah jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal. Dengan
kata lain, metode ini merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash
inflow-nya dan hasilnya ditetapkan dalam satuan waktu. Ada dua macam model
perhitungan yang akan digunakan dalam menghitunga masa pengembalian
sebagai berikut:
Apabila kas bersih setiap tahun sama, maka rumus yang digunakan adalah:
Payback Period =
Investasi
Kas bersih / tahun
X 1 tahun
Apabila kas bersih setiap tahun berbeda, maka rumus yang digunakan:
Payback Period = n
a-b
c-b
Dimana:
n = tahun terakhir dalam jumlah arus kas masih belum bisa menutupi investasi
awal
a = investasi awal
b = jumlah arus kas kumulatif tahun “n”
c = jumlah arus kas kumulatif tahun n+1
48
Adapun kriteria dari penilaian dengan metode ini adalah bahwa jika
payback period lebih pendek daripada maximum payback periode-nya maka
proyek investasi tersebut layak untuk dijalankan. Metode ini cukup sederhana
untuk digunakan oleh karenanya masih terdapat kelemahan dalam menggunakan
metode ini. Kelemahan utamanya adalah bahwa ini tidak memperhatikan konsep
nilai waktu dari uang dan juga tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah
payback.
b. Net Present Value (NPV)
Menurut Kasmir dan Jafat (2012, p102) Net present value atau nilai bersih
sekarang adalah perbandingan antara PV kas bersih (PV of Proceed) dengan PV
investasi (capital outlays) selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV
inilah yang disebut dengan net present value (NPV).
Rumus yang biasa digunakan dalam menghitung NPV adalah:
NVP = ∑
Rt
(1+i)t
Dimana:
Rt = arus kas bersih pada tahun n
i = suku bunga diskonto
t = arus waktu kas
kriterian penilaian dari metode ini adalah:
-
Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima
-
Jika NPV < 0, maka ususlan proyek ditolak
-
Jika NPV = 0, maka nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima
atau ditolak.
49
c. Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Kasmir dan Jafar (2012, p104) Internal rate of return (IRR)
merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. Ada dua cara
yang digunakan untuk mencari IRR.
1. Cara pertama untuk mencari IRR dengan menggunakan rumus:
IRR =
NPV1
NPV1 - NPV2
X (i2 – i1)
Di mana:
i1 = tingkat bungan 1 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1)
i2 = tingkat bungan 2 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2)
NPV1 = Net Present Value 1
NPV2 = Net Present Value 2
2. Cara kedua untuk mencari IRR
IRR =
P1 – C1 x
P2 – P1
C2 – C1
Di mana:
P1 = tingkat bunga 1
P2 = tingkat bunga 2
C1 = NPV 1
C2 = NPV 2
d. Profitability Index
Menurut Dr. Suliyanto (2010, p205), Profitability Index atau yang sering
disebut dengan Desirability Index (DI) merupakan metode yang menghitung
perbandingan antara nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa yang akan
50
datang (proceed) dengan niai sekarang investasi. Rumus yang digunakan :
Profitability Index (PI) =
NPV
Investasi
Kriteria penilaian untuk metode ini adalah bahwa jika P>1, maka usulan
proyek dikatakan menguntungkan, namun jika P1<1, maka ususlan proyek tidak
menguntungkan.
1. Urutan Prioritas
Bila perusahaan dihadapkan pada situasi dimana perusahaan harus
menentukan prioritas daripada rencana-rencana investasinya, maka proses
pengurutan prioritas dapat digunakan. Menurut Husein Umar (2005, p207-209),
terdapat lima skenario pengurutan prioritas:
1) Mutually Exclusive (saling meniadakan)
Dalam skenario ini jika perusahaan memilih proyek A maka proyek-proyek
lain ditiadakan. Instrumen pengukuran yang cocok digunakan pada skenario
ini adalah Net present value (NPV) atau Internal Rate Return (IRR)
tergantung pada persoalan yang dihadapi dan karakteristik keduanya.
2) Contingency (saling terkait)
Dalam skenario ini jika perusahaan memilih proyek A yang erat hubungan
dengan proyek B, maka proyek B atau lainnya diikutsertakan juga. Metodemetode yang dapat digunakan dalam skenario ini adalah Profitibality Index
(PI), Net present value (NPV), Internal Rate Return (IRR), dan lainnya.
3) Independence (saling bebas)
Dalam skenario ini jika perusahaan memilih proyek skenario A sesuai degan
51
kelayakan dan ternyata proyek B (Bertolak belakang dengan proyek A dalam
hal jenis investasi) juga memiliki kelayakan untuk dijalankan maka keputusan
terhadap proyek mana yang akan direalisasikan harus dipelajari kemudian
karena dianggap tidak berkaitan.
4) Capital Budget Constrain (Keterbatasan Keuangan)
Dalam skenario ini dimana perusahaan dihadapkan pada keterbatasan dana
maka proyek yang akan direalisasikan hanya satu atau beberapa yang
memenuhi syarat kelayakan yang telah dijelaskan.
5) Cost Effectiveness (Biaya Efektif)
Dalam situasi seperti ini pengurutan pengerjaan proyek didasarkan pada
sumber daya yang mendesak untuk segera digunakan, seperti tenaga kerja
yang menganggur. Hal ini dimaksudkan agar biaya operasional yang
dikeluarkan oleh perusahaan dapat ditekan dan lebih efektif penggunaanya.
3.5 Kerangka Pemikiran
Kriteria
penilaian
yang
akan
digunakan
dalam
analisa
kelayakan
pengembangan bisnis ini akan menggunakan aspek-aspek studi kelayakan.
Namun focus utama dalam penilaian adalah berdasarkan pada hasil perhitungan
aspek keuangan dan pemasaran. Berdasarkan teori-teori pendukung yang telah
disampaikan pada pembahasan sebelumnya, maka dibuat gambar kerangka
pemikiran dalam analisis kelayakan pengembangan bisnis seperti pada Gambar
2.4 berikut:
52
Sumber: Penelitian
Gambar 2.4 Kerangka pemikiran
53
Download