BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Wirausaha Pengertian wirausaha berdasarkan pendapat Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2010, p46) adalah proses di mana seseorang atau sekelompok orang menggunakan usaha dan sarana yang terorganisasi untuk mengejar peluang guna menciptakan nilai dan bertumbuh dengan memenuhi keinginan dan kebutuhan melalui inovasi dan keunikan. Josseph C. Schumpeter menyatakan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang mampu menghancurkan keseimbangan pasar yang baru dan mengambil keuntungan-keuntungan atas perubahan-perubahan tersebut. Berdasarkan pendapat Retno Dewanti (2008) wirausahawan secara umum adalah orang-orang yang mampu menjawab tantangan-tantangan dan memanfaatkan peluang- peluang yang ada. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah disampaikan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa wirausaha adalah sebuah pemikiran yang inovatif, kreatif, yang dijalankan dengan memperhitungkan resiko-resiko yang akan dihadapinya dalam persaingan bisnis di sebuah industri yang akan dimasukinya. Seorang wirausaha merupakan seseorang yang dapat memberi inovasi, kreatifitas, memimpin dan juga mengarahkan apa yang menjadi bisnisnya saat itu. 6 Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gheorghe Savoiu (2010) menyebutkan bahwa terdapat empat hal yang perlu dimiliki oleh seorang wirausahawan yaitu : 1) Proses ide, inovasi, dan kreasi Yaitu memiliki ide untuk membuat inovasi atau mengkreasikan sesuatu yang baru dengan menambahkan nilainya. Pertambahan nilai ini tidak hanya diakui oleh wirausahawan semata namun juga pasar yang akan menggunakan hasil inovasi/kreasi tersebut 2) Komitmen yang tinggi Semakin besar fokus dan perhatian yang diberikan dalam usaha ini maka akan mendukung proses inovasi dan kreasi yang akan timbul dalam kewirausahaan 3) Memperkirakan resiko Dalam hal ini resiko yang mungkin terjadi berkisar pada resiko keuangan, fisik dan resiko sosial. 4) Memperoleh reward Dalam hal ini reward yang terpenting adalah independensi atau kebebasan yang diikuti dengan kepuasan pribadi. Sedangkan reward berupa materi biasanya dianggap sebagai suatu bentuk derajat dalam mengukur kesuksesan usahanya. 7 2.1.1 Faktor keberhasilan Entrepreneur Dari analisis pengalaman di lapangan, beberapa faktor wirausaha untuk dapat berhasil diantaranya, yaitu : Bersikap jujur dan berani, seorang wirausahawan perlu bersikap berani mengambil resiko terhadap bisnis yang akan dijalankannya. Pandangan strategic, wirausahawan perlu mempunyai pandangan untuk massa depan seperti: langkah apa yang harus diambil dimasa depan?produk apa yang harus diluncurkan? Operasional perusahaan harus dikonsolidasi atau expansi? Leadership, seorang wirausaha yang baik adalah yang dapat memberikan panduan dan inspirasi bagi para karyawannya. Kompetensi perlu dimiliki oleh wirausahawan seperti halnya profesi lain dalam kehidupan, kompetensi ini mendukungnya ke arah kesuksesan. Dan & Bradstreet business Credit Service (1993 : 1) mengemukakan 10 kompetensi yang harus dimiliki, yaitu : Knowing your business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan. Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan mengenalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan 8 usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien. Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya. Dia harus bersikap seperti pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sunggung-sungguh dan tidak setengah hati. Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu, cukup uang, cukup tenaga, tempat dan mental. Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan / mengelola keuangan, secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannnya secara tepat, dan mengendalikannya secara akurat. Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya. Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan / memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan. Statisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan. 9 Knowing Hozu to Compete, yaitu mengetahui strategi / cara bersaing. Wirausaha harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weaks), peluang (opportunity), dan ancaman (threat), dirinya dan pesaing. Dia harus menggunakan analisis SWOT sebaik terhadap dirinya dan terhadap pesaing. Copying with regulation and paper work, yaitu membuat aturan / pedoman yang jelas tersurat, tidak tersirat. (Triton, 2007 :137 – 139) 2.1.2 Faktor Kegagalan Entrepreneur Dalam menjalankan sebuah bisnis terkadang resiko kegagalan dan kerugian dapat timbul karena banyaknya ketidakpastian yang terjadi dimasa yang akan datang. Perusahaan perlu mempersiapkan cadangan strategi dalam menghadapi resiko kegagalan tersebut. Ciputra Group mengungkapkan beberapa faktor yang menjadi penyebab kegagalan dalam bisnis, diantaranya adalah: Kurang kemampuan manajerial Kebanyakan bisnis dimulai oleh orangorang yang tidak memiliki pengalaman. Banyak orang berpendapat bahwa manajemen merupakan hal umum. Padahal, jika para pengusaha tidak tahu bagaimana mengambil keputusan bisnis, kemungkinan besar dalam jangka panjang mereka akan gagal dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini dapat Anda siasati dengan mengikuti training manajerial. Lalai. Setelah pembukaan bisnis, biasanya para entrepreneur mundur dan tidak fokus pada usahanya. Sikap itu akan membuat usaha yang telah dibangun akan mati dengan sendirinya. Padahal, memulai suatu bisnis 10 membutuhkan suatu komitmen waktu dan kerja keras yang sungguhsungguh. Kurang pengendalian, Sistem pengendalian membantu para pengusaha memonitor biaya, tingkat produksi, dan beberapa hal yang lain dalam berbisnis. Bila sistem kontrol tidak menunjukkan kontrol pada tingkat awal, maka para entrepreneur akan kesulitan menghadapi masalah besar berikutnya. Modal yang tidak cukup, Suatu bisnis harus memiliki cukup modal untuk dapat bertahan tanpa pemasukan selama enam bulan. Pemilik bisnis baru hampir pasti akan gagal bila mereka berharap dapat membayar semua tagihan di bulan kedua dengan mengandalkan kuntungan di bulan pertama. Sebuah riset yang dilakukan oleh Arthur, Gary dan Christine (2011) mengenai berbagai penyebab umum sebuah kegagalan dalam bisnis. Menurutnya, di dalam bisnis manapun dan dari negara manapun, umumnya terdapat 10 faktor penting penyebab hancurnya sebuah bisnis, yaitu diantaranya (dan besarnya pengaruh faktor tersebut pada kegagalan bisnisnya) : Tidak memiliki perencanaan bisnis yang baik (berpengaruh 78%) Terlalu optimis pada sales dan dana yang diperlukan (berpengaruh 73%) Tidak mengenali atau mengabaikan kelemahan-kelemahannya dan tidak berusaha mencari bantuan (berpengaruh 70%) Lemah dalam keterampilan dan pemahaman manajemen arus kas (berpengaruh 82%) Tidak memiliki pengalaman bisnis yang cukup atau bisnisnya tidak 11 relevan dengan pengalaman berbisnis sebelumnya (berpengaruh 63%) Tidak punya kebijakan harga dengan baik (berpengaruh 77%) Tidak berusaha memahami atau bahkan mengabaikan kompetitornya (berpengaruh 55%) Merekrut karyawan yang tidak tepat (berpengaruh 56%) Tidak mempromosikan bisnisnya dengan baik (berpengaruh 65%) Tidak melakukan pemosisian perusahaannya dengan baik (berpengaruh 71%) 2.2 Pengertian Distribusi Dalam pelaksanaan sebuah bisnis, perusahaan melakukan beberapa cara untuk menyalurkan output perusahaan. Salah satunya adalah dengan distribusi, dengan menggunakan jasa para distributor. Pengertian distribusi sendiri adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai, sewaktu dan dimana barang atau jasa tersebut diperlukan. Proses distribusi tersebut pada dasarnya menciptakan keguanaan (utility) waktu, tempat, dan pengalihan hak milik. Selain itu distribusi dapat diartikan pula merupakan kegiatan ekonomi yang menjembatani kegiatan produksi dan konsumsi. Berkat distribusi barang dan jasa dapat sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian kegunaan dari barang dan jasa akan lebih meningkat setelah dapat dikonsumsi. Pada dasarnya perdagangan merupakan kegiatan distribusi karena distribusi merupakan kegiatan utama dalam sebuah sistem perdagangan. Dalam pelaksanaan distribusi terdapat beberapa badan yang berhubungan langsung. 12 Mulai dari agen, makelar, komisioner, importir, eksportir, pedagang besar (grosir), sampai dengan pedagang eceran. Sedangkan cara yang digunakan untuk menyalurkan barang dan jasa tersebut dibedakan menjadi sistem distrbusi langsung, sitem distribusi semi langsung, dan sistem distribusi tidak langsung. 1. Distribusi langsung Distribusi secara langsung merupakan kegiatan menyalurkan barang atau jasa langsung dari produsen kepada konsumen tanpa perantara. Sistem distribusi langsung: a. Lebih tepat untuk menyalurkan barang hasil produksi yang tidak tahan lama. Misalnya: makanan, minuman, buah, sayur, daging, dan lain-lain. Contoh lainnya adalah penjual sayur berkeliling kampung untuk menjual dagangannya kepada pembeli. b. Jarak antara produsen dan konsumen tidak jauh 2. Distribusi semi langsung Distribusi semi langsung merupakan kegiatan menyalurkan barang dan jasa melalui pihak atau toko yang dimilik produsen itu sendiri. Sistem distribusi semi langsung: a. Lebih tepat untuk menyalurkan barang dan hasil produksi tahan lama tapi mudah rusak, misalnya mesin jahit, TV dan lain-lain. b. Sesuai untuk produsen yang ingin tetap menjaga mutu dan pelayanannya. c. Jarak antara produsen dan konsumen jauh. 3. Distribusi tidak langsung 13 Distribusi secara tidak langsung merupakan kegiatan menyalurkan barang dan jasa melalui pihak-pihak lain atau badan perantara seperti agen, makelar, toko atau pedang eceran. Sistem distribusi secara tidak langsung: a. Lebih tepat untuk menyalurkan barang hasil produksi yang tahan lam dan tidak mudah rusak, misalnya sabun, pasta gigi, sikat gigi, buku dan lain sebagainya. b. Jarak antara produsen dan konsumen jauh. Contoh distribusi secara tidak langsung: - Penjualan berbagai merk sabun mandi, sampo, pasta gigi - Penjual koran harian pagi oleh pengecer koran keliling. 2.3 Analisis Porter Persaingan yang terjadi di dalam suatu industri yang akan dimasuki ataupun telah dimasuki oleh sebuah perusahaan merupakan sebuah persaingan dalam mendapatkan pangsa pasar, penjualan output perusahaan, dan pembagian market shared. Analisis Michael E. Porter yang menjelaskan bahwa sifat dan tingkat persaingan dalam suatu industri tergantung pada lima faktor atau kekuatan yaitu ancaman dari pendatang baru, kekuatan tawar-menawar pemasok, kekuatan tawar-menawar pembeli, ancaman dari produk pengganti, dan tingkat persaingan antar pesaing yang dijelaskan pada gambar 4.2 berikut: 14 Sumber: Michael Porter, Competitive strategy. 1980 Gambar 2.1 Lima Kekuatan Porter Keterangan: 1. Ancaman Pendatang Baru (Threat of the New Entrants) Dengan masuknya pendatang baru ke dalam sebuah industri, maka secara otomatis perusahaan yang sudah ada di dalam industri tersebut akan terancam. Hal ini karena adanya kapasitas baru yang bertambah, dan kemungkinan direbutnya pangsa pasar yang ada. Pada prinsipnya semakin tinggi potensi pendatang baru tersebut, maka semakin tinggi potensi ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan yang telah ada di dalamnya. 15 2. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok (Bargain Power of Suppliers) Dalam daya tawar-manawar pemasok apabila pemasok memiliki daya tawar yang semakin kuat, maka dapat dikatakan bahwa industri tersebut kurang menarik. Hal ini biasanya terjadi pada industri yang pemasoknya tergolong sedikit, maka perusahaan yang ada di dalam industri tersebut tidak memiliki alternatif pilihan pemasok yang lain. 3. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (Bargain Power of Buyers) Pembeli yang memiliki daya tawar-menawar yang tinggi dapat mengamcam daya saing perusahaan. Kekuatan tawar-menawar pembeli biasanya bisa memaksa perusahaan untuk menurunkan harga atau menuntut peningkatan produk/jasa. Namun pembeli atau pelanggan merupakan faktor yang sangat penting dalam kelangsungan bisnis sebuah perusahaan. 4. Tekanan dari Produk Pengganti (Threat of subtitute Products or Service) Persaingan yang harus dihadapi oleh sebuah perusahaan dalam sebuah industri bukan hanya pada perusahaan yang memiliki produk sejenis atau sama persis. Sering kali perusahaan juga harus mendapatkan tekanan dari produk subtitusi atau pengganti dari produk perusahaan tersebut. 5. Tingkat Persaingan Para Pesaing yang Ada (Rivalry Among Exiting Competitors) Intensitas persaingan dalam sebuah industri ditentukan melalui beberapa faktor, diantaranya adalah jumlah pelaku dalam industri, pesaing yang memiliki kekuatan relatif sama, dan bagaimana kecepatan berkembang pelaku di dalam industri tersebut. 16 2.4 Studi Kelayakan Studi kelayakan proyek bisnis adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek manajemen dan keuangannya, dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan tidak dijalankan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2012) studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha yang akan dijalankan, untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis dijalankan. Menurut Husein Umar dalam bukunya yang berjudul “Studi Kelayakan Bisnis” (2005) mengatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk baru. Berdasarkan beberapa pengertian para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan penelitian dan perhitungan yang menyertakan seluruh aspek-aspek studi kelayakan untuk mencari tahu layak tidaknya sebuah bisnis yang dijalankan atau yang akan dijalankan oleh sebuah perusahaan. 17 Pada umumnya studi kelayakan bisnis akan menyangkut tiga aspek (Suad Husnan, 1995), yaitu: 1. Manfaat ekonomis bagi usaha itu sendiri (sering pula disebut manfaat finansial). Yang berarti apakah usaha yang akan dijalankan itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan resikonya. 2. Manfaat ekonomis usaha tersebut bagi negara tempat usaha tersebut dilaksanakan (sering disebut manfaat ekonomi nasional). 3. Manfaat sosial usaha tersebut bagi masyarakat sekitar usaha tersebut. Pengertian studi kelayakan bisnis dengan rencana bisnis sering kali membingungkan. Hal ini karena baik studi kelayakan bisnis maupun rencana bisni menganalisis beberaoa aspek yang sama, yaitu aspek hukum, lingkungan, pasar dan pemasaran. Teknis dan operasional, manajemen dan SDM, serta aspek keuangan. Selain itu baik studi kelayakan bisnis maupun rencana bisnis mempunyai fungsi membantu pengambilan keputusan bisnis. Dr. Suliyanto (2010, p4) menyatakan beberapa perbedaan studi kelayakan bisnis dengan rencana bisnis (business plan) berdasarkan sumber data penelitian, penyusun penelitian, tujuan dari studi kelayakan dan rencana bisnis, waktu penelitian, dan biaya yang dibutuhkan oleh masing-masing, seperti terlihat pada Tabel 2.1 dibawah ini: 18 Tabel 2.1 Perbedaan Studi Kelayakan Bisnis Dengan Rencana Bisnis NO 1 2 Faktor Pembeda Studi Kelayakan Bisnis Jenis data yang digunakan Menggunakan data Sumber data yang Rencana Bisnis Menggunakan data estimasi empiris perusahaan Data ekternal Data internal Pihak eksternal, dengan Pihak internal, yang lebih tujuan agar lebih mengetahui kondisi independen perusahaan Menilai kelayakan Membuat rencana bisnis sebuah ide bisnis yang akan datang Memakan waktu relatif Memerlukan waktu yang lama, karena harus relatif pendek, karena menggali data dari data hanya bersumber berbagai sumber intern perusahaan Memerlukan biaya yang Memerlukan biaya yang relatif besar relatif besar digunakan 3 4 5 6 Penyusun Tujuan Waktu Biaya Sumber: Dr. Suliyanto, Studi Kelayakan Bisnis (2010, p4) 2.4.1Aspek-Aspek Penilaian Studi Kelayakan Bisnis 2.4.1.1 Aspek Pasar dan Aspek Pemasaran Dalam sebuah studi kelayakan bisnis aspek pasar dan pemasaran merupakan salah satu aspek yang paling penting, karena aspek pasar dan pemasaran menentukan hidup atau tidaknya sebuah perusahaan di dalam industri. Apabila aspek pasar dan pemasaran tidak diteliti secara benar maka prospek kedepan sebuah perusahaan tidak akan tercitrakan secara benar yang akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan perusahaan Pengertian pasar secara sederhana adalah tempat bertemunya para penjual 19 dan pembeli untuk melakukan transaksi. Lebih jauh Kasmir dan Jakfar (2012) dalam buku studi kelayakan bisnis menjelaskan bahwa pasar memiliki arti sebuah tempat atau lokasi tertentu yang memungkinkan pembeli dan penjual bertemu untuk melakukan transaksi jual beli produk baik barang maupun jasa. Menurut Thamrin dan Francis Tantri (2012, p2) pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik kepada konsumen saat ini maupun konsumen potensial. Pengertian pemasaran menurut Philip Kotler (2009, p5) adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan nama individu dan kelompok agar memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta menukarkan produk dan nilai dengan pihak lain. Berdasarkan beberapa pengertian para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses sistem perencanaan dalam mempromosikan dan mendistribusikan barang pemenuh kebutuhan konsumen. Dalam menjalankan sebuah pemasaran bagi produk perusahaan, manajemen pemasaran menjalankan 4 strategi pemasaran yang dikenal dengan bauran pemasaran (marketing mix) atau 4p dalam pemasaran yang terdiri dari 4 empat komponen, yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place) dan promosi (promotion). Masing-masing dijelaskan sebagai berikut : 1. Strategi Produk Produk adalah sesuatu yang mempunyai nilai tawar yang dapat memenuhi 20 kebutuhan dan keinginan konsumen di dalam pasar. Pengertian produk menurut Dr. Suliyanto adalah sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Berdasarkan tujuannya pemakaiannya produk dikelompokan menjadi dua yaitu barang konsumsi dan barang industri. Barang konsumsi adalah barang yang dibeli dengan tujuan untuk langsung dikonsumsi, sedangkan barang industri adalah barang yang dibeli dengan tujuan untuk diproses lagi bagi kepentingan industri. Barang konsumsi dibagi menjadi tiga golongan seperti berikut: a. Barang konvenien, yaitu barang yang mudah pemakaiannya, banyak ditemukan dibanyak tempat, dan tersedia setiap waktu b. Barang shopping, yaitu barang yang proses pembeliannya harus dengan mencari terlebih dahulu dan proses pembeliannya memerlukan pertimbangna yang matang dengan mempertimbangkan kualitas, harga, kemasan, dan sebagainya c. Barang spesial, yaitu barang yang mempunyai ciri khas tertentu sehingga hanya tersedia ditempat tertentu. 2. Stategi Harga Harga merupakan salah satu aspek yang penting dalam kegiatan marketing mix. Harga adalah sejumlah uang yang diserahkan dalam penukaran untuk mendapatkan suatu barang dan jasa yang nilainnya sama. Terdapat beberapa metode dalam penetapan harga jual suatu produk perusahaan yang sering 21 digunakan yaitu: a. Cost plus prising Metode penentuan harga ini dengan menggunakan rumus: FC Harga pokok = VC + Total Sales Di mana: VC = Variable cost FC = Fix cost TS = Total sales b. Cost plus prising dengan mark up Metode ini menggunakan rumus: Harga pokok per unit Harga dengan mark up = VC + (1- laba yang diinginkan) c. BEP atau Target pricing Break Even Pricing adalah harga yang ditentukan berdasarkan titik impas dengan rumus: FC BEP = P - VC Atau FC BEP = 1 – VC/P d. Perceived value pricing Perceived value pricing adalah harga yang ditentukan oleh kesan pembeli (persepsi) terhadap produk yang ditawarkan. 3. Strategi Lokasi dan Distribusi Kegiatan pemasaran yang berikutnya adalah penentuan lokasi dan distribusi 22 baik untuk kantor cabang, gudang, pabrik, dan kantor pusat. Perhitungan lokasi dan distribusi perlu dipertimbangkan secara cermat agar konsumen mudah menjangkau setiap lokasi dan mendistribusikan barang dengan lancar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan penentuan lokasi adalah dengan pertimbangan sebagai berikut: Dekat dengan kawasan industri Dekat dengan lokasi perkantoran Dekat dengan lokasi pasar Dekat dengan pusat pemerintahan Dekat dengan lokasi perumahan atau masyarakat Mempertimbangkan jumlah pesaing yang ada dilokasi tersebut Sarana dan prasarana (jalan, pelabuhan, listrik, dan lain-lain) 4. Strategi Promosi Pengertian promosi menurut Stanton (1984) adalah kombinasi dari periklanan, personal selling, dan alat promo lainnya yang direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan. Sedangkan Kotler (2009, p) mendefinisikan promosi sebagai semua aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mengomunikasikan dan mempromosikan produk pada target pasar. Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa promosi adalah kegiatan perusahaan untuk mengenalkan, mengomunikasikan, dan menarik konsumen terhadap produk yang ditawarkan perusahaan dengan menggunakan alat-alat promosi. Kotlet membagi alat promosi menjadi beberapa jenis, sebagai berikut: 23 a. Advertising (periklanan) Periklanan adalah saranan promosi yang digunakan oleh perusahaan guna menginformasikan, menarik, dan mempengaruhi calon konsumen perusahaan dengan menggunakan media informasi. b. Personal Selling (penjualan perorangan) Penjualan perorangan merupakan kegiatan penjualan yang dilakukan oleh para penjual yang mencoba dan membujuk pembeli untuk melakukan pembelian. c. Public Relation (publisitas) Publisitas merupakan suatu kegiatan pengiklanan secara tidak langsung dimana produk atau jasa suatu perusahaan disebarluaskan oleh media komunikasi tanpa disponsori oleh perusahaan. d. Sales Promotion (promo penjualan) Promosi penjualan adalah suatu kegiatan yang ditunjukan untuk membantu mendapatkan konsumen yang bersedia membeli produk atau jasa suatu perusahaan, selain ketiga alat diatas. Selain dengan menggunakan strategi marketing mix analisa di dalam aspek pemasaran Thamrin dan Francis Tantri (2012, p65) mengatakan bahwa dapat melakukan strategi menurut matrix Ansoff. Terdapat empat strategi yang diterapkan berdasarkan pada bagan ekspansi produk atau pasar menurut Ansoff namun hanya tiga strategi tersebut yang dapat dipakai oleh manajemen perusahaan dalam melakukan pengembangan bisnisnya, yaitu: 1. Strategi penetrasi pasar 24 Ansoff menyebutkan bahwa di dalam strategi ini managemen harus mencari jalan untuk meningkatkan pangsa pasar produk saat ini di dalam pasar yang sudah ada. Ada tiga pendekatan utama dalam strategi ini. Pertama, manajemen perusahaan dapat meyakinkan perusahaan untuk membeli lebih banyak produk perusahaan. Kedua, manajemen perusahaan dapat menarik pelanggan dari perusahaan pesaing untuk beralih membeli dan menggunakan produk perusahaannnya. Terakhir adalah manajemen perusahaan dapat meyakinkan orang yang belum pernah mencoba dan membeli produknya untuk mulai membeli dan menggunakan produk perusahaan. 2. Strategi pengembangan pasar Pada strategi ini manajemen perusahaan harus mencari pasar baru yang kebutuhannya dapat dipenuhi dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. 3. Strategi pengembangan produk Di dalam strategi ini perusahaan mungkin akan mengembangkan produk yang telah dimiliki oleh perusahaan agar dapat menarik lebih banyak pelanggan. Pengembangan produk dapat dilakukan dengan mengembangkan produk perusahaan yang sudah ada atau perusahaan dapat membuat produk baru dalam beberapa tingkatan kualitas produk. Perusahaan juga dapat mengembangkan teknologi dalam pembuatan produk tersebut. 4. Strategi diversifikasi Ada 3 bentuk strategi diversifikasi konsentris, horizontal, dan konglomerat. 25 yakni : strategi diversifikasi a. Strategi Diversifikasi Konsentris (Concentric Diversification Strategy) Dijalankan dengan menambah produk baru yang masih terkait dengan produk yang ada saat ini baik keterkaitan dalam kesamaan teknologi, pemanfaatan fasilitas bersama, ataupun jaringan pemasaran yang sama. Pedoman keberhasilan strategi diversifikasi konsentris adalah : o Bersaing dalam industri yang tidak atau rendah pertumbuhannya o Adanya produk baru yang terkait dengan produk yang ada saat ini dapat menaikkan penjualan produk yang ada o Produk baru ditawarkan pada harga yang kompetitif o Produk yang ada saat ini berada pada tahap penurunan dalam daur hidup produk Memiliki tim manajemen yang kuat. b. Strategi Diversifikasi Horizontal (Horizontal Diversification Strategy) Strategi diversifikasi horizontal adalah strategi menambah atau menciptakan produk baru yang tidak terkait dengan produk saat ini kepada pelanggan saat ini. Dasarnya adalah, bahwa perusahaan sudah sangat familiar dengan pelanggannya saat ini dan pelanggan saat ini sangat loyal dengan merk/brand perusahaan. Pedoman yang akan menjamin keberhasilan strategi diversifikasi horizontal adalah : o Tambahan produk baru akan meningkatkan revenue secara signifikan. o Tingkat kompetisi yang tajam dalam industri yang tidak tumbuh, margin dan return rendah. o Saluran distribusi yang ada saat ini dapat dimanfaatkan. c. Strategi Diversifikasi Konglomerasi (Conglomerate Diversification Strategy) 26 Penambahan produk baru dan dipasarkan pada pasar baru yang tak terkait dengan yang ada saat ini. Ide dasar strategi ini terutama pertimbangan profit. Untuk menjamin strategi diversifikasi konglomerasi efektif, ada beberapa pedoman yang perlu diikuti, yakni: o Terjadi penurunan penjualan dan profit. o Kemampuan manajerial dan modal untuk berkompetisi dalam industri baru o Tercipta sinergi financial antara perusahaan yang diakuisisi dengan yang mengakuisisi pasar bagi produk saat ini sudah jenuh. o Ada peluang untuk membeli atau memperoleh bisnis baru yang tak terkait yang memiliki peluang investasi yang menarik. o Jika ada tindakan antitrust atas bisnis yang terkonsentrasi pada bisnis tunggal. 2.4.1.2 Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia Dalam menganalisis studi kelayakan bisnis aspek manajemen dan SDM penting dianalisis karena dalam menjalankan sebuah organisasi, manajemen satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan pekerjaan. Suatu organisasi selalu diibaratkan dengan sebuah tubuh, apabila akan melakukan sebuah perubahaan namun sebagian dari organ tubuh tidak siap untuk menerima perubahan tersebut maka perubahan yang telah direncanakan tidak akan dapat dijalankan. Kasmir dan Jafar (2012, p169) menjelaskan fungsi manajemen dalam sebuah gambar seperti dibawah ini: 27 Sumber: Kasmir dan Jafar, Studi Kelayakan Bisnis Gambar 2.2 Fungsi Manajemen a. Perencanaan Adalah proses menentukan arah yang akan ditempuh dan kegiatankegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b. Pengorganisasian Adalah proses pengelompokan kegiatan-kegiatan atau pekerjaanpekerjaan dalam unit-unit. c. Pelaksanaan Adalah proses untuk menjalankan kegiatan atau pekerjaan dalam organisasi. d. Pengawasan Adalah proses untuk mengukur dan menilai pelaksanaan tugas apakah telah sesuai dengan rencana atau tidak. 1. Macam-macam perencanaan Proses perencanaan untuk menghasilkan suatu rencana atau rencanarencana dapat dilihat dari beberapa sisi penting, antara lain yaitu dari sisi jangka waktu manfaat rencana serta dari sisi tingkat manajemen,yaitu dari sisi strategis 28 dan operasional sebagai berikut : 1) Sisi jangka waktu Jika dilihat dari waktu yang digunakan untuk pengaplikasian suatu rencana, dikenal tigas bentuk perencanaan, yaitu : a. Perencanaan jangka panjang, perencanaan semacam ini menjangkau waktu sekitar 5 sampai 10 tahun kedepan. Rencana-rencananya masih berbentuk garis besar yang bersifat strategis dan umum. b. Perencanaan jangka menegah, menjangkau sekitar 3 sampai 5 tahun kedepan. Perencanaan jangka panjang dipecah-pecah menjadi beberapa kali pelaksanaan rencana jangka menegah sehingga setiap tahap hendaknya disesuaikan dengan prioritas. c. Perencanaan jangka pendek, perencanaan ini menjangkau waktu paling lama 1 tahun. Perencanaa ini lebih konkret dan lebih terperinci, karena lebih jelas sasaran yang harus dicapai termasuk dalam hal penggunaan sumber daya. 2) Sisi tingkatan manajemen Pada umumnya perencanaan bila digolongkan ke dalam tingkatan manajemen akan terbagi dua, yaitu : a. Perencanaan strategis, perencanaan ini merupakan bagian dari manajemen strategis. Perencanaan strategis lebih berfokus pada bagaimana puncak menentukan visi, misi, falsafah, dan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dalam jangka panjang. b. Perencanaan operasional, merupakan bagian dari strategi operasional yang lebih mengarah pada bidang fungsional perusahaan. 29 3) Struktur organisasi Struktur organisasi dapat diartikan sebagai susunan dan hubungan antara bagian dan produksi dalam perusahaan. Struktur organisasi menjelaskan pembagian aktifitas kerja, serta memperhatikan hubungan fungsi dan aktifitas tersebut sampai batas-batas tertentu. Ada empat elemen dalam struktur, yaitu: a. Spesialisasi aktifitas, mengacu dapat spesifikasi tugas-tugas perorangan dan kelompok kerja di seluruh organisasi. b. Standarisasi aktifitas, merupakan prosedur yang digunakan organisasi untuk menuju kelayakan aktifitas. c. Koordinasi aktifitas, adalah prosedur yang digunakan dalam memadukan fungsi-fungsi sub-unit dalam organisasi. d. Besar unit kerja, hubungan dengan jumlah pegawai yang berada dalam suatu kelompok kerja. 2. Aspek Sumber Daya Manusia Aspek selanjutnya yang perlu dianalisis adalah kesiapan perusahaan yang berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia mulai dari pengadaan karyawan sampai penempatan di jabatan tertentu. Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2010, p343) memperkenalkan sejumlah komponen penting dalam proses manajemen sumber daya manusia sebuah organisasi, yang terdiri dari delapan kegiatan untuk mengisi staf organisasi dan mempertahankan kinerja karyawan yang tinggi. Delapan kegiatan tersebut adalah perencanaan sumber daya manusia, perekrutan/pengurangan karyawan, penyelesaian, orientasi, pelatihan, manajemen kinerja, kompensasi dan tunjangan, 30 dan terakhir adalah pengembangan karir. Komponen tersebut dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut. Sumber: Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, Manajemen (2010, p343) Gambar 2.3 Proses Manajemen Sumber Daya Manusia Keterangan: Tiga kegiatan utama yaitu perencanaan sumber daya manusia, perekrutan/ pengurangan, dan penyelesaian menjamin bahwa karyawann yang berkompeten yang dapat diidentifikasikan dan dipilih Kedua kegiatan berikutnya yaitu orientasi dan pelatihan memberikan pengetahuan dan keahlian yang up-to-date pada karyawan Dan ketiga kegiatan terakhir yaitu manajemen kinerja, kompensasi dan tunjangan, serta pengembangan karir mempertahankan karyawan yang kompeten dan berkinerja baik yang mampu menghasilkan kinerja yang tinggi 31 dalam perusahaan. Manajemen sumber daya manusia dapat dijabarkan dalam fungsi manajerial yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan, dan fungsi operatif yang meliputi pengadaan, kompensasi, pengembangan, integrasi, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja. Analisis jabatan Menurut Dr. Suliyanto (2010, p173) analisis jabatan diartikan sebagai sutu proses yang sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyintesiskan data jabatan. Uraian jabatan memuat halhal seperti identitas jabatan, fungsi jabatan, uraian tugas, wewenang, tanggung jawab, dan lain sebagainya Perencanaan SDM perencanaan SDM menurut Dr. Suliyanto (2012, p175) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sistemati untuk meramalkan kebutuhan SDM dalam suatu bisnis atau perusahaan. Pengadaan Tenaga Kerja Dalam pengadaan tenaga kerja ini terdapat beberapa tahap yaitu o Prorecurement, merupakan upaya untuk memperoleh jumlah dan jenis tenaga kerja yang tepat untuk memenuhi kebutuhan organisasi dalam mencapai tujuan o Recuitment, adalah upaya pencarian calon karyawan yang memenuhi syarat tertentu sehingga dari mereka perusahaan dapat memilih orang-orang yang tepat untuk mengisi lowongan yang ada o Seleksi, adalah suatu proses untuk memilih tenaga kerja yang memenuhi syarat yang telah ditentukan organisasi 32 o Penempatan, setelah seseorang diseleksi dan dinyatakan cocok dengan jabatannya, maka selanjutnya dilakukan orientasi, di mana tugas digunakan untuk menyampaikan informasi yang harus dilaksanakan dan standar kerja yang layak. Kompensasi Kompensasi adalah penghargaan atau imbalan yang diterima oleh para tenaga kerja atau karyawan atas kontribusinya dalam mewujudkan tujuan perusahaan Pengembangan Selanjutnya pihak manajemen perlu melaksanakan fungsi pengembangan terhadap karyawannya melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan diberikan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan sehingga mampu memenuhi tuntutaan organisasi dalam menghadapi persaingan Integrasi Integrasi merupakan fungsi operatif dari manajemen SDM yang berkaitan dengan penyesuaian keinginan karyawan dengan organisasi Pemeliharaan Pihak manajemen harus terus berupaya memelihara karyawannya dengan berbagai cara agar mereka tetap betah dan merasa dihargai dalam organisasi tersebut Pemutusan Hubungan Kerja Banyak hal yang dapat menjadi faktor penyebab terjadinya pemutusan hubungan kerja seorang karyawan dengan perusahaan beberapa diantaranya 33 adalah pensiun, permintaan pengunduran diri karena alas an pribadi, dan pemecatan karena melakukan kesalahan. 2.4.1.3 Aspek Teknis dan Operasional Langkah selanjutnya dalam penentuan kelayakan suatu rencana bisnis adalah menganalisis aspek teknis dan teknologi. Evaluasi aspek teknis ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis bisnis, seperti penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai, pemakaian peralatan dan mesin, lokasi bisnis dan letak perusahaan yang paling menguntungkan. Lalu dari kesimpulannya dapat dibuat rencana jumlah biaya pengadaan harta tetapnya. Gugup Kismono (2011, p271) menyebutkan bahwa pengertian operasi itu sendiri adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan rencana strategis agar perusahaan dapat terus beroperasi. Lebih jauh Gugup Kismono menjelaskan fungsi operasional secara tradisional terdiri dari fungsi pembelian, pengelolaan material, produksi, control persediaan dan kualitas, serta pemeliharaan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2012, p150) penentuan kelayakan teknis atau operasi perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis atau operasi, sehingga apabila tidak dianalisis dengan benar maka akan berakibat fatal bagi perusahaan dalam perjalanannya dikemudian hari. Lebih jauh Kasmir dan Jakfar menjelaskan beberapa hal yang ingin dicapai dengan adanya penilaian aspek teknik atau operasional ini, yaitu: Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik, gudang, cabang, maupun kantor pusat 34 Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih, sehingga lebih efisien Agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam menjalankan produksinya Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk dijalankan sesuai dengan bidang usahaanya Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan di masa yang akan datang. 2.4.1.4 Aspek AMDAL (Analisa Dampak Lingkungan Hidup) Pertumbuhan dan pekembangan perusahaan berpengaruh terhadap lingkungan sekitar apakah membawa dampak negative atau positif terhadap masyarakat sekitar atau sebaliknya apakah masyarakat sekitar membawa dampak positif atau negative terhadap perusahaan. Analisia yang dilakukan terhadap aspek ini bermanfaat untuk mengindentifikasi kelayakan bisnis yang dijalankan sesuai dengan standar lingkungan hidup yang ada. Salah satu media dari aspek ini adalah AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) yang sedang dan telah dikembangkan di beberapa Negara maju dengan nama Environmental Impact Analysis atau Envirinmental Impact Assessment (EIA). Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2010, p127) pada buku manajemen menyebutkan beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam melakukan perannya dalam tanggung jawab lingkungan terdapat tiga pendekatan yaitu pendekatan hukum, pasar, dan pemercaya. 1) Pendekatan hukum, yaitu perusahaan sekedar melakukan apa yang dituntut 35 oleh hukum. Dalam pendekatan ini organisasi dituntut untuk memperlihatkan kepekaan lingkungan, salah satunya dengan mematuhi undang-undang dan peraturan yang ada 2) Pendekatan pasar, yaitu posisi dimana perusahaan telah menjadi lebih peka terhadap lingkungan. Perusahaan menjadi lebih menanggapi referensi (kelebih-sukaan) lingkungan para pelanggannya 3) Pendekatan pemercaya, pada pendekatan ini perusahaan memilih untuk menanggapi banyak tuntutan yang dibuat oleh para pemercaya seperti karyawan, pemasok, investor, atau masyarakat. Menurut Dr. Suliyanto (2010, p44) aspek lingkungan hidup secara spesifik dalam studi kelayakan bertujuan untuk: o Menganalisis kondisi lingkungan operasional yang terdiri dari pesaing, pemasok, pelanggan, kreditor, dan pegawai untuk memperoleh jawaban apakah kondisi lingkungan operasional memungkinkan atau tidak untuk menjalankan suatu ide bisnis o Menganalisis kondisi lingkungan industri yang terdiri dari pesaing antar perusahaan, kekuatan pemasok, kekuatan pembeli, barang subtitusi, dan hambatan masuk untuk memperoleh jawaban apakah kondisi lingkungan industri memungkinkan atau tidak untuk menjalankan suatu ide bisnis o Menganalisis kondisi lingkungan jauh yang terdiri dari lingkungan ekonomi, sosial, politik, teknologi, dan global untuk memperoleh jawaban apakah kondisi lingkungan jauh memungkinkan atau tidak untuk menjalankan suatu ide bisnis 36 o Menganalisis dampak positif maupun dampak negatif bisnis terhadap lingkungan, baik lingkungan operasional, lingkungan industri, maupun lingkungan jauh o Menganalisis usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif bisnis terhadap lingkungan, baik lingkungan operasional, lingkungan industri, maupun lingkungan jauh 2.4.1.5 Aspek Hukum Analisis dalam aspek ini ditujukan untuk mengindentifikasi beberapa factor yang dapat mempengaruhi layak atau tidaknya suatu rencana bisnis dijalankan dari sisi hokum seperti siapa pelaksana bisnis, bisnis apa yang akan dilaksanakan, waktu pelaksanaan bisnis, dimana bisnis akan dilaksanakan, bagaimana bisnis dilaksanakan, dan peraturan-peraturan serta perundang-undang yang berlaku. Analisis terhadap aspek ini penting untuk dilakukan untuk menghindari pemberhentian suatu rencana bisnis oleh pihak yang berwajib atau protes dari masyarakat. Berdasarkan pendapat Suad Husnan dan Suwarsono Muhammad (2007) aspek hukum dalam studi kelayakan menganalisis tentang: Bentuk badan usaha yang akan dipergunakan Jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber dana berupa pinjaman. Berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan dan sebagainya Evaluasi terhadap aspek yuridis perlu dilakukan. Bagi pemilik bisnis, evaluasi ini berguna antara lain untuk kelangsungan hidup bisnis serta dalam 37 rangka menyakinkan para kreditur dan investor bahwa bisnis yang akan dibuat tidak menyimpang dari aturan yang berlaku. Gugup Kismono (2011, p109) dalam bukunya mengutip pernyataan S. Sembiring bahwa organisasi bisnis atau badan usaha dapat digolongkan berdasarkan pada batas dan tanggungjawab pemilik atau anggota-anggotanya terhadap kewajiban badan usaha tersebut. Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan badan usaha yang anggotanya bertanggungjawab penuh atas resiko usaha perseorangan dan firma. Badan usaha yang anggotanya bertanggungjawab secara terbatas terhadap kewajiban dan risiko usahanya adalah perseroan. Seperti diketahui, dalam suatu bisnis dimana banyak pihak-pihak yang berkepetingan bergabung dapat saja terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap kewajiban dari masing-masing pihak, sehingga penegakan aturan menjadi penting untuk dilaksanakan. Kasmir dan Jafar (2012,p34) menyebutkan beberapa dokumen yang harus diteliti di dalam aspek ini diantaranya adalah: Bentuk Badan Usaha Bukti Diri Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Izin-izin Perusahaan Dokumen-dokumen diatas perlu diteliti karena layak atau tidaknya sebuah badan bisnis yang dijalankan badan usaha dapat dipengaruhi dengan factor resmi atau tidaknya badan usaha tersebut. 38 2.4.1.6 Aspek Ekonomi dan Sosial Dalam menjalankan sebuah bisnis, perusahaan memberikan dampak positif dan negatif yang akan dirasakan oleh berbagai pihak. Pihak-pihak yang mendapatkan dampak tersebut diantaranya perusahaan itu sendiri, pemerintah, ataupun masyarakat luas. Kasmir dan Jafar (2012, p200) menyebutkan beberapa dampak yang akan mempengaruhi berbagai pihak tersebut, baik itu positif maupun negatif sebagai berikut: Dampak positif bagi masyarakat adanya sebuah bisnis ditinjau dari aspek ekonomi adalah akan memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatannya. Sedangkan bagi pemerintah dampak positif yang diperoleh adalah dari aspek ekonomi memberikan pemasukan berupa pendapatan. Selain itu dampak positif lainnya adalah adanya yang mengatur dan mengelola SDA yang belum terjamah Dampak negatif sebuah bisnis ditinjau dari aspek ekonomi adalah eksplorasi SDA yang berlebihan, masuknya pekerja dari luar daerah sehingga mengurangi peluang bagi masyarakat sekitarnya. Dampak positif sebuah bisnis ditinjau dari aspek sosial dari tinjauan masyarakat secara umum adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti pembangunan jalan, jembatan, listrik, dan sarana lainnya. Dampak negatif sebuah bisnis ditinjau dari aspek sosial dari tinjauan pemerintah adalah adanya perubahan demografi disuatu wilayah, perubahan budaya, dan kesehatan masyarakat. 39 Saat ini tanggungjawab sebuah perusahaan bukan hanya dalam mencari profit yang tinggi, saat ini perusaahaan juga memperhatikan tanggungjawab sosial dalam menjalankan perusahaan. Irham Fahmi (2011, p212) menyatakan bahwa tanggungjawab sosial (social responsibility) adalah kewajiban manajemen untuk membuat pilihan dan mengambil tindakan yang berperan dalam mewujudkan kesejahteraan dan masyarakat. Kewajiban tersebut dapat berbentuk perhatian perusahaan pada masyarakat sekeliling maupun tanggungjawab pada pemerintah dalam bentuk membayar pajak secara jujur dan tepat waktu. Diharapkan dari aspek ekonomi dan sosial, yang akan dijalankan akan memberikan dampak yang positif lebih banyak. Artinya dengan berdirinya sebuah bisnis secara ekonomi dan sosial lebih banyak memberikan manfaat dibandingkan dengan kerugiannya. 2.4.1.7 Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai kelayakan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan melalui penilaian keuangan perusahaan secara keseluruhan. Tujuan dari analisa aspek keuangan adalah menentukan dan mengembangkan rencana investasi perusahaan dengan melakukan perhitungan biaya dan manfaat yang akan diterima perusahaan pada saat rencana investasi tersebut dikembangkan. Perhitungan tersebut dilakukan dengan membandingkan pengeluaran dan pendapatan dari perusahaan seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan bisnis untuk membayar kembali dana investasi tersebut dalam jangka waktu yang ditentukan dan juga penilaian pada kelaykan bisnis untuk terus berkembang. Kebutuhan Dana dan Sumbernya 40 Dalam merealisasikan suatu bisnis, perusahaan membutuhkan dana untuk investasi. Gugup Kismono (2011, p410) menyatakan ada tiga keputusan penting dalam manajemen keuangan sebuah perusahaan, yaitu: 1) Memperoleh dana (keputusan pendanaan), dalam keputusan ini manajemen keuangan perusahaan dituntut untuk bertindak efisien dalam memperoleh modal bagi perusahaan 2) Penggunaan dana (keputusan investasi), pada keputusan ini manajemen keuangan perusahaan diharapkan dapat menghitung secara cermat bagaimana dana yang telah diperoleh akan diinvestasikan. Pengembalian modal yang cepat dan proyeksi pendapatan yang menguntungkan menjadi salah satu pertimbangan manajemen dalam memilih investasi 3) Pembagian laba (kebijakan dividen), dalam kebijakan dividen ini manajemen keuangan perusahaan dapat dengan cepat mengembalikan hak penghasilan kepada stockholder atau pendapatan tersebut ditahan oleh perusahaan untuk menambah jumlah modal perusahaan. Kasmir dan Jafar (2012, p90) menyebutkan bahwa secara keseluruhan penilaian aspek keuangan meliputi: Sumber-sumber dana yang akan diperoleh Kebutuhan biaya investasi Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur investasi 41 Proyeksi neraca dan laporan laba/rugi untuk beberapa periode ke depan Kriteria penilaian investasi Rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan. Dalam peraktiknya kebutuhan modal untuk melakukan investasi terdiri dari dua macam, yaitu modal investasi dan modal kerja. Modal investasi digunakan untuk membeli aktiva tetap seperti tanah bangunan, mesin-mesin, peralatan, serta inventaris lainnya dan biasanya modal investasi diperoleh dari pinjaman yang berjangka waktu panjang (di atas satu tahun). Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham (2010, p410) bahwa Modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, persediaan, dan putang usaha. Jadi modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, kas, surat berharga, piutang dan persediaan yang dapat digunakan untuk membiayai aktiva lancar. Modal kerja juga dapat dikatan modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan selama perusahaan beroperasi. Jangka waktu penggunaan modal kerja relatif pendek, yaitu untuk satu atau beberapa periode operasi perusahaan (satu tahun). Dr. Suliyanto (2010, p186) menyatakan bahwa secara garis besar modal dibagi menjadi dua yaitu modal asing dan modal sendiri. Penjelasan mengenai jenis modal menurut Dr. Suliyanto adalah sebagai berikut: Modal asing Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan. Modal asing merupakan utang yang harus dibayarkan kembali oleh perusahaan. Tiga jenis 42 utang modal asing adalah: o Utang jangka pendek, yaitu utang yang waktu pengembaliannya kurang dari satu tahun o Utang jangka menengah, yaitu utang yang waktu pengembaliannya lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun o Utang jangka panjang, yaitu utang yang waktu pengembaliannya lebih dari sepuluh tahun Modal sendiri Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang tertanam di dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak tertentu. Tiga jenis bentuk modal sendiri adalah: o Modal saham, yaitu modal yang berasal dari saham yang merupakan tanda ikut ambil bagian atau peserta dalam suatu perseroan terbatas o Cadangan, adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan selama beberapa waktu lampau atau dari tahun yang berjalan o Laba ditahan, adalah sebagian keuntungan perusahaan yang ditahan oleh perusahaan sebelum dibayarkan sebgaai dividen. 1. Aliran kas (cash flow) Perusahaan perlu untuk menerpakan prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat likuiditas dari aliran kas (cash flow) perusahaan karena jika tingkat likuiditasnya terlalu tinggi, yang mungkin disebabkan oleh tingkat perputaran kas yang rendah, keuntungan yang diterima oleh perushaan akan menjadi rendah. Demikian juga sebaliknya, jika tingkat likuiditas aliran kas 43 tersebut terlalu rendah, yang mungkin disebabkan oleh perputaran kas yang tinggi, perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi namun aliran kas menjadi tidak likuid jika terjadi kebutuhan dana yang mendadak. Perhitungan terhadap aliran kas sangat penting untuk dilakukan karena arti laba dalam akuntansi tidak sama dengan pengertian kas masuk bersih bagi investor yang justru lebih penting untuk diketahui. Hal ini menjadi wajar karena hanya dengan aliran kas bersih perusahaan dapat membiayai kewajiban keuangannya. Menurut Kasmir dan Jafar (2012, p96), aliran kas mempunyai tiga komponen utama yaitu Initial Cash Flow, Operational Cash Flow, dan Terminal Cash Flow. - Initial Cash Flow merupakan pengeluaran pada awal periode yang berhubungan dengan pengerluaran untuk investasi. - Operational Cash Flow merupakan kas yang diterima atau dikeluarkan pada saat operasi usaha, seperti penghasilan yang diterima dan pengeluaran yang dikeluarkan pada suatu periode. - Terminal Cash Flow merupakan aliran kas yang diterima pada saat usaha tersebut berakhir dari nilai sisa aktiva tetap yang dianggap sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi dan pengembalian modal kerja awal. Brigham dan Houston (2010, p97) berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi saldo kas suatu perusahaan yang nantinya akan mempengaruhi laporan arus kan perusahaan, diantaranya: a. Arus kas. Hal ini dianggap tidak konstan karena sering digunakan untuk halhal lain. 44 b. Perubahan modal kerja. Kenaikan modal kerja (persediaan dan piutang) dibayar dengan kas akan menurunkan jumlah kas, dan sebaliknya penurunan modal kerja akan meningkatkan kas. c. Asset tetap. Jika suatu perusahaan berinvestasi pada asset tetap maka posisi kasnya akan turun. Sementara itu, jika perusahaan menjual asset tersebut maka kas akan bertambah. d. Transaksi efek dan pembayaran dividen. Jika perusahaan menerbitkan saham atau obligasi pada tahun berjalan, dana yang dikumpulkan akan memperbaiki posisi kasnya. Di lain pihak, jika perusahaan menggunakan kas untuk melunasi utang yang belum jatuh tempo untuk membeli kembali sebagian sahamnya atau membayar dividen kepada pemegang saham, maka akan mengurangi kas perusahaan. 2. Laporan Laba/Rugi Salah satu media atau alat yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi keuangan perusahaan adalah lapoaran laba/rugi. Laporan laba/rugi berisikan datadata yang menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan dapat mengetahui keadaan keuangan dari laporan laba/rugi yang disusun dan disajikan oleh perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap lapoaran laba/rugi anatara lain para pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, investor, karyawan, dan masyarakat. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:10) laporan laba rugi minimal 45 mencakup pos-pos pendapatan, laba rugi usaha, beban pinjaman, bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas, beban pajak, laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, pos luar biasa, hak minoritas, dan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. Brigham dan Houston (2010, p99) menyatakan laporan laba/rugi adalah laporan yang merangkum pendapatan dan beban usaha selama suatu periode akuntansi, biasanya satu kuartal atau satu tahun. 3. Analisis Kepekaan (Sensitivity Analysis) Ketidakpastian adalah unsur yang perlu mendapat perhatian khusus dari perusahaan karena dengan adanya unsure tesebut hasil perhitungan di atas kertas dapat menyimpang jauh dari kenyataan yang terjadi. Ketidakpastiaan ini dapat menyebabkan berkurangnya kapabilitas suatu proyek bisnis dalam beroperasi untuk mencapai keuntungan maksimal bagi perusahaan. Manfaat dari analisis kepekaan ini adalah untuk memaksa manajer mengindentifikasikan variablevariabel yang belum diketahui dan mengungkapkan taksiran-taksiran yang tidak tepat. Kekurangan dari analisis ini adalah bahwa nilai-nilai dari optimistis dan pesimistis bersifat sangat relative dan bahwa, bisa jadi variable-variabel yang mendasarinya saling berhubungan. Analisis sensivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja system produksi dalam menghasilkan keuntungan. Sebuah bisnis sangat sensitive terhadap beberapa perubahan yaitu perubahan harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya, dan ketidakpastian perkiraan hasil produksi. 46 Dengan melakukan analisis sentivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisifikasi sebelumnya. Contoh dari analisis sensitivitas adalah terjadinya perubahan biaya produksi dapat mempengaruhi tingkat kelayakan. Alasan dilakukannya analisis sentivitas adalah untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan berikut : a) Adanya cost over, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi, biaya bahan baku, produksi, dan berbagai kenaiakan biaya lainnya b) Penurunan produktivitas c) Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek Menilai apa yang terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat maka dapat dijabarkan beberapa tujuan perusahaan melakukan analisis sensitivitas diantaranya adalah: 1. Analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perhitungan umumnya di dasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang 2. Analisis pasca criteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisis bisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau manfaat. 4. Penilaian dan Pemilihan Investasi Perusahaan yang memiliki beberapa usulan proyek investasi dengan dana yang terbatas maka perlu menerapkan prioritas terhadap beberapa usulan tersebut. Penilaian terhadap investasi dan melakukan analisis terhadap urutan prioritas 47 dapat dilakukan dengan beberapa cara. Metode Penilaian Investasi Dalam aspek keuangan perlu dilakukan analisis terhadap aliran kas yang akan terjadi. Terdapat empat metode yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari investasi, yaitu metode payback period, net present value, internal rate of return, dan profitability index. a. Payback period (PP) Menurut keown, Scott, martin, dan petty (2001, p308), payback period (PP) adalah jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal. Dengan kata lain, metode ini merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya dan hasilnya ditetapkan dalam satuan waktu. Ada dua macam model perhitungan yang akan digunakan dalam menghitunga masa pengembalian sebagai berikut: Apabila kas bersih setiap tahun sama, maka rumus yang digunakan adalah: Payback Period = Investasi Kas bersih / tahun X 1 tahun Apabila kas bersih setiap tahun berbeda, maka rumus yang digunakan: Payback Period = n a-b c-b Dimana: n = tahun terakhir dalam jumlah arus kas masih belum bisa menutupi investasi awal a = investasi awal b = jumlah arus kas kumulatif tahun “n” c = jumlah arus kas kumulatif tahun n+1 48 Adapun kriteria dari penilaian dengan metode ini adalah bahwa jika payback period lebih pendek daripada maximum payback periode-nya maka proyek investasi tersebut layak untuk dijalankan. Metode ini cukup sederhana untuk digunakan oleh karenanya masih terdapat kelemahan dalam menggunakan metode ini. Kelemahan utamanya adalah bahwa ini tidak memperhatikan konsep nilai waktu dari uang dan juga tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback. b. Net Present Value (NPV) Menurut Kasmir dan Jafat (2012, p102) Net present value atau nilai bersih sekarang adalah perbandingan antara PV kas bersih (PV of Proceed) dengan PV investasi (capital outlays) selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV inilah yang disebut dengan net present value (NPV). Rumus yang biasa digunakan dalam menghitung NPV adalah: NVP = ∑ Rt (1+i)t Dimana: Rt = arus kas bersih pada tahun n i = suku bunga diskonto t = arus waktu kas kriterian penilaian dari metode ini adalah: - Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima - Jika NPV < 0, maka ususlan proyek ditolak - Jika NPV = 0, maka nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima atau ditolak. 49 c. Internal Rate of Return (IRR) Menurut Kasmir dan Jafar (2012, p104) Internal rate of return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. Ada dua cara yang digunakan untuk mencari IRR. 1. Cara pertama untuk mencari IRR dengan menggunakan rumus: IRR = NPV1 NPV1 - NPV2 X (i2 – i1) Di mana: i1 = tingkat bungan 1 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1) i2 = tingkat bungan 2 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2) NPV1 = Net Present Value 1 NPV2 = Net Present Value 2 2. Cara kedua untuk mencari IRR IRR = P1 – C1 x P2 – P1 C2 – C1 Di mana: P1 = tingkat bunga 1 P2 = tingkat bunga 2 C1 = NPV 1 C2 = NPV 2 d. Profitability Index Menurut Dr. Suliyanto (2010, p205), Profitability Index atau yang sering disebut dengan Desirability Index (DI) merupakan metode yang menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa yang akan 50 datang (proceed) dengan niai sekarang investasi. Rumus yang digunakan : Profitability Index (PI) = NPV Investasi Kriteria penilaian untuk metode ini adalah bahwa jika P>1, maka usulan proyek dikatakan menguntungkan, namun jika P1<1, maka ususlan proyek tidak menguntungkan. 1. Urutan Prioritas Bila perusahaan dihadapkan pada situasi dimana perusahaan harus menentukan prioritas daripada rencana-rencana investasinya, maka proses pengurutan prioritas dapat digunakan. Menurut Husein Umar (2005, p207-209), terdapat lima skenario pengurutan prioritas: 1) Mutually Exclusive (saling meniadakan) Dalam skenario ini jika perusahaan memilih proyek A maka proyek-proyek lain ditiadakan. Instrumen pengukuran yang cocok digunakan pada skenario ini adalah Net present value (NPV) atau Internal Rate Return (IRR) tergantung pada persoalan yang dihadapi dan karakteristik keduanya. 2) Contingency (saling terkait) Dalam skenario ini jika perusahaan memilih proyek A yang erat hubungan dengan proyek B, maka proyek B atau lainnya diikutsertakan juga. Metodemetode yang dapat digunakan dalam skenario ini adalah Profitibality Index (PI), Net present value (NPV), Internal Rate Return (IRR), dan lainnya. 3) Independence (saling bebas) Dalam skenario ini jika perusahaan memilih proyek skenario A sesuai degan 51 kelayakan dan ternyata proyek B (Bertolak belakang dengan proyek A dalam hal jenis investasi) juga memiliki kelayakan untuk dijalankan maka keputusan terhadap proyek mana yang akan direalisasikan harus dipelajari kemudian karena dianggap tidak berkaitan. 4) Capital Budget Constrain (Keterbatasan Keuangan) Dalam skenario ini dimana perusahaan dihadapkan pada keterbatasan dana maka proyek yang akan direalisasikan hanya satu atau beberapa yang memenuhi syarat kelayakan yang telah dijelaskan. 5) Cost Effectiveness (Biaya Efektif) Dalam situasi seperti ini pengurutan pengerjaan proyek didasarkan pada sumber daya yang mendesak untuk segera digunakan, seperti tenaga kerja yang menganggur. Hal ini dimaksudkan agar biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat ditekan dan lebih efektif penggunaanya. 3.5 Kerangka Pemikiran Kriteria penilaian yang akan digunakan dalam analisa kelayakan pengembangan bisnis ini akan menggunakan aspek-aspek studi kelayakan. Namun focus utama dalam penilaian adalah berdasarkan pada hasil perhitungan aspek keuangan dan pemasaran. Berdasarkan teori-teori pendukung yang telah disampaikan pada pembahasan sebelumnya, maka dibuat gambar kerangka pemikiran dalam analisis kelayakan pengembangan bisnis seperti pada Gambar 2.4 berikut: 52 Sumber: Penelitian Gambar 2.4 Kerangka pemikiran 53